Você está na página 1de 12

Ekonomi Usaha Wisata Kamis, 16 Desember 2010

RIVIEW DAN RINGKASAN DOKUMEN


MENGENAI ANALISIS KELAYAKAN USAHA TOMAT
CHERRY DENGAN MENGGUNAKAN GREEN HOUSE
PADA PD PACET SEGAR - CIANJUR

Oleh:
Kelompok 8 Praktikum 2

Anggota:
1. Hendico Shulhan J3B109062
2. Iyat Sudrajat J3B109005
3. Ratna Dwitasari J3B109043

Dosen:
Dyah Prabandari, SP
Zaky Adnany, SP

PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA


DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
A. Ringkasan
Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang berhubungan
dengan pemanfaatan alam sekitar yang menghasilkan produk pertanian
yang diperlukan oleh seluruh kalangan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan jasmaninya. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor
pertanian yang memiliki prospek bisnis yang menjanjikan. Produk
hortikultura terdiri dari komoditas sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan
tanaman obat-obatan (biofarmaka). Salah satu komoditas yang memiliki
nilai komersil yang cukup tinggi yaitu sayuran, hal tersebut yang
menyebabkan sayuran merupakan produk yang sering dikonsumsi setiap
hari. Salah satu jenis sayuran adalah tomat cherry. Tomat memiliki
kandungan vitamin dan mineral yang berguna untuk pertumbuhan dan
kesehatan. Tomat juga mengandung zat pembangun jaringan tubuh dan zat
yang menghasilkan energi untuk bergerak dan berfikir, antara lain
karbohidrat, protein, lemak, dan kalori. Sebagai sumber vitamin, tomat kaya
akan vitamin C yang berguna meningkatkan kekebalan tubuh serta
mengobati berbagai macam penyakit, seperti sariawan. Vitamin A yang
berguna mencegah dan mengobati xeropthalmia pada mata juga banyak
terkandung pada tomat. Sebagai sumber mineral, tomat mengandung zat
besi (FE) yang berguna untuk pembentukan sel darah atau hemoglobin.
Tomat juga mengandung serat untuk membantu penyerapan makanan
dalam pencernaan serta mengandung potasium yang bermanfaaat untuk
menurunkan tekanan darah tinggi.
Tujuan penulisan kajian pengembangan bisnis ini adalah mengkaji
keragaan perusahaan meliputi sejarah perusahaan, organisasi dan
manajemen perusahaan, deskripsi sumberdaya perusahaan, dan deskripsi
unit bisnis, mengkaji potensi dari kajian pengembangan bisnis budidaya
tomat cherry dengan menggunakan green house, dan menganalisis tingkat
kelayakan finansial dari perbaikan sistem budidaya tomat cherry.
Perumusan ide pengembangan bisnis yang dihasilkan dari penurunan
analisis SWOT diharapkan menjadi suatu masukan bagi perusahaan untuk
keberlangsungan rencana pengembangan bisnis.
Metode analisis yang digunakan dalam penulisan kajian
pengembangan bisnis ini adalah metode analisis kualitatif dan kuantitatif.
Metode kualitatif merupakan penjabaran secara deskriptif mengenai rencana
pengembangan bisnis hingga tahap pengembangan bisnis. Metode tersebut
digunakan untuk mendeskripsikan produk yang dihasilkan, proses
produksi, pelanggan, pemasok, dan pemasaran. Sedangkan metode analisis
kuantitatif merupakan analisis dari aspek-aspek financial yang
menggunakan analisis NPV (Net Present Value), IRR (Internal rate of return),
Net B/C (Net Benefit-Cost), payback periode, dan switching value.
Pacet Segar merupakan Perusahaan Dagang yang bergerak didalam
bidang budidaya dan pemasaran komoditas hortikultura, khususnya sayur
mayur segar dan olahan yang didirikan oleh bapak H. Mastur Fuad pada
tahun 1970. PD Pacet Segar ini mempunyai misi memberi pelayanan yang
terbaik untuk konsumen, mengutamakan kualitas produk yang optimal,
karyawan adalah aset atau bagian dari perusahaan. Visi dari PD Pacet Segar
adalah menjangkau kesejahteraan khalayak banyak, meningkatkan
kesejahteraan petani dan konsumen, meningkatkan pendapatan para petani,
dan training or trainer. Pada tahun 2010, perusahaan memiliki 17 orang
tenaga, 13 orang diantaranya tenaga kerja harian. Sayuran utama yang
diproduksi di PD Pacet Segar diantaranya tomat cherry, baby buncis, kaylan,
packcoy, dan wortel. Sayuran yang diproduksi di Pacet Segar dipasarkan ke
ICDF, katering, restoran, dan pasar tradisional.
Proses budidaya tomat cherry yang akan dilakukan dalam kajian
pengembangan bisnis ini menggunakan green house dengan sistem
hidroponik irigasi tetes. Kapasitas produksi satu green house dalam satu kali
siklus produksi adalah 1.840 kg. Pembangunan green house ini bertujuan
meningkatkan kualitas dan kuantitas tomat cherry untuk memenuhi
permintaan pasar.
Berdasarkan analisis kelayakan finansial, usaha pengembangan bisnis
budidaya tomat cherry menggunakan green house layak untuk dilaksanakan
karena memenuhi kriteria kelayakan investasi yaitu (1) NPV lebih besar dari
nol yaitu sebesar Rp 121.690.580,- ;(2) IRR lebih besar dari tingkat suku
bunga deposito (discout rate) yaitu 36,16% ;(3) Net B/C lebih besar dari satu
yaitu 1,89 ; dan (4) Payback periode lebih kecil dari umur proyek (5 tahun)
yaitu 3,73 tahun atau 3 tahun 9 bulan. Switching value menunjukkan usaha
pengembangan bisnis budidaya tomat cherry menggunakan green house
dinyatakan tidak layak apabila terjadi kenaikan harga input produksi
(nutrisi joro AB Mix) sebesar 29,32% dan penurunan volume produksi
sebesar 13,67%. Persentase kenaikan harga input produksi dan penurunan
volume produksi merupakan ambang batas kelayakan usaha budidaya
tomat cherry dengan menggunakan green house di PD Pacet Segar.

B. Analisis Aspek Pasar

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan


kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama
lain.
a. Produk (product)
Produk tidak lepas dari atribut mutu dan kualitas, ciri, dan
karakteristik. Perusahaan selalu memberikan sayuran yang baik dan
berkualitas kepada pelanggannya. Produk yang dihasilkan oleh PD Pacet
Segar adalah sayuran segar dan sayuran olahan. Sayuran andalan adalah
olahan asinan timun (pikel timun). Pada tahun 2002, perusahaan masih
memproduksi sendiri asinan timun sewaktu masih kerja sama dengan Mc
Donald. Semenjak perusahaan tidak menjalin kerjasama dengan Mc Donald,
perusahaan hanya menyetok asinan timun di perusahaan dengan membeli di
Cikajang, Garut.
b. Harga (price)
Harga sayuran segar dan olahan ini ditetapkan dengan cara
kesepakatan kedua belah pihak. Apabila terjadi perubahan harga yang
disebabkan oleh perubahan harga input, perusahaan akan mengajukan ke
pelanggan tentang perubahan harga.
c. Tempat (place)
Saluran pemasaran sayuran pada PD Pacet Segar meliputi daerah
Jakarta, Jawa Barat, dan Bali. Berikut ini pasar yang dituju oleh PD Pacet
Segar dalam memasarkan produknya.
1. ICDF : distributor pengumpul yang bekerjasama dengan Negara
Taiwan. ICDF merupakan distributor yang menyalurkan sayuran ke
swalayan serta restoran yang berada di Jakarta yang merupakan target
konsumen pada kalangan menengah atas. Harga yang ditentukan di
ICDF merupakan harga kesepakatan yang telah di sepakati oleh PD
Pacet Segar dengan ICDF yang harganya tidak berfluktuasi pada setiap
musimnya.
2. Restoran dan catering, sayuran yang dikirim layak untuk dikonsumsi.
3. Industri, distribusi yang dituju adalah McDonald dan Wendy`s.
Namun saat ini perusahaan memasarkan ke Pak Made (Bali) dan PT
Finindo Food Bandung.
4. Pasar Tradisional : jika dari produk yang dihasilkan terdapat grade
paling akhir namun masih memiliki nilai jual, maka perusahaan
menjual sayuran tersebut ke pasar tradisional disekitar Cianjur denga
harga yang lebih murah.

Petani mitra ICDF Perusahaan retail

industri
Pacet Segar
Restoran/katering Konsumen Akhir

PasarTradisional

Gambar 1. Rantai Distribusi


d. Promosi (promotion)
Kegiatan promosi merupakan bentuk kegiatan yang bertujuan dalam
memperkenalkan produk perusahaan yang akan dijualnya serta bertujuan
dalam mempertahankan image produk di dalam benak konsumen. Kegiatan
promosi yang dilakukan oleh PD Pacet Segar antara lain:
a. Melalui pengikutsertaan acara pameran–pameran produk agribisnis
khususnya komoditas hortikultura.
b. Melalui personal selling
c. Menjadi salah satu Tenant of Incubator of Agribusiness IPB, sehingga
memudahkan perusahaan untuk melakukan promosi.

C. Analisis Aspek Teknis

1. Pengadaan Bahan Baku /


Input dan Peralatan
PD Pacet Segar memiliki kegiatan budidaya yang dilakukan pada lahan
4 hektar. Dalam hal pengadaan sarana produksi, khususnya yang berkaitan
dengan kegiatan produksi seperti bibit, pupuk, peralatan pertanian seperti
cangkul, bambu, ajir, mulsa, hand spayer, serta obat-obatan diperoleh
perusahaan dari beberapa pemasok dan toko pertanian yang berada di
daerah sekitar Cipanas dan Cianjur, dalam hal pengadaan pupuk kandang
PD Pacet Segar sebagian besar diperoleh dari peternak di daerah Ciherang
dan Cugenang. Kegiatan pengadaan sarana produksi dilakukan pada saat
akan mulai kegiatan produksi budidaya sayuran.
Pada distibusi sayuran, PD Pacet Segar memperoleh bahan baku
berupa sayuran segar dari petani dan pasar yang ada di sekitar daerah
Cipanas dan Cianjur, selain itu, perusahaan juga memperoleh dari hasil
budidaya kebun sendiri pada lahan seluas 4 hektar yang tersebar di daerah
Cianjur. Presentase perbandingan pengadaan bahan baku sayuran pada PD
Pacet Segar lebih banyak memperoleh pasokan sayuran dari mitra tani,
yakni sebesar 57 persen, untuk pasokan sayuran dari pasar sebesar 22
persen, dan budidaya sendiri hanya 21 persen. Hal ini dikarenakan PD Pacet
Segar hanya membudidayakan beberapa jenis sayuran saja seperti baby
buncis, lettuce head, brokoli, kalian, pakchoy, tomat cherry, wortel dan lain-
lain, dan luas lahan yang digunakan dalam proses budidaya tidak terlalu
besar sehingga hanya dapat memenuhi sebagian kecil dari permintaan
konsumen. Oleh karena itu, pemanfaatan lahan yang masih sekitar 4 hektar
tersebut menyebabkan ketersedian sayuran yang dihasilkan
produktivitasnya tidak bersifat kontiniu, karena komoditas yang ditanam
oleh perusahaan disesuaikan dengan perubahan musim yang tidak menentu
sehingga harus disesuaikan dengan komoditas sayuran yang akan ditanam.

2. Proses Produksi

Dalam melaksanakan budidaya PD Pacet Segar menggunakan teknik


budidaya semi tradisional, dimana perusahaan tidak menggunakan green
house dalam membudidayakan sayurannya. Selain itu, PD Pacet Segar juga
masih menggunakan peralatan pertanian yang sederhana. Luas lahan yang
digunakan perusahaan dalam kegiatan budidaya seluas 4 hektar yang
berlokasi di Desa Cugenang, dan Desa Ciherang. Langkah-langkah yang
digunakan dalam kegiatan budidaya adalah tahap persiapan lahan,
penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan.

D. Analisis Aspek Manajemen

PD Pacet Segar merupakan perusahaan yang dikelola secara


kekeluargaan, sehingga manajeman perusahaan dikendalikan oleh anggota
keluarga. Struktur organisasi yang diterapkan oleh perusahaan masih
sederhana, dimana pembagian kerja yang ada dalam struktur organisasi
perusahaan terdiri dari pimpinan, sekretaris, bendahara, dan 4 kepala seksi
pengadaan produk, kepala seksi pasca panen, kepala seksi pemasaran dan
kepala seksi transportasi. PD Pacet Segar merupakan perusahaan dengan
skala kecil dan pembagian kerjanya masih sederhana, sehingga PD Pacet
Segar merupakan tipe organisasi garis atau organisasi lini (line organization).
Tipe organisasi tersebut memiliki ciri-ciri, antara lain organisasi masih kecil
dan spesialisasi kerja masih kecil.

Pimpinan

Sekretaris Bendahara

Kasie Pengadaan Kasie Pasca Panen Kasie Kasie


dan Budidaya Transportasi Pemasaran
Karyawan Harian

Gambar 2. Struktur Organisasi PD Pacet Segar

E. Analisis Aspek Hukum

Pada tanggal 31 Januari 1995 perusahaan mendaftarkan usahanya pada


Dinas Perdagangan Kabupaten Cianjur, sehingga badan hukum yang dimilki
perusahaan berupa Perusahaan Dagang Pacet Segar dengan nomor: SIUP
003/10.7/PM/B/I/1995. Hal ini ditunjukan untuk mengantisipasi
perusahaan dengan harapan memperoleh kemajuan yang lebih baik. Pada
tanggal 28 Januari 1995 PD Pacet Segar tercatat dalam sertifikat keanggotaan
pada Inkubator Agribisnis dan Agroindustri Institut Pertanian Bogor.

F. Analisis Aspek Sosial Budaya

PD Pacet Segar memberikan pengaruh pada kondisi sosial budaya


masyarakat sekitar. PD Pacet Segar melakukan kerjasama dalam bentuk
kemitraan. Kemitraan tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok:
a. Mitra Tani Tetap, yaitu sekumpulan petani yang tergabung secara
resmi pada kelompok tani Pusaka Tani berjumlah 20 orang, yang
menjadi pemasok tetap dan terikat.
b. Mitra Tani Lepas, yaitu sekumpulan petani diluar anggota kelompok
tani Pusaka Tani yang secara regular memasok sayurannya ke PD Pacet
Segar tanpa diberikan bantuan dan fasilitas dalam hal budidayanya.
Dengan adanya kerjasama kemitraan yang dilakukan dengan masyarakat,
PD Pacet Segar memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat.

G. Analisis Aspek Finansial


Sumber daya modal merupakan sumberdaya yang digunakan oleh
perusahaan dalam menjalankan dan memperlancar usahanya. PD Pacet
Segar mengkategorikan sumberdaya modalnya menjadi dua jenis, yaitu
sumberdaya modal fisik dan sumberdaya modal kerja. Sumberdaya modal
fisik yang dimiliki perusahaan berupa tenaga kerja yang terampil dan
cekatan, sedangkan sumberdaya modal kerja yang dimiliki perusahaan,
yaitu modal awal yang dimiliki perusahaan berasal dari dalam keluarga
sebesar Rp. 5.000.000. Pada awal tahun 2007 PD Pacet Segar memiliki asset
sebesar ± Rp 6 milyar. Asset yang dimiliki perusahaan tersebut akan
dialokasikan untuk mengembangkan usaha, misalnya saja pembelian tanah,
bangunan, mesin-mesin dan peralatan suku cadang.
Tabel 3. Penerimaan dan Pengeluaran PD Pacet Segar selama 5 tahun terakhir
Komponen
1 2 3 4 5
PENERIMAAN
Penjualan tomat
a cherry Rp 44.210.000 Rp 30.736.000 Rp 230.736.000 Rp 230.736.000 Rp 230.736.000
Rp230.736.00
Total Penerimaan Rp144.210.000 Rp230.736.000 Rp 230.736.000 0 Rp 230.736.000
Biaya Variabel          
a Bibit Rp 1.230.000 Rp 1.968.000 Rp 1.968.000 Rp 1.968.000 Rp 1.968.000
b Nutrisi A B Mix Rp 56.138.400 Rp 89.821.440 Rp 89.821.440 Rp 89.821.440 Rp 89.821.440
c Pestisida Rp 1.425.000 Rp 2.280.000 Rp 2.280.000 Rp 2.280.000 Rp 2.280.000
d Arang sekam Rp 2.208.000 Rp 3.532.800 Rp 3.532.800 Rp 3.532.800 Rp 3.532.800
e Polibag (30x30CM) Rp 3.680.000 Rp 5.888.000 Rp 5.888.000 Rp 5.888.000 Rp 5.888.000
f Listrik Rp 750.000 Rp 1.200.000 Rp 1.200.000 Rp 1.200.000 Rp 1.200.000
g Biaya pemasaran Rp 2.250.000 Rp 3.600.000 Rp 3.600.000 Rp 3.600.000 Rp 3.600.000
Total Biaya Variabel Rp 67.681.400 Rp108.290.240 Rp 108.290.240 Rp108.290.240 Rp 108.290.240
Rp76.528.60 Rp122.445.76 Rp122.445.76 Rp122.445.76 Rp122.445.76
LABA KOTOR 0 0 0 0 0
Biaya tetap          
Rp27,986,70
a Biaya penyusutan 3 Rp 27,986,703 Rp 27,986,703 Rp 27,986,703 Rp 27,986,703
b Biaya perawatan Rp 8,210,743 Rp 8,210,743 Rp 8,210,743 Rp 8,210,743 Rp 8,210,743
c Upah tenaga kerja (4) Rp 28.800.000 Rp 28.800.000 Rp 28.800.000 Rp 28.800.000 Rp 28.800.000
d PBB Rp 100.000 Rp 100.000 Rp 100.000 Rp 100.000 Rp 100.000
e ATK Rp 60.000 Rp 60.000 Rp 60.000 Rp 60.000 Rp 60.000
Rp65,987,44
Total biaya tetap 6 Rp65,987,446 Rp65,987,446 Rp65,987,446 Rp65,987,446
Laba bersih sebelum Rp10,541,15
pajak 4 Rp 56,458,314 Rp 56,458,314 Rp 56,458,314 Rp 56,458,314
Pajak (25%) Rp 2,635,289 Rp 14,114,579 Rp 14,114,579 Rp 14,114,579 Rp 14,114,579
Rp Rp
Laba bersih setelah pajak 7,905,866 Rp 42,343,736 42,343,736 Rp 42,343,736 Rp 42,343,736
H. Kesimpulan Analisis Kelayakan Usaha

Tabel 4. Hasil Analisis Kelayakan Budidaya Tomat Cherry


Kriteria Investasi Kriteria Kelayakan Hasil
NPV >0, layak Rp 121.690.580
IRR >tingkat discount rate 36.16%
Net B/C >1, layak 1,89
PP <umur proyek 3,73 tahun
Berdasarkan Tabel 17, rencana pengembangan bisnis tomat cherry dengan
menggunakan green house dilaksanakan dan diusahakan atas dasar:
a. NPV adalah nilai yang menunjukkan apabila penerimaan yang dihasilkan
dengan discout rate yang sama per tahunnya layak untuk diusahakan. Apabila
NPV yang diperoleh semakin tinggi, maka semakin tinggi pula peluang dari
usaha tersebut. Dalam rencana pengembangan bisnis ini, NPV yang
diperoleh sebesar Rp 121.690.580, nilai ini berarti usaha pengembangan bisnis
ini layak untuk dilaksanakan.
b. IRR merupakan nilai yang menunjukkan tingkat pengembalian modal bagi
pengusaha atau pemilik modal dan pembanding melalui tingkat suku bunga
yang ditentukan. Suatu usaha dinyatakan layak apabila nilai tingkat suku
bunga lebih kecil daripada nilai IRR. Nilai IRR yang diperoleh pada usaha ini
adalah 36.16%. Nilai IRR yang diperoleh lebih besar daripada nilai discount
rate (tingkat suku bunga) yaitu 6%. Angka ini menunjukkan apabila uang
yang kita punya hanya disimpan di bank, maka kita hanya mendapatkan
keuntungan (bunga) sebesar tingkat suku bunga deposito yaitu 6%. Apabila
uang ini di investasikan di bisnis tomat cherry ini, maka perusahaan akan
mendapatkan keuntungan sebesar IRR, yaitu 36,16%. Hal ini menunjukkan
usaha pengembangan bisnis ini layak untuk dilaksanakan.
c. Net B/C > 1, maka bisnis dinyatakan layak. Nilai Net B/C yang diperoleh
pada usaha budidaya tomat cherry dengan menggunakan green house adalah
1,89. Nilai ini berarti setiap pengeluaran untuk Rp 1000,-, maka akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.890,-. Hal ini menunjukkan usaha
pengembangan bisnis ini layak untuk dilaksanakan.
d. Payback periode menunjukkan jangka waktu pengembalian modal yang
digunakan untuk investasi usaha budidaya tomat cherry dengan
menggunakan green house. Semakin cepat jangka waktu pengembalian modal,
maka semakin layak usaha ini dilaksanakan. Berdasarkan hasil perhitungan
cash flow, waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian investasi adalah 3,73
tahun atau 3 tahun 9 bulan. Usaha ini layak untuk dilaksanakan karena
payback periode tidak melebihi umur proyek, yaitu 5 tahun.
e. Analisis switching value
Analisis switching value merupakan salah satu bentuk analisis sensitifitas yang
digunakan untuk mengukur seberapa sensitifnya aliran arus kas dalam
perusahaan berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-
perubahan tersebut adalah kenaikan harga input produksi dan penurunan
volume produksi. Perhitungan analisis switching value dapat dilihat lebih rinci
di lampiran. Berikut ini adalah hasil perhitungan switching value pada usaha
budidaya tomat cherry dengan menggunakan green house:

Tabel 5. Hasil Perhitungan Switching Value Budidaya Tomat Cherry dengan


Menggunakan Green House
Uraian Besarnya Nilai Switching Value

Kenaikan harga input produksi (nutrisi


29.32%
Joro AB Mix)

13.67%
Penurunan volume produksi

Berdasarkan Tabel 18, hasil analisis switcing value diatas, dapat diketahui
bahwa usaha pengembangan bisnis ini mengalami titik impas pada saat terjadi
kenaikan harga input produksi sebesar 29,32%. Input produksi yang menjadi
patokan dalam perhitungan switching value ini adalah harga larutan nutrisi Joro AB
Mix, karena perusahaan menganggap biaya variabel tersebut yang sangat
berpengaruh pada jalannya perencanaan bisnis ini. Rencana pengembangan bisnis
ini dinyatakan tidak sensitif terhadap perubahan harga larutan nutrisi Joro AB Mix,
karena berdasarkan pengamatan harga nutrisi Joro AB Mix pernah mengalami
kenaikan tertinggi sebesar 10%.
Perusahaan akan mengalami titik impas ketika volume produksi mengalami
penurunan sebesar 13,67%. Penyebab terjadinya penurunan produksi tomat cherry
antara lain terjadinya gagal produksi. Rencana pengembangan bisnis ini dinyatakan
tidak sensitif terhadap penurunan volume produksi karena berdasarkan
pengamatan, produksi tomat cherry dengan sistem hidroponik irigasi tetes pernah
mengalami penurunan maksimal 5%.
Jadi, rencana pengembangan bisnis ini tidak sensitif terhadap kenaikan harga
larutan larutan nutrisi Joro AB Mix dan penurunan volume produksi tomat cherry.

Você também pode gostar