Você está na página 1de 21

REFRAT FARMASI

OTITIS MEDIA AKUT

OLEH :

Anisa Charismawati

G.0006179

KEPANITERAAN KLINIK LAB/SMF ILMU FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

2011
BAB I

PENDAHULUAN

Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau seluruh bagian
mukosa telinga tengah , tuba eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid yang
berlangsung mendadak yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun virus ke dalam
telinga tengah baik secara langsung maupun secara tidak langsung sebagai akibat dari
infeksi saluran napas atas yang berulang.

Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-anak maupun bayi


dibandingkan pada orang dewasa tua maupun dewasa muda. Pada anak-anak makin
sering menderita infeksi saluran napas atas, maka makin besar pula kemungkinan
terjadinya OMA disamping oleh karena system imunitas anak yang belum berkembang
secara sempurna.

Tuba eusthacius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring yang berfungsi sebagai ventilasi, drainase sekret dan menghalangi masuknya
sekret dari nasofaring ke telinga tengah.

Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh yang terganggu, sumbatan
dan obstruksi pada tuba eusthacius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media
sehingga invasi kuman ke dalam telinga tengah juga gampang terjadi yang pada akhirnya
menyebabkan perubahan mukosa telinga tengah sampai dengan terjadinya peradangan
berat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Otitis media akut merupakan radang infeksi atau inflamasi pada telinga tengah
oleh bakteri atau virus dengan gejala klinik nyeri telinga, demam, bahkan hingga
hilangnya pendengaran, tinnitus dan vertigo. Penyakit ini lebih sering terjadi pada
anak-anak dan umumnya berlangsung dalam waktu 3-6 minggu.

II. ETIOLOGI

Penyebab utama otitis media akut (OMA) adalah invasi bakteri piogenik ke
dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Bakteri tersering penyebab OMA
diantaranya Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pnemokokus. Selain itu
kadang-kadang ditemukan juga Haemofilus influenza, Escherichia coli,
Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas aurogenosa.
Haemofilus influenza sering ditemukan pada anak berusia dibawah 5 tahun. Infeksi
saluran napas atas yang berulang dan disfungsi tuba eustachii juga menjadi penyebab
terjadinya OAM pada anak dan dewasa.
III. INSIDENSI

Otitis media akut paling sering diderita oleh anak usia 3 bulan- 3 tahun. Tetapi
tidak jarang juga mengenai orang dewasa. Anak-anak lebih sering terkena OMA
dikarenakan beberapa hal, diantaranya :

1. Sistem kekebalan tubuh anak yang belum sempurna

2. Tuba eusthacius anak lebih pendek, lebar dan terletak horizontal

3. Adenoid anak relative lebih besar dan terletak berdekatan dengan muara
saluran tuba eusthachii sehingga mengganggu pembukaan tuba eusthachii.
Adenoid yang mudah terinfeksi menjadi jalur penyebaran bakteri dan virus ke
telinga tengah.

IV. PATOGENESIS

Faktor pencetus terjadinya OMA dapat didahului oleh terjadinya infeksi saluran
pernapasan atas yang berulang disertai dengan gangguan pertahanan tubuh oleh silia
dari mukosa tuba eusthachii,enzim dan antibodi yang menimbulkan tekanan negative
sehingga terjadi invasi bakteri dari mukosa nasofaring ke dalam telinga tengah
melalui tuba eusthachii dan menetapdi dalam telinga tengah menjadi otitis media
akut.

Ada 5 stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan pada perubahan mukosa
telinga tengah, yaitu :

1. Stadium Oklusi
Ditandai dengan gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan
negative telinga tengah. Kadang- kadang membrane timpani tampak normal atau
berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi sulit dideteksi.

2. Stadium Hiperemis

Tamapak pembuluh darah yang melebar di sebagian atau seluruh membrane


timpani disertai oedem. Sekret yang mulai terbentuk masih bersifat eksudat
serosa sehingga sukar dinilai.

3. Stadium Supurasi

Oedem yang hebat pada mukosa telinga tengah disertai dengan hancurnya sel
epitel superficial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani
menyebabkan membrane timpani menonjol kea rah liang telinga luar. Gejala
klinis pasien Nampak terasa sakit, nadi, demam, serta rasa nyeri pada telinga
bertambah hebat. Pada keadaan lebih lanjut, dapat terjadi iskemia akibat tekanan
eksudat purulent yang makin bertambah, tromboflebitis pada vena-vena kecil
bahkan hingga nekrosis mukosa dan submukosa.

4. Stadium Perforasi

Rupturnya membrane timpani sehingga nanah keluar dari telinga tengah ke


liang telinga luar. Kadang pengeluaran secret bersifat pulsasi. Stadium ini sering
diakibatkan oleh terlambatnya pemberian antibiotika dan tingginya virulensi
kuman.

5. Stadium Resolusi

Ditandai oleh membrane timpani yang berangsur normal hingga perforasi


membrane timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Hal ini
terjadi jika membrane timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik dan virulensi
kuman rendah.
V. DIAGNOSIS

Diagnosis OMA harus memenuhi 3 hal berikut ini :

1. Penyakit ini onsetnya mendadak (akut)

2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga


tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan memperhatikan tanda berikut:

a. Mengembangnya gendang telinga

b. Terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga

c. Adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga

d. Cairan yang keluar dari telinga

3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah yang dibuktikan dengan


adanya salah satu diantara tanda berikut :

a. Kemerahan pada gendang telinga

b. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat


menarik-narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga,
berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan, mual dan muntah serta
rewel. Namun gejala-gejala ini tidak spesifik untuk OMA sehingga
diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada riwayat semata.

Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop untuk melihat dengan jelas
keadaan gendang telinga/membrane timpani yang menggembung, eritema bahkan
kuning dan suram serta adanya cairan berwarna kekuningan di liang telinga.

Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatic


(alat untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan pompa udara kecil
untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara). Gerakan
gendang telinga yang kurang dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini
dapat digunakan sebagai pemeriksaan tambahan untuk memperkuat diagnosis OMA.
Namun umunya OMA sudah dapat ditegakkan dengan pemeriksaan otoskop biasa.

Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan


terhadap gendang telinga). Namun pemeriksaan ini tidak dilakukan pada sembarang
anak. Indikasi perlunya timpanosentesis anatara lain OMA pada bayi berumur di
bawah 6 minggu dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan
gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak member respon pada beberapa
pemberian antibiotic atau dengan gejala sangat berat dan komplikasi.

OMA harus dibedakan dengan otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai
OMA. Untuk membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut :

GEJALA DAN TANDA OMA OMA EFUSI


Nyeri telinga, demam, rewel + -
Efusi telinga tengah + +
Gendang telinga suram + +/-
Gendang yang menggembung +/- -
Gerakan gendang berkurang + +
Berkurangnya pendengaran + +

IV. PENATALAKSANAAN

1. Antibiotik

OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.


Seikitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotic. Penggunaan antibiotic
tidak mengurangi komplikasi yang terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran.
Jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotic
diberikan. America Academy of Pediatric (APP) mengkatagorikan OMA yang
dapat diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotic sebagai
berikut;
USIA DIAGNOSIS PASTI
< 6 bulan Antibiotik
6 bulan – 2 tahun Antibiotik
>2 tahun Antibiotik jika gejala berat, observasi jika gejala ringan

Gejala ringan adalah apabila nyeri telinga ringan dan demam <390C dalam 24
jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang sampai berat
atau demam 390C.

Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia 6
bulan-2 tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan atau diagnosis meragukan
pada anak di atas 2 tahun. Analgesia harus tetap diberikan selama observasi.

Pilihan pertama pemberian antibiotik pada OMA adalah dengan amoxycilin.


American Academy of Family Physicians (AAFP) menganjurkan pemberian dosis
standar 40mg/kgBB/hari pada anak dengan resiko rendah (umur >2tahun, tidak
dalam perawatan intensif, belum pernah menerima pengobatan antibiotik dalam 3
bulan terakhir). Sedangkan pemberian dosis tinggi 80mg/kgBB/hari diberikan
pada anak dengan resiko tinggi ( umur <2tahun, dalam perwatan, ada riwayat
pemberian antibiotik dalam 3 bulan terakhir serta resisten terhadap pemberian
dosis rendah amoxycilin) . Sementara itu The Centre for Disease Control and
Prevention (CDC) merekomendasikan terapi antibiotik pada OMA sebagai
berikut :
KONDISI TERAPI
Otitis media dengan penonjolan High-dose amoxycilin (80-
(bulging) membrane timpani 100mg/kgBB/hari per oral) selama 7
hari
Otitis media tanpa bulging Penundaan pemberian antibiotik,
membrane timpani (sembuh spontan)
Otitis media berulang Penundaan pemberian antibiotic,
pemberian vaksin influenza
Otitis media e.c resistensi bakteri High-dose amoxycilin clavulanate
terhadap amoxycilin dosis tinggi (80-90 mg/kgBB/hari per oral selama
7 hari); cefuroxime axetil (30
mg/kgBB 2 kali/hari per oral);
ceftriaxone (50mg/kg/hari IM selama
3 hari)

Penundaan antibiotik dan pengaturan pemberian antibiotik dilakukan pada


otitis media tanpa bulging karena pada otitis media jenis ini umumnya dapat
sembuh spontan tanpa pemberian antibiotik sebab pemberian antibiotic pada
kasus ini dianggap hanya akan menambah efek samping terhadap tubuh.
Pengaturan pemberian resep dapat dilakukan dengan pemberian acetaminophen
jika terjadi otalgia serta demam, dan jika setelah pemberian tersebut demam
masih berlangsung serta tidak ada perbaikan gejala klinis selama 3 hari , maka
baru diberikan amoxycilin dosis tinggi. Antibiotik pada OMA akan menghasilkan
perbaikan gejala dalam waktu 48-72 jam. Dalam 24 jam pertama terjadi
stabilisasi, sedangkan pada 24 jam kedua mulai terjadi perbaikan. Jika pasien
tidak membaik dalam 3 hari atau kembali muncul dalam 14 hari kemungkinan ada
penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak memadai/kurang adekuat atau
bahkan telah terjadi resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut.

Jika pasien alergi terhadap golongan Penicilin alternative antibiotik yang


digunakan adalah cefuroxime axetil, ceftriaxone injeksi (2-3x50mg/kg/hari) atau
generasi kedua sefalosporin seperti cefdinir, cefpodoxime atau cefuroxime.
Pilihan lainnya adalah golongan makrolid seperti azithromycin dan
clarithromicyn.

2. Analgesia/pereda nyeri

Selain antibiotik, penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri.


Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti
paracetamol atau ibuprofen. Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan
ibuprofen harus dipastikan bahwa anak tidak mengalami gangguan pencernaan
karena pemberian ibuprofen dapat memperburuk keadaan tersebut.

 Pemberian antihistamin (antialergi) atau dekongestan tidak memberikan


manfaat pada anak.

 Pemberian kortikosteroid juga tidak dianjurkan.

 Miringotomy, dengan melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan


cairan dari dalam telinga juga tidak dianjurkan , kecuali jika terjadi
komplikasi berat.

 Pemberian antibiotik sebagai profilaksis hanya akan meningkatkan


resistensi bakteri terhadap antibiotik

VII. KOMPLIKASI
Otitis media akut yang tidak segera terobati dengan antibiotik dapat berlanjut
menjadi otitis media kronik (OMK) dan mastoiditis. Komplikasi lain yang dapat
terjadi seperti abses periosteal sampai dengan meningitis dan abses otak bahkan
dapat pula mengakibatkan kehilangan pendengaran permanen akibat rupturnya
membrane timpani dan jika telah sampai mengganggu fungsi pendengaran juga akan
menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa pada anak.

BAB III

ILUSTRASI KASUS

I. ANAMNESIS

A. IDENTITAS

Nama : An. Doni Setiawan

Umur : 13 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan :-

Alamat : Jl. Pucang Sawit No. 19, Jebres Solo


B. KELUHAN UTAMA

Nyeri pada telinga kanan

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Paien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri telinga kanan.


Sebelumnya pasien sering gelisah dan suka memegangi telinganya yang
sakit, sukar tidur . 3 hari sebelum datang ke rumah sakit pasien
mengalami batuk pilek yang saat ini sudah sembuh. Demam juga
dirasakan naik turun.

D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

- Riwayat penyakit serupa : disangkal

- Riwayat telinga dikorek : disangkal

- Riwayat alergi makanan : disangkal

- Riwayat alergi obat : disangkal

- Riwayat bersin-bersin di pagi hari : disangkal

- Riwayat mondok : disangkal

- Riwayat batuk+pilek berualang :+

E. RIWAYAT KELUARGA DAN LINGKUNGAN

- Riwayat sakit serupa : disangkal

- Riwayat asma : disangkal


- Riwayat alergi : disangkal

II. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALIS

Keadaan umum : baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda vital : Tensi : 110/60 mmHg

Nadi : 80x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 380C

Kepala : mesochepal

Leher : KGB tidak membesar

Mata : dalam batas normal

THT : lihat status THT

Mulut : dalam batas normal

Dada : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Urogenetalia : dalam batas normal

Extremitas : dalam batas normal

B. PEMERIKSAAN THT

a. Hidung
PEMERIKSAAN KANAN KIRI
Cavum nasi Lapang Lapang
Discharge Tidak ada Tidak ada
Chonca inferior Eutrophia Eutrophia
Chonca medius Eutrophia Eutrophia
Septum nasi Deviasi Normal
Nyeri sinus Tidak ada Tidak ada
b. Telinga

PEMERIKSAAN KANAN KIRI


Daun telinga Normotia Normotia
Canalis auricularis Sempit, hiperemis Serumen
Membran timpani Ortorhea, hiperemis Intak
Tragus pain Nyeri Tidak nyeri
Hearing Loss Tidak ada Tidak ada
Discharge Minimal Tidak ada

c. Tes Pendengaran

PEMERIKSAAN KANAN KIRI


Rinne + +
Weber Lateralisasi (-) Lateralisasi (-)
Scwabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa

d. Mulut

- Bibir : dalam batas normal

- Ginggiva : dalam batas normal

- Gigi : dalam batas normal

- Lidah : dalam batas normal

e. Tenggorok

- Tonsil : T3-T3, kripte melebar


- Faring : tenang

- Adenoid : tenang

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

IV. DIAGNOSIS BANDING

 Otitis Eksterna Diffusa auricular dextra

Tampak canalis auricularis dextra hiperemis, membrane timpani


auricular dextra normal, nyeri telinga

 Otitis eksterna sircumkripta auricular dextra

Tampak canalis auricularis dextra hiperemis, membrane timpani


auricular dextra normal, nyeri telinga bila ditekan di daerah tragus,
maupun waktu membuka mulut.

 Otitis media efusi auricular dextra

Tampak canalis auricularis dextra hiperemis, membrane timpani


auricular dextra tidak menggembung, gerakan membrane timpani
berkurang, tampak efusi auricular dextra, pendengaran berkurang,
nyeri (-), demam (-).

V. DIAGNOSIS

Otitis Media Akut Stadium Hiperemis Auricula Dextra


VI. PENATALAKSANAAN

A. Tujuan

 Menghilangkan penyebab

 Mengembalikan fungsi tuba eusthacius

 Menghilangkan gejala penyerta

 Mencegah komplikasi

B. Terapi

 Amoxicilin 3x325mg dalam 7 hari

 Paracetamol 3x325mg tiap demam

 Asam mefenamat 3x325mg

 Oksimetazolin hydrochloride 0,025%

PENULISAN RESEP

R/ Amoxicilin mg 325/5cc
As.mefenamat mg 325/5cc
m f l a syr ad cc 110
∫ 3 dd cth I post coenam

R/ Paracetamol mg 325/5cc

m f l a syr ad cc 110
∫ prn (3 dd cth I) aggregate febre

R/ Oksimetazolin hydrochloride 0,025% guttae nasales lag No.I

∫ 2 dd gtt II nasals dextra

Pro : An. Doni setiawan (13 tahun)

PEMBAHASAN OBAT

AMOXICILIN
Merupakan derivate hidroksi dan obat antibiotik golongan penicillin yang
bersifat bakterisida dengan menghambat sintesa dinding bakteri. Amoxicilin
sering digunakan untuk terapi infeksi oleh gram positif yang tidak memproduksi
penisilinase.

> Indikasi :-infeksi telinga,hidung dan tenggorok yang disebabkan oleh


S.pnemonia yang tidak memproduksi penisilinase dan
haemophilus influenza

- Infeksi saluran kemih oleh E.coli, Proteus mirabilis, S.faecalis

- Infeksi kulit oleh Streptococcus, Stafilococcus dan E.coli

- Gonorhea oleh Nisseria gonorhoeae

- Profilaksis endokarditis pada tindakan untuk gigi

Efek samping : mual, muntah, diare,hipersensitif utrikaria, nyeri sendi, demam,


edema, angioneurotik, syock anafilaktik, konvulsi

PARACETAMOL

Merupakan derivate p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik dan


analgesik. Pada penggunaan per oral dapat diserap dengan cepat melalui saluran
cerna. Kadar maksimum dalam plasma dapat dicapai dalam waktu 30 – 60 menit
setelah pemberian. Dieksresikan melalui ginjal kurang dari 5% tanpa mengalami
perubahan dan sebagian dalam bentuk terkonjugasi.

Indikasi : - sebagai antipiretik dan analgetik termasuk bagi pasien yang tidak
tahan terhadap asetosal

- sebagai analgesik misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit


kepala, sakit gigi, sakit waktu haid, sakit pada otot

- Menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi


Efek samping : dosis besar dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati

ASAM MEFENAMAT

Merupakan kelompok antiinflamasi non steroid, bekerja dengan cara


menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh saat terjadi inflamasi
dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgesik,
antiinflamasi dan antipiretik.

Indikasi : meredakan nyeri ringan sampai sedang

Efek samping : mual, muntah, diare dan rasa sakit pada abdominal, leucopenia,
trombositopenia, eosenofilia, agranulocytopenia, mengantuk,
pusing, penglihatan kabur dan insomnia

OKSIMETAZOLIN HYDROCHLORIDE 0,025%

Merupakan decongestan topical (tetes hidung) yang mempunyai fungsi


sebagai golongan agonis reseptor α-adrenergik yang bisa menyebabkan kontraksi
dari vena pada jaringan hidung. Dekongestan efektif pada pasien dengan hidung
tersumbat dan memiliki toleransi yang baik. Obat ini memiliki efek rebound
kongesti terutama jika digunakan dalam waktu yang lama. Penggunaan obat-
obatan ini disarankan untuk terapi antara 3 sampai 5 hari. Setelah periode itu,
mukosa akan resisten terhadap efek dekongestan sehingga memerlukan
pengobatan yang lebih sering.

Indikasi : - untuk hidung tersumbat oleh karena flu/pilek

- otitis media akut stadium hiperemis, membantu membuka kembali


tuba eusthacius yang tersumbat oleh sekret sehingga tekanan
negative dalam telinga tengah berkurang dan akhirnya hilang.
Efek samping : jarang menimbulkan efek sistemik

DAFTAR PUSTAKA

Otitis Media (Ear Infection).http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/otitism.asp

Chronic Otitis Media (Middle Ear Infection) and Hearing Loss.

http://www.entnet.org.KidsENT/hearing_loss.cfm

Ear anatomy. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1092.htm

OMA. http://www.prodigy.nhs.uk/guidances.asp?gt=otitis%20media%20-
%20acute

Diagnosis and Management of Acute Otitis Media. PEDIATRICS Vol. 113 No.
5 May 2004, pp.1451-1456.

http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics; 113/5/1451

Glasziou PP, Del Mar CB, Sanders SL, Hayem M. Antibiotics for Acute Otitis
Media in Children (Cochrane Review) The Cochrane Library, Issue 2,
2005. http://www.cochrane.org/cochrane/revabstr/AB000219.htm
Little P, et al. Pediactors of poor outcome and benefits from antibiotics in
children with acute otitis media: pragmatic randomized trial. BMJ
2002;325:22

http://bmj.bmjjournals.com/cgi/content/full/325/7354/22?
ijkey=742c411e86bbfb31b1a51105ff9bfc95d8a31433

Wellbery C. Standard-Dose Amoxicilin for Acute Otitis Media May 1 2005

http://www.aafp.org/afp/20050501/tips/18.html

Hendley O.M.D. Otitis Media. 2002. New England Journal Medicine . Vol: 347.
No.15 http://www.nejm.org

Você também pode gostar