Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Gina Lovasari*
ABSTRACT
The gold ore minning of small scale minning still use amalgamation method
as the primary method in gold ore processing. The used amalgamation on a direct
result happened pollution of mercury and low gold obtainment
The learn data did in this direction for know result pollution of mercury and
how to execute the next treatment on Ciliunggunung river, Waluran, Kabupaten
Sukabumi that data of 2005 years have pregnant reasonable high mercury degree on
the water.
For minimalizing the pollution, the suggestion for change method became
indirect amalgamation. This method can preasure the mercury looseness and can
advance gold obtainment. For tailing must did some manner process before flowed to
end exile (river, sea).
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Batasan Masalah
Tujuan penulisan
Metode Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
Merkuri atau Air Raksa (Hg) dan Proses Pencemarannya
Merkuri ditulis dengan simbol kimia Hg atau hydragyrum yang berarti
“perak cair” (liquid silver) adalah jenis logam sangat berat yang berbentuk cair pada
temperatur kamar, berwarna putih keperakan, memiliki sifat konduktor listrik yang
cukup baik, tetapi sebaliknya memiliki sifat konduktor panas yang kurang baik.
Merkuri membeku pada temperatur –38.9 °C dan mendidih pada temperatur 357 °C
(Stwertka, 1998 dalam Bambang, 2005).
Dengan karakteristik tersebut merkuri sering dimanfaatkan untuk berbagai
peralatan ilmiah seperti termometer, barometer, termostat, lampu fluorescent, obat-
obatan, insektisida, dsb. Sifat penting merkuri lainnya adalah kemampuannya untuk
melarutkan logam lain dan membentuk logam paduan (alloy) yang dikenal sebagai
amalgam. Emas dan perak adalah logam yang dapat terlarut dengan merkuri,
sehingga merkuri dipakai untuk mengikat emas dalam proses pengolahan bijih sulfida
mengandung emas (proses amalgamasi). Merkuri telah digunakan pada penambangan
emas sebagai pemisah dari batu-batuan selama berabad-abad karena merkuri
harganya murah, mudah digunakan, dan relatif efisien.
Proses pengolahan emas dengan metode amalgamasi ini merupakan salah satu
penyebab pencemaran merkuri. Amalgamasi adalah proses pengikatan logam emas
dari bijih tersebut dengan menggunakan merkuri (Hg) dalam tabung yang disebut
gelundung (amalgamator). Amalgamator selain berfungsi sebagai tempat proses
amalgamasi juga berperan dalam mereduksi ukuran butir bijih dari yang kasar
menjadi lebih halus. Hasil amalgamasi selanjutnya dilakukan pencucian dan
pendulangan untuk memisahkan amalgam dari ampas (tailing). Amalgam yang
diperoleh diproses melalui pembakaran (penggebosan) untuk memperoleh perpaduan
logam emas-perak (bullion), selanjutnya dilakukan pemisahan antara logam emas dan
logam perak menggunakan larutan logam nitrat (Widodo, 2008).
Metode ini ada dua, yaitu :
1. Secara langsung
Dalam metode ini semua material (bijih emas, media giling, kapur tohor, air, dan
air raksa) dimasukkan secara bersama-sama pada awal proses, sehingga proses
penghalusan bijih emas dan pengikatan emas oleh air raksa atau merkuri terjadi
secara bersamaan. Metode ini kurang efektif, karena memerlukan air raksa atau
merkuri yang banyak. Merkuri yang digunakan cepat rusak menjadi butir-butir
kecil (flouring) (Peele, 1956 dalam Widodo,2008), sehingga daya ikat merkuri
terhadap emas berkurang dan butir-butir merkuri yang kecil mudah terbuang
bersama ampas sewaktu dilakukan pendulangan memisahkan ampas dengan
amalgam. Hal inilah yang mengakibatkan pencemaran air oleh merkuri.
2. Secara tidak langsung
Dalam metode ini pengolahannya terdiri dari tiga proses, yaitu:
a. Desliming, yaitu tahap menghilangkan partikel halus (slime) yang menempel
pada permukaan bijih emas yang akan digunakan sebagai umpan dalam
pengolahan dengan cara pencucian.
b. Grinding, yaitu tahap penghalusan ukuran/penggerusan bijih.
c. Amalgamasi
Pada proses amalgamasi emas, merkuri dapat terlepas ke lingkungan dalam
tahap pencucian dan penggarangan/pendulangan. Pada proses pencucian, limbah yang
umumnya masih mengandung merkuri dibuang langsung ke badan air. Hal ini
disebabkan merkuri tersebut tercampur tercampur/terpecah menjadi butiran-butiran
halus yang sifatnya sukar dipisahkan pada proses penggilingan yang dilakukan
bersamaan dengan proses amalgamasi, sehingga pada proses pencucian merkuri
dalam ampas terbawa masuk ke sungai. Didalam air, merkuri dapat berubah menjadi
senyawa organik metil merkuri atau fenil merkuri akibat proses dekomposisi oleh
bakteri. Selanjutnya senyawa organik tersebut akan terserap oleh jasad renik yang
selanjutnya akan masuk dalam rantai makanan dan akhirnya akan terjadi akumulasi
dan biomagnifikasi dalam tubuh hewan air seperti ikan dan kerang, yang akhirnya
dapat masuk kedalam tubuh manusia yang mengkonsumsinya.
Merkuri juga dapat masuk kedalam tubuh pada proses penggarangan. Pada
proses penggarangan amalgam yang berbentuk bullion emas akan terbentuk uap
merkuri dengan konsentrasi tinggi karena pada umumnya amalgam dibakar pada
ruang terbuka. Uap merkuri dapat terhisap dan di dalam tubuh uap tersebut akan
terdifusi melalui paru-paru, yang selanjutnya menyebar melalui darah dan
diakumulasikan di ginjal, hati, dan otak yang akhirnya dapat merusak sistem pusat
saraf otak.
METODE PENELITIAN
Tabel 1.Kriteria Mutu Air Berdasarka Kelas (PP No. 82 Tahun 2001)
Berdasarkan kriteria air raksa (Tabel 1), percontoh air sungai tidak layak
digunakan sebagai bahan baku air minum, tetapi masih sesuai untuk pengairan
(Kelas IV). Apabila penambangan dan pengolahan bijih emas masih tetap
dilakukan secara berkelanjutan, maka pencemaran air raksa dan logam-logam
lainnya juga akan meningkat dan dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Air
raksa (Hg) dalam perairan yang berikatan dengan klor akan membentuk HgCl
(senyawa merkuri anorganik), dan selanjutnya merkuri anorganik ini akan
tertransformasi menjadi merkuri organik (metil merkuri) oleh peran organisme yang
terjadi di sedimen dasar perairan. Metil merkuri sangat beracun dan bersifat sangat
bioakumulatif (terserap secara biologis).
Air raksa biasanya masuk ke dalam tubuh manusia lewat pencernaan, baik
melalui ikan maupun air itu sendiri. Air raksa (Hg) dalam bentuk logam sebagian
besar dapat disekresikan, sisanya akan menumpuk pada ginjal dan sistem saraf yang
suatu saat akan mengganggu bila akumulasinya makin banyak. Apabila Hg ini
terhisap dari udara akan berdampak akut atau dapat terakumulasi dan terbawa ke
organ-organ tubuh lainnya, menyebabkan bronkhitis sampai rusaknya paru-paru.
Pada keracunan Hg tingkat awal penderita akan merasa mulutnya kebal, sehingga
tidak peka terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah, dan sering
sakit kepala. Apabila terjadi akumulasi yang lebih, dapat berakibat pada degenerasi
sel-sel saraf diotak kecil yang menguasai kondisi saraf, gangguan pada luas pandang,
degenerasi pada sarung selaput saraf dan bagian otak kecil. Keracunan oleh merkuri
anorganik terutama mengakibatkan terganggunya fungsi ginjal dan hati, terganggunya
sistem enzim dan mekanisme sintetik apabila berupa ikatan dengan kelompok
sulfur di dalam protein dan enzim. Merkuri (Hg) organik jenis metil merkuri
dapat memasuki plasenta dan merusak janin pada wanita hamil, mengganggu saluran
darah ke otak, serta menyebabkan kerusakan otak (Herman, 2006).
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Widodo, 2008. Pencemaran air raksa (Hg) sebagai dampak pengolahan bijih emas
di Sungai Ciliunggunung, Waluran, Kabupaten Sukabumi.
http://www.bgl.esdm.go.id/dmdocuments/jurnal20080303.pdf
diakses tanggal 17 Maret 2010