Você está na página 1de 24

hukum kloning dalam islam

BAB I

PENDAHULUAN

Mampukah fikih menjawab tantangan kemajuan rekayasa genetika? Pesatnya


perkembangan teknologi rekayasa genetika haruslah terkejar oleh produk-produk fikih
yang ada selama ini. Seperti halnya masalah fikih-fikih terdahulu sebagaimana
diberikan oleh para ulama seperti soal bayi tabung dan imsemnasi buatan, maka
masalah rekayasa genetika, sampai pada soal revitalisasi DNA, pembiakan sel lewat
transplantasi, bahkan menyelewengkan “penciptaan ” lewat pencangkokan jaringan sel
yang pada saat ini mulai banyak berkembang haruslah dicari solusinya.

Informasi terbaru, seperti dilaporkan majalah ilmiah bebahasa Inggris, Scientific


American, dalam rubric “medicine”nya, adalah sukses besar praktik pengobatan lewat
terapi gen (Gene Theraphy). Yaitu, sebuah pengobatan untuk menyembuhkan penyakit-
penyakit genetis. Modus operandi terapi ini adalah dengan cara mencangkokkan gen-
gen baru yang lebih sehat dengan mengganti gen-gen rusak yang membawa kelainan
dalam tubuh.[1]

Bukan Cuma itu, terapi gen juga akan dipakai untuk mengobati kelainan fisik dan
perilaku. Hidung pesek, misalnya diubah menjadi mancung. Caranya mudah, cukup
dengan mengganti gen-gen yang membawa unsur pesek dengan yang mancung.

Lalu bagaimana fikih mengantisipasi masalah ini? Bagaimanapun, tampaknya masih


diperlukan penelaahan lebih lanjut tentang masalah ini, yaitu bagaimana hokum islam
tentang zat genetic (Kloning) itu?.

BAB II

PEMBAHASAN

1. A. Pengertian Kloning

Kloning menurut bahasa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu clone atau klon yang
berarti kumpulan sel turunan dari sel induk tunggal dengan reproduksi aseksual.[2]
Sedangkan menurut istilah Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode
genetic yang sama dengan sel induknya tanpa diawali proses pembuahan sel telur atau
sperma tapi diambil dari inti sebuah sel pada makhluk hidup tertentu baik berupa
tumbuhan, hewan maupun manusia.[3]

1. B. Macam-macam Kloning

Dalam hal ini Kloning terdiri dari beberapa macam, antara lain:

1. Kloning pada tumbuhan

Kloning pada tumbuhan yaitu mencangkok atau menstek tanaman untuk mendapatkan
tanaman yang memiliki sifat persis sama dengan induknya.[4]
1. Kloning pada hewan

Kloning pada hewan pertama kali dicoba pada tahun 1950-an pada hewan katak, tikus,
kera dan bison juga pada domba, dan dalam kelanjutannya proses yang berhasil
hanyalah percobaan Kloning pada domba. Awal mula proses pengkloningan domba
adalah dengan mengambil inti sel dari tubuh domba, yaitu dari payudara atau
ambingnya lalu sifat khusus yang berhubungan dengan fungsi ambing ini dihilangkan,
kemudian inti sel tersebut dimasukkan kedalam lapisan sel telur domba, setelah inti
selnya dibuang kemudian ditanamkan kedalan rahim domba agar memperbanyak diri,
berkembang berubah menjadi janin dan akhirnya di hasilkan bayi domba. Pada akhirnya
domba ini mempunyai kode genetic yang sama dengan domba pertama yang menjadi
sumber pengambilan sel ambing.[5]

1. Kloning pada embrio

Kloning embrio tejadi pada sel embrio yang berasal dari rahim istri yang terbentuk dari
pertemuan antara sel sperma suaminya dengan sel telurnya lalu sel embrio itu dibagi
dengan satu teknik perbanyakan menjadi beberapa sel embrio yang berpotensi untuk
membelah dan berkembang. Kemudian sel-sel embrio itu dipisahkan agar masing-
masing menjadi embrio tersendiri yang persis sama dengan sel embrio pertama yang
menjadi sumber pengambilan sel. Selanjutnya sel-sel embrio itu dapat ditanamkan
dalam rahim perempuan asing (bukan isteri), atau dalam rahim isteri kedua dari suami
bagi isteri pertama pemilik sel telur yang telah dibuahi tadi. Yang selanjutnya akan
menghasilkan lebih dari satu sel embrio yang sama dengan embrio yang sudah ada. Lalu
akan terlahir anak kembar yang terjadi melalui proses Kloning embrio ini dengan kode
genetik yang sama dengan embrio pertama yang menjadi sumber Kloning.

1. Kloning pada manusia

Kloning pada manusia terdapat dua cara. Petama, Kloning manusia dapat berlangsung
dengan adanya laki-laki dan perempuan dalam prosesnya. Proses ini dilaksanakan
dengan mengambil sel dari tubuh laki-laki, lalu inti selnya diambil dan kemudian
digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini –
setelah bergabung dengan inti sel tubuh laki-laki– lalu ditransfer ke dalam rahim
seorang perempuan agar dapat memeperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi
janin, dan akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi ini merupakan keturunan dengan kode
genetik yang sama dengan laki-laki yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh.

Kedua, Kloning manusia dapat pula berlangsung di antara perempuan saja tanpa
memerlukan kehadiran laki-laki. Proses ini dilaksanakan dengan mengambil sel dari
tubuh seorang perempuan, kemudian inti selnya diambil dan digabungkan dengan sel
telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini –setelah bergabung dengan
inti sel tubuh perempuan– lalu ditransfer ke dalam rahim perempuan agar memper-
banyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan akhirnya dilahirkan sebagai bayi.
Bayi yang dilahirkan merupakan keturunan dengan kode genetik yang sama dengan
perempuan yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh. Hal tersebut mirip dengan apa
yang telah berhasil dilakukan pada hewan domba.

Adapun pewarisan sifat yang terjadi dalam proses Kloning, sifat-sifat yang diturunkan
hanya berasal dari orang yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh, baik laki-laki
maupun perempuan. Dan anak yang dihasilkan akan memiliki ciri yang sama dengan
induknya dalam hal penampilan fisiknya –seperti tinggi dan lebar badan serta warna
kulit– dan juga dalam hal potensi-potensi akal dan kejiwaan yang bersifat asli. Dengan
kata lain, anak tersebut akan mewarisi seluruh ciri-ciri yang bersifat asli dari induknya.
Sedangkan ciri-ciri yang diperoleh melalui hasil usaha, tidaklah dapat diwariskan. Jika
misalnya sel diambil dari seorang ulama yang faqih, atau mujtahid besar, atau dokter
yang ahli, maka tidak berarti si anak akan mewarisi ciri-ciri tersebut, sebab ciri-ciri ini
merupakan hasil usaha, bukan sifat asli.

1. C. Manfaat dan Kerugian Kloning

Adapun manfaat dari Kloning diantaranya adalah:

1. Kloning pada tanaman dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman
dan hewan, meningkatkan produktivitasnya.
2. Mencari obat alami bagi banyak penyakit manusia-terutama penyakit-penyakit
kronis-guna menggantikan obat-obatan kimiawi yang dapat menimbulkan efek
samping terhadap kesehatan manusia.[6]
3. Untuk memperoleh hormone pertumbuhan, insulin, interferon, vaksin, terapi gen
dan diagnosis penyakit genetic.[7]

Selain terdapai bnayak manfaat Kloning juga menimbulkan kerugian, antara lain:

1. Kloning pada manusia akan menghilangkan nasab.


2. Kloning pada perempuan saja tidak akan mempunyai ayah.
3. Menyulitkan pelaksanaan hokum-hukum syara’. Seperti, hokum pernikahan,
nasab, nafkah, waris, hubungan kemahraman, hubungan ‘ashabah, dan lain-lain.
[8]

1. D. Hukum Kloning

Menurut syara’ hokum Kloning pada tumbuhan dan hewan tidak apa-apa untuk
dilakukan dan termasuk aktivitas yang mubah hukumnya. Dari hal itu memanfaatkan
tanaman dan hewan dalam proses Kloning guna mencari obat yang dapat
menyembuhkan berbagai penyakit manusia –terutama yang kronis– adalah kegiatan
yang dibolehkan Islam, bahkan hukumnya sunnah (mandub), sebab berobat hukumnya
sunnah. Begitu pula memproduksi berbagai obat-obatan untuk kepentingan pengobatan
hukumnya juga sunnah. Imam Ahmad telah meriwayatkan hadits dari Anas RA yang
telah berkata, bahwa Rasulullah SAW berkata:

“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap kali menciptakan penyakit, Dia


menciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian !”

Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Usamah bin Syuraik RA, yang
berkata:

”Aku pernah bersama Nabi, lalu datanglah orang-orang Arab Badui. Mereka
berkata,’Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat ?”

Maka Nabi SAW menjawab :


“Ya. Hai hamba-hamba Allah, berobatlah kalian, sebab sesungguhnya Allah Azza wa
Jalla tidaklah menciptakan penyakit kecuali menciptakan pula obat baginya…”

Oleh karena itu, dibolehkan memanfaatkan proses Kloning untuk memperbaiki kualitas
tanaman dan mempertinggi produktivitasnya atau untuk memperbaiki kualitas hewan
seperti sapi, domba, onta, kuda, dan sebagainya. Juga dibolehkan memanfaatkan proses
Kloning untuk mempertinggi produktivitas hewan-hewan tersebut dan
mengembangbiakannya, ataupun untuk mencari obat bagi berbagai penyakit manusia,
terutama penyakit-penyakit yang kronis. Demikianlah hukum syara’ untuk Kloning
manusia, tanaman dan hewan.[9]

Kloning pada manusia haram menurut hukum Islam dan tidak boleh dilakukan. Dalil-
dalil keharamannya adalah sebagai berikut :

1. Anak-anak produk proses Kloning tersebut dihasilkan melalui cara yang tidak
alami. Padahal justru cara alami itulah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk
manusia dan dijadikan-Nya sebagai sunnatullah untuk menghasilkan anak-anak
dan keturunan. Allah SWT berfirman :

‫ط ِإَذا ُتْمَنى‬
ٍ َ‫طف‬
ْ ‫ن ُن‬
ْ ‫لْنَثى ِم‬
ُْ ‫ن الّذَكَر َوا‬
ِ ‫جْي‬
َ ‫ق الّزْو‬
َ ‫خَل‬
َ ‫َوَأّنُه‬

“dan Bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan


perempuan, dari air mani apabila dipancarkan.” (QS. An Najm : 45-46)

Allah SWT berfirman :

“Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian
mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya.” (QS. Al Qiyaamah : 37-38)

1. Anak-anak produk Kloning dari perempuan saja (tanpa adanya laki-laki), tidak
akan mempunyai ayah. Dan anak produk Kloning tersebut jika dihasilkan dari
proses pemindahan sel telur-yang telah digabungkan dengan inti sel tubuh-ke
dalam rahim perempuan yang bukan pemilik sel telur, tidak pula akan
mempunyai ibu. Sebab rahim perempuan yang menjadi tempat pemindahan sel
telur tersebut hanya menjadi penampung, tidak lebih. Ini merupakan tindakan
menyia-nyiakan manusia, sebab dalam kondisi ini tidak terdapat ibu dan ayah.
Hal ini bertentangan dengan firman Allah SWT :

‫ن َذَكٍر َوُاْنَثى‬
ْ ‫خَلْقَناُكْم ِم‬
َ ‫س ِإّنا‬
ُ ‫َيا َأّيَها الّنا‬

“Hai manusia, sesunguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan.” (QS. Al Hujuraat : 13)

1. Kloning manusia akan menghilang nasab (garis keturunan). Padahal Islam telah
mewajibkan pemeliharaan nasab. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas RA, yang
mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :
“Siapa saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau
(seorang budak) bertuan (loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan mendapat
laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh manusia.” (HR. Ibnu Majah)

Berdasarkan dalil-dalil itulah proses Kloning manusia diharamkan menurut hukum


Islam dan tidak boleh dilaksanakan.[10]

1. E. Hukum Kloning menurut MUI

Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada


tangga123-27 Rabi’ul Akhir 1421 H. / 25-29 Juli 2000 M. dan membahas tentang
Kloning, setelah

Menimbang,

1. bahwa salah satu hasil kemajuan yang dicapai oleh iptek adalah Kloning, yaitu
“suatu proses penggandaan makhluk hidup dengan cara nucleus transfer dari sel
janin yang sudah beerdiferensiasi dari sel dewasa”, atau “penggandaan makhluk
hidup menjadi lebih banyak, baik dengan memindahkan inti sel tubuh ke dalam
indung telur pada tahap sebelum terjadi pemisahan sel-sel bagian-bagian tubuh”
2. bahwa masyarakat senantiasa mengharapkan penjelasan hukum Islam tentang
Kloning, baik Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan, hewan, dan terutama
Kloning terhadap manusia;
3. bahwa oleh karena itu, MUI dipandang perlu untuk menetapkan fatwa tentang
hukum Kloning untuk dijadikan pedoman.

Memperhatikan:

1. Kloning tidak sama dengan, dan sedikit pun tidak berarti, penciptaan, melainkan
hanya sekedar penggandaan.
2. Secara umum, Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan akan membawa
kemanfaatan dan kemaslahatan kepada umat manusia.
3. Kloning terhadap manusia dapat membawa manfaat, antara lain : rekayasa
genetik lebih efisien dan manusia tidak perlu khawatir akan kekurangan organ
tubuh pengganti (jika memerlukan) yang biasa diperoleh melalui donor, dengan
Kloning ia tidak akan lagi merasa kekurangan ginjal, hati, jantung, darah, dan
sebagainya, karena ia bisa mendapatkannya dari manusia hasil teknologi
Kloning.
4. Kloning terhadap manusia juga dapat menimbulkan mafsadat (dampak negatif
yang tidak sedikit; antara lain :
1. menghilangkan nasab anak hasil Kloning yang berakibat hilangnya
banyak hak anak dan terabaikan-nya sejumlah hukum yang timbul dari
nasab;
2. institusi perkawinan yang telah disyari’atkan sebagai media berketurunan
secara sah menjadi tidak diperlukan lagi, karena proses reproduksi dapat
dilakukan tanpa melakukan hubungan seksual;
3. lembaga keluarga (yang dibangun melalui perkawinan) akan menjadi
hancur, dan pada gilirannya akan terjadi pula kehancuran moral (akhlak),
budaya, hukum, dan syari’ah Islam lainnya;
4. tidak akan ada lagi rasa saling mencintai dan saling memerlukan antara
laki-laki dan perempuan;
5. hilangnya maqashid syari’ah dari perkawinan, balk maqashid awwaliyah
(utama) maupun maqashid tabi’ah (sekunder).
6. Pendapat dan saran peserta sidang.

Mengingat

1. Firman Allah S WT : “Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dariNva.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir” (QS. al-Jatsiyah [45].- 13).
2. Firman Allah SWT : “Dan Kami telah memuliakan anak-anakAdam, Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari Yang baik-
baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
rraakhluk vang telah Kami ciptakan ” (QS. al-Isra’[I7]: 70).
8. Firman Allah SWT : “..f apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi
Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nva sehingga kedua ciptaan itu
serupa menurut pandangan mereka. Katakanlah, ‘Allah adalah Pencipta segala
sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Mahaesa lagi Mahaperkasa (QS. al-Ra’d [13]:
16)
3. firman Allah SWT : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakar manusia dari
saripati (berasal) dari tanah. Kemudiar Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan ; dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air man: itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpa. darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dar. segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulan, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan dagiri 27 Kemudian Kami jadikan dia makhluk
(berbentuk) lain. Maha sucilah Allah, Pencipta Paling baik” (QS. al-Mu’minun
(23]: 12-14).
4. Kaidah Fiqhiyah : “Menghindarkan kerusakan (hal-hal yang negatif) diutamakan
dari pada mendatangkan kemaslahatan”
MEMUTUSKAN
Menetapkan
5. Fatwa musyawarah nasional n-i majelis ulama indonesia tentang Kloning.
6. Kloning terhadap manusia dengan cara bagaimanapuyang berakibat pada
pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram.
7. Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan hukumnya boleh (mubah)
sepanjang dilakukan demi kemaslahatan dan/atau untuk
menghindarkakemudaratan (hal-hal negatif).
8. Mewajibkan kepada semua pihak terkait untuk tidak melakukan atau
mengizinkan eksperimen ata-_ praktek Kloning terhadap manusia.
9. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama para ulama, untuk senantiasa
mengikuti perkembangan teknologi Kloning, meneliti peristilahan dan
permasalahatannya, serta menyelenggarakan kajiarkaj ian ilmiah untuk menj
elaskan hukumnya.
10. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk mendorong
pembentukan (pendirian) dan mendukung institusi-institusi ilmiah yang
menyelenggarakan penelitian di bidang biologi dan teknik rekayasa genetika
pada selain bidang Kloning manusia yang sesuai dengan prinsip-prinsip
syari’ah.
11. Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk segera
merumuskan kriteria dan kode etik penelitian dan eksperimen bidang biologi
untuk dijadikan pedoman bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
12. Keputusan fatwa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap muslim
yang memerlukan dapat mengetahuinya, menghimbau semua pihak untuk
menyebarluaskan fatwa ini.[11]

KESIMPULAN

Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetic yang sama dengan sel
induknya tanpa diawali proses pembuahan sel telur atau sperma tapi diambil dari inti
sebuah sel pada makhluk hidup tertentu baik berupa tumbuhan, hewan maupun
manusia.

Kloning terdiri dari beberapa macam, antara lain: Kloning pada tumbuhan, Kloning
pada hewan, Kloning pada embrio,dan Kloning pada manusia.

Adapun mengenai hukum Kloning dari kajian diatas dapat disimpulkan bahwa hukum
Kloning dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu Kloning yang di perbolehkan, dan
Kloning yang tidak diperbolehkan.

Sedangkan Mengenai Kloning yang diperbolehkan adalah Kloning yang meninmbulkan


kemaslahatan bagi manusia antara lain yaitu Kloning pada tanaman dan hewan adalah
untuk memperbaiki kualitas tanaman dan hewan, meningkatkan produktivitasnya,
mencari obat alami bagi banyak penyakit manusia-terutama penyakit-penyakit kronis.

Sedangkan Kloning yang tidak diperbolehkan adalah Kloning terhadap manusia yang
dapat menimbulkan mafsadat (dampak negatif yang tidak sedikit; antara lain :
menghilangkan nasab, menyulitkan pelaksanaan hokum-hukum syara’.

DAFTAR PUSTAKA

Alkaf, Halid Kloning dan Bayi Tabung Masalah dan Implikasinya, PB UIN: Jakarta.
2003

Asy-Syaukani, Lutfi, Poltik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fiqih Kontemporer,
Pustaka Hidayah: Bandung.1998

Mahfudh, Dr. Sahal, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, LTN NU dan Diantama:
Surabaya. 2004

Ma’ruf, Farid Hukum Kloning, http:// konsultasi. WordPress.com. 2007

Zallum, Abdul Qadim terjemah Sigit Purnawan Jati, S.Si.,Hukmu Asy Syar’i fi Al
Istinsakh, Naqlul A’dlaa’, Al Ijhadl, Athfaalul Anabib, Ajhizatul In’asy Ath Thibbiyah,
Al Hayah wal Maut ( Darul Ummah: Beirut, Libanon, Cetakan. 1997)

Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada


tangga123-27 Rabi’ul Akhir 1421 H. / 25-29 Juli 2000
Hukum Kloning Dalam Perspektif
Agama Islam Dan Imuwan Barat
Perspektif Oleh Ilmuwan Barat

Sebelum membahas tentang pandangan ilmuwan barat


terhadap kloning, terlebih dahulu marilah kita mencoba menelaah tentang kloning itu
sendiri. Kloning merupakan penggandaan suatu organisme kehidupan. Contoh nyata
kloning alami adalah adanya kembar dari dua pasang bersaudara. Keduanya identik
secara bentuk tetapi berbeda pada perilakunya.

Seiring dengan perkembangan teknologi, manusia mulai menyelidiki bagaimana


membuat kloning dari suatu makhluk hidup. Tujuannya pun bermacam-macam. Tetapi
dari tujuan tersebut setidaknya ada dua tujuan besar mengapa kloning diteliti, yaitu
untuk tujuan pengobatan dan tujuan reproduksi.

Kloning dilakukan dengan mengambil embrio dasar dari suatu makhluk hidup,
kemudian memberikan instruksi pada embrio tersebut agar bisa menjadi makhluk
serupa. Embrio dasar tersebut bisa didapatkan dengan mengambil satu sel sehat dari
organ manusia, kemudian sel tersebut ditanamkan pada rahim atau pada tempat lain
untuk menumbuhkannya hingga kelahiran embrio tersebut.

Sarjana-sarjana barat telah banyak melakukan eksperiment yang berhubungan dengan


kloning ini. Penelitian dilakukan pada unggas dan mamalia. Dari sekian banyak
penelitian untuk unggas hampir seluruhnya berhasil. Contohnya seperti kloning pada
chimes (sejenis ayam hasil kloning dari ayam petelur dan ayam berdaging) yang
dilakukan oleh Rob Etches. Kloning ini ternyata berhasil dan menghasilkan suatu
organisme baru yang unggul yang memiliki daging banyak dan produktif dalam
menghasilkan telur. Sedangkan kloning pada mamalia, meskipun berhasil melahirkan
suatu organisme tetapi organisme tersebut ternyata tidak memiliki daya tahan tubuh
yang memadai sehingga mamalia hasil kloning seluruhnya mati dalam waktu yang
singkat setelah dilahirkan, misalnya Gaur (bison thailand yang dikloning agar tidak
punah) dan Dolly (domba hasil kloning).

Perdebatan tentang kloning dikalangan ilmuwan barat terus terjadi, bahkan dalam hal
kloning binatang sekalipun, apalagi dalam hal kloning manusia. Kelompok kontra
kloning diwakili oleh George Annos (seorang pengacara kesehatan di universitas
Boston) dan pdt. Russel E. Saltzman (pendeta gereja lutheran). menurut George Annos,
kloning akan memiliki dampak buruk bagi kehidupan, antara lain :

• merusak peradaban manusia.


• memperlakukan manusia sebagai objek.
• Jika kloning dilakukan manusia seolah seperti barang mekanis yang bisa dicetak
semaunya oleh pemilik modal. Hal ini akan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan
yang dimiliki oleh manusia hasil kloning.
• kloning akan menimbulkan perasaan dominasi dari suatu kelompok tertentu
terhadap kelompok lain. Kloning biasanya dilakukan pada manusia unggulan
yang memiliki keistimewaan dibidang tertentu. Tidak mungkin kloning
dilakukan pada manusia awam yang tidak memiliki keistimewaan. Misalnya
kloning Einstein, kloning Beethoven maupun tokoh-tokoh yang lain. Hal ini
akan menimbulkan perasaan dominasi oleh manusia hasil kloning tersebut
sehingga bukan suatu kemustahilan ketika manusia hasil kloning malah
menguasai manusia sebenarnya karena keunggulan mereka dalam berbagai
bidang.

Sedangkan menurut pdt. Russel E. Saltzman, bagaimanapun kloning tetap tidak


diperbolehkan, karena pada prosesnya terdapat pengambilan sel dari makhluk hidup
yang berhak mendapat kehidupan. Sel yang diambil untuk kloning berarti sama saja
dengan membunuhnya untuk kemudian dijadikan sebagai organisme baru. Padahal
setiap makhluk hidup sekecil apapun berhak menikmati kehidupan.

Adapun kelompok yang memperbolehkan kloning diwakili oleh Panos Zavos (seorang
peneliti pada pusat Reproduksi kentucky), mereka berpendapat bahwa kloning untuk
saat ini memang diperlukan oleh manusia. Contoh misalnya ketika christopher reeves
kehilangan tulang punggungnya, salah satu cara yang pas untuk menyembuhkan
sakitnya adalah dengan kloning. Atau Andrea Gordon, seorang pasien yang mengalami
gagal ginjal dan organ tubuhnya tidak bisa menerima transplantasi ginjal walau dari
orang terdekatnya sekalipun. Ia rela menunggu hasil kloning organ ginjal walau ginjal
babi sekalipun. Untuk mereka berdua kloning sangat diperlukan karena menimbang
manfaat yang mereka dapatkan dari hasil kloning tersebut. Selain itu, kloning juga
diharapkan bisa menjadi alternatif untuk melestarikan hewan langka, sehingga
keberadaan hewan-hewan langka terus bisa dilestarikan, hal ini seperti yang dilakukan
oleh Betsy Dresser (seorang pakar binatang di kebun binatang audubon, new orlands,
Australia). Kloning juga bisa menjadi solusi bagi wanita yang tidak bisa melahirkan
anak tetapi ingin mempunyai anak secara genetis karena adanya keterkaitan histori
antara keduanya, hal ini seperti yang diinginkan oleh Viviane Maxwell (warga
California). Menimbang faktor-faktor diatas, para ilmuwan terus berupaya untuk
melakukan penelitian tentang kloning ini dengan harapan penelitian mereka bisa
dimanfaatkan pada kehidupan manusia.

Perspektif Agama Islam

Kloning dan hukumnya secara tersurat tidak didapatkan dari kitab-kitab maraji’ islam,
baik dari Al-Qur’an, Hadits, maupun kitab-kitab ulama klasik. Penentuan hukum
kloning murni merupakan ijtihad kaum muslim sekarang dan ini merupakan tantangan
bagi kaum muslim dalam menanggapi realitas yang terjadi disekitarnya. Oleh karena
itu, salah satu cara yang mungkin dilakukan adalah dengan melihat metode yang
dilakukan ulama terdahulu dalam memutuskan hukum terhadap suatu realitas yang tidak
pernah dijumpai sebelumnya (pendekatan ushul fiqh).
Pada dasarnya, kloning merupakan suatu ide ilmiah hasil pemikiran kreativitas manusia.
Ide ini merupakan realisasi dari pembacaan manusia terhadap alam yang sebenarnya
juga dianjurkan oleh islam (iqra dalam artian ayat-ayat kauniyah). Menurut Syekh
Muhammad Taufiq Miqdad setiap ide ilmiah yang dikemukakan tidak keluar dari tiga
katagori. Pertama, ia berkaitan dengan sesuatu yang telah pasti diharamkan agama,
seperti eutanasia. Ini jelas ditolak oleh agama karena berkaitan langsung dengan
kehidupan manusia yang merupakan anugerah Ilahi tanpa sedikitpun campur tangan
manusia.

Kedua, ide tersebut berkaitan dengan sesuatu yang jelas didukung oleh agana dan juga
pertimbangan akal, seperti penciptaan aneka obat untuk penyembuhan manusia. ini
termasuk bagian dari kebutuhan pokok manusia. Islam mendukung setiap usaha ke arah
sana, dan menilainya sebagai sesuatu yang amat terpuji.
Ketiga, suatu ide ilmiah yang belum terbukti hasil dan dampaknya baik positif maupun
negatif. Ide semacam ini baru dalam proses pembentukan atau tahap awal. Kita belum
dapat memperoleh gambaran jelas dan utuh yang dapat menyingkirkan segala
ketidakjelasan yang berkaitan dengannya. Ide semacam ini, tidak dapat ditetapkan
atasnya hukum haram atau halal secara pasti, karena ia baru berbentuk ide atau baru
dalam bentuk kekuatiran adanya sisi mudharat dan negatif yang juga baru dalam benak
dan teori. Menetapkah hukum (halal maupun haram) menyangkut hal semacam ini
adalah ketergesa-gesaan yang bukan pada tempatnya dan tidak sejalan dengan tuntunan
akal dalam berpikir atau menarik kesimpulan.

Kloning, dalam ranah kloning manusia disini berada pada posisi ketiga dari ide ilmiah
tersebut. Kita tidak bisa menentukan secara pasti (halal/haramnya) karena ide tersebut
masih dalam tataran ide dan belum diaplikasikan. Dalam hal ini segala bentuk penelitian
ilmiah hukumnya mubah/boleh. Kita bisa mengambil kesimpulan keputusan hukumnya
setelah ide tersebut diaplikasikan dengan menimbang dampak-dampaknya terhadap
kehidupan, tentang maslahah atau tidaknya hasil penelitian tersebut.
Tetapi pendapat para ulama tentang kloning pada manusia seandainya nanti berhasil
dilakukan menarik untuk dikaji. Diantaranya pendapat Sheikh Muhammad Thanthawi
dan Sheikh Muhammad Jamil Hammud Al-’Amily yang mengatakan bahwa kloing
dalam upaya mereproduksi manusia terdapat pelecehan terhadap kehormatan manusia
yang mestinya dijunjung tinggi. Kloning mengarah kepada goncangnya sistem
kekeluargaan serta penghinaan dan pembatasan peranan perempuan. Ia bukan saja
memutuskan silaturahim tetapi juga mengikis habis cinta. Ia adalah mengubah ciptaan
Allah dan bertentangan dengan Sunatullah. Itu adalah pengaruh setan bahkan
merupakan upayanya untuk menguasai dunia dan manusia.

Sheikh Muhammad Ali al-Juzu (Mufti Lebanon yang beraliran Sunni) menyatakan
bahwa kloning manusia akan mengakibatkan sendi kehidupan keluarga menjadi
terancam hilang atau hancur, karena manusia yang lahir melalui proses kloning tidak
dikenal siapa ibu dan bapaknya, atau dia adalah percampuran antara dua wanita atau
lebih sehingga tidak diketahui siapa ibunya. Selanjutnya kalau cloning dilakukan secara
berulang-ulang, maka bagaimana kita dapat membedakan seseorang dari yang lain yang
juga mengambil bentuk dan rupa yang sama.

Sheikh Farid Washil (mantan Mufti Mesir) menolak kloning reproduksi manusia karena
dinilainya bertentangan dengan empat dari lima Maqashid asy-Syar’iah: pemeliharaan
jiwa, akal, keturunan, dan agama. Dalam hal ini cloning menyalahi pemeliharaan
keturunan.
Dari beberapa pendapat tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa cloning hukumnya
haram karena lebih berpotensi menghasilkan dampak buruk daripada dampak baiknya.
Keharaman cloning ini lebih didasarkan pada hilangnya salah satu hal yang harus
dilindungi manusia yaitu faktor keturunan. Hal ini kemudian disandarkan pada qaidah
“dar’ul mafasid muqaddamun ala jalbil mashalih” yang artinya Menampik keburukan
lebih diutamakan daripada mendatangkan manfaat’. Hilangnya garis keturunan manusia
yang dikloning akan menghilangkan hak-hak manusia tersebut, seperti misalnya hak
untuk mendapat penghidupan dari keluarganya, warisan, lebih parah lagi hak untuk
mendapatkan kasih saying dari orang tua geneticnya, dan hak-hak lain yang harus ia
dapatkan. Pengharamannya diambil dari kaedah yang ditegaskan oleh firman Allah
((QS. 2: 219) tentang minuman keras yang artinya, Dosa keduanya (minuman keras dan
perjudian) lebih besar daripada manfaatnya. Dari sana kita bisa menarik benang merah
bahwa cloning yang bertujuan untuk pengobatan misalnya penggantian organ tubuh
manusia dengan organ cloning menurut kami diperbolehkan sepanjang hal itu
mendatangkan maslahah dan karena kondisi dlarurat yang dialami oleh pasien (Sheikh
Farid Washil : 2003).

Adapun kloning dalam ranah binatang dan tumbuh-tumbuhan, maka Islam secara jelas
membolehkannya, apalagi kalau tujuannya untuk meningkatkan mutu pangan dan
kualitas daging yang dimakan manusia. Selain itu, karena binatang dan tumbuh-
tumbuhan tidak perlu mengetahui tentang asal-usul garis keturunannya.

Karena kloning Dolly domba pada tahun 1996, kloning telah menjadi sesuatu dari kata
kunci, terutama di kalangan ilmiah. Formerly a staple of science fiction stories, it
entered the public consciousness as it never had before. Dahulu bahan pokok cerita fiksi
ilmiah, itu memasuki kesadaran publik karena tidak pernah sebelumnya. Not
surprisingly it has generated controversy, with many of the objections coming religious
organizations. Tidak mengherankan telah menghasilkan kontroversi, dengan banyak
keberatan datang organisasi keagamaan. Ethical implications aside however, there are
however, advantages and disadvantages to the practice of cloning. implikasi etis
samping namun, ada Namun, keuntungan dan kerugian untuk praktek kloning. Those
listed below are just a few of the many pros and cons associated with cloning. Yang
terdaftar di bawah ini hanya beberapa dari banyak pro dan kontra terkait dengan
kloning.

Advantages of Cloning Keuntungan Kloning


1/Potential benefits to modern medicine 1/Potential
manfaat dengan obat modern
Even today, the full potential of stem cells has not been fully explored. Bahkan saat ini,
potensi penuh dari sel-sel induk belum sepenuhnya dieksplorasi. The issue of stem cells
has led to controversy because embryos are generally used and they have to be
destroyed for the cells to be used. Isu sel-sel induk telah menimbulkan kontroversi
karena embrio umumnya digunakan dan mereka harus dihancurkan untuk sel yang akan
digunakan. However, a number of researchers believe that stem cells will eventually
change the face of medicine as we know it. Namun, sejumlah peneliti percaya bahwa
sel-sel induk pada akhirnya akan mengubah wajah pengobatan seperti yang kita kenal.
Given the fact that the cells can be manipulated to mimic other types of cells, this can
provide new ways to treat diseases like cancer and Alzheimer's. Mengingat fakta bahwa
sel dapat dimanipulasi untuk meniru jenis sel, ini dapat memberikan cara-cara baru
untuk mengobati penyakit seperti kanker dan Alzheimer.

Cloning also offers hope to persons needing organ transplants. Kloning juga
menawarkan harapan bagi orang-orang yang membutuhkan transplantasi organ. People
requiring organ transplants to survive an illness often wait years for a suitable donor.
Orang-orang yang membutuhkan transplantasi organ untuk bertahan hidup penyakit
sering menunggu tahun untuk donor yang cocok. In many cases these patients die
waiting, as there are long lists of people requiring organs. Dalam banyak kasus pasien
meninggal menunggu, karena ada daftar panjang orang-orang yang membutuhkan
organ. Theoretically, cloning could eliminate this by producing more animals that can
act as suitable donors. Secara teoritis, kloning bisa menghilangkan ini dengan
memproduksi lebih banyak hewan yang dapat bertindak sebagai donor yang cocok. Pig
livers have been successfully transplanted to human beings, as an interim measure until
a human liver is found. Babi hati telah berhasil transplantasi kepada manusia, sebagai
langkah sementara sampai hati manusia ditemukan. Additionally, cloning of these
animals not put a burden on the world's food supply. Selain itu, kloning binatang ini
tidak meletakkan beban pada pasokan pangan dunia.

2/Helping infertile couples 2/Helping pasangan subur


Cloning offers couples dealing with fertility the chance to have a child of their own.
Kloning menawarkan pasangan berurusan dengan kesuburan kesempatan untuk
memiliki anak mereka sendiri. Many infertile couples can't be helped by the techniques
currently available. Banyak pasangan tidak subur dapat dibantu dengan teknik saat ini
tersedia. In fact, although some states have already banned human cloning because of
ethical issues, more couples struggling to have children are starting to consider the
possibilities that cloning offer. Bahkan, meskipun beberapa negara telah melarang
kloning manusia karena masalah etika, pasangan lebih berjuang untuk memiliki anak-
anak mulai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang menawarkan kloning.

3/Reverse the aging process 3/Reverse proses penuaan

Cloning is being touted as a future answer to reverse the effects of aging.The antiaging
market is a prime target becuase it is alreay a multibillion industry. Cloning sedang
disebut-sebut sebagai jawaban masa depan untuk membalikkan efek pasar antipenuaan
aging.The adalah target utama karena alreay industri jutaan.

4/Protecting Endangered Species 4/Protecting Spesies terancam punah


Despite the best efforts of conservationists worldwide, some species are nearing
extinction. Meskipun upaya terbaik konservasionis di seluruh dunia, beberapa spesies
yang hampir punah. The successful cloning of Dolly represents the first step in
protecting endangered wildlife. Keberhasilan kloning Dolly merupakan langkah
pertama dalam melindungi satwa langka.

5/ Improving food supply 5 / Meningkatkan suplai makanan

Cloning could provide a means of cultivating plants that are stronger and more resistant
to diseases, while producing more. Kloning dapat menyediakan sarana budidaya
tanaman yang lebih kuat dan lebih tahan terhadap penyakit, sedangkan memproduksi
lebih banyak. The same could happen to livestock as well where diseases such as foot
and mouth disease could be eradicated.Cloning could therefore effectively solve the
world's food problem and minimize or possible eadicate starvation. Hal yang sama bisa
terjadi pada ternak dan juga di mana penyakit seperti penyakit kaki dan mulut bisa
eradicated.Cloning sehingga bisa secara efektif memecahkan masalah pangan dunia dan
meminimalkan atau kelaparan eadicate mungkin.

Disadvantages of Cloning Kerugian Kloning


1/The Element of Uncertainty Unsur 1/The Ketidakpastian
While the cloning of Dolly was seen as a success story, many embryos were destroyed
before the desired result was achieved. Sedangkan kloning Dolly dipandang sebagai
kisah sukses, embrio banyak yang hancur sebelum hasil yang diinginkan tercapai. The
process started with 277 eggs, and Dolly was the single successful outcome. Proses ini
dimulai dengan 277 telur, dan Dolly adalah hasil sukses tunggal. Regardless of success
in other areas, the field of cloning still has a long way to go. Terlepas dari keberhasilan
di bidang lain, bidang kloning masih memiliki jalan panjang untuk pergi. Infertile
couples for example, could go through the same heartache as they would if in vitro
fertilization failed. pasangan Subur misalnya, bisa melalui sakit hati sama seperti
mereka akan jika fertilisasi in vitro gagal.

2/Inheriting diseases 2/Inheriting penyakit


Cloning creates a copy of the original. Kloning membuat salinan asli. A human clone
would therefore inherit the genetic traits of its predecessor. Sebuah kloning manusia itu
akan mewarisi sifat genetik dari pendahulunya. This includes genetic abnormalities and
diseases. Ini termasuk kelainan genetik dan penyakit. Dolly the sheep for example
exhibited signs of what some suggested were premature aging, although this was firmly
denied by her 'developers'. Domba Dolly misalnya menunjukkan tanda-tanda dari apa
yang beberapa disarankan adalah penuaan dini, walaupun hal ini tegas ditolak oleh dia
'pengembang'.

3/The Potential for Abuse Potensi 3/The Penyalahgunaan


If human cloning became a reality what checks and balances would be put in place to
prevent abuse? Jika kloning manusia menjadi suatu realitas apa checks and balances
akan diberlakukan untuk mencegah penyalahgunaan? Would scientists go overboard
with the technology? Apakah ilmuwan pergi ke laut dengan teknologi? If a couple has a
clone that they are not happy with, what would they do next? Jika pasangan memiliki
clone bahwa mereka tidak senang dengan, apa yang akan mereka lakukan selanjutnya?
These are all questions that must be raised in any discussion on cloning. Ini semua
adalah pertanyaan yang harus dibangkitkan dalam diskusi apapun di kloning. Some
have expressed the view that clones could be grown in a farm-like fashion simply for
harvesting organs or stem cells. Beberapa telah menyatakan pandangan bahwa klon bisa
ditanam secara pertanian seperti hanya untuk mengambil organ atau sel batang. The
potential for devaluing human life cannot be ignored. Potensi devaluasi hidup manusia
tidak bisa diabaikan.
Cloning, like so many other issues that have faced modern science, must be carefully
evaluated. Kloning, seperti isu lain begitu banyak yang telah menghadapi sains modern,
harus hati-hati dievaluasi. There will always be detractors, those who feel that anyone
involved in cloning is playing God. Akan selalu ada pengkritik, mereka yang merasa
bahwa siapapun yang terlibat dalam kloning adalah bermain Tuhan. And this may not
be too far from the truth. Dan ini mungkin tidak terlalu jauh dari kebenaran. However,
any discussion on cloning must be looked at in the context of its inherent value to
mankind. Namun, setiap diskusi tentang kloning harus melihat dalam konteks nilai yang
melekat kepada umat manusia.

Pengertian kloning:Kloning adalah teknik membuat keturunan derngan kode genetik


yang sama dengan induknya, pada manusia kloning dilakukan dengan mempersiapkan
sel telur yang sudah di ambil intinya lalu disatukan dengan sel somatic dari suatu organ
tubu, kemudian hasilnya ditanamkan dalam rahim seperti halnya pada bayi tabung.
Macam-macam teknik pengkloningan: kloning dapat dilakukan terhadap semua
makhluk hidup tumbuhan,hewandan manusia.Pada tumbuhan kloning dapat dilakukan
dengan tekhink okulasi,sedangkan pada hewan dan manusia,ada beberapa tekhnik-
tekhnik yan dapat dilakukan, kloning ini dapat berupa kloning embrio dan kloning
hewan atau manusia itu sendiri.
kloning terhadap hewan atau tumbuhan jika memiliki daya guna bagi kehidupan
manusi maka hukumnya mubah/boleh dalilnya : Q.S. Al-Baqoroh:29,Q.S. Al-Jatsiyah
berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan beberapa ulama' dapat di ketahui
mafsadat dari kloning lebih banyak daripada maslahatnya. oleh karna itu,praktek
kloning manusia bertentangan dengan hukum islam dengan demikian kloning manusia
dalam islam hukumnya haram.Dalil-dalil keharaman.:Q.S. An-Najm:45-46, Q.S. Al-
Qiyamah:37-38,Q.S.Al-Hujurat:13,Q.S.Al-Ahzab:5,Q.S.Al-Israa':70,Q.S.At-tiin:4
Sedangkan hukum inseminasi buatan pada hewan dan hasilnya sebagaimana
yang sering orang lakukan juga harus diddudukkanmasalahnya. Pada
umumnya, hewan baik yang hidup di darat, air dan udara, adalah halal
dimakan dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk kesejahteraan
hidupnya, kecuali beberapa jenis makanan/hewan yang dilarang dengan jelas
oleh agama.

Kehalalan hewan pada umumnya dan hewan ternak pada khususnya adalah
berdasarkan firman Allah dalam Surat Al-Baqarah:29, yang menyatakan bahwa
semua yang ada di planet bumi ini untuk kesejahteraan manusia. Dan juga
surat Al-Maidah:2, yang menyatakan bahwa semua hewan ternak dihalalkan
kecuali yang tersebut dalam Al-An’am:145, An-Nahl:115, Al-Baqoroh:173 dan
Al-Maidah:3. Ketiga surat dan ayat yang pertama tersebut hanya
mengharamkan 4 jenis makanan saja, yaitu bangkai, darah, babi dan hewan
yang disembelih tanpa menyebut nama Allah. Sedangkan surat dan ayat yang
disebut terakhir mengharamkan 10 jenis makanan, yaitu 4 macam makanan
yang tersebut di atas ditambah 6, yakni: 1. Hewan yang mati tercekik, 2. Yang
mati dipukul, 3. Yang mati terjatuh, 4. Yang mati ditanduk, 5. Yang mati
diterkam binatang buas, kecuali yang sempat disembelih dan 6. Yang
disembelih untuk disajikan pada berhala.

Mengenai hewan yang halal dan yang haram, terdapat perbedaan pendapat di
kalangan ulama, yaitu:

a. ulama yang hanya mengharamkan 10 macam makanan/hewan yang tersebut


dalam Al-Maidah:3, sebab ayat ini termasuk wahyu terakhir yang turun.
Mahmud Syaltut, mantan Rektor Univ. Al-Azhar mendukung pendapat ini.

b. Ulama hadits menambah beberapa larangan berdasarkan hadits Nabi, yaitu


antara lain: semua binatang buas yang bertaring, semua burung yang berkuku
tajam, keledai peliharaan/jinak dan peranakan kuda dengan keledai (bighal).

c. Ulama fiqih/mazhab menambah daftar sejumlah hewan yang haram


dimakan berdasarkan ijtihad, yaitu antara lain: semua jenis anjing termasuk
anjing hutan dan anjing laut, rubah, gajah, musang/garangan, burung undan,
rajawali, gagak, buaya, tawon, semua jenis ulat dan serangga.

d. Rasyid Ridha, pengaran Tafsir Al-Manar berpendapat bahwa yang tidak jelas
halal/haramnya berdasarkan nash Al-Qur’an itu ada dua macam: 1. semua
jenis hewan yang baik, bersih dan enak/lezat (thayyib) adalah halal. 2. Semua
hewan yang jelek, kotor dan menjijikan adalah haram. Namun kriteria baik,
bersih, enak, menarik atau kotor, jelek dan menjijikan tidak ada kesepakatan
ulama di dalamnya. Apakah tergantung selera dan watak masing-masing orang
atau menurut ukuran yang umum.

Mengembangbiakkan dan pembibitan semua jenis hewan yang halal


diperbolehkan oleh Islam, baik dengan jalan inseminasi alami (natural
insemination) maupun inseminasi buatan (artificial insemination). Dasar
hukum pembolehan inseminasi buatan ialah:
Pertama; Qiyas (analogi) dengan kasus penyerbukan kurma. Setelah Nabi Saw
hijrah ke Madinah, beliau melihat penduduk Madinah melakukan pembuahan
buatan (penyilangan/perkawinan) pada pohon kurma. Lalu Nabi menyarankan
agar tidak usah melakukan itu. kemudian ternyata buahnya banyak yang
rusak. Setelah hal itu dilaporkan pada Nabi, beliau berpesan : “lakukanlah
pembuahan buatan, kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian.” Oleh
karena itu, kalau inseminasi buatan pada tumbuh-tumbuhan diperbolehkan,
kiranya inseminasi buatan pada hewan juga dibenarkan, karena keduanya
sama-sama diciptakan oleh Tuhan untuk kesejahteraan umat manusia. (QS.
Qaaf:9-11 dan An-Nahl:5-8).

Kedua; kaidah hukum fiqih Islam “al-ashlu fil asya’ al-ibahah hatta yadulla
dalil ‘ala tahrimihi” (pada dasarnya segala sesuatu itu boleh, sampai ada dalil
yang jelas melarangnya). Karena tidak dijumpai ayat dan hadits yang secara
eksplisit melarang inseminasi buatan pada hewan, maka berarti hukumnya
mubah.

Namun mengingat risalah Islam tidak hanya mengajak umat manusia untuk
beriman, beribadah dan bermuamalah di masyarakat yang baik (berlaku ihsan)
sesuai dengan tuntunan Islam, tetapi Islam juga mengajak manusia untuk
berakhlak yang baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan sesama makhluk
termasuk hewan dan lingkungan hidup, maka patut dipersoalkan dan
direnungkan, apakah melakukan inseminasi buatan pada hewan pejantan dan
betina secara terus menerus dan permanen sepanjang hidupnya secara moral
dapat dibenarkan? Sebab hewan juga makhluk hidup seperti manusia,
mempunyai nafsu dan naluri untuk kawin guna memenuhi insting seksualnya,
mencari kepuasan (sexual pleasure) dan melestarikan jenisnya di dunia.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa


mengembangbiakkan semua jenis hewan yang halal
(yang hidup di darat, air dan terbang bebas di udara)
diperbolehkan Islam, baik untuk dimakan maupun
untuk kesejahteraan manusia. Pengembangbiakan
boleh dilakukan dengan inseminasi alami maupun
dengan inseminasi buatan. Inseminasi buatan pada
hewan tersebut hendaknya dilakukan dengan
memperhatikan nilai moral Islami sebagaimana proses
bayi tabung pada manusia tetap harus menjunjung
tinggi etika dan kaedah-kaedah syariah. Pengertian
Kloning Gen, Manusia Dan Menurut Agama Islam
October 24, 2009 · Posted in Kesehatan

Info Terbaru Pengertian Kloning Gen, Manusia Dan


Dalam Pandangan Agama
Kloning; pengertian sederhanya adalah cangkok; yaitu penggabungan
unsur-unsur hayati dua atau lebih untuk memperoleh manfaat tertentu. Di
bidang biologi molekuler, pengertian kloning ini sering dikonotasikan
dengan teknologi penggabungan fragment (potongan) DNA, sehingga
pengertiannya identik dengan teknologi rekombinan DNA atau rekayasa
genetik. Namun pengertian di luar itu juga masih tetap digunakan,
misalnya kloning domba dsb, yang merupakan “penggabungan” unsur inti sel dengan
sel telur tanpa inti. Dengan demikian teknologi kloning ini juga termasuk dalam wacana
bioteknologi; malah bisa dikatakan sebagai hal yang mendasar untuk bioteknologi.

Teknologi kloning memang memungkinkan untuk dikembangakan ke arah


rekayasa pembuatan jaringan atau organ tertentu. Namun mesti memperhatikan masalah
etik (mungkin ada yang punya pandangan tertentu mengenai etika ini?
Ditinjau dari segi ajaran agama, misalnya?). Mengenai rekayasa darah
untuk keperluan transfusi, meskipun sel darahnya sendiri bisa diusahakan
melalui teknologi kloning (melalui stimulasi hematopoietic progenitors, atau
dari stem cells-nya), namun mesti juga harus memperhatikan komponen-komponen
lainnya selain komponen sel-sel darah.

Pengertian kloning:Kloning adalah teknik membuat keturunan derngan kode genetik


yang sama dengan induknya, pada manusia kloning dilakukan dengan mempersiapkan
sel telur yang sudah di ambil intinya lalu disatukan dengan sel somatic dari suatu organ
tubu, kemudian hasilnya ditanamkan dalam rahim seperti halnya pada bayi tabung.
Macam-macam teknik pengkloningan: kloning dapat dilakukan terhadap semua
makhluk hidup tumbuhan,hewandan manusia.Pada tumbuhan kloning dapat dilakukan
dengan tekhink okulasi,sedangkan pada hewan dan manusia,ada beberapa tekhnik-
tekhnik yan dapat dilakukan, kloning ini dapat berupa kloning embrio dan kloning
hewan atau manusia itu sendiri.
kloning terhadap hewan atau tumbuhan jika memiliki daya guna bagi kehidupan manusi
maka hukumnya mubah/boleh dalilnya : Q.S. Al-Baqoroh:29,Q.S. Al-Jatsiyah
berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan beberapa ulama’ dapat di ketahui
mafsadat dari kloning lebih banyak daripada maslahatnya. oleh karna itu,praktek
kloning manusia bertentangan dengan hukum islam dengan demikian kloning manusia
dalam islam hukumnya haram.Dalil-dalil keharaman.:Q.S. An-Najm:45-46, Q.S. Al-
Qiyamah:37-38,Q.S.Al-Hujurat:13,Q.S.Al-Ahzab:5,Q.S.Al-Israa’:70,Q.S.At-tiin:4

KLONING MANUSIA
DALAM KAJIAN HUKUM ISLAM
Istilah kloning atau klonasi berasal dari kata clone (bahasa Greek) atau klona, yang
secara harfiah berarti potongan/pangkasan tanaman. Dalam hal ini tanam-tanaman baru
yang persis sama dengan tanaman induk dihasilkan lewat penanaman potongan tanaman
yang diambil dari suatu pertemuan tanaman jantan dan betina. Melihat asal bahasa yang
digunakan, dapat dimengerti bahwa praktek perbanyakan tanaman lewat penampangan
potongan/pangkasan tanaman telah lama dikenal manusia. Karena tidak adanya
keterlibatan jenis kelamin, maka yang dimaksud dengan klonasi adalah suatu metode
atau cara perbanyakan makhluk hidup (atau reproduksi) secara aseksual. Hasil
perbanyakan lewat cara semacam ini disebut klonus/klona, yang dapat diartikan sebagai
individu atau organisme yang dimiliki genotipus yang identik.

Dalam perkembangannya, klonasi tidak hanya dikerjakan dengan memanfaatkan


potongan tanaman yang umumnya berbentuk batang yang mengandung titik-titik
tumbuh calon ranting dan daun, tetapi juga memanfaatkan hampir semua jaringan
tanaman untuk menghasilkan tanaman sempurna. Dengan teknologi biakan jaringan,
potongan daun atau sekeping jaringan dari batang tanaman lengkap. Dari sini terlihat
bahwa klonasi pada dasarnya memanfaatkan sel-sel tanaman yang masih memiliki
kemampuan untuk memilah-milah diri menghasilkan berbagai jenis tanaman, seperti
akar, batang dan daun dengan fungsinya masing-masing.

Kemampuan semacam ini ternyata semakin menurun seiring dengan meningkatnya


status organisme. Pada organisme tinggi, misalnya mamalia, sel-sel jaringan telah
kehilangan totipotensinya, sehingga apabila tanaman hanya mampu menghasilkan sel
sejenis, tetapi tidak mampu memilah diri lagi untuk menghasilkan organ atau sel dengan
fungsi yang lain. Berbeda dengan tanaman, klonasi mamalia tidak dapat dikerjakan,
misalnya dengan menanam sel atau jaringan dari bagian tubuh, seperti tangan, kaki,
jantung, hati untuk menghasilkan individu baru. Dengan demikian, klonasi pada
organisme tingkat tinggi hanya dapat dikerjakan lewat sel yang masih totipoten, yaitu
sel pada aras embrio atau mudghah.

Dari pemahaman tentang sifat sel organisme tadi, jika ditinjau secara umum sesuai
dengan aras kehidupan organisme, maka klonasi dapat dikerjakan pada berbagai aras,
yaitu klonasi pada aras sel, aras jaringan dan aras individu. Pada organisme sel tunggal
atau unisel seperti bakteri, perbanyakan diri untuk menghasilkan individu yang baru,
berlangsung lewat klonasi sel. Dalam hal ini klonasi sel sekaligus juga merupakan
klonasi individu pada hewan dan manusia dapat juga terjadi, misalnya pada kelahiran
kembar satu telur. Masing-masing anak di sini merupakan klonus yang memiliki
susunan genetis identik.

Dalam perkembangan biologi molekuler, sekarang dimungkinkan klonasi pada aras


yang lebih kecil daripada sel, yaitu aras gena. Kemampuan manusia melakukan klonasi
gena memunculkan bidang ilmu baru, yang disebut rekayasa genetika. Untuk pertama
kalinya suatu gena berhasil diklonasi dengan teknik DNA rekombinan pada tahun 1973.
Hanya dalam selang waktu tiga tahun, teknologi ini sudah dikomersialkan oleh suatu
perusahaan di California USA, yaitu Genentech. Sebetulnya klonasi gena juga terjadi
secara alami pada beberapa mikroorganisme. Misalnya beberapa mikroorganisme yang
semula rentan terhadap antibiotika berubah menjadi klon mikroorganisme yang kebal
antibiotika. Klona ini terjadi akibat perbanyakan diri lebih lanjut mikroorganisme induk
yang telah kemasukan gena kebal tadi.

Kloning terhadap manusia adalah merupakan bentuk intervensi hasil rekayasa manusia.
Kloning adalah teknik memproduksi duplikat yang identik secara genetis dari suatu
organisme. Klon adalah keturunan aseksual dari individu tunggal. Setelah keberhasilan
kloning domba bernama Dolly pada tahun 1996, para ilmuwan berpendapat bahwa tidak
lama lagi kloning manusia akan menjadi kenyataan. Kloning manusia hanya
membutuhkan pengambilan sel somatis (sel tubuh), bukan sel reproduktif (seperti sel
telur atau sperma) dari seseorang, kemudian DNA dari sel itu diambil dan ditransfer ke
dalam sel telur seseorang wanita yang belum dibuahi, yang sudah dihapus semua
karakteristik genetisnya dengan cara membuang inti sel (yakni DNA) yang ada dalam
sel telur itu. Kemudian, arus listrik dialirkan pada sel telur itu untuk mengelabuinya
agar merasa telah dibuahi, sehingga ia mulai membelah.

Sel yang sudah dibuahi ini kemudian ditanam ke dalam rahim seorang wanita yang
ditugaskan sebagai ibu pengandung. Bayi yang dilahirkan secara genetis akan sama
dengan genetika orang yang mendonorkan sel somatis tersebut.

Teknologi kloning diharapkan dapat memberi manfaat kepada manusia, khususnya di


bidang medis. Beberapa di antara keuntungan terapeutik dari teknologi kloning dapat
diringkas sebagai berikut:

• Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk


mendapatkan anak.
• Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan sebagai
organ pengganti bagi pemilik sel organ itu sendiri, sehingga dapat
meminimalisir risiko penolakan.
• Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan-jaringan
tubuh yang rusak, misalnya urat syaraf dan jaringan otot. Ada kemungkinan
bahwa kelak manusia dapat mengganti jaringan tubuhnya yang terkena penyakit
dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning, atau mengganti organ tubuhnya
yang rusak dengan organ tubuh manusia hasil kloning. Di kemudian hari akan
ada kemungkinan tumbuh pasar jual-beli embrio dan sel-sel hasil kloning.
• Teknologi kloning memungkinkan para ilmuan medis untuk menghidupkan dan
mematikan sel-sel. Dengan demikian, teknologi ini dapat digunakan untuk
mengatasi kanker. Di samping itu, ada sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat
menghambat proses penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning.
• Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan penyembuhan
penyakit-penyakit keturunan. Dengan teknologi kloning, kelak dapat membantu
manusia dalam menemukan obat kanker, menghentikan serangan jantung, dan
membuat tulang, lemak, jaringan penyambung, atau tulang rawan yang cocok
dengan tubuh pasien untuk tujuan bedah penyembuhan dan bedah kecantikan.

Permasalahan kloning adalah merupakan kejadian kontemporer (kekinian). Dalam


kajian literatur klasik belum pernah persoalan kloning dibahas oleh para ulama. Oleh
karenanya, rujukan yang penulis kemukakan berkenaan dengan masalah kloning ini
adalah menurut beberapa pandangan ulama kontemporer.

Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas, bahwa ayat
tersebut menampakkan paradigma al-Qur’an tentang penciptan manusia mencegah
tindakan-tindakan yang mengarah pada kloning. Dari awal kehidupan hingga saat
kematian, semuanya adalah tindakan Tuhan. Segala bentuk peniruan atas tindakan-Nya
dianggap sebagai perbuatan yang melampaui batas.

Kendati Allah menciptakan sistem sebab-akibat di alam semesta ini, kita tidak boleh
lupa bahwa Dia juga telah menetapkan pengecualian-pengecualian bagi sistem umum
tersebut, seperti pada kasus penciptaan Adam As. dan ‘Isa As. Jika kloning manusia
benar-benar menjadi kenyataan, maka itu adalah atas kehendak Allah SWT. Semua itu,
jika manipulasi bioteknologi ini berhasil dilakukan, maka hal itu sama sekali tidak
mengurangi keimanan kita kepada Allah SWT sebagai Pencipta, karena bahan-bahan
utama yang digunakan, yakni sel somatis dan sel telur yang belum dibuahi adalah benda
ciptaan Allah SWT.

Islam mengakui hubungan suami isteri melalui perkawinan sebagai landasan bagi
pembentukan masyarakat yang diatur berdasarkan tuntunan Tuhan. Anak-anak yang
lahir dalam ikatan perkawinan membawa komponen-komponen genetis dari kedua
orang tuanya, dan kombinasi genetis inilah yang memberi mereka identitas. Karena itu,
kegelisahan umat Islam dalam hal ini adalah bahwa replikasi genetis semacam ini akan
berakibat negatif pada hubungan suami-isteri dan hubungan anak-orang tua, dan akan
berujung pada kehancuran institusi keluarga Islam. Lebih jauh, kloning manusia akan
merenggut anak-anak dari akar (nenek moyang) mereka serta merusak aturan hukum
Islam tentang waris yang didasarkan pada pertalian darah.

Berikutnya, KH. Ali Yafie dan Dr. Armahaedi Mahzar (Indonesia), Abdul Aziz
Sachedina dan Imam Mohamad Mardani (AS) juga mengharamkan, dengan alasan
mengandung ancaman bagi kemanusiaan, meruntuhkan institusi perkawinan atau
mengakibatkan hancurnya lembaga keluarga, merosotnya nilai manusia, menantang
Tuhan, dengan bermain tuhan-tuhanan, kehancuran moral, budaya dan hukum.

M. Kuswandi, staf pengajar Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta juga berpendapat


teknik kloning diharamkan, dengan argumentasi: menghancurkan institusi pernikahan
yang mulia (misal: tumbuh suburnya lesbian, tidak perlu laki-laki untuk memproduksi
anak), juga akan menghancurkan manusia sendiri (dari sudut evolusi, makhluk yang
sesuai dengan environment-nya yang dapat hidup).

Dari sudut agama dapat dikaitkan dengan masalah nasab yang menyangkut masalah hak
waris dan pernikahan (muhrim atau bukan), bila diingat anak hasil kloning hanya
mempunyai DNA dari donor nukleus saja, sehingga walaupun nukleus berasal dari
suami (ayah si anak), maka DNA yang ada dalam tubuh anak tidak membawa DNA
ibunya. Dia seperti bukan anak ibunya (tak ada hubungan darah, hanya sebagai anak
susuan) dan persis bapaknya (haram menikah dengan saudara sepupunya, terlebih
saudara sepupunya hasil kloning juga). Selain itu, menyangkut masalah kejiwaan, bila
melihat bahwa beberapa kelakuan abnormal seperti kriminalitas, alkoholik dan
homoseks disebabkan kelainan kromosan. Demikian pula masalah kejiwaan bagi anak-
anak yang diasuh oleh single parent, barangkali akan lebih kompleks masalahnya bagi
donor nukleus bukan dari suami dan yang mengandung bukan ibunya.

Sedangkan ulama yang membolehkan melakukan kloning mengemukakan alasan


sebagai berikut:

1. Dalam Islam, kita selalu diajarkan untuk menggunakan akal dalam memahami
agama.
2. Islam menganjurkan agar kita menuntut ilmu (dalam hadits dinyatakan bahkan
sampai ke negri Cina sekalipun).
3. Islam menyampaikan bahwa Allah selalu mengajari dengan ilmu yang belum ia
ketahui (lihat QS. 96/al-’Alaq).
4. Allah menyatakan, bahwa manusia tidak akan menguasai ilmu tanpa seizin
Allah (lihat ayat Kursi pada QS. 2/al-Baqarah: 255).
Dengan landasan yang demikian itu, seharusnya kita menyadari bahwa penemuan
teknologi bayi tabung, rekayasa genetika, dan kemudian kloning adalah juga bagian dari
takdir (kehendak) Ilahi, dan dikuasai manusia dengan seizin-Nya. Penolakan terhadap
kemajuan teknologi itu justru bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam
Islam.

Ada juga di kalangan umat Islam yang tidak terburu-buru mengharamkan ataupun
membolehkan, namun dilihat dahulu sisi-sisi kemanfaatan dan kemudharatan di
dalamnya. Argumentasi yang dikemukakan sebagai berikut:

Perbedaan pendapat di kalangan ulama dan para ilmuan sebenarnya masih bersifat
tentative, bahwa argumen para ulama/ilmuan yang menolak aplikasi kloning pada
manusia hanya melihatnya dari satu sisi, yakni sisi implikasi praktis atau sisi applied
science dari teknik kloning. Wilayah applied science yang mempunyai implikasi sosial
praktis sudah barang tentu mempunyai logika tersendiri. Mereka kurang menyentuh sisi
pure science (ilmu-ilmu dasar) dari teknik kloning, yang bisa berjalan terus di
laboratorium baik ada larangan maupun tidak. Wilayah pure science juga punya dasar
pemikiran dan logika tersendiri pula.

Dalam mencari batas “keseimbangan” antara kemajuan IPTEK dan Doktrin Agama,
pertanyaan yang dapat diajukan adalah sejuh mana para ilmuan, budayawan dan
agamawan dapat berlaku adil dalam melihat kedua fenomena yang berbeda misi dan
orientasi tersebut? Menekankan satu sisi dengan melupakan atau menganggap tidak
adanya sisi yang lain, cepat atau lambat, akan membuat orang “tertipu” dan “kecewa”.
Dari situ barangkali perlu dipikirkan format kajian dan telaah yang lebih seimbang, arif,
hati-hati untuk menyikapi dan memahami kedua sisi tersebut sekaligus. Sudah tidak
zamannya sekarang, jika seseorang ingin menelaah persoalan kloning secara utuh, tetapi
tidak memperhatikan kedua sisi tersebut secara sekaligus.

Selanjutnya, ada pula agamawan sekaligus ilmuan menyatakan bahwa tujuan agama
menurut penuturan Imam al-Syatibi yang bersifat dharuri ada lima, yaitu memelihara
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Oleh karena itulah maka kloning itu kita uji
dari sesuai atau tidaknya dengan tujuan agama. Bila sesuai, maka tidak ada
keberatannya kloning itu kita restui, tetapi bila bertentangan dengan tujuan-tujuan
syara’ tentulah kita cegah agar tidak menimbulkan bencana. Kesimpulan yang diberikan
klonasi ovum manusia itu tidak sejalan dengan tujuan agama, memelihara jiwa, akal,
keturunan maupun harta, dan di beberapa aspek terlihat pertentangannya.

Untuk menentukan apakah syari’at membenarkan pengambilan manfaat terapeutik dari


kloning manusia, kita harus mengevaluasi manfaat vis a vis mudharat dari praktek ini.
Dengan berpijak pada kerangka pemikiran ini, maka manfaat dan mudharat terapeutik
dari kloning manusia dapat diuraikan sebagai berikut:

• Mengobati penyakit. Teknologi kloning kelak dapat membantu manusia dalam


menentukan obat kanker, menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang,
lemak, jaringan penyambung atau tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien
untuk tujuan bedah penyembuhan dan bedah kecantikan. Sekedar melakukan
riset kloning manusia dalam rangka menemukan obat atau menyingkap misteri-
misteri penyakit yang hingga kini dianggap tidak dapat disembuhkan adalah
boleh, bahkan dapat dijustifikasikan pelaksanaan riset-riset seperti ini karena ada
sebuah hadits yang menyebutkan: “Untuk setiap penyakit ada obatnya”. Namun,
perlu ditegaskan bahwa pengujian tentang ada tidaknya penyakit keturunan pada
janin-janin hasil kloning guna menghancurkan janin yang terdeteksi
mengandung penyakit tesebut dapat melanggar hak hidup manusia.
• Infertilitas. Kloning manusia memang dapat memecahkan problem
ketidaksuburan, tetapi tidak boleh mengabaikan fakta bahwa Ian Wilmut, A.E.
Schieneke, J. Mc. Whir, A.J. Kind, dan K.H.S. Campbell harus melakukan 277
kali percobaan sebelum akhirnya berhasil mengkloning “Dolly”. Kloning
manusia tentu akan melewati prosedur yang jauh lebih rumit. Pada eksperimen
awal untuk menghasilkan sebuah klon yang mampu bertahan hidup akan terjadi
banyak sekali keguguran dan kematian. Lebih jauh, dari sekian banyak embrio
yang dihasilkan hanya satu embrio, yang akhirnya ditanam ke rahim wanita
pengandung sehingga embrio-embrio lainnya akan dibuang atau dihancurkan.
Hal ini tentu akan menimbulkan problem serius, karena nenurut syari’at
pengancuran embrio adalah sebuah kejahatan. Selain itu, teknologi kloning
melanggar sunnatullah dalam proses normal penciptaan manusia, yaitu
bereproduksi tanpa pasangan seks, dan hal ini akan meruntuhkan institusi
perkawinan. Produksi manusia-manusia kloning juga sebagaimana dikemukakan
di atas, akan berdampak negatif pada hukum waris Islam (al-mirâts).
• Organ-organ untuk transplantasi. Ada kemungkinan bahwa kelak manusia dapat
mengganti jaringan tubuhnya yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh
embrio hasil kloning, atau mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ
tubuh manusia hasil kloning. Manipulasi teknologi untuk mengambil manfaat
dari manusia hasil kloning ini dipandang sebagai kejahatan oleh hukum Islam,
karena hal itu merupakan pelanggaran terhadap hidup manusia. Namun, jika
penumbuhan kembali organ tubuh manusia benar-benar dapat dilakukan, maka
syari’at tidak dapat menolak pelaksanaan prosedur ini dalam rangka
menumbuhkan kembali organ yang hilang dari tubuh seseorang, misalnya pada
korban kecelakaan kerja di pertambangan atau kecelakaan-kecelakaan lainnya.
Tetapi, akan muncul pertanyaan mengenai kebolehan menumbuhkan kembali
organ tubuh seseorang yang dipotong akibat kejahatan yang pernah dilakukan.
• Menghambat Proses Penuaan. Ada sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat
menghambat proses penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning. Namun
hal ini bertentangan dengan hadits yang menceritakan peristiwa berikut:

Orang-orang Baduy datang kepada Nabi SAW, dan berkata: “Hai Rasulallah, haruskah
kita mengobati diri kita sendiri? Nabi SAW menjawab: “Ya, wahai hamba-hamba
Allah, kalian harus mengobati (diri kalian sendiri) karena sesungguhnya Allah tidak
menciptakan suatu penyakit tanpa menyediakan obatnya, kecuali satu macam penyakit”.
Mereka bertanya: “Apa itu?” Nabi SAW menjawab: “Penuaan”.

• Jual beli embrio dan sel. Sebuah riset bisa saja mucul untuk memperjual-belikan
embrio dan sel-sel tubuh hasil kloning. Transaksi-transaksi semacam ini
dianggap bâthil (tidak sah) berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut:

1. Seseorang tidak boleh memperdagangkan sesuatu yang bukan miliknya.


2. Sebuah hadits menyatakan: “Di antara orang-orang yang akan dimintai
pertanggungjawaban pada Hari Akhir adalah orang yang menjual manusia
merdeka dan memakan hasilnya”.
Dengan demikian, potensi keburukan yang terkandung dalam teknologi kloning
manusia jauh lebih besar daripada kebaikan yang bisa diperoleh darinya, dan karenanya
umat Islam tidak dibenarkan mengambil manfaat terapeutik dari kloning manusia.

Você também pode gostar