Você está na página 1de 2

KOMPLIKASI SOL/TUMOR OTAK

1. Weakness : tumor mengenai bagian otak yang mengontrol gerakan motorik

2. Vision changes : pada chiasma opticum dan visual cortex double vision dan penurunan
lap. Pandang

3. Hearing loss

4. DIC akibat adanya factor-faktor immature neoplastic blood vessels, hormone, dan
lain-lain

5. Kejang akibat gangguan kelistrikan di otak

6. Hydrocephalus Peningkatan TIK atau tumor menghambat aliran LCS di otak

7. Brain herniation Peningkatan TIK menggeser parenkim otak ke for. Magnum atau
transtentorial

8. Kematian mendadak (Sudden death)

9. Komplikasi sebagai efek samping kemoterapi :


Encephalopathy, kejang, kebutaan, cardiomiopathy, thrombosis
10.Komplikasi sebagai efek samping terapi radiasi :
Kelelahan, kejang, nyeri kepala, lethargy, somnolence

11.Perubahan tingkah laku :

Gelisah, mania, labil, perubahan tingkah laku sexual, delusi

12.Depresi :

• dapat disebabkan karena tumor pada pusat emosi (system limbic) atau karena
keadaan klinis yang disebabkan oleh tumor tersebut

• Gejala : menangis terus-menerus, kesedihan yg mendalam, social withdrawal

Mudah marah, kecemasan, penurunan libido, gangguan tidur, tingkah laku


yg tidak wajar

• Dapat juga karena efek STEROID : mood and sleep changes, gg. bipolar (manic
depression).

13.Gejala psikosis (halusinasi dan waham) akibat peningkatan produksi


dopamine

PROGNOSIS :

Tergantung pd lokasi dan kemungkinan tumor untuk diangkat, umur pasien, histology tumor,
dan metastasis tumor.
 Bila lokasi memungkinkan tumor untuk diangkat, maka prognosis baik. Lokasi seperti
hipotalamus dan batang otak sulit diakses, dapat menyebabkan kematian, meskipun
tidak ada bukti histologik adanya keganasan.

 Semakin lanjut usia pasien, maka semakin buruk prognosisnya, karena semakin
menurunnya kemampuan sel-sel tubuh untuk beregenerasi. Tumor yang ganas juga
memperburuk prognosis akibat cepatnya perkembangan tumor yg dapat semakin
meningkatkan TIK dan memperburuk kondisi pasien.

 Pada pasien dengan tumor otak sebagai metastasis dari keganasan di organ lain, maka
pasien umumnya meninggal bukan disebabkan karena kerusakan pada otak, namun
akibat keganasan tersebut.

Referensi :

Kumar, Vinay,dkk.2003.”Buku Ajar Patologi”. EGC : Jakarta.

http://emedicine.medscape.com

Você também pode gostar