Você está na página 1de 14

Asisten Muda yang Imut

Saya seorang karyawan di Bank yang ada di kampus (di sebuah universitas). Saya m
empunyai pengalaman yang tak akan saya lupakan. Saya telah menyetubuhi seorang a
sisten dosen wanita. Jika dilihat, diri saya juga nggak kalah dengan mahasiswa d
i kampus ini. Saya juga masih muda dan berbadan tegap. Saya memang menyukai asis
ten dosen itu, saya memang suka dengan wanita yang agak kurus, tinggi, tetapi se
cara proporsional "lengkap" baik ukuran payudara maupun pantatnya. Pantatnya tid
ak terlalu besar namun sesuai dengan pinggangnya, wajahnya seperti anak-anak, na
mun menunjukkan kecerdasan, dan kecerdasannya itulah yang membuatku cukup bernaf
su untuk memberinya kepuasan dan membuatnya lemas dalam kepuasan.
Ceritanya begini. Sewaktu itu saya pulang kerja pada jam lima sore, saya lihat d
ia sedang menunggu hujan agak mereda pada hari itu, kita mengobrol karena dia da
n aku searah. Saya ditawari untuk ikut serta dengan mobilnya. Di mobil kami berc
erita tentang segala macam. Saya merasa ingin sekali bercerita terus. Singkat ce
rita mobil yang membawa kami telah tiba di sebuah perempatan di mana saya harus
turun, tetapi di luar masih hujan, dia memaksa untuk dapat mengantarkan saya sam
pai rumah karena jaraknya agak dekat. Tiba di rumah saya menawarkannya untuk mas
uk, dia akhirnya mau dengan keperluan untuk meminjam kamar kecil yang kemudian s
aya mengetahuinya digunakan untuk mengganti panty shield.
Singkat cerita, mungkin setelah tertarik kami saling bertatap-tatapan di depan k
amar mandi setelah dia selesai dari kamar mandi, aku langsung menerjang bibirnya
. Kuhisap mulut dan bibirnya yang lembut, tercium aroma tubuhnya white musk, tan
ganku bergerak merangkulnya dia memegang bahu dan otot bisep dan trisepku. Rupan
ya dia juga tertarik dengan tubuhku yang atletis, karena rambutnya sebatas leher
, kusibakkan rambutnya ke belakang sehingga bisa kulihat belakang kupingnya dan
tengkuknya. Lalu kutarik perlahan hisapan mulutku pada bibirnya, dia menampar la
lu kucium leher pada bagian bawah lehernya. Rupanya dia sungguh menikmatinya. Pe
rlahan jari-jemarinya membuka kancing bajuku lalu tangannya masuk di sela-sela d
an mengelus dadaku, terasa jantung dan darahku mendesir, sementara keadaan di lu
ar rumah hujan dan dingin.
Tangan kananku mencoba mencari ritsluiting roknya di bagian belakang roknya. Set
elah kutemukan, kuturunkan perlahan, tangan kirinya kemudian memegang tanganku s
ebagai tanda tak setuju. Tetapi karena itu kupindahkan lagi bibirku untuk kembal
i mencium dalam-dalam bibirnya yang tipis itu. Nafas menderu dan berdesah, semen
tara semakin rapat saja payudaranya menekan dadaku. Kali ini berhasil kuturunkan
ritsluiting roknya, kemudian ia melangkahi keluar dari lingkaran roknya yang te
lah turun ke lantai.
Lama juga aku mencium gadis ini, mungkin ada hampir 3 sampai 10 menit kemudian a
ku menatap matanya. Tak ada keraguan dari dirinya, kemudian kuangkat dan kugendo
ng dia ke kamar, sampai di kamar kutaruh dia perlahan ke tempat tidur. Sementara
kuturunkan celana panjangku. Kupeluk dia, kucium rambutnya sementara kubuka baj
u kemudian kaus dalamnya, kulihat kulitnya putih sekali. Kemudian ia mengisyarat
kan aku untuk menggunakan kondom, tetapi aku tidak punya, kemudian ia menepuk pi
piku dan menarik pipiku sampai mulutku monyong. "Gue nggak mau resiko, dasar ana
k nakal", kemudian dia keluar kamar sambil hanya mengenakan pakaian dalam. Kemud
ian dia kembali sudah membawa beberapa kondom yang salah satunya sudah dia buka
dengan cara digigit di depanku. Kemudian dia duduk di pahaku, sementara aku suda
h telentang.
Dia mengamati bentuk penisku yang agak kentara, karena sudah agak mengeras di da
lam celana dalam. Dia memainkan kuku telunjuknya mengikuti bentuknya dan mengelu
snya perlahan. Sementara aku menarik CD-ku agak turun. Sehingga kini tegaklah pe
nisku dengan perkasa dan ia tertawa melihatnya. Dia memegang batang penisku deng
an tangan kirinya dan mengelus-elusnya perlahan. Aliran darah menuju penisku sem
akin bertambah tegangnya, sehingga terlihat urat-urat di sekitar batangnya. Lalu
tanganku ditariknya untuk memegang penisku sementara dia memasangi kondom itu d
engan kedua tangannya. Maklum penisku diameternya hampir sama dengan botol Aqua
Rp 1000-an, namun panjangnya hampir sama dengan botol Aqua yang Rp 1500-an. Akhi
rnya usaha untuk memasukkan kondom itu berhasil lalu dia bergerak maju dan agak
berdiri setengah jongkok. Kemudian aku mengarahkan kepala penisku yang terselapu
ti itu ke arah lubang vaginanya. Dia tidak membuka celana dalamnya, dia hanya me
nyampingkan sedikit bagian bawah celananya, tetapi dia menarik panty shield-nya
dan membuangnya ke lantai. Dia turun sedikit sehingga kepala penisku terbenam pa
da bagian kemaluannya. Agaknya dia berteriak tertahan dan berdesis, "Sshh.. ahkk
", sepertinya memang agak rapat otot-otot kewanitaannya.
Dia bangun lalu menyuruhku untuk melakukan petting kembali. Tangannya menarik ta
nganku untuk meremas-remas payudaranya yang memang agak kecil dan bila ia tidura
n tambah tidak terlihat tetapi tetap saja membuatku bertambah nafsu melihat eksp
resi wajahnya. Sementara kudekatkan wajahku untuk mencium bibir dan lehernya. Ta
ngan kiriku bergerak turun ke balik celana dalamnya yang berwarna putih. Kuikuti
alur garis bibir kemaluannya turun kemudian ke atas agak menyelip masuk sedikit
ke dalam, kemudian naik ke atas agak di atas liang kenikmatannya. Kucari benjol
an kecil yang kemudian dapat kusentuh-sentuh dan kugerak-gerakkan, seiring itu d
ia bergerak-gerak tanpa sengaja dia menggigit bibirku, aku menarik wajahku denga
n reflek. Tanganku yang tadinya kugunakan untuk meraba payudaranya, kugunakan un
tuk menarik bibirku agar terlihat dengan mataku, "Sorry nggak sengaja", katanya.
Langsung saja kutarik celana dalamnya turun sampai ke betis, lalu kulihat bagaim
ana kemaluannya masih ditumbuhi bulu yang tidak terlalu lebat, halus namun merat
a. Lalu warna merah jambu bibir kemaluannya dengan bagian pantat yang tidak gemu
k ia terlihat seperti anak-anak. Langsung saja kutindih tubuhnya namun kujaga ag
ar ia tidak langsung kaget menerima beban tubuhku. Kepala penisku kuarahkan ke a
rah bagian kemaluannya, tetapi aku kembali menciumi bibirnya dengan bibirku yang
agak berdarah. Agak asin kurasakan kini, waktu itu penisku tidak masuk melainka
n kegesek di luar saja kemudian kuangkat pantatku dan kulebarkan pahanya.
Sementara tangan kananku meraih bantal dan kuletakkan dibawah pinggang Desy, (oh
ya namanya Desy) sehingga agak terangkat. Kemudian kuarahkan masuk kepala penis
ku sedikit demi sedikit kurasakan hangatnya "di kedalaman". "Aakh.. shh.." aku a
tau dia yang berdesis, aku sudah tidak ingat. Tak sampai penuh masuk, kutarik la
gi penisku dan kulebarkan kembali pahanya dan kumasukkan kembali penisku dengan
agak memaksa. "Oouch", ujarnya. Kutarik ke atas pantatku kemudian kubenamkan kem
bali penisku setelah beberapa kali terulang kutarik agak keluar dan kemudian kud
esak sangat dalam sampai pangkal atau buah zakarku tertekan pada lubang duburnya
.
Selama kejadian itu berlangsung tangan dia memelukku dengan erat namun seakan me
lemah ketika pinggangku kuangkat naik. Saling tarik nafas terjadi bagai sebuah k
ancah berebut oksigen sehingga beberapa menit kemudian desakan dari dalam tak bi
sa kutahan dan kulepaskan saja semuanya. Nafasku terengah-engah, putus-putus, ta
k lama kemudian aku merasakan rasa tolakan serta desakan yang kuat dari dalam va
gina Desy. Keringat dingin terasa di tubuhku dan kejang-kejang serta ekspresi la
in yang tak kuingat dan kulihat karena aku merem menyertai pada diri desy. "Oooh
h.. shh", kemudian dia memelukku erat walaupun terasa desakan dari dalam kuat te
tap saja tak mampu mengeluarkan penisku, malah jadinya kutekan sekuatku ke dalam
. Lalu tak terasa aku tertidur lemas sampai akhirnya ia menggeserku agar pindah
dari atas tubuhnya. Penisku terangkat dan bersandar di pahanya. Kuberikan isyara
t untuk mencopot kondomnya, ia kemudian melakukannya. Kupegang penisku dan kuger
ak-gerakkan, "Berani nggak?" kutanya. Begitu penis itu dipegangnya ia baru terke
na di bibirnya dan terjilat sekali, dia kemudian muntah di lantai. "Pusing ah.."
iya memang karena seharian kerja aku juga sempat kunang-kunang, setelah mencapa
i klimaks.
Singkatnya hubungan itu kami lanjutkan sampai sekarang, dan kita sama-sama memua
skan satu sama lain. Tetapi kasihan dia sepertinya capai. Akhirnya tetap saja ku
pandangi dengan suatu keinginan ke arah bagian belakang pantat mungilnya itu ket
ika ia berbalik arah untuk pergi.
TAMAT
Nikmatnya Mengintip
Sebelumnya, saya ingin bilang kalo ini benar-benar cerita nyata yang terjadi pad
a diri saya, bukan fiksi. Saya berharap pembaca akan ikut terangsang setelah mem
baca cerita saya ini.
Saya hidup di negara Amerika baru sekitar 4 tahun. Entah mengapa, ada suatu kebi
asaan buruk yang benar-benar sulit sekali untuk saya hilangkan, yakni mengintip.
Kebiasaan ini sudah ada sejak saya kelas SMP 1 di Jakarta. Saya senang sekali m
engintip rok dan baju cewek. Biasanya saya akan berusaha setengah mati mencari c
ewek yang cantik dan sip banget. Terus saya dekati dan pura-pura bicara dengan s
ang cewek cantik dan merangsang, kadang malah belaga bodoh. Saya sangat puas kal
au sudah berhasil mengintip di balik seragam sekolah (atau baju-baju lain) ataup
un rok cewek, apalagi kalau cewek itu adalah cewek idola satu sekolah. Terutama
kalau cewek itu tahu kalau dia diintip, terus mendadak nutup baju atau merapatka
n kedua kakinya. Duhh.. nikmatnya kalau sudah berhasil, saya langsung lampiaskan
nafsu setan saya dengan onani.
Sampai puas dan tuntas, di rumah ataupun di WC sambil membayangkan sang cewek ca
ntik punya celana dalam maupun BH yang telah saya lihat ini. Mungkin saya ini me
mang sedikit tidak normal, mungkin juga ini karena saya tidak pernah dapat kesem
patan bebas untuk nonton blue film maupun kencan dengan cewek (dari faktor orang
tua, rumah yang tak pernah sepi, dan lain-lain). Tapi tak apalah, saya akan tet
ap menceritakan pengalaman saya ini.
Pengalaman pertama yang akan saya ceritakan adalah tentang mengintip di toko buk
u. Suatu siang yang bolong, saya menyempatkan diri untuk jalan-jalan ke toko buk
u, yang kebetulan dekat dengan rumah tempat tinggal saya (di Amerika). Saya naik
ke tingkat dua, dan oohh.. saya melihat ada seorang cewek bule yang menurut per
kiraan saya pasti masih SMA (high school) dengan seragam sekolahnya, dan dia ini
boleh dibilang cantik aduhai dan alim. Kulitnya putih bersih (tak ada freckles
dan jerawat lho), tinggi sedang. Dan wuaah.. apalagi dengan seragam sekolahnya,
saya semakin nafsu tidak tahan kalau rasanya hari ini saya belum mengintip apa-a
pa dari dia. Untuk itu, sambil sudah terangsang membayangkannya, saya coba cari
strategi untuk mengintip dia.
Saya akhirnya terus mengikuti dia, sampai akhirnya dia duduk di sebuah kursi, de
ngan beberapa buku bacaannya (kelihatannya sih buku novel, mungkin tugas sekolah
nya, kelas Inggris, soalnya dia kelihatan serius sekali). Dia berbicara sebentar
dengan cewek yang kelihatan tua, yang menurut dugaan saya pasti itu ibunya. Say
a hanya berharap supaya ibunya itu pergi, supaya saya bisa dengan cepat melancar
kan aksi mengintip saya terhadap cewek bule yang aduhai, cantik dan diam, dan mu
ngkin kutu buku ini. Ooohh, tak tahan. Perlahan saya sembunyi di balik salah sat
u rak buku sambil mulai menggosok-gosok celana saya. Bayangkan, betapa nikmatnya
kalau saya akhirnya benar-benar bisa mengintip dia.
Saya terus menggosok sambil mengerang, "Oh.. oh.. ahh.. cantik sekali.. ahh.."
Tiba-tiba muncul kesempatan itu. Ibunya kelihatannya berkata ke cewek ini, tanda
dia mau jalan-jalan dulu ke sektor bacaan lain, atau kemana gitu. Aaah.. cuek,
yang penting rintangan terbesar sudah lewat. Batang kemaluan saya sudah makin me
mbesar membayangkan semua ini. Sambil terus mengocok, saya lihat dari jauh diman
a saya bisa mengintip cewek amboi ini. Tiba-tiba, ahh.. saya melihat adanya suat
u peluang besar. Cewek bule ini ternyata duduk di kursi yang di depannya adalah
tempat anak-anak kecil (mungkin balita) biasa membaca buku. Jadi di depan kursi
dia duduk, ada suatu petak yang lebih tinggi sedikit dari lantai, biasanya untuk
para anak-anak kecil.
Jantung saya berdebar kencang sekali. Akhirnya saya maju pelan-pelan. Maju, maju
, sambil dipenuhi pikiran yang sudah tidak karuan dengan nafsu mengintip. Akhirn
ya saya pura-pura mengambil satu buku dari rak buku terdekat, saya lalu lihat ke
dia lagi. Aduuhh. semakin cantik saja kalau dilihat dari dekat cewek ini, terut
ama ketika dia baca, ooh serius sekali. Mana masih highschool lagi, ohh.. tak ta
hukah dia ada cowok jalang yang sebentar lagi akan mengintipnya.
Jantung saya berdebar semakin kencang, inilah penentuannya, saya jalan ke arah p
etak (ubin) pendek di depan dia. Saya menoleh kiri dan kanan, tidak ada orang ya
ng akan mencurigai. Maklum, ini toko buku yang sepi. Saya menelan ludah dan tang
an sudah tidak saya main-mainkan lagi, tapi saya merasa batang kemaluan saya sud
ah klimaks tegang sekali.
Akhirnya saya duduk di petak itu, tepat di depan kursi dia duduk. Dan, "Ooohh, y
a ampuunn..!" saya benar-benar tegang sekali. Saya ternyata berhasil, sukses sek
ali. Dan tak sekedar berhasil saja, tapi ini mungkin salah satu pengalaman mengi
ntip terbaik saya. Bayangkan saja, walaupun cewek cantik ini duduk dengan kaki m
erapat, sehingga rok sekolahnya juga tertutup rapat, dengan jarak kami yang sang
at dekat (sedekat pembaca dengan layar monitor komputer lah), dan dengan posisi
saya duduk terang-terangan di bawah dan di depan tempat dia duduk, saya merasaka
n kenikmatan yang luar biasa.
Saya berhasil menerobos pandangan mata haram saya ini menembusi kedua rapat kaki
nya yang putih mulus, terus makin dalam. Dan yang membuat saya sangat terangsang
, saya berhasil melihat celana dalamnya. Bayangkan, dengan jarak yang sangat dek
at dengannya, saya seakan-akan seperti diperbolehkan untuk melihat keindahan pah
anya yang putih dan mulus, juga celana dalamnya. Oooh.., dia ternyata tidak sada
r, karena dia tetap serius membaca bukunya. Saya pun pura-pura buka dan baca buk
u yang saya sudah ambil, tapi untuk sedetik di buku, saya bisa habiskan semenit
melihat pemandangan nan indah itu.
Saya mendesah pelan, "Aaah.. nikmat sekali perasaan ini."
Mungkin para pembaca tak tahu bagaimana perasaan saya saat itu, tapi satu kata y
ang bisa saya utarakan, "nikmat", merangsang dan yah.., kurang ajar memang.
Sekitar 5 menit setelah itu, dia ternyata mengganti posisi duduknya, dia mulai b
ergerak sedikit ketika membetulkan posisi duduknya, dengan mata tetap tertuju ke
bukunya. Saya memang sudah dari tadi berharap dapat melihat pemandangan yang le
bih indah dari dia ini, saya berharap dia bergerak, bergerak sedikit lagi supaya
saya kali ini benar-benar bisa melihat tembus dari luar rok, sampai benar-benar
ke celana dalamnya. Dan oohh.., setan kurang ajar memenuhi keinginan saya, dia
bergerak membetulkan posisi duduknya, dan kali ini posisi duduknya lebih melebar
sedikit agak ke kanan.
Saya hanya bisa merasakan batang kemaluan saya sudah berdetak kencang. Saya rasa
nya ingin sekali onani melihat semua ini. Saya langsung berdiri, lalu pergi ke r
ak buku terdekat. Kali ini saya benar-benar ingin melihat cewek macam apakah yan
g sudah saya intip ini, supaya ketika saya onani, saya dapat lebih nafsu. Ternya
ta, memang cewek bule ini cantik sekali dan alim, masih SMA lagi.
Saya pura-pura ganti buku, dan dengan terangsang berat, saya duduk kembali di pe
tak tempat saya duduk, kali ini lebih ke kanan sedikit. Dan mungkin inilah punca
k klimaks saya pembaca sekalian, karena posisi duduknya yang sudah agak mengangk
ang ini, maka sudutnya semakin melebar, sehingga seakan-akan jelas sekali celana
dalamnya yang berwarna putih.
Dan ada sedikit bulu-bulu halus di pinggiran celana dalamnya. Pembaca harus tahu
, dalam sejarah mengintip saya, sepertinya baru kali ini saya bisa melihat jelas
celana dalam dan sedikit bulu-bulu halus kemaluan seorang cewek yang cantik dan
pendiam dan alim dan mempesona ini. Saya mencoba menutupi kemaluan saya dengan
buku bacaan saya.
Saya mulai berpikir, "Aaah.. oh.. cantik sekali perempuan ini. Terlambat, saya a
kan memuaskan nafsu saya nanti dengan onani sepuas-puasnya sambil membayangkan p
aha dan celana dalam dan sedikit bulu-bulu kemaluanmu, aahh.."
Apalagi setelah saya kembali melihat tepi-tepi rok sekolahnya, dan saya kemudian
berpikir, "Biasanya saya ngintip hanya sejauh paha perempuan, tapi kali ini say
a sampe berhasil menelusuri hampir bagian terdalamnya. Sampai keliatan jelas cel
ana dalam cewek ini sekitar 10 menit, dan juga sedikit bulu-bulu kemaluannya di
samping celana dalamnya. Ohh.. nikmatnyaa..!"
Setelah sekitar 2 menit kemudian, datanglah ibunya sambil menanyakan bacaannya.
Lalu akhirnya sang cewek cantik ini sekali lagi bergerak untuk terakhir kalinya
sebelum berdiri, hingga rok sekolahnya agak tersibak, memperlihatkan keindahan p
ahanya yang putih mulus dan celana dalamnya yang putih untuk terakhir kalinya. A
khirnya dia berdiri dan jalan bersama ibunya. Saya juga ikut berdiri, dalam hati
berpikir, mungkin ada kesempatan lebih lagi untuk mengintip cewek ini lebih jau
h, namun cewek ini ternyata sudah naik eskalator sambil tersenyum manis ke ibuny
a dengan buku-buku novel beliannya. Saya sudah tidak tahan lagi, apalagi melihat
senyum dari bibirnya yang indah ini.
Kontan saya langsung berjalan cepat ke WC toko buku tersebut, dan mengeluarkan c
elana dan celana dalam saya.
Langsung, "Sreet.. sreet.. srreet.." saya onani sambil mendesah pelan.
"Oooh.. aah.. cewek cantik.. aah.. aku berhasil melihat.. aah.. sampai ke dalam-
dalam.. aah.. engkau cantik sekali.. Dan pahamu.. putih.. aahh.. mulus.. dan cel
ana dalammu.. kelihataan jelas sekali.. dan bulu-bulu kemaluanmuu.. aahh.." saya
mencoba membayangkannya.
Sebelum habis perkataanku, keluarlah sudah spermaku bermuncratan dengan nikmat s
ekali. Benar-benar saya merasakan bahwa misi pengintipan saya terhadap cewek can
tik kali ini benar-benar berhasil total.
"Crott.. croott.. aah.." sprema saya memancar keluar terus.
Saya terus berpikir, alangkah beruntungnya saya hari ini diikuti dengan keluarny
a isi terakhir sperma saya yang nikmat ini, setelah membayangkan bagian dalam ro
k sekolah cewek SMA ini. Sulit saya lupakan.
Sejak saat itu, sekitar 1 atau 2 bulan ke depan, saya masih ingat wajahnya yang
manis dan cantik, dan juga kejadian yang sangat mendebarkan jantung saya ini. Di
rumah saya menyempatkan diri onani terus mengingat kejadian itu.
Demikianlah pengalaman pertama mengintip saya. Kalau pembaca puas, akan saya cer
itakan pengalaman-pengalaman mengintip saya yang lain yang tak kalah menariknya.
Namun pengalaman yang ini bisa dibilang "one of the best". Sungguh durhaka saya
berani mengintip cewek-cewek cantik yang tidak saya kenal. Tapi sungguh sulit s
ekali menghilangkan dosa mengintip saya yang satu ini, biarpun saya sudah diajar
kan oleh agama. Saya tak kuasa menahan godaan ini. Setan memang lihai. Sering sa
ya merasa bersalah sekali setelah saya mengintip dan onani. Saya hanya berharap,
kelak suatu saat, saya akan mendapatkan seorang perempuan yang sama seleranya d
engan yang saya mau, sehingga saya bisa menghentikan perbuatan cabul ini.
TAMAT
Mbak Ira, Suster Cantikku
Nilai: B <<-Prev | Next->>
Cerita ini terjadi beberapa tahun yang lalu, dimana saat itu saya sedang dirawat
di rumah sakit untuk beberapa hari. Saya masih duduk di kelas 2 SMA pada saat i
tu. Dan dalam urusan asmara, khususnya "bercinta" saya sama sekali belum memilik
i pengalaman berarti. Saya tidak tahu bagaimana memulai cerita ini, karena semua
nya terjadi begitu saja. Tanpa kusadari, ini adalah awal dari semua pengalaman a
smaraku sampai dengan saat ini.
Sebut saja nama wanita itu Ira, karena jujur saja saya tidak tahu siapa namanya.
Ira adalah seorang suster rumah sakit dimana saya dirawat. Karena terjangkit ge
jala pengakit hepatitis, saya harus dirawat di Rumah sakit selama beberapa hari.
Selama itu juga Ira setiap saat selalu melayani dan merawatku dengan baik. Oran
g tuaku terlalu sibuk dengan usaha pertokoan keluarga kami, sehingga selama diru
mah sakit, saya lebih banyak menghabiskan waktu seorang diri, atau kalau pas keb
etulan teman-temanku datang membesukku saja.
Yang kuingat, hari itu saya sudah mulai merasa agak baikkan. Saya mulai dapat du
duk dari tempat tidur dan berdiri dari tempat tidur sendiri. Padahal sebelumnya,
jangankan untuk berdiri, untuk membalikkan tubuh pada saat tidurpun rasanya san
gat berat dan lemah sekali. Siang itu udara terasa agak panas, dan pengap. Sekal
ipun ruang kamarku ber AC, dan cukup luas untuk diriku seorang diri. Namun, saya
benar-benar merasa pengap dan sekujur tubuhku rasanya lengket. Yah, saya memang
sudah beberapa hari tidak mandi. Maklum, dokter belum mengijinkan aku untuk man
di sampai demamku benar-benar turun.
Akhirnya saya menekan bel yang berada disamping tempat tidurku untuk memanggil s
uster. Tidak lama kemudian, suster Ira yang kuanggap paling cantik dan paling ba
ik dimataku itu masuk ke kamarku.
"Ada apa Dik?" tanyanya ramah sambil tersenyum, manis sekali.
Tubuhnya yang sintal dan agak membungkuk sambil memeriksa suhu tubuhku membuat s
aya dapat melihat bentuk payudaranya yang terlihat montok dan menggiurkan.
"Eh, ini Mbak. Saya merasa tubuhku lengket semua, mungkin karena cuaca hari ini
panas banget dan sudah lama saya tidak mandi. Jadi saya mau tanya, apakah saya s
udah boleh mandi hari ini mbak?", tanyaku sambil menjelaskan panjang lebar.
Saya memang senang berbincang dengan suster cantik yang satu ini. Dia masih muda
, paling tidak cuma lebih tua 4-5 tahun dari usiaku saat itu. Wajahnya yang khas
itupun terlihat sangat cantik, seperti orang India kalau dilihat sekilas.
"Oh, begitu. Tapi saya tidak berani kasih jawabannya sekarang Dik. Mbak musti ta
nya dulu sama Pak dokter apa adik sudah boleh dimandiin apa belum", jelasnya ram
ah.
Mendengar kalimatnya untuk "memandikan", saya merasa darahku seolah berdesir kea
tas otak semua. Pikiran kotorku membayangkan seandainya benar Mbak Ira mau meman
dikan dan menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar saya terbengong sejenak,
dan batang kontolku berdiri dibalik celana pasien rumah sakit yang tipis itu.
"Ihh, kamu nakal deh mikirnya. Kok pake ngaceng segala sih, pasti mikir yang ngg
a-ngga ya. hi hi hi".
Mbak Ira ternyata melihat reaksi yang terjadi pada penisku yang memang harus kua
kui sempat mengeras sekali tadi. Saya cuma tersenyum menahan malu dan menutup ba
gian bawah tubuhku dengan selimut.
"Ngga kok Mbak, cuma spontanitas aja. Ngga mikir macem-macem kok", elakku sambil
melihat senyumannya yang semakin manis itu.
"Hmm, kalau memang kamu mau merasa gerah karena badan terasa lengket Mbak bisa m
andiin kamu, kan itu sudah kewajiban Mbak kerja disini. Tapi Mbak bener-bener ng
ga berani kalau Pak dokter belum mengijinkannya", lanjut Mbak Ira lagi seolah me
mancing gairahku.
"Ngga apa-apa kok mbak, saya tahu Mbak ngga boleh sembarangan ambil keputusa" ja
wabku serius, saya tidak mau terlihat "nakal" dihadapan suster cantik ini. Lagi
pula saya belum pengalaman dalam soal memikat wanita.
Suster Ira masih tersenyum seolah menyimpan hasrat tertentu, kemudian dia mengam
bil bedak Purol yang ada diatas meja disamping tempat tidurku.
"Dik, Mbak bedakin aja yah biar ngga gerah dan terasa lengket", lanjutnya sambil
membuka tutup bedak itu dan melumuri telapak tangannya dengan bedak.
Saya tidak bisa menjawab, jantungku rasanya berdebar kencang. Tahu-tahu, dia sud
ah membuka kancing pakaianku dan menyingkap bajuku. Saya tidak menolak, karena d
ibedakin juga bisa membantu menghilangkan rasa gerah pikirku saat itu. Mbak Ira
kemudian menyuruhku membalikkan badan, sehingga sekarang saya dalam keadaan teng
kurap diatas tempat tidur.
Tangannya mulai terasa melumuri punggungku dengan bedak, terasa sejuk dan halus
sekali. Pikiranku tidak bisa terkontrol, sejak dirumah sakit, memang sudah lama
saya tidak membayangkan hal-hal tentang seks, ataupun melakukan onani sebagaiman
a biasanya saya lakukan dirumah dalam keadaan sehat. Kontolku benar-benar berdir
i dan mengeras tertimpa oleh tubuhku sendiri yang dalam keadaan tenglungkup. Ras
anya ingin kugesek-gesekkan kontolku di permukaan ranjang, namun tidak mungkin k
ulakukan karena ada Mbak Ira saat ini. fantasiku melayang jauh, apalagi sesekali
tangannya yang mungil itu meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada c
airan bening mengalir dari ujung kontolku karena terangsang.
Beberapa saat kemudian Mbak Ira menyuruhku membalikkan badan. Saya merasa canggu
ng bukan main, karena takut dia kembali melihat kontolku yang ereksi.
"Iya Mbak..", jawabku sambil berusaha menenangkan diri, sayapun membalikkan tubu
hku.
Kini kupandangi wajahnya yang berada begitu dekat denganku, rasanya dapat kurasa
kan hembusan nafasnya dibalik hidung mancungnya itu. Kucoba menekan perasaan dan
pikiran kotorku dengan memejamkan mata.
Sekarang tangannya mulai membedaki dadaku, jantungku kutahan sekuat mungkin agar
tidak berdegup terlalu kencang. Saya benar-benar terangsang sekali, apalagi saa
t beberapa kali telapak tangannya menyentuh putingku.
"Ahh, geli dan enak banget", pikirku.
"Wah, kok jadi keras ya? he he he", saya kaget mendengar ucapannya ini.
"Ini loh, putingnya jadi keras.. kamu terangsang ya?"
Mendengar ucapannya yang begitu vulgar, saya benar-benar terangsang. Kontolku la
ngsung berdiri kembali bahkan lebih keras dari sebelumnya. Tapi saya tidak beran
i berbuat apa-apa, cuma berharap dia tidak melihat kearah kontolku. Saya cuma te
rsenyum dan tidak bicara apa-apa. Ternyata Mbak Ira semakin berani, dia sekarang
bukan lagi membedaki tubuhku, melainkan memainkan putingku dengan jari telunjuk
nya. Diputar-putar dan sesekali dicubitnya putingku.
"Ahh, geli Mbak. Jangan digituin", kataku menahan malu.
"Kenapa? Ternyata cowok bisa terangsang juga yah kalau putingnya dimainkan gini"
, lanjutnya sambil melepas jari-jari nakalnya.
Saya benar-benar kehabisan kata-kata, dilema kurasakan. Disatu sisi saya ingin t
erus di"kerjain" oleh Mbak Ira, satu sisi saya merasa malu dan takut ketahuan or
ang lain yang mungkin saja tiba-tiba masuk.
"Dik Iwan sudah punya pacar?", tanya Mbak Ira kepadaku.
"Belum Mbak", jawabku berdebar, karena membayangkan ke arah mana dia akan berbic
ara.
"Dik Iwan, pernah main sama cewek ngga?", tanyanya lagi.
"Belum mbak" jawabku lagi.
"hi.. hi.. hi.. masa ngga pernah main sama cewek sih", lanjutnya centil.
Aduh pikirku, betapa bodohnya saya bisa sampai terjebak olehnya. Memangnya "main
" apaan yang saya pikirkan barusan. Pasti dia berpikir saya benar-benar "nakal"
pikirku saat itu.
"Pantes deh, de Iwan dari tadi Mbak perhatiin ngaceng terus, Dik Iwan mau main-m
ain sama Mbak ya?
Wow, nafsuku langsung bergolak. Saya cuma terbengong-bengong. Belum sempat saya
menjawab, Mbak Ira sudah memulai aksinya. Dicumbuinya dadaku, diendus dan ditiup
-tiupnya putingku. Terasa sejuk dan geli sekali, kemudian dijilatnya putingku, d
an dihisap sambil memainkan putingku didalam mulutnya dengan lidah dan gigi-gigi
kecilnya.
"Ahh, geli Mbak"m rintihku keenakan.
Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan akhirnya mulutku. Awalnya saya cum
a diam saja tidak bisa apa-apa, setelah beberapa saat saya mulai berani membalas
ciumannya. Saat lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit mulutku, t
erasa sangat geli dan enak, kubalas dengan memelintir lidahnya dengan lidahku. K
uhisap lidahnya dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu. Sesekali saya
mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh mulutnya yang merah tipis i
tu. Tanganku mulai berani, mulai kuraba pinggulnya yang montok itu. Namun, saat
saya mencoba menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri.
"Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bisa gawat", katanya.
Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari tempat tidur dan be
rjalan masuk ke kamar mandi yang terletak disudut kamar.
Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian dia menghidupkan kr
an bak mandi sehingga suara deru air agak merisik dalam ruang kecil itu. Tangann
ya dengan tangkas menanggalkan semua pakaian dan celanaku sampai saya telangjang
bulat. Kemudian dia sendiripun melepas topi susternya, digantungnya di balik pi
ntu, dan melepas beberapa kancing seragamnya sehingga saya sekarang dapat meliha
t bentuk sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik Bra-nya yang berwarna
hitam. Kami pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini lebih panas dan bernafsu. Say
a belum pernah berciuman dengan wanita, namun Mbak Ira benar-benar pintar membim
bingku. Sebentar saja sudah banyak jurus yang kepelajari darinya dalam berciuman
. Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Kontolku yang berdiri tegak kudekatkan kepah
anya dan kugesek-gesekkan. Ahh enak sekali. Tanganku pun makin nekat meremas dan
membuka Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada dihadapanku, kuciumi puting s
usunya, kuhisap dan memainkannya dengan lidah dan sesekali menggigitnya.
"Yes, enak.. ouh geli Wan, ah.. kamu pinter banget sih", desahnya seolah geram s
ambil meremas rambutku dan membenamkannya ke dadanya.
Kini tangannya mulai meraih kontolku, digenggamnya. Tersentak saya dibuatnya. Ge
nggamannya begitu erat, namun terasa hangat dan nikmat. Saya pun melepas kuluman
ku di putingnya, kini kududuk diatas closet sambil membiarkan Mbak Ira memainkan
kontolku dengan tangannya. Dia jongkok mengahadap selangkanganku, dikocoknya ko
ntolku pelan-pelan dengan kedua tangannya.
"Ahh, enak banget Mbak.. asik.. ahh.. ahh..", desahku menahan agar tidak menyemb
urkan maniku cepat-cepat.
Kuremas payudaranya saat dia terus mengocok kontolku, sekarang kulihat dia mulai
menyelipkan tangan kirinya diselangkannya sendiri, digosok-gosoknya tangannya k
e arah memeknya sendiri. Melihat aksinya itu saya benar-benar terangsang sekali.
Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan memeknya dengan jempol kakiku. Ternyata di
a tidak mengelak, dia malah melepas celana dalamnya dan berjongkok tepat diatas
posisi kakiku.
Kami saling melayani, tangannya mengocok kontolku pelan sambil melumurinya denga
n ludahnya sehingga makin licin dan basah, sementara saya sibuk menggelitik meme
knya yang ditumbuhi bulu-bulu keriting itu dengan kakiku. Terasa basah dan sedik
it becek, padahal saya cuma menggosok-gosok saja dengan jempol kaki.
"Yes.. ah.. nakal banget kamu Wan.. em, em, eh.. enak banget", desahnya keras.
Namun suara cipratan air bak begitu keras sehingga saya tidak khawatir didengar
orang. Saya juga membalas desahannya dengan keras juga.
"Mbak Ira, sedotin kontol saya dong.. please.. saya kepingin banget", pintaku ka
rena memang sudah dari tadi saya mengharapkan sedotan mulutnya di kontolku seper
ti adegan film BF yang biasa kutonton.
"Ih.. kamu nakal yah", jawabnya sambil tersenyum.
Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala kontolku yang sudah
licin oleh cairan pelumas dan air ludahnya itu. Saya cuma bisa menahan nafas, se
saat gerakan jempol kakiku terhenti menahan kenikmatan yang sama sekali belum pe
rnah kurasakan sebelumnya.
Dan tiba-tiba dia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya yang terbuka lebar, kemu
dian dikatupnya mulutnya sehingga kini kontolku terjepit dalam mulutnya, disedot
nya sedikit batang kontolku sehingga saya merasa sekujur tubuhku serasa mengejan
g, kemudian ditariknya kontolku keluar.
"Ahh.. ahh..", saya mendesah keenakkan setiap kali tarikan tangannya dan mulutny
a untuk mengeluarkan kontolku dari jepitan bibirnya yang manis itu.
Kupegang kepalanya untuk menahan gerakan tarikan kepalanya agar jangan terlalu c
epat. Namun, sedotan dan jilatannya sesekali disekeliling kepala kontolku didala
m mulutnya benar-benar terasa geli dan nikmat sekali.
Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba saya merasa getaran di sekujur batang ko
ntolku. Kutahan kepalanya agar kontolku tetap berada dsidalam mulutnya. Seolah t
ahu bahwa saya akan segera "keluar", Mbak Ira menghisap semakin kencang, disedot
dan terus disedotnya kontolku. Terasa agak perih, namun sangat enak sekali.
"AHH.. AHH.. Ahh.. ahh", teriakku mendadak tersemprot cairan mani yang sangat ke
ntal dan banyak karena sudah lama tidak dikeluarkan itu kedalam mulut Mbak Ira.
Dia terus memnghisap dan menelan maniku seolah menikmati cairan yang kutembakkan
itu, matanya merem-melek seolah ikut merasakan kenikmatan yang kurasakan. Kubia
rkan beberapa saat kontolku dikulum dan dijilatnya sampai bersih, sampai kontolk
u melemas dan lunglai, baru dilepaskannya sedotannya. Sekarang dia duduk di dind
ing kamar mandi, masih mengenakan pakaian seragam dengan kancing dan Bra terbuka
, ia duduk dan mengangkat roknya ke atas, sehingga kini memeknya yang sudah tida
k ditutupi CD itu terlihat jelas olehku. Dia mebuka lebar pahanya, dan digosok-g
osoknya memeknya dengan jari-jari mungilnya itu. Saya cuma terbelalak dan terus
menikmati pemandangan langka dan indah ini. Sungguh belum pernah saya melihat se
orang wanita melakukan masturbasi dihadapanku secara langsung, apalagi wanita it
u secantik dan semanis Mbak Ira. Sesaat kemudian kontolku sudah mulai berdiri la
gi, kuremas dan kukocok sendiri kontolku sambil tetap duduk di atas toilet sambi
l memandang aktifitas "panas" yang dilakukan Mbak Ira. Desahannya memenuhi ruang
kamar mandi, diselingi deru air bak mandi sehingga desahan itu menggema dan ter
dengar begitu menggoda.
Saat melihat saya mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok kontol sendiri, Mbak Ira
tampak semakin terangsang juga.
Tampak tangannya mulai menyelip sedikit masuk kedalam memeknya, dan digosoknya s
emakin cepat dan cepat. Tangan satunya lagi memainkan puting susunya sendiri yan
g masih mengeras dan terlihat makin mancung itu.
"Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas ya..", canda Mbak Ira sambil mendekati d
iriku.
Kembali digenggamnya kontolku dengan menggunakan tangan yang tadi baru saja dipa
kai untuk memainkan memeknya. Cairan memeknya di tangan itu membuat kontolku yan
g sedari tadi sudah mulai kering dari air ludah Mbak Ira, kini kembali basah. Sa
ya mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih memeknya dengan jari-jari tanganku
, tapi Mbak Ira menepisnya.
"Ngga usah, biar cukup Mbak aja yang puasin kamu.. hehehe", agak kecewa saya men
dengar tolakannya ini.
Mungkin dia khawatir saya memasukkan jari tanganku sehingga merusak selaput dara
hnya pikirku, sehingga saya cuma diam saja dan kembali menikmati permainannya at
as kontolku untuk kedua kalinya dalam kurun waktu 10 menit terakhir ini.
Kali ini saya bertahan cukup lama, air bak pun sampai penuh sementara kami masih
asyik "bermain" di dalam sana. Dihisap, disedot, dan sesekali dikocoknya kontol
ku dengan cepat, benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa letih dan basah ol
eh peluh keringat. Mbak Ira pun tampak letih, keringat mengalir dari keningnya,
sementara mulutnya terlihat sibuk menghisap kontolku sampai pipinya terlihat kem
pot. Untuk beberapa saat kami berkonsentrasi dengan aktifitas ini. Mbak Ira sung
gu hebat pikirku, dia mengulum kontolku, namun dia juga sambil memainkan memekny
a sendiri.
Setelah beberapa saat, dia melepaskan hisapannya.
Dia merintih, "Ah.. ahh.. ahh.. Mbak mau keluar Wan, Mbak mau keluar", teriaknya
sambil mempercepat gosokan tangannya.
"Sini mbak, saya mau menjilatnya", jawabku spontan, karena teringat adegan film
BF dimana pernah kulihat prianya menjilat memek wanita yang sedang orgasme denga
n bernafsu.
Mbak Ira pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya memeknya ke arah mulutku.
"Nih.. cepet hisap Wan, hisap..", desahnya seolah memelas.
Langsung kuhisap memeknya dengan kuat, tanganku terus mengocok kontolku. Aku ben
ar-benar menikmati pengalaman indah ini. Beberapa saat kemudian kurasakan getara
n hebat dari pinggul dan memeknya. Kepalaku dibenamkannya ke memeknya sampai hid
ungku tergencet diantara bulu-bulu jembutnya. Kuhisap dan kusedot sambil memaink
an lidahku di seputar kelentitnya.
"Ahh.. ahh..", desah Mbak Ira disaat terakhir berbarengan dengan cairan hangat y
ang mengalir memenuhi hidung dan mulutku, hampir muntah saya dibuatnya saking ba
nyaknya cairan yang keluar dan tercium bau amis itu.
Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar kurasakan bagaikan gejolak
pil ekstasi saja, tak lama kemudian sayapun orgasme untuk kedua kalinya. Kali in
i tidak sebanyak yang pertama cairan yang keluar, namun benar-benar seperti memb
awaku terbang ke langit ke tujuh.
Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan. Dia duduk diatas pangkuank
u, cairan memeknya membasahi kontolku yang sudah lemas. Kami sempat berciuman be
berapa saat dan meninggalkan beberapa pesan untuk saling merahasiakan kejadian i
ni dan membuat janji dilain waktu sebelum akhirnya kami keluar dari kamar mandi.
Dan semuanya masih dalam keadaan aman-aman saja.
Mbak Ira, adalah wanita pertama yang mengajariku permainan seks. Sejak itu saya
sempat menjalin hubungan gelap dengan Mbak Ira selama hampir 2 tahun, selama SMA
saya dan dia sering berjanji bertemu, entah di motel ataupun di tempat kostnya
yang sepi. Keperjakaanku tidak hanya kuberikan kepadanya, tapi sebaliknya kepera
wanannya pun akhirnya kurenggut setelah beberapa kali kami melakukan sekedar ese
k-esek.
Kini saya sudah kuliah di luar kota, sementara Mbak Ira masih kerja di Rumah sak
it itu. Saya jarang menanyakan kabarnya, lagi pula hubunganku dengannya tidak la
in hanya sekedar saling memuaskan kebutuhan seks. Konon, katanya dia sering mera
sa "horny" menjadi perawat. Begitu pula pengakuan teman-temannya sesama suster.
Saya bahkan sempat beberapa kali bercinta dengan teman-teman Mbak Ira. Pengalama
n masuk rumah sakit, benar-benar membawa pengalaman indah bagi hidupku, paling t
idak masa mudaku benar-benar nikmat. Mbak Ira, benar-benar fantastis menurutku..
Sampai jumpa di kisah yang lain
Andani Citra: Akibat Berenang Bugil
Hari itu, sekitar jam 12 siang, aku baru saja tiba di vilaku di puncak. Pak Joko
, penjaga vilaku membukakan pintu garasi agar aku bisa memarkirkan mobilku. Phee
w.. akhirnya aku bisa melepaskan kepenatan setelah seminggu lebih menempuh UAS.
Aku ingin mengambil saat tenang sejenak, tanpa ditemani siapapun, aku ingin meni
kmatinya sendirian di tempat yang jauh dari hiruk pikuk ibukota. Agar aku lebih
menikmati privacy-ku maka kusuruh Pak Joko pulang ke rumahnya yang memang di des
a sekitar sini. Pak Joko sudah bekerja di tempat ini sejak papaku membeli vila i
ni sekitar 7 tahun yang lalu, dengan keberadaannya, vila kami terawat baik dan b
elum pernah kemalingan. Usianya hampir seperti ayahku, 50-an lebih, tubuhnya tin
ggi kurus dengan kulit hitam terbakar matahari. Aku daridulu sebenarnya berniat
mengerjainya, tapi mengingat dia cukup loyal pada ayahku dan terlalu jujur, maka
kuurungkan niatku.
"Punten Neng, kalau misalnya ada perlu, Bapak pasti ada di rumah kok, tinggal da
teng aja" pamitnya.
Setelah Pak Joko meninggalkanku, aku membereskan semua bawaanku. Kulempar tubuhk
u ke atas kasur sambil menarik nafas panjang, lega sekali rasanya lepas dari buk
u-buku kuliah itu. Cuaca hari itu sangat cerah, matahari bersinar dengan diiring
i embusan angin sepoi-sepoi sehingga membuat suasana rileks ini lebih terasa. Ak
u jadi ingin berenang rasanya, apalagi setelah kulihat kolam renang di belakang
airnya bersih sekali, Pak Joko memang telaten merawat vila ini. Segera kuambil p
erlengkapan renangku dan menuju ke kolam.
Sesampainya disana kurasakan suasanya enak sekali, begitu tenang, yang terdengar
hanya kicauan burung dan desiran air ditiup angin. Tiba-tiba muncul kegilaanku,
mumpung sepi-sepi begini, bagimana kalau aku berenang tanpa busana saja, toh ti
dak ada siapa-siapa lagi disini selain aku lagipula aku senang orang mengagumi k
eindahan tubuhku. Maka tanpa pikir panjang lagi, aku pun melepas satu-persatu se
mua yang menempel di tubuhku termasuk arloji dan segala perhiasan sampai benar-b
enar bugil seperti waktu baru dilahirkan. Setelah melepas anting yang terakhir m
enempel di tubuhku, aku langsung terjun ke kolam. Aahh.. enak sekali rasanya ber
enang bugil seperti ini, tubuh serasa lebih ringan. Beberapa kali aku bolak-bali
k dengan beberapa gaya kecuali gaya kupu-kupu (karena aku tidak bisa, hehe..)
20 menit lamanya aku berada di kolam, akupun merasa haus dan ingin istirahat seb
entar dengan berjemur di pinggir kolam. Aku lalu naik dan mengeringkan tubuhku d
engan handuk, setelah kuambil sekaleng coca-cola dari kulkas, aku kembali lagi k
e kolam. Kurebahkan tubuhku pada kursi santai disana dan kupakai kacamata hitamk
u sambil menikmati minumku. Agar kulitku yang putih mulus ini tidak terbakar mat
ahari, kuambil suntan oilku dan kuoleskan di sekujur tubuhku hingga nampak berki
lauan. Saking enaknya cuaca di sini membuatku mengantuk, hingga tak terasa aku p
un pelan-pelan tertidur. Di tepi kolam itu aku berbaring tanpa sesuatu apapun ya
ng melekat di tubuhku, kecuali sebuah kacamata hitam. Kalau saja saat itu ada ma
ling masuk dan melihat keadaanku seperti itu, tentu aku sudah diperkosanya habis
-habisan.
Ditengah tidurku aku merasakan ada sesuatu yang meraba-raba tubuhku, tangan itu
mengelus pahaku lalu merambat ke dadaku. Ketika tangan itu menyentuh bibir kemal
uanku tiba-tiba mataku terbuka dan aku langsung terkejut karena yang kurasakan b
arusan ternyata bukan sekedar mimpi. Aku melihat seseorang sedang menggerayangi
tubuhku dan begitu aku bangun orang itu dengan sigapnya mencengkram bahuku dan m
embekap mulutku dengan tangannya, mencegah agar aku tidak menjerit. Aku mulai da
pat mengenali orang itu, dia adalah Taryo, si penjaga vila tetangga, usianya sek
itar 30-an, wajahnya jelek sekali dengan gigi agak tonggos, pipinya yang cekung
dan matanya yang lebar itu tepat di depan wajahku.
"Sstt.. mendingan Neng nurut aja, di sini udah ga ada siapa-siapa lagi, jadi jan
gan macam-macam!" ancamnya
Aku mengangguk saja walau masih agak terkejut, lalu dia pelan-pelan melepaskan b
ekapannya pada mulutku
"Hehehe.. udah lama saya pengen ngerasain ngentot sama Neng!" katanya sambil mat
anya menatapi dadaku
"Ngentot ya ngentot, tapi yang sopan dong mintanya, gak usah kaya maling gitu!"
kataku sewot.
Ternyata tanpa kusadari sejak berenang dia sudah memperhatikanku dari loteng vil
a majikannya dan itu sering dia lakukan daridulu kalau ada wanita berenang di si
ni. Mengetahui Pak Joko sedang tidak di sini dan aku tertidur, dia nekad memanja
t tembok untuk masuk ke sini. Sebenarnya aku sedang tidak mood untuk ngeseks kar
ena masih ingin istirahat, namun elusannya pada daerah sensitifku membuatku BT (
birahi tinggi).
"Heh, katanya mau merkosa gua, kok belum buka baju juga, dari tadi pegang-pegang
doang beraninya!" tantangku.
"Hehe, iya Neng abis tetek Neng ini loh, montok banget sampe lupa deh" jawabnya
seraya melepas baju lusuhnya.
Badannya lumayan jadi juga, walaupun agak kurus dan dekil, penisnya yang sudah t
egang cukup besar, seukuran sama punyanya si Wahyu, tukang air yang pernah main
denganku (baca Tukang Air, Listrik, dan Bangunan).
Dia duduk di pinggir kursi santai dan mulai menyedot payudaraku yang paling dika
guminya, sementara aku meraih penisnya dengan tanganku serta kukocok hingga kura
sakan penis itu makin mengeras. Aku mendesis nikmat waktu tangannya membelai vag
inaku dan menggosok-gosok bibirnya.
"Eenghh.. terus Tar.. oohh!" desahku sambil meremasi rambut Taryo yang sedang me
ngisap payudaraku.
Kepalanya lalu pelan-pelan merambat ke bawah dan berhenti di kemaluanku. Aku men
desah makin tidak karuan ketika lidahnya bermain-main di sana ditambah lagi deng
an jarinya yang bergerak keluar masuk. Aku sampai meremas-remas payudara dan men
ggigit jariku sendiri karena tidak kuat menahan rasanya yang geli-geli enak itu
hingga akhirnya tubuhku mengejang dan vaginaku mengeluarkan cairan hangat. Denga
n merem melek aku menjambak rambut si Taryo yang sedang menyeruput vaginaku. Per
asaan itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah
Taryo melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh cairan cintaku
.
Belum beres aku mengatur nafasku yang memburu, mulutku sudah dilumatnya dengan g
anas. Kurasakan aroma cairan cintaku sendiri pada mulutnya yang belepotan cairan
itu. Aku agak kewalahan dengan lidahnya yang bermain di rongga mulutku, masalah
nya nafasnya agak bau, entah bau rokok atau jengkol. Setelah beberapa menit baru
aku bisa beradapatasi, kubalas permainan lidahnya hingga lidah kami saling memb
elit dan mengisap. Cukup lama juga kami berpagutan, dia juga menjilati wajahku y
ang halus tanpa jerawat sampai wajahku basah oleh liurnya.
"Gua ga tahan lagi Tar, sini gua emut yang punya lu" kataku.
Si Taryo langsung bangkit dan berdiri di sampingku menyodorkan penisnya. Masih d
alam posisi berbaring di kursi santai, kugenggam benda itu, kukocok dan kujilati
sejenak sebelum kumasukkan ke mulut.
Mulutku terisi penuh oleh penisnya, itu pun tidak menampung seluruhnya paling cu
ma masuk 3/4nya saja. Aku memainkan lidahku mengitari kepala penisnya yang mirip
helm itu, terkadang juga aku menjilati lubang kencingnya sehingga tubuh pemilik
nya bergetar dan mendesah-desah keenakan. Satu tangannya memegangi kepalaku dan
dimaju-mundurkannya pinggulnya sehingga aku gelagapan.
"Eemmpp.. emmphh.. nngg..!" aku mendesah tertahan karena nyaris kehabisan nafas,
namun tidak dipedulikannya. Kepala penis itu berkali-kali menyentuh dinding ker
ongkonganku. Kemudian kurasakan ada cairan memenuhi mulutku. Aku berusaha menela
n cairan itu, tapi karena banyaknya cairan itu meleleh di sekitar bibirku. Belum
habis semburannya, dia menarik keluar penisnya, sehingga semburan berikut menda
rat disekujur wajahku, kacamata hitamku juga basah kecipratan maninya.
Kulepaskan kacamata hitam itu, lalu kuseka wajahku dengan tanganku. Sisa-sisa sp
erma yang menempel di jariku kujilati sampai habis. Saat itu mendadak pintu terb
uka dan Pak Joko muncul dari sana, dia melongo melihat kami berdua yang sedang b
ugil. Aku sendiri sempat kaget dengan kehadirannya, aku takut dia membocorkan se
mua ini pada ortuku.
"Eehh.. maaf Neng, Bapak cuma mau ngambil uang Bapak di kamar, ga tau kalo Neng
lagi gituan" katanya terbata-bata.
Karena sudah tanggung, akupun nekad menawarkan diriku dan berjalan ke arahnya.
"Ah.. ga apa-apa Pak, mending Bapak ikutan aja yuk!" godaku.
Jakunnya turun naik melihat kepolosan tubuhku, meskipun agak gugup matanya terus
tertuju ke payudaraku. Aku mengelus-elus batangnya dari luar membuatnya terangs
ang.
Akhirnya dia mulai berani memegang payudaraku, bahkan meremasnya. Aku sendiri me
mbantu melepas kancing bajunya dan meraba-raba dadanya.
"Neng, tetek Neng gede juga yah.. enak yah diginiin sama Bapak?" Sambil tanganny
a terus meremasi payudaraku.
Dalam posisi memeluk itupun aku perlahan membuka celana panjangnya, setelah itu
saya turunkan juga celana kolornya. Nampaklah kemaluannya yang hitam menggantung
, jari-jariku pun mulai menggenggamnya. Dalam genggamanku kurasakan benda itu be
rgetar dan mengeras. Pelan-pelan tubuhku mulai menurun hingga berjongkok di hada
pannya, tanpa basa-basi lagi kumasukkan batang di genggamanku itu ke mulut, kuji
lati dan kuemut-emut hingga pemiliknya mengerang keenakan
"Wah, Pak Joko sama majikan sendiri aja malu-malu!" seru si Taryo yang memperhat
ikan Pak Joko agak grogi menikmati oral seks-ku.
Taryo lalu mendekati kami dan meraih tanganku untuk mengocok kemaluannya. Secara
bergantian mulut dan tanganku melayani kedua penis yang sudah menegang itu. Tid
ak puas hanya menikmati tanganku, sesaat kemudian Taryo pindah ke belakangku, tu
buhku dibuatnya bertumpu pada lutut dan kedua tanganku. Aku mulai merasakan ada
benda yang menyeruak masuk ke dalam vaginaku. Seperti biasa, mulutku menganga me
ngeluarkan desahan meresapi inci demi inci penisnya memasuki vaginaku. Aku diset
ubuhinya dari belakang, sambil menyodok, kepalanya merayap ke balik ketiak hingg
a mulutnya hinggap pada payudaraku. Aku menggelinjang tak karuan waktu puting ka
nanku digigitnya dengan gemas, kocokanku pada penis Pak Joko makin bersemangat.
Rupanya aku telah membuat Pak Joko ketagihan, dia jadi begitu bernafsu memperkos
a mulutku dengan memaju-mundurkan pinggulnya seolah sedang bersetubuh. Kepalaku
pun dipeganginya dengan erat sampai kesempatan untuk menghirup udara segar pun a
ku tidak ada. Akhirnya aku hanya bisa pasrah saja disenggamai dari dua arah oleh
mereka, sodokan dari salah satunya menyebabkan penis yang lain makin menghujam
ke tubuhku. Perasaan ini sungguh sulit dilukiskan, ketika penis si Taryo menyent
uh bagian terdalam dari rahimku dan ketika penis Pak Joko menyentuh kerongkongan
ku, belum lagi mereka terkadang memainkan payudara atau meremasi pantatku. Aku s
erasa terbang melayang-layang dibuatnya hingga akhirnya tubuhku mengejang dan ma
taku membelakak, mau menjerit tapi teredam oleh penis Pak Joko. Bersamaan dengan
itu pula genjotan si Taryo terasa makin bertenaga. Kami pun mencapai orgasme be
rsamaan, aku dapat merasakan spermanya yang menyembur deras di dalamku, dari sel
angkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan.
Setelah mencapai orgasme yang cukup panjang, tubuhku berkeringat, mereka agaknya
mengerti keadaanku dan menghentikan kegiatannya.
"Neng, boleh ga Bapak masukin anu Bapak ke itunya Neng?" tanya Pak Joko lembut.
Saya cuma mengangguk, lalu dia bilang lagi, "Tapi Neng istirahat aja dulu, kayan
ya Neng masih cape sih".
Aku turun ke kolam, dan duduk berselonjor di daerah dangkal untuk menyegarkan di
riku. Mereka berdua juga ikut turun ke kolam, Taryo duduk di sebelah kiriku dan
Pak Joko di kananku. Kami mengobrol sambil memulihkan tenaga, selama itu tangan
jahil mereka selalu saja meremas atau mengelus dada, paha, dan bagian sensitif l
ainnya. Yang satu ditepis yang lain hinggap di bagian lainnya, lama-lama ya aku
biarkan saja, lagipula aku menikmatinya kok.
"Neng, Bapak masukin sekarang aja yah, udah ga tahan daritadi belum rasain ituny
a Neng" kata Pak Joko mengambil posisi berlutut di depanku.
Dia kemudian membuka pahaku setelah kuanggukan kepala merestuinya, dia arahkan p
enisnya yang panjang dan keras itu ke vaginaku, tapi dia tidak langsung menusukn
ya tapi menggesekannya pada bibir kemaluanku sehingga aku berkelejotan kegelian
dan meremas penis Taryo yang sedang menjilati leher di bawah telingaku.
"Aahh.. Pak cepet masukin dong, udah kebelet nih!" desahku tak tertahankan.
Aku meringis saat dia mulai menekan masuk penisnya. Kini vaginaku telah terisi o
leh benda hitam panjang itu dan benda itu mulai bergerak keluar masuk memberi se
nsasi nikmat ke seluruh tubuh.
"Wah.. seret banget memeknya Neng, kalo tau gini udah dari dulu Bapak entotin" c
eracaunya.
"Brengsek juga lu, udah bercucu juga masih piktor, gua kira lu alim" kataku dala
m hati.
Setelah 15 menit dia genjot aku dalam posisi itu, dia melepas penisnya lalu dudu
k berselonjor dan manaikkan tubuhku ke penisnya. Dengan refleks akupun menggengg
am penis itu sambil menurunkan tubuhku hingga benda itu amblas ke dalamku. Dia m
emegangi kedua bongkahan pantatku yang padat berisi itu, secara bersamaan kami m
ulai menggoyangkan tubuh kami. Desahan kami bercampur baur dengan bunyi kecipak
air kolam, tubuhku tersentak-sentak tak terkendali, kepalaku kugelengkan kesana-
kemari, kedua payudaraku yang terguncang-guncang tidak luput dari tangan dan mul
ut mereka. Pak Joko memperhatikan penisnya sedang keluar masuk di vagina seorang
gadis 21 tahun, anak majikannya sendiri, sepertinya dia tak habis pikir betapa
untungnya berkesempatan mencicipi tubuh seorang gadis muda yang pasti sudah lama
tidak dirasakannya.
Goyangan kami terhenti sejenak ketika Taryo tiba-tiba mendorong punggungku sehin
gga pantatku semakin menungging dan payudaraku makin tertekan ke wajah Pak Joko.
Taryo membuka pantatku dan mengarahkan penisnya ke sana
"Aduuh.. pelan-pelan Tar, sakit tau.. aww!" rintihku waktu dia mendorong masuk p
enisnya.
Bagian bawahku rasanya sesak sekali karena dijejali dua batang penis besar. Kami
kembali bergoyang, sakit yang tadi kurasakan perlahan-lahan berubah menjadi ras
a nikmat yang menjalari tubuhku. Aku menjerit sejadi-jadinya ketika Taryo menyod
ok pantatku dengan kasar, kuomeli dia agar lebih lembut dikit. Bukannya mendenga
r, Taryo malah makin buas menggenjotku. Pak Joko melumat bibirku dan memainkan l
idahnya di dalam mulutku agar aku tidak terlalu ribut.
Hal itu berlangsung sekitar 20 menit lamanya sampai aku merasakan tubuhku sepert
i mau meledak, yang dapat kulakukan hanya menjerit panjang dan memeluk Pak Joko
erat-erat sampai kukuku mencakar punggungnya. Selama beberapa detik tubuhku mene
gang sampai akhirnya melemas kembali dalam dekapan Pak Joko. Namun mereka masih
saja memompaku tanpa peduli padaku yang sudah lemas ini. Erangan yang keluar dar
i mulutku pun terdengar makin tak bertenaga. Tiba-tiba pelukan mereka terasa mak
in erat sampai membuatku sulit bernafas, serangan mereka juga makin dahsyat, put
ingku disedot kuat-kuat oleh Pak Joko, dan Taryo menjambak rambutku. Aku lalu me
rasakan cairan hangat menyembur di dalam vagina dan anusku, di air nampak sediki
t cairan putih susu itu melayang-layang. Mereka berdua pun terkulai lemas dianta
ra tubuhku dengan penis masih tertancap.
Setelah sisa-sisa kenikmatan tadi mereda, akupun mengajak mereka naik ke atas. S
ambil mengelap tubuhku yang basah kuyup, aku berjalan menuju kamar mandi. Eh.. t
ernyata mereka mengikutiku dan memaksa ikut mandi bersama. Akhirnya kuiyakan saj
a deh supaya mereka senang. Disana aku cuma duduk, merekalah yang menyiram, meng
gosok, dan menyabuniku tentunya sambil menggerayangi. Bagian kemaluan dan payuda
raku paling lama mereka sabuni sampai aku menyindir
"Lho.. kok yang disabun disitu-situ aja sih, mandinya ga beres-beres dong, dingi
n nih" disambut gelak tawa kami.
Setelah itu, giliran akulah yang memandikan mereka, saat itulah nafsu mereka ban
gkit lagi, akupun kembali digarap di kamar mandi.
Hari itu aku dikerjai terus-menerus oleh mereka sampai mereka menginap dan tidur
denganku di ranjang spring bed-ku. Sejak itu kalau ada sex party di vila ini, m
ereka berdua selalu diajak dengan syarat jangan sampai rahasia ini bocor. Aku se
nang karena ada alat pemuas hasratku, mereka pun senang karena bisa merasakan tu
buhku dan teman-teman kuliahku yang masih muda dan cantik. Jadi ada variasi dala
m kehidupan seks kami, tidak selalu main sama teman-teman cowok di kampus. Lain
hari aku akan menceritakan bagaimana jahilnya aku mengerjai teman-teman kuliahku
sehingga mereka jatuh ke tangan Pak Joko dan Taryo dan juga pengalaman-pengalam
anku lainnya, harap sabar yah, soalnya kan aku juga sibuk, tidak bisa terus-teru
san menulis di 17Tahun.com.
E N D

Você também pode gostar