Você está na página 1de 13

BATAS BERLAKUNYA HK PIDANA

MENURUT TEMPAT DAN ORANG (Pasal 2 s/d 8 KUHP). Ada 4 asas:


1. Asas Teritorialitas.
2. Asas Personalitas = Asas Kebangsaan = Asas Nasional Aktip = Asas
Subyektip.
3. Asas Perlindungan = Asas Nasional Pasip.
4. Asas Universalitas.

Asas Teritorialitas (Pasal 2 KUHP).


“Ketentuan Pidana dalam per-UU-an Indonesia diterapkan bagi setiap
orang yang melakukan sesuatu tindak pidana di Indonesia”.
 Dsr berlakunya Hk Pidana adl tempat/wilayah hk Negara Ind, tanpa
mempersoalkan kualitas/kewarganegaraan yg melakukan TP.
Perluasan berlakunya Asas Teritorial (Pasal 3 KUHP) Jo UU No 4 Th 1976:
“ Ketentuan pidana Per-UU-an Ind berlaku bg setiap orang yg diluar
Indonesia melakukan TP di dalam kendaraan air atau pesawat udara
Indonesia.”
> Lihat ket. Pasal 95 dan Pasal 95 a.
SIFAT MELAWAN HUKUM, Merupakan unsur tindak pidana,
baik sbg unsur tertulis, yaitu unsur itu tercantum dlm
rumusan Tindak Pidana (TP), maupun sbg unsur tdk tertulis.
Melawan UU tdk berarti melawan Hk. Krn UU tdk selalu
identik dg Hukum.
Melawan UU berarti secara Formal Melawan Hukum.
Dlm beberapa Pasal TP, kata Melawan Hukum tercantum
secara tegas. Pencantuman perkataan Melawan Hukum dlm
beberapa rumusan TP, menurut Penjelasan WvS:
“Akan terjadi bahaya, bahwa seseorang yg berbuat sesuai dg
hak yg dipunyainya, dan karenanya menjalankan peraturan
Per-UU-an, akan termasuk dalam rumusan Tindak Pidana.”
Apakah Melawan Hukum harus dicantumkan atau Tidak ?
Dipersoalkan sampai sekarang, dlm dua ajaran:

Ajaran Sifat Melawan Hukum Formal:


Apabila suatu tindakan telah mencocoki semua unsur yg
termuat dlm rumusan Tindak Pidana, tindakan tsb adalah
Tindak Pidana. Jika ada alasan pembenar (peniadaan sifat
melawan hukum) alasan tsb hrs disebutkan scr tegas dlm UU.

Ajaran Sifat Melawan Hukum Materiel:


Disamping memenuhi syarat-syarat formal, yaitu mencocoki
semua unsur yg tercantum dlm rumusan delik/TP, perbuatan
itu harus benar-benar dirasakan oleh masyarakat sbg
perbuatan yg tdk patut atau tercela. Karena itu, ajaran ini
mengakui alasan-alasan pembenar (peniadaan unsur BMH) di
luar UU atau hukum yg tdk tertulis.
Putusan Mahkamah Agung No: 42K/Kr/1965:

Suatu Tindakan pd umumnya dpt hilang sifatnya sebagai


melawan hukum bukan hanya berdasarkan suatu ketentuan
dalam per-UU-an, melainkan juga berdasarkan asas-asas
keadilan atau asas-asas hukum yg tidak tertulis dan bersifat
umum, sebagai misalnya 3 faktor:
1. Negara tidak dirugikan;
2. Kepentingan umum dilayani; dan
3. Terdakwa tidak mendapat untung.
(Merupakan yurisprudensi pertama ttg hilangnya sifat
melawan hukum materiel sebagai alasan pembenar).
BMH dlm RUU KUHP (Pasal 11):

(1) Tindak pidana adalah perbuatan melakukan at


tidak melakukan sesuatu yg oleh peratur
perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuat
yg dilarang dan diancam pidana.
(2) Untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, sela
perbuatan tsb dilarang dan diancam dengan pida
oleh peraturan perundang-undangan, harus ju
Bersifat Melawan Hukum atau Bertentangan deng
kesadaran hukum masyarakat.
(3) Setiap tindak pidana selalu dipandang Bersi
Melawan Hukum, kecuali ada alasan pembenar.
Asas Personalitas (Pasal 5 KUHP), diatur lbh lnjut dlm Ps 6, 7, 8:
(1)Ketentuan pidana dlm Per-UU-an Indonesia diterapkan
bagi warga negara yg berada di luar Indonesia melakukan:
1. Salah satu kejahatan tsb dlm Bab I dan Bab II Buku
Kedua, dan Psl-psl 160, 161, 240, 279, 450, dan 451.
2. Salah satu perbuatan yg oleh suatu ketentuan pidana dlm
Per-UU-an Indonesia dipandang sbg kejahatan, sedangkan
menurut Per-UU-an negara dimana perbuatan dilakukan
diancam dg pidana.
(2)Penuntutan perkara sbgmana dimaksud dlm butir 2 dpt
dilakukan juga jika Tertuduh (Tersangka/Terdakwa)
menjadi warga negara sesudah melakukan perbuatan.
Perluasan berlakunya Asas personalitas: Pasal 7 KUHP:
“Ketentuan Pidana dlm Per-UU-an Indonesia berlaku bagi
setiap Pejabat yg di luar Indonesia melakukan salah satu
tindak pidana sebagaimana dimaksudkan dlm Bab XXVIII
Buku kedua.”
Apa yg dimaksud Pejabat (ambtenar), adl Pegawai Negeri.
KUHP tdk merumuskan ttg pengertian Pegawai negeri, ttp hanya
merumuskan perluasannya, dalam Pasal 92 KUHP:
(1) Yg disebut Pejabat, termasuk juga orang-orang yg dipilih dlm
pemilihan berdasrkn aturan umum…
(2) Yg disebut pejabat dan hakim termasuk juga hakim wasit; Hakim
termasuk juga org yg menjalankan peradilan Adm.
(3) Semua anggota Angkatan Perang juga disebut pejabat.
Bab XXVIII Buku II KUHP adalah KEJAHATAN JABATAN (Psl 413 – 437)
KESALAHAN
Pengertian Kesalahan dlm Hk Pidana:
Simons: Menempatkan Kesalahan sbg salah satu Unsur dr Tindak Pidana.
Kesalahan adl merupakan unsur subyektif dr Tindak Pidana.
Sbg dasar pertanggunjawbn pidana, yg tdpt pd jiwa pelaku dan
hubungannya dg kelakuan yg dpt dipidana, berdsrkan kejiwaan itu pelaku
dpt dicela krn kelakuannya itu. Utk dpt mengatakan ada kesalahan hrs
dicapai beberapa hal:
a. Kemampuan bertanggung jawab.
b. Hub kejiwaan atr pelaku – kelakuan – akibat.
c. Dolus atau culpa.
Pompe: Dilihat dr Kehendak, Kesalahan mrpk bagian dalam dr kehendak
pelaku; mrpk kelakuan yg bertentangan dg hk yg (seharusnya) dpt dihindari,
yaitu penggangguan ketertiban hukum yg dpt dihindarkan;
Sedangkan Sifat Melawan Hukum mrpk bagian luar, merupakan kelakuan
yg bertentangan dg Hk, yg dicela.
Dikatakan ada kesalahan menurut Hk Pidana jika ada ciri’s: 1. Kelakuan
yg BMH; 2. Dolus/Culpa; 3. Kemampuan bertanggungjawab.
Noyon:
Ciri-ciri kesalahan berhubungan dg Hukum Positip:
1. Pelaku mengetahui a/ hrs dpt mengetahui hakikat kelakuannya;
2. Pelaku mengetahui a/ dpt menduga bhw kelakuannya itu bertentangan
dg hukum.
3. Kelakuan itu dilakukan bukan krn st keadaan jiwa yg tdk normal.
4. Kelakuan dilakukan bukan krn pengaruh keadaan darurat/paksaan.

Roeslan Saleh dan Moeljatno:


-menempatkan kesalahan sbg unsur pertanggungjawaban pidana.
-Kesalahan tdk termasuk dlm pengertian Perbuatan Pidana.
-Unsur Perbuatan Pidana: - Unsur Formil: Mencocoki rumusan UU.
- Unsur Materiel: Sifat Melawan Hukum.
-Unsur Pertangungjawaban Pidana: adalah Kesalahan. Unsur kesalahan:
a. Mampu bertanggungjawab.
b. Sengaja atau alpa.
c. Tidak ada alasan pemaaf.
Kesengajaan:
-Menurut Memorie van Toelichting (MvT): Kesengajaan adl menghendaki
dan menginsyafi terjadinya st tindakan beserta akibatnya (Willens en
wetens … ).
Simons (Teori Kehendak): Kesengajaan adl merupakan kehendak (de wil)
ditujukan kpd perwujudan dr suatu tindakan yg dilarang atau
diharuskan ol UU.
Sifat kesengajaan:
-Dolus Malus: -Selain menghendak tindakannya, juga menginsyafi bhw
tindakan itu dilarang ol UU. (Ajaran ini tdk dianut lagi).
-Kesengejaan yg tdk mempunyai sifat tertentu: Jika pelaku menghendaki
tindakannya. Ada hubungan yg erat atr kejiwaan (batin) dg
tindakannya. Tdk disyaratkan bhw tindakannya tsb dilarang dan
diancam pidana ol UU.

Gradasi Kesengajaan:
1. Kesengajaan Sebagai Maksud (oogmerk);
2. Kesengajaan dg Kesadaran Pasti;
3. Kesengajaan dg Menyadari Kemungkinan (Dolus Eventualis).
1. Kesengajaan Sebagai Maksud:
Terwujudnya tindakan dan akibat betul-betul sebagai perwujudan dari
maksud/tujuan dan pengetahuan pelaku.
Pasal 406 : Merusak barang sebagai perwujudan kehendak pelaku (delik
formal)
Pasal 338 : Matinya seseorang sbg maksud pelaku (delik material).
2. Kesengajaan dengan kesadaran pasti :
Seberapa jauh pengetahuan/kesadaran pelaku ttg tindakan dan akibat.
-Penerbang mengebom tanggul/waduk >Hrs/pasti mengetahui atas
tindakan tsb pasti akan timbul banjir.
- A menembak B dibelakang kaca:
Terhadap B >Sengaja sebagai maksud.
Kaca pecah >Kesengajaan dengan Kesadaran Pasti.
3. Kesengajaan dengan kesadaran kemungkinan
(Dolus Eventualis).
Kesengajaan bersyarat >Sejauh mana pengetahuan/kesadaran pelaku ttg
tindakan dan akibat yang mungkin akan terjadi.
-A menunggang kuda dg cepat ditempat keramaian anak-anak, jika anak
mendpt cedera/luka/mati terinjak kuda >Tindakan A merupakan
Kesengajaan dengan Kesadaran Kemungkinan.
Kesalahan dlm RUU KUHP, Pasal 35:
(1)Tidak seorangpun dapat dipidana tanpa kesalahan;
(2) Bagi TP tertentu, UU dpt menentukan bahwa seseorang dpt dipidana
semata-mata karena telah dipenuhinya unsur-unsur TP tsb tanpa
memperhatikan adanya kesalahan.
(3) Dalam hal tertentu, setiap orang dapat dipertanggungjawabkan atas TP
yg dilakukan oleh orang lain, jika ditentukan dlm suatu UU.
Pasal 36
(1) Seseorang hanya dpt dipertanggungjawabkan jika orang tersebut
melakukan TP dg sengaja atau karena kealpaan.
(2) Perbuatan yg dpt dipidana adl perbuatan yg dilakukan dg sengaja,
kecuali peraturan perundang-undangan menentukan secara tegas
bahwa suatu TP yg dilakukan dg kealpaan dpt dipidana.
(3) Ssorg hanya dpt dipertanggungjawabkan thdp akibat ttt dari suatu TP
yg oleh UU diperberat ancaman pidananya, jk sepatutnya sdh dpt
menduga kemungkinan terjadinya akibat tsb atau sekurang-kurangnya
ada kealpaan.
Feit Material:
> Tidak diperlukan/tidak perlu ada hubungan kausal antara tindakan dan
akibat dengan kejiwaan pelaku. Pokoknya tindakan telah terjadi dan
menurut kenyataan ada seseorang yg melakukan.
Di Negeri Belanda Pendirian ini telah dilepaskan pd Th 1916 (Arest
Hogeraad: MELKBOR ARREST/ WATER EN MELK ARREST”: Jika sama
sekali tdk terdapat kesalahan/kealpaan termasuk CulpaLevis, maka
pemidanaan ditiadakan. Kecuali UU menentukan sebaliknya.

Você também pode gostar