Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penyusunan pedoman teknis pengerukan dan reklamasi ini hanya
terbatas pada pengetahuan atau lingkup yang merubah garis pantai dan berkaitan
dengan keselamatan pelayaran.
Maksud penyusunan laporan teknis pengerukan dan relamasi ini agar masyarakat luas
dapat mengetahui tata cara pekerjaan pengerukan dan reklamasi yang telah banyak
dilakukan, sedangkan tujuannya agar masyarakat mempunyai satu persepsi mengenai
pekerjaan pengerukan dan reklamasi.
D. KETENTUAN UMUM
A. PEKERJAAN PENGERUKAN
B. PERENCANAAN PENGERUKAN
1. Perencanaan desain alur dan kolam pelabuhan yang berkaitan dengan pekerjaan
pengerukan, pembangunan dan pemeliharaan harus sepengetahuan Direktur
Jendral Perhubungan Laut yang meliputi :
2. Untuk pekerjaan pengerukan awal, harus didahului dengan penyelidikan tanah,
setidak-tidaknya meliputi test Spesific gravity dan Standard Penetration Test
(SPT) dan kadar garam (Salinity). Keadaan tanah dasar diperiksa untuk dua
keperluan, pertama kemudahannya untuk di keruk (Excavability) dan kedua
pengangkutannya (Transportability).
3. Penentuan/penetapan posisi alur pelayaran/kolam pelabuhan pada peta
Sounding.
4. Profil/potongan melintang, memanjang alur/kolam pelabuhan dengan
perhitungan volume keruk.
5. Jenis dan tipe serta kapasitas kapal keruk. Yang perlu diperhatikan dalam
menentukan jenis alat keruk berdasarkan jenis material tanah dasar adalah
sebagai berikut :
6. Pengerukan di daerah sekitarnya.
7. Alinyement alur pelayaran, lengkungan pada alur sedapat mungkin dihindari
bila lengkungan harus ada diusahakan bentuk geometris alur yang melengkung
tersebut membentuk sudut tidak lebih dari 30o, sedangkan jari-jari
kurvalengkungan minimal empat kali dari anjang kapal
8. Lebar Alur, lebar alur dihitung berdasarkan lebar kapal atau panjang kapal.
Lebar alur ideal untuk satu arah adalah dihitung dua kali lebar kapal ditambah
30 meter dan lebar alur untuk dua arah sebagaimana tabel di bawah ini :
LEBER ALUR
NO. JENIS ALUR KETERANGAN
PELAYARAN
1. Satu arah L = 2 x B + 30 meter L = Lebar
(dalam meter)
2. Dua arah L = Lebar kapal
a. Kapal sering berpapasan L = 4 x B + 30 meter (dalam meter)
b. Kapal jarang berpapasan L = 3 x B + 30 meter
3. Dua arah tikungan
a. Kapal sering berpapasan L = 6 x B + 30 meter
b. Kapal jarang berpapasan L = 4 x B + 30 meter
KLASIFIKASI
JENIS TANAH
I II III
Campuran Pasir 0,20 0,20 0,20
Pasir 0,30 0,25 0,20
Padat 0,45 0,30 0,20
Padas 0,60 0,45 0,20
KLASIFIKASI I II III IV
KAPAL
Koefisien 0,033 0,027 0,022 0,017
C. METODE PENGERUKAN
Pekerjaan pengerukan secara garis besar dapat di bagi dalam tiga proses utama,
yakni penggalian, pengangkutan dan pembuangan.
Kapal yang dipakai pada masing-masing proses ini adalah sebagai berikut :
Pekerjaan Pengerukan
Pengerukan dengan Alat :
• Cutter suction dredger
• Hopper barge
Kapal bantu
• Grab bucket dredger
• Dipper dredger
• Rock breaker
• Lain-lain
Kembali
Masing-masing jenis alat keruk memiliki kinerja berbeda untuk berbagai keadaan
cuaca dan material tanah dasarnya.
Secara umum, alat keruk dengan penggerak sendiri memiliki kelaikan laut yang baik
dan dapat digunakan di perairan laut terbuka. Sedangkan alat keruk tanpa penngerak
sendiri terutama jenis dengan jangkar tiang mudah dipengaruhi oleh angin dan
gelombang.
1. Oleh karena itu jenis alat keruk selain memperhatikan keadaan tanah dasarnya
ditetapkan setelah memperhatikan keadaan cuaca, sebagi berikut :
a. Gelombang, angin, arus, pasang surut dan daerah teduh
b. Hari kerja dan jam kerja
c. Volume kerukan dan kedalaman maksimum
d. Luas daerah keruk, tempat tambat dan volume lalu-lintas
e. Tempat berlindung alat keruk dan kapal serta fasilitas perbaikan.
f. Perlengkapan daya, suplai air dan fasilitas penjangkaran.
g. Gaya penjangkaran
h. Akomodasi untuk alat keruk dan kapal pendukung.
2. Pemilihan alat keruk harus disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jenis
material dasar yang dikeruk sebagaimana tabel di bawah ini :
JENIS TANAH JENIS ALAT KERUK
Pump Hopper Grab Bucket Dipper Rock
Klasifikasi Keadaan N
Dredger Dredger Gredger Dredger Dredger Breaker
Sangat < 40 V V V
V
lunak
Lunak 4 V V V
V
Sedang 10 V V V
V
Tanah
Lempung Keras 10 V V
V
Lebih 20 V V V V
V
keras
Sangat 20 V V V V
V
keras
Lunak < 10 V V V V
Sedang 10 V V V V
Tanah Keras 20 V V V V
Kepasiran
Lebih 20 V V V V V
keras
Sangat 30 V V V V V
keras
Tanah Lunak < 30 V V V V V V
Lempung
Berkerikil Keras > 30 V V V V V V
Tanah Lunak < 30 V V V V V
Kepasiran
Berkerikil Keras > 30 V V V V V
Lebih 40 V V V V V
lunak
V V V V
Lunak 50 V
V V V V
Batu
Sedang 50
V V
Keras 60
Lebih 60 V V
keras
Sangat 60 V V
keras
Lepas V V V
Kerikil
Menyatu V V V V
F. KETENTUAN KHUSUS
2. Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud pada ayai (1)pasal ini, pemohon
wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri Perhubungan Laut
dengan melampirkan persyaratan, sebagai berikut :
H. LAIN-LAIN
1. Apabila pekerjaan pengerukan berdekatan dengan bangunan/konstruksi tidak
boleh dilakukan ”pengerukan lebih” ke arah vertikal maupun horizontal (over
dredge).
2. Apabila dalam pelaksanaan pengerukan menemukan benda-benda purbakala atau
sejenisnya harus dilaporkan dan diselesaikan sesuai ketentuan dan peraturan yang
berlaku.
3. Apabila karena satu dan lain hal sehingga mengakibatkan kerusakan pada
bangunan/konstruksi di dekat lokasi keruk, maka hal tersebut menjadi tanggung
jawab/beban pelaksanaan pekerjaan penegrukan untuk memperbaiki, kecuali
apabila dapat membuktikan bahwa hal tersebut bukan kesalahannya.
4. Apabila karena satu dan lain hal terjadi kecelakaan/tubrukan/benturan antara
kapal keruk dengan lainnya, maka harus diselesaikan sesuai peraturan-peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku.
IV. KEGIATAN REKLAMASI
A. PEKERJAAN REKLAMASI
( H. HARIJOGI )
NIP. 120 088679
DAFTAR SLOPE (KEMIRINGAN PENGERUKAN) DAN
SILTATION RATE (PROSENTASE PENDANGKALAN KEMBALI)
SITATION RATE
LOKASI ALUR (%)
NO SLOPE KETERANGAN
PENGERUKAN ALUR KOLAM
(%) (%)
1 2 3 4 5 6