Você está na página 1de 187

THE EFFECT OF Toxoplasma gondii PROFILIN INDUCTION ON

THE EXPRESSION OF TLR-11, IL-6, AND TNF- AS A


PREDICTOR CANDIDATE OF ADIPOCYTE DYSFUNCTION (In
Vitro STUDY ADIPOCYTE DYSFUNCTION ON SUBCUTAN
ADIPOCYTE CULTURE)

Hendra Susanto*, Sudjari**, Rasjad Indra***


* Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang
**Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
*** Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

ABSTRACT
Metabolic syndrome is a group of several risk factors consist of hypertension, dyslipidemia, glucose
intolerance disorder and obesity. It has a relationship with cardiovascular disease pathomechanism,
WHO reported in 2003 more than 300 million adult in the word suffered from obesity. The role of adipose
tissue in infectious diseases and adipocyte quality changes after exposure to pathogen has not been
revealed. On the other hand, the prevalence of infectious diseases in developing country is still high.
Some studies reported that there is a relationship between the infection of T gondii and adipose tissue
function. Profilin is a membrane component of T gondii that’s able to stimulate expression of IL-12 and
other proinflammation cytokines of dendrite cells through binding with TLR-11. This may occur in the fat
cell, triggering the adipocyte dysfunction that leads to metabolic syndrome. The previous study has
mentioned that the metabolic syndrome associated with fat tissue is always referred to visceral fat,
whereas subcutaneous fat is also potentially to become pathogenic. Therefore it is necessary to study how
the effects of further profiling exposure to subcutaneous adipocyte in vitro in order to explain the
involvement adipocyte dysfunction in pathomechanism of metabolic syndrome due to protozoan parasite
infection. This study aims to prove the influence of profilin exposure to the expression of TLR-11, IL-6,
and TNF- in adipose tissue culture. This study used subcutaneous adipose tissue culture. The
measurement of TLR-11, IL-6, and TNF- levels was done by ELISA technique. The result showed that
the effects of profilin exposure doses 5, 15 and 25 ng / ml increased IL-6, and TNF- levels, but
decreased the level of TLR-11. This research proves that exposure to profilin causes adipocyte
dysfunction through increasing the levels of proinflammatory adipocytokine as a pathomechanism of
metabolic syndrome associated with adipose tissue.

Key words: profilin Toxoplasma gondii, Subcutan adipose, TLR-11, adipocytokines (IL-6, TNF-),
adipocyte dysfunction

PENDAHULUAN lebih dari 300 juta orang dewasa menderita


obesitas. Di Amerika 280.000 orang
Sindroma metabolik merupakan
meninggal setiap tahunnya akibat obesitas
kumpulan beberapa faktor resiko seperti
karena menjadi pemicu penyakit-penyakit
hipertensi, dislipidemia, gangguan toleransi
seperti jantung, artritis, DM tipe 2 serta
glukosa dan obesitas. Sindroma ini memiliki
tekanan darah tinggi.2
hubungan dengan mekanisme patologis
Sampai saat ini peranan jaringan
penyakit kardiovaskuler. Obesitas yang
adiposa pada penyakit infeksi masih belum
menjadi faktor resiko sindroma metabolik
jelas diketahui. Pada beberapa kasus selain
pada umumnya obesitas abdominal atau
sebagai target dari parasit intraseluler seperti
obesitas viseral. Prevalensi obesitas di
pada Chagas Disease akibat infeksi
seluruh dunia dan hubungannya dengan
Trypanosoma cruzi, disfungsi metabolisme
kelompok penyakit metabolik meningkat
lemak akibat toxoplasmosis, serta infeksi
dengan cepat. Di Amerika Serikat 65,7%
oleh viral dengan lama paparan dalam
dewasa dan 16% anak-anak mengalami
jangka waktu yang lama akan menyebabkan
overweight.1 Angka obesitas terus
inisiasi proses hiperplasi dan hiperproliferasi
meningkat dari tahun ke tahun. Laporan
dari adiposit. Akan tetapi bagaimanakah
WHO tahun 2003 menyebutkan, di dunia
perubahan kualitas dari adiposit pada

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 1


jaringan adiposa setelah paparan patogen Variabel dalam penelitian ini dibagi
tersebut masih sangat minim diketahui. Di menjadi 2 variabel, yaitu :
sisi lain, prevalensi penyakit infeksi di 1. Variabel Bebas`Variabel bebas :
negara berkembang masih tinggi dan Paparan Profilin dosis 5, 15, dan 25
disebutkan terdapat hubungan antara infeksi ng/ml
dengan obesitas.3 2. Variabel Terikat`Variabel terikat adalah
Toxoplasma gondii merupakan parasit ekspresi TLR-11, IL-6dan TNF- pada
patogen intraseluler yang memiliki kultur adiposit jaringan lemak subkutan
kemampuan untuk menginfeksi semua sel 3.
berinti mamalia.4 T gondii memiliki molekul Tempat dan Waktu Penelitian
profilin yang berhubungan dengan infeksi Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni
pada sel host melalui aktivasi TLRs. Profilin – Nopember 2009. Untuk pemeriksaan
merupakan molekul protein dengan berat ELISA dilakukan di Laboratorium Fisiologi
molekul sedang yang teridentifikasi terdapat Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas
pada membran T. gondii. Infeksi T. gondii Brawijaya Malang untuk mengetahui
berhubungan dengan interfensi pada lipid ekspresi TLR-11, IL-6dan TNF-.
resources sel host,5 menyebabkan cachexia,
meningkatkan trigliserid sirkulasi, Isolasi Protein dan Penentuan Kadar
menurunkan aktivitas LPL dan massa protein TLR-11, IL-6 dan TNF- dengan
lemak,6 meningkatkan ekspresi IL-12 dan ELISA
MyD88 yang menjadi adapter protein untuk
signaling TLR-11 pada jalur NF-kB ,7,8 Antigen TLR-11, IL-6 dan TNF-
menurunkan aktivitas DGK (Diacylgliserol dilarutkan dalam coating buffer kemudian
kinase) dan akan menstimulasi signaling dimasukkan dalam mikroplate ELISA (1:50)
jalur TLR dengan penghambatan jalur sebanyak 50 l. TLR-11, IL-6dan TNF-
PI3K.9 intrasel didapatkan dari hasil isolasi protein
Berdasarkan fakta-fakta diatas maka pada sel preadiposit jaringan lemak viseral
tujuan jangka pendek dari penelitian ini tikus wistar. Antigen yang sudah
adalah (1). Membuktikan pengaruh paparan dimasukkan dalam mikroplate ELISA
profilin dari T. gondii terhadap kualitas diinkubasi pada suhu 4 0C selama semalam.
adiposit subkutan manusia melalui ekspresi Suspensi antigen dicuci dengan PBS-T 2 X 5
TLR-11, IL-6 dan TNF-. dan (2). menit dan dilanjutkan dengan inkubasi BSA
Mengungkap patomekanisme awal efek 1% selama 45 menit. Antigen dicuci dengan
paparan profilin dari protozoa T. gondii PBS-T selama 2 X 5 menit. Inkubasi
terhadap progresi adiposit patogenik. antibodi primer antibodi anti TLR-11, IL-
Disamping itu tujuan jangka panjang adalah 6dan TNF- selama 60 menit. Suspensi
menghasilkan suatu model patomekanisme diambil dan dicuci kembali dengan PBS-T 2
baru untuk hubungan antara infeksi profilin X 5 menit. Inkubasi antibodi sekunder
dari T. gondii terhadap disfungsi adiposit berlabel biotin antimouse selama 60 menit.
yang berakselerasi dengan progresi Suspensi diambil dan dicuci dengan PBS-T
sindroma metabolik terkait dengan jaringan selama 2 X 5 menit dan dilanjutkan dengan
adiposa. menambahkan SA-HRP dan diinkubasi
selama 60 menit. Reaksi dicuci dengan
METODE PENELITIAN PBS-T selama 2 X 5 menit. Substrat TMB
dimasukkan dan diinkubasi selama 30 menit.
Rancangan Penelitian Reaksi dihentikan dengan menambahkan
Penelitian ini bersifat eksperimental HCL 1 N selama 15 menit kemudian dibaca
Laboratorik. Rancangan penelitian pada ELISA reader dengan  492 nm.10
menggunakan postest only control group.
Dengan rancangan ini, memungkinkan Pengolahan dan Analisa Data
peneliti mengukur pengaruh perlakuan Seluruh teknis pengolahan data
(intervensi) pada kelompok eksperimen dianalisis secara komputerisasi dengan One
dengan cara membandingkan kelompok way Anova menggunakan Software
eksperimen dengan kelompok kontrol. Statistical Product and Servive Solution 14

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 2


PS (SPSS 14 PS) dengan taraf signifikan (p terjadinya perbedaan yang signifikan antara
< 0,05) untuk mengetahui perbedaan kadar kadar TLR-11 kelompok kontrol dengan
TLR-11, IL-6 dan TNF- dengan ELISA kelompok perlakuan secara bermakna
reader. Data hasil analisis disajikan dalam (p>0,05) setelah dilakukan pengukuran
bentuk mean±SD. dengan ELISA. Hasil diatas menunjukkan
bahwa pada dosis profilin 5 , 15 dan 25
HASIL DAN PEMBAHASAN ng/ml kadar TLR-11 menurun secara
Hasil signifikan terhadap kelompok kontrol.
Untuk perbandingan nilai rerata hasil
Berdasarkan hasil penelitian setelah pengukuran kadar IL-6 dan gambaran
dilakukan pemaparan dengan 3 macam dosis perbandingan kadar IL-6 antara kelompok
profilin maka hasil pengukuran dengan perlakuan seperti pada gambar 2. dan tabel 2
ELISA untuk mengetahui kadar TLR-11, IL- berikut:
6 dan TNF-α. Untuk hasil pengukuran kadar
TLR-11 (mean±SD) dan gambaran
perbandingan kadar TLR-11 dari beberapa
kelompok perlakuan seperti pada gambar
5.1. dan tabel 5.1. dibawah ini:

Gambar 2. Hubungan antara Efek


Paparan Profilin terhadap
Kadar IL-6
Keterangan: 1 = kelompok Kontrol, 2 =
Gambar 1. Hubungan antara Efek
kelompok perlakuan dosis 5 ng/ml profilin,
Paparan Profilin terhadap Kadar
3 = kelompok perlakuan dosis 15 ng/ml
TLR-11
profilin, 4 = kelompok perlakuan dosis 25
Keterangan: 1 = kelompok Kontrol, 2 =
ng/ml profilin
kelompok perlakuan dosis 5 ng/ml profilin,
3 = kelompok perlakuan dosis 15 ng/ml
Tabel 2. Rerata Kadar IL-6 pada
profilin , 4 = kelompok perlakuan dosis 25
Beberapa Kelompok Perlakuan
ng/ml profilin
(pg/mL)
Tabel 1. Rerata Kadar TLR-11 pada Mean±SD
Perlakuan N
Beberapa Kelompok Perlakuan (p ≤ 0,05)
(µg/mL) Kontrol 6 581±56,53354(a
Mean ±SD Profilin
Perlakuan N
(p ≤ 0,05)
Dosis 5 6 639±67,0844(b
Kontrol 6 652±45(a ng/ml
Profilin Dosis 5 Profilin
6 587±37,63376(b
ng/ml Dosis 15 6 683±185,7462(c
Profilin Dosis (b ng/ml
6 585±50,73329
15 ng/ml Profilin
Profilin Dosis
6 580±39,55108(b Dosis 25 6 694±124,0102(c
25 ng/ml ng/ml
Keterangan. Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan
Notasi yang sama menunjukkan tidak tidak berbeda nyata sedangkan notasi yang
berbeda nyata sedangkan notasi yang berbeda menunjukkan berbeda signifikan.
berbeda menunjukkan berbeda signifikan.
Perbedaan kadar IL-6 juga
Berdasarkan gambar 1 dan tabel 1. menunjukkan hasil yang signifikan
diatas nampak bahwa akibat adanya paparan berdasarkan hasil pemeriksaan dengan
profilin pada kultur sel lemak menyebabkan metode ELISA. Pada kelompok perlakuan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 3


profilin dosis 5, 15 dan 25 ng/ml berbeda tetapi tidak berbeda secara bermakna
secara signifikan terhadap kontrol secara diantara kedua kelompok tersebut. Untuk
signifikan (p<0,05). Tetapi untuk perlakukan kelompok dosis 5 ng/ml menunjukkan kadar
dosis 15 dan 25 ng/ml TNF-α yang tidak berbeda bermakna secara
menunjukkan hasil yang tidak berbeda signifikan terhadap kelompok kontrol.
secara signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian juga Pembahasan
diperoleh perbandingan rerata kadar TNF-α
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
antar kelompok perlakuan seperti pada
bahwa akibat paparan profilin dari T.gondii
gambar 3. dan tabel 3. berikut ini:
meningkatkan kadar IL-6 dan TNF-α tetapi
menurunkan kadar TLR-11. Dari hasil
penelitian pada dosis 5, 15 dan 25 ng/ml
kadar TLR-11 menurun dibandingkan
kelompok kontrol. Hal ini memberikan dua
kemungkinan mekanisme, yaitu pertama
penurunan kadar TLR-11 dalam penelitian
ini kemungkinan menandakan banyaknya
Gambar 3. Hubungan antara Efek ikatan profilin dengan TLR-11 sehingga
Paparan Profilin terhadap Kadar kadar TLR-11 bebas menurun. Kedua
TNF-α setelah terjadi paparan profilin dalam kadar
Keterangan: 1 = kelompok Kontrol, 2 = tinggi terjadi penurunan kadar TLR-11
kelompok perlakuan dosis 5 ng/ml profilin, sebagai respon terhadap substansi patogenik
3 = kelompok perlakuan dosis 15 ng/ml tersebut (mekanisme pertahanan sel host).
profilin, 4 = kelompok perlakuan dosis 25 Kedua kemungkinan ini juga didukung
ng/ml profilin dengan data hasil penelitian lainnya.
Berdasarkan fakta hasil penelitian
Tabel 3. Rerata Kadar TNF-α pada diketahui bahwa kadar IL-6 dan TNF-α
Beberapa Kelompok Perlakuan meningkat. Peningkatan kadar kedua sitokin
(pg/mL) proinflamasi tersebut menandakan telah
Mean±SD terjadi peningkatan regulasi jalur sinyal
Perlakuan N
(p ≤ 0,05) TLR-11-profilin di sel lemak. Hal ini
Kontrol 6 1454±335,1927(a menyebabkan peningkatan regulasi
Profilin Dosis 5
6 1463±218,8988(a
downstream jalur TLR-11 melalui stimulasi
ng/ml aktivitas NF-kB dan MyD-88 yang menjadi
Profilin Dosis jalur sinyaling utama untuk respon inflamasi
6 1713±354,5937(b
15 ng/ml akibat paparan substansi patogenik untuk
Profilin Dosis famili TLRs. Penelitian sebelumnya juga
6 1714±231,2448(b
25 ng/ml menyebutkan bahwa pada fase kronik
Keterangan. infeksi oleh T.gondii memodulasi adiposa
Notasi yang sama menunjukkan tidak kearah partisi penyimpanan lemak.
berbeda nyata sedangkan notasi yang Disamping itu terjadi penurunan berat badan
berbeda menunjukkan berbeda signifikan. pada hewan coba selama 14 hari pertama
dengan infeksi T. gondii yang diketahui
Berdasarkan gambar 3 dan tabel 3 berhubungan dengan kejadian cachexia dan
diatas nampak bahwa akibat adanya paparan penurunan massa lemak.6
profilin pada kultur sel lemak menyebabkan Pada hasil penelitian juga diketahui
terjadinya perbedaan yang signifikan antara akibat paparan profilin meningkatkan kadar
kadar TNF-α kelompok kontrol dengan IL-6 pada kultur adiposit subkutan. Pada
kelompok perlakuan secara bermakna dosis 5, 15, dan 25 ng/ml meningkatkan
(p>0,05) setelah dilakukan pengukuran kadar IL-6 secara signifikan terhadap
dengan ELISA. Hasil diatas menunjukkan kelompok kontrol. Interleukin-6 (IL-6)
bahwa pada dosis profilin 15 dan 25 ng/ml memiliki peran penting dalam regulasi
kadar TNF-α meningkat secara signifikan metabolisme sel lemak, yaitu dalam
dibandingkan dengan kelompok kontrol

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 4


pengaturan uptake asam lemak dari jaringan dengan menekan pada level mRNA dan
lemak dengan menurunkan ekspresi dari protein dari LPL, menekan ekspresi C/EBP
lipoprotein lipase (LPL). Terjadinya dan PPAR2. Hasil supresi ini
peningkatan sel lemak pada kasus obesitas dimungkinkan akibat down regulation dari
akan menginduksi ekspresi produksi IL-6. beberapa protein spesifik adiposit seperti
Disebutkan juga bahwa saluran dari jaringan aP2, LPL, fatty acid synthetase, acetyl CoA
omentum mengalir secara langsung kedalam carboxylase, glyserol-3-phospate -
hati, sehingga pelepasan IL-6 dari jaringan dehydrogenase (GDPH), dan juga GLUT-
lemak omentum menjadi bagian penting 4.12
dalam peningkatan sekresi trigliserida Pada hasil penelitian ini efek paparan
hepatik yang berkontribusi dalam profilin dosis 15 dan 25 ng/ml menyebabkan
hipertrigliseridemia dan berkaitan dengan kenaikan kadar TNF-α. Artinya peningkatan
obesitas visceral.11 IL-6 yang memacu kearah penambahan
Pada jaringan lemak peningkatan massa lemak melalui pemacuan program
ekspresi IL-6 berkorelasi positif dengan adipogenesis ditekan dengan kenaikan TNF-
peningkatan BMI. IL-6 bekerja secara α yang membatasi program adipogenesis.
autokrin/parakrin sebagai regulator dari Hal sesuai dengan penelitian sebelumnya
fungsi adiposit. Jaringan lemak omentum dimana efek paparan kronik patogen T.
memproduksi IL-6 lebih tinggi Gondii yang kemungkinan juga melalui
dibandingkan dengan jaringan lemak bagian profilin yang dimilikinya
subkutan. Dalam penelitian ini diketahui menyebabkan weight loss dan penurunan
bahwa ketika terjadi paparan profilin pada massa lemak secara bertahap. Hal ini
kultur sel lemak subkutan, maka diikuti memberikan suatu penjelasan baru bahwa di
dengan peningkatan kadar IL-6. Tetapi lemak subkutan efek paparan profilin pada
apakah peningkatan tersebut lebih tinggi kultur sel lemak subkutan berpotensi
ataukah lebih rendah dibandingkan dengan meningkatkan penurunan massa lemak
kadar IL-6 lemak viseral/omentum setelah (mengarah ke cachexia) dan juga
dipapar dengan profilin masih membutuhkan meningkatkan inflamasi yang mengarah
penelitian lebih lanjut. Hal ini untuk pada sindroma metabolik. Disamping itu
membuktikan apakah benar efek infeksi deposit lemak subkutan menunjukkan
profilin pada sel lemak subkutan akan ekspresi mRNA TNF- lebih tinggi
mengakibatkan kadar IL-6 lebih tinggi dibandingkan dengan di deposit lemak
dibandingkan di lemak omentum. IL-6 omentum. Kadar dari mRNA TNF- secara
secara fisiologis memiliki peran untuk positif berkorelasi dengan adiposit tubuh dan
menurunkan aktivitas LPL jaringan adiposa menurun pada subyek obese setelah weight
dan juga terlibat dalam penipisan/depletion loss. Dalam proses diferensiasi adiposit,
lemak, menstimulasi sintesis protein phase aktivitas TNF- dapat dihambat oleh
akut, meningkatkan aktivitas dari axis- komponen inducer adipogenesis seperti non-
hipotalamus pituitary (HPA) dan selective phospodiesterase inhibitor IBMX
11
termogenesis. dan thiazolidinedione. 12
Dalam mekanisme adipogensis, Dalam penelitian ini juga dapat
walaupun IL-6 dan TNF-α merupakan diperoleh gambaran bahwa efek paparan
adipokin proinflamasi, tetapi dalam profilin dari T. gondii dapat digunakan untuk
mekanisme kerja kedua adipokin tersebut mempelajari mekanisme adiposopati lemak
memiliki sifat antagomis. Peningkatan kadar subkutan setelah infeksi patogen tersebut.
IL-6 dalam penelitian ini ternyata juga Dari penelitian sebelumnya disebutkan
menyebabkan peningkatan kadar TNF-α. bahwa pada beberapa faktor adiposit, terjadi
TNF-α sendiri kemungkinan pada jaringan perubahan produksi dari faktor-faktor
adiposa memediatori program kematian sel adiposit selama kejadian adiposopati yaitu
di jaringan lemak sehingga dapat dimana produksi leptin lemak subkutan >
menurunkan massa sel lemak dengan tidak dari viseral, adiponectin lemak subkutan <
hanya pada volume sel tetapi juga pada dari viseral, IL-6 lemak subkutan < dari
jumlah adiposit. Efek biologis dari TNF- viseral, PAI-1 lemak subkutan > dari viseral,
dalam proses diferensiasi adiposit yaitu

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 5


Angiotensinogen lemak subkutan < dari
viseral, cholesteryl ester transfer protein DAFTAR PUSTAKA
lemak subkutan > dari viseral, acylation Tuncman G, Erbay E, Hom X, De Vivo I,
stimulating protein lemak subkutan < dari Campos H, Rimm EB & Hotamisligil GS. 2006.
viseral, TNF- lemak subkutan < dari A genetic variant at the fatty acid-binding protein
viseral, hormon sensitif lipase lemak aP2 locus reduces the risk for
subkutan > dari viseral, dan LPL lemak hypertriglyceridemia, type 2 diabetes, and
subkutan < dari viseral (Bays, et al., 2006). cardiovascular disease. Proceedings of the
Jadi dari penjelasan ini masih diperlukan National Academy of Sciences of the United
States of America, 103 6970-6975.
penyelidikan lebih lanjut apakah penurunan
kadar TLR-11 dan peningkatan IL-6 dan Rajala. W. M. And Scherer. E. P., 2003.
TNF-α pada kultur sel lemak subkutan Minireview: The Adipocyte—At the Crossroads
setelah dipapar dengan profilin memiliki of Energy. Homeostasis, Inflammation, and
Atherosclerosis. Endocrinology 144: 3765–3773
perbedaan kadar dengan lemak viseral untuk
membuktikan bahwa profilin berpotensi Desruisseaux, S. M., Nagajyothi, Maria, E. T.,
menyebabkan adiposopati di jaringan lemak Herbert, B. T., and Phillip, E. S. 2007.
subkutan pada individu. Adipocyte, Adipose Tissue, and Infectious
Disease. Infection and Immunity, Vol. 75 No. 3:
Disamping itu disebutkan bahwa
1066-1078
respon proinflamatori jaringan adiposa
sebagai organ imun yaitu dengan Olgica D and Vladimir M. 2001. Murine Model
memproduksi sitokin proinflamatori of Drug-induced Reactivation of Toxoplasma
gondii. Acta Protozool. 40: 99 - 106
termasuk adipokin dengan aktivitas sitokin,
protein fase akut, faktor komplemen, Audra J. Charron and L. David Sibley. 2002.
kemoatraktan dan eicosinoids. Diketahui Host cells: mobilizable lipid resources for the
juga dihasilkan sitokin antiinflamatori intracellular parasite Toxoplasma gondii. Journal
seperti adipokin dan beberapa sitokin lain. of Cell Science 115, 3049-3059
Jika terjadi gangguan pada keseimbangan Frederic Picard, Denis Arsenijevic, Denis
level dari 2 kelompok adipositokin tadi akan Richard, and Yves Deshaies. 2002. Responses of
menyebabkan excessive fat-related Adipose and Muscle Lipoprotein Lipase to
metabolic diseases (EFRMD), termasuk DM Chronic Infection and Subsequent Acute
Lipopolysaccharide Challenge. Clinical and
tipe 2, hipertensi, dyslipidemia, dan kelainan
Diagnostic Laboratory Immunology, Vol. 9, No.
metabolik lainnya.13 4 , p. 771–776

KESIMPULAN DAN SARAN Yarovinsky, F. et al. 2005. TLR-11 activation of


dendritic cells by a protozoan profilin-like
Kesimpulan
protein. Science
Berdasarkan hasil penelitian dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut: Fanny N. Lauw, Daniel R. Caffrey and Douglas
Paparan profilin T. gondii pada kultur T. Golenbock. 2005. Of mice and man: TLR11
sel lemak subkutan dapat meningkatkan (finally) finds profilin. Trends in Immunology,
Vol. 26, Issue 10: 509-511
kadar IL-6 dan TNF-α serta menurunkan
kadar TLR-11 Cheng-Hu Liu, Fabiana S. Machado, Rishu Guo,
Peningkatan kadar IL-6 dan TNF-α Kim E. Nichols, A. Wesley Burks, Julio C.
pada lemak subkutan berpotensi mengarah Aliberti and Xiao-Ping Zhong. 2007.
Diacylglycerol kinase ζ regulates microbial
pada adiposopati dan sindroma metabolik
recognition and host resistance to Toxoplasma
akibat infeksi profilin T. Gondii. gondii. JEM The Rockefeller University Press
Vol. 204, No. 4: 781–792
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Sambrook J, Russell DW. 2001. Molecular
Cloning: A LaboratoryManual. (Cold Spring
tentang perbedaan kadar TLR-11, IL-6 dan Harbor Laboratory Press, Plainview, NY).
TNF-α pada lemak subkutan dan lemak
viseral untuk membuktikan efek pemberian Sargowo, Djanggan., Andarini, Sri., dkk., 2005.
profilin T. gondii yang menjadi prediktor Peran Beberapa Hormon dan Sitokin Pada
Pengendalian Jaringan Lemak dalam
patomekanisme adiposopati pada kejadian
toxoplasmosis jaringan adiposa.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 6


Hubungannya Dengan Obesitas Viseral. Malang:
Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya.
Fruhbeck, G., Ambrozi, G. J., Muruzabal, J. F.,
and Burrel, M. A., 2001. The Adipocyte: a
Model for Integration of Endocrine and
Metabolic signaling in Energy Metabolism
Regulation, Am J Physiol Endocrinol Metab.
280: issue 6, E827-847
Bays, Blonde L and Rosenson R. 2006.
Adiposopathy: how do diet, exercise and weight
loss drug therapies improve metabolic disease in
overweight patients?. Expert Rev Cardiovasc
Ther, 4(6):871-95

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 7


ANALISIS DNA MANGGIS (Garcinia mangostana L.) HASIL
IRADIASI SINAR GAMMA DENGAN PENANDA MOLEKULER

Fauziyah Harahap
Departement of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, State University of Medan, Jln.
Willem Iskandar Psr V Medan Estate, 20221, Indonesia.
Correspondence: +62-061-6857053, 081376817918,
E-mail:iyulharahap@gmail.com

Abstract
The research was conducted to analysis of mangosteen DNA after gamma ray irradiation
treatment. Identification was be done with Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) marker. The
mangosteen seed was cultured on 1/2N Murashige and Skoog (MS 1/2N) medium containing combination
of 5 ppm Benzyl Amino Purine (BAP). The seeds were irradiated by gamma ray consisted of 11 level: 0,
5, 10, 15, 20, 25, 30 35, 40, 45, 50 Gy and then regenerated on MS ½ N + 5 ppm BAP. The result of
experiment proved that: Molecular analysis using RAPD marker showed changes of DNA band on treated
plant. All of primers (10 primers) were able to differentiate between control and treated plant. Mutation
could be used to step up genetic variability in order to improve desired mangosteen traits. Fourteen of
mangosteen bud can be developed as for good seedling

Key word: Mangosteen, Tissue culture, Gamma ray, RAPD.

1. PENDAHULUAN pucuk, lamanya masa dormansi (Wieble et


al 1992, Ramlan et al 1992)
Manggis (Garcinia mangostana L.)
Untuk memperoleh manggis yang
adalah tanaman buah asli Indonesia yang
pertumbuhannya cepat, masa juvenile
berpotensi untuk dikembangkan,
pendek, produktivitas tinggi dan berkualitas
mempunyai rasa, aroma dan warna yang
baik, perbaikan genetik tanaman harus
menarik sehingga disebut Queen of
dilakukan (Poerwanto 2000, 2003). Idealnya
Tropical Fruit dan the Finest Fruit of the
perbaikan genetik tanaman ini dlakukan
Tropics (Ramage et al 2004). Buah manggis
melalui program pemuliaan tanaman, namun
memiliki nilai ekonomi tinggi dan
tehnik hibridisasi tidak dapat dilakukan
mempunyai Berdasarkan data statistik
karena bunga jantan tanaman manggis
produksi ekspor manggis pada tahun 2002
mengalami rudimenter dan serbuk sarinya
tercatat sebesar 8.255 ton meningkat
bersifat hampa (Ramage, et al 2004).
menjadi 9.073 ton pada tahun 2003, tetapi
Biji manggis merupakan apomiksis
pada tahun 2004 mengalami penurunan lagi
obligat, embrio berkembang dari sel nusellus
menjadi 8017 ton dan meningkat kembali
pada jaringan ovul. Embrionya adalah
pada tahun 2005 dan 2006 masing-masing
embrio somatik sehingga secara genetik
menjadi 10.711 ton dan 11.634 ton (Ditjen
mewarisi sifat tanaman tetua betina.
Holtikultura, 2008). Manggis memiliki
Mekanisme reproduksinya termasuk
prospek sangat baik untuk dikembangkan
kategori adventitious / nuclear embryony,
sebagai komoditas ekspor buah segar.
yaitu perkembangan embrio adventif dari
Manggis merupakan salah satu
integument bagian luar tanpa adanya
komoditas dalam Riset Unggulan Strategis
stimulasi dari perkembangan seksual
Nasional (RUSNAS) pengembangan buah
(Richard 1990).
buahan unggulan nasional (PKBT IPB
Induksi mutasi menyumbangkan
2001). Upaya pengembangan tanaman
peningkatan keragaman genetik tanaman,
manggis sangat perlu ditingkatkan, namun
dan dengan seleksi terarah akan didapatkan
pertumbuhan tanaman ini sangat lambat.
mutan potensial. Penggunaan iradiasi dalam
Lambatnya pertumbuhan tanaman manggis
menimbulkan mutasi telah banyak
disebabkan oleh jumlah akarnya yang sedikit
memberikan dampak positip terhadap
sehingga penyerapan air dan hara tidak
bertambahnya jumlah varietas tanaman baru.
maksimal, rendahnya laju fotosintesis,
Alternatif pemuliaan tanaman manggis dapat
rendahnya pembelahan sel pada meristem

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 8


dilakukan dengan induksi mutasi. Mutasi Isolasi DNA total menggunakan
buatan dengan iradiasi dapat menciptakan metode Doyle dan Doyle (Doyle dan Doyle
variasi genetik pada tanaman manggis. 1987), peneliti melakukan modifikasi
Pada tanaman berkayu, telah dengan penambahan Poly Vinyl Poly
dihasilkan varietas unggul buah jambu biji, Piloridon (PVPP) pada saat menggerus daun
jeruk, kurma dan pear Jepang (Jain 2000). dan penambahan waktu inkubasi pada saat
Institute of Radiation Breeding di Jepang pemberian buffer ekstrak. Dilanjutkan
telah menggunakan induksi mutasi sejak dengan uji kuantitas dan kualitas DNA
tahun 1969 untuk mendapatkan mutan- (Sambrook et al, 1989 ; Mathius &
mutan potensial. Sampai tahun 1998, apel, Hutabarat, 2001) dengan UV-VIS pada λ
tebu, padi, barley, tanaman hias telah dilepas 260-280 nm dan elektroforesis. Primer yang
(Institut of Radiation Breeding 2001), digunakan dalam penelitian ini adalah
demikian juga dengan tanaman pangan dan primer acak OPH 12, OPH 13, OPH 18, SB
hortikultura lainnya (Harten 1998). 12, SB13, SB16, SB 19, OPN 4, OPN 12,
Mutasi dengan iradiasi dapat OPN 16 (Operon Tech Alameda,
meningkatkan variasi genetik. Sel yang California).
dapat bertahan hidup dengan baik sesudah DNA manggis diencerkan sampai
penyinaran akan mengalami beberapa konsentrasi 50 ng/µl, larutan DNA diambil
perubahan secara fisiologis atau genetik. 2 µl, dicampur dengan pereaksi PCR
Perubahan ini dapat saja menghasilkan (master mix = 18,8 µl H20 bebas ion; 2,5 µl
tanaman yang berpenampilan lebih baik buffer Taq DNA Polymerase 10x / 15 mM
(tanaman unggul) dari sebelumnya. DNA MgCl2 ; 0,5 µl dNTPs 10 mM; 1 µl primer
manggis merupakan sasaran utama 10 pmol/µl; 0,2 µl Taq DNA polymerase 5
pemberian iradiasi untuk menimbulkan unit/µl dan 25 µl mineral oil), kemudian
mutasi dan meningkatkan keragaman campuran dimasukkan ke mesin PCR dan di
genetiknya. Pembentukan kimera dapat jalankan dengan program denaturasi 94° C
dikurangi dengan melakukan multiplikasi selama 1 menit, annealing 36° C selama 1
berulang, sehingga akan diperoleh mutan menit, extention 72° C selama 2 menit,
yang solid. proses ini dilakukan sebanyak 45 siklus.
Pada penelitian sebelumnya telah Lima µl larutan hasil PCR dicampur
dikembangkan metode organogenesis dengan 1 µl loading dye, dirunning dalam
langsung, modifikasi media tumbuh dan mesin elektroforesis dengan buffer TAE 1x
pola pemotongan eksplan manggis dan 1,4 % gel agarose selama 1,5 jam. Gel
(Harahap, 2006a), juga dilakukan penelitian hasil elektroforesis diletakkan di UV
analisis perubahan isozim pada kultur in transluminator dan diphoto. Analisis pita
vitro manggis hasil iradiasi (Harahap, RAPD dilakukan dengan membandingkan
2006b). Tujuan penelitian ini adalah untuk pola pita tanaman kontrol dengan pita
menganalisis DNA manggis in vitro hasil tanaman hasil iradiasi untuk melihat adanya
iriradiasi sinar gamma dengan marka perubahan. Data RAPD berupa pola pita
molekuler RAPD. DNA dengan ukuran tertentu. Potongan
DNA genom diukur dengan
2. BAHAN DAN METODE membandingkannya dengan berat molekul
marker 1 kb ladder. Perbedaan antar
Bahan tanaman berasal dari 1 pohon
tanaman ditunjukkan oleh jumlah pita dan
milik petani di Siboloangit, Sumatera Utara.
jarak migrasinya.
Biji ditanam pada kultur in vitro dengan
media MS ½N + BAP 5 ppm/l (Harahap,
3. HASIL
2006a), kemudian diiradiasi. Dosis iradiasi
yang diberikan adalah 0, 5, 10, 15, 20, 25, DNA tanaman manggis sangat sulit
30, 35, 40, 45, 50 Gy. Eksplan diisolasi. Jumlah DNA yang terisolasi sangat
diregenerasikan pada media MS ½ N + 5 sedikit dibanding DNA tanaman lain dengan
ppm BAP. Sampel yang digunakan adalah jumlah sampel yang sama. Hasil isolasi
pasangan daun ke dua dan ke tiga dari tunas diperoleh pelet DNA, tetapi setelah
in vitro. dianalisis dengan elektroforesis ternyata
jumlah DNA sedikit, sebagian diperkirakan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 9


tetap berada di sumur gel (gambar 1). kecuali OPH 13, memperlihatkan
Rendemen DNA yang diperoleh adalah 20- polimorfisme sebesar 80 %, dan SB 12
120 ng/µl dari 0,2 gram daun yang hanya memperlihatkan polimorfisme 50 %.
diekstraks. Rata-rata tingkat polimorfisme 10 primer
PCR pada 80 tanaman sampel dengan adalah 93,9 % (tabel 1).
10 primer menghasilkan 98 pita. Seluruh
primer menghasilkan polimorfisme 100 %,

M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1516 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Gambar 1. Hasil isolasi DNA daun tanaman manggis kontrol dan hasil iradiasi
sinar gamma. Keterangan: M= Marker.1 sampai 30 = nomor tanaman

Tabel 1. Jumlah pita hasil PCR dengan 10 primer acak pada 80 tanaman manggis
No Primer Susunan Nukleotida Jumlah Pita Pita
5’…….3’ Pita polimorfik Monomorfik
1 OPH 12 ACGCGCATGT 8 8 (100%) -
2 OPH 13 CACGCCAC AC 10 8 (80%) 2
3 OPH 18 GAATCGGCCA 10 10 (100%) -
4 SB 12 TGCCGACCTG 8 4 (50 %) 4
5 SB13 AGTCAGCCAC 8 8 (100%) -
6 SB16 GTGATCGCAG 7 7 (100%) -
7 SB 19 CAGCACCCAC 9 9 (100%) -
8 OPN 4 CACCGACCCA 13 13 (100%) -
9 OPN 12 CACAGACACC 8 8 (100%) -
10 OPN 16 AAGCGACCTG 17 17 (100%) -
Jumlah 98 92 (93,9%) 6

Gambar 2. Pola pita DNA hasil PCR dengan primer OPH 12. M = Marker.1–80 = nomor
tanaman.
= Nomor 14, tidak memperlihatkan amplifikasi.
= Nomor 24, pola pita sama dengan kontrol.
= Nomor 41,42,43,44 kehilangan 5,3,3,3 pita.
= No 61, 62, 63, 64 = kehilangan 6, 4, 5, 3 pita.
= No 69 kehilangan 5 pita.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 10


Amplifikasi dengan primer OPH 12 Hasil amplifikasi dengan primer
menghasilkan 8 pita. Tanaman kontrol OPH 13 diperoleh 10 pita. Tanaman
memiliki semua pita ini. Tanaman hasil kontrol tidak memiliki pita ke 10. Pola pita
iradiasi umumnya kehilangan pita. Pada tanaman nomor 27 sama dengan tanaman
amplifikasi dengan primer ini, tanaman kontrol (gambar 3). Amplifikasi dengan
nomor 14 kehilangan seluruh pitanya. primer ini, umumnya tanaman kehilangan
Tanaman nomor 24 dan nomor 46 memiliki pita. Tanaman yang kehilangan pita ke 1, 2,
pola pita sama dengan tanaman kontrol. 3, 4, 5, 7 dan 9 berturut turut adalah tanaman
Beberapa tanaman lain kehilangan pita ke 2, nomor 42, 59, 49, 50, 43, 69 dan 9. Terdapat
ke 3, ke 4, ke 5, ke 6, ke 7 dan ke 8. Paling 42 tanaman mengalami penambahan pita ke
banyak tanaman (60 tanaman) mengalami 10
kehilangan pita ke 8 (gambar 2).

Gambar 3. Pola pita DNA hasil PCR dengan primer OPH 13. M = Marker.1 - 80 =
nomor tanaman.
= Nomor 12,15,16 kehilangan pita ke 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9.
= Nomor 27, pola pitanya sama dengan tanaman kontrol.
= Nomor 36 tanaman yang mengalami penambahan pita ke 10.
= Nomor 74-79 kehilangan beberapa pita

Hasil PCR dengan 10 primer mengamplifikasi penambahan 2 pita.


menunjukkan bahwa tanaman hasil iradiasi Penambahan 3 pita hanya terjadi pada
memperlihatkan beberapa pola pita, yakni amplifikasi dengan primer OPN 4
pola pitanya sama dengan tanaman kontrol, Hasil amplifikasi dengan primer
beberapa tanaman kehilangan pita RAPD, OPH 12 menunjukkan paling banyak
beberapa tanaman mengalami penambahan tanaman (17 tanaman) kehilangan 1 pita,
pita RAPD, beberapa tanaman kehilangan hanya 1 tanaman kehilangan pita terbanyak
pita RAPD yang ada dan mengalami yaitu 6 pita, amplifikasi dengan primer OPH
penambahan pita baru, beberapa tanaman 13 menunjukkan 27 tanaman kehilangan 6
kehilangan seluruh pitanya. pita dan jumlah terkecil adalah 4 tanaman
Selain kehilangan pita, perlakuan kehilangan 3 pita. Hasil amplifikasi dengan
iradiasi juga menyebabkan munculnya pita primer OPH 18, SB 12 dan OPN 12,
baru dibandingkan dengan tanaman asalnya. terdapat jumlah tanaman paling banyak yaitu
Pada umumnya banyaknya pita yang 17, 40 dan 40 tanaman kehilangan 1 pita.
muncul adalah satu. Jumlah terbanyak Amplifikasi dengan primer SB 13 dan SB 16
adalah hasil amplifikasi dengan primer OPH menunjukkan jumlah tertinggi yaitu berturut
13 yaitu 42 tanaman mengalami turut 29 dan 24 tanaman kehilangan 2 pita
penambahan 1 pita, dengan primer lain (tabel 2).
terdapat 3 sampai 12 tanaman mengalami Amplifikasi dengan primer OPN 16
penambahan 1 pita. Hanya beberapa menunjukkan 24 tanaman kehilangan 3 pita.
tanaman dengan primer tertentu yang Grafik yang menunjukkan perbandingan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 11


jumlah tanaman yang kehilangan pita RAPD dilakukan PCR ulang dengan menggunakan
pada masing- masing primer terlihat pada primer yang digunakan sebelumnya dan
gambar 4. dengan primer yang senantiasa
Beberapa tanaman hasil iradiasi teramplifikasi. Sebagai pembanding dipakai
kehilangan seluruh pitanya dalam proses DNA tanaman manggis lain yang dapat
amplifikasi dengan primer tertentu. Untuk teramplifikasi. Tanaman yang kehilangan
memastikan bahwa DNA tidak seluruh pita RAPD dengan primer tertentu
teramplifikasi karena perlakuan iradiasi disajikan pada tabel 3.
sinar gamma, pada DNA yang sama

Tabel 2. Jumlah tanaman yang kehilangan pita RAPD pada masing- masing primer
Jumlah pita OPH OPH OPH SB SB SB SB OPN OPN OPN
yang hilang 12 13 18 12 13 16 19 4 12 16
0 2 1 27 15 21 16 49 22 1 -
1 17 6 17 40 4 22 11 - 40 17
2 14 9 3 8 29 24 4 11 23 19
3 14 4 8 - 8 3 3 3 4 24
4 11 8 6 - 3 - 1 7 - 7
5 4 7 5 - 4 - 1 5 5 9
6 1 27 1 - - - - 7 - 8
7 - 8 2 - - - - 4 - -
Semua 1 - 2 - 1 3 1 1 1 2

55

50

45

40

sama d engan
35 ko nt ro l
jumlah tanaman

hilang 1 p ita

30 hilang 2 p it a

hilang 3 p it a

25 hilang 4 p it a

hilang 5 p it a
20
hilang 6 p it a

hilang 7 p it a
15
hilang semua

10

0
oph12 oph13 oph18 sb12 sb13 sb16 sb19 opn4 opn12 opn16
primer

Gambar 4. Jumlah tanaman berdasarkan pita yang hilang pada amplifikasi tiap
primer.

Tabel 3. Jumlah tanaman yang mengalami penambahan pita RAPD pada masing-
masing primer
Jumlah pita OPH OPH OPH SB SB SB SB OPN OPN OPN
yang bertambah 12 13 18 12 13 16 19 4 12 16
1 - 42 3 7 - 6 6 10 3 12
2 - - 3 - - 1 - 3 - 10
3 - - - - - - - 3 - -

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 12


45
j
u
40
m 35
l
a 30
h
25 bertambah
1 pita
t
20
a bertambah
2 pit a
n 15
a
bertambah
m 10 3 pit a
a
n 5
0
oph12 oph13 oph18 sb12 sb13 sb16 sb19 opn4 opn12 opn16

primer

Gambar 5. Jumlah tanaman berdasarkan pita yang bertambah pada amplifikasi tiap
primer.

4. PEMBAHASAN kemampuan regenerasi menurun dengan


meningkatnya dosis.
Hasil isolasi DNA menunjukkan
Setiap tanaman mempunyai kepekaan
rendemen yang diperoleh sangat rendah jika
yang berbeda terhadap iradiasi atau sinaran
dibandingkan dengan tanaman lain, seperti
mengion, bahkan antar varietas dalam
tanaman anggrek, dari 0,3 gram daun
spesies yang sama juga mempunyai
anggrek diperoleh 50-375 ng/µl DNA
kepekaan berbeda (Hussin, 2002). Harten
(Kartikaningrum 2004). Hal ini
(1998), mengatakan faktor-faktor eksternal
kemungkinan disebabkan oleh banyaknya
seperti kelembaban, kadar air, kandungan
kontaminan yang tercampur didalam DNA,
oksigen, temperatur, kondisi penyimpanan
seperti polisakarida yang mempunyai sifat
pasca iradiasi sangat mempengaruhi proses
seperti DNA. Manggis banyak mengandung
mutagenesis yang menggunakan sinaran
getah dan polisakarida seperti tanaman
mengion, bahkan spesies tanaman, tingkat
berkayu lainnya yang dapat mengganggu
ploidi, perbedaan tahap perkembangan,
proses isolasi DNA. Mathius et al (1999),
kondisi fisiologis tanaman juga dapat
menyatakan bahwa senyawa polifenol
menyebabkan perbedaan respon terhadap
merupakan kontaminan yang mengganggu
iradiasi.
proses pemurnian DNA dan sering
Peningkatan dosis iradiasi tidak
menyebabkan kegagalan dalam mengisolasi
menyebabkan semakin banyak pita yang
dan memurnikan DNA.
hilang atau pita yang bertambah. Contoh
Dari hasil yang diperoleh terlihat
individu sampel nomor 79, 80 dengan
bahwa penanda ini mampu dan dapat
primer SB 13 hanya mengalami kehilangan
digunakan untuk melihat perubahan pada
1 pita, sementara tanaman lain dengan
tanaman manggis akibat iradiasi. Hal ini
perlakuan dosis yang lebih rendah
terlihat dari tingkat polimorfisme yang
mengalami kehilangan pita lebih banyak.
cukup tinggi.
Mohr and Schopfer (1995)
Penggunaan mutagen fisik melalui
menyatakan radiasi pengion (iradiasi
iradiasi sinar gamma menyebabkan
gamma) akan menghasilkan ion dan radikal
terjadinya perubahan didalam sel. Perubahan
dalam bentuk hidroksil (OH). Radikal
tersebut terlihat dari kemampuan tumbuh,
hidroksil dan hydrogen peroksida yang
perubahan bentuk, persentase eksplan yang
dihasilkan oleh pancaran iradiasi sinar
hidup pasca iradiasi maupun munculnya
gamma akan bersenyawa dengan bahan
fenotip yang berbeda dari tanaman kontrol
tanaman yang diiradiasi dan akan
(Harahap 2003 ; 2005). Bhagwat & Duncan
menyebabkan kerusakan fisiologis berupa
(1998), mengatakan frekwensi mutasi
terhambatnya proses pembelahan dan
meningkat dengan meningkatnya dosis dan
diferensiasi sel dan kerusakan gen. Jika
laju dosis radiasi, meskipun survival dan
radikal hidroksil menempel pada rantai
nukleotida dalam DNA, maka utas tunggal

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 13


atau ganda DNA akan patah, sehingga akan hasil amplifikasi pada tiap primer RAPD
mengalami perubahan gen. Harten (1998) terdapat tanaman yang memiliki pola pita
menyatakan kerusakan DNA akibat radiasi yang sama dengan tanaman kontrol, tetapi
sinar gamma dapat berupa transisi atau pada amplifikasi dengan primer lain
transversi antara purin dan pirimidin, tali menunjukkan hasil yang berbeda. Jadi dari
utas tunggal ataupun utas gandanya akan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
patah. radiasi dosis rendah dan dosis tinggi
Iradiasi sinar gamma dapat menghasilkan perubahan pada tingkat DNA.
menyebabkan perubahan pada level Perubahan akibat radiasi dapat terjadi
morfologi, fisiologi dan DNA manggis. pada tingkat DNA, protein (enzim), histologi
Harahap (2007), mengatakan perubahan atau pada tingkat morfologi. Perubahan pada
pada morfologi dapat dilihat dari ukuran, tingkat DNA dan enzim, tidak semuanya
bentuk daun, perakaran dan kelainan- diekspresikan dalam bentuk perubahan
kelainan morfologi. Perubahan fisiologis morfologi. Perubahan pada tingkat
dapat berupa ketidakseimbangan hormonal morfologi merupakan cerminan adanya
pada tanaman. Hasil penelitian ini dengan perubahan pada tingkat DNA atau enzim
menggunakan marka molekuler RAPD (protein). Hal ini dapat dipahami karena
memperlihatkan hilangnya pita tertentu dan suatu gen dapat diekspresikan harus melalui
bertambahnya pita tertentu. Ada empat proses yang sangat panjang dan juga
macam perubahan genetik yang mungkin melibatkan sangat banyak rangkaian proses.
terjadi yaitu perubahan jumlah genom, Yuwono (2005) mengatakan, proses
perubahan jumlah kromosom, perubahan penterjemahan tersebut secara singkat
struktur kromosom, perubahan gen. melibatkan 2 tahapan yaitu transfer
Bhagwat et al (1998), mengatakan informasi genetik dari DNA ke RNA
jika radiasi pengion merusak benang (transkripsi) dan penterjemahan informasi
spindle, maka akan terjadi perubahan jumlah genetik yang terdapat pada RNA ke dalam
genom sehingga menyebabkan terjadinya polipeptida (translasi). Dalam rangkaian
eneuploidi. Jika radiasi pengion perjalanan proses tersebut, banyak sekali
memutuskan rantai kromosom, maka dapat faktor yang mempengaruhi dapat atau
merubah struktur kromosom (aberasi tidaknya suatu gen terekspresi. Jusuf (2001)
kromosom) seperti delesi, inversi, duplikasi mengatakan ekspresi suatu gen merupakan
dan translokasi. Jika radiasi pengion dapat proses penterjemahan informasi yang
menyebabkan perubahan pada sequen DNA terkandung pada struktur gen menjadi proses
maka disebut mutasi gen. Mutasi juga dapat metabolisma atau pola kehidupan organisme
terjadi diluar kromosom atau pada (sifat organisme).
sitoplasma yaitu pada kloroplas dan Perubahan pada tingkat DNA dan
mitokondria (Harten, 1998). protein belum tentu diikuti perubahan pada
Hasil analisis terhadap pola pita DNA tingkat morfologi. Diketahui bahwa nilai
RAPD dengan primer tertentu menunjukkan fenotipe morfologi mengandung unsur nilai
bahwa terdapat beberapa tanaman yang genotip, deviasi lingkungan dan interaksi
kehilangan seluruh pita DNA nya. genotip dan lingkungan. Sehingga fenotip
Hilangnya seluruh amplifikasi pita DNA morfologi tanaman baik karakter kuantitatif
sangat mungkin terjadi karena tidak adanya maupun kualitatif tidak hanya merupakan
kesesuaian primer yang digunakan dengan ekspresi genetik, tetapi juga dipengaruhi
DNA template manggis yang dianalisis, keadaan lingkungan.
yang mana hal ini terjadi disebabkan oleh
beberapa kemungkinan seperti delesi, UCAPAN TERIMAKASIH
duplikasi, substitusi basa nitrogen, insersi
Terimakasih penulis ucapkan kepada
dan translokasi.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Hasil analisis PCR RAPD dalam
(Dirjen DIKTI), Departemen Pendidkan
penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh
Nasional, melalui Penelitian Hibah Bersaing
tanaman hasil radiasi sinar gamma tidak ada
(No Kontrak : 003/SP2H/PP/DP2M/III/
yang sama dengan tanaman kontrol, artinya
2008), atas nama Fauziyah Harahap, dan
seluruh tanaman perlakuan mengalami
perubahan pada tingkat DNA. Walaupun

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 14


semua pihak yang telah membantu Institut of Radiation Breeding. 2001. National
terlaksananya penelitian ini. institute of agrobiological resources, MAFF.
Japan: PO Box 3, Ohmiya Machi, Nakagun,
DAFTAR PUSTAKA Ibaraki, 312-22.

Atra, R., Alnopri., Hasanudin. 2005. Jain SM. 2000. Induction of mutations in fruits of
Optimalisasi Pengakaran Bibit Manggis Setelah tropical and subtropical regions. Crain
Aklimatisasi pada Beberapa Taraf Konsentrasi Australia: Int. Sym. Trop. Subtrop. Fruit.
Phloroglucinol dan Jumlah Spora Mikoriza. Akta Jusuf M. 2001. Genetika I struktur dan ekspresi
Agrosia Vol 8, No 1 Hal 1 - 5, Jan- Juni 2005. gen. Jakarta: Sagung Seto.
Bhagwat A, Krishna TG, Bhatia CR. 1997. Kartikaningrum S. 2004. Hubungan kekerabatan
RAPD analysis of induced mutants of antara genus anggrek sub tribe sarcantinae
Groundnut (Arachis hypgea L.) Journal of berdasarkan fenotipe dan pola pita DNA melalui
Genetics. 76 (3) : 201-208 tehnik random amplified polimorphic DNA.
Bhagwat B, Duncan EJ. 1998. Mutation breeding [Thesis]. Bandung: Universitas Padjadjaran.
of highgate (Musa acuminate, AAA) for Mathius NT, Hutabarat T. 2001. Analisis DNA
tolerance to Fusarium oxysporum sp. cubense dengan RAPD, penuntun praktikum kultur
using gamma irradiation. Euphytica 101: 143- jaringan hortikultura. Bogor : Balai Penelitian
150 Perkebunan.
Doyle JJ, Doyle JL. 1987. Isolation of plant Matius NT, T Hutabarat, Djulaecha U. 1999.
DNA from fresh tissue. Focus 12: 13-15 Ekstraksi dan Pemurnian DNA kakao
Harahap F. 2003. Peningkatan variasi genetik (Theobroma cacao (L.) untuk Analisis RAPD.
tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) Menara Perkebunan 64 (1):22-23.
dengan induksi iradiasi sinar gamma. Bandar Mohr H, Schopfer. 1995. Plant Physiology.
Lampung: Prosiding Simposium PERAGI VIII. Berlin : Springer – Verlag.
Harahap F. 2005. Induksi mutasi pada kultur in PKBT Institut Pertanian Bogor. 2001. RUSNAS
vitro tanaman manggis (Garcinia mangostana buah-buahan Indonesia. Bogor: Pusat kajian
L.) dengan iradiasi sinar gamma. Prosiding buah-buahan tropika Institut Pertanian Bogor.
APISORA 2005. Jakarta: Badan Tenaga Nuklir
Nasional. Poerwanto R. 2000. Tehnologi budidaya
manggis. Bogor : Pusat kajian buah-buahan
Harahap F. 2006a. Optimasi media tropika Institut Pertanian Bogor dan Dirjen
pertumbuhan tanaman manggis (Garcinia Hortikultura.
mangostana L) (Pengaruh BAP dan pola
pemotongan eksplan terhadap pembentukan Poerwanto R. 2003. Peran manajemen budidaya
tunas secara in vitro). Bogor: Prosiding seminar tanaman dalam peningkatan ketersediaan dan
nasional bioteknologi dan pemuliaan tanaman mutu buah-buahan. Orasi ilmiah guru besar tetap
IPB. ilmu hortikultura. Bogor : Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Harahap F. 2006b. Variasi genetik tanaman
manggis (Garcinia mangostana L.) hasil Ramage CM, Sando L, Peace CP, Caroll BJ,
perlakuan iradiasi sinar gamma dengan penanda Drew RJ. 2004. Genetic diversity revealed in the
isozim. Jakarta: Prosiding Seminar Nasional apomict fruit species Garcinia mangostana
PERHORTI, Ditjen Hortikultura. L.(mangosteen). Euphytica 136:1-10

Harahap F, Guhardja E, Poerwanto R, Ramlan MF, Mahmud TMM, Hasan BM, Karim
Wattimewa GA, Suharsono. 2007. Analisis MZ. 1992. Studies on photosynthesis on young
morfologi tanaman manggis (Garcinia mangosteen plants grown under several growth
mangostana L.) hasil radiasi sinar gamma. conditions. Acta Hortikulture 321: 482-489.
Saintika 7: 45-50. Richard AJ. 1990. Studies in garcinia dioecious
Harten AM. 1998. Mutation breeding, theory tropical forest trees : the origin of the
and practical applications, Cambridge: mangosteen (Garcinia mangostana L.).
Cambridge University Press. Botanical J Linnean Society 103: 301-308.

Hussin G, Harun AR, Samsudin S. 2002. Study Poostika, I., Sunarlim, N., Mariska., I. 2003.
on mutagenesis of signal grass (Brachiaria Mikropropagasi Tanaman manggis (Garcinia
decumbens) by gamma radiation. Malaysia: mangostana L.). Jurnal Agro Biogen 1 (1) : 20-
Malaysian Institute for Technology Research 25.
(MINT).

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 15


Sambrook JEF, Maniathis T. 1989. Molecular
cloning: a laboratory manual. 2nd ed. New York:
Cold Spring Harbor Laboratory Press.
Wieble J, Chako EK, Downtown WJS. 1992.
Mangosteen (Garcinia mangostana L) – a
potential crop for tropical Northen Australia.
Acta Hort 321: 132-137.
Deptan. 2004. Ekspor hortikultura Indonesia:
nilai dan volume ekspor buah-buahan.
http://www.hortikultura.go.id/horti/page/statistik/
lppbuah.asp (diakses 15 April 2008)
Yuwono, T. 2005. Biologi Molekuler. Jakarta.
Erlangga.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 16


KEKERABATAN FENETIK JENIS-JENIS PASSIFLORA DI
DAERAH KOTAMADYA DAN KABUPATEN PROBOLINGGO
JAWA TIMUR BERDASARKAN CIRI VEGETATIF
(THE PHENETIC RELATIONSHIP SOME SPECIES OF
PASSIFLORA IN PROBOLINGGO EAST JAVA ACCORDING
VEGETATIVE CHARACTER)
Sunarmi, Eko Sri Sulasmi
Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang

Abstrak
Eksplorasi terhadap marga Passiflora di daerah Probolinggo bertujuan untuk mendapatkan informasi
mengenai jenis-jenis Passiflora serta hubungan kekerabatan diantara jenis-jenis tumbahan Passiflora
yang ditemukan. Pengambilan spesimen dilakukan dengan cara jelajah bebas di daerah Probolinggo
pada ketinggian antara 0-400 m dpl. Spesimen yang dikoleksi diawetkan dalam bentuk herbarium,
kemudian dideskripsi ciri-ciri morfologinya dan diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi
dari Backer dan Bakhuizen van der Brink (1963). Ciri morfologi organ vegetatif dipilih ciri yang mantap
yaitu sebanyak 104 karakter/ciri yang mantap kemudian dihitung indeks kemiripannya dengan
menggunakan koefisien asosiasi. Hasil perhitungan dianalisis dengan menggunakan analisis
pengelompokkan. Hasil analisis pengelompokkan disajikan dalam bentuk dendrogram. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa didaerah Probollinggo ditemukan jenis Passiflora yaitu Passiflora foetida L.,
Passiflora edulis Sims, Passiflora ligularis, Passiflora quadrangularis L., Passiflora caerulea-racemosa
Sabine., Passiflora vitifolia H.B.K. dan Passiflora coccinea L.

Kata kunci: kekerabatan fenetik, jenis-jenis Passiflora, daerah kotamadya kabupaten Probolinggo, ciri
vegetatif.

Abstract
The exploration of genus of Passiflora in Probolinggo East Java to get information about species of
Passiflora and the relationship between its species that found. It was explored in Probolinggo area on 0-
400 meters height. The collection of specimens were preserved by herbarium, then its morphological
characters were described and identified with key of identification of species Passiflora by Backer and
Bakhuizen van der Brink (1963). After obtaining their morphological characters, it were selected
vegetative characters and the similarity index of selected characters was calculated by using association
coefficients and the results was illustrated by clustering analyze. The clustering analyze results was
illustrated in the form of dendogram. The results of this research showed that there are seven species of
Passiflora that found in Probolinggo, includes Passiflora foetida L., Passiflora edulis Sims, Passiflora
ligularis, Passiflora quadrangularis L., Passiflora caerulea-racemosa Sabine., Passiflora vitifolia H.B.K.
and Passiflora coccinea L.

Keywords: the phonetic relationship, Passiflora, Probolinggo,vegetative characte

Passiflora adalah salah satu marga atas 1500 m dpl. Penyebaran Passiflora
dari suku Passifloraceae. Suku Passiflora meliputi daerah tropik sampai subtropik,
terdiri sekitar 16 marga dengan 650 jenis antara lain Amerika, Australia, Polynesia,
yang tersebar di daerah tropis dan temperate Malaysia, China, Philipina, Indonesia dan
terutama di Amerika dan Afrika tropis Madagaskar (Backer, 1956). Di Indonesia
(Keng, 1978), yang didominasi oleh marga penyebarannya meliputi Jawa, Sumatra,
Passiflora (sekitar 400 jenis). Passiflora Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan dan
umumnya dapat tumbuh di dataran rendah Papua. Menurut Backer (1965), di Jawa
sampai dengan dataran yang mempunyai terdapat 15 jenis Passiflora.
ketinggian lebih kurang 1700 m dpl (Backer,
1965). Probolinggo merupakan daerah yang Deskripsi Passiflora:
wilayahnya meliputi pesisir sampai dengan
Perawakan: sebagian besar rmemanjat
pegunungan yang memiliki ketinggian di
dengan menggunakan sulur dan jarang

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 17


berupa semak, merupakan tumbuhan untuk menentukan kekerabatan secara filetik
menahun, tidak bercabang. Daun: terserak, mutlak diperlukan fosil yang baik yang
jarang berhadapan, bentuk daun bervariasi, dapat memberikan gambaran hubungan
pada pangkal daun dan tangkai daun antara satu organisme dengan organisme
terdapat kelenjar, stipula mempunyai helaian lainnya. Dengan demikian kekerabatan
yang kecil atau besar, tepi helaian daun secara filetik sulit dipelajari tanpa
umumnya bergerigi, ada yang tidak tersedianya fosil. Sedangkan kekerabatan
bergerigi. Bunga: berbunga tunggal atau fenetik yaitu kekerabatan yang didasarkan
berpasangan sangat jarang mengumpul pada kesamaan sifat menyeluruh (overall
membentuk bunga majemuk, aktinomorf, similarity) yang nampak dari kelompok-
berkelamin banci. Tangkai bunga berbuku kelompok tumbuhan yang ada. Semakin
dan pada buku sering terdapat 3 helai brakte. banyak kesamaan ciri yang dimiliki oleh
Dasar bungan bervariasi jarang yang sangat kelompok-kelompok tumbuhan maka
pendek atau panjang, membentuk sebuah dianggap semakin dekat kekerabatan
androginofor. Di bagian tengah pangkal kelompok-kelompok tersebut, demikian pula
androginofor kadang-kadang membengkak sebaliknya.
disebut trochlea. Daun kelopak bejumlah 5, Penentuan jauh dekatnya hubungan
sebagian besar lepas, berdaging atau seperti kekerabatan antar satuan taksonomi dapat
selaput. Daun mahkota berjumlah 5 atau dilakukan melalui pendekatan numerik
tidak ada, tersusun berseling terhadap (Sneath dan Sokal, 1973), didasarkan pada
kelopak. Mahkota tambahan sebagian besar sejumlah ciri morfologi dari berbagai jenis
bervariasi dan pada dasarnya terdiri dari organisme. Selanjutnya dilakukan
filamen panjang disebut radii, di sebelah pengelompokkan sesuai dengan tingkat
dalam radii terdapat filamen yang lebih kesamaan (similarity) dan perbedaan
pendek dari radii disebut pali, dan di bagian (disimilarity) ciri yang dibandingkan.
dalam pali terdapat lembaran tipis disebut Kemiripan diusahakan sebanyak mungkin.
operkulum yang menutupi ruang nectar di Pada umumnya diperlukan 50-100 ciri yang
dalam annulus. Benang sari berjumlah 5 diperlukan untuk dibandingkan antara
jarang 8 yang menempel pada ujung organisme yang satu dengan yang lainnya.
androginofor. Tipe benang sari bergoyang. Taksimetri atau taksonomi numerik
Kepala sari berbentuk garis, bulat telur atau adalah salah satu metode untuk menentukan
memanjang. Tangkai putik berjumlah 3 jauh dekatnya hubungan kekerabatan yang
jarang 4, dan kepala putik berkepala. Bakal mengupayakan untuk mengurangi efek
buah berbentuk bulat sampai seperti tombak, subjektivitas peneliti bidang taksonomi.
terletak di ujung androginofor. Bakal buah Penentuan jauh dekatnya hubungan
beruang satu yang terdiri dari 3-5 daun buah. kekerabatan dengan menggunakan sifat-sifat
Bakal biji banyak, plasenta parietal, bakal yang diberi bobot yang sama, karena semua
biji melekat pada masing-masing plasenta, sifat dianggap sama pentingnya. Perbedaan
anadropus. Buah: umumnya tidak pecah, sifat-sifat yang menentukan korelasi terlihat
buni dan berbentuk bulat sampai bulat telur. sesudah penelitian selesai (Sulasmi, 1997).
Biji: permukaan biji berbintik-bintik seperti
jala atau berlekuk pada kedua ujungnya, biji ANALISIS KEKERABATAN
diselubungi oleh selaput biji yang berlendir.
Penentuan jauh dekatnya hubungan
kekerabatan antara jenis-jenis Passiflora
HUBUNGAN KEKERABATAN
yang berhasil dikoleksi adalah sebagai
Kajian tentang kekerabatan berikut.
merupakan salah satu, aspek penting yang a. Tahap pertama: menentukan Satuan
dipelajari dalam taksonomi. Menurut Davis Taksonomi Operasional (STO). Satuan
dan Heywood (1973), kekerabatan antar Taksonomi Operasional adalah satuan
kelompok taksonomi dapat ditinjau dari 2 taksonomi yang dijadikan dasar
sudut pandang, yaitu fenetik dan filetik. penelitian, mungkin berupa infra spesies,
Kekerabatan fileetik yaitu kekerabatan yang jenis atau marga. Dalam hal ini, semua
didasarkan pada sifat tumbuhan secara jenis Passiflora yang berhasil ditemukan
filogenik (Stuessy, 1990). Oleh karena itu,

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 18


dari daerah kotamadya dan kabupaten Setiap spesimen herbarium yang diteliti
Probolinggo. disebut STO. Berdasarkan ciri-ciri yang
b. Tahap kedua: menentukan ciri-ciri dari diamati ditentukan karakter-karakter yang
setiap STO. Agar diperoleh hasil yang bersifat mantap, kemudian disusun dalam
memuaskan maka paling sedikit Tabel 1. Karakter yang sesuai diberi kode
diperlukan 50 karakter/ ciri yang mantap (+) dan yang tidak sesuai diberi kode (-).
yaitu ciri yang tidak mudah dipengaruhi Selanjutnya karakter-karakter yang sama
oleh lingkungan (Sneath dan Sokal dalam dijumlah, demikian pula karakter-karakter
Davis dan Heywood, 1973). Dalam yang tidak sama. Hasil perhitungan disajikan
penelitian ini digunakan 105 ciri dalam matrik jumlah karakter pasangan STO
morfologi organ vegetatif dari jenis-jenis tercantum pada Tabel 2.
Passiflora yang ditemukan.
c. Tahap ketiga: pengukuran kemiripan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui jauh dekatnya
hubungan kekerabatan antara 2 takson, Berdasarkan hasil identifikasi di daerah
pasangan-passangan STO diukur indeks kotamadya dan kabupaten Probolinggo
kemiripannya dengan menggunakan ditemukan 7 jenis Passiflora. Berikut
koefisien asosiasi yang dihitung dengan disajikan ciri morfologi jenis-jenis
Passiflora.

menggunakan rumus:
Keterangan: Passiflora foetida L.
S: koefisien asosiasi sepasang STO yang Memilki ciri-ciri morfologi antara lain
dibandingkan ns: jumlah karakter yang perawakan terna memanjat. Sulur batang:
sama (+) untuk sepasang STO yang silindris, hijau tua, panjang antara 15-25 cm,
dibandingkan nd: jumlah karakter yang arah putarannya ke kanan dan ke kanan ke
tidak sama (+ pada satu STO dan pada kiri. Batang: silindris arah tumbuh batang
STO yang lain) untuk sepasang STO memanjat menggunakan sulur dahan,
yang dibandingkan. berwarna hijau muda, berambut roma
panjang yang panjangnya antara 0,35-0,45
mm. Cabang: tipe percabangan simpodial,
d. Tahap keempat: pengelompokkan bulat, hijau muda, berambut roma yang
(clustering) yaitu pengelompokkan panjangnya 0,35-0,45 mm, terdapat sulur
terhadap STO dengan menggunakan yang berbentuk silindris, berwarna hijau tua,
analisis “cluster”. Hasil perhitungan panjang 15-25 cm, arah putaran ke kanan
disajikan dalam bentuk dendogram dan ke kanan ke kiri, berambut roma. Daun:
taksonomi secara hierarki. terserak, rumus ½, bertangkai. Tangkai
daun: normal silindris, hijau muda, panjang
5-6 cm, permukaan berambut roma dan
KOLEKSI JENIS-JENIS PASSIFLORA permukaan atas terdapat rambut dengan
DI DAERAH KOTAMADYA DAN ujung berkelenjar. Helaian daun: bulat
KABUPATEN PROBOLINGGO telur, panjang 8-10 cm, lebar 7-8 cm,
Pengambilan spesimen dilakukan panjang 1-1 ½ x lebar, pangkal berlekuk,
dengan cara jelajah bebas pada daerah yang ujung meruncing, tepi berlekuk menjari
berketinggian 400 m dpl meliputi 9 terdapat rambut yang ujungnya berkelenjar
kecamatan yaitu Moyangan, Lumbang, di antara rambut roma pada tepi helaian,
permukaan atas berambut roma jarang,
Sukopura, Dringu, Leces, Kraksaan, Maron,
permukaan berambut roma rapat, warna
Tiris dan Berun. Hasil koleksi diawetkan
hijau muda, bertulang daun menjari, jumlah
dalam bentuk herbarium, kemudian
tulang 3, tulang sekunder tidak sampai tepi
dideskripsi ciri-ciri morfologinya.
daun, peruratan menjala. Stipula: 2, bentuk
Selanjutnya diidentifikasi dengan
bulan sabit, panjang 4-6 mm, lebar 1,5-2
menggunakan kunci identifikasi yang
mm, panjang 1 ½ - 2 ½ x lebar, pangkal
dimuat dalam “Flora of Java” (Backer dan melengkung, ujung membulat, warna hijau,
Bakhuizen van den Brink, 1963). permukaan berambut roma dan rambut

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 19


dengan ujung berkelenjar, tidak luruh. pangkal angulus, permukaan atas mengkilap,
Bunga: bunga tunggal, letak aksilar. bawah gundul, hijau tua, pertulangan
Braktea: bentuk lembaran bulat telur, menjari, peruratan menjala. Stipula: 2
panjang 2,5-3cm, pangkal rata, ujung bentuk lanset, panjang 5-10 mm, lebar 1,5-2
runcing, warna hijau muda, permukaan atas mm, pangkal rata, ujung meruncing, tepi
dan bawah berbulu. Tangkai bunga: bentuk rata, hijau tua, permukaan gundul, tidak
bulat, panjang 3,8-4,6cm, warna hijau muda, luruh. Bunga: aksilar, banci, aktinomorf.
permukaan halus. Daun kelopak: jumlah 5 Tangkai bunga: berbuku, pada buku
bebas, bentuk segitiga, ukuran 2,3-2,5 cm x ditemukan 3 braktea, bulat, hijau tua,
1,1-1,3 cm, warna hijau keputihan, panjang 55-65 mm, permukaan gundul.
permukaan luar dan permukaan dalam halus. Braktea: bangun jantung, panjang 15-16
Mahkota: jumlah petal 5 lepas, bentuk bulat mm, lebar 10-11 mm, pangkal rata, ujung
telur, ukuran 1,7-2 cm x 0,8-1 cm, warna meruncing, tepi bergerigi, terdapat kelenjar,
putih, permukaan luar dan dalam halus, petal pada angulus, permukaan gundul,
dalam satu lingkaran. Benang sari: jumlah pertulangan menyirip. Daun kelopak:
5, tangkai benang sari saling lepas tetapi jumlah sepal 5, memnjang, ujung aristatus,
berlekatan dengan putik pada penonjolan panjang, 23-24 mm, lebar 9,5-10,5 mm,
dasar bunga (androginofor), panjang 0,5-0,7 pangkal rata, permukaan luar dan dalam
cm, panjang anthera 0,4 cm, corona hijau. Daun mahkota: 5, bentuk
berwarna ungu keputihan panjang 0,9-1,2 memanjang, panjang 20-25 mm, lebar 5-
cm, tipe anther versatilis. Putik: panjang 8 mm, ujung tumpul, pangkal rata, putih,
1,2-1,5 cm. ovarium: panjang 0,4-0,6 cm, permukaan gundul, aestivasi
bentuk bulat, jumlah karpel 3 berlekatan,
quinqunsialis. Corona: 9 lingkaran
jumlah bakal biji, tipe putik parakarp. Buah:
buah sejati tunggal kering, bentuk bulat,
warna putih keunguan. Benang sari: 5.
berdiameter 2,2 cm, panjang 3,2 cm, sisa Tangkai sari: bentuk pipih, segitiga,
bunga yang ikut membentuk buah braktea, panjang 8-10 mm, hijau berbintik ungu,
pangkal buah membulat, ujung membulat, permukaan gundul. Kepala sari: 5, bulat
jumlah ruang satu, pemukaan halus, buah memanjang,panjang 7-10 mm, kuning.
tidak pecah, jika masak berwarna kuning. Putik: parakarp. Bakal buah: superus,
Biji: tipe plasenta parietalis, funikulus bulat telur, diameter 4-6 mm. Tangkai
pendek, ukuran 4 x 3 mm, bentuk ovalis, putik: bulat ke ujung beralur di bagian
warna waktu muda hijau muda, tua hitam, tengah, hijau, panjang 9-10 mm,
jumlah tiap plasenta 12-16, kulit biji tipis permukaan gundul. Kepala putik:
kuat, biji berselaput biji jika tua rasanya
berkepala, kuning muda, permukaan
manis.
gundul. Biji: banyak, pipih, panjang 7-8
mm, lebar 5-6 mm, warna biji muda
Passiflora edulis Sims. putih, tua hitam, berselaput kuning
Herba: liana, memanjat dengan sulur transparan, rasa manis agak masam,
dahan. Batang: bulat, hijau kecoklatan, plasenta parietal laminalis. Buah: buni,
permukaan gundul, terdapat sulur: silindris, bulat memanjang, warna buah muda
hijau tua, panjang 15-25 mm, permukaan hijau keputihan, warna masak kuning.
gundul. Cabang: tipe percabangan
simpodial, bulat, hijau tua, permukaan
mengkilap, terdapat sulur: silindris, hijau Passiflora ligularis
tua, panjang 13-35 cm. Daun: terserak, Perawakan: terna memanjat. Batang:
rumus daun ½, daun bertangkai. Tangkai bulat, memanjat dengan menggunakan sulur
daun: silindris, hijau tua, panjang 5-6 cm, dahan, warna hijau kecoklatan, permukaan
permukaan mengkilap, terdapat kelenjar: gundul, sulur: silindris, warna hijau, panjang
bentuk ginjal, jumlah 2, letak di ujung 15-30 cm, arah putaran ke kanan dan ke
tangkai daun. Helaian daun: bentuk jantung, kanan ke kiri, permukaan gundul. Cabang:
panjang 14-20 cm, lebar 7-9 cm, panjang 1-1 tipe percabangan simpodial, bentuk bulat,
½ x L, pangkal berlekuk, ujung meruncing, warna hijau, permukaan gundul, terdapat
tepi palmatifidus, terdapat kelenjar pada sulur: silindris, hijau tua, panjang 15-30 cm,

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 20


arah putaran ke kanan dan ke kanan ke kiri, berseling ungu dengan jumlah seling ungu
permukaan gundul. Daun: terserak, rumus 11. Pali: jumlah lingkaran 3, bentuk silindris
½, bertangkai. Tangkai daun: silindris, ke ujung mruncing, panjang lingkaran I dan
warna hijau tua, panjang 9-10 cm, III sama yaitu 2-3 mm, panjang lingkaran II
permukaan gundul, terdapat kelenjar: 13-15 mm,warna tiap lingkaran sama yaitu
silindris, jumlah 4-5, letak di tengah sampai ungu. Operkulum: bentuk lembaran, tipis
ujung tangkai permukaan atas. Helaian menyelaput, panjang 8-11 mm, warna ungu.
daun: jantung, panjang, 14-17 cm, lebar 11- Benang sari: jumlah 5. Tangkai sari:
13 cm, panjang 1 ¼-1 ½ x lebar, pangkal bentuk pipih, panjang 10-11 mm, lebar 2-3
berlekuk, ujung meruncing, tepi rata, mm, warna hijau, permukaan gundul.
permukaan atas dan bawah gundul, warna Kepala sari:jumlah 5, bentuk bulat
hijau tua, pertulangan menyirip, tulang memanjang, panjang 8-9 mm, warna kuning,
sekunder tidak sampai tepi, jumlah tulang cara membuka melalui celah membujur,
10-11 pasang, peruratan menjala. Stipula: 2, kedudukan terhadap tangkai sari bergoyang
bentuk bulat telur memanjang, panjang 35- dan melekat di bagian tengah kepala sari.
40 mm, lebar 12-15 mm, panjang 3 x lebar, Putik: parakarp. Bakal buah: menumpang
pangkal rata, ujung meruncing, tepi bulat telur, hijau, diameter 5-6 mm,
bergerigi, warna hijau tua, permukaan permukaan gundul. Tangkai putik: bulat ke
gundul, tidak luruh. Bunga: aksilar, banci, ujung membesar dan memipih, warna putih
dan aktinomorf. Tangkai bunga: berbuku kehijauan, panjang 10-11 mm, permukaan
dan pada buku terdapat 3 hilai brakte, gundul. Kepala putik: bentuk berkepala,
bentuk sebelum dan setelah buku sama yaitu warna kuning muda, permukaan gundul.
bulat, warna hijau tua, panjang 34-40 mm, Buah: buni, bulat, panjang, 60-70 mm,
permukaan gundul. Brakte: jumlah 3, diameter 50-60 mm, ketebalan daging buah
bentuk bulat telur, panjang 30-40 mm, lebar 7-10 mm, warna masak kuning, bau harum.
13-15 mm, panjang 2 ½-3 x lebar, pangkal Biji: bentuk pipih, panjang 5,5-6 mm, lebar
rata, ujung mreuncing, tepi rata, warna hijau 4 mm, coklat kehitaman, jumlah banyak, biji
tua, permukaan gundul, pertulangan diselubungi oleh selaput yang berwarna
menyirip, peruratan menjala, tidak luruh. kuning transparan dam memiliki rasa yang
Androginofor: panjang 12-13 mm, bentu manis agak masam dan letak plasenta
segitiga makin ke ujung meramping, warna parietalis.
putih berbintik ungu. Dasar bunga: hijau
tua, diameter 15-16 mm, bentuk cawan pada
Passiflora quadrangularis L.
bagian tengah menonjol membentuk
androginofor, permukaan luar dan dalam Herba: berkayu, liana. Batang: bentuk
gundul, letak perhiasan terhadap dasar segi empat, bersayap, diameter 0,5-0,7 cm,
bunga menumpang. Daun kelopak: 5, percabangan simpodial, warna hijau,
bentuk bulat telur memanjang, tebal di permukaan gundul, memanjat dengan
bagian tengah 1-1,5 mm ke tepi menipis, menggunakan sulur dahan, warna hijau
panajang 2 ½ - 3 ½ x lebar, ujung aristatus, kecoklatan, permukaan gundul. Sulur:
pangkal rata, permukaan luar dan dalam silindris, hijau kekuningan, panjang 30-40
gundul, pertulangan sejajar, aestivasi cm, permukaan gundul. Cabang: bentuk
quinqunsialis, warna permukaan luar hijau segi empat bersayap, hijau muda, permukaan
muda, warna permukaan dalam hijau gundul, terdapat sulur: silindris, hijau
keputihan. Daun mahkota: 5, bentuk kekuningan, panjang 30-40 cm, permukaan
memanjang sampai lenset, panjang 20-22 gundul. Daun: tunggal, bertangkai, tersebar,
mm, lebar 4-5 mm, panjang 4-5 x lebar, rumus ½. Tangkai daun: bentuk pangkal
ujung tumpul, pangkal rata, hijau keputihan, dan ujung segi empat, bersayap, ke ujung
permukaan gundul, aestivasi menyirap. beralur pada permukaan atas, hijau muda,
Mahkota tambahan: jumlah lingkaran 7, panjang 3-4 cm, permukaan gundul, terdapat
terdiri atas radii, pali dan operkulum. Radii: kelenjar: bulat, jumlah 6, letak di tengah
jumlah lingkaran 2, bentuk silindris lurus sampai ujung tangkai permukaan atas.
makin ke ujung meruncing, ujung tumpul, Stipula: jumlah 2, liberae, tetap tidak gugur,
panjang lingkaran I-II sama yaitu 29-30 mm, bentuk bulat telur, berhadapan, monosimetri.
warna lingkaran I dan II sama yaitu putih Helaian: bentuk bulat telur, pangkal rata,

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 21


ujung meruncing, ukuran relatif P = 1 ½ x L, berlukuk, ujung aristatus, tepi bercangap
ukuran sesungguhnya: P = 15,5-16 cm x L = menjari dan pada sinus terdap kelenjar
11,7-13,5 cm, tepi rata, permukaan atas sebanyak 8, permukaan atas dan bawah
mengkilat, permukaan bawah suram, warna gundul, warna hijau tua, pertulangan
hijau, system pertulangan menyirip, tulang menjari, jumlah tulang 3, tulang sekunder
daun sekunder tidak sampai ke tepi, urat tidak sampai tepi daun, peruratan menjala.
daun retikulatus. Bunga: tunggal, aksilar. Stipula: 2, bentuk ginjal yang pada salah
Braktea: bentuk jantung, panjang 3,3-3,5 satu sisi melebar sedangkan sisi yang lain
cm, pangkal rata, ujung meruncing, warna menyempit dan terdapat rambut sikat,
hijau, permukaan halus. Tangkai bunga: panjang 4,506 mm, lebar 10-13 mm, panjang
bentuk segi empat, panjang 2-2,5 cm, warna 2-2 ¼ x lebar, pangkal rata, ujung membulat,
hijau, permukaan halus. Kelopak: jumlah tepi rata, warna hijau tua, permukaan
sepal 5-6 lepas, quinqunsialis, bentuk gundul, tidak luruh. Bunga: aksilar, banci,
memanjang, ujung tumpul, bawah rata, aktinomorf. Tangkai bunga: berbuku dan
panjang 2,5 x L, ukuran sesungguhnya 3,5- pada buku terdapat 3 helai braktea, bentuk
3,8 cm x 1,8-2 cm, warna hijau, permukaan sebelum dan setelah buku bulat, warna hijau
luar halus, warna hijau, permukaan dalam tua, panjang 53-64 mm, permukaan gundul.
putih tepi ungu. Mahkota: jumlah petal 5-6, Braktea: 3, bentuk bulat telur, panjang 10-
polipetalus, imbricata, panjang 2,5 x L, 11 mm, lebar 7-8 mm, panjang 1 ¼ - 1 ½ x
ukuran sesungguhnya 2,8-3 cm x 1-1,2 cm, lebar, pangkal meruncing, ujung runcing,
warna permukaan luar dan dalam ungu, tepi bergerigi, warna hijau, permukaan
halus, dalam satu lingkaran. Benang sari: gundul, pertulangan menyirip, peruratan
jumlah 5, filamentum lepas, membentuk menjala, tidak luruh. Androginofor:
androginofor, dalam satu lingkaran, panjang panjang 30-31 mm, bentuk bulat
filamentum 0,8-1 cm, panjang anthera 0,7- memanjang, warna putih. Dasar bunga:
0,8 cm, corona warna putih keunguan, hijau tua, diameter 10-11 mm, bentuk cawan
panjang 5-5,5 cm, tipe benang sari: yang pada bagian tengah menonjol
versatilis, anthera membuka dengan celah membentuk androginofor, permukaan luar
membujur. Putik: tipe parakarp. Ovarium: dan Dallam gundul, letak perhiasan bunga
panjang 1-1,2 cm, bentuk segi tiga, jumlah terhadap dasar bunga menumpang. Daun
kapelum 3, jumlah bakal biji. Stylus: kelopak: 5, bentuk bulat telur memanjang
panjang 0,9-1 cm. Stigma: jumlah 3, agak lanset, tebal bagian tengaj 1 mm, tebal
panjang 0,3-0,4 cm. bagian tepi 0,5 mm, panjang 38-40 mm,
lebar bagian pangkal 9-12 mm, lebar bagian
tengah 14-15 mm, panjang 3-3,5 x lebar,
Passiflora caerulea-racemosa Sabine
ujung aristatus, pangkal rata, permukaan luar
Perawakan: terna memanjat. Batang: dan dalam gundul, pertulangan sejajar,
silindris, memanjat menggunakan sulur aestivasi quinqunsialis, warna permukaan
dahan, warna hijau kecoklatan, permukaan luar hijau keunguan, warna permukaan
gundul. Sulur batang: silindris, hijau tua, dalam ungu. Daun mahkota: 5, bentuk
panjang 14-20 cm, arah putaran ke kanan memanjang agak lanset, panjang 38-40 mm,
dan ke kanan ke kiri, permukaan gundul. lebar 10-12 mm, panjang 3,5-4 x lebar,
Cabang: tipe percabangan simpodial, ujung tumpul, pangkal rata, warna ungu tua,
bentuk bulat, warna hijau tua, permukaan permukaan gundul, aestivasi kohlearis
gundul, terdapat sulur yang berbentuk apotak. Mahkota tambahan: jumlah
silindris, warna hijau tua, panjang 14-20 cm, lingkaran 6, dan terdiri atas 3 struktur yaitu
arah putaran ke kanan dan ke kanan ke kiri, radii, pali dan operkulum. Radii: jumlah
permukaan gundul. Daun: terserak, rumus lingkaran 2, silindris lurus dan makin ke
½, bertangkai. Tangkai daun: silindris, ujung meruncing, ujung tumpul, panjang
hijau tua, panjang 2-3 cm, permukaan lingkaran I dan II sama yaitu 23-24,5 mm,
gundul, terdapat kelenjar: bulat memanjang, warna lingkaran I dan II sama yaitu
jumlah 2-3 dan terletak di bagian tengah nberseling antara ungu-putih-ungu. Pali:
sampai ujung tangkai permukaan atas. jumlah lingkaran 3, bentuk silindris, ke
Helaian: jantung, panjang 5-6 cm, lebar 7,5- ujung meruncing, panjang lingkaran I dan II
8,5 mm, panjang 1 ¼ - 1 ½ x lebar, pangkal sama yaitu 3-4 mm, panjang lingkaran III 6-

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 22


6,5 mm, warna tiap lingkaran sama yaitu bentuk memanjang 4 x L, ukuran 4,5-5 cm x
ungu tua. Operkulum: lembaran, pipih 1,2-1,3 cm, warna merah, permukaan luar
dengan ujung berjelambir, panjang 11-12 dan dalam halus seperti beludru, dalam satu
mm, warna ungu tua. Benag sari: 5. lingkaran. Benang sari: jumlah stamen 5,
Tangkai sari: pipih, panjang 8-10 mm, versatilis, filamentum terpisah, terdapat
lebar 1,5-2 mm,warna hijau berbintik ungu, androginofor, panjang filamen 1,5-2 cm,
permukaan gundul. Kepala sari: 5, bulat panjang anthera 1,9 cm, corona 3 lingkaran
memanjang, panjang 9-10 mm, warna warna putih, panjang bervariasi. Putik: tipe
kuning, cara membuka melalui celah parakarp. Ovarium: panjang 0,5-0,7 cm,
membujur, kedudukan terhadap tangkai sari bentuk bulat, jumlah karpelum 3, bakal biji
bergoyang, melekat pada bagian tengah tak terhingga, plasenta parietalis. Stylus:
kepala sari. Putik: parakarp. Bakal buah: panjang 1,5 cm. stigma: panjang 0,4-0,5
menumpang, lonjong, hijau keunguan, cm, jumlah 3, bentuk seperti corong.
diameter 4-5 mm, permukaan berambut.
Tangkai putik: bulat ke ujung membesar
dan beralur pada bagian tengah permukaan a. Passiflora coccinea L.
atas, warna ungu tua, panjang 12-15 mm, Herba: liana. Batang: batang bulat,
permukaan gundul. Kepala putik: diameter 0,3-0,5 cm, percabangan
berkepala, warna hijau tua, permukaan simpodial, warna hijau kecoklatan,
gundul. Buah: tidak ditemukan. permukaan berbuku halus, panjang 0,2-3
mm, batang memanjat dengan menggunakan
Passiflora vitifolia H.B.K. sulur yang keluar dari pangkal tangkai daun.
Sulur batang: silindris, hijau, panjang 15-
Herba: liana. Batang: bentuk bulat, 25 cm, permukaan berambut roma. Daun:
percabangan monopodial, warna coklat, filotaksis tersebar (folia sparsa), daun
kehijauan, permukaan berbulu halus, tunggal bertangkai, rumus 1/2. Tangkai
panjang 0,2-0,3 mm, terdapat sulur yang daun: bentuk bulat, warna hijau tua,
muncul dari pangkal tangkai daun. Sulu panjang 3-4 cm, permukaan berambut roma,
batang: sil;indris, hijau, panjang 16-24 cm. terdapat kelenjar bentuk bulat, jumlah 2
Daun: tersebar, tunggal, bertangkai, rumus terletak di pangkal tangkai daun. Stipula:
½. Stipula: jumlah 2, tipe liberae, tidak liberae sepasang, bentuk lembaran,
gugur, berhadapan, monosimetri. Tangkai meruncing, panjang 0,3-0,5 cm. Helaian
daun: brntuk pangkal dan ujung bulat, daun: bentuk bulat telur, pangkal bertorh,
panjang 2,7-2,9 cm, warna hijau kecoklatan, ujung tumpul, ukuran relatif panjang P = 1,5
permukaan berbulu halus, terdapat kelenjar x L, ukuran sesungguhnya: 7,5-9,5 cm x 7-
berbentuk bulat, jumlah 2-4 di pangkal 8,5 cm, tepi dentatus, setuap sinus terdapat
tangkai atau di pangkal dan ujung tangkai kelenjar, permukaan atas kasap, permukaan
daun. Helaian: bentuk segi 3, pangkal bawah berbulu halus, warna permukaan atas
berlekuk, ujung tumpul, panjang 1 x L, hijau, bawah hijau muda, tulang daun
ukuran 9-9,5 cm, tepi palmatipartitus, setiap menyirip, tulang dau sekunder tidak sampai
sinus terdapat kelenjar, permukaan atas dan ke tepi, peruratan retikulatus. Stipula: 2
bawah berbulu kasar, berwarna hijau, luruh, bentuk lanset, panjang 4-5 mm, lebar
pertulangan menjari, tulaung daun sekunder 1-2 mm, pangkal rata, ujung meruncing, tepi
sampai ke tepi, urat daun reticulates. Bunga: bergerigi dan terdapat satu kelenjar pada
tunggal aksilar. Braktea: bentuk oval, angulus bagian pangkal warna hijau
panjang 3,5-4 cm, pangkal rata, ujung kecoklatan, permukaan berambut roma.
runcing, tepi terdapat kelenjar, warna merah Bunga: bunga tunggal, aksilar, bertangkai,
muda, permukaan berbulu halus. Tangkai banci, aktinomorf. Tangkai bunga: bentuk
bunga: bentuk bulat, panjang 7-7,5 cm, bulat, panjang 5,2-5,5 cm, berbuku, warna
warna hijau, permukaan berbulu. Kelopak: hijau kecoklatan, permukaan berbulu halus.
jumlah sepa 5, polisipalus, imbricata- Braktea: bentuk oval, terdapat kelenjar
quinqunsialis, panjang 4 x L, ukuran 4,5-5 pada tepi-tepinya, panjang 3,5-3,7 cm,
cm x 1-1,2 cm, warna permukaan luar merah pangkal rata, unjung tumpul, warna hijau
kehijauan, dalam merah, berbulu halus. muda, permukaan atas dan bawah halus.
Mahkota: jumlah petal 5 lepas, kohlearis, Daun kelopak: jumlah 5 lepas,

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 23


quinqunsialis, bentuk oval, ukuran P= 3xL, Ovarium: panjang 0,4-0,5 cm, jumlah
ukuran sesungguhnya 4,7-4-9 x 1,3-1,7 cm, karpelum 3, jumlah bakal biji tak terhingga,
warna hijau kemerahan, permukaan halus. panjang stilus 1-1,1 cm. Stigma: panjang
Mahkota: jumlah petal 5, kokhlearis, poli 0,2 cm, jumlah 3, bentuk bulat.
petalus, bentuk oval, ukuran relatif P= 3x L,
ukuran sesungguhnya 4,5-5 cm x 1,4-1,6
cm, warna permukaan luar dan dalam
HUBUNGAN KEKERABATAN JENIS-
merah, dalam satu lingkaran. Benang sari:
JENIS PASSIFLORA
jumlah 5 filamentum lepas tetapi bergabung
dengan putik pada androginofor, dalam satu Karakter-karakter dari STO-STO yang
lingkaran, panjang 1-1,2 cm, panjang dibandingkan disajikan pada Tabel 1.
filamentum 1-1,2 cm, panjang anther 0,5-0,8 Karakter yang ada pada STO diberi kode (+)
cm, corona 3 lingkaran, warna putih dan yang tidak ada pada STO diberi kode (-
keunguan, panjang androginofor 3,4-4 cm, ).
warna merah muda, tipe benang sari
versatilis, anthera membuka dengan celah
membujur. Putik: tipe putik parakarp.

Tabel 1. Karakter pada Satuan Taksonomi Operasional (STO)


No Karakter Morfologi A B C D E F G
1 Perawakan terna memanjat + + + + + + +
2 Bentuk penampang melintang batang bulat + + + - + + +
3 Bentuk penampang melintang segi empat terdapat - - - + - - -
sayap pada sudutnya
4 Arah tumbuh batang memanjat menggunakan sulur + + + + + + +
dahan
5 Warna batang hijau + - - - - - +
6 Warna batang hijau kecoklatan - + + + + + -
7 Permukaan batang gundul - + + + + - -
8 Permukaan batang berambut roma dengan panjang - - - - - + +
0,2-0,3 mm
9 Permukaan batang berambut roma dengan panjang + - - - - - -
0,35-0,45 mm
10 Bentuk sulur silindris + + + + + + +
11 Warna sulur hijau + - + - - + +
12 Warna sulur hijau tua - + - - + - -
13 Warna sulur hijau kekuningan - - - + - - -
14 Panjang sulur13-35 cm + + + - + + +
15 Panjang sulur 30-40mm - - - + - - -
16 Arah putaran sulur ke kanan ke kiri + + + + + + +
17 Permukaan sulur gundul - + + + + - -
18 Permukaan sulur berambut roma + - - - - + +
19 Tipe percabangan simpodial + + + + + + +
20 Bentuk penampang melintang percabangan simpodial
+ + + - + + +
bulat
21 Bentuk penampang melintang percabangan simpodial
- - - + - - -
segi 4
22 Warna percabangan hijau - - + - - + +
23 Warna percabangan mengkilap + - - + - - -
24 Warna percabangan hijau tua - - - - + - -
25 Permukaan percabangan gundul - - + + + - -
26 Permukaan percabangan mengkilap - + - - - - -
27 Permukaan percabangan berambut roma panjang 0,2-
- - - - - + +
0,3 mm

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 24


28 Permukaan percabangan berambut roma panjang
+ - - - - - -
0,35-0,45 mm
29 Bentuk sulur cabang silindris + + + + + + +
30 Warna sulur cabang hijau + - + - - + +
31 Warna sulur cabang hijau tua - + - - + - -
32 Warna sulur cabang kekuningan - - - + - - -
33 Panjang sulur cabang 13-35 cm + + - - + + +
34 Panjang sulur cabang 14-20 cm - - + - - - -
35 Panjang sulur cabang 15-30 cm - - - + - - -
36 Panjang sulur cabang 30-40 cm + + + + + + +
37 Panjang sulur cabang16-24 cm - + + + + - -
38 Arah putaran cabang ke kanan dan ke kiri + - - - - + +
39 Permukaan cabang gundul + + + + + + +
40 Permukaan cabang berambut roma + + + + + + +
41 Tanda letak daun terserak + + + + + + +
42 Rumus daun ½ + + + + + + +
43 Daun bertangkai + - - + - - -
44 Bentuk tangkai daun silindris - + + - + + +
45 Bentuk tangkai daun silindris, ke ujung beralur pada
- + - + + + +
permukaan atas
46 Warna tangkai daun hijau muda + - + - - - -
47 Warna tangkai daun hijau tua - + - - - - -
48 Panjang tangkai daun 2-4 cm + + + - + - -
49 Panjang tangkai daun 5-10 cm - - - - + - -
50 Bentuk kelenjar ginjal - - + - - - -
51 Bentuk kelenjar bulat + - - - - - -
52 Bentuk kelenjar bulat memanjang + - - - - - -
53 Bentuk kelenjar bulat silindris - + + + + + +
54 Bentuk kelenjar rambut ujung berkelenjar seperti
+ - - - - - -
gada
55 Jumlah kelenjar banyak - + + - + + -
56 Jumlah kelenjar 2-6 - - - + - - +
57 Panjang helaian daun bulat 5-6 cm - - - - + - -
58 Panjang helaian daun 7-13 cm - - - - - + +
59 Panjang helaian daun 14-25 cm + + + + - - -
60 Lebar helaian daun 6-9 cm + - - - + - +
61 Lebar helaian daun 11-14 cm - - + + - - -
62 Lebar helaian daun 15-25 cm - + - - - + -
63 Pangkal dau berlekuk + + + + + + +
64 Ujung daun meruncing + + + - - - -
65 Ujung daun runcing - - - + - + -
66 Ujung daun aristatus - - - - + - +
67 Tepi daun berlekuk menjari + - - - - - -
68 Tepi daun bercangap menjari - + - - + + -
69 Tepi daun berlekuk menyirip - - - - - - +
70 Tepi daun rata - - + + - - -
71 Permukaan atas daun berambut roma jarang + - - - - + +
72 Permukaan atas daun mengkilap - + - - - - -
73 Permukaan atas daun gundul - - + + + - -
74 Permukaan bawah daun berambut roma rapat + - - - - + +
75 Permukaan bawah daun gundul - + + + + - -
76 Pertulangan daun menjari, tulang sekunder tidak
+ + - - + + -
sampai tepi daun
77 Pertulangan daun menyirip, tulang sekunder tidak
- - + + - - +
sampai ketepi daun

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 25


78 Jumlah tulang daun 3 + + - - + + -
79 Jumlah tulang daun 7-8 ps - - - - - - +
80 Jumlah tulang daun 10-12 ps - - + + - - -
81 Peruratan daun menjala + + + + + + +
82 Jumlah stipula 2 + + + + + + +
83 Bentuk stipula bulan sabit + - - - - - -
84 Bentuk stipula lanset - + - - - + +
85 Bentuk stipula bulat telur memanjang - - + - - - -
86 Bentuk stipula bulat telur sungsang - - - + - - -
87 Bentuk stipula ginjal - - - - + - -
88 Panjang stipula 4-10 mm + + - - + + +
89 Panjang stipula 30-40 mm - - + + - - -
90 Lebar stipula 1-2 mm + + - - - + +
91 Lebar stipula 10-20 mm - - + + + - -
92 Pangkal stipula melengkung + - - - - - -
93 Pangkal stipula rata - + + + + + +
94 Ujung stipula membulat + - - - + - -
95 Ujung stipula meruncing - + + + - + +
96 Tepi stipula berambut roma dan berambut dengan
+ - - - - - -
ujung berkelenjar
97 Tepi stipula bergerigi - - + - - + +
98 Tepi stipula rata - + - + + - -
99 Warna stipula hijau + - - - - - -
100 Warna stipula hijau muda - + - + - - -
101 Warna stipula hijau tua - - + - + - -
102 Warna stipula hijau kecoklatan - - - - - + +
103 Permukaan stipula berambut dan berambut kelenjar + - - - - - -
104 Permukaan stipula gundul - + + + + - -
105 Permukaan stipula berambut roma - - - - - + +
Keterangan:
A: Passiflora foetida L., B: Passiflora edulis Sims., C: Passiflora ligularis, D: Passiflora
quadrangularis L., E: Passiflora caerulea-racemosa Sabine, F: Passiflora vitifolia H.B.K.,
G: Passiflora coccinea L.

Berdasarkan Tabel 1, karakter-karakter yang satu STO dan berkode (-) pada STO yang
sama berkode (+) pada kedua STO di setiap lain). Hasil perhitungan disusun dalam
pasang STO dijumlah. Demikian pula matrik jumlah karakter pasangan STO pada
karakter yang tidak sama (berkode (+) pada Tabel 2

Tabel 2. Matrik Jumlah Pasangan Satuan Taksonomi Operasional


Takson A B C D E F G
G 28 27 25 20 24 38 -
F 28 32 26 19 28 - 14*
E 23 36 30 27 - 42* 44*
D 17 26 32 - 40* 50* 52*
C 22 30 - 30* 29* 39* 40*
B 23 - 33* 36* 21* 27* 40*
A - 46* 47* 54* 46* 35* 37*
Keterangan:
Tanda *: jumlah karakter yang tidak sama
Tanpa tanda * : jumlah karakter yang sama

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 26


Berdasarkan Tabel 2, dihitung indeks diperoleh koefisien asosiasi dengan tingkat
kemiripan/ indeks similaritas dengan kesamaan sebagaimana disajikan pada Tabel
menggunakan rumus di atas, sehingga 3.
Tabel 3. Tingkat Kesamaan dari Perhitungan STO
Takson A B C D E F G
G 0,43 0,40 0,38 0,27 0,35 0,7 1
F 0,44 0,54 0,40 0,27 0,40 1
E 0,33 0,63 0,50 0,40 1
D 0,23 0,41 0,51 1
C 0,31 0,47 1
B 0,33 1
A 1

Hasil perhitungan koefisien asosiasi berikutnya E dan B yaitu sebesar 0,63.


pasangan-pasangan STO kemudian Swelanjutnya C dan D yaitu sebesar 0,51,
dianalisis dengan analisis pengelompokkan kemudian EB dengan CD sebesar 0,7, GF
(clustering analysis). Pengelompokkan dengan A sebesar 0,26, EBCD dengan GFA
didasarkan atas tingkat kesamaan tertinggi, sebesar 0,22. Hasil perhitungan hubungan
kemudian berturut-turut ke tingkat kesamaan kekerabatan jenis-jenis Passiflora
yang lebih rendah. tercantum dalam dendogram taksonomi
Berdasarkan Tabel 3 pasangan STO hirarki pada gambar 1.
yang menpunyai tingkat kesamaan tertinggi
adalah G dan F, yaitu sebesar 0,7,

0 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,
1 2 3 4 5 6 7
Gambar 1. Dendogram yang menunjukkan hubungan kekerabatan jenis-jenis Passiflora
di daerah Probolinggo. A. Passiflora foetida L., B. Passiflora edulis Sims., C.
Passiflora ligularis, D. Passiflora quadrangularis L., E. Passiflora caeruleo-
racemosa Sabine, F. Passiflora vitifolia H.B.K., G. Passiflora coccinea L.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 27


KESIMPULAN Backer, C.A dan Bakhuizen van der Brink, R.C.
1963. Flora of Java. Vol.1. Groningen: N.V.P
Berdasarkan hasil penelitian dari Noordhoff.
pembahasan dapat disimpulkan bahwa di
daerah kotamadya dan kabupaten Keng, Hsun. 1978. Malayan Seed Plants.
Singapore: University Press.
Probolinggo ditemukan 7 jenis Passiflora
yaitu Passiflora foetida L., Passiflora edulis Sneath PHA, and RR.Sokal. 1973. Numerical
Sims, Passiflora ligularis, Passiflora Taxonomy: The Principles and Practise of
quadrangularis L., Passiflora caerulea- Numerical Classification. San Francisco: WH
racemosa Sabine, Passiflora vitifolia H.B.K. Freeman and Company.
dan Passiflora coccinea L. Sulasmi, Eko. 1997. Kekerabatan Fenetik Jenis-
Passiflora coccinea L. berkerabat dekat jenis Desmodium Desv. di Daerah Istimewa
dengan Passiflora vitifolia H.B.K., Yogyakarta. Jurnal Biologi dan pengajarannya.
Passiflora caerulea-racemosa Sabine
berkerabat dekat dengan Passiflora edulis
Sims, Passiflora ligularis berkerabat agak
dekat dengan Passiflora quadrangularis L.,
Passiflora coccinea L. dan Passiflora
vitifolia H.B.K. berkerabat jauh dengan
Passiflora caerulea-racemosa Sabine dan
Passiflora edulis Sims, Passiflora coccinea
L. dan Passiflora vitifolia H.B.K. berkerabat
jauh dangan Passiflora ligularis dan
Passiflora quadrangularis L. Passiflora
foetida L. berkerabat sangat jauh dengan 6
jenis Passiflora yang lain.
Secara berturut-turut kekerabatan
Passiflora foetida L. terhadap 6 jenis
Passiflora yang lain adalah sebagai berikut.
Passiflora foetida L. berkerabat agak
dekat dengan Passiflora coccinea L. dan
Passiflora vitifolia H.B.K.
Passiflora foetida L. berkerabat agak
jauh dengan Passiflora caerulea-racemosa
Sabine dan Passiflora edulis Sims.
Passiflora foetida L. berkerabat agak
jauh dengan Passiflora ligularis.
Passiflora foetida L. berkerabat sangat
jauh dengan Passiflora quadrangularis L.

SARAN
Supaya mendapatkan gambaran yang
lebih mantap tentang hubungan kekerabatan
jenis-jenis Passiflora maka perlu diadakan
penelitian tentang hubungan kekerabatan
jenis-jenis Passiflora berdasarkan ciri
morfologi dan ciri anatomi.

DAFTAR PUSTAKA
Davis, P.H dan Heywood, V.E. 1973. Principle
of Angiospermae Taxonomy. Huntington, New
York: Robert E. Krieger Publishing Company.
Stuessy, T.E.1990. Plant Taxonomy. New York:
Columbia University Press.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 28


POTENSI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH RAMBUTAN
(Nephelium lappaceum) SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN
BERDASARKAN UJI TOKSISITAS

Sri Rahayu Lestari


Jurusan Biologi, FMIPA-UM Gedung O5, jl Gombong-Malang @bio.um.ac.id.

Abstrak
Kesadaran masyarakat akan bahaya penggunaan antioksidan sintetis meningkatkan permintaan
antioksidan alami yang murah dan punya potensi tinggi. Kulit buah rambutan selama ini dianggap
sebagai limbah dan selalu dibuang diduga mengandung bahan antioksidan yang punya potensi tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah 1) mendapatkan antioksidan alami yang punya potensi tinggi dari ekstrak
etanol kulit buah rambutan, 2) menguji sitotoksisitas ekstrak kulit buah rambutan sebagai antioksidan
alami yang tidak menimbulkan kerugian secara fisiologis sel. Kulit buah rambutan dikeringanginkan
selanjutnya dihancurkan sampai menjadi tepung dan dilakukan ekstraksi dengan menggunakan etanol
95% pada suhu kamar. Filtrat hasil ekstraksi dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotari evaporator
pada suhu 700C. Uji aktivitas pengikatan radikal bebas dilakukan dengan metode DPPH dan uji
sitotoksisitas dilakukan dengan memaparkan sel endotel pada ekstrak etanol kulit buah rambutan dengan
konsentrasi 1,25 µl/ml, 2,50 µl/ml dan 5,00µl/ml selama 24 jam. Data daya antioksidan akan dianilis
probit, sedangkan viabilitas sel akan dianalisis dengan Anova satu jalur. Hasil penelitian menunjukkan
ekstrak kulit buah rambutan memiliki daya antioksidan yang sangat kuat, hal ini dibuktikan dengan
EC50=20,30% kurang dari 50 dan aktivitasnya lebih besar dibandingkan dengan blanko (BHT=Butil
Hidro Tuluen) = 60,82%. Pemaparan ekstrak etanol kulit buah rambutan pada kadar yang berbeda
memberikan efek yang berbeda terhadap viabilitas sel Endotel. Viabilitas sel endotel tidak berbeda nyata
pada perlakuan I (1,25 µl/ml) dan II (2,50 µl/ml), namun berbeda nyata pada perlakuan III (5,00 µl/ml).
Persentase sel endotel yang hidup setelah pemaparan berturut-turut pada perlakuan I, II dan III berutrut-
turut adalah 97,43%, 90,30% dan 67,24%. Dengan demikian, ekstrak etanol kulit buah rambutan tidak
bersifat toksik terhadap sel endotel, karena kematian sel kurang dari 50%.

Kata Kunci: Sitotoksisitas, esktrak etanol kulit buah rambutan, antioksidan.

A. PENDAHULUAN terhhadap kerusakan yang disebabkan oleh


berbagai macam radikal bebas yang masuk
Antioksidan merupakan senyawa yang
ke dalam tubuh.
sangat penting dalam tubuh yang berperan
Diantara beberapa macam tumbuhan,
untuk menangkal radikal bebas (Hoffman, et
buah-buahan merupakan sumber penting
al., 1995; ) Tubuh sebenarnya sudah
antioksidan alami yang penting (Gutierrez,
dilengkapi dengan antioksidan endogen
et al., 2007). Aktivitas antioksidan pada
yang dapat digunakan untuk menangkal
tumbuhan sangat tinggi, terutama pada
radikal bebas, namun karena besarnya
buah karena buah kaya akan komponen yang
radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh
mengandung antioksidan. Komponen
maka tubuh perlu mendapatkan antioksidan
tersebut adalah polifenol seperti flavonoid,
alami yang berasal dari tambahan. Selama
tannin dan katekin (Onkogia, et., al., 2007).
ini antioksidan sintetis sangat popular dan
Berbagai bagian tumbuhan yang
sangat banyak dimanfaatkan oleh
mengandung antioksidan antara lain pada
masyarakat baik pada makanan maupun
akar, batang, daun dan buah. Selain
pada obat-obatan sebagai penangkal radikal
flavonoid, buah juga mengandung banyak
bebas (Onkogia, et., al., 2007). Namun
vitamin yang mampu mengekspresikan
dengan kesadaran masyarakat dalam
antioksidan, contohnya adalah vitamin C,
memperhatikan keamanan antioksidan
Vitamin E dan betakaroten. Aktivitas
sintetis maka antioksidan alami saat ini
antioksidan pada buah bervariasi pada
sangat diminati oleh masyarakat. Hal ini
spesies dan kultivar. (Onkogia, et al, 2007 ;
dibuktikan dengan peningkatan permintaan
Sauriasari, 2007).
antioksidan alami dalam jumlah yang besar.
Antioksidan alami mampu melindungi tubuh

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 29


Rambutan (Nephelium lappaceum) akan digunakan untuk uji sitotoksisitas pada
adalah buah yang tumbuh di Indonesia dan penelitian ini adalah sel endotel.
buah yang sering dikonsumsi oleh Penelitian ini bertujuan untuk (1)
masyarakat karena harganya murah dan mendapatkan antioksidan alami yang punya
setiap saat selalu tersedia di pasaran. Daging potensi tinggi dari ekstrak etanol kulit buah
buah rambutan telah lama diketahui dan rambutan. (2) menguji sitotoksisitas ekstrak
dipercaya mengandung antioksidan. Namun kulit buah rambutan sebagai antioksidan
kandungan antioksidan pada kulit buah alami yang aman digunakan. Penelitian
rambutan belum pernah diteliti. diharapkan menemukan ekstrak etanol kulit
Kulit buah rambutan selama ini masih buah rambutan (Nephelium lappaceum)
dianggap sebagai limbah yang belum yang mengandung bahan bersifat
dimanfaatkan. Limbah tersebut biasanya antioksidan yang aman dan murah.
dibuang dan secara alami terfermentasi
sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap B. METODE PENELITIAN
(Onkogia, et al, 2007). Beberapa penelitian
pada kulit buah dan biji membuktikan Pembuatan ekstrak etanol kulit buah
adanya kandungan antioksidan. Kandungan rambutan
antioksidan dalam kulit buah, bahkan lebih Kulit buah rambutan dikeringanginkan
tinggi dibandingkan pada buah pada suhu kamar, selanjutnya ditumbuk dan
(Jayaprakhasa, Sigh & Sakariah, 2001). dihaluskan dengan blender. Diperoleh berat
Kulit buah delima mempunyai antioksidan akhir kulit yaitu 100 gram. Serbuk kulit
lebih tinggi daripada buahnya, biji anggur buah rambutan dimasukkan dalam botol 1
juga mempunyai potensi antioksidan lebih liter dan etanol sebanyak 500 ml
tinggi dan kaya akan proantisianida yang dimasukkan dalam botol tersebut, kemudian
sangat efektif untuk menekan ROS (Gil, et dikocok. Botol yang berisi kulit buah
al., 2002). Kulit buah rambutan pada rambutan di bawah dan etanol yang
beberapa masyarakat di daerah Jawa Barat mengandung senyawa dari kulit buah
sering digunakan sebagai obat, namun rambutan di atas endapan tersebut (Aulia,
belum ada pembuktian secara ilmiah tentang 2007). Untuk memisahkan ekstrak dari hasil
kandungan senyawa pada kulit buah rendaman etanol menggunakan evaporator
rambutan. Pembuktian adanya antioksidan tiang permanen dengan kemiringan 300-400
pada kulit buah rambutan dapat digunakan terhadap meja. Hasil rendaman etanol
sebagai alternatif sumber antioksidan alami dimasukkan dalam labu ekstraksi. Alat
yang murah dan mempunyai kualitas evaporasi diletakkan agar labu ekstraksi
terjamin dan aman terhadap fisiologis sel. terendam air pada water bath bersuhu 700C
Salah satu syarat antioksidan yang baik (sesuai dengan titik didih etanol).
adalah bersifat toksik pada sel asing Selanjutnya ditunggu sehingga proses
(kanker) dan tidak toksik pada sel normal berjalan (pengembunan dan pemisahan di
selain itu tidak mempunyai efek yang pendingin spiral) sampai hasil evaporasi
merugikan terhadap lingkungan biologis tersisa dalam labu ekstraksi, kemudian akan
baik lokal maupun sistemik. Uji terjadi penurunan etanol dari labu ekstraksi
sitotoksisitas adalah bagian yang diperlukan menuju labu penampung. Menghentikan
untuk prosedur screening standart. Salah proses tersebut jika sudah tidak ada aliran ke
satu metode untuk menilai sitotoksisitas lagi ke labu penampung hasil.
suatu bahan adalah dengan uji enzimatik
dengan menggunakan pereaksi 3-(4,5- Pengujian Keberadaan Antioksidan
dimethylthiazol-2-yl)2,5-diphenyl dengan Metode DPPH
tetrazolium bromide (MTT). Dasar uji
enzimatik MTT adalah dengan mengukur Aktivitas DPPH terhadap radikal bebas
kemampuan sel hidup berdasarkan aktivitas pada kulit buah ditentukan dengan metode
mitokondria dari kultur sel. Uji ini banyak modifikasi (Gamez et al., 1998) dan (Brand-
digunakan untuk mengukur proliferasi Williams et al., 1995). Larutan pereaksi
seluler secara kuantitatif atau mengukur DPPH dibuat dengan melarutkan DPPH
jumlah sel yang hidup. Sel normal yang dalam methanol pro analisis dengan
konsentrasi 40 µg/ml, yang dibuat segar dan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 30


dijaga pada suhu rendah serta terlindung dari dimasukkan dalam well dengan kepadatan
cahaya. Sebanyak 1,5 ml larutan uji atau 3,1467.106 sel/well atau dibulatkan
pembanding dilarutkan dengan 3 ml larutan 4.103sel/well. Setiap well diisi 100µl
DPPH, lalu diukur absorbansinya pada Setelah semua well terisi diletakkan di
panjang gelombang 516 nm. Sebagai larutan dalam inkubator 370 C dan 5% CO2 dalam
standar digunakan 1,5 ml methanol pro waktu 48 jam untuk mendapatkan
analisis yang direaksikan dengan 3 ml pertumbuhan yang baik. Selanjutnya
DPPH. Aktivitas penangkap radikal bebas medium diganti dengan yang baru yang
DPPH (%) dihitung dengan rumus (Astandart- telah ditambahkan ekstrak ekstrak kulit buah
Asampel): (AstandartX100%). Data aktivitas (%) rambutan dengan konsentrasi 1,25 µl/ml,
dianalisis dan dihitung dengan nilai EC50 2,50 µl/ml dan 5,00 µl/ml. Kontrol sel
melalui analisis probit. EC50 adalah sebagai kontrol positif berisi sel dalam
konsentrasi yang mampu menghambat 50% medium kultur, dianggap presentase hidup
DPPH. 100% dan kontrol media sebagai kontrol
negatif berisi media kultur saja, dianggap
presentase 0%. Pada akhir inkubasi, media
Uji Viabilitas Sel Endotel
dan ekstrak dibuang kemudian sel dicuci
Uji viabilitas yang dilakukan untuk dengan PBS 5mg/ml. Pada masing-masing
mengetahui jumlah sel yang mampu hidup well ditambahkan 100µl media kultur dan
setelah penambahan ekstrak etanol kulit 10µl MTT (Sigma) 5 mg/ml. Sel diinkubasi
buah rambutan pada medium pertumbuhan kembali selama 4-6 jam dalam inkubator.
kultur sel endotel. Prosedur pengkulturan sel Aktivitas metabolisme sel dibaca dengan
Endotel dilakukan dengan tahapan sebagai ELISA reader pada panjang gelombang 595
berikut. (1) membuang media yang ada di nm. Selanjutnya dilakukan penghitungan
flask dengan menggunakan syringe dengan viabilitas dengan rumus:
hati-hati. (2) Selanjutnya ditambahkan 10 ml
tripsin 1% dan membiarkannya selama 5 Perlakuan + Media
menit pada temperatur ruangan. Dasar well %Sel Hidup = ------------------------------ X 100%
dapat diketuk-ketuk untuk melepaskan sel Sel + Media
yang melekat. (3) Segera setelah 5 menit Keterangan:
berlalu ditambahkan serum untuk % Sel Hidup = persentase jumlah sel hidup
mengaktivasi tripsin. (4) sel diambil dengan setelah pengujian
menggunakan pipet (5) sel dipindahkan ke Perlakuan = nilai densitas optik formazan
tabung (6) didapatkan 1 ml (7) dihitung pada setiap sampel pengujian
dengan menggunakan kamar hitung Media = nilai densitas optik formazan pada
haemocytometer, didapatkan 490 sel. kontrol media
Menggunakan rumus: kepadatan sel = Sel = nilai densitas optik formazan pada
x.105.faktor pengenceran. Jadi kepadatan kontrol sel
sel: 490. 105.1 = 49.106 sel/ml. (8) Agar (Sumber: Meizarini, 2009)
viabilitas tinggi (> 90%) sel sebaiknya
disuspensi pada kepadatan 5. 106 sampai 107 Data aktivitas antioksidan yang diuji
sel/ml. Bila kepadatan sel rendah maka sel melalui DPPH akan dianalisis probit dan
tidak mampu berkontak antar sel. Bila dibaca secara kualitatif, sedangkan viabilitas
kepadatan sel terlalu tinggi maka konsumsi sel akan berupa persentase jumlah sel yang
metabolit yang dihasilkan juga terlalu tinggi hidup akan dianalisis dengan Anova satu
(Banik, et al., 2004). jalur taraf kemaknaan 5% dan dilanjutkan
Untuk mendapatkan jumlah sel yang dengan Tukey High Significant Different.
dimaksud (107) maka dilakukan perhitungan
sebagai berikut.
V1.M1 = V2.M2 1000µl (1 ml).49. 106 C. HASIL DAN PEMBAHASAN
= x. 107 x= 4900 µl. Jadi volume yang harus
ditambahkan di tabung ada 3900 µl (karena 1. Uji Keberadaan Antioksidan pada
di dalam tabung sudah ada 1000 µl) Ekstrak Etanol Kulit Buah Rambutan
Setelah didapatkan kepadatan dan
volume yang dimaksud selanjutnya

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 31


Rerata aktivitas antioksidan ekstrak Dalam menguji adanya antioksidan
kulit buah rambutan dapat dilihat pada Tabel dipilih metode DPPH karena metode ini
1. sederhana, mudah, cepat dan peka serta
Tabel 1. Rerata Daya Antioksidan pada memerlukan sedikit sampel. Senyawa
Ekstrak Kulit Buah Rambutan antioksidan akan bereaksi dengan radikal
DPPH melalui mekanisme donasi atom
No Kadar ekstrak Aktivitas
kulit buah Antioksidan (%) hidrogen dan menyebabkan terjadinya
(µg/ml) peluruhan warna DPPH dari ungu ke kuning
1 10 26,30 yang diukur dengan panjang gelombang 517
2 15 40,60 nm (Blois, 1958).
3 20 50,80 Aktivitas antioksidan yang tinggi
4 25 61,04 disebabkan kandungan flavonoid yang
5 30 67,50 terekstraksi dalam etanol (Sunarmi, dkk.,
2007). Pada penelitian ini belum dibedakan
Tabel 1. menunjukkan aktivitas jenis flavonoid yang menyebabkan tingginya
antioksidan penangkap radikal bebas aktivitas antioksidan. Dari hasil penelitian
Ekstrak etanol kulit buah rambutan Lestari, dkk (2009) ada tiga flavonoid besar
mempunyai penangkap radikal bebas yang yang ditemukan pada kulit buah rambutan
relatif tinggi. Hal ini ditunjukkan bahwa yaitu ellagic acid, coraligin, dan geraniin.
ekstrak kulit buah rambutan pada kadar 30 Penelitian tersebut menunjang penelitian
µg/ml mempunyai kemampuan menangkap Thitertdecha, et.al (2010) Flavonoid dengan
radikal bebas berturut-turut sebesar 67,50%, gugus hidroksi bebas mempunyai peran
pada kadar 25 µg/ml mempunyai penangkap radikal, adanya gugus hidroksi
kemampuan menangkap radikal bebas yang lebih banyak akan meningkatkan
sebesar 61,04%, kadar 20 µg/ml mempunyai aktivitas antioksidan (Galcin, et.al., 2004).
kemampuan menangkap radikal bebas Menurut Okuda, T. (1992) antioksidan alami
sebesar 50,80%, 15 µg/ml mempunyai banyak berasal dari tumbuhan dan senyawa
kemampuan menangkap radikal bebas ini tersebar diberbagai bagian tumbuhan.
sebesar 40,60% dan kadar 10 Antioksidan alami berfungsi sebagai
µg/mlmempunyai kemampuan menangkap reduktor, penekan oksigen singlet,
radikal bebas sebesar 26,30%. Potensi pemerangkap radikal bebas dan sebagi
aktivitas antioksidan ini dapat digambarkan pengkelat logam. Antioksidan tersebut
seperti grafik berikut. meliputi senyawa turunan fenolat seperti
Akivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Rambutan flavonoid, turunan senyawa hidroksinat,
80
kumarin dan tokoferol.
% aktivitas antioksidan

70 67,5
60 61,04
50 50,8
Akivitas Antioksidan 2. Uji Sitotoksisitas Viabilitas Sel ndotel
40 40,6 Ekstrak Kulit Buah
30 Rambutan setelah dipaparkan pada ekstrak etanol
26,3
20 kulit buah Rambutan
10
0
1 2 3 4 5
Nilai rerata densitas optic formazan,
kadar esktrak kulit buah rambutan persentase sel hidup ekstrak kulit buah
rambutan yang dipapar pada sel endotel
Grafik 1. Aktivitas antioksidan ekstrak dapat dilihat seperti pada Tabel 1 berikut.
kulit buah rambutan
Tabel 2. Nilai rerata densitas optic
Pada Grafik 1. menunjukkan formazan, standart deviasi,
kecenderungan kenaikan aktivitas persentase sel hidup dari uji
antioksidan ekstrak kulit buah rambutan, viabilitas sel endotel setelah
makin tinggi kadar yang diuji makin tinggi dipaparkan pada ekstrak etanol
aktivitas antioksidannya. Kecenderungan kulit buah rambutan.
tersebut menunjukkan potensi yang besar Perlakuan Jumlah Rerata SD % Sel
untuk pengembangan potensi antioksidan sampel densitas Hidup
yang terdapat pada kulit buah rambutan. optic
formazan
Kontrol 6 0,001 0,00 0,00

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 32


media rambutan yang dipaparkan pada sel endotel.
Kontrol sel 6 0,418 0,008 100,00 Persentase sel hidup, yaitu persentase
P1 (1,25 6 0,410 0,009 97,43 densitas optic enzim mitokondrial
µl/ml) dehidrogenase pada kultur sel endotel juga
P2 (2,50 6 0,378 0,021 90,39 juga menurun.
µl/ml) Hasil Anova satu jalur dengan taraf
P3 (5,00 6 0,288 0,048 67,24 kemaknaan 0,05 menunjukkan ada
µl/ml)
perbedaan efek pemberian ekstrak etanol
kulit buah terhadap viabilitas sel endotel.
Data persentase sel hidup pada Tabel 2. Untuk mengetahui kelompok mana yang
selanjutnya akan dianalisis dengan Anova berbeda secara bermakna, maka dilakukan
satu jalur. Hasil ringkasan Anova satu jalur uji HSD Tukey pada taraf kemaknaan 0,05
diuraikan seperti pada Tabel 3. seperti pada Tabel 3. Dari uji HSD terlihat
Tabel 3. Hasil ringkasan Anova satu jalur ada perbedaan persentase viabilitas sel
persentase sel hidup dari uji antara kelompok perlakuan I dan III, namun
viabilitas sel endotel setelah tidak ada perbedaan viabilitas sel antara
dipaparkan pada ekstrak etanol kelompok kontrol sel, I dan II.
kulit buah rambutan. Ekstrak kulit buah rambutan
Sumbe Jumla Dera Rerat F Probabil (Nephelium lappaeceum) yang dipaparkan
r h jat a hitu itas pada sel endotel mengandung flavonoid
Varias Kuad beba Kuad ng yang bersifat sebagai antioksidan terhadap
i rat s rat senyawa yang masuk ke dalam sel. Radikal
Antar 41950 4 10487 322, 0,001 bebas yang masuk ke dalam sel akan dapat
Kelom ,54 ,64 96 merusak membran sel. Radikal bebas akan
pok mengambil oksigen dari lipid membran sel,
Dalam 811,8 25 32,47 selanjutnya lipid membran sel yang
Kelom 6 kehilangan oksigen akan mengambil
pok
oksigen/elektron dari senyawa lain yang ada
Total 42762 29
,40 di dekatnya sehingga akan menyebabkan
kerusakan sel yang cepat dan menimbulkan
Hasil analisis Anova satu jalur terlihat kematian sel. Selain merusak lipid
ada perbedaan efek antar perlakuan yang membrane sel, radikal bebas yang masuk ke
diberikan pada sel endotel, karena ada dalam sel dapat merusak organel, terutama
perbedaan selanjutnya akan diteruskan mitokondria sebagai sumber energi di dalam
dengan uji HSD Tukey. Hasil uji HSD sel, apabila sumber energi sel mengalami
Tukey dapat diringkas seperti pada Tabel 4 kerusakan maka kematian sel juga akan
berikut terjadi. Pencegahan kematian sel akibat
adanya radikal bebas dapat dicegah oleh
Tabel 4. Hasil uji HSD Tukey persentase pemberian antioksidan dari luar tubuh.
viabilitas antar kelompok Salah satu persyaratan senyawa dapat
perlakuan dan kontrol sel. digunakan sebagai antioksidan adalah
Kontrol P1 P2 P3 senyawa tersebut tidak merugikan sel secara
Sel morfologi maupun fisiologi. Pemberian
Kontrol - ekstrak etanol kulit buah rambutan pada sel
Sel endotel merupakan pengujian lanjutan
P1 TB - untuk mengetahui apakah ekstrak tersebut
P2 TB TB - aman terhadap kondisi fisiologi sel. Untuk
P3 B B B - membuktikannya, maka pengujian viabiltas
Keterangan: sel dengan menggunakan MTT assay. Kultur
TB = Tak Bermakna sel endotel digunakan karena mempunyai
B = Bermakna keuntungan, yaitu pasase dapat dialkukan
50-70 kali, kecepatan pertumbuhan sel
Nilai rerata densitas optik formazan tinggi, integritas sel tetap terjaga dan sel
pada Tabel 2. menurun seiring dengan mampu bermutiplikasi dalam suspensi. Sel
pertambahan konsentrasi ekstrak kulit buah endotel telah banyak digunakan untuk uji

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 33


sitotoksisitas bahan dan obat di bidang jumlah viabilitas sel ini mungkin disebabkan
biologi maupun medis. MTT adalah molekul oleh senyawa lain yang bersifat toksik
larut berwarna kuning, yang dapat terhadap sel. Dalam penelitian ini jenis
digunakan untuk menilai aktivitas enzimatik flavonol yang ada di dalam ekstrak etanol
seluler, didasarkan pada kemampuan sel kulit buah rambutan masih merupakan
hidup untuk mereduksi garam MTT. campuran, sehingga kemungkinan ada
Mekanismenya adalah garam tetrazolium senyawa yang bersifat toksik dan tidak
berwarna kuning akan direduksi didalam sel murni merupakan antioksidan. Dengan
yang mempunyai aktivitas demikian perlu dilakukan penelitian lanjutan
metabolik.Mitokondria merupakan organel untuk memurnikan senyawa ellagic acid
yang aktivitas metaboliknya tinggi. (EA), coraligin, dan geraniin selanjutnya
Mitokondria pada sel hidup berperan penting menguji aktivitasnya terhadap sel kanker
dalam menghasilkan enzim dehidrogenase. dan sel normal.
Bila terjadi kematian sel maka enzim
dehidrogenase tidak akan terbentuk
D. KESIMPULAN
akibatnya formazan juga tidak terbentuk.
Hasil penelitian menunjukkan sel hidup Dari penelitian yang telah dilakukan
pada kelompok kontrol (positif) = 100%, dapat disimpulkan sebagai berikut. (1)
kelompok perlakuan I = 97,43%, kelompok Ekstrak etanol kulit buah rambutan
perlakuan II = 90,39% dan kelompok (Nephelium lappaceum) mempunyai potensi
perlakuan III = 67,24%. Hasil uji Anova satu antioksidan yang sangat tinggi, yaitu sebesar
jalur didapatkan p< 0,05 berarti ada 67,50%. (2) Ekstrak etanol kulit buah
perbedaan bermakna yang disebabkan rambutan tidak bersifat toksik terhadap sel
variasi ekstrak etanol kulit buah rambutan endotel. Persentase sel endotel yang hidup
yang digunakan. Persentase jumlah sel hidup setelah pemaparan berturut-turut pada
pada perlakuan I dan II diatas 90%, perlakuan I, II dan III adalah 97,43%,
sedangkan pada perlakuan III didapatkan 90,30% dan 67,24%.
jumlah sel hidup 67,24%. Hasil analisis
HSD Tukey persentase sel endotel yang PUSTAKA ACUAN
hidup, ekstrak etanol kulit buah rambutan
tidak memberikan perbedaan antara sel Ames BN, Shigenaga MK, Hagen TM. Oxidants,
kontrol, sel dengan perlakuan I (1,25 µl/ml) antioxidants, and the degenerative diseases of
aging. Proc Natl Acad Sci 1993;90:7915-22.
dan perlakuan (2,50 µl/ml), namun berbeda
dengan perlakuan pemberian ekstrak (5,00 Amrun, M. dan Uniyah, 2005. Jurnal Ilmu Dasar
µl/ml). Menurut Telli, et.al., (1999) vol 6 No.2, 2005: 110-114. Pengujian
menyatakan toksisitas berdasarkan CD50, Antiradikal Bebas Difenilpikril Hidrasil (DPPH)
artinya suatu bahan dikatakan toksik bila Ekstrak Buah Kenitu (Chrysophyllum cainito L.)
dari daerah sekitar Jember
persentase sel hidup setelah terpapar pada
bahan kurang dari 50%. Berdasarkan Blois, MS., Antioxidant Determination by the
patokan toksisitas Telli, et.al., 1999, maka Use of a Stable Free Radical, nature 181, 1958.
ekstrak etanol kulit buah rambutan tidak 1199-1200
menyebabkan kematian sel endotel diatas Brand-Williams et al., 1995 Antioxidants and
50% sehingga aman digunakan oleh sel. Physical Performance (review) Critical Reviews
Penelitian ini menguatkan bahwa kandungan in Food Science and Nutrition, 35(1&2):131-141
ekstrak etanol kulit buah rambutan yang (1995).
mengandung antioksidan dapat menghambat Bunawas, 1995. Radiasi Ultraviolet dari
kematian sel. Matahari dan Resiko Kanker Kulit. Cermin
Ketersediaan gugus bebas pada Dunia Kedokteran. No 122: 9-12.
senyawa antioksidan yang terdapat pada
Comporti, M., 1993. Free Radicals From Basic
ekstrak etanol kulit buah rambutan dapat Science to Medicine: Lipid Peroxidation An
mengikat radikal bebas yang akan masuk ke Overview 65-101., G. Poli E Albano & MU
dalam sel. Dalam penelitian ini semakin Dianzan
besar konsentrasi ekstrak etanol kulit buah
Comstock, J.W., Bush T.L., Hezlisour K, 1992.
rambutan yang dipaparkan semakin kecil
Serum retinol, β-karotene, vitamin E, and
jumlah viabilitas sel endotel. Penurunan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 34


Selenium, as related to Subsequent Cancer of Ucapan Terimakasih disampaikan
Specific Site, American Journal Epidemiol. kepada:
135:115-121 - Kepala Lab Faal Fakultas
Lestari, S.R., N., Wulandari dan W. Riawan, Kedokteran, UB Malang,
2009., Laporan Penelitian,Uji Sitotoksisitas - Kepala Lab Kimia dan Biologi
Ekstrak Etanol Kulit Buah Rambutan FMIPA UM,
(Nephelium lappaeceum) Sebagai Sumber - Kepala Lab Kimia Analitik Fakultas
Antioksidan Sebagai Sumber Antioksidan Farmasi UGM
Alami, Universitas Negeri Malang. - DP3M yang telah membiayai
Meizarini, Asti, 2009. Majalah Kedokteran Gigi penelitian ini.
(Dent. J)., Vol 38. No. 1 Januari 2005: 20-24.
Sitotoksisitas Bahan Restorasi Cyanoacrylate
pada Variasi Perbandingan Powder dan Liquid
Menggunakan MTT Assay.
Okonogia., S., C. Duanyarta, S. Anuchpreedeb.,
S.Tachakittirungoroda., S. Chowwapoonphna.,
2006. Jurnal of Medical Science: Comparisson
of Antioxidants Capasities and Cytotoxicities of
Certain Fruit Peels
Gamez et al., 1998 Antioxidants: role of
supplementation to prevent exercise-induced
oxidative stress (review). Medicine and Science
in Sports and Exercise. 25(2):232-6, Feb.
Gulcin, I., Uguz, M.T., Oktay, M.Baydemir, S.,
and Kufrefliogu, O.I., 2004. Evaluation of The
Antioxidant and Antimicrobial Activities of
Clary Sage (Salvia sclera) Turk., I. Argrig for.,
28:25-33
Alley, Scudiero & Monks, 1988 Prospects for
the use of antioxidant therapies.(Review). Drugs
49(3):345-61, Mar.
Gitawati, R., 2007., Radikal Bebas, Sifat dan
Peran dalam Menimbulkan Kerusakan dan
Kematian Sel., Puslit dan Pengembangan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Farmasai, Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Hoffman, R.M., MD., MPH, Harinder S., MD.,
Garewal., 1995. Antioxidants and Prevention of
Coronary Heart Disease dalam Arc. Intern Med
Vol 155: 241-246, Februari.Tuchson
Kochevar IE, 1995. Molecular and Cellular
Effect of UV Radidatum Relevant to Chronic
Photodamage. Dalam : Gilchrest B.A., et al. Eds.
Photodamage. Cambridge MA:
Blackwellscience
Kumalaningsih, S., 2007. Antioksidan Alami
Penangkal Radikal Bebas. Trubus Agrisarana:
Surabaya
Sunarmi, T., S. Pramono, dan R. Asmah., 2007.
Flavonoid Antioksidan Penangkap Radikal dari
daun Kepel (Stelechocarpus burahol (BI) Hook.,
F & T), Majalah Farmasi Indonesia, 18 (3),
2007.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 35


PEMANTAUAN PREVALENSI TELUR CACING NEMATODA
PARASIT USUS MANUSIA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN
PENYAKIT CACINGAN YANG TERGOLONG
SOIL TRANSMITTED HELMINTH *)

Sofia Ery Rahayu1) dan Endang Suarsini1)


Jurusan Biologi, FMIPA, UM
Jl. Semarang 5 Malang
Telp : (0341) 588077, Fax : (0341) 588077

Abstract
Beberapa cacing nematoda parasit usus manusia bersifat soil transmitted helminth yaitu dalam
perkembangan atau penularannya membutuhkan tanah untuk menjadi bentuk infektif. Cacing tersebut
antara lain Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura,
Necator americanus dan Strongiloides stercoralis. Untuk mencegah penyakit cacingan yang disebabkan
cacing yang tergolong soil transmited helminth dengan melakukan pemantauan keberadaan telur cacing
tersebut. Hasil penelitian pada air sungai yang biasa digunakan masyarakat untuk MCK dan sayuran
yang dikonsumsi dalam keadaan mentah (sayuran selada) ditemukan adanya telur cacing Ascaris
lumbricoides dan Enterobius vermicularis. Pemantauan prevalensi telur cacing yang dilakukan
beberapa tahun sebelumnya ditemukan empat jenis telur cacing yaitu A. lumbricoides, E. vermicularis, T.
trichiura, dan A. duodenale. Jika dibandingkan dengan pemantauan tersebut maka dapat dikatakan
bahwa telah terjadi penurunan jenis telur cacing yang ditemukan.

Keywords: cacing, nematoda parasit, soil transmited helminth

1. PENDAHULUAN lingkungannya. Pada beberapa daerah


masyarakat memiliki kebiasaan melakukan
Penyakit cacingan perlu diwaspadai
mandi, cuci, kakus (MCK) di sungai yang
oleh masyarakat. Salah satu bagian tubuh
ada di sekitar rumahnya, sehingga
manusia yang diserang cacing adalah usus
memungkinkan air sungai tercemar oleh
dan cacing yang menyerang tersebut
telur cacing. Selain itu kebiasaan masyarakat
tergolong dalam Nematoda. Beberapa
membiarkan anaknya membuang fesesnya
cacing Nematoda parasit usus manusia
pada tanah di sekitar rumahnya, sehingga
bersifat soil transmitted helminth yaitu
memungkinkan telur cacing yang keluar
dalam perkembangan atau penularannya
bersama feses akan bertebaran di tanah.
membutuhkan tanah untuk menjadi infektif
Oleh karena ukuran telur cacing sangat kecil
(Gandahusada, 2006).
bersifat mikroskopis, maka memungkinkan
Lebih lanjut dijelaskan bahwa cacing
telur akan terbawa oleh angin menuju ke
yang tergolong soil transmitted helminth
makanan atau dapat masuk ke sela-sela
antara lain Ascaris lumbricoides,
kuku.
Ancylostoma duodenale, Enterobius
Kasus penyakit cacingan yang
vermicularis, Trichuris trichiura, Necator
tergolong soil transmitted helminth di
americanus dan Strongiloides stercoralis.
masyarakat masih cukup tinggi. Menurut
Seseorang dapat menderita penyakit
Gandahusada, dkk. (2006) di Indonesia
cacingan apabila seseorang menelan
prevalensi askariasis (penyakit cacingan
makanan yang tercemar oleh telur cacing
yang disebabkan oleh cacing A.
yang infektif atau tangannya tercemar telur
lumbricoides) tinggi terutama pada anak
cacing dan orang tersebut tidak mencuci
dengan frekuensinya antara 60-90%.
tangan. Kebanyakan telur cacing parasit
Adapun kasus penyakit cacingan yang
bertebaran di permukaan tanah, debu dan
disebabkan cacing tambang (A. duodenale
menempel di karpet perumahan Keberadaan
dan N. americanus) banyak diderita
telur cacing tersebut di lingkungan sekitar
penduduk khususnya di daerah pedesaan.
manusia tidak terlepas dari kebiasaan
Penyakit trikhuriasis frekuensinya di
masyarakat dalam menjaga kebersihan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 36


Indonesia tinggi, di beberapa pedesaan penutup dan didiamkan selama 45
frekuensinya berkisar antara 30-90%, menit. Langkah terakhir yaitu
terutama di daerah orang yang banyak mengambil kaca penutup kemudian
makan daging babi yang hewannya diberi meletakkannya di atas kaca benda dan
makanan dari sampah penjagalan. Penyakit diamati di bawah mikroskop.
enterobiasis ( penyakit cacingan yang (Diadopsi dari Soviana, 2007 dan
disebabkan oleh cacing E. vermicularis) Zariatin, 2009).
penyebarannya lebih luas. Penularan dapat Hasil penelitian oleh Soviana (2007)
terjadi pada satu keluarga atau kelompok pada air sungai di Kecamatan Tumpang
masyarakat yang hidup dalam lingkungan Kabupaten Malang ditemukan telur cacing
yang sama (misalnya asrama). A. lumbricoides fase infektif dan dekortikasi,
serta telur cacing E. vermicularis. Jumlah
2. METODE DAN HASIL telur cacing A. lumbricoides yang ditemukan
PENGAMATAN TELUR CACING sebanyak 42 butir jauh lebih banyak
PARASIT dibandingkan telur E. vermicularis yang
hanya berjumlah 8 butir. Hasil penelitian
Lingkungan dapat tercemar oleh telur
oleh Zariatin (2009) pada sungai yang
cacing yang tergolong soil transmitted
berbeda yaitu Sungai Lekso Kota Blitar
helminth . Untuk mengetahui ada tidaknya
hanya ditemukan telur cacing A.
telur cacing dan jenis telur cacing parasit
lumbricoides sebanyak 27 butir.
yang tergolong nematoda parasit usus
Pada tahun 2002 telah dilakukan
manusia di lingkungan sekitar penduduk,
pengamatan telur cacing parasit di sungai
maka telah dilakukan penelitian pada air
Brantas Kota Malang oleh Lilmawati, dkk.
sungai, sayuran yang dikonsumsi dalam
(2003). Hasil penelitian ditemukan dua jenis
kondisi mentah (misalnya sayuran selada),
telur yaitu A. lumbricoides dan E.
dan kuku siswa SD. Metode dan hasil
vermicularis dengan jumlah telur A.
pengamatan telur cacing parasit tersebut
lumbricoides jauh lebih banyak
sebagai berikut.
dibandingkan dengan jumlah telur E.
1. Pengamatan telur cacing parasit pada air
vermicularis.
sungai
Berdasarkan data hasil penelitian yang
Metode pengamatan telur cacing
telah dilakukan pada beberapa sungai
parasit pada air sungai sebagai berikut.
terlihat bahwa kondisi air sungai telah
a. Memasukkan water botle sample yang
tercemar oleh telur cacing parasit nematoda
berukuran 1,5 liter ke dalam sungai.
usus manusia. Sumber pencemaran tersebut
b. Menyaring air sungai dengan
adalah akibat aktivitas manusia di sekitar
menggunakan saringan teh kemudian
sungai yang melakukan kegiatan mandi,
mengendapkannya selama 1 jam di dalam
cuci, dan kakus (MCK) di sungai. Orang
gelas pengendap.
yang melakukan MCK di sungai
c. Menbuang supernatan, kemudian
kemungkinan menderita penyakit cacingan
sedimen ditambah aquades dan
karena telur cacing akan keluar dari tubuh
selanjutnya disentrifuse dengan
manusia bersama keluarnya feses. Selain
kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.
akibat aktivitas MCK di sungai, juga
Prosedur tersebut dilakukan sebanyak
kemungkinan kebiasaan masyarakat
dua kali.
berdefekasi di tanah, sehingga apabila tanah
d. Membuang supernatan dan sedimen
yang telah tercemar telur tersebut terbawa
ditambah larutan formalin 5%,
air hujan menuju sungai, maka dapat
selanjutnya sedimen diletakaan di atas
menyebabkan sungai tercemar telur cacing
kaca benda dan diamati di bawah
parasit.
mikroskop.
Cara lain dalam membuat preparat telur
2. Pengamatan telur cacing parasit pada air
cacing yaitu sedimen hasil sentrifuse
sayuran
tersebut dimasukkan ke dalam tabung
Metode pengamatan telur cacing
ependorf kemudian ditambah larutan
parasit pada sayuran sebagai berikut.
NaCl sampai penuh. Selanjutnya di atas
a. Menimbang 100 gram sayuran
tabung ependorf diletakkan kaca

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 37


b. Mencuci sayuran yang telah ditimbang cacing A. lumbricoides (34,62%) lebih
dalam larutan NaOH 0,25%. tinggi dibandingkan dengan kedua jenis telur
c. Mengendapkan air bekas cucian sayuran lainnya berturut-turut (19,23%) dan
dalam gelas pengemdap selama 1 jam. (11,54%).
d. Membuang cairan supernatan, kemudian Pada tahun 2004 telah dilakukan
sedimen ditambah aquades dan pengamatan telur cacing nematoda parasit
disentrifuse dengan kecepatan 2000 rpm usus manusia pada kuku siswa SD yang
selama 3 menit. terletak di sekitar IPAL di kota Malang oleh
e. Membuang cairan supernatan, dan Rahayu, dkk. (2005). Hasil penelitian
mengambil sedimentasinya untuk tersebut ditemukan 4 jenis telur cacing
diletakkan di atas kaca benda kemudian meliputi A. lumbricoides , E. vermicularis ,
diamati di bawah mikroskop. T. trichiura ,dan A. duodenale. Diantara
(Diadopsi dari Zahroh, 2010). keempat jenis telur cacing tersebut
Hasil penelitian oleh Zahroh (2010) ditemukan prevalensi telur cacing A.
pada sayuran selada (Lactuca sativa L.) Lumbricoides 65% lebih tinggi
yang biasa dikonsumsi dalam keadan dibandingkan ketiga jenis telur cacing
mentah untuk lalapan ditemukan telur cacing lainnya.
parasit A. lumbricoides dan E. vermicularis Berdasarkan kedua hasil penelitian
dengan jumlah telur 52 butir untuk telur dapat diketahui bahwa telur cacing
cacing A. lumbricoides dan 8 butir untuk nematoda parasit usus manusia masih
telur cacing E. vermicularis. Hasil ditemukan pada siswa SD. Keadaan tersebut
penelusuran peneliti untuk asal sayuran dapat dikatakan bahwa siswa SD masih
tersebut ternyata dari Batu dan kebiasaan kurang dalam menjaga kebersihan tubuhnya.
petani sayuran selada menyirami Tercemarnya tangan siswa SD tersebut
tanamannya dengan air yang berasal dari dimungkinkan karena mereka sering
sungai yang ada di sekitar kebun. Sementara bermain tanah yang terkontaminasi telur
itu masyarakat di sekitar sungai tersebut cacing parasit. Jika dibandingkan jenis telur
biasa melakukan MCK di sungai, sehingga cacing parasit yang ditemukan pada kedua
telur yang ditemukan di sayuran selada penelitian, maka dapat diketahui terdapat
berasal dari air sungai yang telah tercemar perbedaan jenis yang ditemukan. Perbedaan
telur cacing parasit. tersebut kemungkinan kondisi lingkungan
yang diperlukan untuk perkembangan telur
3. Pengamatan telur cacing parasit pada cacing tidak sesuai.
kuku siswa Berdasarkan hasil penelitian pada air
Metode pengamatan telur cacing sungai, sayuran, dan kuku siswa SD
parasit pada kuku siswa adalah sebagai ditemukan bahwa telur cacing A.
berikut. lumbricoides dan E. vermicularis selalu
a. Memotong kuku siswa kemudian ditemukan dengan prevalensi telur cacing A.
memasukkannya ke dalam larutan NaOH Lumbricoides jauh lebih tinggi dibandingkan
15%. telur cacing E. vermicularis. Jumlah telur
b. Menstrifuse larutan NaOH yang telah cacing parasit yang ditemukan diantara
berisi spesimen dengan kecepatan 2000 kedua jenis, telur cacing A. lumbricoides
rpm selama 3 menit lebih banyak dibandingkan dengan telur E.
c. Membuang cairan supernatan, vermicularis. Selain itu dikarenakan
selanjutnya mengambil sedimen dan perbedaan kondisi telur cacing, telur cacing
meletakkannya di atas kaca benda A. lumbricoides memiliki lapisan hialin
kemudian ditutup dengan kaca penutup. yang cukup tebal dan adanya lapisan
selanjutnya diamati di bawah mikroskop albuminoid yang berbenjol-benjol kasar,
(Diadopsi dari Rahayu, dkk., 2005) sehingga melindungi telur dari kondisi
Hasil penelitian Widiawati (2008) lingkungan yang buruk. Meskipun telur
terhadap kuku siswa di dua SD di Lekok cacing kremi tidak memiliki pelindung
Pasuruan ditemukan telur cacing parasit A. seperti cacing perut, tetapi penyebarannya
lumbricoides , E. vermicularis , dan T. lebih luas karena penularannya dapat terjadi
trichiura . Diantara ketiga macam telur dalam satu keluarga. Kebiasaan cacing
cacing tersebut ditemukan prevalensi telur betian bertelur di daerah anal penderita

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 38


sehingga telur mudah jatuh dan mencemari 2. menjaga kebersihan perorangan dengan
lingkungan sekitarnya. Selain itu jumlah baik, seperti memotong kuku secara
telur yang dihasilkan oleh cacing A. teratur, mencuci tangan sebelum makan,
lumbricoides cukup banyak jika memakai alas kaki pada saat bekerja di
dibandingkan dengan cacing lainnya. kebun atau sawah,
Menurut Margono (2000) seekor cacing A. 3. mencuci dengan baik (pada air garam dan
lumbricoides betina akan menghasilkan dibilas air mengalir) sayuran yang
telur sebanyak 100.000 – 200.000 butir dimakan dalam kondisi mentah,
setiap harinya. Sedangkan cacing E. 4. mengobati dengan obat cacing apabila
vermicularis betina hanya menghasilkan ada diantara anggota keluarga yang
telur sebanyak 11.000-15.000. menderita penyakit cacingan,
Telur cacing T. trichiura dan cacing 5. melakukan penyuluhan kepada
tambang sangat jarang ditemukan. Hal ini masyarakat tentang penyakit cacingan
dimungkinkan kondisi lingkungan kurang dan cara penularannya, dan
mendukung untuk perkembangannya. 6. melakukan pemantauan secara berkala
Menurut Gandahusada (2006) untuk penyakit cacingan pada masyarakat dan
pertumbuhan larva cacing tambang keberadaan telur cacing pada lingkungan.
dibutuhkan tanah yang gembur. Sementara
itu untuk telur cacing T. trichiura untuk KESIMPULAN DAN SARAN
pertumbuhannya membutuhkan tanah yang
Hasil pemantauan air sungai, sayuran
lembab dan tempat yang teduh. Selain itu
selada yang dikonsumsi mentah, serta kuku
jumlah telur yang dihasilkan oleh cacing
siswa SD ditemukan telur cacing nematoda
betina lebih sedikit dibandingkan dengan
parasit usus manusia. Keadaan tersebut
cacing A. lumbricoides dan E. vermicularis.
menunjukkan bahwa masyarakat kurang
Seekor cacing betina T. trichiura
menjaga sanitasi lingkungan dan kebersihan
menghasilkan telur sebanyak 3000-10.000
perseorangan. Jenis telur yang ditemukan
butir setiap harinya, sedangkan cacing
berapa tahun terakhir berbeda dibandingkan
tambang (A. duodenale dan N. americanus)
dengan pemantauan tahun-tahun
menghasilkan telur 9000-10000 butir. Telur
sebelumnya, yang berarti terjadi penurunan
cacing S. stercoralis tidak pernah
jenis telur cacing parasit yang ditemukan.
ditemukan, hal ini kemungkinan karena
Oleh karena itu perlu digalakkan pemakaian
tidak ada penderita strongiloidiasis. Menurut
jamban keluarga dan pemantauan secara
Gandahusada, dkk. (2006), frekuensi sebesar
berkala kondisi lingkungan.
10-15% ditemukan di Jakarta pada tahun
1956, namun sekarang jarang ditemukan.
DAFTAR RUJUKAN
3. PENCEGAHAN PENULARAN Gandahusada, S., D.Ilahude, H., dan Pribadi, W.
PENYAKIT CACINGAN 2006. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: FK. UI.

Penyakit cacingan perlu diwaspadai Margono, Sri S. 2000. Nematoda dalam


oleh masyarakat. Oleh karena itu perlu Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga, Editor
Sriasi Gandahusada. Jakarta: FK. UI.
upaya pencegahan penularan penyakit
cacingan dilakukan dengan cara: Lilmawati, S., Suarsini, E. dan Rahayu, S.E.
1. memelihara sanitasi lingkungan dengan 2003. Kajian Tentang Telur Cacing Nematoda
tidak berdefekasi di sungai atau di tanah, Parasit pada Manusia di Perairan Sungai Brantas
tetapi di kakus. Oleh karena itu perlu Kota Malang. Jurnal Chimera, Tahun 8. No.1,
bulan Januari: 24-32.
membangun jamban keluarga di setiap
rumah atau pada sekelompok rumah. Rahayu, S.E., Suarsini, E.dan Masjhudi. 2005.
Selain itu limbah cair rumah tangga Keberadaan Telur Cacing Parasit pada Siswa SD
sebaiknya tidak langsung dibuang ke di Sekitar IPAL Terpadu Kota Malang dan
sungai tetapi diolah terlebih dahulu Hubungannya dengan Kepadatan Telur Cacing
pada Air Limbah Perumahan di IPAL Terpadu.
dengan membangun IPAL. Hal ini
Laporan Penelitian. Malang: Lembaga
bertujuan untuk memutus daur hidup Penelitian UM
cacing, karena untuk perkembangan telur
cacing membutuhkan lingkungan tanah, Soviana, V. 2007. Prevalensi Telur Cacing
Nematoda Parasit Usus Manusia pada Air

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 39


Sungai di Kecamatan Tumpang Kabupaten
Malang. Skripsi. Tidak diterbitkan. Malang: UM.
Zariatin, B. 2009. Kajian Prevalensi Telur
Cacing Nematoda Parasit Usus Manusia di
Sungai Lekso Kota Blitar sebagai Upaya
Pencegahan Penyakit Kecacingan. Skripsi.
Tidak diterbitkan. Malang: UM Press.
Zahroh, Sa’diyatul H. 2010. Prevalensi Telur
Cacing Nematoda Parasit Usus Manusia pada
Sayuran Selada (Lactuca sativa L.) di
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten. Skripsi.
Tidak diterbitkan. Malang: UM Press.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 40


KAJIAN ETNOBOTANI TUMBUHAN INDIKATOR EMAS
MELALUI ANALISIS KADAR AURUM DI WILAYAH
PENAMBANGAN EMAS KALIMANTAN TENGAH

Siti Sunariyati
Universitas Palangka Raya
Kampus Yunjung Nyaho Jl. H. Timang Kotak Pos 2 (73111A)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mencari data tentang beberapa jenis tumbuhan indikator
terdapatnya emas di wilayah penambangan emas Kalimantan Tengah melalui kajian etnobotani dan
analisis kadar Au (emas) pada tumbuhan. Metode yang digunakan adalah Participatory Rural Appraisal
(PRA) dan teknik laboratorium menggunakan AAS untuk mengukur kadar Au pada tumbuhan.
Pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara yaitu observasi lapangan mengenai tempat, pelaku dan
aktivitas dan wawancara mendalam (indepth interview) dengan para penambang emas sebagai informan,
kepala adat/suku, serta masyarakat lokal. Hasilnya menunjukkan bahwa dari 20 informan 50%
menyatakan ada sembilan jenis tumbuhan yang diyakini masyarakat sebagai indikator adanya logam
emas. Berdasar hasil analisis laboratorium menunjukkan beberapa jenis tumbuhan mampu
mengakumulasi Aurum pada bagian akar, batang dan daun dalam kadar yang berbeda.

Kata kunci: Etnobotani, Tumbuhan Indikator Emas, Kadar Aurum

Pendahuluan kanan, tempat tinggal, obat-obatan, pakaian,


Ethnobotani digunakan untuk menje- berburu, dan upacara keagamaan yang
laskan interaksi masyarakat setempat (etno belum dieksplorasi.
atau etnis) dengan lingkungan hidupnya, Studi etnobotani dapat membantu
khususnya dengan tumbuh-tumbuhan masyarakat dalam mencatat atau merekam
(Hendra, 2002). Etnobotani berakar pada kearifan lokal yang dimiliki. Melalui kegiat-
botani yaitu suatu studi tentang tumbuhan. an pengumpulan kearifan lokal dari dan
Mempelajari botani yang berkaitan dengan bersama masyarakat setempat, diharapkan
kepentingan masyarakat di wilayah tertentu dapat memberi kontribusi yang besar dalam
pada dasarnya mencari tumbuhan potensial proses pengenalan sumber alam hidup yang
untuk membantu menginventarisasi seluruh ada di suatu wilayah. Hasil penelitian
jenis tumbuhan yang dikenal memiliki kegu- etnobotani yang dilakukan oleh Waluyo
naan dan menentukan nilai guna suatu jenis (1998) dinyatakan bahwa sistem pengeta-
sumber daya. Studi Etnobotani mempunyai huan tradisional yang dibangun melalui
tujuan untuk menyeleksi jenis-jenis tumbuh- tatanan adat telah melahirkan kearifan dan
an endemik yang digunakan penduduk se- teknologi yang menjadi landasan bangsa
tempat dalam memenuhi berbagai keperluan Indonesia. Etnobotani akan sangat efektif
hidup. Etnobotani adalah kegiatan peman- apabila diterapkan pada masyarakat lokal,
faatan tumbuh-tumbuhan sebagai salah satu karena akan diperoleh keuntungan dari
penunjang kehidupan masyarakat dalam pengetahuan tentang cara-cara masyarakat
suatu komunitas (Rusman, 2009) lokal memberikan nilai-nilai tumbuhan, dan
Menurut Veilleux dan King (2005) pengetahuan mereka tentang geografi dan
Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari ekologi (Martin,2004).
bagaimana orang-orang dari budaya tertentu Kalimantan Tengah memiliki hutan
dan daerah tertentu memanfaatkan tumbuh- yang sangat luas dan terdapat beraneka-
an asli. Etnobotani berakar pada botani yaitu ragam jenis tumbuhan maupun hewan yang
suatu studi tentang tumbuhan. Penggunaan hidup bebas di alam. Bagi masyarakat suku
tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari Dayak, hutan merupakan sumber kehidupan.
banyak terdapat di hutan, dan di wilayah Kedudukan dan peran hutan mendorong
hutan hujan tropis masih banyak spesies masyarakat suku Dayak untuk memanfaat-
yang bermanfaat untuk hal-hal seperti ma- kan tumbuhan di sekitar hutan. Untuk me-

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 41


lakukan hal tersebut, masyarakat suku tahuan dari penduduk asli (indigenous
Dayak dibekali oleh mekanisme alamiah dan knowledge) dan pemahaman alam sekitar
nilai budaya yang mendukung pemanfaatan oleh masyarakat setempat (Waluyo, 1998).
hutan. Hutan bagi masyarakat suku Dayak Adanya kecenderungan pembukaan
berperan sangat besar, ini terbukti dari wilayah hutan untuk dijadikan sebagai
sumber mata pencaharian dan semua unsur lahan/daerah penambangan merupakan
kehidupannya juga bersumber dari hutan. ancaman terhadap kelestarian hutan sebagai
Berbagai kepercayaan yang bersifat mitos paru-paru dunia. Kerusakan wilayah hutan
tentang kehidupan yang ada di hutan, semakin tampak seiring dengan meningkat-
muncul dari perlakuan adat istiadat yang nya jumlah penambang dan luas area pe-
berkembang secara alamiah. nambangan dan berakibat terjadinya degra-
Persepsi masyarakat tentang jenis dasi lingkungan yang cukup memprihatin-
tumbuhan tertentu yang digunakan sebagai kan. Berdasar data dari Dinas Pertambangan
indikator adanya emas merupakan pengeta- dan Energi tahun 2006 jumlah penambang
huan dan pengalaman yang diyakini sejak sebanyak 935 orang dan tahun 2008
lama, namun belum pernah terdokumentasi. sebanyak 1380 orang, yang diikuti dengan
Menurut Rahmat (2001), Persepsi adalah meningkatnya luas areal setiap tahun
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau Berdasar dari latar belakang tersebut,
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan maka perlu dilakukan suatu penelitian me-
menyimpulkan informasi dan menafslrkan ngenai kajian etnobotani masyarakat ter-
pesan. Selanjutnya dijelaskan persepsi hadap beberapa jenis tumbuhan indikator
meliputi juga kognisi (pengetahuan), yang Aurum di wilayah penambangan emas,
mencakup penafsiran objek, tanda dan pe- dengan harapan dapat menjadi bahan masuk-
ngalaman dari orang yang bersangkutan. an maupun evaluasi untuk seluruh pihak
Berkaitan dengan pemanfaatan ber- yang memiliki kepentingan dalam kegiatan
bagi jenis tumbuhan, sebagian penduduk perencanaan serta kebijakan lokal bagi
yang bekerja sebagai penambang emas, ada pemerintah daerah setempat. Adanya
yang menggunakan jenis-jenis tumbuhan penemuan-penemuan dari hasil penelitian ini
tertentu untuk mengetahui tempat-tempat diharapkan dapat bermanfaat untuk menjaga
yang diperkirakan mengandung logam emas. kelestarian tumbuhan yang berguna bagi
Ada beberapa jenis tumbuhan hutan yang manusia, sehingga kedepannya pengetahuan
diyakini oleh masyarakat suku Dayak Ngaju yang telah dikembangkan dapat memberi
Kalimantan Tengah sebagai tumbuhan yang kontribusi yang besar dalam proses
menunjukkan adanya logam emas (Au). pengenalan sumber alam hidup yang ada di
Adanya tumbuhan tertentu yang digunakan suatu wilayah melalui kegiatan kesadaran
untuk mendeteksi terdapatnya deposit logam akan fungsi tumbuhan untuk masyarakat
di dalam tanah, menunjukkan arti penting setempat.
tumbuhan di wilayah tersebut. Namun
hingga saat ini belum diketahui kebenaran- Metode Penelitian
nya secara ilmiah, mengapa tumbuhan Penelitian ini merupakan penelitian
tersebut digunakan sebagai penunjuk adanya diskriptif kualitatif, bertujuan untuk mencari
logam emas. data tentang persepsi masyarakat berkaitan
Pengetahuan masyarakat yang ber- dengan beberapa jenis-jenis tumbuhan yang
beda-beda tentang berbagai jenis tumbuhan diyakini oleh masyarakat di sekitar penam-
di lingkungan sekitar, ikut menentukan bangan emas (khususnya para penambang)
eksistensi lingkungannya, oleh sebab itu yang digunakan sebagai penunjuk adanya
perlu ditelaah bagaimana peran manusia logam emas di suatu wilayah. Metode yang
dalam peguasaan pengetahuan dan menge- digunakan adalah Participatory Rural
lola sumber daya alam hayati (Sastrapradja Appraisal (PRA) yang diperoleh dengan 2
dkk, 1989). Pemanfaatan berbagai jenis cara yaitu dengan melakukan observasi
tumbuhan dipengaruhi oleh kelompok etnis lapangan mengenai tempat, pelaku dan
dengan segala tata cara kehidupannya, adat, aktivitas dan wawancara mendalam (indepth
perilaku, pola hidup kelompoknya atau interview) dengan para penambang emas
tingkat kebudayaan suatu suku, sehingga sebagai informan, kepala adat/suku, serta
pada akhir-akhir ini banyak dikaji penge- masyarakat lokal. Data yang direkam

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 42


diantaranya adalah: (1) Observasi terencana sedangkan pemilik mesin penambang pada
maupun observasi spontan; (2) Wawancara umumnya berpendidikan SMA atau Sarjana.
terencana dan percakapan-percakapan spon-
tan; (3) Analisis dokumen; dan (4) wawan- Tabel 1. Komposisi Informan di Desa
cara formal dengan para penambang emas di Pujon dan Masaran Berdasar
wilayah penambangan emas.(5) beberapa Tingkat Pendidikan
jenis tumbuhan yang diyakini masyarakat
Tingkat Prosentase
sebagai tumbuhan indikator terdapatnya No. Jumlah
Pendidikan (%)
emas di kawasan hutan alam di Kecamatan 1 Tidak lulus
Pujon Kalimantan Tengah. (6) jenis yang SD 2 10
dikoleksi dicatat habitat, lokasi, kemudian 2 SD 8 40
diberi label, dengan ciri morfologis dan 3 SMP 4 20
karakteristik spesifiknya. Pembuatan speci- 4 SMA 4 20
men herbarium mengikuti cara yang di- 5 Perguruan 2 10
kemukakan oleh Martin (2004). Metode Tinggi
penelitian pada tahap berikutnya adalah
penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk Tabel 2. Komposisi Informan di Desa
mengukur kandungan Au pada tumbuhan Pujon dan Masaran Berdasar
indikator yang ditemukan di lokasi penam- Kelompok Umur
bangan. Analisis kandungan logam Au Usia
Prose Jumlah
(emas) dengan menggunakan Atomic No
Penamba Juml
ntase tanggungan
Absorption Spectroscopy (AAS) yang ng ah
(%) keluarga
( tahun )
diamati pada panjang gelombang 242,8 nm.
1 10 – 20 2 10 Blm kawin =
2 21 – 30 6 30 20%
Hasil Studi Pendahuluan 3 31 – 40 6 30 2 org anak =
Penambangan Emas di Kawasan Hutan 4 41- 50 4 20 25%
Wilayah penambangan pada umum- 5 <50 2 10 3 org anak =
25%
nya dibuka dari hutan dengan cara tebang 4 org anak =
habis dan umumnya masyarakat setempat 20%
setuju bila wilayah hutan dijadikan sebagai 5 org anak =
wilayah penambangan, walaupun ada se- 10%
bagian yang mengetahui hal ini akan me-
rusak lingkungan. Setelah digunakan untuk Berdasarkan hasil observasi dan wa-
wilayah penambangan pada umumnya di- wancara dengan penambang emas, menun-
tinggalkan begitu saja tanpa adanya upaya jukkan kelompok umur yang dominan
untuk menanami kembali, sehingga keru- adalah kelompok usia antara 20 sampai 50
sakan wilayah hutan semakin meluas akibat tahun. Pada umumnya informan di daerah
penambangan. Penggunaan wilayah hutan penelitian 80% sudah berkeluarga dan me-
sebagai lahan untuk penambangan emas miliki 2 – 5 orang anak. Berkaitan dengan
banyak dilakukan oleh para penambang jumlah keluarga yang harus diberi nafkah,
tanpa izin (PETI). Penambangan liar ini pada umumnya masyarakat di wilayah
terjadi, karena tidak ada pekerjaan lain untuk sekitar hutan menggantungkan hidupnya
menjamin penghidupan yang lebih baik. dari hasil penambangan.
Berdasar hasil studi pendahuluan di Tabel 3. Komposisi Informan di Desa
Kecamatan Pujon, Kalimantan Tengah dari Pujon dan Masaran Berdasar
400 KK, 60%nya pekerjaannya sebagai Lamanya Bekerja sebagai
penambang emas. Penambang Emas
Usia Prosentase
Komposisi Informan No Jumlah
Penambang (%)
Berdasar latar belakang pendidikan 1 > 1th 3 15
informan, terdiri dari 10% tidak lulus SD, 2 1 – 5 th 5 25
40% lulus SD dan 20% lulus SMP, dan pada 3 6-10 th 4 20
umumnya yang lulus SD atau SMP bekerja 4 11-15th 4 20
sebagai buruh tambang, dengan penghasilan 5 < 15 th 4 20
rata-rata Rp 50.000 – Rp 100.000,- per hari,

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 43


Berdasar lamanya bekerja sebagai Berdasar hasil observasi, para penam-
penambang emas, pengalaman kerja ber- bang meyakini adanya tumbuhan indikator
implikasi pada persepsi dalam mengenal emas, karena menurut nereka hal ini,
tumbuhan indikator emas. Penambang yang “berdasar pengalaman yang telah diwariskan
lama kerjanya lebih dari 5th pada umumnya oleh nenek moyang”. Ini menunjukkan
pernah mengenal tumbuhan indikator emas, bahwa persepsi masyarakat tentang adanya
sedangkan yang memiliki lama kerja kurang tumbuhan indikator emas muncul karena
dari 1(satu) tahun rata-rata tidak mengenal adanya stimulus yang memunculkan respon
jenis tumbuhan tersebut. Cara menentukan perilaku untuk ditafsirkan serta diberi makna
tempat-tempat tertentu dapat digunakan melalui proses pemberian arti terhadap
untuk penambangan emas 50% informan lingkungan, kemudian dihasilkan persepsi.
menyatakan dengan menggunakan cirri-ciri Berdasar pengalaman para penambang pada
tumbuhan tertentu, 25% selain mengguna- masing-masing jenis tumbuhan dapat men-
kan tumbuhan tertentu juga berdasar ciri-ciri cirikan adanya deposit logam emas dibawah-
jenis tanah tertentu, 25% tidak mengguna- nya dengan jumlah kandungan emas yang
kan kedua ciri tersebut, melainkan melalui berbeda-beda pada setiap jenis tumbuhan.
coba-coba dengan cara tes hasil secara Bagi masyarakat suku Dayak Ngaju
tradisional. Kegiatan penambangan mulai menambang adalah kegiatan turun temurun
marak dilakukan oleh penduduk, karena yang merupakan warisan dari nenek
hasil kegiatan penambangan memberikan moyang. Pengetahuan mendulang (mencari
pendapatan yang lebih baik dari sebelum- emas secara tradisional) diturunkan dari
nya. generasi kegenerasi. Emas tidak saja
memiliki nilai ekonomis, tetapi juga budaya
Etnobotani Tumbuhan Indikator Aurum dan ritual. Pencarian bahan tambang emas
Tumbuhan hidup dengan baik pada secara tradisional telah dikenal masyarakat
suatu lingkungan yang menguntungkan. suku Dayak Ngaju sejak beberapa abad yang
Suatu tumbuhan atau komunitas tumbuhan lalu. Meningkatnya jumlah penduduk pada
dapat berperan sebagai pengukur kondisi saat ini berdampak pada pola hidup dan cara
lingkungan tempat tumbuhnya, disebut untuk mendapatkan logam emas di wilayah
indikator biologi atau bioindikator atau penelitian. Semula masyarakat setempat
fitoindikator, atau dengan istilah lain mencari emas placer di wilayah sungai,
tumbuhan yang dapat digunakan sebagai namun pada saat ini sudah digunakan mesin-
indikator kekhasan habitat tertentu disebut mesin penyedot di kawasan hutan untuk
tumbuhan indikator. (dalam kamus bahasa mencari emas.
Indonesia indikator berarti alat pemantau Informasi lebih lanjut dari penambang
(sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk emas, pada dua desa di kecamantan Pujon
atau keterangan). Peran tumbuhan indikator Kapuas Tengah, melalui wawancara dengan
logam Au (emas) yang dikaji melalui etno- 20 orang informan, dinyatakan terdapat 9
botani memberi gambaran bahwa masyara- (sembilan) jenis tumbuhan yang digunakan
kat secara turun-temurun telah meyakini dan sebagai penunjuk adanya logam Aurum,
memanfaatkan tumbuhan indikator tersebut. nama daerah (Kalteng) antara lain sebagai
Hasil wawancara dengan penambang berikut:
emas di daerah penambangan emas yang ada
di Kecamatan Pujon, Kabupaten Kuala
Kapuas, Propinsi Kalimantan Tengah, ada
beberapa jenis tumbuhan yang digunakan
sebagai penunjuk adanya emas (Au). Para
penambang emas pada umumnya meyakini
bahwa bila ada tumbuhan tertentu, maka
diperkirakan di sekitar wilayah tersebut
terdapat logam emas. Wilayah penambangan
emas banyak ditemukan di kawasan hutan
dengan jenis tanah gambut berpasir, dan
ditandai dengan jenis tumbuhan tertentu
sebagai indikator

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 44


Root (1988) adanya kandungan logam pada
Tabel 4. Jenis-Jenis Tumbuhan Indikator tumbuhan diyakini merupakan alat untuk
yang Diyakini untuk menduga kandungan deposit di dalamnya,
Penambangan Emas melalui analisis kandungan Au pada tum-
No Nama lokal Nama Ilmiah Habitat buhan merupakan salah satu cara yang
1 Rangas/Rengas Gluta renghas Bukit,tanah efektif untuk menduga keberadaan logam
pasir
berat yang ada di dalam tanah. Keberadaan
2 Galam tikus Melaleuca Rawa
soulatrii Linn. gambut logam pada daun, batang atau akar tum-
dekat bukit buhan tertentu mengindikasikan kandungan
3 Karuing Dipterocarpus Bukit tanah deposit di bawahnya.
ovtovus King. gambut Hasil analisis terhadap beberapa jenis
berpasir
tumbuhan indikator pada bagian akar,
4 Katumbu Dillenia Bukit, tanah
excelsa Gilg gambut batang dan daun dapat dilihat pada (Tabel 5)
berpasir sebagai berikut:
5 Katune Tillinea lineous Bukit, tanah
Robert gambut Tabel 5. Kadar Aurum (Au) Pada Tujuh
berpasir
6 Tumih Comvetocarpus Rawa
Jenis Tumbuhan Indikator Emas
soulatrii gambut No Jenis Kadar Au (ppm)
Tumbuhan Tanah Akar Batan Daun
7 Kayu lalas Calophyllum Rawa
inophyllum gambut g
8 Katiau/Ketiau Ganua Perbukitan, 1 Tillinea
kingiana H.J.L rawa lineous Robert 0,585 0,070 0,104 0,080
gambut (Katune)
9 Belawan Tristania Bukit, tanah 2 Dillenia
maingaji berpasir excelsa Gilg 0,487 0,067 0,115 0,060
Duthii (Katumbu)
3 Gluta renghas
0,476 0,051 0,095 0,067
(Rangas)
Penelitian Etnobotani memberikan 4 Dipterocarpus
kontribusi yang besar dalam mengembang- ovtovus 0,432 0,082 0,143 0,089
kan pendekatan untuk peningkatan penggu- King(Karuing)
naan pengetahuan lokal dalam pembangunan 5 Comvetocarpu
pedesaan. Seperti yang pernah dilakukan s soulatrii 0,407 0,047 0,075 0,030
(Tumih)
oleh Dharmono (2007) kajian etnobotani 6 Tristania
dapat dilakukan melalui kajian botani maingaji
0,374 0,040 0,080 0,054
tumbuhan, etnofarmakologi, etnoantropolo- Duthii
gi, etnoekonomi, etnolinguistik dan etnoeko- (Belawan)
logi. Bila dikaji dari etnoekonomi manfaat 7 Melaleuca
soulatrii Linn. 0,232 0,034 0,060 0,037
tumbuhan indikator tidak mempunyai nilai (Galam Tikus)
ekonomi yang tinggi, sebagian masyarakat
memanfaatkan kayu hasil tebangan sebagai Hasil analisis laboratorium pada tujuh
bahan bangunan atau kayu bakar. Dari jenis tumbuhan indikator Au menunjukkan
kajian etnofarmakologi sebagian penduduk adanya kadar Au yang berbeda pada bagian
ada yang memanfaatkannya sebagai tum- akar, batang dan daun. Hal ini akan menjadi
buhan tersebut sebagai obat rematik dan bahan analisis lebih lanjut. Akumulasi Au
sakit gigi, contohnya Katune (nama lokal). pada tumbuhan tampaknya berhubungan
Apabila tumbuhan yang dipersepsikan dengan kondisi tanah di sekitarnya. Distri-
sebagai indikator setiap saat harus ditebang busi mungkin dipilih sebagian disimpan di
karena terbukti adanya deposit emas di- akar, batang, atau daun dalam bentuk tidak
bawahnya, maka lama kelamaan tumbuhan beracun bagi tumbuhan tersebut melalui
ini terancam punah. mekanisme toleransi, dengan jumlah yang
Kebenaran persepsi terdapatnya tum- terakumulasi dapat mentolerir tumbuhan dan
buhan indikator perlu pembuktian secara tanpa efek samping. Pernyataan tersebut
ilmiah, antara lain melalui analisis labora- dinyatakan dalam Girling dan Peterson
torium pada beberapa jenis tumbuhan yang (1980) bahwa tumbuhan memiliki kemam-
diyakini sebagai tumbuhan indikator ter- puan mengakumulasi Au dalam jaringan
dapatnya emas. Seperti dikemukakan oleh tubuhnya. Adanya kemampuan menyerap

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 45


unsur logam di dalam tumbuhan menunjuk- kan. Melalui sosialisasi diharapkan akan me-
kan bahwa pada kondisi tertentu tumbuhan ningkatkan kearifan lokal masyarakat di
mampu mengatasi simtom (phytotoxicity) wilayah penambangan emas setempat.
dengan cara mengakumulasi di dalam tubuh- Kegiatan penambangan sulit dicegah,
nya. Selanjutnya dinyatakan bahwa kebera- karena berdasar pernyataan para penambang
daan logam Au pada beberapa jenis tum- pada umumnya mereka sulit untuk men-
buhan dapat terakumulasi di dalam jaringan dapatkan pekerjaan lain selain menambang.
tubuhnya dalam konsentrasi yang bervariasi, Hal ini kemungkinan ada kaitannya dengan
tergantung jenis, tingkat pertumbuhan, dan latar belakang pendidikan. Berdasar hasil
faktor tanah di lingkungan sekitar. Hasil analisis respon informan menunjukkan
eksperimen secara statistik, ada korelasi bahwa mayoritas penambang (50%) lulusan
antara faktor tanah dengan keberadaan tum- SD dan 40% lulusan SMP dan SMA.
buhan dimana tumbuh secara alami, di- Peluang untuk mendapatkan lapangan kerja
gunakan untuk mendeteksi kekayaan mine- baru yang lebih menguntungkan tidak ter-
ral di dalam tanah. sedia untuk tingkat pendidikan tersebut.
Akibat penambangan emas telah ter- Salah satu persepsi yang kurang tepat bahwa
jadi degradasi lingkungan yang cukup mem- pekerjaaan yang layak adalah menjadi
prihatinkan, kekhawatiran hilangnya bebe- pegawai negeri (PNS). Berdasar kenyataan
rapa spesies yang terancam punah terjadi di tersebut, maka usaha untuk meningkatkan
kawasan hutan di wilayah penambangan partisipasi dan keikutsertaan masyarakat
emas, karena begitu terlihat adanya tumbuh- dalam membangun pendidikan. Dengan me-
an indikator tersebut langsung ditebang ningkatnya mutu pendidikan masyarakat,
untuk dijadikan wilayah penambangan. diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas
Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dalam menciptakan lapangan kerja baru,
Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2008, terutama bagi generasi muda diharapkan
diketahui bahwa pengurangan luas Hutan akan semakin menumbuhkan rasa tanggung
Produksi (HP) Kalimantan Tengah sebesar jawab dalam mengelola lingkungan sekitar-
342.452 ha, sedangkan hasil rehabilitasi nya.
hutan dan lahan hanya seluas 27.053,62 ha.
Dari data tersebut diketahui bahwa laju Pentingnya Konservasi Lingkungan
degradasi hutan Kalimantan Tengah hingga Konservasi adalah pengelolaan/peme-
tahun 2008 adalah sebesar 315.398,38 liharaan kualitas lingkungan, sumber daya
hektar. Oleh karena itu upaya konservasi dan keseimbangan antar komponen ling-
perlu dilakukan untuk menjaga kualitas kungan di suatu kawasan dengan menerap-
lingkungan, sumber daya dan keseimbangan kan prinsip keberlanjutan. Konservasi men-
antar komponen lingkungan di suatu kawas- cakup aspek perlindungan, penelitian dan
an dengan menerapkan prinsip keberlanjut- pemanfaatan secara berkelanjutan pada
an. Konservasi mencakup aspek perlindung- tingkat ekosistem, jenis dan genetik. Konser-
an, penelitian dan pemanfaatan secara ber- vasi dapat dilakukan secara in situ maupun
kelanjutan pada tingkat ekosistem. ex situ. Konservasi in situ dilakukan di
Sementara ini upaya pemerintah untuk dalam habitat aslinya, misalanya dengan
pelarangan penambangan emas tanpa izin di pembuatan hutan lindung. Adat Suku Dayak
kawasan hutan belum memberikan hasil sejak dulu sebenarnya memiliki kearifan
yang memuaskan, hal ini terjadi karena se- lokal dalam mengelola sumber daya alam,
tiap tahun jumlah penambang semakin mereka juga dapat dikatakan melakukan
meningkat yang diikuti dengan meluasnya konservasi in situ. Namun seiring dengan
area penambangan yang rusak. Pemahaman peningkatan jumlah penduduk dan mening-
tentang prinsip dan mekanisme keseimbang- katnya jumlah penambang yang semakin
an ekologi perlu disosialisasikan pada ma- meningkat berakibat kerusakan wilayah
syarakat. Ditinjau dari sudut pandang eko- hutan semakin meningkat.
logi dengan penemuan adanya beberapa Jika memanfaatkan sesuatu berarti
jenis tumbuhan yang ikut berperan dalam mengambil manfaat atau kegunaan dari se-
siklus pembentukan emas, menjadi dasar suatu tersebut. Sehubungan dengan keaneka-
mengapa beberapa spesies tumbuhan di ragaman hayati maka memanfaatkan, mem-
wilayah penambangan emas perlu dilestari- pelajari dan menyelamatkannya merupakan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 46


upaya-upaya dalam strategi konservasi. di atasnya. Persepsi merupakan suatu proses
Upaya-upaya ini juga tergambar dalam yang dimulai dari penglihatan hingga
budaya dan pengetahuan asli lokal, seperti terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri
masyarakat suku Dayak di Kalimantan individu sehingga individu sadar akan segala
Tengah. Unsur kearifan lokal ini secara sesuatu dalam lingkungannya melalui
tradisional adalah salah satu kekayaan indera-indera yang dimilikinya.
bangsa yang sangat tak ternilai harganya,
karena merupakan sumber bagi pengem- Kesimpulan
bangan ide-ide alternatif di masa kini dan Kesimpulan dari hasil penelitian pen-
menjadi landasan kuat bagi teknologi dahuluan ini adalah: (1) Etnobotani adalah
mutakhir ilmu yang mempelajari interaksi manusia
Sebagai upaya untuk menumbuhkan dengan tumbuhan (2) Etnobotani tumbuhan
kesadaran masyarakat, maka perlu disosiali- indikator logam Au (emas) dapat dikaji
sasikan kepada masyarakat di wilayah pe- dengan cara memberi gambaran peran tum-
nambangan emas tentang manfaat dan fungsi buhan indikator tersebut pada masyarakat.
tumbuhan untuk keseimbangan ekologis. Dari sisi etnoekonomi manfaat tumbuhan
Salah satu bentuk pembelajaran masyarakat indikator tidak mempunyai nilai ekonomi
diantaranya melalui pendekatan tradisional yang tinggi, namun memiliki peran penting
dan pendekatan kognitif (Azwar, 2009). untuk keseimbangan ekologi. Dari kajian
Melalui strategi persuasi diharapkan adanya etnofarmakologi sebagian ada yang dapat
perubahan sikap masyarakat lokal untuk dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat antara
mengembangkan budaya cinta lingkungan lain untuk obat rematik dan sakit gigi. (3)
dan diikuti program penghijauan kembali. pentingnya konservasi lingkungan untuk
Konservasi lingkungan di wilayah penam- menjaga agar tumbuhan indikator terdapat-
bangan emas setempat, perlu dukungan dari nya logam emas dapat dimanfaatkan secara
pemerintah, pemangku adat dan masyarakat berkelanjutan. (4) Tingkat pendidikan dan
lokal, agar sikap dan perilaku berjalan pengalaman bekerja para penambang berpe-
sinergis dalam meningkatkan kearifan lokal. ngaruh pada persepsi adanya tumbuhan indi-
Sebenarnya pengetahuan tentang pe- kator di wilayah penambangan emas. (5)
manfaatan tumbuhan yang belum banyak di- Berdasar data observasi, yang cocok diambil
gali adalah kearifan tradisional masyarakat sebagai responden adalah penambang yang
asli daerah tertentu yang tidak banyak memiliki lama bekerja lebih dari 5 tahun
berinteraksi dengan modernisasi. Pengetahu- sebagai penambang emas.
an tentang pemanfaatan tumbuhan ini, biasa-
nya diketahui secara turun temurun dan Saran
bersifat sebagai pengetahuan lokal sehingga Saran yang dapat disampaikan pada
menjadi ciri dari suatu masyarakat tradi- pemerintah dan masyarakat adalah: (1)
sional. Seiring dengan percepatan moderni- pemerintah hendaknya lebih memperhatikan
sasi yang telah menyentuh daerah masya- wilayah hutan yang rusak akibat penam-
rakat tradisional, sangat penting untuk men- bangan tanpa izin. (2) mengupayakan kebe-
dokumentasikan pengetahuan lokal ini agar radaan hutan melalui mekanisme perluasan
tetap lestari dan tidak hilang seiring dengan area hutan lindung. (3) upaya konservasi
laju gaya hidup kota yang sedikit banyak hutan hendaknya dilakukan secara sinergis
telah mempengaruhi generasi muda dari dengan memperhatikan kearifan lokal ma-
masyarakat tradisional. syarakat, agar ikut serta dalam pengelolaan
Memaknai suatu persepsi masyarakat lingkungan hutan. (4) masyarakat hendaknya
tidak hanya memahami bagaimana suatu mulai menyadari untuk mengalihkan peker-
kelompok orang tertentu menggunakan tum- jaan selain menambang, dengan upaya untuk
buhan, tetapi juga termasuk bagaimana ma- menciptakan lapangan kerja baru.
syarakat tergantung dan merasakan hasilnya,
bagaimana menafsirkan persepsi itu, bagai- Daftar Rujukan
mana persepsi yang mempengaruhi kegiatan Azwar, S. 2009. Sikap Manusia Teori Dan
anggota masyarakat itu, dan bagaimana ke- Pengukurannya. Yogyakarta. Edisi ke 2 Pustaka
giatannya, yang pada akhirnya, mempe- Pelajar Offset.
ngaruhi vegetasi sekitar dan ekosistem yang

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 47


Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Tengah,
2008 Statistik Kehutanan Provinsi Kalimantan
Tengah. Bp2hp Wilayah XII Palangkaraya
Cahyani, M.I, 2009 Pengetahuan Etnobotani
Bagi Kelestarian Lingkungan Yayasan PEKA
Indonesia Foundation http://www
Documents/etnobotani/ Pengetahuan etnobotani
bagi Kelestarian Lingkungan.

Girling, C. A. and Peterson.P. J, 1980. Gold in


Plant. Gold Bulletin, volume 13
http://www.goldbulletin.org/ diakses 10
September 2009

Hendra, M. 2002 Pemanfaatan Tumbuhan Buah-


buahan dan Sayuran Liar oleh Suku Dayak
Kenyah Kalimantan Timur Bogor. Program
Pasca Sarjana/ S3 Institut Pertanian Bogor
Martin, G.J, 2004 Ethnobotany: A Methods
Manual . London Earthcan publishes in
Assosiation with WWF –UK and International
Institute for Environment and Development.
Rahmat, J. 2001, Psikologi Komunikasi, Remaja
Rodakarya, Bandung
Root, M 1988 Gold In Them Thar Plants
Tecnology Review ABI Inform Research
Rusman, 2009 Etnobotani
elfeen.wordpress.com/2009/10/18/etnobotani/18
Februari 2009 . diakses 12 Juni 2010
Simbo, D.J 2010 Ethnobotanical survey
University of Antwerp Groenenborgerlaan
Belgia. University of Antwerp
Groenenborgerlaan 17/1 /2010 Antwerpen.
Sastrapradja,S.D,1989 Kajian Pemanfaatan
Tumbuhan Hutan Non Kayu oleh Masyarakat
Lokal www.unsjournals.com/D080115.pdf -
diakses 12 Juni 2010

Veilleux dan King (2005) An Introduction To


Ethnobotany Linda Morganstein, editor Shaman
Pharmaceuticals, Inc. work interdisciplinary to
discover new drugs
Waluyo E.B, 1998. Manfaat isu Etnik Melalui
Penelitian Etnobotany untuk Pelestarian Plasma
Nutfah. Herbarium Bogorense- LIPI. Bogor
katalog.pdii.lipi.go.id /index.php /searchkatalog
diakses 12 Juni 2010

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 48


POTENSI PEMANTAUAN INDEKS LALAT SEBAGAI UPAYA
PENCEGAHAN PENYAKIT DESENTRI AMOEBIASIS DI
LINGKUNGAN MASYARAKAT

Endang Suarsini1), Sofia Ery1)


Biologi, FMIPA, UM
jl. Semarang 5, Malang, 65145
Telp : (0341) 588077, Fax : (0341) 588077
E-mail : suarsini2001@yahoo.com1)

Abstract
Penyakit desenteri dapat terjadi jika tubuh seseorang terinfeksi jenis bakteri atau protozoa parasit. Lalat
adalah salah satu vektor yang dapat menularkan penyakit desenteri dari kotoran penderita ke orang lain.
Indeks lalat dapat digunakan sebagai parameter untuk melakukan analisis mengenai dampak kesehatan
lingkungan. Lingkungan yang sehat memiliki indeks lalat rendah. Metode yang digunakan untuk
menghitung jumlah rerata jenis lalat yang hinggap atau beterbangan di atas alat perangkap pada waktu
tertentu adalah indeks lalat menggunakan fly grill. Beberapa penelitian mengenai pemantauan indeks
lalat telah dilakukan mahasiswa jurusan Biologi FMIPA UM tahun 2009 – 2010 di tiga kota yang
berbeda di Jawa Timur, dengan pemilihan sampel berdasarkan riwayat prevalensi kasus desenteri
amoebiasis sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks lalat yang tinggi dapat dilacak dari
penyakit desenteri amoebiasis yang prevalensinya tinggi di masyarakat. Oleh karena itu disarankan
kepada masyarakat untuk mencegah kejadian luar biasa penyakit desenteri dengan mengupayakan
pemantauan indeks lalat secara berkelanjutan agar indeksnya rendah.

Keywords: indeks lalat, desenteri amoebiasis

1. PENDAHULUAN desenteri amoebiasis, diikuti cacingan dan


parasit lain.
Desenteri amoebiasis merupakan
Penularan desenteri amoebiasis
penyakit infeksi usus besar yang disebab kan
melalui kontaminasi makanan atau minuman
oleh Protozoa parasit dari spesies
oleh fase infektif berupa kista E. histolytica.
Entamoeba histolytica. Prevalensi di
Kista dapat menempel pada kaki vektor
Indonesia berkisar antara 10–80%,
penyakit seperti kecoak dan lalat. Sumber
ditemukan secara endemis (Depkes, 2000a).
penularannya adalah tinja penderita yang
Insiden tertinggi lebih banyak pada anak
mengandung fase kista E. histolytica.
usia 1-5 tahun. Penyebaran penyakit ini
Bagaimana mekanis- me kista pada tinja
berhubungan erat dengan kebersihan
penderita sampai mengkontaminasi makanan
personal dan kesehatan lingkungan.
atau minum-an, hal ini menjadi bahan titik
Penyakit parasit secara berkala
perhatian hasil survei. Bagaimana indeks
dibahas pada matakuliah parasitologi yang
lalat di lingkungan dan faktor-faktor apa
diberikan kepada mahasiswa jurusan Biologi
yang mempengaruhi penyebarannya? Bagai-
FMIPA UM. Tujuannya untuk
mana pencegahan penyakit desenteri yang
meningkatkan kompetensi hard skill
dilakukan masyarakat? Beberapa pertanyaan
maupun soft skill mahasiswa menerapkan
ini menjadi masalah yang perlu dijawab
berbagai upaya pencegahan dan
dalam penelitian secara berkala berikut ini.
pengendalian hewan parasit. Pendataan
(survey) tentang beberapa penyakit parasit
2. METODE PENELITIAN
dilakukan mahasiswa baik di rumah-sakit
maupun puskesmas yang tersebar di tempat Metode yang dilakukan dalam
asalnya yang sebagian besar dari Jawa penelitian menggunakan metode deskrip- tif
Timur. Selama dua tahun (2009-2010) data eksploratif dengan teknik survei. Survei
penyakit parasit menunjukkan bahwa penyakit parasit dilakukan di rumah sakit
insiden tertinggi terjadi pada penyakit maupun puskesmas dengan tugas terstruktur
mahasiswa yang meng-ikuti matakuliah

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 49


parasitologi semester genap 2009 dan daerah di lingkungan sekitar RSUD Genteng
semester gasal 2010. Setelah diperoleh data Kabupaten Banyuwangi, Puskesmas
survei, dilakukan penghitungan indeks lalat. Kanigaran, Probolinggo, dan puskesmas
Penghitungan indeks lalat dilaku-kan Ciptomulyo Sukun, Malang.
menggunakan fly grill dengan langkah-
langkah sebagai berikut: a) Di-siapkan kayu 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
20 buah dengan diameter ± 2 cm dan
3.1. Mekanisme Kista E. histolytica pada
panjang 80 cm. b) Antar setiap kayu diberi
Tinja Penderita Sampai Dapat
jarak 2 cm. c) Diberi batas 5 cm di setiap
Mengkontaminasi Makanan Atau Mi-
bagian pinggir atas dan bawah kayu untuk
numan.
diikat dengan tali sehingga tidak terpisah. d)
Dilakukan penghitungan lalat dengan cara Hasil pencucian lalat yang di jaring
metode fly grill sebagai berikut (Dinas terbukti membawa fase kista, dan fase
Kesehat-an, 2000b): Pertama, menentukan trofozoit dari Protozoa spesies E. histolytica,
lokasi penghitungan lalat berdasarkan di samping juga ditemukan telur dari cacing
observasi yang telah dilakukan sebelumnya. Ascaris lumbricoides. Hasil ini
Kedua, fly grill diletakkan pada daerah yang mengindikasikan bahwa lalat yang ada di
akan dihitung jumlah lalatnya. Ketiga, lokasi penelitian terbukti berperan menjadi
jumlah lalat yang hinggap di atas fly grill vektor penyakit desenteri amoebiasis. Selain
dihitung selama 30 detik. Peng-hitungan itu dapat juga berperan sebagai vektor
dilakukan 10 kali di setiap lokasi pada hari penyakit cacing perut askariasis pada
yang berbeda selama 10 hari. manusia.
Teknik analisis untuk menentuan Adapun mekanisme penyebaran kista
indeks lalat menggunakan rumus inter- ini ialah melalui daur hidup E. histolytica.
pretasi sebagai berikut. Predileksi Protozoa ini di usus besar (kolon),
0 – 2 : Rendah (tidak menjadi masalah) dengan mengguna- kan enzim lisozim fase
3 – 5 : Sedang (perlu pengamatan terha-dap vegetatif aktif melakukan penetrasi ke dalam
tempat berbiaknya lalat, tum-pukan usus. Jika orang yang terinfeksi tidak
sampah, kotoran hewan dll) diobati, maka fase vegetatif berhasil
6 – 20: Tinggi/padat (perlu pengamanan menembus dinding usus besar. Fase
terhadap tempat berbiaknya lalat vegetatif juga merupakan fase trofozoit yang
dan bila mungkin direncanakan dapat menggerogoti dinding usus besar.
upaya pengendaliannya). Akibatnya sisa luka yang ada di usus besar
> 21 : Sangat tinggi/sangat padat (perlu ini dapat dikeluarkan bersama tinja,
pengamanan terhadap tempat ber sehingga tinja bercampur darah. Luka yang
biaknya lalat dan tindakan pe- terjadi di usus besar bentuk-nya menggaung
ngendaliannya. seperti botol, dengan gejala abses. Fase
trofozoit yang berhasil menembus dinding
Lokasi penghitungan indeks lalat usus besar dapat secara hematogen
ditentukan secara teknik sampling terpilih di menyebar ke seluruh tubuh sampai ke paru-
lingkungan sekitar puskesmas atau rumah paru, dan otak Di samping itu secara
sakit dengan melacak data dari asal kontinyu dapat menulari organ terdekat
penderita. Lokasi terpilih diambil dari misalnya hati. Gejala amoebiasis kronis
masing-masing RT sebanyak 10 rumah. berupa abses kolon, abses hati, abses paru-
Pembuktian bahwa lalat dapat berperan paru dan atau abses otak (Madigan, dkk.
sebagai vektor dilakukan dengan cara 2005). Fase trofozoit yang tidak berhasil
menangkap lalat yang terbang di atas fly menembus dinding usus, mengikuti aliran
grill kemudian dicuci dengan larutan NaOH sisa pencernaan menuju kolon transenden
0,25% dan direndam dalam larutan NaCl ke kolon desenden dimana konstituen sisa
0,9%. Air cucian dan renda -man diamati di pencernaan menjadi padat. Keadaan ini
bawah mikroskop untuk mengamati adanya menjadi stimulus bagi Protozoa untuk
fase kista dari E. histolytica melakukan enkistasi (membentuk kista).
Teknik analisis data dengan mem - Akibatnya pada tinja penderita dapat
bandingkan hasil antara tiga penelitian dari ditemukan fase kista.
tiga daerah pengamatan yang ber- beda yaitu

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 50


3.2. Indeks Lalat di Lingkungan dan maka di setiap kelurahan terdapat berbagai
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi macam sarana umum seperti sekolah dan
Penyebarannya. tempat ibadah, juga terdapat pasar dan TPS,
sebagian besar lahan digunakan untuk
Hasil penghitungan indeks lalat
perumahan. Masing-masing kelurahan
menunjukkan perbedaan dari tiga daerah. Di
memiliki jumlah penduduk berbeda-beda.
kecamatan Genteng, Banyuwangi indeks
Nampak bahwa perilaku penduduk sangat
rendah ditemukan di Desa Setail yaitu 2 ekor
berpengaruh terhadap tinggi-rendahnya
lalat/fly grill. Indeks lalat dengan kategori
indeks lalat, terutama keber-sihan
sedang desa Kembiritan 4 ekor dan desa
perorangan, menghindari air dan makanan
Kaligondo 3ekor. Kategori tinggi di desa
yang tercemar oleh kista E. Histolytica, dan
Genteng Wetan dan desa Genteng Kulon
menjaga kesehatan lingkungan. Oleh karena
indeks lalat mencapai 7 ekor lalat/fly grill.
itu pendidikan lingkungan hidup perlu
Indeks lalat sedang di TPS Sukoharjo
digalakkan.
Probolinggo, dengan nilai 4,30 dan di SDN
Kebonsari Wetan dengan nilai 2,53, indeks
3.3. Pencegahan penyakit desenteri yang
tinggi dengan nilai 6,28 di desa Kanigaran,
dilakukan masyarakat.
nilai indeks lalat rendah terdapat di 18 lokasi
lainnya < 2. Hasil wawancara yang dilakukan
Di kecamatan Sukun, Malang indeks terhadap penduduk di sekitar lokasi
lalat rendah di Kelurahan Bakalan Krajan 2 penghitungn indeks lalat sebagian penduduk
ekor. Kelurahan Tanjungrejo, Kelurahan mengatakan bahwa masyara-kat telah
Mulyorejo, dan Kelurahan Ciptomulyo berupaya mencegah hinggap-nya lalat pada
indeks 3 ekor. Kelurahan Sukun, Gadang, makanan dengan cara menutupi
dan Bandung Rejosari memiliki indeks lalat menggunakan plastik penutup. Namun ada
6 dan 7 yang termasuk dalam kategori musim-musim tertentu dimana banyaknya
tinggi. lalat tidak dapat dikendalikan, misalnya
Berdasarkan indeks lalat yang musim buah dan saat musim penghujan saat
ditemukan di tiga daerah terbukti ada sampah tidak sempat diangkut ke TPA.
perbedaan berdasarkan lokasi penghi- Sampah yang berserakan di TPS seringkali
tungan. Tingginya indeks lalat dengan jarak dihinggapi banyak lalat, hal ini juga menjadi
lokasi penghitungan dari tempat keluhan masyarakat.
pembuangan akhir sampah (TPA) tidak Upaya pencegahan terhadap pe-
berkorelasi positif. Hasil ini tidak sesuai nyakit disentri amoebiasis yang penting
dengan penelitian sebelumnya yang adalah. Pertama, menjaga kebersihan
dilakukan Rudianto dan Azizah (2005) individu. Kedua memantau kesehatan
tentang perbedaan jarak perumahan ke TPA lingkungan secara berkelanjutan.
sampah Open Dumping dengan indikator Menjaga kesehatan lingkungan
tingkat kepadatan lalat dan kejadian diare, dengan cara selalu mempelajari tingkah laku
yang menyimpulkan bahwa ada perbedaan lalat sebagai vektor. Lalat dapat terbang
tingkat kepadatan lalat di ketiga area cukup jauh dari tempat pembiakannya
pengukuran (0-1, >1-2, >2-3 km), semakin (sampah), tetapi lalat tidak dapat terbang
dekat letak perumahan dengan TPA, jauh melawan arah angin. Jarak terbang lalat
semakin tinggi tingkat kepadatan lalatnya. mencapai 15 km dalam waktu 24 jam, tetapi
Terdapat fenomena menarik dari hasil sebagian besar tetap berada dalam jarak 1,5
penelitian misalnya di Malang, TPA terletak km di sekitar tempat pembiakannya. Ada
di kelurahan Mulyorejo, namun indeks juga beberapa lalat dapat terbang sampai
lalatnya tergolong kategori sedang. Justru sejauh 50 km, sehingga dalam rentang jarak
indeks tinggi terjadi di kelurahan Sukun, tersebut lalat masih dapat hadir di
Gadang dan Bandung Rejosari yang lingkungan perumahan maupun sekolah dan
jaraknya jauh dari TPA. Hasil ini tempat kerja, untuk mencari makan atau
mengindikasikan bahwa banyak faktor yang sekedar beristirahat.
berpengaruh terhadap indeks lalat, karena Jika jumlah lalat sangat banyak dan
tata kota saat ini terutama di Malang sudah masyarakat tidak memperdulikan kebersihan
tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, lingkungan, maka insiden penyakit menular

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 51


akan tinggi. Pada lingkungan perumahan
perlu diikuti tata kota yang memiliki
minimum 30% area hijau. Sarana tempat
pembuangan akhir yang bagus dan lebih
bersih.
Volume sampah rumah tangga perlu
diminimalkan jika tidak ada sarana mendaur
ulang sampah di TPS.

4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Lalat berperan sebagai vektor penyakit
amoebiasis karena pada tubuhnya
ditemukan fase kista Entamoeba
histolitica.
2. Indeks lalat yang tinggi dapat dilacak dari
kasus amoebiasis yang terjadi
sebelumnya.
3. Upaya pencegahan penyakit amoebiasis
yang penting adalah kebersihan individu
dan kesehatan lingkungan.

Saran.
Untuk mencegah kejadian luar biasa
penyakit desenteri dengan mengu-payakan
pemantauan indeks lalat secara
berkelanjutan agar indeksnya rendah.

5. DAFTAR PUSTAKA
Asrikawati, Sukma Devi. 2009. Kajian tentang
Penyakit Amoebiasis di Kalangan Masyarakat
Kecamatan Genteng Kabupa ten Banyuwangi.
Skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahu an Alam Universitas Negeri
Malang.
Dahliana, Dwi Ayu. 2010. Kajian Indeks Lalat
sebagai Vektor Penyakit Amoebi asis di
Kalangan Masyarakat Kecamat an Sukun Kota
Malang. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Malang
Madigan, M.T., Martinko J.M., Parker J. 2005
Brock Biology of Microorganism Tenth Edition.
USA. Prentice-Hall International, Inc.
Nuruzzaman, Rausyanfikria. 2009. Kajian Indeks
Lalat dengan Prevalensi Penderita Disentri
Amoebiasis di Kecamatan Kanigaran Kota
Proboling-go. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Malang.
Santi, Devi Nuraini. 2001. Manajemen
Pengendalian Lalat, (Online)
(http://library.usu.ac.id/download/fk/fk-Devi.pdf,
diakses tanggal 16 Mei 2009, pukul 18.32 WIB)

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 52


KONSENTRASI SPERMATOZOA TIKUS PUTIH JANTAN YANG
DIBERI SENYAWA AKTIF DAUN BELUNTAS DENGAN
BERBAGAI DOSIS SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATA
KULIAH REPRODUKSI HEWAN

Eko Susetyarini 1); Duran Corebima A2); Trinil Susilawati3); Moh. Amin2)
1)
Jurusan Biologi FKIP, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas 246, Malang 65144
2)
Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang
3)
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Tlp.(0341) 464318, Fax. (0341) 460435
Email: niniek08@gmail.com1)

ABSTRAK

Obat kontrasepsi tradisional sudah banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Tanaman
beluntas (Pluchea indica) dapat digunakan sebagai antifertilitas pada tikus putih jantan. Salah satu
sumber belajar yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran adalah hasil penelitian. Maka
perlu dikaji lebih lanjut tentang penggunaan senyawa aktif daun beluntas dengan berbagai dosis
terhadap konsentrasi spermatozoa sebagai sumber belajar mata kuliah Reproduksi Hewan.
Penelitin ini, penelitian eksperimen yang menggunakan 21 ekor tikus putih jantan untuk 7
perlakuan dan 3 ulangan dengan rancangan acak kelompok. Perlakuan yang digunakan kontrol, tanin
4,7 mg, tanin 9,4 mg, tanin 14,1 mg, gabungan (alkaloid+tanin+flavonoid) 4,7 mg, gabungan
(alkaloid+tanin+flavonoid) 9,4 mg dan gabungan (alkaloid+tanin+flavonoid 14,1 mg). Data konsentrasi
spermatozoa dianalisis dengan analisis anava.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi tanin dan gabungan (flavonoid +tanin+alkaloid)
dari daun beluntas ada perbedaan pengaruh pada konsentrasi spermatozoa tikus putih jantan. Rata-rata
konsentrasi spermatozoa perlakuan kontrol 91,67x107; tanin 4,7 mg 48,00x107; tanin 9,4 mg 52,33x107;
tanin 14,1 mg 49,67x107; gabungan (alkaloid+tanin+flavonoid) 4,7 mg 25,67x107, gabungan
(alkaloid+tanin+flavonoid) 9,4 mg 51,33x107 dan gabungan (alkaloid+tanin+flavonoid) 14,1 mg
42,67x107. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber belajar mata kuliah Reproduksi Hewan
untuk mahasiswa jurusan Biologi.

Kata kunci: Konsentrasi spermatozoa, senyawa aktif ,daun beluntas

1. PENDAHULUAN testosteron, jumlah anakan tikus betina.


Hasil penelitian yang dilakukan, yaitu
Penunjang program nasional di bidang pemberian dekok daun beluntas pada tikus
keluarga berencana adalah pendayagunaan putih jantan secara per oral. Susetyarini
sumber daya alami nabati sebagai bahan (2005), menyampaikan bahwa pemberian
obat, maka perlu dilakukan penelitian salah 0,5 g dekok daun beluntas berpengaruh
satu tanaman antifertilitas (Kapsul, 2007). terhadap jumlah sel spermatogenik tikus
Penggunaan tanaman obat tradisional belum putih jantan. Dekok dosis 0,5 g daun
banyak digunakan sebagai obat antifertilitas beluntas juga berpengaruh pada kadar
oral pada pria. Salah satu tanaman testosteron tikus putih jantan (Susetyarini,
tradisional yang termasuk kelompok obat 2003). Tikus putih jantan yang diberi dosis
antifertilitas, adalah beluntas (Pluchea 0,5 g dekok daun beluntas mempengaruhi
indica). Beluntas biasa ditanam oleh jumlah anakan tikus putih betina setelah
masyarakat sebagai tanaman pagar, dikawinkan dengan tikus putih jantan
berkhasiat sebagai penghilang bau badan. (Susetyarini, 2004).
Penelitian yang pernah dilakukan adalah Penelitian tersebut di atas masih
merebus daun beluntas, air rebusan (dekok) menggunakan rebusan daun beluntas.
tersebut diberikan ke tikus putih jantan Dekok daun beluntas masih mengandung
yang berakibat pada spermatogenik, kadar berbagai senyawa aktif dan belum diketahui

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 53


jenis senyawa aktif yang berpengaruh pada dehidrotestosteron (Cornwall et al., 1986;
antifertilitas tersebut. Pemberian senyawa Robaire & Viger, 1995).
aktif daun beluntas segar berupa ekstrak Permasalahan di atas adalah
cair (Wahyuni dan Susetyarini, 2007) dan permasalahan pada reproduksi khususnya
bubuk berpengaruh pada histologi testis pada hewan model, yaitu tikus putih jantan
tikus putih jantan (Susetyarini, 2008). (Ratus norwegicus). Penelitian ini bertujuan
Isolasi fraksi senyawa aktif pada daun untuk memperoleh data tentang perbedaan
beluntas kering berupa tanin, alkaloid dan pengaruh jenis senyawa aktif daun beluntas
flavonoid belum pernah dilakukan. dengan berbagai dosis terhadap konsentrasi
Senyawa aktif yang sangat penting spermatozoa tikus putih jantan. Harapan
pada tumbuhan, yaitu alkaloid, flavonoid, dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
tanin dan komponen fenol (Edeoga, 2005). sebagai sumberl belajar mata kuliah
Kandungan senyawa aktif pada daun Reproduksi Hewan.
beluntas berupa tanin, alkaloid dan
flavonoid (Setiawan, 1999). Alkaloid 2. METODE PENELITIAN
merupakan senyawa bersifat basa yang
Jenis penelitian ini adalah eksperimen
mengandung satu atau lebih atom nitrogen,
dengan rancangan percobaan RAK. Jenis
biasanya dalam gabungan sebagai bagian
senyawa aktif daun beluntas berupa bubuk,
dari sistem siklik. Alkaloid mempunyai
yaitu tanin dan gabungan
aktivitas fisiologi yang menonjol sehingga
flavonoid+alkaloid+tanin. Dosis yang
digunakan secara luas dalam pengobatan.
digunakan, yaitu 4,7 mg; 9,4 mg dan 14,1
Flavonoid merupakan salah satu golongan
mg dan kontrol (dosis 0 mg).
fenol. Flavonoid saat ini banyak mendapat
Populasi yang digunakan tikus
perhatian karena mempunyai berbagai
putih jantan (Ratus norwegicus) umur 2-3
aktivitas farmakologis. Tanin senyawa aktif
bulan strain Wistar dengan berat badan rata-
yang terkandung pada tumbuhan yang
rata 150-175 g. Sampel yang diperlukan
bersifat fenol, mempunyai rasa sepat
sebanyak 21 ekor tikus putih jantan untuk
(Markham, 1988; Harborne, 2005).
melihat konsentrasi spermatozoa Ada 6
Fertilisasi adalah peleburan satu
kombinasi perlakuan dan 1 kontrol yang
spermatozoa dengan sel telur,
akan diulang 3 kali. Pengambilan sampel
perkembangan berikut membentuk zigot,
secara random.
berkembang menjadi janin atau embrio
Tempat penelitian di laboratorium
sebagai suatu sosok kehidupan individu
Biomedik FK UMM. Kandang tikus
baru. Hewan coba janatan sebagai salah
ukuran panjang 45 cm, lebar 35 cm, tinggi
satu penentu keberhasilan keturunan sangat
18 cm, seperangkat tempat makan dan
berperanan dalam mendukung program
minum. Spuit disposable, seperangkat alat
penelitian obat alami antifertilitas.
bedah, tabung plastik, mikroskop cahaya
Parameter antifertilitas yang
binoculer (Olymphus CH21) Japan, kamera
diamati, adalah konsentrasi spermatozoa.
digital Olymphus, appendorf,
Spermatozoa diambil dari cauda epididimis
haemocytometer (Germany). Bahan yang
karena di dalam proses fertilisasi diperlukan
digunakan alkohol absolut, NaCl Fisiologis
konsnetrasi spermatozoa yang baik untuk
0,9%, TRIS.
dapat memfertilisasi sel telur. (Lukeman et
Variabel bebas dalam penelitian ini,
al., 2008; Salma et al., 2008; Khakir et al.,
adalah senyawa aktif daun beluntas (tanin
2009). Proses maturasi di dalam epididimis
dan gabungan tanin+alkaloid+flavonoid);
spermatozoa mengalami perubahan
variabel terikat, adalah antifertilitas dan
struktural maupun fungsional (Orgebin-
keamanan. Variabel yang dikendalikan oleh
Christ et al., 1988). Banyak komponen
peneliti, adalah suhu, kandang, pakan,
cairan epididimis yang berpengaruh selama
minum tikus putih, pencahayaan 12 jam
maturasi, antara lain protein, karnitin,
pada waktu malam hari.
gliserilfosforilkolin, masitol, natrium,
Cara kerja: sebelum diberi
kalium, dan kalsium. Sekresi bahan-bahan
perlakuan, hewan coba diaklimatisasi
tersebut oleh sel epitel epididimis sangat
selama 1 minggu dalam kondisi
tergantung testosteron, khususnya 5-
laboratorium. Perlakuan yang diberikan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 54


berupa bubuk tanin daun beluntas dan
gabungan bubuk senyawa aktif daun
beluntas yang diberikan secara oral pada
tikus putih jantan dengan dosis 4,7 mg; 9,4
mg dan 14,1 mg dengan menggunakan
sonde (Setiawan, 1999); pemberian bubuk
senyawa aktif tersebut dilakukan setiap hari
sekali selama 7 hari pada tikus putih jantan;
sedangkan kelompok kontrol diberi aquades
secara oral setiap sehari sekali selama 7 Gambar 1. Kamar Hitung Neubeur
hari. Selama percobaan pakan dan air
minum PDAM diberikan secara ad libitum.
Pakan yang diberikan adalah berupa pelet
pakan (Br2).
Pemeriksaan konsentrasi spermatozoa,
metode yang digunakan untuk pemeriksaan
konsentrasi spermatozoa menggunakan alat
hitung hemocytometer dan kamar hitung
Neubauer. Spermatozoa diencerkan dengan
Gambar 2. Pembesaran dari Kamar
menggunakan NaCl 0,9% dengan
hitung
pengenceran 200 kali. Kamar hitung
Neubauer yang sudah diberi kaca penutup
Data konsentrasi spermatozoa
dan diletakkan di atas meja pada posisi
dianalisis dengan menggunakan anava dan
mendatar, spermatozoa yang telah
uji lanjut LSD
diencerkan dialirkan pada celah di pinggir
kiri dan kanan kamar hitung. Pengamatan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kamar Neubauer menggunakan mikroskop.
Bidang hitung Neubauer dibatasi oleh garis- Rerata dan Sd konsentrasi
garis memiliki 25 kotak kecil yang masing- spermatozoa disajikan pada Gambar 3.
masing dibatasi oleh tiga buah garis di
keempat sisinya (kiri, kanan, atas, dan
bawah). Setiap kotak dibatasi tiga garis dan
ada 16 kotak yang lebih kecil. Bidang
hitung yang sudah nampak jelas,
pembesaran mikroskop diubah menjadi 450
kali. Pilih lima kotak, yaitu kotak yang
berada di setiap sudut (kiri atas, kanan atas,
kiri bawah, kanan bawah, dan tengah) dapat
dilihat pada gambar1.
Spermatozoa di dalam kamar Gambar 3. Diagram Konsentrasi
dihitung menurut arah diagonal, karena Spermatozoa Tikus Putih
setiap kamar mempunyai 16 ruangan kecil Jantan Setelah Diberi Jenis
maka di dalam 5 kamar terdapat 80 Senyawa Aktif Daun Beluntas
ruangan kecil. Seluruh gelas dengan Berbagai Dosis
haemocytometer memiliki 400 ruangan
Keterangan: J1D1: perlakuan senyawa aktif
kecil dan volume setiap ruangan kecil 0,1 tanin dengan dosis 4,7 mg; J1D2: perlakuan
mm3. Spermatozoa yang tersebar dalam senyawa aktif tanin dengan dosis 9,4 mg; J1D3;
setiap kotak dihitung sesuai dengan kotak perlakuan senyawa aktif tanin dengan dosis 14,1
yang dipilih dan dijumlahkan. mg; J2D1: perlakuan senyawa aktif
Apabila di dalam 5 kamar atau 80 (tanin+alkaloid+flavonoid) dengan dosis 4,7
ruangan kecil terdapat X spermatozoa X x mg; J2D2: perlakuan senyawa aktif
0,01 juta spermatozoa per mm3 atau X x 10 (tanin+alkaloid+flavonoid) dengan dosis 9,4
juta spermatozoa per ml (Toelihere, 1993b). mg; J2D3: perlakuan senyawa aktif
(tanin+alkaloid+flavonoid) dengan dosis 14,1
mg

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 55


dosis terhadap konsentrasi spermatozoa
Konsentrasi spermatozoa tikus tikus putih jantan. Hal ini dikarenakan daun
putih jantan pada kelompok kontrol (tanpa beluntas mengandung beberapa senyawa
diberi perlakuan) rata-rata sebesar 91,67 x aktif, antara lain: alkaloid, flavonoid dan
107. Konsentrasi spermatozoa kelompok tanin. Senyawa aktif tersebut dapat
perlakuan pemberian senyawa aktif daun mempengaruhi fertilitas pada hewan coba
beluntas berupa tannin dengan dosis 9,4 mg jantan. Tanin dapat menyebabkan
sebesar 52,33 x 107. Konsentrasi penggumpalan sperma. Data konsentrasi
spermatozoa kelompok perlakuan spermatozoa mengalami penuruan bila
pemberian senyawa aktif daun beluntas dibandingkan dengan kelompok tanpa
berupa tannin+alkaloid+flavonoid 9,4 mg pemberian perlakuan . Alkaloid dapat
sebesar 51,33 x 107. Konsentrasi menekan sekresi hormon reproduksi, yaitu
spermatozoa pada pemberian perlakuan testosteron sehingga proses
senyawa aktif tannin 14,1 mg sebesar 49,67 spermatogenesis terganggu. Flavonoid ,
x 107. Konsentrasi spermatozoa pada menghambat enzim aromatase, yaitu enzim
pemberian perlakuan senyawa aktif tannin yang mengkatalis konversi androgen
4,7 mg sebesar 48,00 x 107. Konsentrasi menjadi estrogen yang akan meningkatkan
spermatozoa pada pemberian perlakuan hormon testosteron. Sutyarso (1997),
senyawa aktif tannin+alkaloid+flavonoid menyatakan bahwa obat-obatan anti
14,1 mg sebesar 42,67 x 107. Konsentrasi fertilitas jantan dikelompokkan menjadi 3
spermatozoa pada pemberian perlakuan berdasarkan aktifitasnya yaitu
senyawa aktif tannin+alkaloid+flavonoid mempengaruhi fungsi testis, menghambat
4,7 mg sebesar 25,67 x 107 (Gambar 3). spermatogenesis dengan cara
Hasil analisis ragam untuk jenis mempengaruhi secara langsung fungsi
senyawa aktif daun beluntas dengan testis, dan mempengaruhi daya fertilisasi
berbagai dosis terhadap konsentrasi spermatozoa salah satu yang berperanan
spermatozoa tikus putih jantan adalah konsentrasi spermatozoa. Sumber
menunjukkan bahwa nilai F hitung = 15,86 belajar mencakup apa saja yang dapat
dan p (sig) = 0,000. Data tersebut digunakan untuk membantu tiap orang
menunjukkan bahwa p < 0,05; maka untuk belajar dan manampilkan
hipotesis nol; “Tidak ada pengaruh jenis kompetensinya. Sumber belajar meliputi,
senyawa aktif daun beluntas (tannin dan pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar
gabungan: tannin+alkaloid+flavonoid) (AECT 1994), Menurut Dirjen Dikti (1983:
dengan berbagai dosis senyawa aktif daun 12), sumber belajar adalah segala sesuatu
beluntas (4,1 mg; 9,4 mg dan 14,1 mg) dan dengan mana seseorang mempelajari
terhadap konsentrasi spermatozoa tikus sesuatu. Sumber belajar akan sangat
putih jantan” diterima, sedang hipotesis berkesan pada mahasiswa bila memberikan
penelitian “Ada pengaruh jenis senyawa dasar yang lebih ilmiah terhadap
aktif daun beluntas (tannin dan gabungan: pembelajaran dengan cara: (a) perancangan
tannin+alkaloid+flavonoid) dengan program pembelajaran yang lebih
berbagai dosis (4,1 mg; 9,4 mg dan 14,1 sistematis; dan (b) pengembangan bahan
mg) terhadap konsentrasi spermatozoa tikus pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
putih jantan”, ditolak. Hal ini berarti jenis Lebih memantapkan pembelajaran, dengan
senyawa aktif daun beluntas (tannin dan jalan: (a) meningkatkan kemampuan
gabungan: tannin+alkaloid+flavonoid) sumber belajar; (b) penyajian informasi dan
dengan berbagai dosis senyawa aktif daun bahan secara lebih kongkrit.
beluntas 4,1 mg; 9,4 mg dan 14,1 mg) Memungkinkan belajar secara seketika,
berpengaruh terhadap konsentrasi yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara
spermatozoa tikus putih jantan. Hasil uji pembelajaran yang bersifat verbal dan
lanjut menggunakan LSD menunjukkan abstrak dengan realitas yang sifatnya
bahwa rerata konsentrasi spermatozoa antar kongkrit; (b) memberikan pengetahuan
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang sifatnya langsung (Anonim, 2009)
menunjukkan perbedaan.
Ada perbedaan pengaruh jenis
senyawa aktif daun beluntas dalam berbagai

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 56


4. SIMPULAN Enantia chlorantha stem Bark. African Journal
of Biotechnology. 7(7). 865-867.
Ada pengaruh perbedaan jenis senyawa
aktif daun beluntas dengan berbagai dosis Setiawan, 1999. Atlas Tumbuhan Obat
terhadap konsentrasi spermatozoa tikus Indonesia. Trubus Agriwidya. Bogor.
putih jantan. Hasil penelitian ini dapat Sutyarso. 1994. Efek Anti Fertilitas Ekstrak
dimanfaatkan sebagai sumber belajar mata Buah Pare Pada Mencit Jantan. Majalah
kuliah Reproduksi hewan. Kedokteran Indonesia. Vol. 44 No. 12
desember. Hal. 729-735.
RUJUKAN Susetyarini, 2003. Kadar Testosteron Pada
Anonim, 2009.Sumber Belajar untuk Tikus Putih Jantan (Ratus norwegicus) Yang
Mengefektifkan Pembelajaran Siswa. Diakses 8 Diberi Dekok Daun Beluntas. Laporan
Nopember 2010. Penelitian. Lemlit UMM.
http://alumni.smadangawi.net/2009/07/12/sumb Susetyarini, 2004. Jumlah Anakan Tikus Putih
er-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran- Betina(Ratus norwegicus) Yang Dikawinkan
siswa/ Dengan Tikus Putih Jantan (Ratus norwegicus)
AECT. 1977. Selecting Media for Learning. Yang Diberi Dekok Daun Beluntas. Laporan
Washington DC: Association for Education Penelitian. Lemlit UMM.
Communication and Technology. Susetyarini, 2005. Antispermatogenik Dekok
Cornwall G A, Smyth T B, Vindirich D, harter Daun Beluntas Pada Tikus Putih jantan (Ratus
C, Robinson J, dan Chang TSK, 1986. norwegicus). Laporan Penelitian. Lemlit UMM.
Introduction dan Enhancement of Progresive Susetyarini, E dan Wahyuni, S. 2008.
Motility in Hamster Caput Epididymal Pengembangan Senyawa Aktif Daun Beluntas
Spermatozoa. Biol Reprod. 35: 1065-1074. Untuk Kontrasepsi per Oral Sebagai Upaya
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983. Pengembangan Bahan Antifertilitas. Laporan
Teknologi Instruksional. Jakarta: Ditjen Dikti, Penelitian. Lemlit UMM
Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Toelihere. 1993b. Inseminasi Buatan Pada
Tinggi. Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
Edeoga, 2005. Phytochemical Constituents Of
Some Nigerian Medicinal Plants. African
Journal of Biotechnology, 4(7). 685-688.
Harborne, I.B. 2005. Metode Fitokimia. ITB.
Bandung
Kapsul, 2007. Kadar Testosteron Tikus Putih
Jantan Setelah Mengkonsumsi Buah Terong
Tukak (Solanum sp). Bioscientiae. 4 (1): 1-8.
Khakir A, Fatiazads F, Nouris M, Khaki A,
Ozancis C, Ghafari M, Hamadeh M, 2009. The
Effects of Ginger on Spermatogenesis and
Sperm parameters of Rat. Iranian Journal of
Reproductive Medicine. 7(1): 7-12.
Lukeman S, Remilekun S, Samson A, Oluwole
A, Munir B. 2006. sesame radiaum
Phytoestrogen Stimulate Spermatogenic
Activity and Improve Sperm Quality in Adult
Male Sprague Dwaley Rat Testis. Int. J.
Morphol. 26(3). 643-652.
Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi
Flavonoid. ITB. Bandung.
Robaire, B. 2008. The Challenges of Assessing
The Quality of Spermatozoa. Fertility and
Sterility .89 (1): 67-68.
Salman T, Adesokan A. 2008. Sperm Quality of
Male Rats Treated with Aqueous Extract of

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 57


DAUN JINTEN DAPAT MENINGKATKAN STATUS
Mg dan Hb SERUM PADA
PENDERITA SINDROM PRAMENSTRUASI
Mazarina Devi
Teknologi Industri, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Jln Semarang 5 Malang
E-mail: mazrina_dm@yahoo.com

Abstrak
Sindrom pramenstruasi (PMS) atau sindrom menjelang menstruasi merupakan suatu keadaan dimana
sejumlah gejala terjadi secara rutin dan berhubungan dengan siklus menstruasi; gejala biasanya timbul
7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai. Sindrom pramenstruasi adalah
kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus menstruasi wanita serta
berhubungan dengan turun naiknya kadar estrogen dan progesteron yang terjadi selama siklus
menstruasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efikasi daun Jinten (Coleus Ambonicus)
terhadap penurunan keluhan Sindrom pramenstruasi pada remaja putri yang mengalami sindrom
pramenstruasi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental clinical trial. Subjek
penelitian n = 35 orang remaja putri yang terbagi menjadi tiga kelompok perlakuan yaitu kelompok daun
Jinten, kelompok herbal komersil dan kelompok placebo. Subjek penelitian mengikuti penelitian ini
selama 1 bulan. Analisis darah dilakukan untuk melihat Mg serum dan Hb darah. Darah sample diambil
sebanyak 3 kali yaitu 3 hari setelah menstruasi, kedua diambil kembali 2 hari sebelum menstruasi dan
ketiga diambil 3 hari setelah menstruasi. Hasil analisis biokimia darah sample pada phase luteal
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan sebelum dan sesudah
intervensi. Secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa ada kecenderungan kenaikan kadar Mg serum dan
Hb darah.

Kata kunci : daun jinten, Mg. Hb. Sindrom pramenstruasi

1. PENDAHULUAN progesterone (Smith, 2006). Teori lain


mengatakan karena produksi hormon
Sindrom pramenstruasi (PMS) atau
estrogen berlebihan (Owen, 2006). Tetapi
sindrom menjelang menstruasi merupakan
para peneliti saat ini sedang menyelidiki
suatu keadaan dimana sejumlah gejala
kemungkinan adanya perbedaan genetik
terjadi secara rutin dan berhubungan dengan
pada sensitivitas reseptor dan sistem
siklus menstruasi; gejala biasanya timbul 7-
pembawa pesan yang menyampaikan
10 hari sebelum menstruasi dan menghilang
pengeluaran hormon reproduksi dalam sel.
ketika menstruasi dimulai. Sindrom
Gejala-gejala yang timbul menjelang masa
pramenstruasi adalah kumpulan gejala
menstruasi diperkirakan akan menjadi
akibat perubahan hormonal yang
gangguan terhadap aktivitas sehari-hari pada
berhubungan dengan siklus menstruasi
remaja putri dewasa pada saat menstruasi.
wanita serta berhubungan dengan turun
Masalah utama yang ditimbulkan oleh
naiknya kadar estrogen dan progesteron
sindrom pramenstruasi menurut Baziad
yang terjadi selama siklus menstruasi.
(2005) ini ialah gangguan pada diri remaja
Perubahan hormonal sindrom
putri sendiri dan keluarganya, kerugian
pramenstruasi adalah kumpulan gejala
dalam bidang industri dan komersial, serta
akibat perubahan hormonal yang
dalam skala yang lebih besar adalah
berhubungan dengan siklus menstruasi
kerugian pada ekonomi nasional. Masalah
wanita (Daugherty, 1998). Gejala itu
tersebut dikaitkan dengan penurunan
dirasakan pada waktu antara saat ovulasi dan
produktivitas kerja akibat peningkatan
menstruasi (10-14 hari sebelum menstruasi),
absensi kehadiran di tempat kerja selama 7
kemudian menghilang pada saat menstruasi
sampai 10 hari, yang sama dengan 84 - 120
hingga beberapa hari setelah menstruasi.
hari per tahun, dan merupakan suatu
Penyebab sindrom pramenstruasi, menurut
kehilangan personal dan sosial yang
beberapa teori, dikarenakan adanya ketidak
bermakna. Hasil penelitian Ruhana (2005)
seimbangan antara hormon estrogen dan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 58


melaporkan bahwa keluhan menstruasi Kesehatan RI. Sebelum dilakukan
mempengaruhi kegiatan belajar mahasiswa. suplementasi dilakukan survey untuk
Menurut Dickerson et al (2005) mengetahui jenis keluhan yang banyak
sebanyak 85% remaja putri yang masih dialami remaja putri. Responden yang
mendapatkan siklus menstruasi, mengalami mengikuti identifikasi jenis keluhan diambil
satu atau lebih gejala sindrom dari beberapa pabrik di daerah Darmaga dan
pramenstruasi. Sedangkan penelitian Ruhana Cinangneng Kabupaten Bogor. Tahap
(2005) menunjukkan bahwa sebesar 87,2% selanjutnya adalah pembuatan kapsul serbuk
mahasiswa putri TPB IPB mengalami daun jinten. Kapsul serbuk daun jinten
sindrom pramenstruasi. Hasil survey di dibuat dari daun jinten yang dikeringkan
Amerika Utara, sindrom pramenstruasi kemudian dihaluskan dengan alat grinder
dialami oleh hampir 75% dan sekitar 5% dan dimasukkan dalam kapsul. Herbal
mengalami gejala sindrom pramenstruasi komersil yang digunakan dengan merk
yang parah (Macgdougall, 2000) Tuntas produksi dari Deltomed yang dibeli
Tanaman dapat digunakan sebagai di apotik pasar Pramuka, serta plasebo yaitu
makanan dan juga untuk pengobatan. amilum yang dimasukkan dalam kapsul
Berbagai tanaman memiliki manfaat bagi sebagai kontrol. .
kesehatan manusia dan peningkatan kualitas Data yang dikumpulkan berupa data
hidup manusia (Craig, 1999). Daun jinten primer yang meliputi data karakteristik
(Coleus amboinicus Lour) adalah salah satu sampel yang meliputi nama lengkap, berat
jenis species dari Labiatae family yang badan, tinggi badan, IMT, usia awal
banyak mengandung zat gizi mikro dan zat menstruasi, dan data profil darah. Data profil
aktif yang telah diteliti manfaatnya bagi darah meliputi kadar kalsium serum,
kesehatan dan peningkatan kualitas hidup magnesium serum dan Hb. Data yang
manusia . Menurut Collins (2006), keluarga diperoleh kemudian dibandingkan
dari tanaman jinten mengandung zat aktif berdasarkan kandungan normal dalam darah.
yang secara langsung memiliki efek Kandungan normal magnesium dalam serum
terhadap jaringan produksi hormon darah adalah antara 1,7– 2,3 mg/dl. Hb
progesteron. darah normal pada berada pada level 12
Secara umum tujuan penelitian ini mg/dl hingga 14 mg/d dan pada fase luteal
untuk mengkaji pengaruh perlakuan atau setelah fase ovulasi, kadar hormon
suplementasi kapsul serbuk daun jinten, progesteron berada pada level diatas 4 ng/ml
herbal komersil dan plasebo terhadap dan pada fase folikel atau fase sebelum fase
kandungan magnesium serum, dan Hb ovulasi berada pada level dibawah 2ng/ml.
remaja putri yang mengalami sindrom Data yang telah diperoleh kemudian
pramenstruasi. dianalisis untuk melihat pengaruh
suplementasi kapsul serbuk daun jinten
2. METODE PENELITIAN terhadap profil darah penderita sindrom
pramenstruasi dengan . Pengolahan data
Disain penelitian ini adalah
dilakukan secara bertahap mulai dari data
experimental clinical trial. Penggunaan
terkumpul di lapangan sampai siap untuk
rancangan didasarkan karena terdapat tiga
dianalisis. Karakteristik sampel yang
macam suplemen yang digunakan dalam
meliputi nama lengkap, berat badan, tinggi
suplementasi. Penelitian ini dilakukan dalam
badan, IMT, usia awal menstruasi, siklus
tiga tahap. Tahap pertama adalah survey
menstruasi, lama menstruasi; diukur dengan
jenis sindrom pramenstruasi yang dialami
menggunakan ukuran rata rata serta
remaja putri, tahap kedua pembuatan
dikategorikan yang kemudian diukur
suplemen kapsul serbuk daun jinten dan
prosentasenya.
tahap ketiga adalah pemberian suplemen
kapsul serbuk daun jinten, herbal komersil
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan plasebo sebagai kontrol.
Analisis magnesium serum dan Hb 3.1. Karakteristik Sampel
darah dilakukan di Laboratorium Biokimia
Karakteristik sampel (Tabel 1)
Gizi Masyarakat Pusat Penelitian dan
menunjukkan bahwa sebagian besar sampel
Pengembangan Gizi Bogor Departemen
dalam penelitian ini adalah remaja putri usia

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 59


antara 17-18(68,6persen) dengan rata rata
17,1±1,5 tahun dan 31,4 persen berusia 3.2. Profil Darah
antara 15-16 tahun. Hasil uji Anova
Wanita yang mengkonsumsi makanan
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
rendah kandungan, mineral besi dan
nyata (p>0,05) usia sampel antar perlakuan.
magnesium memiliki resiko terkena sindrom
Sebagian besar pendidikan sampel pada
pramenstruasi lebih tinggi dibandingkan
tingkatan Sekolah Dasar (SD) 65,7 persen
wanita yang mengkonsumsi makanan yang
dengan rata rata lama pendidikan 7,2±1,8
cukup mengandung mineral besi dan
tahun. Hasil uji Anova menunjukkan tidak
magnesium. Dari sebuah studi diketahui
terdapat perbedaan yang nyata (p>0,05)
bahwa wanita yang rutin menambah
pendidikan sampel antar perlakuan.
suplemen magnesium (250mg/hari) di dalam
Berat badan sampel terbesar berada
pola makannya, lebih kecil beresiko
pada kelompok berat badan antara 45 – 54
mengalami PMS (London, 1991).
kg sebesar 45,7 persen dengan rata rata berat
Magnesium dan zat besi adalah mineral
badan 46,1±6,1 kg Hasil uji Anova
mineral yang berhubungan dengan kejadian
menunjukkan tidak ada perbedaan yang
sindrom pramenstruasi. Beberapa penelitian
nyata (p>0,05) berat badan antar kelompok
menunjukkan bahwa kalsium dan
perlakuan.
magnesium dapat mengurangi keluhan
sindrom pramenstruasi (Facchinettib, 1991;
Tabel 1 Karakteristik sampel
Thys-Jacobs 1989).
Karakteristik DT HK Kontrol Total
% % % % P
Usia (thn) 3.3. Magnesium serum
15-16 tahun 33,3 25 36,4 31,4 0,185
17-18 tahun 66,7 75 63,6 68,6 Tabel 2 menunjukkan nilai rata-rata
Pendidikan magnesium serum dalam darah. Konsentrasi
SD 75,0 58,3 63,6 65,7 0,783 magnesium dalam serum darah sebelum
SMP 8,4 33,3 36,4 28,6 pemberian suplemen pada kelompok kapsul
SMU 16,7 8,4 0 5,7
serbuk daun jinten sebesar 1,98 mg/dl,
Berat badan
35-44 25,0 33,3 72,7 42,9 sesudah pemberian suplemen terjadi
0,408 peningkatan menjadi 2 mg/dl dan sesudah
45-54 58,3 58,3 18,2 45,7
> 55 16,7 8,4 9,1 11,4 menstruasi mengalami penurunan menjadi
Tinggi sebesar 1,90 mg/dl. Pada kelompok herbal
Badan
< 150 8,4 16,6 36,4 20,0
komersil terlihat konsentrasi magnesium
0,955 serum dalam darah sebelum pemberian
150-159 58,3 75,0 63,6 65,7
160-169 33,3 8,4 0 14,3 suplemen sebesar 1,88 mg/dl dan sesudah
IMT pemberian suplemen terdapat kenaikan
< 18,5 8,4 6,7 45,5 22,8 konsentrasi magnesium serum dalam darah
0,594
18,5-25 66,7 75,0 45,5 62,9
>25 25,0 8,3 9,0 14,3 menjadi 1,91 mg/dl dan sesudah menstruasi
tetap yaitu sebesar 1,91 mg/dl. Untuk
Tinggi badan sampel terbesar berada pada kelompok kontrol, konsentrasi magnesium
kelompok tinggi badan antara 150-159 cm serum dalam darah sebelum pemberian
yaitu sebesar 65,7 persen dengan rata rata suplemen sebesar 1,94 mg/dl, sesudah
tinggi badan 151,9±5,8 cm. Hasil uji Anova pemberian suplemen sebesar 1,91 mg/dl dan
menunjukkan tidak ada perbedaan yang sesudah menstruasi sebesar 1,96 mg/dl.
nyata (p>0,05) tinggi badan antar kelompok Kandungan normal magnesium serum dalam
perlakuan. Indeks massa tubuh sampel darah adalah antara 1,7– 2,3 mg/dl.
terbesar ada pada kelompok 18,5-25, yaitu
sebesar 62,9 persen dengan rata rata indeks Tabel 2. Nilai Rata rata Magnesium
massa tubuh 20,0 ±2,9. Hasil uji Anova serum (mg/dl) dalam darah
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah intervensi
yang nyata (p>0,05) indeks massa tubuh serta sesudah menstruasi
antar kelompok perlakuan. Indeks massa Perlakuan DJ HK Kontrol P
Sebelum
tubuh terbesar sampel dengan kelompok
intervensi 1,9±0,0 1,8±0,1 1,9±0,1 0,08
18,5-25 yang berarti sebagian besar sampel
Sesudah
memiliki massa tubuh normal.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 60


intervensi 2±0,08 1,9±0,1 1,9±0,1 0,08 yang dikombinasikan dengan vitamin B6
Sesudah menunjukkan penurunan gejala sindrom
menstruasi 1,9±0,1 1,9±0,08 1,9±0,0 0,36 pramenstruasi kelompok A (axiety) seperti
rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan
Rata rata konsentrasi magnesium labil (De Souza et al, 2000)
serum dalam darah pada ketiga kelompok
perlakuan berada pada level normal baik 3.4. Hemoglobin (Hb) darah
sebelum pemberian suplemen, sesudah
pemberian suplemen dan sesudah Konsentrasi Hb darah subjek
menstruasi. Hasil uji Anova menunjukkan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
tidak ada perbedaan yang nyata konsentrasi Konsentrasi Hb darah pada kelompok kapsul
magnesium serum dalam darah antar tiga serbuk daun jinten mengalami kenaikan
kelompok perlakuan baik sebelum sesudah pemberian suplemen dari sebesar
pemberian suplemen (p>0,05) sesudah 11,84 mg/dl meningkat menjadi 12,26 mg/dl
pemberian suplemen (p>0,05) serta sesudah dan sesudah menstruasi mengalami
menstruasi ((p>0,05). Hasil korelasi penurunan sebesar 12,14 mg/dl. Pada
memperlihatkan tidak ada hubungan yang kelompok herbal komersil juga terjadi
nyata antara magnesium serum darah peningkatan walau sangat kecil yakni dari
(mg/dl) dengan jenis keluhan sindrom sebesar 12,01 mg/dl menjadi 12,04 mg/dl
pramenstruasi. Magnesium serum darah sesudah pemberian suplemen, tetapi
tidak ada hubungan yang nyata terhadap mengalami penurunan sesudah menstruasi
keluhan payudara terasa nyeri (r= 0,096; p > yaitu sebesar 11,70 mg/dl. Untuk kelompok
0,05). Magnesium serum tidak ada kontrol, konsentrasi Hb darah sebelum
hubungan yang nyata (r= 0,019; p > 0,05) pemberian suplemen sebesar 12,10 mg/dl,
dengan sakit kepala sesudah pemberian sesudah pemberian suplemen sebesar 11,46
suplemen. Hasil korelasi juga mg/dl dan sesudah menstruasi sebesar 11,60
memperlihatkan bahwa magnesium serum mg/dl.
darah tidak berada hubungan nyata dengan Suatu studi menunjukkan bahwa
keluhan nyeri perut bagian bawah (r= - indikasi perubahan level plasma besi
0,197; p > 0,05) dan emosional (r= 0,183; berhubungan dengan perubahan aktifitas
p> 0,05). hormon estrogen yang diikuti dengan
Kebutuhan mineral magnesium bagi perubahan Hb (Fujino, 1966). Konsentrasi
remaja putri adalah 240 mg per hari Hb darah normal pada berada pada level 12
(Widyakarya Pangan Gizi, 2004). Pada mg/dl hingga 14 mg/dl. Pada kelompok
wanita yang dengan gejala sindrom kapsul serbuk daun jinten, Hb darah rata rata
pramenstruasi dilaporkan mengalami di bawah level normal yaitu 11,84 mg/dl,
defisiensi magnesium (Abraham, 1981). tetapi sesudah pemberian suplemen ada
Menurut Rosenstein (1994) kandungan peningkatan sebesar 3,89 % yaitu sebesar
magnesium dalam darah pada wanita yang 12,26 mg/dl. Sesudah menstruasi, Hb darah
mengalami sindrom pramenstruasi lebih berada pada batas normal yaitu 12,14 mg/dl.
rendah bila dibandingkan dengan wanita Pada kelompok perlakuan herbal komersil,
yang tidak mengalami sindrom Hb darah sebelum pemberian suplemen
pramenstruasi. Hal itu dijelaskan pula oleh berada pada batas normal yaitu 12,01 mg/dl,
Sherrwood (1986) bahwa rendahnya level sesudah pemberian suplemen menjadi 12,04
magnesium dalam darah ditemui pada mg/dl yang berarti mengalami peningkatan
wanita yang mengalami sindrom yang sangat kecil. Konsentrasi Hb kelompok
pramenstruasi. Pemberian suplemen perlakuan herbal komersil sesudah
magnesium dapat menurunkan gejala menstruasi mengalami penurunan menjadi
sindrom pramenstruasi (Facchinettia, 1991). sebesar 11,70 mg/dl yang berarti berada di
Pemberian suplemen magnesium selama dua bawah batas normal Hb darah yaitu dibawah
siklus menstruasi juga efektif untuk 12 mg/dl. Kelompok kontrol, Hb darah
menurunkan gejala sakit kepala pada sebelum pemberian suplemen berada pada
penderita sindrom pramenstruasi pada batas normal yaitu sebesar 12,10 mg/dl.
pertengahan siklus ke dua (Facchinettib, Sesudah pemberian suplemen dan sesudah
1991). Pemberian suplemen magnesium menstruasi berada dibawah batas normal

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 61


yaitu 11,46 saat sesudah pemberian sebesar 12,14 mg/dl. Pada kelompok herbal
suplemen dan 11,60 sesudah menstruasi. komesil terlihat kadar Hb darah sebelum
pemberian suplemen sebesar 12,01 mg/dl
Tabel 3. Nilai Rata rata Hb Darah (mg/dl) dan sesudah pemberian suplemen kadar Hb
sebelum dan sesudah darah sebesar 12,04 mg/dl serta sesudah
intervensi serta sesudah menstruasi sebesar 11,70 mg/dl. Untuk
menstruasi kelompok kontrol, kadar Hb darah sebelum
Perlakuan DJ HK Kontrol P pemberian suplemen sebesar 12,10 mg/dl,
Sebelum 11,8±0,9 12,0±1,0 12,1±0,8 0,81 sesudah pemberian suplemen sebesar 11,46
intervensi mg/dl dan sesudah menstruasi sebesar 11,60
Sesudah 12,2±0,8 12,0±0,9 11,5±0,7 0,08 mg/dl.
intervensi Hasil korelasi memperlihatkan tidak
Sesudah 12,1±0,7 11,7±1,0 11,6±0,6 0,26 ada hubungan yang nyata antara magnesium
menstruasi
serum darah (mg/dl) dengan penurunan
keluhan sindrom pramenstruasi. Hasil
Hasil uji Anova menunjukkan tidak ada
korelasi memperlihatkan tidak ada hubungan
perbedaan yang nyata konsentrasi Hb darah
yang nyata antara Hb darah (mg/dl) dengan
antar kelompok baik sebelum pemberian
penurunan keluhan sindrom pramenstruasi.
suplemen (p>0,05) sesudah pemberian
suplemen (p>0,05) maupun sesudah
5. DAFTAR ACUAN
menstruasi (p>0,05). Pada penderita anemia
atau sering disebut kurang darah, Batubara I., V. Mirtaningtyas, A. Setyawan, A.
konsentrasi sel darah merah (hemoglobin Haryati dan I. Nurmala. 2004. Profil Unsur
atau Hb) di bawah nilai normal. Proses unsur Penting (P, K, Ca, Mg dan Fe) Flavonoid
daun jinten (Coleus amboinicus Lour) sebagai
kekurangan zat besi sampai menjadi anemia
Gambaran daun jinten dalam Kesehatan
melalui beberapa tahap. Pada awalnya Masyarakat. Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB
terjadi penurunan simpanan cadangan zat
besi dan bila belum juga dipenuhi dengan Carr M. 2001. Selection from current literature
asupan zat besi, lama-kelamaan timbul treatments for premenstrual dysphoric disorder.
Family Practice. Oxford University Press.
gejala anemia disertai penurunan Hb. Pada
wanita dewasa dengan berat badan 55 kg, Collins JJ. 2006. Phytotherapeutic Management
zat besi yang keluar lewat saluran of Endocrine Dysfunctions.
pencernaan dan kulit atau kehilangan basal Craig WJ. 1999. Health-promoting properties of
berjumlah 0,5 - 1,0 mg per hari, atau common herbs. American Journal Clinical
umumnya sekitar 0,8 mg per hari. Nutrition. 70:4915S-9S.
Sedangkan jumlah zat besi yang hilang
Dalton. 1983. The menstrual cycle. New York::
karena haid, pada 95% populasi adalah 1,6 Pantheon Books.
mg per hari. Sehingga jumlah zat besi yang
hilang akibat haid ditambah kehilangan Damanik R. 2005. Effect of consumption of
basal menjadi sekitar 2,4 mg per hari pada Torbangun soup (Coleus amboinicus Lour) on
Micronutrient intake of the Bataknese Lactating
95% populasi (Hartawan, 1999).
women. Media Gizi dan Keluarga. Vol 29 No.1
4. KESIMPULAN Daugherty JE. 1998. Treatment strategies for
premenstrual syndrome. American Farmacy
Kadar magnesium dalam serum darah Physician. 58:183-192, 197-198.
sesudah pemberian suplemen mengalami
de Padua, L.S., 1988. Some Medicinal Plants for
kenaikan dibandingkan sebelum pemberian
Common Ailments. Techguid Series No. 14.
suplemen baik pada kelompok kapsul serbuk Philippines: National Book Store, Inc..
daun jinten dan kelompok kontrol.
Sedangkan pada kelompok herbal komersil Dickerson LM, Pharm D, Pamela J, Mazyck and
mengalami kenaikan. Melissa H. 2003. Premenstrual Syndrome.
Kadar Hb darah sebelum pemberian American Family Physicians. 67:1743-1752.
suplemen pada kelompok kapsul serbuk Lichten EM. 2005. Medical Treatment of PMS
daun jinten sebesar 11,84 mg/dl, sesudah Premenstrual Syndrome. Birmingham, Michigan
pemberian suplemen terjadi peningkatan Linder, M. 1992. Biokimia Nutrisi dan
menjadi 12,26 mg/dl dan sesudah menstruasi Metabolisme. Penerjemah Aminudin P; Jakarta:

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 62


penerbit Universitas Indonesia. Terjemahan dari:
Nutritional Biochemistry and Metabolism.
Meyerhoff, 1978. P. amboinicus (Lour.) Spreng.
Herbarium specimen held at collected from
Kenya .
Neuwinger, H.D., 2000. African Traditional
Medicine. A Dictionary of Plant Use and
Applications. Stuttgart: Medpharm Scientific
Publishers, pp. 406–408.
Owen JA. 1975. Physiology of The Menstrual
Cycle. American Journal of Clinical Nutrition;
28: 333-338.
Penland J.G, Johnson P.E. 1993. Dietari calcium
and manganese effects on menstrual cycle
symptoms. American Journal Obstetrics and
Gynecology; 168:1417-1423
Quaranta S. 2007.Pilot study of the efficacy and
safety of a modified-release magnesium 250 mg
tablet (Sincromag) for the treatment of
premenstrual syndrome. Clinical Drug Investig;
27 (1): 51-8
Ruhana A. 2005. Upaya Mengurangi Keluhan
Menstruasi oleh Mahasiswa Putri IPB TPB IPB
Tahun 2003/2004. Departemen Gizi Masyarakat
dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian.
IPB Bogor. Skripsi.
Smith E. 2006. Premenstrual Syndrome. What is
premenstrual syndrome. Peninsula: American
Society for Pharmacology and Explanation.
Sauberlich HE. 1999. Laboratory tests for the
assessment of nutritional status, Second Ed.
Washington: CRC Press.
Stephenson J. 2001. Fruit Extract for PMS.
Journal American Medical Association Vol. 285
No. 6.
Suryana EA. 2005. Pengaruh suplemen herbal
Kiranti terhadap skor keluhan menstruasi pada
mahasiswa putri tingkat persiapan bersama IPB
tahun 2003/2004. Departemen Gizi Masyarakat.
Fakultas pertanian IPB Bogor.
Tanaman Obat Indonesia. 2005. Daftar Tanaman
Obat Indonesia. Indonesia Sharing Community
Whincup PP, Gilk, Odoki, Taylor dan Cook.
2001. Age of menarche in contemporary British
teenagers: survey of girls born between 1982 and
1986. British Medical Journal. Vol 322:1095-
1096.
Wyatt KP Dimmock, P. Jones, M Obhrain and S.
O’Brien. 2001. Efficacy of progesteron and
progesteron in management of premenstruasl
syndrome: systematic review. British Medical
Journal. Vol. 323: 776-780.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 63


PENGARUH WAKTU INOKULASI CPMMV (Cowpea Mild Mottle
Virus) TERHADAP CIRI MORFOLOGI, AGRONOMI, DAN
KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI (Glycine max)

Aisyah Rahmawati Zen1), Siti Zubaidah1), Heru Kuswantoro2)


1)
Jurusan Biologi – FMIPA Universitas Negeri Malang
2)
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Malang

ABSTRAK
Kebutuhan kedelai dalam negeri meningkat, akan tetapi produksi dalam negeri belum mampu memenuhi.
Salah satu penyebab rendahnya produksi kedelai di Indonesia adalah serangan penyakit belang samar
yang disebabkan oleh virus CPMMV (Cowpea Mild Mottle Virus). Dampak serangan virus CPMMV
tergantung umur saat tanaman terinfeksi, strain virus, dan kondisi lingkungan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui Pengaruh waktu inokulasi CPMMV terhadap ketahanan beberapa genotipe kedelai
(Glycine max). Penelitian ini merupakan jenis eksperimen dengan eksperimental dengan rancangan
percobaan menggunakan Rancangan Petak Jalur (RPJ). Sampel dalam penelitian ini adalah genotipe
kedelai MLGG 0014, MLGG 0021, MLGG 0113, MLGG 0183, MLGG 0268, MLGG 0305, MLGG 0324,
MLGG 0400, MLGG 0597, dan MLGG 0603. Aspek ketahanan diukur melalui preferensi vektor
pembawa CPMMV yaitu Bemisia tabaci dan intensitas serangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
genotipe MLGG 0603 merupakan genotipe yang paling banyak dihinggapi Bemisia tabaci dan paling
sedikit adalah genotipe MLGG 0324. Intensitas serangan paling tinggi pada genotipe MLGG 0014 dan
perlakuan waktu inokulasi 10 hst, namun tidak terdapat interaksi antara keduanya.

Kata Kunci: Waktu Inokulasi, Genotipe Kedelai (Glycine max), CPMMV, Ketahanan Tanaman Kedelai.

1. PENDAHULUAN kedelai dalam negeri menyebabkan


dilakukannya impor kedelai. Sebelum tahun
Kedelai adalah salah satu komoditi
1990 impor kedelai hanya dibawah 500.000
pangan utama setelah padi dan jagung.
ton dengan nilai rata-rata per tahun sebesar
Kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun terus
US$ 128 juta. Impor kedelai meningkat
meningkat. Berdasarkan data Departemen
tajam dari tahun ke tahun pada tahun 2000
Pertanian (Deptan), produktivitas rata-rata
mencapai 1,3 juta ton dengan nilai US$ 300
kedelai nasional masih rendah, tahun 2007
juta. Impor kedelai dari tahun 2000-2005
mencapai 13,07 ku/ha atau 1,3 ton/ha.
rata-rata 1,1 juta ton dengan nilai US$ 358
Potensi hasil di tingkat penelitian dan
juta atau setara Rp. 3,58 triliun ( 1 US$ =
percobaan mencapai 2 ton atau lebih. Selisih
Rp. 10.000,-) (Deptan, 2008). Sebenarnya
hasil masih tinggi antara di tingkat petani
impor kedelai tidak perlu dilakukan apabila
dan penelitian (Deptan, 2008).
produksi di dalam negeri dapat
Perkembangan produksi kedelai tahun
dikembangkan sejalan dengan meningkatnya
1992 merupakan puncak produksi kedelai
tuntutan kebutuhan, mengingat potensi yang
mencapai 1,8 juta ton. Sejak tahun 1993
ada sangat besar (Suprapto, 2001).
terus menurun, tahun 2003 tinggal 671.600
Serangan berbagai penyakit
ton disebabkan gairah petani menanam
merupakan salah satu penyebab rendahnya
kedelai turun dipicu masuknya kedelai
produksi kedelai dalam negeri, salah satu
impor dengan harga murah, yaitu adanya
penyakit yang menyerang tanaman kedelai
kemudahan impor kedelai, bea masuk
adalah penyakit belang samar yang
impor/tarif nol persen (0 %). Tahun 2004 s/d
disebabkan oleh virus khususnya CPMMV
2006 produksi mulai meningkat namun
(Cowpea Mild Mottle Virus). Pada tanaman
sangat lambat sebesar 723.483 ton (2004),
kedelai, CPMMV dapat menimbulkan gejala
808.353 ton (2005) dan 746.611 ton (2006).
daun berbercak-bercak kuning, mosaik atau
Tahun 2007 turun kembali 20 % dari 2006
mosaik kasar, berkerut-kerut, klorosis,
menjadi 608.000 ton (Deptan, 2008).
nekrosis apical dan malformasi daun,
Meningkatnya kebutuhan kedelai
tergantung pada kultivar kedelai yang
yang tidak dibarengi meningkatnya produksi

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 64


terinfeksi. Akibat CPMMV produksi kedelai adalah untuk mengetahui pengaruh waktu
dapat menurun sampai 90% (Sinclair,1993 inokulasi CPMMV terhadap ketahanan
dalam Kuswantoro dan Zubaidah, 2008). beberapa genotipe kedelai (Glycine max),
Kerugian akibat serangan virus ini pengaruh beberapa genotipe kedelai
dapat dikurangi melalui tiga pendekatan, (Glycine max) pada serangan CPMMV
yaitu, 1) menghilangkan sumber infeksi, (Cowpea Mild Mottle Virus), dan interaksi
misalnya dengan menggunakan bibit bebas antara waktu inokulasi CPMMV dan
virus. 2) mencegah penyebaran virus, genotipe kedelai (Glycine max) terhadap
misalnya dengan membasmi vektor. 3) ketahanan beberapa genotipe kedelai
menggunakan varietas tahan virus. Cara terhadap CPMMV.
terakhir memiliki beberapa keunggulan yaitu
ekonomis dan tidak menimbulkan masalah 2. METODE PENELITIAN
ekologi sebagai akibat penggunaan pestisida.
Penelitian ini merupakan jenis
Varietas tahan juga tetap berproduksi
penelitian eksperimental dengan rancangan
dengan baik meskipun terinfeksi virus. Cara
percobaan menggunakan Rancangan Petak
tersebut dipandang sebagai pengendalian
Jalur (RPJ). Data yang diambil meliputi
yang paling efektif untuk jangka panjang,
jumlah Bemisia tabaci selama inokulasi
karena merupakan salah satu komponen
untuk mengetahui preferensinya dan skoring
dalam pengendalian penyakit secara terpadu
yang dilakukan pada hari ke 21, 28, dan 35
(Flint and Bosch, 1981 dalam Kuswantoro
setelah tanam untuk mengetahui intensitas
dan Zubaidah, 2008).
serangan CPMMV serta kemampuan
Varietas tahan dapat dirakit dengan
recovery tanaman kedelai.
cara melakukan persilangan antara genotipe
Penelitian ini dilakukan selama ± 4
yang sudah diuji ketahanannya terhadap
bulan, yaitu dimulai pada Bulan Juli hingga
CPMMV. Genotipe merupakan substansi
bulan Oktober. Penelitian dilakukan di Balai
yang terdapat dalam kelompok makhluk
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan
hidup, dan merupakan sumber sifat
Umbi-umbian (BALITKABI) Kendalpayak
keturunan yang dapat dimanfaatkan dan
Malang.
dikembangkan atau dirakit untuk
Populasi dalam penelitian ini adalah
menciptakan jenis unggul atau kultivar baru.
tanaman kedelai (Glycine max), sedangkan
Indonesia memiliki keragaman genotipe
sampel dalam penelitian ini adalah 10
kedelai, akan tetapi belum banyak diteliti
genotipe genotipe kedelai yang digunakan,
mengenai ketahanannya terhadap CPMMV.
yaitu MLGG 0014, MLGG 0021, MLGG
Dampak serangan virus CPMMV
0113, MLGG 0183, MLGG 0268, MLGG
selain bergantung pada genotipe yang
0305, MLGG 0324, MLGG 0400, MLGG
diserang juga tergantung pada umur saat
0597, dan MLGG 0603.
tanaman terinfeksi, strain virus, dan kondisi
Alat yang digunakan dalam penelitian
lingkungan (Sinclair,1993 dalam
ini, antara lain adalah penggaris, polybag,
Kuswantoro dan Zubaidah, 2008). Selain itu,
dan hand counter. Bahan yang digunakan
menurut Hadiastono (1998) laju penyebaran
dalam penelitian ini adalah 10 genotipe
virus dari sel ke sel sangat tergantung dari
genotipe kedelai yang digunakan, yaitu
jenis dan umur sel tanaman yang terinfeksi.
MLGG 0014; MLGG 0021; MLGG 0113;
Kecepatan penyebaran akan lebih tinggi
MLGG 0183; MLGG 0268; MLGG 0305;
pada sel-sel muda daripada sel-sel tua. Hasil
MLGG 0324; MLGG 0400; MLGG 0597;
penelitian Siregar (2009) juga menunjukkan
dan MLGG 0603, dan insektisida. Data yang
bahwa umur tanaman mempengaruhi
diperoleh kemudian dianalisis dengan
ketahanan tanaman cabai yang diinokulasi
menggunakan perhitungan statistik analisis
virus CMV (Cucumber Mosaik Virus). Hal
varian ganda.
ini juga didukung oleh pendapat Watterson
(1993) yang menyatakan bahwa pada
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kultivar cabai yang toleran terhadap infeksi
CMV dapat menjadi rentan atau tahan 3.1. Pengaruh Waktu Inokulasi terhadap
tergantung pada umur tanaman saat Preferensi Bemisia tabaci pada Beberapa
diinokulasi, strain virus, dan kondisi Genotipe Kedelai (Glycine max)
lingkungan. Adapun tujuan penelitian

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 65


CPMMV dapat ditransmisikan secara yaitu antixenosis kimiawi yang terjadi
mekanis melalui inokulasi, oleh vektor karena tanaman mengandung allelokimia
whitefly atau hama kebul (Bemisia tabaci) yang menolak kehadiran serangga pada
secara semi-persisten, dan melalui biji tanaman dan antixenosis morfologik, yaitu
kedelai. Meningkatnya populasi serangga ketahanan tanaman terbawa oleh adanya
vektor sering diikuti dengan meningkatnya sifat-sifat struktur atau morfologik tanaman
infeksi virus. Satu ekor serangga dewasa yang dapat menghalangi terjadinya proses
dapat menularkan 30%, dan dengan lima makan dan peletakan telur yang normal.
ekor serangga dewasa dapat menghasilkan Selain itu, mekanisme resistensi genetik
penularan 90%. Berdasarkan hal tersebut, yang mungkin juga dimiliki oleh suatu
maka dapat dianalogikan bahwa semakin tanaman adalah antibiosis yang merupakan
banyak B. tabaci yang menyerang semakin semua pengaruh fisiologi pada serangga
besar pula infeksi virus CPMMV pada yang merugikan, bersifat sementara atau
tanaman kedelai. tetap, sebagai akibat kegiatan serangga
Pada semua perlakuan waktu jumlah memakan dan mencerna jaringan atau cairan
Bemisia tabaci yang hinggap paling banyak tanaman tertentu.
adalah pada genotipe MLGG 0603 dan Untung (2006) menambahkan bahwa
paling sedikit di hinggapi adalah genotipe dalam pemilihan dan penentuan inang oleh
MLGG 0324 (Tabel 1). Banyak sedikitnya serangga banyak ditentukan oleh sifat
B. tabaci yang menyerang suatu tanaman morfologi dan sifat fisologi tanaman sebagai
dapat dipengaruhi oleh sifat morfologi dan sumber rangsangan. Adapun sifat morfologi
sifat fisiologi tanaman kedelai yang tersebut adalah ukuran, bentuk, dan warna
merupakan hasil ekspresi gen ketahanan daun, kekerasan jaringan tanaman, serta
tanaman kedelai. Hal ini didukung oleh adanya rambut dan tonjolan. Sifat fisiologi
Painter (1951) dalam Untung (2006) yang yang mempengaruhi serangga biasanya
menyatakan bahwa terdapat mekanisme berupa zat-zat kimia yang dihasilkan oleh
resistensi genetik tanaman terhadap proses metabolisme tanaman. Metabolit
serangga hama yang disebut ketidaksukaan yang merangsang respons serangga
atau nonpreference. termasuk dalam golongan allelokimia yang
dibagi menjadi allomon dan kairomon.
Tabel 1 Rerata Jumlah Bemisia tabaci Selain itu menurut Indrayani (2010),
yang Hinggap Selama Masa ditinjau dari aspek tanaman inang, perilaku
Inokulasi Bemisia spp. secara eksternal banyak
Rerata dipengaruhi oleh karakter fisik permukaan
Perlakuan daun, seperti bulu dan bentuk daun, serta
Genotipe Waktu Waktu Waktu
bergetah atau tidak, sedangkan secara
Inokulasi Inokulasi Inokulasi internal lebih banyak dipengaruhi oleh pH
10 hst 15 hst 20 hst daun. Bemisia spp. mempunyai preferensi
MLGG 0014 170,61 700,88 892,69 tinggi terhadap tanaman inang yang
daunnya berbulu, dan kurang menyukai
MLGG 0021 135,06 624,38 729,03
yang tidak berbulu (Butler dan Wilson,
MLGG 0113 152,13 740,04 992,40 1984 dalam Indrayani dan Sulistyowati,
MLGG 0183 142,08 693,27 1035,46 2005).
MLGG 0268 169,92 740,19 1032,58
MLGG 0305 119,73 671,92 1036,00 3.2. Pengaruh Waktu Inokulasi terhadap
MLGG 0324 114,00 563,48 700,94
Intensitas Serangan CPMMV pada
Beberapa Genotipe Kedelai (Glycine
MLGG 0400 124,13 729,88 869,69 max)
MLGG 0597 134,31 725,69 964,38
Hasil uji lanjut pengukuran intensitas
MLGG 0603 199,19 762,38 1276,13
serangan pada hari ke-21 setelah tanam
menunjukkan rerata intensitas serangan
Menurut Kogan (1982) dalam Untung paling besar adalah pada perlakuan waktu
(2006) sifat nonpreference ini lebih tepat inokulasi 10 hst yaitu sebesar 5,252 namun
disebut antixenosis yang berarti menolak
tamu. Terdapat dua macam antixenosis,

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 66


tidak berbeda nyata dengan perlakuan waktu MLGG 0305 25,521 30,000 ab
inokulasi 15 hst (Tabel 2). MLGG 0021 28,094 30,827 ab
MLGG 0597 28,107 31,352 ab
Tabel 2 Uji Pengaruh Waktu Inokulasi
MLGG 0183 29,396 32,522 ab
terhadap Intensitas Serangan
Rerata MLGG 0113 31,094 32,839 b
Waktu
Rerata (transformasi) Notasi MLGG 0268 31,271 33,793 b
Inokulasi
* b
MLGG 0400 32,104 33,968
Kontrol 7,750 2,583 a
MLGG 0603 45,615 42,443 c
20 hst 12,125 3,362 a c
MLGG 0014 47,469 43,383
15 hst 25,625 5,087 b
10 hst 27,375 5,252 b *transformasi dengan Arcsin %

*transformasi dengan Arcsin % Horsfall dan Cowling (1988) dalam


Windyarti (2002) menyatakan bahwa
Hasil uji lanjut pengukuran intensitas perbedaan kandungan nutrisi, struktur
serangan pada hari ke-28 setelah tanam histologis atau morfologis dari tanaman
menunjukkan rerata intensitas serangan menentukan sekali ketahanan dan kepekaan
paling tinggi pada perlakuan waktu inokulasi tanaman terhadap penyakit dan fungsi
10 hst yaitu sebesar 38,041 akan tetapi tidak jaringan yang dapat mempercepat atau
berbeda nyata dengan perlakuan waktu memperlambat patogenitas dan penyakit.
inokulasi 15 hst yaitu sebesar 35,791 (Tabel Hill (1984) juga menambahkan bahwa
3). kecepatan penyebaran virus akan lebih
tinggi pada sel-sel muda dibandingkan sel-
Tabel 3 Uji Pengaruh Waktu Inokulasi sel tua. Sel-sel muda mempunyai aktifitas
terhadap Intensitas Serangan inhibitor yang lebih sedikit daripada sel-sel
Waktu Rerata tua, sehingga penghambatan terhadap
Rerata Notasi
Inokulasi (Transformasi)* aktivitas dan perilaku virus pada tanaman
Kontrol 12,550 19,043 a muda lebih kecil. Pernyataan ini mendukung
20 hst 25,317 29,943 b hasil penelitian, yaitu pada tanaman kedelai
15 hst 34,325 35,791 c yang diberi perlakuan waktu inokulasi 10 hst
10 hst 38,142 38,041 c menunjukkan tingkat intensitas serangan
paling tinggi dibandingkan dengan
*transformasi dengan Arcsin % perlakuan waktu inokulasi 15 hst dan 20 hst.
Pada analisis untuk intensitas
Hasil uji lanjut pengukuran intensitas serangan pada umur 35 hst menunjukkan
serangan pada hari ke-35 setelah tanam macam genotipe yang berbeda memiliki
menunjukkan rerata intensitas serangan tingkat intensitas serangan yang berbeda.
paling tinggi terjadi pada genotipe MLGG Hasil uji lanjut menunjukkan rerata
0014 yaitu sebesar 43,383 namun tidak intensitas serangan paling tinggi adalah pada
berbeda nyata dengan genotipe MLGG genotipe MLGG 0014 yaitu sebesar 43,383
0603, MLGG 0400, dan MLGG 0268. namun tidak berbeda nyata dengan genotipe
Sedangkan rerata intensitas serangan paling MLGG 0603, MLGG 0400, dan MLGG
rendah adalah pada genotipe MLGG 0324 0268. Sedangkan rerata intensitas serangan
namun tidak berbeda nyata dengan genotipe paling rendah adalah pada genotipe MLGG
MLGG 0305, MLGG 0021, MLGG 0597, 0324 namun tidak berbeda nyata dengan
dan MLGG 0183. genotipe MLGG 0305, MLGG 0021, MLGG
0597, dan MLGG 0183.
Tabel 4 Uji Lanjut Macam Genotipe Menurut Agrios (1996) kerentanan
terhadap Intensitas Serangan tanaman terhadap patogen dipengaruhi oleh
Rerata genotipe yang ditentukan oleh perbedaaan
Gentotipe Rerata (Transfor- Notasi gen pengatur sifat ketahanan. Genotipe
masi)* yang rentan terhadap suatu isolat patogen
MLGG 0324 19,719 25,801 a menunjukkan bahwa genotipe tersebut tidak
mempunyai gen ketahanan yang efektif

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 67


untuk mengatasi isolat patogen. Derajat pada serangga vektor virus CPMMV yang
ketahanan pada suatu tanaman ditentukan merugikan yang bersifat sementara atau
oleh banyak faktor yang mengadakan tetap sebagai akibat serangga yang memakan
interaksi, antara lain virulensi patogen, umur dan mencerna jaringan atau cairan tanaman
dan kondisi tanaman, serta keadaan tertentu, akan tetapi belum diketahui secara
lingkungan di sekeliling tanaman pasti zat antibiosis yang dimiliki oleh
(Semangun, 1996). Infeksi virus pada umur kedelai yang diuji pada penelitian ni.
tanaman muda menyebabkan tanaman Aktivitas inhibitor lain yang mungkin dapat
menjadi lebih rentan daripada infeksi pada berpengaruh adalah adanya mekanisme
umur tanaman tua, hal ini berkaitan dengan pertahanan dari tubuh tanaman itu sendiri
proses metabolisme tanaman muda yang yang dapat berupa penolakan terhadap
sangat aktif sehingga mendukung vektor pembawa virus yang berupa
multiplikasi virus (Bos, 1982). serangga. Penolakan ini biasa disebut
Selain faktor genetik, lingkungan juga antixenosis yang dapat berupa antixenosis
dapat mempengaruhi ketahanan suatu kimiawi ataupun antixenosis morfologik.
tanaman terhadap penyakit atau infeksi Antixenosis kimiawi terjadi karena tanaman
virus. Misalnya suatu tanaman rentan pada mengandung suatu allelokimia yang dapat
suatu jenis penyakit, tetapi pada lingkungan menolak kehadiran serangga pada tanaman.
yang tertentu tanaman menjadi tahan Antixenosis morfologik terjadi karena
terhadap penyakit tersebut (Crowder, 1988). tanaman memiliki karakter morfologik yang
Untung (2006) juga mendukung pernyataan dapat menghalangi terjadinya proses dan
tersebut dengan menyebutkan bahwa sifat peletakan telur yang normal, seperti banyak
ketahanan yang dimiliki oleh tanaman dapat sedikitnya rambut ( trikoma) yang dimiliki
merupakan sifat asli (terbawa faktor genetik) oleh tanaman.
tetapi dapat juga karena keadaan lingkungan Uji ketahanan pada macam genotipe
yang mendorong tanaman menjadi relatif menunjukkan bahwa genotipe MLGG 0324,
tahan terhadap serangan hama. MLGG 0597, dan MLGG 0603 memiliki
tingkat ketahanan yang lebih baik
3.3. Ketahanan Tanaman dibandingkan genotipe yang lain. Adanya
perbedaan ketahanan ini disebabkan masing-
Berdasarkan hasil analisis data dan
masing tanaman memiliki respon yang
pembahasan preferensi Bemisia tabaci dan
berbeda terhadap infeksi virus (Windyarti,
intensitas serangan untuk tiap perlakuan
2002). Bos (1994) menambahkan bahwa
waktu inokulasi dan tiap genotipe kedelai.
kerentanan dan kepekaan tanaman
Dapat diketahui bahwa waktu inokulasi
ditentukan oleh genotipe tanaman, keadaan
berpengaruh terhadap beberapa parameter
lingkungan, dan umur tanaman. Hal ini
pengamatan. Tanaman yang diberikan
berarti bahwa tiga genotipe tersebut
perlakuan waktu inokulasi 15 hst dan
mungkin memiliki respon tertentu terhadap
perlakuan waktu inokulasi 20 hst memiliki
vektor pembawa virus ataupun respon
tingkat ketahanan yang lebih baik sehingga
terhadap virus yang menyebabkan ketiga
dapat dikategorikan agak tahan, pada
genotipe tersebut tahan.
tanaman kedelai yang diberi perlakuan
Pada semua perlakuan waktu jumlah
waktu inokulasi 10 hst menunjukkan
Bemisia tabaci yang hinggap paling banyak
kategori rentan.
adalah pada genotipe MLGG 0603 dan
Hasil penelitian di atas menunjukkan
paling sedikit di hinggapi adalah genotipe
bahwa pada waktu inokulasi saat umur
MLGG 0324. Hal ini kemungkinan
tanaman muda menyebabkan tanaman
dikarenakan adanya suatu sifat tanaman
menjadi rentan terhadap serangan virus. Hal
tersebut yang menyebabkan tanaman
ini dimungkinkan karena pada umur muda
tersebut menjadi disenangi ataupun tidak di
sel memiliki aktifitas inhibitor yang rendah
senangi oleh B. tabaci.
terhadap infeksi virus dibandingkan sel-sel
Intensitas serangan CPMMV paling
yang lebih tua. Akivitas inhibitor yang
tinggi terjadi pada tanaman kedelai yang di
dimaksud dapat berupa mekanisme
beri perlakuan waktu inokulasi 10 hst. Hal
Antibiosi atau antixenosis. Menurut Untung
ini bersesuaian dengan pernyataan Untung
(2006) antibiosis, yaitu pengaruh fisiologis
(2006) bahwa respon fisiologi tanaman

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 68


terhadap pathogen bervariasi menurut umur Agrios, G. N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan.
tanaman dan tentunya mempengaruhi Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada
kenampakan sifat ketahanan di lapangan. University Press.
Genotipe yang mengalami intensitas Bos, L. 1990. Pengantar Virologi Tumbuhan.
serangan paling tinggi adalah genotipe Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
MLGG 0014. Setiap genotipe tanaman Ditjen Tanaman Pangan. 2008. Press Release
memiliki ketahanan yang berbeda terhadap Mentan Pada Panen Kedelai, (Online),
serangga virus (Agrios, 1996). Hal ini (http://ditjentan.deptan.go.id, diakses Tanggal 10
kemungkinan dipengaruhi oleh sifat November 2008).
morfologi dan sifat fisiologi tanaman kedelai
Hadiastono, T. 1998. Virologi Tumbuhan Dasar.
yang pada akhirnya menghasilkan suatu
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas
mekanisme ketahanan. Pertanian. Universitas Brawijaya Malang.

4. KESIMPULAN Hill, S.A. 1984. Methods in Plant Virology.


Oxford London: Blackwell Scientific
Adapun kesimpulan yang dapat Publication.
diambil berdasarkan pembahasan adalah ada
Indrayani. 2010. Studi Pustaka Bioekologi dan
pengaruh waktu inokulasi CPMMV Teknik Pengendalian Hama Lalat Putih, Bemisia
(Cowpea Mild Mottle Virus) terhadap spp. (Homoptera: Aleyrodidae), (Online),
ketahanan beberapa genotipe kedelai (http://klipingperlintan.files.wordpress.com/2010
(Glycine max). Perlakuan waktu inokulasi /01/51.pdf, diakses tanggal 21 Mei 2010).
10 hst dan genotipe MLGG 0014
Indrayani, I G.A.A. dan E. Sulistyowati. 2005.
menunjukkan hasil intensitas serangan Pengaruh kerapatan bulu daun pada tanaman
tertingggi, namun tidak terdapat interaksi kapas terhadap kolonisasi Bemisia tabaci
antara waktu inokulasi dan macam genotipe Gennadius. Jurnal Pene-litian Tanaman Industri
kedelai. 11(3): 101 106.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit
5. SARAN Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
Selama pelaksanaan penelitian, University Press.
peneliti mengalami beberapa kendala, oleh Siregar, E. 2009. Uji Virulensi CMV Asal
karena itu peneliti perlu memberikan saran- Sumatera Utara pada Tanaman Cabai, (Online),
saran untuk penelitian selanjutnya yang (http://library.usu.ac.id/download/fp/hutan-
terkait dengan penelitian ini. Beberapa saran edi%20batara9.pdf, diakses tanggal 21 Mei
yang dapat dikemukakan adalah sebagai 2010).
berikut. Suprapto. 2001. Bertanam Kedelai. Jakarta:
1. Pada penelitian ini belum diteliti Penebar Swadaya.
mengenai kandungan senyawa kimia
Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama
yang terdapat pada genotipe tahan
Terpadu. Yogyakarta:UGM Press.
ataupun rentan, sedangkan diduga
kandungan senyawa ini memiliki peranan Watterson, J. C. 1993. Development and
penting dalam mekanisme ketahanan Breeding Resistance to Pepper and Tomatto
tanaman terhadap CPMMV seperti Viruses. P-p 80-101. In Kyle. M. M. (Editor).
Resistance of Virus Diseases of Vegetable,
mekanisme antibiosis dan antixenosis,
Timber Person, Oregon.
sehingga pada penelitian selanjutnya
disarankan untuk meneliti hal tersebut. Windyarti, I. Y. 2002. Uji Ketahanan Beberapa
2. Parameter uji ketahanan kedelai terhadap Varietas Kedelai (Glicine Max L) terhadap
CPMMV pada penelitian ini hanya Cowpea mild mottle virus (CPMMV) pada
Berbagai Umur Tanaman. Skripsi. Malang:
berdasar pada ciri morfologi dan
Tidak diterbitkan.
agronomi tanpa mengamati proses
fisiologis dan ciri anatomi, sehingga Zubaidah, S,. Kuswantoro, H. 2008. Ketahanan
disarankan pada penelitian selanjutnya Populasi Dasar dalam Persilangan Kedelai
diteliti juga mengenai proses fisiologis Tahan dan Rentan terhadap CPMMV (Cowpea
mild mottle virus). Jurnal AGRITEK, hal 631-
dan ciri anatominya
637. Malang: LPPM Institut Pertanian Malang.
6. DAFTAR RUJUKAN

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 69


Zubaidah, S,. Kuswantoro, H., Saleh, N. 2006.
Penetapan Skoring Ketahanan Tanaman Kedelai
terhadap CPMMV (Cowpea mild mottle virus).
Makalah Seminar Nasional Biologi. Surabaya.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 70


PENGARUH UNSUR HARA, AIR DAN CAHAYA TERHADAP
PERKEMBANGAN BUAH KACANG TANAH
(Arachis hypogaea (L.). Merr.)

Sulistiono 1), Issirep Sumardi 2) dan Azis Purwantoro3)


1
Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Nusantara PGRI Kediri, 2Fakultas Biologi Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta, 3Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,

Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk pengetahui pengaruh unsur hara, air dan cahaya terhadap
pertumbuhan ginofor dan perkembangan buah kacang tanah. Penelitian disusun dalam rancangan
petak-petak terbagi dengan tiga faktor, yaitu: unsur hara terdiri enam level (unsur hara lengkap,
tanpa K, Ca, P, Mg dan tanpa unsur hara), air terdiri dari tiga level (75%, 100% dan 125%
kapasitas lapang) dan cahaya terdiri dari dua level (keadaan gelap dan terang). Parameter yang
diamati panjang buah.
Perkembangan buah dihambat oleh cahaya, tetapi dipacu oleh interaksi antara keadaan
gelap, unsur hara dan air. Perlakuan antara unsur hara lengkap, keadaan gelap dan penyediaan air
100% kapasitas lapang memberi pengaruh yang paling baik terhadap perkembangan buah.

Keywords: ginofor, Arachis hypogaea

1. PENDAHULUAN buah masuk ke dalam tanah (Patte &


Organ reproduksi kacang tanah Mohapatra, 1987; Sulistiono, 2000). Ketika
(Arachis hypogaea L. Merr) dan jenis masuk ke dalam tanah, ginofor dan buah
lainnya dari marga Arachis memperlihatkan berada dalam kondisi lingkungan berbeda
perkembangan yang agak berbeda apabila dengan yang sebelumnya. Perbedaan
dibandingkan dengan marga-marga yang tersebut antara lain adalah ginofor dan buah
lain dari suku Fabaceae. Perbedaan tersebut langsung berhubungan dengan air dan unsur
disebabkan oleh perkembangan buah dan hara tanah serta kegelapan. Dari beberapa
embrio hanya terjadi di dalam tanah. penelitian tentang ginofor dan buah kacang
Pada kacang tanah, setelah terjadi tanah menunjukkan, bahwa keadaan gelap
fertilisasi terbentuk organ khusus yang secara in vitro (Zamski & Ziv, 1976)
dinamakan ginofor. Ginofor selanjutnya maupun in vivo (Rejeki, 1999) dan sinar
tumbuh memanjang dan membawa buah merah jauh (Ziv, 1981) dapat merangsang
yang berisi biji dan embrio masuk ke dalam pertumbuhan buah, tetapi buah yang
tanah (Patte & Mohapatra, 1987; terbentuk tidak dapat mengalami
Moctezuma & Feldman, 1998). pertumbuhan dan perkembangan lebih
Pertumbuhan ginofor mengalami 2 kali lanjut. Tanaman kacang tanah yang
perubahan arah, sejak terjadinya fertilisasi ditumbuhkan pada lingkungan yang
sampai buah berukuran maksimal, yaitu kekurangan air (Duncan et al.,1987 dalam
mula-mula ke arah geotrofi negatif, Nurmauli, 1992) serta beberapa unsur hara
kemudian geotrofi positif dan akhirnya ke seperti kalsium (Cox et al.,1982; Smith et
arah horisontal (Patte & Mohapatra, 1987; al., 1996; Ekawati, 1993) dan kalium (Cox
Sulistiono, 2000). et al.,1982; Smith et al., 1996)
Buah kacang tanah hanya dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
tumbuh dan berkembang di dalam tanah. dan perkembangan buah.
Sebelum ujung ginofor masuk ke dalam Penelitian mengenai pengaruh cahaya,
tanah, buah dan embrio tidak akan air dan unsur hara terhadap pertumbuhan
berkembang (Maesen & Somaatmaja, 1993). dan perkembangan buah kacang tanah
Embrio akan tertahan dalam stadium 6-8 sel, seperti diuraikan di atas, dilakukan secara
mulai hari ke-6 setelah anthesis sampai terpisah tanpa mempertimbangkan interaksi

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 71


berbagai faktor tersebut seperti yang terjadi anthesis (hsa). Ginofor ditumbuhkan dalam
ketika ginofor berada di dalam tanah. Selain plastik dengan media lumut gambut kering
itu, beberapa penelitian yang telah dilakukan yang sebelumnya telah dicuci dan
tidak memperhitungkan apakah air dan disterilkan.
unsur hara tersebut berasal dari yang diserap
akar atau oleh ginofor dan buah. Beberapa Percobaan disusun dalam Rancangan Petak-
unsur seperti kalsium (Ekawati, 1993) dan petak Terbagi dengan tiga faktor dan empat
kalium (Cox et al.,1982) sebagian besar ulangan.
diserap melalui ginofor dan buah kacang Faktor I: unsur hara terdiri dari 6 level
tanah, tetapi perannya terhadap yaitu: unsur hara lengkap
perkembangan buah belum diketahui. (larutan Hoagland 1938 dalam
Informasi tentang unsur-unsur hara lain yang Taiz & Zeiger, 1998) (H1), tanpa
dapat diserap melalui ginofor dan buah K (H2), tanpa Ca (H3), tanpa P
kacang tanah serta pengaruhnya terhadap (H4), tanpa Mg (H5) dan tanpa
perkembangan buah sampai saat ini juga unsur hara (H6). Senyawa NO3
belum ada publikasi yang menjelaskannya. yang berkurang akibat perlakuan
Dengan demikian diperlukan penelitian tanpa K (KNO3) dan Ca
mengenai pengaruh interaksi antara cahaya, (Ca(NO3)2).4H2O masing-masing
air dan unsur hara yang diserap melalui diganti dengan NaNO3.
ginofor dan buah terhadap pertumbuhan Sedangkan NH4 yang berkurang
ginofor dan perkembangan buah kacang akibat perlakuan tanpa P
tanah. (NH4H2PO4) dan SO4 yang
Berdasarkan uraian di atas, penelitian berkurang akibat perlakuan tanpa
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Mg (MgSO4.7H2O), masing-
lingkungan (cahaya, air) dan unsur hara masing diganti dengan NH4Cl2
yang diserap melalui ginofor dan buah dan K2SO4.
terhadap pertumbuhan ginofor dan Faktor II: air terdiri, dari 3 level yaitu: air
perkembangan buah. dalam 100% kapasitas lapang
(A1), 75% kapasitas lapang (A2)
2. BAHAN DAN METODE dan 125% kapasitas lapang (A3).
2.1. Penanaman dan pemeliharaan Faktor III: cahaya, terdiri dari 2 level yaitu:
tanaman keadaan gelap (C1) dan keadaan
terang (C2). Pada perlakuan
Benih kacang tanah (Arachis hypogaea (L.) gelap ginofor dan buah
Merr.) varitas Kelinci ditanam dalam pot ditumbuhkan di dalam kantong
plastik warna hitam dengan diameter 40 cm. plastik warna hitam, sedangkan
Sebelum ditanam, biji direndam dengan pada perlakuan terang di dalam
akuades selama 4 jam kemudian ditiriskan kantong plastik tak berwarna
selama semalam. Tiap pot ditanami 3 biji (jernih).
dan hanya dipilih 2 tanaman yang tumbuh
paling baik. Penanaman dilakukan dengan Cara perlakuannya adalah seperti
cara tugal dengan kedalaman  5 cm, lalu diuraikan berikut ini. Sebanyak 3 gram
dibumbun dengan tanah. Media tanam yang lumut gambut dimasukkan ke dalam kantong
digunakan terdiri dari campuran tanah, plastik berwarna gelap (C1) dan terang (C2),
pupuk kandang dan pasir dengan kemudian ke dalam kantong plastik tersebut
perbandingan 3 : 2 : 1. Pemupukan dimasukkan larutan unsur hara sesuai
dilakukan setelah tanaman berumur 1 perlakuan (H1 sampai H6). Jumlah larutan
minggu dengan pupuk TSP dengan dosis 10 yang dimasukkan ke dalam kantong plastik
g/pot. untuk perlakuan A1, A2 dan A3 masing-
masing sebanyak 7.96, 5.97 dan 9.95 ml.
2.2. Pemberian perlakuan cahaya, air dan Kemudian dengan hati-hati ginofor dari
unsur hara buku keempat yang telah berumur 7 hsa
dimasukkan ke dalam kantong plastik
Perlakuan diberikan terhadap ginofor dari tersebut, lalu ujung plastik diikat
buku keempat berumur 7 hari setelah berhimpitan dengan bagian pangkal ginofor

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 72


menggunakan benang. Kadar air di dalam hsa). Pengukuran panjang buah dilakukan
kantong plastik tetap dipertahankan sesuai mulai bagian ujung distal sampai ujung
perlakuan dengan cara menambahkan proksimal. Data yang diperoleh selanjutnya
larutan unsur hara ke dalamnya. dianalisis dengan analisis ragam. Analisis
Berdasarkan penelitian pendahuluan, agar dilakukan dengan komputer menggunakan
kadar air pada media relatif stabil sesuai program Stats versi 6.2.
dengan perlakuan, penambahan larutan
unsur hara ke dalamnya dilakukan setiap 3. HASIL PENELITIAN DAN
empat hari sekali yaitu sebanyak 1 ml pada PEMBAHASAN
perlakuan gelap dan 0,2 ml pada perlakuan Hasil analisis ragam perlakuan
terang. Penambahan larutan unsur hara pada terhadap panjang buah (Tabel 1)
media di dalam kantong plastik tersebut menunjukkan adanya interaksi yang sangat
dilakukan dengan menyuntikkannya nyata diantara perlakuan yang diberikan.
menggunakan siring. Hasil uji BNT 5% terhadap rerata panjang
Parameter yang diamati adalah buah tertera pada Tabel 2.
panjang buah, yang diukur pada akhir
perlakuan, yaitu setelah buah dipanen (65

Tabel 1. Ringkasan analisis ragam panjang buah kacang tanah pada umur panen akibat
perlakuan unsur hara, air dan cahaya.
Sumber Keragaman db JK DK F hit Pr>F
Ulangan 3 4,54950 1,51650 5,63 0,0013
Perlakuan 35 12542,16769 358,34765 1331,39 0,0001
Hara 5 1552,92446 310,58489 1153,93 0,0001
Air 2 44,61566 22,30783 82,88 0,0001
Hara dan Air 10 7,06538 0,70654 2,63 0,0068
Cahaya 1 10040,87502 10040,87502 37305,37 0,0001
Hara dan Cahaya 5 884,93863 176,98773 657,57 0,0001
Air dan Cahaya 2 2,30253 1,15127 4,28 0,0164
Hara,air dan cahaya 10 9,44601 0,94460 3,51 0,0005
Galat 105 28,26113 0,26915
Total 143 12574,97832
Catatan: Koefisien keragaman = 3,474%

Tabel 2. Rerata panjang buah kacang tanah (mm) yang diberi perlakuan dengan unsur
hara, air dan cahaya pada umur panen.
Perlakuan Unsur Hara
Cahaya Air dalam Lengkap Tanpa Tanpa Tanpa Tanpa Tanpa Rerata
kapasitas K Ca P Mg hara
lapang
100% 29,700 a 28,837 19,913 28,737 28,850 14,238 24,879
b d b b f
75% 27,900 27,262 18,700 27,650 27,075 12,450 23,506
Gelap bc c e c c g
125% 29,887 a 28,538 20,012 28,100 28,640 12,400 24,429
b d bc b g
Rerata 29,162 28,212 19,542 28,162 28,188 13,029 24,327
100% 7,325 6,825 6,512 7,287 7,300 6,375 6,771
h hi hi h h hi
75% 6,088 6,025 5,350 5,350 5,265 4,338 k 5,403
i i j j j
Terang
125% 7,025 h 6,750 6,862 7,338 7,259 6,250 6,747
hi hi h h hi
Rerata 6,813 6,533 5,583 6,625 6,604 5,654 6,307
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap uji BNT 5%.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 73


Menurut Thompson et al. (1992) keadaan
gelap akan menyebabkan akumulasi
fitokrom pada embrio, kulit biji dan kulit
buah yang selanjutnya akan mengaktifkan
gen-gen yang mengontrol perkembangan
buah. Aktifnya gen-gen pada buah tersebut
antara lain menyebabkan diferensiasi
jaringan berkas pengangkut pada meristem
interkalar ginofor (Sulistiono et al., 2004)
dan delignifikasi dinding sebelah luar sel-sel
eksokarp (Smith, 1996). Diferensiasi
jaringan berkas pengangkut meristem
interkalar ginofor akan memperlancar
pengangkutan air dan unsur hara dari akar
menuju buah, sedang delignifikasi dinding
sel-sel sebelah luar eksokarp akan
memungkinkan terjadinya penyerapan air
dan unsur hara melalui kulit buah. Dalam
keadaan terang, fitokrom dalam buah kacang
tanah tersebut tidak terbentuk (Thompson et
al., 1992), sehingga gen-gen yang
Gambar 1. Buah kacang tanah yang mengontrol perkembangan buah tidak
diberi penyediaan unsur terekspresi. Selain itu, dalam keadaan terang
hara, air dan cahaya pada dinding sel sebelah luar sel-sel eksokarp
umur panen. mengalami lignifikasi (Sulistiono, 2000)
yang akan menghalangi masuknya air dan
Keterangan : unsur hara ke dalam buah.
H1: unsur hara lengkap Buah yang ditumbuhkan dalam
H2: unsur hara tanpa K keadaan gelap tanpa unsur Ca pada kondisi
H3: unsur hara tanpa Ca kekurangan maupun kelebihan air lebih
H4: unsur hara tanpa P pendek dari pada buah yang ditumbuhkan
H5: unsur hara tanpa Mg dengan penyediaan unsur hara lengkap,
H6: tanpa unsur hara
tanpa unsur K, tanpa P dan tanpa Mg pada
A1: air dalam 100% kapasitas lapang
A2: air dalam 75% kapasitas lapang penyediaan air yang sama, namun lebih
A3: air dalam 125% kapasitas lapang panjang dari pada buah yang ditumbuhkan
C1: keadaan gelap pada media tanpa unsur hara. Hal ini
C2: keadaan terang menunjukkan, bahwa kekurangan unsur Ca
dalam media tumbuh buah paling
Berdasarkan Tabel 2. dan Gambar 1. menghambat perkembangan buah kacang
terlihat, bahwa dalam keadaan terang tanah dibandingkan dengan kekurangan
penyediaan air dan unsur hara tidak dapat unsur-unsur K, P dan Mg.
memacu perkembangan buah. Penyediaan Dalam Smith (1996) dijelaskan,
air dan unsur hara tersebut dapat memacu bahwa pengangkutan unsur Ca menuju buah
perkembangan buah hanya jika buah kacang tanah hanya melalui xilem. Dengan
ditumbuhkan dalam keadaan gelap. demikian kiriman unsur tersebut ke dalam
Kekurangan unsur hara pada penyediaan air buah sangat tergantung pada penyerapan
yang cukup (100% kapasitas lapang) akar. Menurut Marschner (1999), kecepatan
maupun kelebihan air (125% kapasitas penggangkutan air dan unsur hara melalui
lapang) berpengaruh terhadap panjang buah, xilem tergantung pada laju transpirasi, yaitu
tetapi dalam keadaan terang, kekurangan semakin tinggi laju transpirasi pengangkutan
unsur hara pada penyediaan air yang cukup air dan unsur hara melalui xilem juga akan
maupun kelebihan air tidak dapat memacu meningkat. Transpirasi pada buah kacang
perkembangan buah. tanah kemungkinan tidak terjadi, sehingga
jumlah unsur Ca dari akar yang diterima
buah relatif sedikit dibandingkan dengan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 74


yang dibutuhkan. Oleh karena itu, buah mengakibatkan tekanan turgor sel berkurang
memerlukan tambahan unsur Ca yang dan akan mempengaruhi aktivitas biokimia
diserap melalui kulit buah agar buah selanjutnya.
tersebut dapat berkembang secara optimal. Buah terpanjang dijumpai pada buah
Panjang buah yang ditumbuhkan yang ditumbuhkan dalam keadaan gelap
dalam keadaan gelap tanpa unsur K pada pada penyediaan unsur hara lengkap dan
kondisi cukup maupun kelebihan air tidak tersedia cukup maupun kelebihan air (Tabel
berbeda nyata dengan penyediaan unsur hara 2.), tetapi buah yang ditumbuhkan dalam
tanpa P dan tanpa Mg, tetapi lebih panjang kondisi kelebihan air tersebut membusuk
dari pada penyediaan unsur hara tanpa Ca. sebanyak 2% pada pada saat panen. Dalam
Hal tersebut menunjukkan, bahwa Maesen & Somaatmaja (1993) juga
kekurangan unsur-unsur K, P dan Mg pada disebutkan, bahwa lingkungan tumbuh yang
media tumbuh buah tidak membawa dampak kelebihan air dapat menyebabkan
yang terlalu besar terhadap perkembangan pembusukan akar dan buah kacang tanah.
buah kacang tanah dibandingkan dengan Dengan demikian untuk perkembangan buah
apabila kekurangan unsur Ca. Marschner kacang tanah yang optimal, selain harus
(1999) mengemukakan, bahwa unsur-unsur berada dalam keadaan gelap juga diperlukan
K, P dan Mg merupakan unsur yang mobil, unsur hara lengkap dan tersedia cukup air
sehingga kekurangan unsur-unsur tersebut (100% kapasitas lapang).
dalam suatu organ dapat disediakan oleh Dari hasil penelitian ini dapat
organ-organ lain pada tumbuhan itu. disimpulkan, bahwa perkembangan buah
Menurut Wood et al. (1986), beberapa unsur kacang tanah dihambat oleh cahaya, tetapi
hara seperti N, Fe, K, P, Mg dan Zn pada dipacu oleh interaksi antara keadaan gelap,
daun ditranspor ke buah yang sedang unsur hara dan air. Perlakuan antara unsur
berkembang. Dengan demikian tidak hara lengkap, keadaan gelap dan air dalam
tersedianya unsur-unsur K, P dan Mg pada kapasitas lapang memberi pengaruh yang
media tumbuh buah tidak berpengaruh besar paling baik terhadap perkembangan buah.
terhadap perkembangan buah kacang tanah,
karena selain dari akar, untuk perkembangan
DAFTAR PUSTAKA
tersebut buah juga mendapat kiriman dari
organ-organ lain seperti daun. Cox, F.R., Adams, F. & Tucker, B.B. 1982.
Berdasarkan Tabel 2. juga diketahui, Liming fertilization and mineral nutrition. In:
bahwa buah yang ditumbuhkan pada media Peanut Science and Technology. Eds. Pattee,
yang kekurangan air baik dalam keadaan H.E. & Young C.T. APRES Inc. Texas. p. 139-
163.
gelap maupun terang lebih pendek dari pada
buah yang ditumbuhkan dalam kondisi Ekawati, I. 1993 Pengaruh Perimbangan Ca-K-
cukup atau kelebihan air. Hal ini Mg pada Zone Perakaran dan Ginofor terhadap
membuktikan bahwa ketersediaan air di Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea. L)
dalam media tumbuh buah berperan penting dan Serapan Unsur pada Polong di Tanah
Mediteran Coklat Kemerahan (Tesis
dalam perkembangan buah kacang tanah.
Pascasarjana) Universitas Gadjah Mada
Air di dalam media tumbuh buah tersebut Yogyakarta. p. 12-38.
dalam keadaan gelap antara lain digunakan
sebagai pelarut unsur hara yang diserap oleh Maesen, L.J.S.V. & Somaatmaja, S. 1993.
buah dan meningkatkan tekanan turgor sel- Sumber Daya Nabati Asia Tenggara I: Kacang-
kacangan (terjemahan). PT. Gramedia. Jakarta.
sel kulit buah. Dalam keadaan terang buah
p. 25-42.
tidak dapat menyerap unsur hara, sehingga
ketersediaan air di dalam media tumbuh Marschner, H. 1999. Mineral Nutrition of Higher
buah terutama hanya berperan dalam Plants. Academic Press. San Diego-New York-
meningkatkan tekanan turgor sel-sel kulit London. p. 79-396.
buah. Dalam keadaan kekurangan air Moctezuma, E & Feldman, L.J. 1998. Growth
penyerapan unsur hara tersebut menjadi Rates and Auxin Effect in Graviresponding
terhambat dan akan mempengaruhi Gynophores of Peanut, Arachis hypogaea
pertumbuhan dan perkembangan buah. (Fabaceae). Am. J. Bot. 43: 1369 - 1376.
Dalam Taiz & Zeiger dikemukakan, bahwa Nurmauli, N. 1996. Tanggapan Tanaman
potensial air yang rendah juga Kacang Tanah (Arachis hypogaea (L.) Merr.)

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 75


terhadap Pemberian Daminozide 85%. J.
Agrotropika. 2: 30 - 34
Patte, H.E. & Mohapatra, S.C. 1987. Anatomical
change during Ontogeny of the Peanut (Arachis
hypogaea L.) Fruit: Mature Megagametophyte
through Heart-Shaped Embryo. Bot. Gaz.148:
156 - 164.
Rejeki, T. 1999. Pengaruh Intensitas Cahaya
terhadap Pembentukan Polong pada Kacang
Tanah (Arachis hypogaea L. cv. Gajah)
(Skripsi). Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta
Smith, D. H., Wells, M. A., Porter, D. M. & Cox,
F. R. 1996. Peanuts. In: Nutrient Deficiencies &
Toxicities in Crop Plants. Eds. Bennett, W. T.
APS Press: St Paul, Minnesota. p. 39-67.
Sulistiono. 2000. Pengaruh 2,3,5-Triiodobenzoic
Acid terhadap Pertumbuhan Ginofor dan
Perkembangan Buah Kacang Tanah (Arachis
hypogaea (L.) Merr.) varitas Rusa. (Tesis
Pascasarjana). Bandung: ITB. p. 30-45.
Sulistiono, Sumardi, I & Azis Purwantoro. 2004.
Kajian Pertumbuhan Ginofor, Buah dan Biji
selama tahap Perkembangan Buah Kacang Tanah
(Arachis hypogaea (L.) Merr.). Dalam: Proc.
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Penerapan MIPA. Eds. Kuswanto, H., Ariswan,
Sutrisno, H., Nurcahyo, H. & Sahid. UNY
Yogyakarta. P. B53 – B64.
Taiz, L. & Zeiger, E. 1998. Plant Physiology.
Sinauer Associates, Inc. Publishers: Sunderland.
p. 31-574.
Thompson, L.K., Burgess, C.L. & Skinner, E.
1992. Localization of Phytochrome during
Peanut (Arachis hypogaea) Gynophore and
Ovule Development. Am. J. Bot. 79: 828 – 832.
Wood, L.J. Murray, B.J., Okatan, Y. & Noode’n,
L.D. 1986. Effect of petiole phloem distribution
on starch and mineral distribution in senescing
soybean leaves. Am. J. Bot. 73: 1377-1383.
Zamski, E. & Ziv, M. 1976. Pod Formation and
Its Geotropic Orientation in the Peanut, Arachis
hypogaea L. in Relation to the Light and
Mechanical Stimulus. Ann. Bot. 40: 631 – 636.
Ziv, M. 1981. Photomorphogenesis of the
Gynophore, Pod and Embryo in Peanut (Arachis
hypogaea). Ann. Bot. 48: 353 – 359.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 76


MUTASI GEN P53 PADA SEL KANKER PAYUDARA TIKUS
GALUR SPRAGUE DAWLEY SETELAH INDUKSI 7,12-DIMETHYL
BENZ(Ά)ANTRASEN (DMBA) DAN PEMBERIAN ANTI
KARSINOGENESIS GYNURA PROCUMBENS.

Dwi Listyorini1), Abdul Gofur1), dan Iwan Sahrial Hamid2)


1)
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang
2)
Departemen Ilmu Kedokteran Dasar Veteriner FKH Unair

Abstrak
Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian di negara industri dengan insidensi sekitar 1-2
% per tahun. Penggunaan tanaman obat sebagai anti kanker menjadi alternatif dalam mencegah
penyakit kanker berkelanjutan. Daun Dewa (Gynura procumbens) diketahui mengandung senyawa anti
kanker. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui aktifitas ekstrak etanol tanaman Daun
Dewa (Gynura procumben) sebagai antikarsinogenesis setelah inisiasi kanker payudara pada tikus
dengan DMBA dengan melihat kejadian mutasi pada gen p53 pada kelenjar mamae tikus galur Sprague
dawley yang diinduksi DMBA dan diberi ekstrak etanol Gynura procumbens. Disain penelitian ini
menggunakan model pre-inisiasi DMBA. Hewan coba berupa 25 ekor tikus betina galur Sprague dawley
umur 40 hari dikelompokkan menjadi lima kelompok perlakuan. Perlakuan berupa kontrol positif DMBA
(tanpa diberi ekstrak); perlakuan dengan dosis ekstrak 300 mg/kg bb dan dan DMBA 20mg/kg bb;
perlakuan dosis ekstrak 750 mg/kg bb dan DMBA 20mg/kg bb; perlakuan kontrol negatif ekstrak (ekstrak
Gynura procumben 300 mg/kg bb); dan kontrol negatif ekstrak Gynura procumben 750 mg/kg bb
intragastrik. Pemberian ekstrak dilakukan pada tikus umur 40 hari, diberikan setiap hari mulai minggu
pertama sampai dengan minggu ketujuh, sedangkan pemberian DMBA dilakukan pada minggu kedua
sampai dengan minggu ketujuh. Pengamatan perkembangan karsinogenesis dilakukan setelah
berakhirnya pemberian DMBA dan ekstrak etanol Gynura procumbens melalui insidensi tumor pada
kelenjar mammae. Pengamatan terhadap mutasi gen p53 dilakukan pada jaringan kelenjar mammae
yang sebelumnya dilakukan nekropsi jaringan kelenjar mammae. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
inisiasi dengan DMBA 20mg/kg bb yang diberikan setelah dan bersamaan dengan pemberian ekstrak
Gynura procumbens menyebabkan insidensi tumor. Insidensi tumor ini menurun dengan pemberian
ekstrak Gynura. Hal ini menunjukkan bahwa esktrak Gynura mampu menekan inisiasi tumor. Analisis
terhadap gen p53 exon 6 menunjukkan adanya mutasi di beberapa titik, namun sejauh ini belum bisa
disimpulkan apakah penurunan insidensi tumor ini berkaitan langsung dengan mutasi pada gen p53.
Masih diperlukan kajian lebih lanjut untuk mengetahui keterlibatan gen p53 dan interaksinya dengan
gen-gen regulator kanker payudara lainnya.

Kata kunci: Gen p53, Antikarsinogenesis, Gynura procumbens, DMBA.

1. PENDAHULUAN sebagai anti kanker menjadi alternatif dalam


mencegah penyakit kanker berkelanjutan.
Penyakit kanker merupakan penyebab
Uji antikarsinogenesis telah dilakukan
kedua mortalitas di dunia setelah penyakit
dengan menggunakan tikus betina galur
kardiovaskuler, sedangkan di Indonesia
Sprague dawley yang diinduksi kanker
kanker merupakan penyebab kematian
payudara dengan menggunakan karsinogen
keenam. Kanker payudara merupakan
DMBA. Pada penelitian ini diamati efek
penyebab utama kematian di negara industri
ekstrak etanol Daun Dewa (Gynura
dengan insidensi sekitar 1-2 % per tahun.
procumbens) pada sel kanker payudara
Penatalaksanaan kanker masih belum
melalui mutasi gen p53 yang berperan pada
memberikan hasil yang baik, karena
perbaikan DNA dan pemacuan apoptosis.
disamping secara patofisiologis sangat
Mutasi gen p53 oleh bahan karsinogen, akan
komplek dan melibatkan proses
menghasilkan protein p53 mutan yang
mikroevolusioner, penggunaan kemoterapi
memicu proliferasi dan pertumbuhan sel
masih belum memberikan kesembuhan yang
yang tak terkendali. Uji antikarsinogenesis
permanen. Penggunaan tanaman obat
kemopreventif ekstrak etanol Gynura
procumben melalui pengamatan mutasi gen

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 77


p53 diharapkan memberikan landasan ilmiah karsinogenesis pada paru. Protein p53
dan pembakuan sifat farmakodinamik berperan menginduksi hambatan
molekuler tanaman obat tersebut. pertumbuhan, reparasi DNA atau apoptosis
Salah satu strategi untuk pada respon stres seluler. Polimorf TP53
pengembangan obat-obat anti-kanker adalah (Arg72pro, rs1042552) diketahui berperan
dengan menemukan senyawa-senyawa yang dalam efisiensi apoptosis yang dihubungkan
mendasarkan target aksinya pada gen-gen dengan mutasi pada gen p53 (Pro/Arg72
pengatur kanker, yakni onkogen dan gen atau Pro/Pro 72 versus Arg/Arg 72 ; OR
tumor suppressor. Onkogen adalah 2.25, 95% CI 1.21-4.17) atau G:C  T:A
kelompok gen yang menstimulasi mutasi pada TP53 (Pro/Arg 72 atau Pro/Pro
perkembangan sel melalui siklus sel. Lebih 72 versus Arg/Arg 72 ; OR 2.42, 95% CI
jauh, siklus sel juga dipengaruhi oleh faktor- 0.97-6.04). Berhubungan dengan Pro Alele
faktor pertumbuhan yang terdiri dari cyclins pada codon 72 TP53 dengan keberadaan
dan cyclin dependent kinase (CDK4, CDK6, beberapa mutasi TP 53 atau G:C  A:T
dan CDK2), sedangkan inhibitor CDK pada tumor paru lebih besar terjadi pada
adalah p16, p21, dan p27 (Gibbs, 2000). individu yang merokok pada masa yang
Gen tumor suppressor adalah lebih pendek (51-65 tahun dibanding dengan
kelompok gen yang membatasi 0-50 tahun). Partisipan dengan Pro/Pro atau
perkembangan tumor. Pada umumnya gen- Arg/Pro genotip yang merokok selama 0-50
gen ini merupakan pengendali aktifitas tahun meningkatkan mutasi TP53 (OR 2.65,
onkogen. Gen yang termasuk tumor 95% CI 1.7-5.51) dibandingkan dengan
supressor antara lain adalah p53 dan genotip Arg/Arg (Mechanic, et al. 2005).
Retinoblastoma (pRb). Gen p53 adalah Pengamatan pada alele Arg sering terjadi
sebuah target gen utama dari alterasi genetik mutasi dan terjadi pada tumor sel squamosa
yang telah diidentifikasi pada kanker yaitu Arg-Pro germline yang heterozigot dan
manusia, dan apabila ada sel yang termasuk pada codon 72 polimorfisme
mengalami inaktifasi gen p53 akan mutan TP53 yang mengekspresikan protein
mengalami proses pertumbuhan yang p53 dengan berat molekul fosfoprotein
berlebihan (Hollstein et al., 1991). Banyak 53kDa (Tullo & Sbisa, 2002).
studi yang mengindikasikan bahwa p53 Daun Dewa (Gynura procumbens),
mempunyai berbagai fungsi fisiologis yaitu atau dikenal juga sebagai Sambung Nyawa,
melewati regulasi transkripsi dari gen down- merupakan tanaman yang tergolong famili
streamnya melalui pembelahan sisi genom Compositae. Daun tumbuhan Gynura
spesifik sebagai tetramer. Gen p53 mengikat procumbens, L. Merr mengandung senyawa
DNA pada sekuen yang spesifik (Kern et al., flavonoid, sterol tak jenuh, triterpen,
1991) dan untuk mengaktifasi transkripsi polifenol, minyak atsiri, dan lain-lain
gen. (Sudarto & Pramono, 1985; Asepganda
Fungsi normal p53 bisa hilang melalui dkk., 1988). Ekstrak etanol Gynura
berbagai cara, pada umumnya melalui procumben sebesar 500 mg/kg BB dan 750
kehilangan beberapa bagian kromosom yang mg/kg BB mempunyai kemampuan
meliputi satu alel dari gen (atau dari seluruh penghambatan karsinogenesis pada kanker
kromosom 17p) dan subtle mutation yang payudara tikus yang diinduksi DMBA
meliputi alel lain (Knudson, 1995). (Meiyanto dkk., 2004). Berdasarkan
Inaktifasi dari kedua alel p53 telah kenyataan empiris dan penelitian yang
ditemukan pada kanker manusia, meliputi pernah dilakukan sebelumnya, maka dapat
pemunculan tumor di kolon, otak, paru-paru, dikatakan bahwa tanaman Gynura
hepar, dan kandung kemih. Akan tetapi, procumbens memiliki potensi untuk
pada beberapa kasus missense mutation dikembangkan sebagai obat anti-kanker.
yang terjadi pada salah satu alel p53 Senyawa-senyawa yang terkandung di
berkemampuan untuk mengaktifasi fungsi dalam tanaman tersebut kemungkinan besar
p53, ketika ada kejadian peningkatan memiliki aktivitas sebagai anti-tumor
proporsi dari hetero-tetramers yang memuat melalui beberapa kemungkinan mekanisme,
kedua mutant dan molekul p53 tipe wild. yakni sebagai penghambat proses signal
Inaktivasi gen penekan tumor p53 transduksi, memacu cell cycle arrest,
merupakan kunci penting awal kejadian apoptosis, atau bahkan menghambat

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 78


metastasis. Dengan kata lain, kandungan penginduksi karsinogenesis (Sigma Chem.
senyawa tanaman Gynura procumbens Co.), reagen isolasi DNA total untuk
tersebut kemungkinan mempunyai aktivitas jaringan (MN Nucleospin), reagen untuk
sebagai anti kanker, tidak hanya pada awal PCR (Intron).
terjadinya (inisiasi) kanker (Sugiyanto dkk.,
Perlakuan pada Hewan Percobaan
1993), tetapi juga pada stadium lanjut, yaitu
Sejumlah 25 ekor tikus betina galur
pada keadaan displasia, invasive carcinoma,
Sprague dawley dikelompokkan menjadi
angiogenesis dan metastasis. Mengingat
lima kelompok perlakuan. Setiap kelompok
banyaknya senyawa yang terkandung di
perlakuan memerlukan 5 ekor tikus.
dalamnya, maka kemungkinan mekanisme
Pengelompokan hewan percobaan pada
tersebut saling mendukung sehingga
setiap kelompok perlakuan adalah sebagai
menguatkan aksinya.
berikut :
Penelitian terbaru menunjukkan
bahwa ekstrak etanolik daun Gynura Perlakuan I : Kelompok kontrol positif
procumbens yang diberikan seminggu tiga DMBA (tanpa diberi ekstrak). Pada umur 40
kali dengan dosis 250 mg/kg BB dan 750 hari tikus diberi CMC Na 5%, selanjutnya
mg/kg BB mempunyai kecenderungan umur 55 hari diberi DMBA 20 mg/kg bb
menurunkan insidensi kanker payudara dalam corn oil intragastrik dengan frekuensi
sebesar 10-20 % pada tikus yang diinduksi seminggu dua kali selama lima minggu.
DMBA, juga menurunkan tumor multiplicity Perlakuan II: Kelompok perlakuan dosis
dan tingkat aktivitas proliferasi sel kanker ekstrak 300 mg/kg bb. Pada umur 40 hari
(Tasminatun, 2005). Untuk itu maka tikus diberi ekstrak etanolik Gynura
penelitian ini dirancang untuk mempelajari procumbens dengan dosis 300 mg/kgBB
kecenderungan mekanisme aksi dari intragastrik, setiap hari selama tujuh
aktivitas ekstrak etanol daun tanaman minggu. DMBA 20 mg/kg bb diberikan
tersebut terhadap jenis kanker tertentu, yaitu mulai minggu ke 3 sampai dengan minggu
kanker payudara. ketujuh, dua kali seminggu secara
intragastrik.
Perlakuan III : Kelompok perlakuan dosis
2. METODE PENELITIAN
ekstrak 750 mg/kg bb. Pada umur 40 hari
Penelitian ini adalah penelitian ini tikus diberi ekstrak etanolik Gynura
adalah eksperimen. Disain penelitian ini procumbens dosis 750 mg/kgBB
menggunakan model pre-inisiasi DMBA intragastrik, setiap hari selama tujuh
dengan pemberian ekstrak etanol senyawa minggu. DMBA 20mg/kg bb diberikan
anti kanker Gynura procumbens yang mulai minggu ke 3 sampai dengan minggu
diberikan sebelum pemberian senyawa ketujuh, dua kali seminggu secara
karsinogen DMBA. intragastrik.
Perlakuan IV: Kelompok perlakuan kontrol
Hewan uji
negatif ekstrak. Kelompok perlakuan ini
Hewan coba yang digunakan adalah
hanya diberi ekstrak Gynura procumben 300
tikus putih galur Sprague dawley betina
mg/kg bb secara intragastrik pada tikus
umur 40 hari dengan berat badan rata-rata
umur 40 hari, diberikan setiap hari mulai
60-70 g. Tikus ditempatkan pada kandang
minggu pertama sampai dengan minggu
dengan ukuran sama berupa bak dari plastik
ketujuh.
yang dilengkapi dengan tempat pakan dan
Perlakuan V: Kelompok perlakuan kontrol
minum, setiap bak terdapat 5 ekor tikus,
negatif ekstrak. Kelompok perlakuan ini
pakan dan minum diberikan secara ad
hanya diberi ekstrak Gynura procumben 750
libitum. Seluruh kandang ditempatkan pada
mg/kg bb secara intragastrik pada tikus
satu ruang yang memiliki ventilasi cukup
umur 40 hari, diberikan setiap hari mulai
baik.
minggu pertama sampai dengan minggu
Bahan Penelitian: ketujuh.
Bahan yang dipakai dalam penelitian Pengamatan perkembangan
ini meliputi: Ekstrak etanol Daun Dewa karsinogenesis dilakukan setelah
(Gynura procumbens), Luor Merr., berakhirnya pemberian DMBA dan ekstrak
Dimethylbenz(a)antrasen/DMBA sebagai etanol Gynura procumbens. Pengamatan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 79


dilakukan terhadap insidensi tumor yaitu dosis I, dan kelompok dosis II. Data jumlah
jumlah tikus yang menunjukkan adanya tikus yang terinduksi tumor pada kelenjar
nodul tumor pada kelenjar mammae pada kelenjar mammae (insidensi tumor)
setiap kelompok perlakuan. Selanjutnya dianalisis persentasenya. Data hasil
pengamatan terhadap mutasi gen p53 sekuensing gen p53 dibaca dengan software
dilakukan pada jaringan kelenjar mammae Bioedit, kemudian dilakukan multiple
yang sebelumnya dilakukan nekropsi alignment dengan menggunakan software
jaringan kelenjar mammae baik pada yang ClustalX. Mutasi gen p53 dilevel asam
terdapat nodul tumor maupun tidak. amino, dievaluasi dengan menggunakan
software GeneDoc.
Pengamatan insidensi tumor
Insidensi tumor adalah persentase dari
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
jumlah tikus yang memiliki nodul tumor
pada satu kelompok. Mulai minggu pertama Insidensi Tumor
setelah inisiasi DMBA terakhir dilakukan Insidensi tumor ditemukan pada
palpasi pada kelenjar mammae tikus. Palpasi semua perlakuan dengan inisiasi DMBA dan
dilakukan setiap minggu hingga minggu ke- tidak pada perlakuan dengan ekstrak Gynura
12 setelah inisiasi DMBA terakhir. Jumlah tanpa inisiasi dengan DMBA Pemberian
nodul tumor masing masing tikus dicatat. ekstrak Gynura juga menunjukkan
penurunan insidensi tumor seperti disajikan
Pemeriksaan Mutasi Gen p53
dalam Tabel 1.
a. Ekstraksi DNA
Ekstraksi DNA dari jaringan kelenjar
Tabel 1. Insidensi Tumor pada Kelenjar
payudara dilakukan mengikuti protokol yang
Mammae Tikus Sprague Dawley
diberikan oleh produsen kit isolasi DNA
Perlakuan Insidensi
jaringan (NucleoSpin Protocol: Genomic Tumor (%)
DNA from Tissue, 2007) DMBA 20mg/kgbb 100
DMBA 20mg/kg bb + 60
b. Polymerase Chain Reaction (PCR). Gynura 300 mg/kg bb
Analisis mutasi gen p53 dilakukan DMBA 20mg/kg bb + 80
dengan mengklon gen p53 dari DNA total Gynura 750 mg/kg bb
kelenjar mammae hasil isolasi melalui PCR Gynura 300 mg/kgbb 0
dengan menggunakan primer p53-e6 Gynura 750 mg/kgbb 0
forward 5-CAACTGGCACACAGCTTCC-3
dan p53-e6 reverse 5- Mutasi gen p53
GCCTCTGACTTATTCTTGC-3. PCR Kloning gen p53 dengan pasangan
dilakukan di dalam 50l reaksi dengan suhu primer forward dan reverse berikut ini: p53-
denaturasi 940C selama satu menit, e6 F: 5-CAACTGGCACACAGCTTCC-3
annealing 600C selama 2 menit, dan (forward); p53-e6 R: 5-
elongation 720C selama 2 menit. Sebanyak GCCTCTGACTTATTCTTGC-3 (reverse)
18l larutan total DNA dicampur dengan menunjukkan amplifikasi gen p53 exon-6
1l primer forward (F primer), 1l primer pada seluruh sampel (Gb. 2). Ini berarti
bahwa disain primer telah sesuai untuk
reverse (R primer), 25l 2xPCR Mix
mengklon gen p53 pada exon 6.
(Intron), dan 5l akuadestilata steril di
Hasil analisis sekuen gen p53
dalam PCR-tube 200l. Amplifikasi
menunjukkan yield sangat rendah dari basa
dilakukan sebanyak 30 siklus. Keberhasilan
“G” sehingga tidak terdeteksi (N) pada satu
kloning diperiksa dengan menggunakan
atau beberapa poin (Gb. 3), dan hal ini
elektroforesis pada gel agarose 1,5%.
merubah residu asam amino (Gb. 4).
Sampel yang berhasil diklon selanjutnya
Keadaan tersebut ditemukan pada kontrol
dianalisis sekuennya di Lembaga Biologi
positif (DMBA 20 mg: D), Gynura 300 mg
Molekular Eijkman Jakarta.
(A), Gynura 750 mg (B), maupun pada
Analisis Data kombinasi DMBA-Gynura 300 mg (C).
Semua data yang diperoleh Alignment sekuen p53 exon 6 semua
dibandingkan antara kelompok kontrol perlakuan dengan referensi dari gene-bank
negatif, kelompok kontrol positif, kelompok (access code: gi[205947]) menunjukkan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 80


adanya gap pada basa nomer 428-432, 462- semua perlakuan. Kejadian point mutations
464, 591, dan 618. Gap ini mungkin adalah yang ditemukan pada beberapa perlakuan
perbedaan basa alami antara R. norvegicus tidak secara spesifik muncul pada perlakuan
dan R. norvegicus galur Sprague dawley, induksi kanker dengan DMBA, perlakuan
karena gap tersebut terdapat pada semua dengan ekstrak Gynura, maupun kombinasi
perlakuan. Sementara itu perbedaan basa perlakuan keduanya. Kenyataan ini tidak
antara p53 exon 6 R. norvegicus galur bisa memberikan gambaran yang jelas
Sprague dawley dan R. norvegicus referensi hubungan antara insidensi tumor dengan
diduga terjadi karena perbedaan galur, “mutasi” pada gen ini.
karena perbedaan ini juga ditemukan pada

Gambar 2. Hasil kloning gen p53-e6. M: marker DNA. Tanda panah utuh menunjukkan
gen target.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 81


Gambar 3: Hasil alignment gen p53

140 * 160 * 180 * 200 *


G300/1 : WHTASYL?-SLPA**W*G??AGGSCPPCRSCCTCTCSG*WYSRSRPQVAHTVPP???EKSA?SSR?SAY????P? : 38
G300/2 : WHTASYL?-SLPA**W*G??AGGSCPPCRSCCTCTCSG*WY????PQVAHTVP???????A?SSRY????????? : 32
G300/3 : WHTASYL?-SLPA**W*G??AGGSCPPCRSCCTCTCSG*WYSRSRPQVAHTVPP???EKSA?SSRYSAY????P? : 38
G750/1 : WHTASYL?-SLPA**W*G??AGGSCPPCRSCCTCTCSG*WYSRSRPQVAHTVPPR???KSA?SSR?SAY????P? : 37
G750/2 : WHTASYL?-SLPA**W*G??AGGSCPPCRSCCTCTCSG*WYSRSRPQVAHTVPPR??EKSA?SSR?SAY????P? : 39
G750/3 : WHTASYL?-SLPA**W*G??AGGSCPPCRSCCTCTCSG*WYS?SRPQVAHTVPPR??EKSA?SSR?SAY????P? : 38
D+G300/2 : WHTASYL?-SLPA**W*G??AGGSCPPCRSCCTCTCSG*WYSRSRPQVAHTVPPR??EKSA?SSR?SAY????PG : 43
DMBA/1 : WHTASYL?-SLPA**W*G??AGGSCPPCRSCCTCTCSG*WY???RPQVAHTV??????KSA??S??SAY?????? : 35
DMBA/2 : WHTASYL?-SLPA**W*G??AGGSCPPCRSCCTCTCSG*WYSRSRPQVAHTVPPRCAEKSA?SSRYSAY?????G : 54
DMBA/3 : WHTASYL?-SLPA**W*G??AGGSCPPCRSCCTCTCSG*WYS?SRPQVAHTVPP???EKSA?SS??SAY?????? : 35
Kontrol/2 : WHTASYL?-SLPA**W*G??AGGSCPPCRSCCTCTCSG*WYSRSRPQVAHTVPP?C?EKSA?SSRYSAY????PG : 41
gi|205947| : SSPTSYPGGRKSVC*VSGRQADFS?TAWWYR?*AT*GRLRLYHYPLQ?TCATAPAWGA*TAGPSLPSSRWKTPGR : 148
concensus : wCtaSY G A A G AGgSc cACcctcTcGG Ayc cr vaCtv ksA sS say
Gambar 4: Hasil alignment asam amino P53

Hasil analisis mutasi gen p53 ini berkaitan langsung dengan mutasi pada gen
belum bisa menjelaskan apakah insidensi p53. Masih diperlukan kajian lebih lanjut
tumor pada perlakuan maupun kontrol untuk mengetahui keterlibatan gen p53 dan
positif hanya berkaitan dengan mutasi pada interaksinya dengan gen-gen regulator
beberapa titik sebagai akibat induksi dengan kanker payudara lainnya.
DMBA, karena mutasi tersebut terjadi pada
titik yang sama seperti pada perlakuan 5. DAFTAR PUSTAKA
dengan Gynura (300 mg, 750 mg) saja di Adjei, A.A. 2001. Review: Blocking Oncogenic
mana tidak terjadi insidensi tumor. Masih Ras Signaling for Cancer Therapy, J. Nat. Canc.
banyak faktor lain yang harus diteliti lebih Inst. 93(14): 1062-1074.
lanjut. Salah satunya adalah onkogen Ras.
Mutasi titik pada gen ini juga memicu Asepgana, S., Sudiro, I. & Ganthina. 1988.
Skrining Fitokimia dan Asam Fenolat Daun
terjadinya kanker pada beberapa jaringan Dewa (Gynura procumbens (Luor) Merr).
(Roitt, 1997; Adjei, 2001). Simposium Penelitian Tumbuhan Obat III,
Universitas Indonesia Jakarta.
4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat Gibbs, J.B. 2000. Mechanism-based Target
Identification and Drug Discovery in Cancer
disimpulkan bahwa ekstrak Gynura mampu
Research. Science. 287: 1969-1973.
menurunkan insidensi tumor pada kelenjar
mammae, namun belum dapat disimpulkan
apakah penurunan insidensi tumor ini

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 82


Hollstein, M., Sidransky, D., Vogelstein, B., &
Harris, C.C. 1991. p53 mutation in human
cancers. Science. 253: 49–53.
Kern, S.E., Pietenpol, J.A., Thiagalingam, S.,
Seymour, A., Kinzler, K.W., & Vogelstein, B.
1991. Oncogenic forms of p53 inhibit p53-
regulated gene expression. Science 252: 1708–
1711
Knudson, A.G. Jr. 1985. Hereditary cancer,
oncogenes, and antioncogenes. Cancer Res. 45:
1437–1443.
Meiyanto, E., Sugiyanto, & Murwanti, R. 2004.
Efek Anti Karsinogenesis Ekstrak Etanol
Tanaman Daun Dewa (Gynura procumbens
(Luor) Merr) pada Kanker Payudara Tikus yang
diinduksi dengan Dimetilbenz(a)antrazena
(DMBA). Penelitian Hibah Bersaing. Hal. 6-12.
Mechanic, L.E., Marrogi, A.G., Welsh, J.A.,
Bowman, E.D., Khan, M.A., Enewold, L., Yun-
Ling Zheng, Chanock, S., Shields, P.G. & Harris,
C.C. 2005. Polymorphism in XPD and TP53 and
mutation in human lung cancer. Carcinogenesis.
26(3), pp. 597-604.
Roitt, I. 1997. Roitt’s Essential Immunology.
Ninth Edition. Blackwell Science Ltd. London.
380-385.
Sudarto, B., & Pramono, S. 1985. Skrining
Fitokimia Daun Dewa Gynura procumbens, Luor
Merr yang diduga berkhasiat sebagai anti-
kanker. PPPT-UGM, Lembaga Penelitian UGM,
Yogyakarta.
Sugiyanto, Sudarto, B., & Meiyanto, E. 1993.
Efek Penghambatan Karsinogenisitas
Benzo(a)piren oleh preparat tradisional tanaman
Gynura sp. Dan identifikasi awal senyawa yang
berkhasiat. Laporan Penelitian P4M DitJen
DikTi, Fak. Farmasi UGM, Yogyakarta.
Tasminatun, S. 2005. Efek Antikarsinogenesis
Ekstrak Etanolik Daun Gynura Procumbens
(Lour.) Merr. Setelah Inisiasi Pada Kanker
Payudara Tikus Terinduksi 7,12-Dimetil
Benz(A)Antrasen (DMBA). Thesis Program
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Tullo, A. & Sbisa, E. 2002. Molecular
characterization of p53 mutations in primary and
secondary liver tumors. Diagnostic and
Therapeutic perspectives. Moleculer
Biotechnology. 21: 265-278.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 83


PENGARUH FORTIFIKASI RUMPUT LAUT
DALAM COOKIES SAGU TERHADAP KADAR
IODIUM TIKUS (Rattus Norvegicus)

Zasendy Rehena
Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang
E-mail: sasendir@yahoo.com

Abstract
Gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) merupakan masalah gizi utama di Indonesia yang
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Salah upaya untuk
mencegah GAKI adalah dengan meningkatkan konsumsi pangan yang mengandung iodium. Rumput laut
merupakan salah satu bahan pangan kelautan yang mengandung iodium tinggi, dapat dimanfaatkan
sebagai bahan fortifikasi pada produk makanan jajanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pemanfaatan rumput laut dalam cookies sagu dan pengaruhnya terhadap kadar iodium tikus. Rumput
laut diolah menjadi tepung untuk ditambahkan pada cookies dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, dan
40%. Tikus dikondisikan menjadi defisiensi iodium dengan cara memberikan ransum tanpa iodium
selama 15 hari, kemudian dibagi dalam 6 kelompok perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kandungan iodium cookies sagu meningkat seiring dengan penambahan konsentrasi rumput laut.
Pemberian ransum cookies berpengaruh signifikan p(<0,05) terhadap kadar iodium tikus. Kadar iodium
tikus meningkat dan menjadi optimal pada perlakuan rumput laut 30% dan 40% yakni 103,11 µg/l dan
122,73 µg/. Dapat disimpulkan bahwa pemberian cookies sagu yang difortifikasi rumput laut secara
efektif dapat meningkatkan kadar iodium.

Kata kunci: Fortifikasi, rumput laut, cookies sagu, iodium

1. PENDAHULUAN Maluku yaitu 31,6% dan Jawa Tengah yaitu


22,4% (Gunanti& Triyono, 2004).
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
Berbagai upaya telah dilakukan
(GAKI) adalah sekumpulan gejala atau
pemerintah untuk menanggulangi masalah
kelainan yang ditimbulkan karena tubuh
GAKI dan diantaranya adalah penggunaan
kekurangan iodium secara terus menerus
garam beriodium dan kapsul minyak
yang berdampak pada pertumbuhan dan
beriodium. Upaya lain untuk menanggulangi
perkembangan makhluk hidup. Makin
GAKI adalah dengan meningkatkan
banyak kekurangan iodium yang dialami
konsumsi bahan makanan yang kaya akan
makin banyak komplikasi atau kelainan
kandungan iodium. Secara alami, iodium
yang ditimbulkan, meliputi pembesaran
terdapat secara melimpah di lautan. Dengan
kelenjar tiroid atau gondok, dan berbagai
demikian bahan pangan kelautan memiliki
stadium sampai timbul bisu-tuli serta
kandungan iodium lebih tinggi dari bahan
gangguan mental akibat kretinisme
pangan daratan (Sumarmi & Catur, 2000).
(Kartono, 2006).
Salah satu bahan pangan kelautan
Dewasa ini diperkirakan ada sekitar 42
yang mengandung iodium dalam jumlah
juta penduduk Indonesia yang menderita
yang tinggi adalah rumput laut. Kandungan
GAKI, dan dari angka tersebut 295.000
iodiumnya berkisar 0,1-0,15% dari berat
diantaranya menderita kecacatan mental
keringnya (Matanjun, et al, 2008). Potensi
seperti cebol, bisu, tuli, dan kelainan mental.
produksi rumput laut melimpah dari tahun
Efek yang sangat dikenal orang akibat
ke tahun akan tetapi tingkat konsumsi bagi
kekurangan iodium adalah gondok (goiter),
masyarakat yang menggunakannya sebagai
yakni pembesaran kelenjar tiroid di daerah
pangan sumber iodium masih rendah.
leher. Hasil survei pada tahun 2003
Nurlaila dkk (1997) menyatakan bahwa
didapatkan gondok untuk tingkat nasional
rumput laut dapat digunakan sebagai bahan
adalah 11,1%. Propinsi dengan Total Goiter
subtitusi dalam pengembangan produk
Rate (TGR) tertinggi adalah Nusa Tenggara
sumber iodium antara lain berupa kelompok
Timur, yaitu 33,39% diikuti oleh Propinsi
produk makanan selingan/jajanan, kelompok

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 84


produk lauk-pauk, dan kelompok produk Alat yang digunakan dalam percobaan
sayur-sayuran. pada hewan coba adalah kandang tikus,
Cookies adalah salah satu makanan tempat untuk menampung urin, timbangan,
jajanan yang sudah dikenal dan digemari spektrofotometer, peralatan untuk pembuat
luas oleh masyarakat dan pada umumnya dan penyimpanan ransum yang terdiri dari
lebih disukai oleh anak-anak (Departemen penggiling, lemari pendingin.
Perindustrian, 1990). Produk cookies Bahan baku rumput laut yang
umumnya dibuat dari bahan baku tepung digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
terigu yang sampai saat ini masih diimpor Eucheuma cottonii yang diperoleh dari
dan jumlah ini cenderung meningkat dari perairan Kabupaten Maluku tengah. Tepung
tahun ke tahun. Upaya untuk menggantikan sagu yang digunakan adalah tepung sagu cap
pemakaian terigu adalah dengan Nyong Ambon produksi Yayasan Waiselaka
memanfaatkan tepung sagu. Tepung sagu Ambon. Bahan yang digunakan untuk
kaya dengan karbohidrat (pati) yaitu 88,22% analisis kandungan iodium cookies adalah
(Papilaya, 2009). Cerium amonium sulfat, NaOH, KNO3,
Berdasarkan fenomena masalah GAKI asam klorit, dan asam arsenit. Bahan yang
di atas dan didukung oleh potensi pangan digunakan dalam percoban pada hewan coba
lokal maka perlu diciptakan suatu produk adalah urin tikus, ransum standar, dan
pangan yang dapat memenuhi kriteria ransum perlakuan.
sebagai pangan alternatif, yaitu cookies dari
tepung sagu sebagai bahan dasar serta 2.2 Pelaksanaan Penelitian
penambahan rumput laut. Pemanfaatan
Rumput laut setelah dipanen, dicuci
rumput laut diharapkan dapat memberikan
dengan air tawar berkali-kali, ditiriskan dan
kontribusi nyata yaitu diperoleh cookies
dijemur dibawah matahari menggunakan
sagu yang mengandung iodium dan
para-para penjemuran hingga kering.
pengaruhnya jika dikonsumsi oleh mereka
Rumput kering digiling dengan alat
yang mempunyai resiko kekurangan iodium
penggiling, kemudian diayak dengan ayakan
dapat diketahui melului percobaan pada
halus (100 mesh) untuk digunakan sebagai
hewan coba. Dengan demikian, penelitian
bahan fortifikasi dalam pembuatan cookies.
ini bertujuan untuk mengetahui kandungan
Formulasi cookies yang dibuat adalah
iodium pada cookies sagu yang difortikasi
sebagai berikut: kuning telur 12 g, margarine
rumput laut, dan pengaruh konsentrasi
50 g, dan gula halus 20 g. Tepung yang
rumput laut dalam cookies sagu terhadap
digunakan adalah campuran tepung sagu
kadar iodium tikus (Rattus Norvegicus).
dengan tepung terigu dengan perbandingan
tepung sagu 80% dan tepung terigu 20%,
2. METODE PENELITIAN
dan digunakan sebanyak 100 g. Semua
Penelitian ini merupakan penelitian bahan di campur menjadi adonana yang
eksperimen yang terdiri atas 2 tahap yakni 1) halus. Selanjutnya ditambahkan bubuk
fortifikasi rumput laut pada cookies sagu Eucheuma cottonii yaitu 10%, 20%, 30%,
dan 2) pemberian ransum cookes yang dan 40%. Adonan dicetak dan dipanggang
difortifikasi rumput laut pada hewan coba. (dioven) dengan suhu 170o C selama 30
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium menit. Analisis kandungan iodium cookies
Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. dilakukan dengan metode Cerrium (Sandel-
kothloff method) (Gunanti,1999).
2.1 Alat dan Bahan Penelitian eksperimen tahap kedua
menggunakan hewan coba yaitu tikus putih
Alat yang digunakan dalam
betina (Rattus novergicus), lepas sapih umur
pembuatan cookies adalah timbangan, kom
21-23 hari dengan berat rata-rata 25 g
adonan, mixer, loyang almunium, cetakan,
sebanyak 18 ekor yang dikondisikan dalam
dan oven. Alat utama untuk uji kandungan
keadaan kekurangan iodium dengan cara
iodium adalah spektrofotometer dan
pemberian ransum tanpa iodium selama 15
komplemennya adalah timbangan analitik,
hari. Sebelumnya dilakukan uji pendahuluan
tabung reaksi, labu ukur, pipet, termometer,
untuk mengetahui kadar iodium tikus yang
kalorimeter, oven, dan vortex.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 85


diberi ransum tanpa iodium dan cukup Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dilihat
iodium selama 15 hari. rerata kandungan iodium cookies pada
Selanjutnya tikus dibagi dalam 6 konsentrasi 10% sebesar 29,76 µg,
kelompok yakni: 1) kelompok kontrol konsentrasi 20% sebesar 41,56 µg,
negatif adalah kelompok tikus yang hanya konsentrasi 30% sebesar 60,22 µg, dan
diberi ransum standar, 2) kelompok kontrol konsentrasi 40% sebesar 80,58 µg. Dari data
positif adalah kelompok tikus yang diberi di atas terlihat adanya peningkatan
KIO3, 3) kelompok tikus yang diberi ransum kandungan iodium cookies seiring dengan
cookies sagu dengan konsentrasi rumput laut penambahan konsentrasi rumput laut. Hal ini
10%, 4) kelompok tikus yang diberi ransum menunjukkan bahwa semakin tinggi
cookies sagu dengan konsentrasi rumput laut konsentrasi rumput laut yang ditambahkan
20%, 5) kelompok tikus yang diberi ransum maka semakin tinggi pula kandungan
cookies sagu dengan konsentrasi rumput laut iodiumnya.
30%, dan 6) kelompok tikus yang diberi Peningkatan kandungan iodium pada
ransum cookies sagu dengan konsentrasi cookies disebabkan karena Eucheuma
rumput laut 40%. Pemberian ransum cookies cottonii mengandung kandungan iodium
dengan cara fiding tube yang dilakukan yang tinggi yaitu 2,83 ppm (Kadir, 2000)
selama 30 hari. Pada awal penelitian dan sedangkan tepung sagu yang merupakan
akhir penelitian dilakukan penimbangan bahan dasar dalam cookies tidak
berat badan tikus. Pada hari terakhir mengandung iodium. Menurut Winarno
perlakuan urin tikus dikumpul kemudian (1999) ganggang merah merupakan bahan
disaring untuk analisis kadar iodium dengan makanan yang baik sebagai penghasil
menggunakan metode spektrofotometer. iodium sehingga perlu dimanfatkan dalam
berbagai produk makanan sebagai sumber
2.3 Analisis Data iodium.
Data kandungan iodium cookies
3.2 Pengaruh Pemberian Ransum
dianalisis secara deskriptif. Data kadar
Cookies terhadap Kadar Iodium
iodium pada tikus dianalisis menggunakan
uji anova One-way dan Jika hasil Tikus
perhitungan dengan analisis varian Penentuan kondisi kekurangan iodium
menunjukkan perbedaan yang singnifikan pada tikus didasarkan pada kondisi kadar
maka dilanjutkan dengan uji Duncan iodium normal dan defisiensi pada manusia.
Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf Menurut WHO (2001) status iodium optimal
signifikansi adalah 5%. anak usia Sekolah Dasar berkisar adalah
100-199 µg/l (konsentrasi iodium dalam
3. HASIL DAN PEMBAHASAN urin), defisiensi ringan berkisar 50-99 µg/l,
defisiensi sedang berkisar antara 20-49 µg/l
3.1 Kandungan Iodium Cookies
dan defisiensi berat adalah < 20 µg/l.
Rerata kandungan iodium cookies Kondisi inilah yang diterapkan pada tikus
sagu (µg/100 gram bahan) berdasarkan percobaan (Picauly, 2006 & Susanto, 2000).
perlakuan konsentrasi rumput laut yang Berdasarkan hasil uji pendahuluan yang
berbeda-beda ditampilkan pada Gambar 1. telah dilakuan dengan menggunakan tikus
sebanyak 6 ekor yang dibagi dalam 2
kelmpok. Diperoleh data bahwa tikus yang
diberi ransum stándar cukup iodium
memiliki rerata kadar iodium dalam urin
sebesar 148 µg dan tikus yang diberi ransum
tanpa iodium memiliki rerata kadar iodium
dalam urin sebesar 36,03 µg.
Hasil pengamatan kadar iodium dalam
urin tikus setelah dikondisikan menjadi
kekurangan iodium dan setelah pemberian
Gambar 1. Kandungan Iodium Cookies ransum perlakuan dapat dilihat pada Tabel
3.1 dan Gambar 3.2

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 86


konsentrasi rumput laut 40% dalam cookies
Tabel 1. Kadar Iodium Urin Tikus Dalam sagu lebih berpotensi meningkatkan kadar
Kondisi Defisiensi Iodium dan iodium tikus.
Pemberian Ransum Perlakuan Suhardjo (1999) mengatakan bahwa
Kadar iodium mengkonsumsi pangan yang kaya iodium
Kadar iodium
Setelah dapat menekan atau bahkan mengurangi
Perlakuan Setelah Defisiensi
Perlakuan besarnya prevalensi GAKI. Hal yang sama
Rerata (µg/l)
Rerata (µg/l) juga dikemukakan oleh Sauberlic (1999)
Kelompok1 31,78 53,16 bahwa makanan laut dan ganggang laut
Kelompok 2 41,01 97,39
adalah sumber iodium yang paling baik.
Kelompok 3 33,39 73,37
Kelompok 4 37,19 87,14 Penggunaan bahan pangan yang kaya
Kelompok 5 35,33 103,11 iodium seperti rumput laut dalam jumlah
Kelompok 6 33,09 122,73 yang cukup, tidak hanya melindungi
terhadap gondok, tetapi akan membantu
mengurangi besarnya gondok setelah timbul.
200 Iodium merupakan zat yang berguna
bagi pembentukan hormon tiroid sehingga
150
K a d ar Io d iu m

Setelah Perlakuan apabila konsumsi kurang maka kompensasi


100 kondisi defisiensi
untuk produksi hormon tiroid adalah dengan
iodium memperbesar volume kelenjar. Iodium yang
50 masuk ke dalam tubuh akan melewati tahap
pencernaan sampai tahap ekskresi. Dalam
0
1 2 3 4 5 6 saluran pencernaan, iodin dalam bahan
Kelompok Perlakuan
makanan dikonversi menjadi iodida (I-) yang
mudah diserap. Selanjutnya, iodin itu
Gambar 2. Rerata Kadar Iodium Tikus diangkut ke dalam plasma darah dan
bergabung dengan pool iodida intraseluler
Berdasarkan Tabel 3.1 dan Gambar dan ekstraseluler. Iodium yang ada dalam
3.2 dapat dilihat rata-rata kadar iodium tikus pembuluh darah masuk ke kelenjar tiroid
setelah diberi ransum kurang iodium adalah (Linder, 1992)
berkategori defisiensi sedang, karena berada
pada rentang kadar iodium tidak cukup 4. KESIMPULAN
yakni antara 31,78-33,09 µg/l. Dari Tabel
Kandungan iodium cookies sagu
3.1 dan Gambar 3.2 dapat diketahui kadar
cenderung meningkat seiring dengan
iodium tikus setelah diberi ransum perlakuan
penambahan konsentrasi rumput laut dan
adalah berkategori defisiensi ringan sampai
kandungan iodium tertinggi ada pada
optimal yakni antara 53,16-122,73 µg/l.
perlakuan konsentrasi 40%. Pemberian
Kadar iodium tikus yang optimal ada pada
ransum cookies sagu secara signifikan
perlakuan ransum cookies dengan
berpengaruh terhadap kadar iodium tikus.
konsentrasi 20% dan 40%.
Dengan demikian cookies sagu yang
Hasil analisis varians dengan taraf
difortifikasi rumput laut diharapkan dapat
signifikan 5% menunjukkan bahwa
dimanfaatkan sebagai makanan jajanan
perlakuan konsentrasi rumput laut dalam
beriodium bagi mereka yang mengalami
cookies sagu berpengaruh nyata terhadap
defisiensi iodium terutama anak usia sekolah
kadar iodium tikus, hal ini berarti terdapat
dasar, sebagai upaya membantu pemerintah
perbedaan rata-rata kadar iodium pada
dalam penanggulangan masalah GAKI yang
berbagai konsentrasi rumput laut, juga pada
dialami oleh masyarakat. Selanjutnya perlu
kontrol negatif dan kontrol positif. Hasil uji
dilakukan uji organoleptik untuk mengetahui
lanjut DMRT terhadap perlakuan ransum
penerimaan masyarakat terhadap produk
cookies menunjukkan bahwa kadar iodium
cookies yang dihasilkan.
tertinggi ada pada perlakuan pemberian
ransum cookies dengan konsentrasi 40%
yakni sebesar 122,73 µg/l dan kadar iodium
terendah ada pada perlakuan kontrol negatif
53,16 µg/l. Hal ini menunjukkan bahwa

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 87


5. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Perindustrian, 1990. Standart
Industri Indonesia (SII): Standar Mutu Biskuit
(SII: 0177-90)
Gunanti, I.R & Triyono. 2004. Identifikasi
Faktor yang Diduga Berhubungan dengan
Kejadian Gondok pada Anak Sekolah Dasar di
Daerah Dataran Rendah. Jurnal GAKI Indonesia
Vol. 3, N0; 1-3 April, Agustus dan Desember
2004.
Kadir, S., 2000. Studi Kandungan Gizi Juice
Rumput Laut. Tesis. Ilmu Kesehatan Masyarakat
Unair Surabaya.
Kartono, 2006. Indikator Total Goiter Rate
(TGR) Anak Sekolah Sebagai Dasar Kebijakan
Program GAKI di Indonesia. Jurnal GAKI
Indonesia Vol. 5, N0; 1 April 2006.
Linder, M.C., 1992. Biokimia Nutrisi dan
Metabolisme dengan Pemakaian Secara Klinis.
Jakarta: UI Press.
Matanjun, P., Mohamed, S., Mustapha, M.,
Kharidah. 2008. Nutrient content of tropical
edible seaweeds, Eucheuma cottonii, Caulerpa
lentillifera and Sargassum polycystum. Journal
of Applied Phycology, 10.1007/s10811-008-
9326-4.
Papilaya, E.C., 2009. Sagu untuk Pendidikan
Anak Negeri. Bogor: IPB Press.
Picauly, 2006. Peranan Tiosianat Dalam
Dinamika Iodin Dalam Tubuh Tikus yang
Kekurangan Iodin. Disertasi. Program Pasca
Sarjana IPB Bogor.
Sauberlich, 1998. Assessment of Nutritional
Status. Second Edition. Washington, DC: CRC
Press.
Suharjo, 1992. Pemanfaatan Pangan Sumber
Iodium Dalam Upaya Penanggulangan GAKI.
PAU Pangan dan Gizi: Institut Pertanian Bogor.
Sumarmi, S.A & Catur, A., 2000. Masalah Gizi
di Indonesia. Jakarta. Proyek Pengembangan
Gizi Kesmas. Dirjen Pendidikan Tinggi
Depdiknas.
Susanto, 2000. Pengaruh Suplementasi
Selenium, Metionin, dan Iodium terhadap
Pertumbuhan dan Kecerdasan Anak Tikus dari
Induk Kekurangan Iodium. Disertasi. Program
Pasca Sarjana IPB Bogor.
WHO, 2001. Assessment of Iodine Deficiency
Disorders and Monitoring their Elimination: A
Guide for Programme Managers. Second
Edition. Geneva.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 88


PEMBELAJARAN GENETIKA BERBASIS METAKOGNITIF
(Artikulasi konsep dan verifikasi empiris)

Herry Maurits Sumampouw


Universitas Negeri Manado, Kampus FMIPA Tondano
E-mail: herry_inyo@yahoo.co.id

Abstrak
Pemberdayaan berpikir selama pembelajaran merupakan satu aspek penting yang sangat menunjang
dalam keberhasilan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang memiliki keunggulan dalam
memberdayakan kemampuan berpikir mahasiswa adalah model pembelajaran genetika yang dilakukan
pada Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Model pembelajaran Genetika di Jurusan
Biologi FMIPA UM menunjukkan karakteristik pembelajaran metakognitif. Secara teoritis, pembelajaran
yang memiliki karakteristik metakognitif memiliki keterkaitan dengan kemampuan berpikir.

Kata kunci: pembelajaran, genetika, metakognitif

1. PENDAHULUAN rujukan yang secara spesifik memberikan


penegasan terhadap penggunaan strategi
Genetika adalah cabang biologi yang
pembelajaran tertentu dalam pembelajaran
berurusan dengan hereditas dan variasi, unit
genetika juga jarang, atau bahkan tidak
herediter yang ditransmisikan dari satu
dijumpai. Atas dasar fakta itu, maka
generasi ke generasi berikut dengan kata lain
diperlukan pengkajian bahkan penelitian
diwariskan disebut gen (Elrod & Stansfield
yang dapat mengungkap strategi
2007). Defenisi lain, genetika adalah cabang
pembelajaran genetika yang efektif untuk
biologi yang berhubungan dengan pewarisan
memberdayakan kemampuan berpikir
sifat dan ekspresi sifat (Klug & Cumings,
mahasiswa. Model pembelajaran genetika
2000). Selain itu, genetika merupakan
yang berpotensi untuk memberdayakan
cabang ilmu biologi yang mempelajari
kemampuan berpikir adalah model
materi genetik, tentang strukturnya,
pembelajaran genetika yang telah diterapkan
reproduksinya, kerjanya ekspersinya,
pada Jurusan Biologi FMIPA-UM.
perubahan, keberadaannya dalam populasi,
Secara spesifik, model pembelajaran
serta perekayasaannya (Corebima, 2009).
genetika yang diterapkan pada Jurusan
Genetika memiliki peranan penting dalam
Biologi FMIPA-UM tidak menunjuk pada
struktur ilmu biologi sebagaimana yang
salah satu strategi pembelajaran tertentu.
diungkapkan oleh Thedozius Dobzanszky
Jika diperhatikan berdasarkan karakteristik
bahwa nothing in biology is
pembelajaran maka akan terlihat bahwa
understandnable except in the light of
pembelajaran genetika di Jurusan Biologi
genetic (Ayala dkk, 1991). Dikatakan lebih
FMIPA UM berpola pembelajaran
lanjut bahwa genetika adalah inti dari
metakognitif. Hal ini sesuai dengan
biologi. Premis tersebut memberikan
Livingstone (1997) mendefinisikan
penegasan bahwa genetika memiliki kaitan
metakognitif sebagai thinking about
erat dengan cabang-cabang ilmu biologi
thinking atau berpikir tentang berpikir.
lainnya.
Dengan demikian, tipe pembelajaran
Pengetahuan tentang konsep-konsep
semacam ini dapat meningkatkan
genetika akan membantu pemahaman
kemampuan berpikir tingkat tinggi
tentang cabang-cabang ilmu biologi lainnya,
mahasiswa. Tulisan ini secara spesifik akan
sehingga diperlukan strategi pembelajaran
mengkaji karakteristik pembelajaran
yang tepat untuk membelajarkan konsep-
genetika di jurusan Biologi UM yang
konsep genetika. Penelitian terkait dengan
berbasis metakognitif untuk memberdayakan
pembelajaran genetika di perguruan tinggi
kemampuan berpikit tingkat tinggi
secara umum, khususnya LPTK (Lembaga
mahasiswa.
Penghasil Tenaga Kependidikan) masih
sangat jarang ditemui, sehingga rujukan-

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 89


2. KARAKTERISTIK meningkatkan pemahaman dan membantu
PEMBELAJARAN GENETIKA DI pebelajar memonitor pemahaman mereka;
BIOLOGI UM (3) menulis uraian/perluasan. Pebelajar perlu
membuat contoh-contoh, membuat analogi,
Secara konseptual, awal
menjelaskan hubungan antara konsep-
pengembangan pembelajaran genetika di
konsep; (4) menggunakan strategi-strategi
jurusan biologi UM tidak merujuk pada
mengatur. Pebelajar perlu membuat peta
suatu pendekatan atau strategi pembelajaran
konsep, representasi jaringan, dan
tertentu tetapi memperlihatkan pola
pengaturan grafik yang efektif. Selain
pembelajaran yang relevan dengan beberapa
dengan strategi RQA, pembelajaran genetika
strategi pembelajaran sekaligus. Hasil
di jurusan biologi UM juga dengan membuat
penelitian yang dilakukan oleh Khairil
summary atau ringkasan terhadap bahan
(2009) memperlihatkan bahwa struktur
bacaan. Menurut Nur (2004) dalam Warouw
perkuliahan genetika memperlihatkan pola
(2009) merangkum meliputi menulis
pembelajaran yaitu mahasiswa diwajibkan
pernyataan-pernyataan singkat yang
membaca kemudian membuat pertanyaan
mewakili ide-ide utama. Sekalipun tidak
dan jawaban secara mandiri berdasarkan
menunjuk pada strategi pembelajaran
materi bacaan. Pola pembelajaran ini telah
tertentu dari jenis-jenis pembelajaran
dikembangkan oleh Corebima semenjak
kooperatif, pola pembelajaran yang
tahun 2007 dan diberi nama strategi
dikembangkan pada perkuliahan genetika
pembelajaran RQA (Reading, Questioning,
juga memperlihatkan pola pembelajaran
and Aswering). Corebima (2009)
kooperatif karena berpusat pada keaktifan
menjelaskan bahwa pada strategi
mahasiswa (student centered) dan bekerja
pembelajaran RQA, para pebelajar
dalam kelompok. Selain pembelajaran teori,
(mahasiswa) ditugaskan membaca materi
pembelajaran genetika di Jurusan Biologi
pembelajaran tertentu. Selanjutnya, atas
FMIPA UM juga dilakukan dalam bentuk
dasar pemahaman terhadap bacaan itu, para
perkuliahan praktikum.
pebelajar diminta membuat pertanyaan
Corebima (2009) memberikan
secara tertulis dan menjawabanya sendiri.
gambaran bahwa kegiatan praktikum
Schneider (2001) juga mengemukakan
genetika di jurusan biologi UM telah
bahwa pertanyaan merupakan suatu alat
dilakukan sejak tahun 1989 dengan
yang dapat dipergunakan untuk
karakteristik praktikum yang dilaksanakan
meningkatkan kemampuan berpikir siswa,
dalam pola proyek dan klasikal yang
dan dapat dicapai melalui rangsangan guru
dikerjakan secara kelompok. Dijelaskan
berbagai macam pertanyaan. Substansi yang
lebih lanjut oleh Corebima (2009) bahwa
ditanyakan adalah yang penting atau sangat
praktikum genetika dilaksanakan sebagai
penting terkait dengan materi bacaan,
kegiatan kelompok untuk menemukan
sedangkan jumlah pertanyaan disesuaikan
konsep dan hasil praktikum dilaporkan
dengan kebutuhan. Pertanyaan dan jawaban
sebagai laporan penelitian yang
yang dibuat secara kelompok,
dipresentasikan dalam forum seminar.
dipresentasikan dan ditanggapi oleh
Konsep-konsep yang ditemukan melalui
pebelajar lainnya. Selanjutnya dikemukakan
kegiatan praktikum tidak diikutkan menjadi
bahwa ada empat strategi membaca dan
materi perkuliahan teori dan sebaliknya
belajar efektif, berikut: (1) membuat
materi perkuliahan teori juga tidak
pertanyaan-pertanyaan dan menjawab.
merupakan konsep yang akan ditemukan
Pebelajar perlu diajari bagaimana membuat
melalui kegiatan praktikum. Penjelasan
pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi dan
Corebima (2009) di atas memberikan
bagaimana menjawabnya; hal ini dapat
gambaran bahwa pelaksanaan perkulian
dilakukan pada kelompok kecil atau
teori dan praktikum merupakan 2 kegiatan
berpasangan. Strategi membuat pertanyaan
yang terpisah tetapi memliki fungsi
dan jawaban meningkatkan pemahaman
komplementasi. Hasil penelitian Khairil
konsep pebelajar; (2) menulis ringkasan.
(2009) menjelaskan bahwa pola praktikum
Pebelajar perlu menggunakan kata-katanya
genetika di jurusan biologi UM dilakukan
sendiri dan diajari kaidah-kaidah meringkas
dengan azas konstruktivisme, dimana
yang sulit. Ringkasan berbasis penulis akan
masing-masing kelompok melaksanakan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 90


kegiatan praktikum yang pada awalnya dan kemampuan mereka untuk
mahasiswa tidak diberitahu tentang menggunakan strategi belajar tertentu
fenomena dari kegiatan praktikum yang dengan tepat (Arends 2001). Selanjutnya
akan dilakukan. Penjelasan Corebima (2009) definisi lengkap dari John Flavel 1995,
dan hasil observasi Khairil (2009) dalam Arends (2001) metacognition is one’s
memberikan gambaran bahwa pada proses knowledge concerning one’s own cognitive
praktikum genetika, tingkat ketepatan dan processes….Metacognitive refers, among
kecermatan pengamatan sangat menentukan other things, to the active monitoring and
keberhasilan dalam mengungkap fenomena consequent regulation and orchestration of
yang teramati dan menyusunnya menjadi these processes in relation to the cognitive
konsep. objective on which they bear, usually in the
service of some concrete goal or objective.
3. STRATEGI METAKOGNITIF Pengertian-pengertian metakognitif di
atas memberikan gambaran bahwa
a. Pengertian Metakognitif
metakognitif meliputi kontrol terhadap
Istilah metakognitif pertama kali proses kognitif dan kesadaran terhadap
dipgunakan oleh Ann Brown dan John pengetahuan sendiri, dengan demikian
Flavell pada awal tahun 1970 (Schneider, pembelajaran yang bertujuan
2008). Saat ini, terdapat berbagai pengertian memberdayakan metakognitif akan sangat
metakognitif yang disampaikan oleh ahli membantu pebelajar menjadi mandiri
yang berbeda. Flavell mendefinisikan sekaligus juga dapat memantau sendiri
sebagai pengetahuan tentang proses kognitif perolehan hasil belajar. Pebelajar yang
(Flavell, 1979, dalam Schneider, 2008). menggunakan proses metakognitif dalam
Metakognitif berarti ”Thinking about pembelajaran diyakini dapat memecahkan
thinking” (Livingston, 1997, Anderson, kesulitan-kesulitan yang ditemui selama
2002 dalam Henia 2006) atau berpikir pembelajaran. Atas dasar pengertian dan
tentang berpikir. Metakognitif berarti ruang lingkup metakognitif, maka proses
”thinking about one’s own thinking” pembelajaran sudah seharusnya
(Darling, Tanpa tahun) atau berpikir tentang memperhatikan pemberdayaan metakognitif
berpikirnya pribadi sendiri. Metakognitif karena didalamnya telah mencakup
berarti pengetahuan tentang belajarnya diri keberhasilan kognitif.
sendiri ( Flavell, 1985; Garner dan
Alexander, 1998 dalam Nur, 1998), atau b. Strategi Metakognitif
pengetahuan tentang bagaimana belajar.
Kebanyakan para ahli sependapat
Metakognitif didefinisikan secara
bahwa metakognitif memiliki dua
berbeda-beda misalnya “kognisi dari pada
komponen: pengetahuan tentang kognisi,
kognisi” (Carrell, Pharis, dan Liberto 1989,
dan mekanisme pengendalian diri seperti
dalam Henia, 2006), “kesadaran disengaja
pengendalian dan pemonitoran kognitif.
dari proses kognitif” (Bernhardt 1991, dalam
Pengetahuan tentang kognisi terdiri dari
Henia, 2006), dan “pengetahuan tentang
informasi dan pemahaman yang dimiliki
belajar” (Wenden 1998, dalam Henia, 2006).
seorang siswa tentang proses berpikirnya
Selanjutnya metakognitif berarti kesadaran
sendiri di samping pengetahuan tentang
dan kontrol terhadap proses kognitif (Eggen
berbagai strategi belajar yang digunakan
dan Kauhack, 1996), atau proses mengetahui
dalam suatu situasi pembelajaran tertentu
dan memonitor proses berpikir atau proses
(Nur, 2000, Slavin, 2000). Lebih lanjut Nur
kognitif sendiri (Arends, 2001).
(2000), Slavin (2000), mengemukakan
Metakognitif juga dideskripsikan oleh
komponen kedua metakognitif, pemonitoran
Donald Meichenbaum dan koleganya
kognitif, adalah kemampuan siswa untuk
sebagai People’s awareness of their own
memilih, menggunakan, dan memonitor
cognitive machinery and how the machinery
strategi-strategi belajar yang cocok, dan
works (Woolfolk, 1998). Metakognitif
seterusnya. Strategi metakognitif,
menunjuk kepada kecakapan siswa sadar
merupakan salah satu dari empat jenis
dan memonitor proses pembelajarannya
strategi kognitif. Untuk jelasnya seperti
(Peters, 2000). Metakognitif mengarah pada
tersaji pada tabel berikut.
siswa berpikir tentang berpikirnya mereka

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 91


strategi kognitif. Proses-proses ini
Tabel 1. Empat Kategori Strategi digunakan untuk membantu siswa “belajar
Kognitif bagaimana belajar”(learn how to learn)”,
Strategi Definisi Contoh yaitu bagaimana memahami, menyimpan,
Mengulang Menghafal Mengulang-ulang dan mengingat kembali keterampilan dan
bahan-bahan ke nomor telepon informasi (Kardi dan Nur, 2000; Nur dan
dalam ingatan Sugianto, 1998). Strategi-strategi
dengan cara metakognitif melibatkan proses-proses
mengulang-
regulasi atau peraturan eksekutif yang
ulang bahan
tersebut diarahkan pada regulasi tentang langkah
Elaborasi MenambahkanMenggunakan pemikiran. Itu meliputi keputusan-keputusan
rincian pada
teknik-teknik akan membantu; (1) mengalokasikan
informasi baru
mnemonics dan sumber-sumber yang dimiliki untuk
dan menambah mengerjakan tugas, (2) menentukan
menciptakanrincian seperti langkah-langkah penyelesaian tugas, dan (3)
hubungan menghubungkan menentukan intensitas atau kecepatan
nomor telepon dimana kita harus mengerjakan dan
baru dengan menyelesaikan tugas tersebut (Livingston,
nomor kartu
1997). Menurut O’Malley dan Chamot
penduduk.
Organisasi Mengenali atau Membuat dalam (Henia, 2006) strategi metakognitif
mengambil ide- kerangka garis mencakup perhatian selektif kepada tugas,
ide pokok dari besar atau perencanaan, pemonitoran diri,
kumpulan menggaris pengevaluasian diri. Sebagaimana
banyak bawahi diterapkan pada bacaan, strategi
informasi metakognitif ini memerlukan
Metakognisi Berpikir Menentukan penspesifikasian tujuan membaca,
tentang berpikir bahwa strategi merencanakan bagaimana suatu teks yang
dan terbaik untuk akan dibaca, pemonitoran diri terhadap
pemonitoran memahami suatu
kekeliruan dalam pemahaman membaca, dan
pemrosesan bacaan baru
informasi adalah pengevaluasian diri seberapa baik
menciptakan keseluruhan obyek-obyek itu bisa dipenuhi,
kerangka garis yang memungkinkan mengambil ukuran
besar ide-ide pembetulan jika pemahaman tidak tercapai.
pokok Menurut Flavell dan Brown dalam
Sumber: Nur (2000) Livingston (1997) bahwa pengalaman-
pengalaman metakognitif melibatkan
Keempat komponen di atas strategi-strategi metakognitif atau
merupakan bentuk pengetahuan deklaratif, pengaturan metakognitif. Strategi-strategi
prosedural dan kondisional, yang dapat metakognitif merupakan proses-proses yang
diajarkan kepada pebelajar. Dimana berurutan yang digunakan untuk mengontrol
pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan aktivitas-aktivitas kognitif dan memastikan
yang dimiliki pebelajar tentang sesuatu, dan bahwa tujuan kognitif telah dicapai. Proses-
pengetahuan prosedural adalah pengetahuan proses ini terdiri dari perencanaan
yang dimiliki pebelajar tentang bagaimana (Planning) dan pemantauan (monitoring)
melakukan sesuatu, serta pengetahuan aktivitas-aktivitas kognitif serta evaluasi
kondisional merupakan pengetahuan tentang (evaluating) terhadap hasil aktivitas-
kapan dan mengapa menggunakan aktivitas ini. Aktivitas-aktivitas perencanaan
pengetahuan deklaratif atau pengetahuan seperti menentukan tujuan dan analisis tugas
prosedural tertentu. membantu mengaktivasi pengetahuan yang
Livingston (1997), bahwa strategi- relevan sehingga mempermudah
strategi kognitif digunakan untuk membantu pengorganisasian dan pemahaman materi
mencapai suatu tujuan khusus. Sementara pelajaran. Aktivitas-aktivitas pemantauan
strategi metakognitif digunakan untuk meliputi perhatian seseorang ketika ia
memastikan bahwa tujuan telah dicapai. membaca dan membuat pertanyaan atau
Kadang-kadang strategi belajar disebut juga pengujian diri. Aktivitas-aktivitas ini

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 92


membantu pebelajar dalam memahami DePorter dan Hernacki (1999)
materi dan mengintegrasikannya dengan mengelompokkan cara berpikir manusia ke
pengetahuan awal. Aktivitas-aktivitas dalam beberapa bagian, yaitu: berpikir
pengaturan meliputi penyesuaian dan vertikal, berpikir lateral, berpikir kritis,
perbaikan aktivitas-aktivitas kognitif berpikir analitis, berpikir strategis, berpikir
pebelajar. Aktivitas-aktivitas ini membantu tentang hasil, dan berpikir kreatif. Menurut
peningkatan prestasi dengan cara mengawasi keduanya, berpikir kritis adalah berlatih atau
dan mengoreksi perilakunya pada saat ia memasukkan penilaian atau evaluasi yang
menyelesaikan tugas (Peters, 2000). cermat, seperti menilai kelayakan suatu
gagasan atau produk. Sementara itu,
4. BERPIKIR TINGKAT TINGGI Presseisen dalam Angeli (1997)
membedakan kemampuan berpikir menjadi
Kemampuan manusia menyesuaikan
dua bagian, yakni kemampuan berpikir dasar
diri dengan lingkungan untuk
dan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
mempertahankan kelangsungan hidupnya
merupakan perpaduan antara beberapa
sangat bergantung pada kemampuan
kemampuan berpikir dasar. Selanjutnya
berpikirnya. Hal inilah yang disebutkan oleh
dikatakan bahwa yang termasuk kemampuan
Purwanto (1998) bahwa berpikir merupakan
berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan
daya saing yang paling utama. Proses
pemecahan masalah (problem solving),
berpikir juga merupakan suatu kegiatan
pengambilan keputusan (decision making),
mental yang disadari dan diarahkan untuk
berpikir kreatif (creative thinking), dan
maksud tertentu. Maksud yang mungkin
berpikir kritis (critical thinking). Masing-
dicapai dari berpikir selain untuk
masing tipe berpikir tersebut dapat
membangun dan memperoleh pengetahuan,
dibedakan berdasarkan tujuannya, dan dalam
juga untuk mengambil keputusan, membuat
hal ini berpikir kritis bertujuan untuk
perencanaan, memecahkan masalah, serta
memberi pertimbangan atau keputusan
untuk menilai tindakan (Sanjaya, 2006).
mengenai sesuatu. Semua kemampuan
Berpikir merupakan suatu proses yang
berpikir tingkat tinggi yang diungkapkan di
mempengaruhi penafsiran terhadap
atas dapat dikembangkan melalui
rangsangan-rangsangan yang melibatkan
pembelajaran, dan salah satu dari
proses sensasi, persepsi, dan memori (Sobur,
kemampuan tersebut adalah kemampuan
2003). Pada saat seseorang menghadapi
berpikir kritis.
persoalan, pertama-tama ia melibatkan
proses sensasi, yaitu menangkap tulisan,
5. POTENSI MODEL PEMBELAJARAN
gambar, ataupun suara. Selanjutnya ia
GENETIKA BERBASIS
mengalami proses persepsi, yaitu membaca,
METAKOGNITIF UNTUK
mendengar dan memahami apa yang
MEMBERDAYAKAN KEMAMPUAN
diminta dalam persoalan tersebut. Pada saat
BERPIKIR TINGKAT TINGGI.
itu pun, sebenarnya ia melibatkan proses
memorinya untuk memahami istilah-istilah Karakteristik pembelajaran genetika
baru yang ada pada persoalan tersebut, di jurusan biologi UM sejalan dengan
ataupun melakukan recall dan recognition penjelasan yang dikemukakan oleh Marzano
ketika yang dihadapinya adalah persoalan dalam Corebima (2006) bahwa terdapat 3
yang sama pada waktu lalu (Kardi dan Nur upaya utama yang dapat dilakukan untuk
2000). Proses berpikir, termuat juga kegiatan meningkatkan kemampuan berpikir siswa,
meragukan dan memastikan, merancang, yaitu 1) melauli teknik bertanya, 2) teknik
menghitung, mengukur, mengevaluasi, menulis, dan 3) strategi pemrosesan
membandingkan, menggolongkan, memilah- informasi. Strategi pembelajaran genetika
milah atau membedakan, menghubungkan, yang dirangkum menjadi strategi
menafsirkan, melihat kemungkinan- pembelajaran RQA jelas memperlihatkan
kemungkinan yang ada, menganalisis, pola pemberdayaan ketrampilan
sintesis, menalar atau menarik kesimpulan metakognitif. Sesuai dengan namanya,
dari premis yang ada, menimbang, dan strategi pembelajaran RQA diawali dengan
memutuskan (Sobur, 2003). membaca materi, kemudian mahasiswa
diharuskan membuat pertanyaan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 93


berdasarkan materi yang dibaca serta memahami bagaimana tugas itu
mencari jawabannya. Alindada (1998) dilaksanakan (Schraw dan Denison, 1998).
menjelaskan bahwa pertanyaan merupakan Livingston (1997) mengemukakan
suatu cara yang paling mudah untuk metakognitif memegang salah satu peranan
menantang pola-pola berpikir kreatif dan kritis yang sangat penting agar
kritis. Menurut Marzano (1998) dengan pembelajaran berhasil, dan menegaskan
bertanya siswa dapat meningkatkan bahwa aktivitas-aktivitas seperti
kemampuan berpikir tingkat tinggi mereka. merencanakan bagaimana mendekati sebuah
Faisal dalam Marzuki (2005) juga tugas belajar tertentu, memantau
menjelaskan bahwa kegiatan menyusun atau pemahaman, dan menilai perkembangan
mengajukan pertanyaan merupakan salah menuju penyelesaian sebuah tugas memiliki
satu proses berpikir kritis siswa untuk sifat metakognitif. Strategi metakognitif
menemukan dan menggali informasi, karena adalah suatu cara dalam pembelajaran untuk
siswa mempunyai rasa ingin tahu yang besar meningkatkan kesadaran dan
dalam memperoleh berbagai informasi. memberdayakan keterampilan berpikir atas
Menurut Brown dan Walton (1998), strategi bimbingan guru melalui proses yang
menyusun pertanyaan memiliki 2 tahap digunakan pebelajar dalam mengamati
kognitif yaitu tahap accepting (menerima) belajar diri sendiri, mengontrol aktivitas
dan tahap challenging (menantang). Ketika kognitif, dan untuk memastikan bahwa
siswa membaca informasi pada situasi yang sebuah tujuan kognitif terpenuhi. Howard
ada, maka pada saat tersebut ia akan (2004) menyatakan bahwa”keterampilan
melakukan tahap kognitif yaitu accepting, metakognitif diyakini memegang peranan
sedangkan pada tahap kognitif chalengging penting pada banyak tipe aktivitas kognitif
ditunjukan ketika siswa akan menyusun termasuk pemahaman, komunikasi,
pertanyaan (soal). Proses kognitif accepting perhatian (attention), ingatan (memory) dan
memungkinkan siswa untuk menempatkan pemecahan masalah”.
suatu informasi pada suatu jaringan struktur Menurut Costa (1995) dalam proses
kognitif sedangkan proses kognitif pembelajaran ada 3 pengajaran berpikir,
challenging dapat memungkinkan jaringan yakni teaching of thinking, teaching for
yang ada pada diri siswa akan semakin kuat thinking, dan teaching about thinking. Pada
hubungannya (Marzuki, 2005). teaching of thinking. Pada kenyataan dalam
Sejalan dengan itu, Eggen dan pelaksanaan pembelajaran tidak mungkin
Kauchak (1996); Corebima (2006) melepaskan 3 aspek itu, antara teaching of
menyatakan bahwa pengembangan thinking, teaching for thinking, dan teaching
kecakapan metakognitif pada para pebelajar about thinking terkait sangat erat, bahkan tak
adalah suatu tujuan pendidikan yang dapat dipisahkan. Jika ketiga aspek itu
berharga, karena kecakapan itu dapat dilaksanakan dalam pembelajaran di
membantu mereka menjadi self-regulated sekolah, maka dapat memfasilitasi
learners. Self-regulated learner bertanggung kemampuan berpikir pebelajar, di antaranya
jawab terhadap kemajuan belajarnya sendiri untuk mempelajari biologi. Kemampuan
dan mengadaptasi strategi belajarnya berpikir yang diperlukan pada era globalisasi
mencapai tuntutan tugas. Pendapat Eggen adalah terkait kemampuan berpikir tentang
dan Kauchak (1996) memberikan gambaran proses berpikir yang melibatkan berpikir
bahwa metakognitif berperan penting dalam tingkat tinggi dan dikenal dengan
menunjang keberhasilan belajar. Menurut metakognitif (Sanjaya 2006). Eggen dan
Schraw & Dennison (1998) siswa yang Kauchak (1996) menyatakan bahwa berpikir
terampil melakukan penilaian terhadap diri tingkat tinggi termasuk berpikir kreatif dan
sendiri adalah siswa yang sadar akan berpikir kritis, yang mencakup kombinasi
kemampuannya. Peters (2000) berpendapat antara pemahaman mendalam terhadap
bahwa keterampilan metakognitif topik-topik khusus, kecakapan
memungkinkan siswa berkembang sebagai menggunakan proses kognitif dasar secara
pebelajar mandiri, karena siswa di dorong efektif, pemahaman dan kontrol terhadap
menjadi penilai atas pemikiran dan proses kognitif dasar (metakognitif),
pembelajarannya sendiri. Keterampilan maupun sikap dan pembawaan. Kemampuan
metakognitif diperlukan siswa untuk berpikir tingkat tinggi dapat diberdayakan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 94


dengan memberdayakan keterampilan pembelajaran genetika pada jurusan biologi
metakognitif. Keterampilan metakognitif FMIPA UM.
terkait strategi maupun pelatihan
metakognitif dan dapat dikembangkan DAFTAR RUJUKAN
melalui pembelajaran kooperatif. Pada Alindada, F. S. 1998. Encouranging and
pembelajaran kooperatif dapat Developing Pupils Creativity in Mathematics.
dikembangkan keterampilan metakognitif Journal of Classroom Teacher. Jlid I. Bill. 1.
karena pada pembelajaran kooperatif terjadi Mac.
komunikasi, di antara anggota kelompok
Angeli, C.M. 1997. Examining the Effects of
(Sanjaya, 2006). Komunikasi di antara Context-Free and Context-Situated Instructional
anggota kelompok kooperatif terjadi dengan Strategies on Learner’s Critical Thinking
baik karena adanya keterampilan mental, (Online).
adanya aturan kelompok, adanya upaya http://www.indiana.edu/~educr795/prop5.html.%
belajar setiap anggota kelompok, dan adanya 20[25. Diakses 25 Januari 2010
tujuan yang harus dicapai.
Arends, R.I. 2001. Learning to Teach, Fifth
edition. New York: McGraw-Hill Company, Inc.
6. PENUTUP
Ayala, F.J, dkk. 1991. Modern Genetics.
6.1. Kesimpulan California: The Benyamin Cummings Publishing
Berdasarkan kajian-kajian yang telah Company, Inc.
dikemukakan di atas, terlihat bahwa Corebima, A. D. 2006. Metakognitif: Suatu
pembelajaran genetika di Jurusan Biologi Ringkasan Kajian. Makalah disajikan dalam
FMIPA UM memiliki karakteristik Pelatihan Strategi Metakognitif pada
pembelajaran yang berbasis metakognitif. pembelajaran biologi untuk guru-guru biologi
Model pembelajaran tersebut dapat SMA, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat
(LPKM) UNPAR, Palangkaraya, 23 Agustus.
diterapkan secara luas khsususnya pada
LPTK untuk meningkatkan kemampuan Corebima, A.D. 2009. Pengalaman Berupaya
berpikir mahasiswa. Langkah-langkah Menjadi Guru Profesional, Pidato Pengukuhan
pembelajaran genetika pada jurusan Biologi Guru Besar Dalam Bidang Genetika. Malang.
UM memperlihatkan pola pembelajaran FMIPA Universitas Negeri Malang.
yang berbasis metakognitif. Dengan Costa, L.A, 1995 Developing Minds, A Resource
karakteristik pembelajaran metakognitif, Book for Teaching Thinking. Virginia:
pembelajaran dilakukan dengan menekankan Association for Supervision and Curriculum
pembelajaran pada proses berpikir sehingga Development (ASCD).
mahasiswa dapat mencapai proses berpikir Brown, A. L., & Walton, M.I. 1998. Problem
tingkat tinggi dan menunjang keberhasil Posing: Reflection and Aplication. New Jersey:
belajarnya. Lawrences Elbow Association Ltd.
Dansereau, D. F. 1985. Learning Strategy
6.2. Saran. Research. In J. W. Segal, S. F. Chipman, & R.
Berdasarkan kajian-kajian artikulasi Glaser (Eds.), Thinking and Learning Skills: Vol.
1, Relating Instruction to Research. Hillsdale,
konseptual di atas, dapat disarankan kepada
NJ: Erlbaum.
perguruan tinggi, khususnya LPTK yang
memiliki jurusan biologi agar dapat Dahar, R. W. 1999. Teori-Teori Belajar. Jakarta:
menggunakan pola pembelajaran genetika Erlangga.
yang telah dilakukan pada jurusan biologi DePorter, B., dan Hernacki, M. 1999. Quantum
FMIPA UM. Hal ini didasarkan pada Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
deduksi teoritis bahwa model pembelajaran Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
semacam itu berpotensi meningkatkan Eggen, P. D. & Kauhack, D. P. 1996. Strategies
ketrampiilan metakognitif mahasiswa for Teachers: Teaching Content and Thingking
maupun kemampuan berpikir tingkat tinggi. Skills. Boston: Allyn and Bacon.
Selain itu pula, perlu dilakukan
Elrod, S. & Stansfield. 2007. Getetika. Jakarta:
pengembangan perangkat pembelajaran
Erlangga
yang terstandar berdasarkan karakteristik
Faisal, M. 1997. Pengembangan Kreatififitas
Menulis Siswa Melalui Pembelajaran

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 95


Ketrampilan menulis Terpadu. Jurnal Schraw, G. & Dennison, R. S. 1998. Assessing
Pendidikan Humaniora dan Sains. Tahun 3. No. Metacognitive Awareness. Contemporary
1 April, 1997.. Educational Psycology 19 no 4. 460-475.
Henia., Dhieb N. 2006. Applying metacognitive Slavin, S.E. 2000.Educational Psychology,
strategies to skimming research article in an ESP Theory and Practice. Sixth Edition. Boston:
context. English Teaching Forum. Number 1. Allyn and Bacon Publishers.
Howard, J.B 2004. Metacognitive Inquiry School Sobur, A. 2003. Psikologi Umum. Bandung:
of Education Eloy University (on line). Pustaka Setia.
Kardi, S., Nur, M. 2000 .Pengajaran Langsung. Schneider, Wolfang. 2008. The development of
PPs Unesa. Surabaya: University Press. metacognitive knowledge in children and
adolescents: Major trends and implications for
Khairil. 2009. Model Pembelajaran Genetika
education. Journal compilation 2008
Memberdayakan Metakognisi, Berpikir Kritis di
International Mind, Braid an Education Society
Jurusan Biologi FMIPA UM. Disertasi. Tidak
and Wiley Periodical, Inc. Vol2-Number
diterbitkan Program Pascasarjana Universitas
Negeri Malang. Warouw, Z. W. M. 2009. Pengaruh
Pembelajaran Metakognitif dalam Strategi
Livingston, J.A. 1997. Metacognition: An
Cooperative Script dan Reciprocal Teaching
Overview, (Online),
pada Kemampuan Akademik Berbeda terhadap
(http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/M
Kemampuan dan Keterampilan Metakognitif,
etacog.htm), diakses 11 Oktober 2009.
Berpikir Kritis, Hasil Belajar Biologi Siswa,
Marzano, R. J., Brandt, R. S., & Ges, C. S. 1998. serta Retensinya di SMP Negeri Manado.
Dimension of Thinking A Framework For Disertasi. Tidak diterbitkan Program Studi
Currículo and Instruction. Alexandra, Virginia : Pendidikan Biologi Program Pascasarjana
Assosiation For Supervisoons and Curriculum Universitas Negeri Malang.
Development (ASCD).
Wolkfolk, A. 1998. Educational Psychology.
Marzuki M. R. E. 2005. Implementation of Seventh Edition. Boston: Allyn and Bacon A
Reciprocal Teaching Strategy in Jigsaw Model in Viacom Company.
order to Improve Competence and Response of
Zubaidah, S. 2010. Kemampuan Berpikir Kritis:
Students on Learning of Concept of Human
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dapat
Reproduction System in Grade II of SMAN 10
Dikembangkan Melalui Pembelajaran Sains.
Malang. Program of Study Biologi Education.
Makalah disajikan dalam Seminar Nasional
Postgraduate Program. Malang State University.
Sains thn 2010 tema “ Optimalisasi Sains untuk
Nur M. Wikandari, P.R., dan Sugiarto, B. 1998. Memberdayakan Manusia” di Pasca Sarjana
Teori Pembelajaran Kognitif. Buku ajar yang UNESA, Surabaya, 16 Januari
dikembangkan dalam rangka penelitian berjudul
Restrukturisasi Kurikulum PBM dan
Peningkatan Hubungan IKIP Surabaya dengan
Sekolah dan Universitas di Luar Negeri.
Surabaya:Unesa
Peters, M. 2000. Does Constructivist
Epistemology Have a Place in Nurse Education.
Journal of Nursing Education 39, no. 4: 166-170.
Peirce, W. 2004. Metacognition: Study
Strategies, Monitoring, and Motivation. A
greatly expanded text version of a workshop
presented November 17, 2004, at Prince George's
Community College. http:// academic. pgcc.
edu/~wpeirce/MCCCTR/metacognition.htm.
Diakses 14-12-09.
Purwanto, N. 1998. Psikologi Pendidikan.
Bandung: Rosda Karya
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran:
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 96


PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
GISTAD (GROUP INVESTIGATION-STUDENT TEAM
ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN KERJA
ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-A SMP
NEGERI SATU ATAP MERJOSARI MALANG

Yulia Eka Yanti, Susriyati Mahanal, Eko Sri Sulasmi

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Malang

Jl. Semarang 5, Malang 65145  Telp. (0341) 551-213 psw. 255  Fax. (0341) 562-180
(langsung)
E-mail: fmipa@um.ac.id

Abstrak
Berdasarkan hasil observasi di kelas VII-A SMP Negeri Satu Atap Merjosari-Malang
menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa rendah dengan rata-rata nilai yang dicapai siswa yaitu
antara 60-70, siswa yang memiliki nilai ≥70 sebesar 56%. Kesulitan yang dihadapi oleh guru adalah
interval yang berbeda jauh antara siswa yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah,
antusiasme siswa terhadap materi yang diajarkan kurang, siswa tidak bisa mandiri dalam mengerjakan
tugas, minat baca dan ketertarikan terhadap biologi kurang. Siswa belum pernah mengaplikasikan teori
kerja ilmiah. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu diterapkan strategi pembelajaran
kooperatif GISTAD (Group Investigation - Student Team Achievement Division) untuk meningkatkan
kerja ilmiah dan prestasi belajar Biologi siswa kelas VII-A SMP Negeri Satu Atap Merjosari-Malang.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan dua siklus. Subjek dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VII-A semester genap tahun ajaran 2009-2010 SMP Negeri Satu Atap
Merjosari-Malang yang berjumlah 35 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase
ketercapaian kerja ilmiah siswa cenderung mengalami peningkatan dari 68% pada siklus I menjadi 89%
pada siklus II. Persentase ketuntasan belajar biologi siswa juga cenderung mengalami peningkatan dari
60% pada siklus I menjadi 91,4% pada siklus II. Rerata prestasi belajar biologi siswa juga mengalami
peningkatan dari 72,6 pada siklus I menjadi 77 pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
dikatakan bahwa penerapan strategi pembelajaran kooperatif GISTAD dapat meningkatkan kerja ilmiah
dan prestasi belajar siswa kelas VII-A SMP Negeri Satu Atap Merjosari-Malang. Disarankan hendaknya
peneliti memperhatikan alokasi waktu yang digunakan sehingga pelaksanaan pembelajaran berlangsung
secara efisien. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru bidang studi ataupun
peneliti yang lain untuk menerapkan strategi tersebut.

Kata kunci: Strategi Pembelajaran GISTAD (Group Investigation- Student Team Achievement Division),
kerja ilmiah, prestasi belajar

hasil belajar antara siswa yang


1. PENDAHULUAN berkemampuan akademik tinggi dan siswa
Menurut hasil observasi lapangan yang berkemampuan akademik rendah;
siswa sering ramai di kelas dan kurang fokus
yang dilakukan mulai bulan Desember 2009
- Februari 2010 dan hasil wawancara guru terhadap materi pembelajaran; siswa yang
bidang studi yang dilakukan di SMP Negeri berkemampuan akademik rendah sering
mengganggu siswa lain sehingga suasana
Satu Atap Merjosari Malang pada 3
Desember 2009, siswa lebih sering kelas menjadi tidak kondusif untuk kegiatan
mengerjakan tugas individual berupa LKS belajar. Belum seluruh siswa mencapai
ketuntasan belajar. Kriteria Ketuntasan
dan dibahas secara bersama-sama di kelas.
Kesulitan yang dihadapi guru pada saat Minimal (KKM) yang sudah ditentukan di
pembelajaran adalah terdapat kesenjangan SMP Negeri Satu Atap Merjosari untuk
pelajaran IPA adalah 70, siswa kelas VII-A

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 97


yang mencapai nilai ≥ 70 sekitar 56%, rata- berpartisipasi dalam pengembangan sistem
rata nilai yang dicapai oleh sebagian besar sosial dan secara bertahap dapat belajar
siswa yaitu pada rentangan 60-70, hal ini untuk menerapkan beberapa metode ilmiah
menunjukkan masih banyak siswa yang melalui pengalaman yang telah diperoleh
belum tuntas belajar. sebelumnya. Strategi ini menuntut siswa
Guru sudah berupaya untuk untuk memiliki kemampuan yang baik
mengaktifkan siswa selama kegiatan belajar dalam berkomunikasi maupun dalam
salah satunya yaitu dengan menerapkan keterampilan proses kelompok. Menurut
strategi pembelajaran yang bervariasi. Arends (2008) menyatakan bahwa dalam
Strategi pembelajaran yang sudah pernah kelompok yang heterogen, siswa dengan
diterapkan oleh guru yaitu STAD, TPS dan kemampuan kurang, akan belajar lebih
Jigsaw. Respon siswa terhadap pembelajaran banyak apabila bekerja berdampingan
kurang maksimal karena hanya 75% siswa dengan siswa yang memiliki kemampuan
yang mengerjakan tugas dari guru. Pada lebih. Siswa dengan kemampuan lebih
pembelajaran yang menuntut adanya berperan sebagai tutor sebaya bagi siswa
kerjasama kelompok, interaksi antar anggota yang memiliki kemampuan kurang, dengan
kelompok masih kurang. Siswa cenderung demikian diharapkan kelompok yang
pasif saat kegiatan diskusi kelas. Sebagian heterogen dapat memperlancar proses
besar siswa tidak bisa mandiri dan kurang pembelajaran. Peran strategi pembelajaran
tanggung jawab dalam mengerjakan tugas GISTAD dalam meningkatkan kerja ilmiah
kelompok, hal tersebut dapat dilihat dari dan prestasi belajar terlihat dari langkah-
siswa yang berkemampuan rendah sering langkah yang terdapat dalam strategi
menggantungkan tugasnya pada siswa yang tersebut. Langkah-langkah pembelajaran
berkemampuan tinggi. Selain itu, minat baca dalam strategi GISTAD dijelaskan dalam
dan ketertarikan terhadap biologi masih Tabel 1.
kurang serta terbatasnya literatur yang
dimiliki oleh siswa. Pada pembelajaran IPA 2. METODE PENELITIAN
terutama Biologi siswa sudah pernah Jenis penelitian ini merupakan
mempelajari kerja ilmiah secara teori tetapi penelitian tindakan kelas (PTK) yang
belum pernah mengaplikasikan teori kerja dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus
ilmiah tersebut dalam pembelajaran, terdiri dari 4 tahap yaitu merencanakan
sehingga pengalaman yang diperoleh siswa tindakan (planing), melakukan tindakan
dalam melakukan kerja ilmiah masih (acting), mengamati tindakan (observing),
kurang. dan melakukan refleksi (reflecting). Data
Berdasarkan permasalahan yang telah dalam penelitian ini adalah kerja ilmiah dan
disebutkan di atas, diperlukan cara prestasi belajar siswa. Data kerja ilmiah
pembelajaran yang menarik, efisien, dan diambil melaui observasi, sedangkan
efektif yang dapat menyiapkan siswa untuk prsetasi belajar diambil melalui tes.
mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta Pengamatan yang dilakukan oleh observer
dapat berargumentasi dengan benar, yang membantu peneliti dalam merekam
sehingga penulis ingin menerapkan strategi kondisi siswa yang sebenarnya.
pembelajaran GISTAD (Group
Inverstigation- Student Teams Achievement 3. HASIL PENELITIAN
Division) untuk meningkatkan kerja ilmiah
dan prestasi belajar biologi siswa kelas VII- 3.1 Kerja Ilmiah
A SMP Negeri Satu Atap Merjosari sebagai
Berdasarkan hasil analisis data pada
alternatif pemecahan masalah pembelajaran
di sekolah tersebut. Selain itu pembelajaran siklus I dan II, diketahui bahwa terdapat
kooperatif strategi ini belum pernah peningkatan skor ketrampilan kerja ilmiah.
diterapkan di SMP Negeri Satu Atap Secara ringkas selisih ketrampilan kerja
ilmiah pada siklus I dan II tertera pada Tabel
Malang.
Strategi pembelajaran GISTAD 2.
merupakan penggabungan dari dua strategi Berdasarkan Tabel 2. keseluruhan
aspek ketrampilan kerja ilmiah mengalami
pembelajaran GI dan STAD. Strategi
pembelajaran ini dapat melatih siswa peningkatan skor berturut-turut dari

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 98


kompetensi merencanakan penyelidikan ilmiah, dan bersikap ilmiah yaitu 23%; 27%;
ilmiah, melaksanakan penyelidikan ilmiah, 23%; 12%.
mengkomunikasikan hasil penyelidikan

Tabel 1 Sintaks Strategi Pembelajaran GISTAD


Tahapan Kegiatan guru Ket.
Tahap 1: Guru menjelaskan mengenai materi yang akan dibahas secara garis STAD
Penyajian kelas/ besar
presentasi guru

Tahap 2: Guru membagi siswa dalam kelompok yang heterogen munurut GI +


Pembagian tingkat akademisnya STAD
kelompok

Tahap 3: Guru membantu siswa dalam memilih topik melalui undian GI


Seleksi topik

Tahap 4: Guru membantu siswa dalam merencanakan investigasi yaitu GI


Perencanaan menyusun rumusan masalah, tujuan dan hipotesis
Investigasi

Tahap 5: Guru membimbing siswa dalam melaksanakan investigasi yang GI


Implementasi direncanakan oleh siswa dan mendorong siswa untuk menggunakan
berbagai sumber yang baik yang terdapat di dalam maupun di luar
sekolah

Tahap 6: Guru membantu siswa dalam menganalisis dan mensintesis GI


Analisis dan informasi yang didapatkan oleh kelompok terkait dengan materi
sintesis investigasinya

Tahap 7: Guru membimbing siswa dalam menyajikan hasil investigasinya GI +


Penyajian hasil melalui presentasi klasikal, satu kelompok menjadi presenter dan STAD
akhir kelompok yang lain menjadi pembanding untuk topik yang sama

Tahap 8: Guru memberikan evaluasi berupa kuis di akhir pembelajaran GI +


Evaluasi secara individu STAD

Tahap 9: Guru memberikan penghargaan untuk kelompok yang meraih skor STAD
Penghargaan tertinggi, diperoleh dari rata-rata nilai kuis seluruh anggota
kelompok kelompok
Sumber: dimodifikasi dari Nurhadi, Yasin B., Senduk A.G. (2004) dan Slavin (2008).

Tabel 2. Selisih Jumlah Rerata Skor Ketrampilan Kerja Ilmiah pada Siklus I dan II
Kompetensi Kerja Siklus Siklus Selisih Keterangan
Ilmiah I II
(%) (%)
1. Merencanakan 71 94 23% Meningkat
penyelidikan ilmiah
2. Melaksanakan 63 90 27% Meningkat
penyelidikan ilmiah
3. Mengkomunikasikan 67 90 23% Meningkat
hasil penyelidikan
ilmiah
4. Bersikap ilmiah 71 83 12% Meningkat
Kerja Ilmiah secara 68 89 21% Meningkat
klasikal

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 99


Berdasarkan Tabel 2. keseluruhan Kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa
aspek ketrampilan kerja ilmiah mengalami pada siklus II terjadi peningkatan prestasi
peningkatan skor berturut-turut dari belajar siswa bila dibandingkan prestasi
kompetensi merencanakan penyelidikan belajar pada siklus I. Prestasi belajar secara
ilmiah, melaksanakan penyelidikan ilmiah, individual juga terjadi peningkatan
mengkomunikasikan hasil penyelidikan persentase ketuntasan belajar. Persentase
ilmiah, dan bersikap ilmiah yaitu 23%; 27%; ketuntasan hasil belajar pada siklus II
23%; 12%. sebesar 91,4%, yang artinya 91,4% dari total
Hasil tindakan pada siklus II ini juga seluruh siswa yang memperoleh nilai ≥ 70.
menunjukkan adanya peningkatan bila Jumlah ini lebih banyak bila dibandingkan
dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan dengan persentase ketuntasan hasil prestasi
tersebut dapat dilihat pada rerata persentase belajar siswa pada siklus I yaitu 60%.
keterampilan kerja ilmiah siswa siklus I dan 4. PEMBAHASAN
siklus II. Pada siklus I rerata persentase
Berdasarkan hasil penerapan strategi
keterampilan kerja ilmiah siswa hanya
pembelajaran GISTAD pada siklus I maka
mencapai 68% dengan kategori cukup
dapat diketahui bahwa rerata persentase
sedangkan untuk siklus II rerata persentase
kerja ilmiah sebesar 68% dengan kategori
keterampilan kerja ilmiah siswa mampu
cukup. Rerata persentase kerja ilmiah siswa
mencapai 89% dengan kategori sangat baik,
pada siklus II adalah 89% dengan kategori
angka tersebut sudah baik untuk siswa kelas
sangat baik. Berdasarkan persentase rerata
VII-A yang belum pernah melakukan kerja
kerja ilmiah klasikal tersebut maka dapat
ilmiah sebelumnya. Peningkatan persentase
dilihat bahwa terjadi peningkatan
juga terlihat pada rerata masing-masing
keterampilan kerja ilmiah siswa sebesar 21%
indikator keterampilan kerja ilmiah siklus I
pada siklus II. Penerapan strategi
dan siklus II. Hasil tindakan siklus II ini
pembelajaran GISTAD dikatakan dapat
menunjukkan peningkatan bila dibandingkan
meningkatkan keterampilan kerja ilmiah
dengan hasil tindakan siklus I.
siswa karena dalam langkah-langkah
pembelajaran strategi ini mencakup semua
3.2 Prestasi Belajar aspek yang ada dalam kompetensi kerja
ilmiah. Siswa diajarkan untuk melakukan
Berdasarkan hasil analisis data pada penyelidikan, baik secara individu maupun
siklus I dan II, diketahui bahwa terdapat kelompok mulai dari tahap perencanaan
peningkatan persentase ketuntasan belajar. hingga tahap penyajian hasil akhir. Setiap
Secara ringkas peningkatan persentase siswa dilatih untuk berani mengajukan
ketuntasan belajar pada siklus I dan II tertera pertanyaan, berpendapat secara ilmiah dan
pada Tabel 3. kritis, sopan dalam memberi sanggahan dan
usulan, serta dapat menghargai pendapat
Tabel 3. Peningkatan Persentase orang lain saat presentasi secara klasikal
Ketuntasan Belajar pada Siklus I dan II sehingga sikap ilmiah pada masing-masing
Prestasi Siklus siklus Peningkat siswa dapat ditumbuhkan. Interaksi yang
Belajar I II an terbangun antara guru dan siswa atau antara
Skor rata- 72,6 77 6% siswa dengan siswa juga menentukan
rata klasikal
tercapainya tujuan pembelajaran.
Ketuntasan 60% 91,4% 31,4%
klasikal
Langkah-langkah dalam strategi
pembelajaran GISTAD secara keseluruhan
Berdasarkan Tabel 3. diketahui sudah mencakup indikator kerja ilmiah yang
terdapat peningkatan persentase ketuntasan akan dicapai. Secara tidak langsung, hal ini
dapat meningkatkan kemampuan dalam
belajar dari siklus I sebesar 60% meningkat
menjadi 91,4% atau meningkat sebesar kerja ilmiah karena siswa diajarkan untuk
31,4%. Sedangkan skor rata-rata klasikal melakukan penyelidikan, baik secara
siklus I sebesar 72.6 meningkat menjadi 77 individu maupun kelompok. Penyelidikan
yang telah dilakukan oleh kelompok akan
pada siklus II atau meningkat sebesar 6%.
Rerata klasikal siklus II lebih baik dikomunikasikan dalam bentuk laporan dan
dibandingkan rerata klasikal siklus I. penyajian hasil akhir berupa presentasi

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 100


kelas. Setiap siswa dilatih untuk berani banyak melibatkan siswa berfikir,
mengajukan pertanyaan, berpendapat secara berargumen, berbicara, dan mengutarakan
ilmiah dan kritis, sopan dalam memberi gagasan – gagasannya. Sebaliknya hasil
sanggahan dan usulan, serta dapat yang diperoleh akan rendah apabila siswa
menghargai pendapat orang lain saat hanya pasif dan menjadi pendengar ceramah
presentasi secara klasikal sehingga sikap guru dengan metode monolog dari guru.
ilmiah pada masing-masing siswa dapat Pernyataan ini diperkuat oleh Sudjana
ditumbuhkan. Proses pembelajaran IPA (2005) bahwa keberhasilan pengajaran tidak
menekankan pada pemberian pengalaman hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai
langsung untuk mengembangkan oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya.
kompetensi agar menjelajah dan memahami Hasil belajar pada dasarnya merupakan
alam sekitar secara ilmiah (Badan Standar akibat dari suatu proses belajar, berarti
Nasional Pendidikan, 2006). Siswa tidak optimalnya hasil belajar siswa tergantung
hanya mempelajari teori saja tetapi juga pula pada proses belajar siswa dan proses
diberi pengalaman secara langsung dalam mengajar guru.
mempelajari serta memahami alam pada Penerapan strategi pembelajaran ini
proses pembelajaran IPA. Guru harus diharapkan bahwa siswa mampu untuk
mampu membuat variasi-variasi dalam menggali pengetahuannya sendiri,
pembelajaran karena hal ini mempunyai membangun konsep berdasarkan apa yang
dampak yang positif bagi siswa karena siswa dikerjakan dan bukan dari apa yang diterima
tidak akan cepat bosan dan proses belajar dari guru sehingga pengalaman belajar yang
akan berjalan lebih efisien (Hasibuan, 2008). diperoleh siswa tidak hanya menghafal suatu
Berdasarkan hasil penelitian konsep dan menerima pembelajaran IPA
penerapan strategi pembelajaran kooperatif sebagai produk saja tetapi pengalaman
GISTAD diketahui bahwa rerata prestasi belajar diperoleh melalui proses
belajar siswa pada siklus I adalah 72,6, pembelajaran yang melibatkan siswa secara
sedangkan pada siklus II rerata prestasi aktif dalam membangun pengetahuannnya
belajar siswa adalah 77. Berdasarkan nilai secara utuh. Evaluasi dalam bentuk kuis
rerata tersebut jelas terlihat bahwa terjadi (selain tes akhir siklus) dan adanya reward
peningkatan prestasi belajar siswa pada bagi siswa yang aktif dapat meningkatkan
siklus II bila dibandingkan dengan hasil semangat belajar siswa dalam memahami
pada siklus I sebesar 4,4; persentase materi yang diberikan oleh guru sehingga
peningkatan sebesar 6%. Peningkatan tujuan pembelajaran yang diinginkan guru
tersebut sudah menggambarkan keberhasilan dapat tercapai. Menurut Rooijakkers (1991)
penerapan strategi pembelajaran kooperatif pembelajaran mengkaitkan materi dengan
GISTAD untuk meningkatkan prestasi kehidupan sehari-hari misalnya berita
belajar siswa. sensasional yang terjadi saat itu akan
Peningkatan prestasi belajar juga membangkitkan motivasi dalam diri siswa.
terlihat dari meningkatnya persentase Pada penerapan strategi pembelajaran
ketuntasan belajar siswa. Persentase GISTAD siswa terlibat aktif dalam
ketuntasan prestasi belajar pada siklus II pembelajaran dan memberikan pengalaman
adalah sebesar 91,4% dan jumlah tersebut belajar yang bervariasi sehingga dapat
lebih banyak bila dibandingkan dengan meningkatkan hasil belajar.
persentase ketuntasan hasil belajar siswa Kemampuan berprestasi/ unjuk hasil
pada siklus I yaitu 60%. Penerapan strategi belajar merupakan suatu puncak proses
pembelajaran kooperatif GISTAD dikatakan belajar, pada tahap ini siswa membuktikan
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa keberhasilan belajar. Siswa menunjukkan
dengan persentase peningkatan sebesar bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-
31,4%. tugas belajar/ mentransfer hasil belajar
Salah satu faktor yang berpengaruh (Dimyati dan Mudjiono, 2002). Pengalaman
terhadap hasil belajar siswa adalah sehari-hari di sekolah menunjukkan bahwa
pemilihan strategi yang digunakan dalam ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi
pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono, dengan baik. Kemampuan berprestasi
2002). Strategi yang memberikan hasil yang tersebut terpengaruh oleh proses-proses
baik adalah strategi pembelajaran yang penerimaan, pengaktifan pra-pengolahan,

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 101


pengolahan, penyimpangan, pemanggilan kelas VII-A SMP Negeri Satu Atap
untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Merjosari-Malang sebesar 31,4%.
Siswa akan berprestasi kurang dan dapat
juga gagal bila proses-proses tersebut tidak 6. DAFTAR RUJUKAN
terlaksana dengan baik. Salah satu faktor Ambrose, D. 2006. Group Investigation (GI) a
yang berpengaruh terhadap hasil belajar Cooperate Learning Model. (Online).
siswa adalah pemilihan strategi yang (http:google.grpinv.htm, diakses 29 April 2010)
digunakan dalam pembelajaran. Strategi
yang memberikan hasil yang baik adalah Arends, R.I. 2008. Learning to Teach: Belajar
untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
strategi pembelajaran yang banyak
melibatkan siswa berfikir, berargumen, Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006.
berbicara, dan mengutarakan gagasan- Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan
gagasannya. Sebaliknya hasil yang diperoleh Nasional
akan rendah apabila siswa hanya pasif dan Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan
menjadi pendengar ceramah guru dengan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi
metode monolog dari guru. Depdikbud.
Menurut Ambrose (2006) keuntungan Hasibuan, dan Moedjiono. 2008. Proses Belajar
dari strategi ini GI yaitu meningkatkan Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
perkembangan kemampuan penelitian (kerja
Nurhadi, Yasin, B. & Senduk, A.G. 2004.
ilmiah) siswa, meningkatkan kemampuan
Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.
bekerja sama siswa, meningkatkan Malang: UM.
kreativitas siswa karena strategi ini
memungkinkan siswa untuk berkreasi pada Rooijakkers, A. 1991. Mengajar dengan Sukses.
saat pembelajaran berlangsung serta Jakarta: PT. Grasindo.
memberikan cakupan pengetahuan yang Slavin, R.E. 2008. Cooperative Learning :
luas. Kerjasama kelompok pada saat kerja Theory, Research and Practice. Boston: Ally and
ilmiah sangat diperlukan karena setiap Bacon.
tahapan kerja ilmiah yang harus dilakukan Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil dan Proses
siswa akan menjadi skor kelompok. Setiap Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda
siswa mempunyai tanggung jawab terhadap Karya.
kemajuan kelompoknya untuk menjadi
kelompok yang terbaik. Secara individual
guru melakukan evaluasi berupa kuis untuk
mengetahui penguasaan materi dan kepada
siswa secara individu atau kelompok yang
meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor
sempurna diberi penghargaan (Nurhadi dkk.,
2004).

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dapat
disimpulkan:
1. penerapan strategi pembelajaran
kooperatif GISTAD (Group
Investigation – Student Team
Achievement Division) meningkatkan
keterampilan kerja ilmiah siswa kelas
VII-A SMP Negeri Satu Atap
Merjosari-Malang sebesar 21%.

2. penerapan strategi pembelajaran


kooperatif GISTAD dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 102


PROFIL GURU DAN PEMAHAMAN TENTANG STRATEGI
INKUIRI TERBIMBING

Femmy Roosje Kawuwung


Jurusan Biologi-FMIPA Universitas Negeri Manado
femmyroosje@yahoo.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemahaman guru tentang strategi inkuiri terbimbing, dan hasil
belajar biologi pada sekolah SMP di kabupaten Minahasa Utara. Metode penelitian adalah: penelitian
survai dengan instrumen penelitian adalah kuesioner yang terdiri dari pertanyaan yang dikembangkan
dalam kuesioner adalah pertanyaan semi terbuka dan kombinasi pertanyaan tertutup dan terbuka yang
telah dilakukan validasi oleh ahli pembelajaran dan ahli biologi (judgement experts). Populasi penelitian
adalah guru-guru IPA biologi SMP di kabupaten Minahasa Utara yang berjumlah 31 orang. Penyebaran
dan penarikan kuesioner dilaksanakan selama 2 bulan dimulai bulan Juli dan Agustus 2010. Hasil
penelitian adalah; 1) pemahaman guru tentang strategi inkuiri terbimbing 9,67%, pemahaman
keterampilan proses 3,22%. 2. implementasi Inkuiri Terbimbing pada umumnya tidak sesuai dengan
sintaks. Data menunjukkan bahwa pemahaman guru terhadap strategi inkuiri terbimbing masih rendah.

Kata Kunci: Pemahaman, IPA-Biologi, inkuiri terbimbing, keterampilan proses


1. PENDAHULUAN terdapat 41.93% guru melakukan
pembelajaran berpusat pada siswa, guru
Kebijakan pendidikan yang semula
yang belum memahami keterampilan proses
dilakukan secara sentralisasi telah berubah
96,77%.Data menunjukkan rendahnya
menjadi desentralisasi, yang menekankan
pemahaman guru terhadap hasil belajar.
bahwa pengambilan kebijakan yang semula
Belajar untuk mengerjakan berhubungan
dilakukan oleh pemerintah pusat berpindah
dengan keterampilan proses adalah
pada pemerintah daerah yang tertuju pada
keterampilan mengembangkan perolehan
pemerintah kota dan kabupaten. Hal ini
dalam proses pembelajaran oleh siswa.
berarti bahwa kewenangan dilakukan oleh
Siswa mampu menemukan dan
pemerintah daerah dan kejelian pemerintah
mengembangkan sendiri fakta dan konsep
diperlukan untuk dapat membangun
serta menumbuhkan sikap dan nilai yang
diberbagai sektor lebih khusus sektor
dimiliki.
pendidikan yang dapat menambah
Letsholo dan Yandila (2002)
peningkatan kualitas sumber daya manusia
mengemukakan bahwa keterampilan proses
untuk kemajuan daerah. Menyadari bahwa
sangat diperlukan untuk diterapkan dalam
keberhasilan daerah antara lain ditentukan
pembelajaran karena beberapa alasan yaitu:
oleh sumber daya manusianya maka peran
1) perkembangan ilmu pengetahuan
pemerintah daerah sangat penting dalam
berlangsung semakin cepat sehingga tidak
peningkatan kualitas pendidikan daerah.
mungkin lagi para guru mengerjakan fakta
Kurikulum tingkat satuan pendidikan
dan konsep kepada siswa, 2) para ahli
(KTSP) telah memberikan harapan untuk
psikologi umumnya sependapat bahwa anak-
memperbaiki mutu pendidikan pada
anak mudah memahami konsep-konsep yang
umumnya dan khususnya dalam peningkatan
rumit dan abstrak jika disertai dengan
kualitas pendidikan dalam pembelajaran IPA
contoh-contoh konkrit, contoh-contoh yang
biologi di sekolah menengah pertama (SMP)
wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang
di kabupaten Minahasa Utara.
dihadapi dengan mempraktikkan dan
Pembelajaran IPA biologi di SMP
menemukan konsep sendiri melalui
kabupaten Minahasa Utara dengan
perlakuan terhadap kenyataan fisik dan
memperhatikan hasil belajar berupa
benda-benda nyata, 3) penemuan ilmu
keterampilan proses belum menjadi pusat
pengetahuan tidak mutlak benar 100%,
perhatian bagi guru. Survey menunjukkan
artinya penemuan bersifat relatif. Suatu teori
bahwa dari 31 guru mata pelajaran biologi
hasil penemuan mungkin akan bertambah
tingkat SMP di kabupaten Minahasa Utara
oleh teori yang lahir sesudahnya, setelah

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 103


orang mendapatkan data baru yang mampu inkuiri sain biologi yang terdiri dari empat
membuktikan kelemahan teori yang dianut, fase yaitu: a) fase satu investigasi dan
dan 4) dalam proses pembelajaran sebaiknya pengenalan pada siswa, b) fase dua
pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengelompokan masalah oleh siswa, c) fase
pengembangan sikap dan nilai dalam diri tiga siswa mengidentifikasi masalah dalam
siswa. investigasi, dan d) fase empat siswa
Depdiknas (2007) menjelaskan bahwa memberikan spekulasi dalam cara mengatasi
keterampilan proses dalam biologi kesulitan. Survey menunjukkan bahwa
mencakup keterampilan dasar dan terdapat 90,32% guru yang belum mengenal
keterampilan terpadu. Keterampilan dasar strategi pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
meliputi keterampilan mengobservasi,
mengklasifikasi, berkomunikasi, melakukan 2. METODE
pengukuran, memprediksi, menyimpulkan,
Penelitian ini adalah penelitian survai.
dan menafsirkan. Keterampilan terpadu
Instrumen penelitian adalah kuesioner yang
mencakup kemampuan mengidentifikasi
terdiri dari pertanyaan yang telah
variabel, menentukan variabel operasional,
dikembangkan adalah pertanyaan semi
menjelaskan hubungan antar variabel,
terbuka dan kombinasi pertanyaan tertutup
menyusun hipotesis, merancang prosedur
dan terbuka yang telah dilakukan validasi
dan melaksanakan eksperimen untuk
oleh ahli pembelajaran dan ahli biologi
pengumpulan data, menganalisa data,
(judgement experts). Populasi penelitian
menyajikan hasil eksperimen dalam bentuk
adalah seluruh guru IPA biologi SMP di
table dan grafik, membahas, menyimpulkan,
kabupaten Minahasa Utara yang berjumlah
dan mengkomunikasikan secara tertulis
31 orang. Penarikan sampel dilakukan
maupun lisan.
secara total sampling. Penyebaran dan
IPA bukan hanya penguasaan
penarikan kuesioner dilaksanakan selama 2
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta
bulan dimulai bulan Juli dan Agustus 2010.
dan konsep tetapi merupakan suatu proses
penemuan. Cain & Evans (1990 dalam
3. HASIL
Depdiknas, 2008) mengemukakan bahwa
IPA mengandung empat hal yaitu konten Penelitian survey yang telah
atau produk, proses atau metode, sikap dan dilaksanakan berhasil mengumpulkan data
teknologi. Pembelajaran IPA diarahkan tentang profil guru SMP di kabupaten
untuk “mencari tahu” dan “berbuat” Minahasa Utara, pembelajaran IPA biologi
sehingga dapat membantu siswa untuk dengan penggunaan strategi pembelajaran
memperoleh pemahaman yang lebih inkuiri terbimbing
mendalam tentang alam sekitar. Pendekatan
yang diterapkan dalam menyajikan Tabel 1. Profil guru SMP di kabupaten
pembelajaran IPA adalah memadukan antara Minahasa Utara ditinjau dari
pengalaman proses IPA dan pemahaman Jenis kelamin
produk serta teknologi IPA dalam bentuk No Jenis Frekuensi Frekuensi
pengalaman langsung yang berdampak pada Kelamin %
sikap siswa yang mempelajari IPA. Jufri 1 Laki-laki 8 25.80
(2007) mengemukakan bahwa pembelajaran 2 Perempuan 23 74.19
Jumlah 31 100
berbasis inkuiri dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis, sikap, dan hasil
belajar kognitif. Ardana (2000) Tabel 1 menunjukkan bahwa profil
mengemukakan bahwa paradikma belajar guru IPA-biologi SMP di kabupaten
yang diinginkan abad pengetahuan adalah Minahasa Utara ditinjau dari jenis kelamin
belajar berorientasi pada proyek, masalah, yaitu: 31 orang guru yang terdiri dari guru
penyelidikan (inkuiri), penemuan, dan laki-laki sebesar 25,80% dan guru
penciptaan. Inkuiri dapat mengajak siswa perempuan sebesar74,19%.
mampu mengembangkan berbagai hipotesis Tabel 2. Profil guru SMP di Kabupaten
dalam pikirannya dan kemudian mampu Minahasa Utara ditinjau dari
berpikir divergen (Suyanto, 2005). Joice dan tingkatan pendidikan
Marsha (2004) menyampaikan sintaks No Tingkatan/ Frekuensi Frekuensi

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 104


Strata % No Indikator Alternatif Persentasi
1 SPG 5 16,12 Jawaban (%)
2 Diploma 6 19,35 1 Sudah a.Sudah 9,67
3 S1 18 58,06 mengenal dan b.Belum 90,32
4 S2 2 6,45 memahami IT
Jumlah 31 100 2 Pernah a.Ya 6,45
menerapkan b.Tidak 93,54
Tabel 2 menunjukkan bahwa profil pernah
guru IPA-biologi SMP di kabupaten 3 Langkah- a.Benar 6,45
Minahasa Utara berdasarkan tingkat langkah b.Tidak 12,90
pembelajaran benar
pendidikan yaitu: guru berstrata S2 sebesar
IT C. Tidak 83,88
6,45%, guru S1 sebesar 58,06%, guru menjawab
lulusan Diploma 19,35%, guru lulusan SPG 4 Kelebihan a.Ya 9,67
sebesar 16,12%. pembelajaran b. Tidak
IT benar
Tabel 3. Gambaran Umum Pelaksanaan c. Tidak 90,32
Pembelajaran Biologi menjawab
No Indikator Alternatif Persentase Kekurangan a. Ya 3,22
Jawaban (%) pembelajaran b. Tidak
1 Pembelajaran a. Berpusat 41,93 IT benar
pada siswa c. Tidak 96,77
b. Berpusat 58,06 menjawab
pada guru 5 Kendala yang a.Ada
2 Pembelajaran a. Sudah 100 dihadapi dalam b.Tidak
kooperatif b.Belum penerapan benar
(mengenal) c. Tidak 100
3 Penerapan a.Ya 75 dijawab
pembelajaran b. Tidak 25
kooperatif pernah Tabel 4. menunjukkan bahwa guru
4 Langkah- a.Benar 16,12 yang sudah mengenal dan memahami inkuiri
langkah b.Tidak 64,51 terbimbing 9,67%. Guru yang pernah
pembelajaran benar menerapkan inkuiri terbimbing 6,45% dan
kooperatif c.Tidak 19,35 terdapat guru yang tidak pernah menerapkan
dijawab
inkuiri terbimbing sebesar 93,54%.
5 Kendala yang a. Ada 50
dihadapi dalam b.Tidak ada Langkah-langkah pembelajaran inkuiri
penerapan c.Tidak 50 terbimbing yang benar 6,45% Langkah-
dijawab langkah pembelajaran inkuiri terbimbing
yang tidak benar disampaikan oleh guru
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebesar 12,90%. Guru yang tidak menjawab
pembelajaran berpusat pada siswa 41,93% langkah-langkah pembelajaran inkuiri
dan pembelajaran berpusat pada guru terbimbing 83,88%. Guru yang mengetahui
58,06%. Guru yang telah mengenal kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing
pembelajaran kooperatif 100%. Penerapan 9,67% dan guru yang tidak menjawab
pembelajaran kooperatif oleh guru 75% dan kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing
guru yang belum menerapkan pembelajaran 90,32%. Guru yang mengetahui kekurangan
kooperatif 25%. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing 3,22% dan
pembelajaran kooperatif yang benar 16,12% guru yang tidak menjawab kekurangan
dan langkah-langkah pembelajaran pembelajaran inkuiri terbimbing sebesar
kooperatif yang tidak benar sebesar 64, 96,77%. Indikator tentang kendala dalam
51%. Kendala yang dihadapi dalam penerapan tidak dijawab 100%.
penerapan pembelajaran kooperatif sebesar
50% dan terdapat guru yang tidak menjawab Tabel 5. Pemahaman Guru Tentang
sebesar 50% . Keterampilan Proses
No Indikator Alternatif Persentase
Tabel 4. Pemahaman Guru IPA-Biologi Jawaban
Tentang Inkuiri Terbimbing 1 Memahami a.Sudah 3,22
keterampilan b.Belum 96,77

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 105


proses menunjukkan bahwa para guru menyadari
2 Bagaimana a.Benar akan pentingnya peningkatan sumber daya
pemberdayaan b.Tidak manusia dengan mengikuti pendidikan
keterampilan benar lanjutan. Sesuai dengan standar yang
proses c. Tidak 100
dipersyaratkan menjadi guru yang
dijawab
profesional, hal ini sejalan dengan UU No.
3 Bagaimana a.Benar 3,22 14 tahun 2005 tentang kompetensi guru
mengukur/menilai b.Tidak 45,16 pasal 8 menyatakan bahwa guru wajib
keterampilan benar memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
proses c. Tidak 51,61 sertifikat pendidik, sehat jasmani, dan
menjawab rohani, serta memiliki kemampuan untuk
4 Kelebihan a.Benar 3,22 mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
keterampilan b.Tidak Para guru dapat meningkatkan kualitas
proses benar akademik melalui pendidikan tinggi
c. Tidak 96,77
program sarjana atau program diploma
menjawab
Kekurangan a.Benar
empat (Sagala, 2009; Djamarah, 2005).
keterampilan b.Tidak Dalam rangka peningkatan hasil
proses benar belajar siswa maka perlu adanya
c. Tidak 100 pembaharuan pada pembelajaran di
menjawab kabupaten Minahasa Utara yang masih
berpusat pada guru sebesar 58,06%, guru
5 Kendala yang a.Benar perlu menyadari bahwa dalam rangka
muncul b.Tidak peningkatan hasil belajar siswa maka guru
benar dapat mengubah paradikma teacher centered
c.Tidak menjadi student centered. Satu hal yang
menjawab 100
membanggakan untuk pembelajaran
kooperatif para guru di kabupaten Minahasa
Tabel 5 menunjukkan bahwa guru
telah menerapkan kooperatif sesuai data
yang memahami keterampilan proses 3,22%
sebesar 75% meskipun masih terdapat 25%
dan guru yang belum memahami
guru yang belum melaksanakan
keterampilan proses 96,77%. Indikator
pembelajaran kooperatif hal ini diharapkan
tentang pemberdayaan keterampilan proses
akan memberi semangat pada guru untuk
tidak dijawab. Mengukur/menilai
dapat menerapkan pembelajaran dalam
keterampilan proses guru yang menjawab
upaya membantu peningkatan hasil belajar
benar 3,22%, guru menjawab tidak benar
siswa.
45,16%, dan guru tidak menjawab 51,61%.
Data menunjukkan bahwa 9,67% guru
Kelebihan keterampilan proses yang benar
mengenal dan memahami inkuiri
sebesar 3,22% dan tidak menjawab 96,77%.
terbimbing. Guru perlu menyadari bahwa
Kekurangan keterampilan proses tidak
Strategi pembelajaran inkuiri dapat
menjawab 100%. Kendala yang muncul
meningkatkan kognitif siswa. Hasil
dalam penerapan keterampilan proses tidak
penelitian Santoso (2007) mengemukakan
dijawab oleh guru.
bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri tingkat 2
4.PEMBAHASAN
memperoleh hasil belajar kognitif dan
Hasil survey menunjukkan bahwa kemampuan berpikir lebih tinggi dibanding
profil guru IPA-biologi SMP di kabupaten dengan pembelajaran inkuiri tingkat 1.
Minahasa Utara ditinjau dari jenis kelamin Kegiatan pembelajaran inkuiri terbimbing
terdapat 31 orang guru yang terdiri dari merupakan kegiatan pembelajaran
guru laki-laki sebesar 25,80% dan guru menekankan pada proses Sains-Biologi atau
perempuan sebesar 74,19%. Hasil survey melibatkan siswa aktif untuk menemukan
terhadap profil guru IPA biologi ditinjau sendiri konsep biologi. Guru yang
dari tingkatan pendidikan yaitu: guru menerapkan inkuiri terbimbing mencapai
berstrata S2 sebesar 6,45%, guru S1 sebesar 6,45% dan terdapat guru yang tidak pernah
58,06%, guru lulusan Diploma 19,35%, dan menerapkan inkuiri terbimbing sebesar
guru lulusan SPG sebesar 16,12%. Data ini 93,54%.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 106


Data menunjukkan bahwa guru yang
memahami keterampilan proses masih DAFTAR RUJUKAN
3,22% hal ini membuktikan bahwa perhatian Ardana, W. 2000. Reformasi Pembelajaran
guru terhadap keterampilan proses masih Menghadapi Abad Pengetahuan. Makalah
rendah padahal pendekatan proses adalah disajikan dalam Seminar dan Diskusi Panel
suatu pendekatan pengajaran yang memberi Nasional Teknologi Pembelajaran V.
kesempatan kepada siswa untuk ikut Diselenggarakan oleh Program Studi TEP PPS
menghayati proses penemuan atau UM bekerjasama dengan Ikatan Profesi
penyusunan suatu konsep sebagai suatu Teknologi Pendidikan Indonesia (IPTPI) Cabang
keterampilan proses. Pendekatan proses Malang, 7 Oktober 2000.
dalam pembelajaran dikenal pula sebagai Arends, R.I. 2007. Learning To Teach. Edisi
keterampilan proses, guru menciptakan Ketujuh. Penerbit Pustaka Belajar
bentuk kegiatan pengajaran yang bervariasi,
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Strategi
agar siswa terlibat dalam berbagai Pembelajaran MIPA. Direktorat Tenaga
pengalaman. Siswa diminta untuk Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan
merencanakan, melaksanakan, dan menilai Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
sendiri suatu kegiatan. Siswa melakukan Departemen Pendidikan Nasional. (Online)
kegiatan percobaan, pengamatan, http://lpmpjogja.diknas.go.id/materi/fsp/2009-
pengukuran dan membuat kesimpulan pembekalan-Pengawas/15%20-%20KODE%20-
sendiri. Langkah-langkah keterampilan %2003%20B6a%20strategi%20pembelajaran%2
proses menurut (Sagala, 2009) yaitu: 0MIPA.pdf. Tgl akses 3 Desember 2009.
mengamati gejala yang timbul, mengenal Departemen Pendidikan Nasional, 2007.
masalah, merumuskan masalah, Permendiknas No.41 Tahun 2007. Standar
memperkirakan penyebab suatu gejala, proses. Jakarta: Depdiknas.
merumuskan hipotesis, mengenal gejala Djamarah, S.B. 2005. Guru dan Anak Didik
yang mungkin akan terjadi, dan Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan
mengendalikan variabel. Keterampilan yang Teoretis Psikologis. Penerbit Rineka Cipta.
dimaksud yaitu; mengamati, menafsirkan
Joice, B & Marsha, W. 2004. Models of
pengamatan, mengelompokkan, Teaching. (10th ed). Boston: Allyn and Bacon
meramalkan, berkomunikasi, berhipotesis,
merencanakan percobaan, menetapkan Jufri, W. 2007. Pengaruh Implementasi
konsep, dan mengajukan pertanyaan Perangkat Pembelajaran Berbasis Inkuiri (PPBI)
dengan Strategi Kooperatif Terhadap
(Rustaman, 2003 dalam Depdiknas, 2008).
Keterampilan Berpikir Kritis, Sikap, dan Hasil
Belajar Kognitif Siswa SMA Negeri Di Kota
5. KESIMPULAN DAN SARAN Mataram
Kesimpulan Letsholo, D. and Yandila, C.D. 2002. Process
Dari hasil penelitian dan pembahasan, Skill In Botswana Primary School Science
dapat disimpulkan sebagai berikut: Lessons. University of Botswana.
Pemahaman guru tentang strategi inkuiri Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran
terbimbing 9,67%, pemahaman terhadap Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta.
keterampilan proses 3,22%. Data yang Penerbit Kencana Prenada Media
ditampilkan menunjukkan bahwa Santoso, H. 2007. Pengaruh Pembelajaran
pemahaman guru terhadap strategi Inkuiri dan Strategi Kooperatif Terhadap Hasil
pembelajaran dan hasil belajar masih Belajar Kognitif, Kemampuan Berpikir Kritis,
rendah. dan Kemampuan Kerjasama Siswa SMA
Berkemampuan Atas dan Bawah di Kota Metro
Saran Lampung. Disertasi tidak diterbitkan. Malang
Program Pascasarjana Universitas Negeri
Dalam rangka peningkatan Malang.
keterampilan proses pada siswa SMP di
Sagala, S. 2009. Kemampuan Profesional Guru
kabupaten Minahasa Utara maka perlu dan Tenaga Kependidikan. Penerbit Alfabeta
dilakukan penelitian dan pelatihan dengan Bandung
menggunakan strategi pembelajaran inkuiri
terbimbing Suyanto. 2005. Inovasi Pembelajaran. Makalah
disajikan dalam acara Pelatihan Metodologi

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 107


Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian untuk
Peningkatan Kualitas pembelajaran, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Batam, 8-11
Agustus 2005.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 108


PEMBELAJARAN, MAKHLUK HIDUP ATAU BENDA MATI:
SUATU ANALOGI

Hadi Suwono
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5 Malang Telp: 0341-588077
E-mail: hadi_suwono@yahoo.com

Abstract
Artikel ini membuka diskusi tentang analogi pembelajaran. Pembelajaran dianalogikan sebagai
makhluk hidup, khususnya pembelajaran sains, dengan fokus pada pembandingan ciri-ciri makhluk hidup
dengan pembelajaran. Dengan harapan para pendidik lebih mengenal sosok pembelajaran sehingga
tidak memperlakukan pembelajaran sebagai benda mati yang statis tetapi sebagai “makhluk” yang
dinamis. Pembelajaran “tumbuh, berkembang, berkembangbiak, dan beradaptasi terhadap lingkungan”
selayaknya makhluk hidup. Pembelajaran juga memerlukan “nutrisi” dan “nutrisi” tersebut dapat
berperan menjadi faktor pembatas bagi pembelajaran. Pandangan bahwa pembelajaran sebagai
”makhluk hidup” akan memudahkan pendidik dalam mengenal, menelaah, dan mengembangkan
pembelajaran yang memfasilitasi siswa menguasai kosep, berpikir kritis, dan memecahkan masalah.
Kata-kata Kunci: Analogi, Pembelajaran, Makhluk Hidup.

Learning, Living Things or Non-living Things: an Analogy. This article opens a discussion
about the analogy of learning. Learning analogous as living things, especially the learning of science,
focusing on comparison the characteristics of living things and learning. When the teachers know the
nature of learning, they do not treat learning as a static objects but as dynamic living thing. Learning
"grow, reproduce, and adapt to the environment" like living things. Learning also requires a "nutrition"
and "nutrition" can play as limiting faktor for learning. View of learning as a "living things" will
facilitate teachers in identifying, analyzing, and developing the learning to facilitate students on concept
mastery, thinking critically, and solve problems.
Keywords: Analogy, Learning, Living Things.

1. PENDAHULUAN (kingdom), yaitu kerajaan tumbuhan dan


kerajaan hewan. Pada tahap berikutnya
Menarik, tulisan Mergel (1998)
setelah ditemukannya mikroskop diketahui
tentang analogi biologik dalam klasifikasi
bahwa ada organisme yang mengandung
teori belajar. Mergel menulis bahwa
klorofil dan mobile (dapat bergerak aktif),
klasifikasi teori-teori belajar agak analog
yang tidak memenuhi kriteria untuk dapat
dengan sistem klasifikasi yang dikembang-
dimasukkan ke dalam kerajaan hewan atau
kan oleh para ahli biologi dalam memilah
tumbuhan sehingga perlu dimunculkan
dan mengelompokkan makhluk hidup. Ahli
kerajaan protista untuk menampung
biologi mengklasifikasi makhluk hidup
oragnisme berklorofil dan mobile tersebut.
berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-
Kriteria yang tepat untuk protista masih
ciri. Klasifikasi dimulai dengan mendefinisi-
belum dibentuk, tetapi itu adalah wadah
kan ciri-ciri, menyusun kategori,
yang memberi tempat untuk semua
menetapkan kriteria, kemudian dilakukan
organisme yang tidak cocok untuk
pengelompokan makhluk hidup. Makhluk
dikelompokkan baik pada kerajaan hewan
hidup yang memiliki ciri yang sama
maupun kerajaan tumbuhan.
dimasukkan dalam unit yang sama (unit
Ahli biologi terus memodifikasi
disebut takson), makhluk hidup yang
sistem klasifikasi sebagai respons terhadap
memiliki ciri berbeda dipisahkan dalam unit-
munculnya penemuan-penemuan organisme
unit yang berbeda pula. Awalnya makhluk
baru dan sifat-sifatnya yang didukung oleh
hidup diklasifikasi ke dalam dua kerajaan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 109


kemajuan teknologi. Munculnya teknologi dipelajari dengan konsep yang dimilikinya
baru seperti mikroskop elektron memung- (Harrison dan Treagust, 2006).
kinkan pengamatan secara mendetail pada
bakteri sehingga diperlukan penambahan 2. APA, MENGAPA, BAGAIMANA
kerajaan baru, yakni Monera. Kemudian PEMBELAJARAN SAINS
setelah itu, ciri-ciri khas jamur telah
Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam
membawa pada upaya dimunculkan satu
(IPA) merupakan pengetahuan tentang sifat-
kerajaan lagi, yaitu Kerajaan Jamur.
sifat alam yang dikumpulkan oleh manusia
Perkembangan klasifikasi dalam
melalui serangkaian proses yang dilakukan
biologi analog dengan yang terjadi pada
secara sistematis (Abruscato, 1996). Brown
teori belajar. Mula-mula dikenal teori belajar
dan Shavelson (2001) menyatakan bahwa
behaviorisme dan kognitivisme. Identifikasi
IPA merupakan organisasi enam domain
karakteristik lebih jauh pada teori-teori
yaitu konsep, proses, penerapan, sikap
belajar, memunculkan pengembangan dan
positif, dan kreativitas. Carin (1993)
penyesuaian taksonomi lebih dari satu teori
menyatakan bahwa IPA tersusun atas
belajar yaitu teori belajar diklasifikasi ke
produk, proses, dan nilai atau sikap.
dalam behaviorisme, kognitivisme, kon-
Pernyataan Abruscato, Brown dan
struktivisme, postmodernisme, kontekstual-
Shavelson, serta Carin tersebut secara jelas
isme, dan lain-lain.
menunjukkan bahwa IPA memiliki tiga
Artikel ini membuka diskusi tentang
komponen yaitu produk, proses, dan sikap.
analogi pembelajaran. Pembelajaran
IPA sebagai produk memiliki pengertian
dianalogikan sebagai makhluk hidup,
bahwa IPA terdiri atas fakta-fakta, konsep,
khususnya pembelajaran sains dengan fokus
prinsip, teori, dan hukum. Produk IPA inilah
pada pembandingan ciri-ciri makhluk hidup
yang dipelajari siswa melalui kurikulum
dengan pembelajaran. Dengan harapan para
yang secara konseptual dirangkai untuk
pengembang pendidikan (baca: pendidik)
mengembangkan pemahaman siswa
lebih mengenal sosok pembelajaran
terhadap sifat-sifat alam. Produk IPA
sehingga tidak memperlakukan pembel-
merupakan inti dari pembelajaran IPA.
ajaran sebagai benda mati yang statis tetapi
Pemahaman siswa tentang produk IPA
sebagai “makhluk” yang dinamis. Tentu saja
merupakan pembelajaran yang penting
analogi tidak selalu tepat, tetapi diharapkan
karena tanpa memahami konsep, prinsip,
pemikiran ini menumbuhkan semangat
teori, dan hukum IPA siswa tidak dapat
pendidik untuk selalu mengembangkan
mengikuti perkembangan IPA dan teknologi
pembelajaran yang dinamis, interaktif,
(Brown dan Shavelson, 2001).
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
IPA sebagai proses menunjukkan
memotivasi peserta didik; selain itu juga
bahwa penemuan IPA melalui serangkaian
pembelajaran yang menumbuhkan
proses yang melibatkan penerapan
partisipasi aktif serta menumbuhkan ruang
keterampilan proses, oleh sebab itu
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
pembelajaran IPA juga melatih siswa
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
menggunakan keterampilan proses untuk
perkembangan fisik serta psikologis peserta
menemukan konsep-konsep IPA. Ada dua
didik; seperti yang diharapkan dalam
kelompok keterampilan proses yang perlu
Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang
dilatihkan di sekolah, yaitu keterampilan
Standar Proses.
proses dasar meliputi observasi,
Analogi adalah suatu cara untuk
membandingkan, mengklasifikasikan,
membangun pengetahuan, membangun teori,
mengukur dan menggunakan peralatan,
dan mengenali dunia (Aubusson, 2006).
mengkomuni-kasikan, menganalisis, dan
Analogi merupakan alat berpikir yang
mengevaluasi; serta keterampilan proses
membimbing pendengar dan pembaca untuk
terintegrasi, yaitu berpikir kritis,
melihat, mengenal, mengidentifikasi,
memecahkan masalah secara kreatif,
membandingkan, memaknai, menginter-
membuat keputusan, dan melakukan
pretasi, dan mengelaborasi pengetahuan
investigasi. Keterampilan proses IPA juga
baru. Analogi biasanya digunakan untuk
perlu dipelajari oleh siswa karena
mempelajari konsep baru sehingga pebelajar
kompetensi menggunakan keterampilan
dapat menghubungkan antara apa yang

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 110


proses akan membantu siswa mampu penyentuhan, perakitan, pengeksperimenan,
menerapkan pengetahunnya baik di kelas dan pengecapan.
maupun di luar kelas dan membangun Gagné (1985) dengan teori hirarki
keterampilan berpikir kritis dan pemecahan belajar menjelaskan bahwa kemampuan
masalah bagi siswa yang penting untuk belajar memiliki urutan yang hirarkis.
hidup di dunia nyata. Kemampuan kompleks hanya akan dikuasai
IPA sebagai kumpulan nilai memiliki jika kemampuan sederhana yang menjadi
makna bahwa penemuan IPA dilandasi oleh prasyaratnya telah dikuasai. Pembelajaran
sikap ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu IPA hendaknya dimulai dari hal-hal yang
dilatihkan kepada siswa agar siswa memiliki sederhana ke hal-hal yang kompleks. Gagné
sikap ilmiah. Siswa yang memiliki sikap memandang pemecahan masalah merupakan
ilmiah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, kemampuan belajar yang paling tinggi,
dapat mengambil keputusan, untuk mencapai kemampuan memecahkan
mengembangkan hasrat untuk mencari masalah, siswa perlu menguasai tingkat
jawaban, mendekati masalah dengan pikiran kemampuan yang lebih sederhana misalnya
yang terbuka, berlatih memecahkan diskriminasi, mempelajari konsep, dan
masalah, objektif, jujur, teliti, mampu mempelajari aturan. Bloom, dkk., (1956)
bekerjasama, dan senang meneliti. juga menekankan penguasaan berpikir
Penemuan IPA secara moral ditujukan untuk tingkat rendah untuk memperoleh
perbaikan hidup manusia, oleh sebab itu penguasaan berpikir tingkat tinggi.
pembelajaran IPA yang melatih siswa Pembelajaran IPA jangan hanya
menghasilkan penemuan serta mempelajari mempelajari dan menghafal konsepnya saja,
dampak dan penyebab dari penemuan IPA tetapi proses untuk mendapatkan konsep
tersebut mampu mendorong siswa memiliki juga penting karena melatih anak
kepekaan sosial. berketrampilan proses. Bruner (Arends,
Pada hakikatnya tujuan belajar IPA 1997) memberikan tekanan pada
tidak hanya untuk menghafal seperangkat “bagaimana caranya agar siswa memahami
fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum, sesuatu” dengan kata lain Bruner
tetapi yang penting adalah melatih belajar menekankan pada proses. Oleh sebab itu,
menemukan sendiri konsep, prinsip, hukum Bruner menyarankan pembelajaran
IPA, serta menggunakan hasil penemuan dilakukan dengan metode belajar penemuan
untuk berpikir kritis dan memecahkan (discovery learning) di mana siswa secara
masalah sehingga siswa dapat sukses aktif melakukan pencarian pengetahuan.
menerapkan pengetahuan IPA dalam Dalam pandangan konstruktivisme
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, tugas pengetahuan bersifat personal dan dibangun
guru dalam pembelajaran IPA tidak sekedar oleh individu melalui pengalaman (Arends,
menjadikan siswa hafal konsep-konsep IPA 1994). Belajar adalah penyusunan
saja tetapi yang lebih penting adalah pengetahuan dari pengalaman konkrit,
memfasilitasi penemuan konsep dan prinsip- aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta
prinsip IPA, serta melatih siswa memecah- interpretasi. Agar pemeblaajran berhasil,
kan masalah, berpikir kritis, dan memiliki lingkungan harus ditata agar pebelajar
sikap IPA. termotivasi dalam menggali makna.
Proses pembelajaran IPA didasarkan Pebelajar akan memiliki pemahaman yang
pada teori-teori belajar yang dikemukakan berbeda terhadap pengetahuan tergantung
oleh para ahli pendidikan. Piaget, Vygotsky, pada pengalamannya dan perspektif yang
Bloom, Gagne, Bruner, dan Ausubel adalah dipakai dalam menginterpretasikannya.
pakar teori belajar yang teorinya banyak Berdasarkan pandangan konstruktivisme
mempengaruhi pembelajaran IPA di pembelajaran IPA disarankan, (a) meng-
sekolah. Pembelajaran IPA hendaknya gunakan benda-benda nyata, (b) mengguna-
sesuai dengan tahap perkembangan anak, kan pendekatan yang sesuai dengan
misalnya untuk siswa pendidikan dasar perkembangan anak, (c) memperkenalkan
pembelajaran IPA dilaksanakan kegiatan yang menarik, (d) memberikan
menggunakan contoh-contoh kongkrit dan pertanyaan-pertanyaan dan masalah untuk
sebanyak mungkin melibatkan pengalaman- dipecahkan, (e) menganjurkan siswa untuk
pengalaman fisik yaitu melibatkan saling berinteraksi, (f) menghindari istilah-

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 111


istilah teknis, (g) menekankan pada utama yang harus dikuasai (kompetensi
kemampu-an berpikir kritis, (h) menekankan utama) sedangkan yang non esensial adalah
pada pemberian pengalaman belajar secara informasi/ pengetahuan tambahan untuk
langsung melalui penggunaan dan memperkaya khasanah siswa.
pengembangan keterampilan proses, (i) Dengan demikian, di dalam
melatih siswa berpikir dengan caranya pembelajaran pendidik harus menghadirkan
sendiri, (j) melatih siswa menghasilkan sumber belajar yang cukup dan beragam
karya yang kreatif dan inovatif. agar siswa mampu mendapatkan informasi
yang cukup untuk mengembangkan
3. ANALOGI PEMBELAJARAN kompetensinya.
DENGAN MAKHLUK HIDUP “Nutrisi” penting lain yang juga
diperlukan bagi pembelajaran adalah
Makluk hidup memiliki ciri yang berbeda
kesiapan siswa, kesiapan guru/pendidik,
dengan benda mati. Makhluk hidup
media, dan sumber belajar. Oleh sebab itu
memerlukan nutrisi, beradaptasi terhadap
dalam pembelajaran kesiapan pendidik dan
lingkungannya, tumbuh, berkembang,
siswa, ketersediaan media dan sumber
melakukan aktivitas metabolisme, peka
belajar menjadi bagian yang penting.
terhadap rangsang, dan memiliki sifat-sifat
Dalam suatu waktu saya berpikir
biologik lainnya. Sedangkan, benda mati
tentang "apa yang membatasi belajar dan
tidak memiliki sifat-sifat biologik.
bagaimana kita bisa meningkatkan kualitas
Pembelajaran adalah benda mati, tetapi jika
hasil belajar”. Kemudian saya teringat
kita memandang pembelajaran sebagai
konsep "Hukum Minimum” dari Liebig
”makhluk hidup” akan memudahkan bagi
yang banyak dibahas di Fisiologi
kita dalam mengenal, menelaah,
Tumbuhan, juga di Ekologi (dalam bahasan
mengembangkan pembelajaran sebagai
Hewan dan Lingkungan). Hukum minimum
suatu cara yang penting untuk mem-
Liebig menyatakan bahwa pertumbuhan
belajarkan siswa.
suatu organisme dipengaruhi oleh nutrisi
yang jumlahnya minimum atau dengan kata
3.1 Makhluk Hidup dan Pembelajaran
lain produksi organisme sebanding dengan
Memerlukan “Nutrisi”
jumlah gizi yang paling membatasi. Dari
Makhluk hidup memerlukan nutrisi teori ini, dapat disimpulkan bahwa jika
sebagai sumber energi, pembangun tubuh, nutrisi yang jumlahnya kurang tersebut
tumbuh, berkembang, dan berkembangbiak. dilengkapi maka hasil dapat ditingkatkan
Tumbuhan memerlukan tanah sebagai sampai pada titik jika jumlah nutrisi tersebut
sumber hara untuk membangun tubuh, terpenuhi.
memerlukan sinar matahari untuk Analoginya adalah hasil pembelajaran
berfotosintesis. Hewan memerlukan berbanding lurus dengan ketersediaan
makanan yang berasal dari hewan lain dan “nutrisi”. Seorang pendidik hendaknya dapat
tumbuhan sebagai nutrisi untuk tumbuh, mengidentifikasi/mendefinisikan hasil
berkembang, dan berkembangbiak. belajar serta nutrisi apa yang diperlukan
Pembelajaran juga memerlukan dalam pembelajaran, serta nutrisi apa
nutrisi untuk bisa tumbuh dan berkembang. dimungkinkan mampu membatasi hasil
Tanpa nutrisi pembelajaran akan mandeg, belajar.
membosankan, dan tidak memberikan hasil Belajar merupakan proses aktif ,
yang maksimal. Nutrisi bagi pembelajaran bermakna, dan berkelanjutan, oleh
terutama berupa informasi dan pengetahuan karenanya faktor-faktor pembatas perlu
yang menjadi bagian utama dari kompetensi dipenuhi.
yang harus dikuasai siswa. Jika 1. Kualitas belajar harus difokuskan pada
pembelajaran hanya memiliki nutrisi kesiapan manusia sebagai pendukung
minimal (informasi/ pengetahuan terbatas) utama sistem yaitu kesiapan pebelajar
maka hasil belajar yang diperoleh oleh dan kesiapan pendidik. Karena
siswa sebagai pebelajar juga terbatas. Nutrisi kekurangsiapan faktor manusia akan
bagi pembelajaran ada yang bersifat esensial menentukan hasil belajar
ada yang bersifat non esensial. Nutrisi yang 2. Inti pembelajaran utamanya adalah
esensial adalah informasi/pengetahuan mengkonstruk pemahaman, berpikir

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 112


kritis, dan memecahkan masalah, oleh pebelajar untuk mengembangkan potensinya
karena itu pembelajaran harus secara maksimal. Makhluk hidup
mengangkat masalah nyata dalam berkembang dari satu sel menjadi jaringan
kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan. dan organ yang rumit; pembelajaran dimulai
3. Lingkungan belajar sebaiknya diperkaya dari yang sederhana dan dilanjutkan dengan
dengan berbagai media dan sumber hal yang rumit.
belajar serta memberi kesempatan
pebelajar untuk belajar dengan gaya 3.3 Pembelajaran “Berkembangbiak”
belajar yang berbeda.
Semua makhluk hidup
4. Peran pendidik adalah sebagai
berkembangbiak, dan setiap makhluk hidup
fasilitator/moderator; pendidik memberi-
ingin keturunannya mampu bertahan hidup
kan kesempatan dan menyediakan ruang
di lingkunganya. Tidak ada induk yang
yang luas untuk terjadinya interaksi
menginginkan keturunan yang cacat, tidak
multiarah.
survive, dan tidak adaptif. Hewan dewasa
5. Kolaborasi yang memungkinkan
melahirkan anak-anak, anak-anak ini kelak
pebelajar berinteraksi satu sama lain
berkembang menjadi dewasa dan
diterapkan di dalam proses belajar
melahirkan keturunan-nya. Tumbuh-
mengajar, sehingga pebelajar mampu
tumbuhan berbunga tumbuh dewasa dan
mencapai potensi yang maksimal yang
menghasilkan bunga dan biji. Biji
dimilikinya.
disebarkan dan tumbuh menjadi individu
baru.
3.2 Pembelajaran Tumbuh dan Berkem-
Demikianlah, setiap makhluk hidup
bang
akan tumbuh dari kecil menjadi besar.
Makhluk hidup tumbuh dan Setelah berkembang menjadi dewasa
berkembang. Demikian pula dengan makhluk hidup akan menghasilkan
pembelajaran. Pembelajaran juga tumbuh keturunan baru. Dengan bertumbuh makhluk
dan berkembang. Pembelajaran selalu hidup dapat berkembang dari usia muda
mengalami partum-buhan karena teori-teori menjadi usia dewasa, dan dengan
belajar yang mendasari pembelajaran pun berkembangbiak makhluk hidup dapat
mengalami perkembangan. meneruskan kelestarian jenisnya.
Tumbuhan dan hewan tumbuh dari Pembelajaran juga tumbuh,
satu sel menjadi banyak sel. sel-sel tersebut berkembang dan berkembangbiak.
berdiferensiasi menjadi jaringan, jaringan Pembelajaran seharusnya mengajarkan
menyusun organ, organ-organ membentuk pebelajar sebagai cara untuk belajar
sistem organ, sistem organ menjalankan sehingga pembelajaran menjadi milik
fungsi suatu makhluk hidup. Hewan dan pebelajar; dan pebelajar memahami bahwa
tumbuhan yang pada saat embrio hanya apa yang telah dipelajari memiliki makna
terdiri atas beberapa sel, setelah dewasa bagi kehidupannya. Dalam proses
tumbuh dan berkembang menjadi organisme pembelajaran yang ditransfer bukan hanya
yang kompleks. Tumbuhan memiliki akar informasi, konsep, cara berpikir, sikap,
dan batang yang bercabang-cabang, serta psikomotorik, tetapi juga cara belajar itu
daun, bunga, biji, dan buah. Hewan juga sendiri.
tumbuh dan berkembang menjadi suatu Hasil belajar (yang terdiri dari
sistem yang rumit. informasi, konsep, prinsip, cara berpikir,
Belajar adalah mengumpulkan, cara belajar, sikap, psikomotorik)
menyaring, mengkonstruk informasi, selanjutnya diterapkan oleh siswa dalam
pengetahuan, opini, dan pikiran-pikiran. kehidupan sehari-hari dan hasil belajar ini
Pembelajaran hendaknya merangsang bisa ditransfer dari satu pebelajar ke
pertumbuhan mental pebelajar melalui pebelajar lain. Seperti sebuah ovum dan
proses memahami, mencontoh, mengktitisi, sperma yang mengandung DNA,
berbuat, dan berkolaborasi. Oleh sebab itu pembelajaran mengandung kompetensi
perancang pembelajaran perlu memahami berupa pengetahuan, nilai, sikap,
bahwa pembelajaran harus selalu tumbuh keterampilan dan cara belajar yang dapat
dan berkembang dan menjadi wahana bagi

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 113


diwariskan dari pendidik kepada pebelajar, sadar dan selektif (bermanfaat, penting, dan
dari satu pebelajar ke pebelajar lainnya. masuk akal). Orang dikatakan sudah belajar
jika dalam pikiran orang tersebut terjadi
3.4 Makhluk Hidup dan Pembelajaran: proses penyusunan kembali (restrukturisasi)
Beradaptasi kerangka pengetahuannya. Jadi menghafal
materi pelajaran bukanlah kegiatan belajar.
Dahulu para guru beranggapan bahwa
Pendidikan diselenggarakan sebagai
murid atau pebelajar sudah belajar jika apa
proses pembudayaan dan pemberdayaan
yang disampaikan guru di dalam kelas bisa
peserta didik yang berlangsung sepanjang
disampaikan ulang oleh murid persis seperti
hayat. Dalam proses tersebut diperlukan
apa yang diinginkan guru. Murid dianggap
pendidik yang memberikan keteladanan,
tidak belajar kalau tidak bisa menghafalkan
membangun kemauan, dan mengembangkan
apa yang sudah diajarkan guru kepadanya.
potensi dan kreativitas peserta didik.
Hubungan guru dan siswa di kelas adalah
Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran
guru mengajar dan siswa mendengar dan
paradigma proses pendidikan, yaitu dari
mencatat. Tidak pernah ada yang
paradigma pengajaran ke paradigma
mengatakan bahwa guru belajar dari murid.
pembelajaran. Pembelajaran adalah proses
Jika murid menjawab pertanyaan guru
interaksi peserta didik dengan pendidik dan
dengan menggunakan kata-kata mereka
sumber belajar pada suatu lingkungan
sendiri dan isinya berbeda dari yang
belajar. Proses pembelajaran perlu
dikehendaki guru maka murid tersebut
direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan
dianggap tidak belajar. Agar murid “belajar
diawasi agar terlaksana secara efektif dan
dengan benar” maka perlu bagi guru untuk
efisien. Proses belajar dikelas digerakkan
menyampaikan (mengajarkan) semua yang
oleh pembelajaran. Filosofi, teori, dan
“guru inginkan supaya diketahui murid”
praktik-praktik pembelajaran telah tumbuh
secara langsung. Guru (aktif) menyiarkan
dan berkembang.
informasi dan murid (pasif) menyerap
Pembelajaran haruslah beradaptasi
informasi tersebut. Murid diperlakukan
terhadap perkembangan jaman.
sebagai objek yang harus melakukan semua
Pembelajaran dikembangkan sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh guru. Murid
perkembangan teori belajar dan
menjadi tertekan karena tututan guru belum
perkembangan teknologi. Pembelajaran
tentu sama dengan yang dikehendaki murid.
harus mampu menyiapkan siswa agar
Suasana belajar di sekolah bagi sebagian
memiliki kemampuan berpikir dan bekerja
besar murid menjadi pengalaman yang
kritis, kreatif, kolaboratif, memahami
membangkitkan rasa cemas, tertekan dan
budaya asing, dapat berkomunikasi, dapat
tidak menyenangkan.
menggunakan komputer, berkarir, dan
Pandangan para ahli pendidikan saat
mempelajari kemampuan diri. Perubahan
ini yang berlandaskan pada filosofi
paradigma pembelajaran yang perlu
konstruk-tivisme menentang pandangan
diterapkan adalah: dari peran pendidik
yang mengatakan bahwa belajar adalah
sebagai sumber pengetahuan menjadi
proses menyerap yang bersifat pasif.
pendidik sebagai fasilitator yang
Menurut konstruktivisme belajar adalah
memfasilitasi penguasaan pengetahuan; dari
kegiatan yang dilakukan oleh murid secara
belajar menguasai kurikulum secara
aktif. Murid tidak sekedar menyerap
langsung menjadi belajar menerapkan apa
informasi dari guru dan kemudian
yang dipelajari dalam kurikulum ke dalam
memantulkan kembali apa yang diterima.
pemecahan masalah sehari-hari; dari belajar
Murid secara aktif menyeleksi informasi,
pengetahuan faktual menjadi belajar
memberi arti pada informasi tersebut
memecahkan masalah; dari belajar
walaupun informasi tersebut belum secara
memahami pengetahuan menjadi belajar
lengkap tersedia. Jadi inti dari belajar
berpikir kritis; dari belajar sesuai prosedur/
adalah, (1) kegiatan yang dilakukan secara
resep menjadi belajar untuk menemukan dan
aktif oleh pebelajar, (2) kegiatan aktif
menciptakan hal baru; dari belajar individual
mengkonstruksi pengetahuan dari informasi
menjadi belajar kolaboratif; dari belajar
yang diterima indera dan telah melewati
menggunakan monomedia menjadi belajar
proses seleksi, (3) kegiatan dilakukan secara

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 114


menggunakan multimedia; dari belajar Metabolisme sosial (Padovan, 2000)
monodisiplin menjadi belajar multidisiplin. adalah the particular form in which societes
establish maintain their materials input from
3.5 Peka terhadap Rangsang and output to nature; the mode in which they
organize the exchange of matter and energy
Makhluk hidup memiliki kemampuan
with their natural environment. Metabolisme
menanggapi rangsang yang disebut sebagai
pembelajaran memiliki karakteristik:
iritabilita. Karena adanya rangsangan,
pembelajaran adalah suatu sistem; terjadi
mahkhluk hidup harus “bereaksi”.
pertukaran materi dan energi dengan
Adakalanya reaksinya itu berupa gerakan.
lingkungannya (suprasistemnya); terjadi
Gerak berarti perpindahan sebagian atau
transformasi materi dan energi dalam
seluruh bagian tubuh makhluk hidup. Jadi
sistem; organisasi untuk mengatur agar
sebenarnya gerak merupakan suatu
sistem berfungsi optimal.
perwujudan dari kepekaan makhluk hidup
terhadap rangsang dari luar. Umumnya,
3.7 Pendidik adalah ”ADN”pembelajaran
hewan dapat bergerak aktif sedangkan
tumbuhan bergerak secara pasif. Pendidik adalah agen pembaruan
Pembelajaran juga harus peka pembelajaran karena pendidik memiliki
terhadap rangsang dalam arti pembelajaran kompetensi pedagogik, kompetensi
harus berubah secara cepat untuk kepribadian, kompetensi profesional, dan
menanggapi variabel lingkungan yang kompetensi sosial. Pendidik memiliki
berubah. Stimulus yang dapat kompetensi profesional jika selalu
mempengaruhi pembelajaran dapat berasal meningkatkan dan mengembangkan
rangsang dari luar, misalnya perkembangan kompetensi secara berkelanjutan sejalan
kebijakan pendidikan nasional, dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
perkembangan teknologi, dan tuntutan teknologi, dan seni. Pendidik harus
masyarakat; selain itu juga rangsangan dari senantiasa berusaha memperbaiki kinerjanya
dalam, misalnya kondisi siswa di kelas, dan mengatasi masalah-masalah
ketersediaan media dan sumber belajar, dan pembelajaran dan senantiasa mengikuti
situasi kelas/sekolah. perubahan.
Kebijakan kurikulum dari kurikulum bersifat Proses pembelajaran inspiratif yang
nasional menjadi kurikulum tingkat satuan diselenggarakan hendaknya dapat
pendidikan, haruslah dimaknai bahwa mendorong semangat untuk belajar dan
pembelajaran (tujuan, proses, evaluasi) menumbuhkan inspirasi pada peserta didik
sesuai standar mutu nasional, disesuaikan untuk memunculkan ide baru,
dan diperkaya dengan sumberdaya lokal. mengembangkan inisiatif, dan kreativitas.
Sumberdaya lokal ini meliputi potensi siswa, Proses pembelajaran juga diusahakan agar
keragaman potensi daerah, peran serta dan dapat mengarahkan siswa untuk mencari
dukungan masyarakat, sosio-budaya lokal, pemecahan masalah, mengembangkan
ketersediaan sumber belajar, nilai-nilai semangat pentang menyerah, melakukan
masyarakat lokal, dan perkembangan percobaan untuk menjawab keingin-
IPTEKS. tahuannya. Proses pembelajaran harus dapat
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif,
3.6 Metabolisme Pembelajaran mendorong siswa untuk terlibat dalam setiap
peristiwa belajar yang sedang dilakukan.
Di dalam tubuh makhluk hidup
Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa
berlangsung reaksi penyusunan dan
dalam proses pembelajaran pendidik harus
penguraian (metabolisme). Reaksi
menciptakan suasana sedemikian rupa
penyusunan dikenal sebagai anabolisme,
sehingga siswa aktif bertanya, memper-
misalnya sel-sel tubuh menyusun protein,
tanyakan, dan mengemukakan gagasan.
lemak; sel tumbuhan menyusun zat organik
Belajar harus merupakan suatu proses
melalui fotosintesis. Reaksi penguraian
aktif dari siswa dalam membangun
dikenal sebagai katabolisme, misalnya sel-
pengetahu-annya, bukan hanya proses pasif
sel tubuh melakukan penguraian gula
yang hanya menerima penjelasan dari guru
menjadi karbondioksida, air, dan energi.
tentang pengetahuan. Pendapat ini sejalan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 115


dengan pendapat Vygotsky bahwa ada Aubusson, P.J. 2006. Can Analogy Help in
keterkaitan antara bahasa dan pikiran. Science Education Research? Dalam: Methaphor
Dengan aktif berbicara siswa lebih mengerti Analogy in Science Education. Aubusson, P.J.,
konsep atau materi yang dipelajari. Harrison, A.G., dan Ritchie, S.M (Eds).
Springer: Dordrecht, the Netherlands.
Pembelajaran harus kreatif artinya
http://books.google.co.id/books?id=xZW7o2i_R
menumbuhkan daya cipta. Peran aktif siswa HgC&pg=PA169&lpg=PA169&dq=the+analogy
dalam proses pembelajaran akan +of+constructivisms+on+organisms+characterist
menghasilkan generasi yang kreatif, artinya ic&source=bl&ots=J3sVP6QiNa&sig=r5nUOJc
generasi yang mampu menghasilkan sesuatu QaWxbETtXTwYhrin9ifw&hl=id&ei=KyTOT
untuk kepentingan dirinya dan orang lain. M7AFIqMvQPprwN&sa=X&oi=book_result&ct
Kreatif juga dimaksudkan agar pendidik =result&resnum=7&ved=0CDkQ6AEwBg#v=on
menciptakan kegiatan-kegiatan belajar yang epage&q&f=false. Diakses 30 Oktober 2010.
beragam sehingga memenuhi berbagai Blooms, B.S., Engelhart, D.M., Hill, W.H., dan
tingkat kemampuan siswa. Krathwohl, D.R. 1956. Taxonomy of Educational
Guru adalah pembaharu pembelajaran Objectives, The Clasification of Educational
dan mewariskan cara-cara belajar yang baik Goal. Handbook 1. Cognitive Domain. London:
kepada siswanya. Jadi guru adalah semacam Longkam Group, Ltd.
”ADN” yang mentranslasi ide yang Brown, J.H. dan Shavelson, R.J. 2001. Assesing
terwujudkan sebagai interaksi proses belajar Hands-on Science, a Teacher Guide to
mengajar di kelas. Performance Assesment. Thousand Oaks,
California: Corwin Press, Inc.
4. KESIMPULAN Carin, A.A. 1993. Teaching Modern Science.
Pembelajaran memiliki ciri yang New York: McMillan Publishing Company.
analog dengan makhluk hidup. Gagne, R.M. 1985. The Condition of Learning.
Pembelajaran bukan benda mati yang statis New York: Holt, Rinehart and Winston.
tetapi sebagai “makhluk” yang dinamis.
Harrison, A.G. dan Treagust, D.F. 2006.
Pembelajaran “tumbuh, berkembang, Teaching and Learning with Analogies. Dalam:
berkembangbiak, dan beradaptasi terhadap Methaphor Analogy in Science Education.
lingkungan” selayaknya makhluk hidup. Aubusson, P.J., Harrison, A.G., dan Ritchie, S.M
Pembelajaran juga memerlukan “nutrisi” (Eds). Springer: Dordrecht, the Netherlands.
dan “nutrisi” tersebut dapat berperan http://books.google.co.id/books?id=xZW7o2i_R
menjadi faktor pembatas bagi pembelajaran. HgC&pg=PA169&lpg=PA169&dq=the+analogy
Pandangan bahwa pembelajaran sebagai +of+constructivisms+on+organisms+characterist
”makhluk hidup” akan memudahkan ic&source=bl&ots=J3sVP6QiNa&sig=r5nUOJc
pendidik dalam mengenal, menelaah, dan QaWxbETtXTwYhrin9ifw&hl=id&ei=KyTOT
M7AFIqMvQPpr-wN&sa=X&oi=book_result&
mengembangkan pembelajaran yang
ct=result&resnum=7&ved=0CDkQ6AEwBg#v=
memfasilitasi siswa menguasai kosep, onepage&q&f=false. Diakses 30 Oktober 2010.
berpikir kritis, dan memecahkan masalah.
Guru memiliki peran penting dan Padovan, D. 2000. The Concept of Social
menentukan terhadap mutu pembelajaran. Metabolism in Classical Sociology. Revista
Theomay (edicion electronica), Numero 2.
Guru adalah semacam ”ADN” yang
Argentina: Red Internacional de Estudios sobre
mentranslasi ide yang terwujudkan sebagai Sociedad, Naturaleza Desarrollo Universidad
interaksi proses belajar mengajar di kelas. Nacional de Quilmes.

5. DAFTAR PUSTAKA
Abruscato, J. 1996. Teaching Children Science,
A Discovery Approach. Boston: Allyn and
Bacon.
Arends, R.I. 1994. Learning to Teach. New
York: McGraw-Hill Comapnies, Inc.
Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and
Management. New York: McGraw-Hill
Comapnies, Inc.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 116


GAMBARAN UMUM PROFIL GURU DAN KARAKTERISTIK
PEMBELAJARAN IOLOGI DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR DI SEKOLAH SMA KOTA DENPASAR

Cornelius Sri Murdo Yuwono


Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar
Jln. Kamboja No. 11A Denpasar.80223
Telp: 0361-240985, Fax: 0361-240985
E-mail: Cornelius_smy@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran umum profil guru dan karakteristik
pembelajaran biologi dalam meningkatkan hasil belajar di sekolah SMA Kota Denpasar, hasil penelitian
dapat digunakan sebagai alasan, tindakan pengambilan keputusan dan meneruskan kebijakan dalam
pendidikan biologi SMA, juga sebagai analisis kebutuhan untuk penelitian selanjutnya. Data diperoleh
dengan menyebarkan kuesioner kepada semua guru biologi SMA Negeri dan Swasta di Kota Denpasar
pada bulan Juli – Agustus 2010. Analisis data menggunakan analisis deskriptif untuk mendapatkan
gambaran umum profil guru dan karakteristik pembelajaran biologi. Hasil penelitian profil guru biologi
SMA di Kota Denpasar lebih banyak guru laki-laki 52,75%, jenjang pendidikan S1 pendidikan 80%,
non kependidikan dengan akta mengajar IV 10%, 10% lainnya berpendidikan S2, usia antara 36 – 55
tahun (70%), masa kerja antara 21-55 tahun (6,52%). 72,5% guru berdomisili di Denpasar. Keikutsertaan
dalam forum ilmiah seminar 60%, workshop 67,5%. Karakteristik pembelajaran masih berpusat pada
guru, belum sepenuhnya berpendekatan konstruktivisme, serta menerapkan pembelajaran kooperatif.
Hasil belajar diukur dengan ranah kognitif, sedang pemberdayaan keterampilan metakognisi belum
dilakukan secara terencana, demikian juga retensi hasil belajar. Berdasar penelitian dipandang perlu
sosialisasi, pelatihan, penelitian tentang karakteristik pembelajaran biologi melalui model pembelajaran
kooperatif, salah satu model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat digunakan untuk mengatasi hasil
belajar, keterampilan metakognisi dan retensi.

Keywords: Profil guru biologi,karakteristik pembelajaran,hasil belajar,SMA kota Denpasar

1. PENDAHULUAN Standar Pendidikan Nasional yang meliputi


standar isi, standar kompetensi lulusan,
UU RI. No. 20 tahun 2003 tentang
standar proses, standar pendidik dan tenaga
Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1
kependidikan, standar sarana/prasarana,
menyatakan: Pendidikan adalah usaha sadar
standar pengelolaan, standar pembiayaan,
dan terencana untuk pembelajaran agar pe-
dan standar penilaian (Depdiknas, 2005).
serta didik secara aktif mengembangkan po-
Standar pendidikan disusun sebagai
tensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiri-
upaya meningkatkan kualitas pendidikan
tual keagamaan, pengendalian diri, kepri-
nasional terkait dengan persaingan di era
badian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kete-
global dengan ciri; dunia tanpa batas,
rampilan yang diperlukan dirinya, mayara-
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kat, bangsa dan Negara. Sedang untuk me-
kesadaran terhadap hak dan kewajiban asasi
ningkatkan kualitas pendidikan nasional ter-
manusia, dan kerjasama serta kompetisi
tuang dalam pasal 3, bahwa tujuan pendidik-
antar bangsa (Tilaar, 2002). Era global ini
an adalah untuk berkembangnya potensi
menuntut setiap manusia pada suatu bangsa
peserta didik agar menjadi manusia yang
untuk meningkatkan kualitas pendidikannya.
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Oleh karena itu sistem pendidikan nasional
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
harus bersifat dinamis, fleksibel, sehingga
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
outcome yang dihasilkan dapat berdaya
negara yang demokratis serta bertanggung-
saing tinggi, menyerap perubahan serta per-
jawab (Depdiknas, 2003). Lahirnya undang-
kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
undang ini diikuti dengan peraturan
Mulyasa, 2009. Menyatakan bahwa
pemerintah PP No. 19 Tahun 2005 tentang
pemerintah telah mempercepat pencanangan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 117


Milleniun Development Goals, yang semula untuk menemukan atau menerapkan ide-
dicanangkan tahun 2020 dipercepat menjadi idenya sendiri (Trianto, 2007). Pembelajaran
2015. Millenium Development Goals adalah konstruktivisme merupakan dasar dari
era pasar bebas sebagai era persaingan mutu pembelajaran kooperatif. Pembelajaran koo-
dan kualitas, siapa yang berkualitas dialah peratif merupakan strategi pengajaran yang
yang akan maju dan mampu mempertahan- melibatkan siswa bekerja secara berkola-
kan eksistensinya. Pengembangan sumber borasi untuk mencapai tujuan bersama
daya manusia (SDM) berkualitas merupakan (Eggen dan Kauchak, 1996 dalam Trianto,
suatu keniscayaan yang tidak dapat ditawar- 2007). Komponen esensial pembelajaran
tawar lagi. kooperatif menurut Johnson,et all, (2004)
Salah satu indikator menghadapi era terdiri dari (1) interdependensi positif, (2)
pasar bebas dalam pendidikan adalah me- Interaksi penawaran bertatap muka, (3)
lalui perbaikan aspek pembelajaran. Mata Akuntabilitas individu, (4) Keterampilan
pelajaran biologi merupakan salah satu mata antar pribadi dan kelompok kecil, (5) dan
pelajaran wajib yang tertuang dalam proses kelompok. Pembelajaran kooperatif
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang melalui komponen kooperatif dapat mening-
Standar Isi dan Permendiknas No. 23 Tahun katkan hasil belajar siswa. Peningkatan
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, kualitas guru biologi sangat mendukung
yang harus diberikan kepada siswa di dalam pembelajaran di kelas. peningkatan
sekolah sebagai salah satu isi kurikulum kualitas para guru melalui, seminar, pelatih-
tingkat satuan pendidikan. Mata pelajaran an, loka karya, dan lainnya. Permendiknas
Biologi dikembangkan melalui kemampuan No. 16 Tahun 2007 menentukan kualifikasi
berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk dan kompetensi pendidik. Seorang guru
menyelesaikan masalah yang berkaitan harus mcmpunyai kualifikasi sarjana Sl
dengan peristiwa alam sekitar. baik secara sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan di
kualitatif maupun kuantitatif, serta perma- sekolahnya (Depdiknas, 2007d). Seorang
salahan yang yang terkait dengan penerapan- guru harus memiliki empat kompetensi,
nya untuk membangun teknologi guna yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi
mengatasi permasalahan kehidupan. Melalui pedagogik, kompetensi profesional, dan
Biologi siswa dibekali pengetahuan me- kompetensi sosial. Selanjutnya, dalam
ngenai kehidupan masa lalu, sekarang dan Permendiknas No. 18 Tahun 2007 telah
yang akan datang. Materi Biologi yang ditentukan sertifikasi profesi guru
diberikan kepada siswa meliputi Biologi (Depdiknas, 2007b).
sebagai proses inkuiri, sejarah konsep Berdasarkan rasionalitas yang harus
Biologi, evolusi, keanekaragaman dan ada pada guru Biologi, maka diperlukan
keseragaman, genetik dan keberlangsungan gambaran umum profil guru Biologi dan ka-
hidup, organisme dan lingkungan, struktur rakterteristik pembelajaran yang dilakasana-
dan fungsi, dan regulasi (Depdiknas, 2007a). kan selama ini, guna pengembangan dan
Upaya peningkatan pembelajaran peningkatan kondisi yang ada selama ini
Biologi dalam rangka meningkatkan kualitas menuju perbaikan dan peningkatan kualitas
pembelajaran dapat dilakukan dengan me- pembelajaran dan pendidikan secara urnum.
ninggalkan paradigma lama menuju paradig- Disdikpora (2009) berdasarkan visi dan misi
ma baru melalui pengembangan pembela- Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
jaran berorientasi konstruktivisme. Pembela- Kota Denpasar diarahkan kepada pemerata-
jaran konstruktivisme menyatakan bahwa an peningkatan akses pendidikan, peningkat-
siswa harus menemukan sendiri dan an mutu, efisiensi dan efektivitas pendidik-
mentransformasikan informasi kompleks, an, pendidikan yang berkesuaian (relevansi
mengecek informasi baru dan merevisinya. pendidikan) dan peningkatan kapasitas
Siswa benar-benar memahami dan dapat manajemen. Terkait dengan pendidik dan
menerapkan pengetahuan, bekerja meme- proses pembelajaran oleh guru, maka
cahkan masalah, menemukan sesuatu untuk diperlukan penelitian yang mengungkap
dirinya. Peran guru adalah tidak hanya gambaran umum profil guru Biologi dan
sekedar memberikan pengetahuan kepada karakteristik pembelajarannya.
siswa, tetapi memberikan kemudahan untuk
proses dengan memberi kesempatan siswa

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 118


2. METODE Berdasarkan pangkat dan golongan
Penelitian ini merupakan penelitian kepegawaian, terdistribusi pada golongan
deskriptif yang bertujuan untuk mengungkap IV/c. 1 orang (2,5%), IV/b. 2 orang (5%),
gambaran umum profil guru Biologi SMA di IV/a. 29 orang (72,5%), III/c. 3 orang
Kota Denpasar dan bagaimana karaktereris- (7,5%), Ill/a. 5 orang (12,5%).
tik pembelajarannya. Penelitian dilakukan
pada bulan Juli-Agustus 2010, kepada 3.2.2 Masa Kerja
seluruh guru Biologi SMA di Kota Denpasar Jumlah guru yang telah mengabdi di
berjumlah 40 orang. Instrumen kuisioner sekolah 1-10 tahun berjumlah 7 orang
yang berhubungan dengan jumlah SMA (17,5%), 11-20 tahun 8 orang (20%), 21-30
negeri dan swasta, profil guru meliputi: tahun 23 orang (57,5%), dan masa kerja 31
identitas diri, jenis kelamin, pangkat/go- tahun keatas 2 orang (5%).
longan, umur, tempat tinggal, pendidikan,
keikutsertaan dalam forum ilmiah, dan 3.2.3 Umur
keikutsertaan pendidikan dan pelatihan. Umur guru biologi SMA di Kota
Karakteristik pembelajaran yang diungkap Denpasar terdistribusi dari 25 -35 tahun
meliputi pemahaman umum pembelajaran berjumlah 12 orang (30%), 36 – 45 tahun
biologi yang berorientasi konstruktivisme, berjumlah 15 orang (37,5%), dan 46-55
perubahan paradigma teaching menjadi tahun berjumlah 13 orang (32,5%)
learning, strategi pembelajaran yang
dominan dilakukan, pemahaman tentang 3.2.4 Tempat tinggal
model pembelajaran kooperatif, pemahaman Tempat tinggal guru di kota Denpasar
model kooperatif Jigsaw Asli Aronson dan berjumlah 30 orang (75%), tempat tinggal di
Jigsaw II Slavin pemahaman dan aplikasi kabupaten Badung 10 orang (25%) dengan
hasil belajar, keterampilan metakognisi, dan jarak 5-10 km untuk mencapai sekolah
retensi serta pembedayaan siswa berkemam-
puan akademik berbeda. Data dianalisis 3.2.5 Pendidikan
secara deskriptif interpretatif. Berdasarkan pendidikan terakhir yang
dimiliki, guru Biologi SMA di Kota
3. HAS1L Denpasar memiliki pendidikan terakhir S2
Gambaran umum profil guru Biologi pendidikan (manajemen dan teknologi) 2
dan karakteristik pembelajarannya dipetakan orang (5%), S2 non pendidikan 2 orang
menurut kategori sebagai berikut. (5%) S1 Pendidikan Biologi 32 orang
(80%), S1 non ke pendidikan (biologi dan
3.1 Jumlah Sekolah. pertanian) memiliki akta IV 4 orang (10%)
Jumlah SMA Negeri ada 8 sekolah
tersebar dalam empat kecamatan yaitu 3.2.6 Keikutsertaan dalam forum ilmiah 3
kecamatan Denpasar Selatan (SMAN 2, tahun terakhir
SMAN 5, SMAN 6); kecamatan Denpasar Tiga jenis kegiatan meliputi seminar,
Timur (SMAN 3): kecamatan Denpasar lokakarya, dan simposium. Dari guru SMA
Utara (SMAN 1, SMAN 7, SMAN 8), di kota Denpasar yang mengikuti kegiatan
kecamatan Denpasar Barat (SMAN 4), seminar 24 orang (60%), Lokakarya 11
sedang SMA Swasta tersebar dalam 4 orang (27,5%), dan simposium 3 orang
kecamatan berjumlah 22 sekolah (7,5%), guru sebagai peserta (100%).

3.2 Identitas diri 3.2.7. Keikutsertaan pendidikan dan


3.2.1 JenisKelamin pelatihan (diklat/workshop) 3 tahun
Menurut perbandingan jenis kelamin, terakhir.
guru Biologi SMA di Kota Denpasar Pelatihan profesi guru yang berkaitan
terdistribusi pada jenis kelamin laki-laki dengan pembelajaran guru biologi yang
berjumlah 21 orang (52,75%) dan wanita 19 pernah mengikuti diklat sebanyak 14 orang
orang (47,5%). (35%), workshop sebanyak 27 orang
(67,5%)
3.2.2 Pangkat/Golongan Kepegawaian
3.2. Karakteristik Pembelajaran Biologi

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 119


3.3.1 Pengalaman pembelajaran di kelas Guru Biologi SMA di kota Denpasar
Berdasarkan pengalaman pembelajar- 100% tidak mengetahui perbedaan antara
an di kelas menggunakan sistem pembela- sintaks pada Jigsaw Asli Aronson maupun
jaran berpusat pada siswa 37 guru (92,5%), pada sintaks Jigsaw II Slavin.
namun alasan yang diungkapkan ternyata
tidak secara keseluruhan berpusat kepada 3.3.8 Pengertian kemampuan akademik
siswa, masih ada kombinasi. Pengertian kemampuan akademik
siswa dijawab oleh guru biologi SMA di
3.3.2 Penerapan pembelajaran Kota Denpasar 34 orang (85%) bahwa guru
Guru Biologi yang menerapkan pem- mengetahui definisi kemampuan akademik
belajaran dengan orientasi model pembe- siswa, sedangkan 6 orang (15%) tidak
lajaran konvensional 7 0rang 17,5(%), menjawab. Hasil jawaban tentang pengertian
model pembelajaran semi kooperatif (tidak kemampuan akademik oleh 34 guru ternyata
mengikuti semua sintaks kooperatif) 24 belum dijawab dengan benar, mereka
orang (60%), model pembelajaran kooperatif menjawab kemampuan akademik adalah
sesuai dengan langkah-langkah kooperatif sama dengan hasil belajar kognitif.
9 orang (22,5%).
3.3.9 Pemberdayaan siswa berdasarkan
3.3.3 Macam model pembelajaran kemampuan akademik
kooperatif Secara teori guru menjawab pember-
Guru mengenal model pembelajaran dayaan kemampuan akademik adalah
kooperatif STAD 29 orang (87,95%) TGT penting ada 32 orang (80%), namun dalam
11 orang (33,3%), TPS 4 orang (12%), pembelajaran di kelas 36 orang (90%) tidak
Jigsaw 20 orang (60,6%).GI 3 orang (9%), pernah memperhatikan kemampuan akade-
mik siswa, selain itu semua guru tidak tahu
3.3.4 Pembelajaran kooperatif Jigsaw bagaimana langkah-langkah dalam member-
Guru biologi 36 orang (90%) menge- dayakan kemampuan akademik siswa.
nal model pembelajaran kooperatif Jigsaw, Berarti guru biologi SMA di Kota Denpasar
dari 36 tidak mengenal langkah-langkah belum memberdayakan kemampuan
Jigsaw 6 orang (16,6%), mengenal tapi salah akademik siswa dalam pembelajaran biologi
13 orang (36,1%), dan yang mengenal dan di kelas.
benar 17 orang (47,2%).
3.3.10 Bentuk penilaian hasil belajar
3.3.5 Kelebihan dan kekurangan model biologi
pembelajaran kooperatif Jigsaw Bentuk penilaian hasil belajar yang
Guru Biologi yang mengetahui kele- dilakukan guru biologi SMA di kota
bihan dan kekurangan model pembelajaran Denpasar: Portofolio 28 orang (70%); Paper
kooperatif Jigsaw secara utuh sebanyak 11 and pencil test 19 orang (47,5%), Tes
orang (27,5%, yang tidak mengetahui Performasi 16 orang (40%), Tes Lisan 26
sebanyak 19 orang (72,5%). orang (65%).

3.3.6 Macam-macam model pembelajaran 3.3.11 Aspek yang dinilai dalam hasil
kooperatif Jigsaw belajar
Guru biologi yang menyatakan bahwa Aspek kognitif yang paling banyak
model pembelajaran kooperatif Jigsaw dilakukan oleh guru sebanyak 37 orang
hanya satu macam 30 orang (75%%) (92,5%), sisanya menggunakan aspek afektif
dikenal dengan Jigsaw, sedangkan 10 (25%) dan psikomotor. Guru yang melaksnakan tes
tidak mengenal Jigsaw. dengan ranah kognitif pada C1-C4 sebanyak
Dari ke 30 orang yang mengenal 38 orang (95%), C1-C6 sebanyak 2 orang
Jigsaw 100% tidak tahu kalau ada Jigsaw (5%).
Asli Aronson dan Jigsaw II Slavin.
3.3.12 Pengertian dari Keterampilan
3.3.7 Perbedaan sintaks Jigsaw Asli metakognisi
Aronson dan Jigsaw II Slavin Semua guru biologi SMA di kota
Denpasar tidak mengenal dan memahami

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 120


keterampilan metakognisi, mereka berang- dalam mengembangkan profesi guru 35%
gapan bahwa metakognisi sama dengan guru biologi SMA di kota Denpasar
kognitif. mengikuti diklat yang berhubungan dengan
pembelajaran. Pemberdayaan peningkatan
3.3.13 Pengertian dari Retensi profesi guru biologi kedepan harus
Guru biologi SMA di kota Denpasar ditingkatan.
semuanya tidak menjawab pengertian Pernyataan guru bahwa dalam pembe-
retensi, ini berarti bahwa guru biologi belum lajaran di kelas berpusat pada siswa ternyata
mengenal dan memahami retensi hasil tidak dipahami benar apa arti pembelajaran
belajar siswa. berpusat pada siswa, ini menunjukkan guru
biologi belum memahami pembelajaran
4 PEMBAHASAN berorientasi konstrukstivisme, hal ini akan
berpengaruh saat guru membawakan pem-
4.1. Gambaran umum Profil Guru dan
belajaran, guru masih ikut terlibat secara
Karakteristik Pembelajarannya
langsung dibandingkan siswa yang semes-
Dari data temuan profil guru yang tinya berperan lebih besar. Rendahnya pe-
diperoleh melalui kuesioner terhadap mahaman guru tentang pergeseran paradig-
responden guru Biologi SMA di Kota ma teaching menuju learning, sesuai per-
Denpasar dapat dideskripsikan bahwa secara nyataan Susilo (2007) bahwa guru biologi
umum guru biologi tidak menunjukkan masa depan harus tertantang untuk me-
perbedaan yang berarti antara guru laki-laki majukan pendidikan melalui mata pelajaran
dan guru perempuan, dimana prosentase yang dibinanya. Untuk mencapai guru masa
guru laki-laki 52,75 %, sedangkan guru depan perlu diinformasikan dan diimple-
perempuan 47,25%, berdasarkan pengalam- mentasikan pembelajaran konstruktivisme
an mengajar di kelas yang telah mengajar guna membekali guru sebagai fasilisator dan
lebih dari 20 tahun sebanyak 62,5% dengan pemegang otoritas pembelajarannya di
kepangkatan dan golongan IV 80%. Jika kelasnya.
dilihat dari umur guru dengan kelompok Pemahaman pembelajaran kooperatif
umur 36 – 55 tahun sebesar 70%. Berdasar bagi guru biologi masih perlu sosialisasi
kriteria dapat dinyatakan bahwa 70% guru yang intensif baik melalui pelatian maupun
biologi SMA di kota Denpasar telah pemanduan taraf aplikasi peer teaching
mempunyai pengalaman mengajar cukup maupun real teaching, dari 82.5% yang
lama atau sering disebut guru senior. Guru telah mengetahui pembelajaran kooperatif,
yang telah lama bekerja jka dikaitkan namun dalam pelaksanaannya belum
dengan tempat tinggal 72,5% berdomisili di memahami langkah-langkah yang benar
kota Denpasar, ini menunjukkan bahwa tentang pembelajaran kooperatif ada se-
kedekatan dengan tempat kerja sudah banyak 72,7% dari 33 guru yang menyata-
diperhitungkan, dibandingkan dengan guru kan. 33 gur yang mengenal kooperatif
yang masa kerja kurang dari 20 tahun jarak menjawab kenal model pembelajaran
tempat tinggal dengan tempat kerja antara 5- kooperatif STAD 72,5% yang merupakan
10 km banyak berdomisili di kabupaten pembelajaran kooperatif paling sederhana,
Badung yang merupakan kabupaten terdekat dan yang tidak kalah menarik bahwa selain
dengan kota Denpasar. Permediknas No. 16 model kooperatif lainnya dikenal adalah
tahun 2007 tentang kualifikasi dan model kooperatif Jigsaw sebasar 60,6 %.
kompetensi pendidikan guru biologi SMA di Model kooperatif Jigsaw jika diterap-
kota Denpasar telah memenuhi kualifikasi kan d kelas perlu perencanan yang matang
untuk guru harus berpendidikan sekurang- khususnya di dalam pengaturan waktu,
kurangnya S1 sebesar 80%, untuk karena langkah-langkah Jigsaw harus
meningkatkan kompetensi guru melalui dialalui oleh kelompok asal dan kelompok
keikutsertaan dalam forum ilmiah ternyata ahli di dalam menyelesaikan materi pembe-
60 % guru mengikuti seminar namun lajaran. interdependensi positif dalam pem-
sekedar sebagai peserta dan tidak menjadi belajaran kooperatif perlu dilakukan untuk
pembawa makalah, lokakarya yang diikuti keberhasilan model pembelajaran kooperatif
relative kecil 27,5%, sedangkan Jigsaw. Penerapan di kelas ternyata yang
keikutsertaan pendidikan dan pelatihan benar-benar menerapkan dengan langkah

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 121


yang tepat sesuai sintaks sebesar 47,5%. belajaran meliputi perencanaan proses pem-
Rendahnya penerapan dikelas dengan belajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
langkah-langkah yang sesuai dengan sintaks penilaian hasil pembelajaran, dan pengawas-
memerlukan motivasi dan inovasi yang an proses pembelajaran.
harus dilakukan oleh guru. Potensi guru biologi SMA di kota
Model kooperatif Jigsaw pertama kali Denpasar untuk maju membawa pening-
dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot katan kualitas pcndidikan sangat tinggi,
Aronson dan teman-teman di Universitas mengingat jarak kediaman dengan sekolah
Texas, pada tahun 1978, sebagai metode tidak terlalu jauh. Dilihat dari proporsi jenis
Cooperative learning. (Aronson,2008), kelamin berimbang antara laki-laki dan
Sementara Slavin,R.E. (2009) di Universitas perempuan, dan dari segi pendidikan sangat
John Hopkins pada tahun 1986 merancang mendukung,
model Jigsaw II, dimana teknik ini dapat Faktor penting yang harus diperhati-
digunakan dalam pengajaran membaca, kan untuk menggerakkan potensi tersebut
menulis, dan mendengarkan, ataupun berbi- adalah kolaborasi kernarnpuan manajemen
cara yang bisa menjadikan pengalaman be- pemerintah, dalam hal ini dinas pendidikan,
lajar yang bermakna, siswa menjadi percaya kemampuan manajerial pimpinan sekolah,
pentingnya kontribusi baik pada dirinya dan dunia akademik perguruan tinggi,
sendiri maupun dari orang lain, siswa disamping motivasi internal guru itu sendiri.
menjadi terbiasa dengan aktifitas yang ber- Bila faktor-faktor ini dapat bersinergi
penyelesaian terbuka dan menantang men- berkolaborasi memberdayakan potensi guru
dengarkan gagasan orang lain, memikirkan tersebut, maka karakteristik pembelajaran
bukti baru, dan mensintesis. akan berubah pada paradigma baru
Dari hasil analisis deskriptif ternyata Kolaborasi yang dilakukan dapat berupa
sebagain besar guru yang telah mengenal sosialisasi paradigma pembelajaran
Jigsaw sebesar 75%, semuanya tidak menge- kooperatif Jigsaw, pelatihan pengembangan
nal Jigsaw Asli Aronson maupun Jigsaw II perencanaan strategi pembelajaran, seminar
Slavin, demikian juga perbedaan sintaksnya. hasil-hasil pengembangan profesi keguruan,
Pembelajaran di kelas dengan meman- lokakarya pengembangan KTSP, serta
faatkan kemampuan akademik siswa oleh program lain yang berhubungan dengan
guru biologi SMA di Kota Denpasar ter- perubahan paradigma pembelajaran di Kota
nyata dalam mendefinisikan kemampuan Denpasar
akademik sama dengan hasil belajar
kognitif, sehingga tidak pernah dilakukan. 4. KESIMPULAN DAN SARAN
Berati guru biologi SMA di kota Denpasar
4.1 Kcsimpulan
belum memahami pengertian dan bagaimana
aplikasinya dalam kelas. Dari data hasil penelitian dan
Bentuk penilaian hasil belajar biologi pembahasan di atas dapat disimpulkan
70% guru melaksanakan dengan fortopolio, sebagai berikut: (1) Profil guru biologi di
47,5% menggunakan Peper and pencil test SMA kota Denpasar, secara kulaifikasi dan
Sedang aspek yang dinilai masih pada ranah kompetensi sangat layak untuk meningkat-
kognitif yang dominan dengan ranah kan pembelajarannya, (2) Berdasar karak-
kognitif C1 –C4.Keterampilan metakognisi teristik pembelajaran guru biologi SMA di
dan retensi semua guru biologi SMA di kota kota Denpasar belum seluruhnya mema-
Denpasar belum mengetahui dan hami pembelajaran yang berorientasi
memahami. konstruktivisme; (2) Guru Biologi SMA di
Dari kenyataan ini diperlukan infor- kota Denpasar belum seluruhnya memahami
masi dan implementasi mengenai Keteram- dan melaksanakan pembelajaran kooperatif
pilan metakognisi, retansi, maupun hasil (3) Guru Biologi SMA di kota Denpasar
belajar kepada seluruh guru Biologi SMA di belum melakukan model pembelajaran
Kota Denpasar, sehingga penilaian autentik kooperatif Jigsaw sesuai dengan sintaks
dapat diaplikasikan untuk mengetahui dalam pembelajaran bilogi, (4) Guru Biologi
pancapaian kompetensi belajar siswa. SMA di kota Denpasar dalam evaluasi
Menurut standar proses yang hanya memperhatikan evaluasi hasil belajar
dituangkan dalam Depdiknas (2007c) pem- dan belum melakukan evaluasi keterampilan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 122


metakognisi dan retensi, dan (5) Guru Depdiknas. 2007b. Permendiknas No. 18 Tahun
Biologi SMA di kota Denpasar belum 2007. Sert-fikasi Profesi Guru. Jakarta:
memberdayakan siswa bcrkemampuan Depdiknas.
akademik. Depdiknas. 2007c. Permendiknas No. 41 Tahun
2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan
4.2. Saran Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Sebaiknya dilakukan pelatihan dan Depdiknas, 2007d. Permendiknas No. 16 Tahun
pembinaan profesionalitas pedagogik kepada 2007. Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik.
guru Biologi SMA di Kota Denapasar agar Jakarta:
dapat: (1) Memahami pembelajaran yang
Mulyasa.,2009.Kurikulum Tingkat Satuan
berorientasi konstruktivisme; (2) Memahami
Pendidikan: Suatau Panduan Praktis, PT.
dan melaksanakan pembelajaran kooperatif; Remaja Rosdakarya, Bandung
(3) Memahami dan melakukan model i
pembelajaran kooperatif seperti Jigsaw Asli Slavin,R.E.,2009.Cooperative Learning: Teri,
Aronson, Jigsaw II Slavin dalam pembel- Riset dan Praktik, diterjemahkan dari
Cooperative Learing: Theory, Researh and
ajaran biologi; (4) Memahami dan melaku-
Practice, (London: Allymand Bacon,2005) Nusa
kan evaluasi keterampilan metakognisi dan Media, Ujungberung,Bandung.
retensi hasil belajar siswa siswa; dan (5)
Memberdayakan siswa berkemampuan Susilo, H. 2007. The Challenge Of Future
akademik. Biology Teacher Preparation In Indonesia.
Proceedings of Redesigning Pedagogy
Conference. Singapore, May 28-30,2007.
4.3. Rekomendasi
Direkomendasikan perlu ada peneliti- Tilaar, H.A.R. 2002. Membenahi Pendidikan
an penerapan pembelajaran biologi model Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Kooperatif Jigsaw Asli Aronson –Jigsaw II Trianto.,2007. Model-Model Pmbelajaran
Slavin terhadap hasil belajar serta retensi Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi
siswa berkemampuan akademik berbeda Pustaka Publisher, Jakarta.
SMA di Kota Denpasar.

5. DAFTAR PUSTAKA
Aronson,E.2008. About Elliot Aronson and This
Web Site: Jigsaw Classroom. (online).
http://www.jigsaw.org. diakses, 18 Pebruari 2010
Disdikpora Kota Denpasar., 2009. Visi Misi
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota
Denpasar. (online).
http://pendidikan.denpasarkota.go.id. diakses: 28
Oktober 2010
Depdiknas. 2003. Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta:
Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Kecakapan Akademik.
(Online). www.dikmenum.go.id/ content,
php.html. Diakses 19 Maret 2010.
Depdiknas. 2005. Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2006. Permendiknas No. 22 Tahun
2006. Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2007a. Pertunjuk Teknis
Pengembangan Silabus dan Model Silabus
SMA/MA. Jakarta: Depdiknas.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 123


HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF
DAN HASIL BELAJAR MATAPELAJARAN IPA PADA SISWA
KELAS IV SD DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN JIGSAW
DAN THINK PAIR SHARE (TPS)

Abdul Basith, Siti Zubaidah, Susriyati Mahanal


Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang
Jln. Semarang 5 Malang 65145
Telp : (0341) 587966, Fax: (0341) 566936
E-mail : abbas_b33@yahoo.co.id

Abstract
Strategi pembelajaran kooperatif terbukti dapat memberdayakan keterampilan metakognitif dan
meningkatkan hasil belajar siswa. Beberapa strategi pembelajaran kooperatif yang sering diterapkan di
sekolah adalah jigsaw dan TPS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keterampilan
metakognitif dan hasil belajar pada siswa kelas IV SD dengan strategi pembelajaran jigsaw dan TPS
serta untuk mengetahui perbedaan hubungan keterampilan metakognitif dan hasil belajar pada strategi
pembelajaran jigsaw dan TPS sehingga dapat diketahui strategi yang lebih efektif dalam memberdayakan
keterampilan metakognitif dan meningkatkan hasil belajar. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV
SD di SDN Ketawanggede I Malang dan SDN Ketawanggede II Malang pada semester 1 tahun ajaran
2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan keterampilan metakognitif dan hasil belajar
pada penerapan strategi pembelajaran jigsaw dengan nilai keterandalan 66,6% dan pada penerapan
strategi pembelajaran TPS dengan nilai keterandalan 82,4%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
strategi pembelajaran TPS lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan metakognitif siswa
dibandingkan dengan strategi pembelajaran jigsaw. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan
kepada guru untuk menerapkan strategi pembelajaran TPS pada mata pelajaran IPA.

Keywords: keterampilan metakognitif, hasil belajar, strategi pembelajaran jigsaw, strategi pembelajaran
TPS.

1. PENDAHULUAN berupa pengetahuan, pemahaman,


keterampilan dan sikap yang biasanya
1.1 Latar Belakang
meliputi ranah kognitif, afektif, dan
Keterampilan metakognitif psikomotorik. Hasil belajar siswa dapat
berhubungan dengan keterampilan ditunjukkan dengan semakin bermutunya
melakukan pemantauan aktif, dan kemampuan kognitif, afektif dan
melakukan pengendalian yang konsekuen psikomotorik yang biasa disebut dengan
serta pengorganisasian proses pemantauan. prestasi akademik.
Pengendalian ini berhubungan dengan Keterampilan metakognitif
tujuan-tujuan proses kognitif pada umumnya berhubungan dengan hasil belajar yang
yang mendukung sejumlah tujuan kongkrit. dicapai oleh siswa pada suatu materi
Corebima (2006) mengungkapkan bahwa pelajaran. Coutinho (2007) menyatakan
perangkat keterampilan yang terlibat dalam bahwa terdapat hubungan positif antara
metakognisi ada tiga, yaitu: (1) keterampilan prestasi belajar dengan metakognisi. Prestasi
memahami strategi, sumber dan sebagainya belajar siswa yang memiliki tingkat
yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu metakognisi tinggi akan lebih baik jika
tugas, (2) keterampilan mengetahui dibandingkan dengan siswa yang memiliki
bagaimana menggunakan strategi, sumber tingkat kognisi rendah. Siswa yang telah
dan sebagainya itu, (3) keterampilan memiliki keterampilan metakognitif akan
mengetahui kapan penggunaan strategi, mampu untuk menyelesaikan tugas
sumber, dan sebagainya itu. belajarnya dengan baik karena mereka
Hasil belajar pada hakekatnya adalah mampu untuk merencanakan pembelajaran,
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari mengatur diri, dan mengevaluasi
proses belajar mengajar. Perubahan ini pembelajarannya.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 124


Strategi pembelajaran kooperatif pembelajaran jigsaw kelas IV-A SDN
terbukti dapat memberdayakan keterampilan Ketawanggede I Malang dan strategi
metakognitif dan meningkatkan hasil belajar pembelajaran Think Pair Share (TPS) kelas
siswa. Setiap strategi pembelajaran IV SDN Ketawanggede II Malang.
kooperatif mempunyai karakteristik yang Berdasarkan tujuan tersebut maka variabel
berbeda. Karakter pada masing-masing bebas dalam penelitian ini adalah
strategi pembelajaran akan memberikan keterampilan metakognitif dengan variabel
pengaruh yang berbeda terhadap terikat hasil belajar. Keterbatasan dalam
peningkatan keterampilan metakognitif dan penelitian ini dikemukakan sebagai berikut.
pencapaian hasil belajar. 1. Strategi yang digunakan dalam proses
Berdasarkan penelitian Pratiwi (2009) pembelajaran adalah strategi
dan Miranda (2008), strategi pembelajaran pembelajaran jigsaw dan TPS;
jigsaw dan TPS mampu memberdayakan 2. Penelitian ini mengungkap hubungan
kemampuan metakognitif dan hasil belajar keterampilan metakogitif terhadap hasil
pada siswa SMA. Coutinho (2007) telah belajar hanya pada strategi pembelajaran
mengungkap hubungan keterampilan jigsaw dan TPS;
metakognitif dan hasil belajar pada 3. Penelitian ini dilakukan pada mata
mahasiswa Universitas Mildwestern di pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Amerika Serikat. Namun, sejauh ini belum kelas IV semester gasal tahun ajaran
ada penelitian yang mengungkapkan 2009/2010 di SDN Ketawanggede I dan
hubungan keterampilan metakognitif dan SDN Ketawanggede II Malang.
hasil belajar pada siswa sekolah dasar dan 2. KAJIAN PUSTAKA
juga yang diberdayakan melalui penerapan
2.1 Keterampilan Metakognitif
strategi pembelajaran jigsaw dan TPS.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka Metakognitif terkadang juga disebut
penulis melakukan penelitian yang untuk sebagai metakognisi (Hadi, 2007). Senada
mengungkap hubungan keterampilan dengan itu, Howard (2004) dalam Corebima
metakognitif dan hasil belajar pada siswa (2006) mengungkapkan bahwa metakognisi
SD dengan strategi pembelajaran jigsaw dan menunjuk pada kendali kesadaran sengaja
TPS. dari seseorang yang memiliki kesadaran
kognitif dan disebut “metakognitif” karena
secara mendasar hal itu berarti “kognisi
1.2 Tujuan Penelitian
tentang kognisi”.
Tujuan yang hendak dicapai dalam Slavin (2000) atas dasar Butler &
penelitian ini adalah sebagai berikut. Winn (1995), Pressley dkk (1992), Presley
1. Mengetahui hubungan keterampilan et al., (1990), dalam Corebima (2006)
metakognitif dan hasil belajar mata menyatakan bahwa karena keterampilan
pelajaran IPA pada siswa kelas IV SD berpikir dan keterampilan belajar adalah
dengan strategi pembelajaran jigsaw. contoh-contoh keterampilan metakognisi,
2. Mengetahui hubungan keterampilan maka para siswa dapat belajar berpikir
metakognitif dan hasil belajar mata tentang proses berpikirnya sendiri, serta
pelajaran IPA siswa kelas IV SD dengan menerapkan strategi-strategi belajar khusus
strategi pembelajaran TPS. untuk berpikir sendiri melalui tugas yang
3. Mengetahui perbedaan persamaan regresi sulit.
keterampilan metakognitif dan hasil
belajar mata pelajaran IPA pada siswa 2.2 Hasil Belajar
kelas IV SD dengan strategi
Hasil belajar merupakan hal yang dapat
pembelajaran jigsaw dan siswa kelas IV
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan
SD dengan strategi pembelajaran TPS.
dari sisi guru. Hasil belajar dari sisi siswa
merupakan tingkat perkembangan mental
1.3 Ruang Lingkup dan Batasan
yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
Penelitian
sebelum belajar. Tingkat perkembangan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mental tersebut terwujud pada jenis-jenis
melihat hubungan keterampilan metakognitif ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
dengan hasil belajar pada penerapan strategi

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 125


Hasil belajar dari sisi guru merupakan saat Home Group
Expert Group

terselesaikannya bahan pelajaran (Dimyati


dan Mudjiono, 1999).

2.3 Keterkaitan Keterampilan


Metakognitif dan Hasil Belajar
Menurut Coutinho (2007) terdapat hubungan
positif antara prestasi belajar dengan
metakognisi. Prestasi belajar siswa yang
memiliki tingkat metakognisi tinggi akan
Home Group
lebih baik jika dibandingkan dengan siswa
yang memiliki tingkat metakognisi rendah.

Performance Goals Mastery Goals

Gambar 2. Prosedur Penerapan Strategi


Pembelajaran Jigsaw (Sumber:
Metacognition
Suyanto, 2008:20)

Academic Success 2.5 Strategi Pembelajaran TPS


Strategi pembelajaran Think Pair Share
Gambar 1. Hubungan antara metakognisi
(TPS) merupakan salah satu dari
dan prestasi akademik
pembelajaraan kooperatif. Adapun langkah-
(Sumber: Coutinho, 2007:41)
langkah dalam pembelajaran ini yaitu
berpikir sendiri (think), berpasangan (pair),
2.4 Strategi Pembelajaran Jigsaw dan berbagi (share) (Gunter dkk, 1999
dalam Susilo 2005).
Strategi pembelajaran jigsaw
merupakan salah satu strategi pembelajaran
Problem Posed
kooperatif yang membagi siswa
berkelompok 5-6 orang anggota yang
heterogen. Setiap anggota kelompok
bertanggung jawab mempelajari subtopik
tertentu. Siswa yang mendapat tanggung Think Time
jawab sama berkumpul dalam suatu
kelompok untuk mendiskusikan subtopik
tertentu. Kelompok ini disebut kelompok
ahli. Selanjutnya anggota kelompok ahli Pair Work
kembali ke kelompok asal dan menjelaskan
materi yang telah dipelajari dan didiskusikan
dalam kelompok ahli untuk disampaikan ke
teman kelompok asalnya (Nurhadi, 2004). Share with Class
Gambar 3. . Prosedur Penerapan Strategi
Pembelajaran TPS (Sumber:
Suyanto, 2008: 18)

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 126


2.6 Perkembangan Kognitif Siswa Sekolah Untuk menganalisis data tersebut digunakan
Dasar program komputer SPSS for windows .
Siswa pada jenjang sekolah dasar berusia
antara 7-11 tahun. Menurut teori 4. HASIL PENELITIAN
perkembangan Piaget dalam Desmita (2007)
pada usia ini siswa telah memasuki tahap Berdasarkan hasil survei, berikut ini adalah
konkrit. Pada umumnya, pada tahap ini deskripsi data penelitian keterampilan
anak-anak sudah memiliki kemampuan metakognitif dan hasil belajar pada
memahami konsep konservasi (concept of penerapan strategi pembelajaran jigsaw dan
conservacy), yaitu suatu benda mempunyai TPS.
massa, jumlah, atau volume tetap meskipun
bentuknya berubah. Pada tahap berpikir Tabel 4.1. Ringkasan Deskripsi Data
konkrit siswa belum mampu berpikir abstrak Keterampilan Metakognitif
sehingga mereka juga hanya mampu dan Hasil Belajar Siswa pada
menyelesaikan soal-soal pelajaran yang Penerapan Strategi
bersifat konkrit. Aktivitas pembelajaran Pembelajaran Jigsaw
yang melibatkan siswa dalam pengalaman N Mean Std. Mini Maxi
Deviation mum mum
langsung sangat efektif dibandingkan Metakogn 25 9,7896 10,16800 -10,49 24,79
penjelasan guru dalam bentuk verbal. itif TPS
Hasil
Belajar 25 12,013 15,90621 -28,03 38,63
2.7 Kerangka Penelitian TPS 2

Strategi Pembelajaran
Kooperatif
Tabel 4.2. Ringkasan Deskripsi Data
Keterampilan Metakognitif
dan Hasil Belajar Siswa pada
Strategi Pembelajaran Strategi Penerapan Strategi
Jigsaw Pembelajaran TPS Pembelajaran TPS
N Mean Std. Mini Maxi
Deviation mum mum
Keterampila Keterampila Metakog 25 32,567 13,60677 7,62 60,96
n Hasil n Hasil Belajar
Metakognitif Belajar Metakognitif
nitif TPS 2
Hasil 25 30,0 14,33371 5,37 55,33
Belajar
TPS
Gambaran Perbedaan Hubungan Keterampilan
Metakognitif dan Hasil Belajar pada Strategi Berdasarkan uji statistik yang dilakukan
Pembelajaran Jigsaw dan TPS pada taraf signifikansi 0,05 menunjukkan
bahwa ada hubungan antara keterampilan
metakognitif dan hasil belajar pada
3. METODE PENELITIAN penerapan strategi pembelajaran jigsaw
dengan nilai keterandalan 66,6% dan pada
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif.
penerapan strategi pembelajaran TPS
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini
dengan nilai keterandalan 82,4%. Grafik
adalah survei yaitu untuk meneliti gejala
hubungan keterampilan metakognitif dan
suatu kelompok. Survei dilakukan selama
hasil belajar pada strategi pembelajaran
satu semester dan menghasilkan data
jigsaw dan TPS adalah sebagai berikut.
kuantitatif. Pada penelitian ini pengukuran
hasil penelitian digunakan pre tes dan post
tes. Keterampilan metakognitif diukur
melalui rubrik penilaian keterampilan
metakognitif yang terintegrasi dengan tes
essay yang dikembangkan oleh Corebima
(2009). Uji hipotesis dengan uji statistik
regresi dilakukan dengan taraf signifikasi
0,05 dan dilanjutkan dengan uji kaji beda.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 127


Gambar 6. Perbedaan Hubungan
70,00 Keterampilan Metakognitif dan
60,00
Hasil Belajar pada Penerapan
50,00
40,00 Strategi Pembelajaran Jigsaw dan
30,00
20,00
TPS
10,00 Xselj-Xselj y = 1,277x - 0,4878
- R2 = 0,6663
(20,0 (10,0
(10,00) - 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00
0) 0)
(20,00)
5. PEMBAHASAN
Xselj
(30,00)
Linear (Xselj)
(40,00) 5.1 Hubungan Keterampilan
Metakognitif dan Hasil Belajar pada
Gambar 4. Grafik Hubungan Penerapan Strategi Pembelajaran Jigsaw
Keterampilan Metakognitif dan TPS
dan Hasil Belajar pada Keterampilan metakognitif yang
Penerapan Strategi Belajar dimiliki oleh siswa berhubungan dengan
Jigsaw prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.
Hubungan keterampilan metakognitif dan
70,00
hasil belajar diketahui melalui hasil analisis
60,00 y = 0,9563x - 1,1456 regresi skor keterampilan metakognitif dan
50,00 R2 = 0,8242

40,00 Yselt hasil belajar siswa pada penerapan strategi


30,00 Xselt-Yselt
Linear (Yselt)
pembelajaran jigsaw dan TPS. Berdasarkan
20,00
10,00 hasil analisis tersebut maka dapat dipahami
(20,0 (10,0
-
(10,00) - 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00
bahwa peningkatan keterampilan
0) 0)
(20,00) metakognitif diikuti dengan peningkatan
(30,00)
(40,00)
hasil belajar siswa.
Keterampilan siswa dalam
menggunakan strategi metakognitif adalah
Gambar 5. Grafik Hubungan
termasuk keterampilan metakognitif siswa.
Keterampilan Metakognitif
Siswa yang terampil dalam menggunakan
dan Hasil Belajar pada
strategi metakognitif akan diikuti dengan
Penerapan Strategi Belajar
peningkatan hasil belajar siswa. Pengajaran
TPS
strategi metakognitif dicerminkan melalui
Perbedaan persamaan regresi keterampilan
penerapan strategi pembelajaran jigsaw dan
metakognitif dan hasil belajar pada
TPS seperti yang diungkapkan oleh
penerapan strategi pembelajaran jigsaw dan
Corebima (2006) dan Livingston (1997)
TPS dapat diketahu melalui uji kaji beda.
bahwa keterampilan metakognitif dapat
Hasil uji kaji menunjukkan bahwa
dibelajarkan melalui strategi-strategi
persamaan regresi keterampilan
pembelajaran kooperatif, dapat tercakup atau
metakognitif dan hasil belajar pada strategi
terintegrasi dengan dalam suatu pelajaran
pembelajaran jigsaw dan TPS tidak sejajar.
dan dapat diajarkan secara terpisah,
Grafik perbedaan hubungan keterampilan
sekalipun perlu diperhatikan interaksi
metakognitif dan hasil belajar pada
faktor-faktor tertentu. Pengajaran
penerapan strategi pembelajaran jigsaw dan
keterampilan metakognitif berguna untuk
TPS adalah sebagai berikut.
mengontrol aktivitas kognitif pebelajar serta
untuk menjamin ketercapaian tujuan
kognitif. Jadi, dalam metakognitif ada unsur
melakukan refleksi dan evaluasi. Strategi
kognitif dapat membantu mencapai tujuan,
sedangkan dengan strategi kemampuan
metakognitif dapat memonitor kemajuan
yang telah dicapai. Pemantauan ini sangat
membantu siswa dalam aktivitas belajarnya.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 128


5.2 Perbedaan Hubungan Sehubungan dengan tahap berpikir kongkrit
Keterampilan Metakognitif dan Hasil seperti yang dikemukakan dalam teori
Belajar pada Strategi Pembelajaran perkembangan kognitif Piaget, maka dalam
Jigsaw dan TPS pembukaan guru memperkenalkan masing-
masing strategi pembelajaran dengan nama
Pada penelitian ini strategi
yang berbeda. Strategi pembelajaran TPS
pembelajaran kooperatif yang diterapkan
diperkenalkan dengan nama ”mencocokkan
adalah strategi pembelajaran jigsaw dan
jawaban” dan jigsaw diperkenalkan dengan
TPS. Strategi pembelajaran model jigsaw
nama “permainan pindah bangku”.
dan TPS masing-masing berpeluang
Pada tahap penyajian informasi
meningkatkan keterampilan metakognitif,
terdapat perbedaan yang menonjol antara
kemampuan berpikir kritis, dan bahkan
strategi pembelajaran jigsaw dan TPS.
kreatif. Setiap model pembelajaran
Penyajian informasi diberikan kepada siswa
kooperatif mempunyai karakteristik yang
secara langsung pada penerapan strategi
berbeda. Karakteristik masing-masing model
pembelajaran TPS, namun diawali dengan
pada strategi pembelajaran kooperatif akan
penyampian masalah yang berupa fenomena
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
alam. Sedangkan pada penerapan strategi
perkembangan keterampilan metakognitif
pembelajaran jigsaw siswa harus mencari
siswa sehingga berdampak pada hasil belajar
informasi yang sesuai dengan tanggung
yang dicapai.
jawabnya yang ditunjukkan dengan
Setiap model strategi pembelajaran
berpindahnya setiap anggota kelompok asal
kooperatif mempunyai karakter yang
untuk membentuk kelompok ahli.
berbeda yang dicerminkan melalui sintaks
Masing-masing strategi pembelajaran
penerapannya. Berdasarkan hal tersebut
menuntut siswa untuk melakukan kerja
maka dapat dipahami bahwa perbedaan garis
kelompok dan saling membantu untuk
persamaan regresi yang ditunjukkan oleh
melaksanakan tugas pembelajaran.
grafik uji kaji beda dapat disebabkan adanya
Perbedaan masing-masing strategi
perbedaan karakter masing-masing pada
pembelajaran terdapat pada jumlah anggota
strategi pembelajaran jigsaw dan TPS.
kelompok. Pada strategi pembelajaran TPS
Perbedaan karakter masing-masing strategi
anggota kelompok hanya terdiri dari dua
pembelajaran tersebut mempengaruhi
orang siswa atau pair. Sedangkan pada
perkembangan keterampilan metakognitif
strategi pembelajaran jigsaw anggota
dan pencapaian hasil belajar siswa.
kelompok asal dapat terdiri dari 5-6 orang
Menurut Arend (2004) secara umum
dan jumlah anggota kelompok ahli
strategi pembelajaran kooperatif dapat
disesuaikan dengan jumlah subtopik yang
ditempuh dengan enam langkah pokok, yaitu
dipelajari. Strategi pembelajaran jigsaw
(1) menyampaikan tujuan dan memotivasi
menuntut siswa untuk bekerja sama dan
siswa, (2) menyajikan informasi, (3)
saling membantu dalam dua kelompok yaitu
mengorganisasi siswa dalam tim belajar, (4)
kelompok ahli dan kelompok asal.
membantu kerja kelompok dalam belajar,
Pada penerapan strategi pembelajaran
(5) melakukan evaluasi, dan (6) memberikan
kooperatif jigsaw dan TPS, pembelajaran
penghargaan. Langkah-langkah pokok
siswa pada tahap berkipir kongkrit dilakukan
penerapan strategi pembelajaran kooperatif
melalui praktikum pada setiap pokok
tersebut akan berkembang sesuai dengan
bahasan. Siswa melakukan kegiatan
karakteristik strategi pembelajaran yang
praktikum (contextual learning) tetap
diterapkan, sehingga akan nampak
dengan prosedur yang sesuai dengan sintaks
perbedaan antara strategi pembelajaran
strategi pembelajaran yang diterapkan.
kooperatif yang satu dengan yang lain.
Tahap akhir pembelajaran kooperatif
Pada pembukaan pelajaran dan
meliputi presentasi unjuk kerja setiap
pemberitahuan tujuan pengajaran pada
kelompok siswa. Tahap akhir proses
penerapan strategi pembelajaran jigsaw dan
pembelajaran pada penerapan strategi
TPS tidak terlalu berbeda. Perbedaannya
pembelajaran jigsaw dan TPS tidak terlalu
hanya terletak pada informasi strategi
berbeda. Pada strategi pembelajaran jigsaw
pembelajaran yang akan digunakan pada
setiap kelompok asal harus menyelesaikan
setiap materi yang akan dipelajari.
beberapa pertanyaan yang meliputi seluruh

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 129


subtopik yang telah dipahami oleh setiap untuk memahami sepotong materi
anggota kelompok ahli sehingga membentuk (subtopik) terlebih dahulu sebelum
pengetahuan yang komprehensif. akhirnya mengorganisasikan potongan-
Selanjutnya, hasil kerja salah satu kelompok potongan materi tersebut di kelompok
asal dipresentasikan dan kelompok asal yang asal. Berdasarkan hal tersebut, tuntutan
lain bertindak sebagai audiens. Sedangkan pemahaman dan pengorganisasian materi
pada strategi pembelajaran TPS hasil kerja dalam waktu yang bersamaan pada TPS
kelompok pasangan (pair) dipresentasikan memungkinkan siswa meningkatkan
atau dibagi (share) kepada seluruh keterampilan metakognitif lebih baik.
kelompok-kelompok pasangan yang lain. Sedangkan pada jigsaw, karena materi
Ketika satu kelompok pasangan yang harus dipahami oleh masing-masing
mempresentasikan hasil kerjanya maka siswa lebih sedikit (subtopik) dan
kelompok lain bertindak sebagai audiens. keseluruhan materi baru didapatkan pada
Pemaparan karakteristik strategi kelompok asal menyebabkan
pembelajaran jigsaw dan TPS diatas perkembangan keterampilan metakognitif
menjelaskan penyebab perbedaan hubungan jigsaw tidak lebih baik dibandingkan
keterampilan metakognitif dan hasil belajar TPS.
siswa. Karakteristik pada strategi jigsaw
dan TPS yang kemungkinan besar Pemaparan perbedaan karakteristik strategi
menyebabkan perbedaan hubungan pembelajaran terhadap hubungan
keterampilan metakognitif adalah sebagai keterampilan metakognitif dan hasil belajar
berikut. diatas adalah sebagian dari penyebab
a. Jumlah anggota kelompok: jumlah perbedaan hubungan keterampilan
anggota kelompok pada strategi metakognitif dan hasil belajar pada strategi
pembelajaran TPS adalah dua orang pembelajaran jigsaw dan TPS, disamping
(pair), sedangkan pada strategi faktor-faktor lain yang juga perlu
pembelajaran jigsaw jumlah anggota diperhatikan. Berdasarkan hal tersebut maka
kelompok adalah 5-6 orang. Jumlah dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
anggota kelompok mempengaruhi antara keterampilan metakognitif dan hasil
efektivitas kerja sama siswa dan juga belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas
berdampak pada pemahaman kelompok IV jenjang sekolah dasar pada strategi
terhadap materi. Jumlah anggota pembelajaran jigsaw dan TPS, serta ada
kelompok pada TPS yang lebih sedikit perbedaan hubungan keterampilan
daripada jigsaw menyebabkan metakognitif dan hasil belajar pada strategi
keterbatasan ide dalam menyelesaikan pembelajaran jigsaw dan TPS.
permasalahan, namun lebih mudah
memastikan seluruh siswa terlibat dalam 6. KESIMPULAN
menyelesaikan permasalahan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dan
Jumlah anggota kelompok jigsaw yang
pembahasan maka kesimpulan dalam
lebih kemungkinan akan menyebabkan
penelitian ini adalah sebagai berikut.
guru kesulitan memantau keterlibatan
1. Keterampilan metakognitif berhubungan
siswa dalam menyelesaikan masalah.
dengan hasil belajar mata pelajaran IPA
b. Jumlah tahap pengelompokan: pada
siswa kelas IV SD pada penerapan
strategi pembelajaran TPS jumlah tahap
strategi pembelajaran jigsaw dengan nilai
pengelompokan hanya satu kali yaitu
keterandalan 66,6%;
pada tahap pair. Sedangkan pada strategi
2. Keterampilan metakognitif berhubungan
pembelajaran jigsaw tahap
dengan hasil belajar mata pelajaran IPA
pengelompokan adalah dua kali, yaitu
siswa kelas IV SD pada penerapan
pada tahap kelompok asal (home group)
strategi pembelajaran TPS dengan nilai
dan kelompok ahli (expert group).
keterandalan 82,4%;
Jumlah pengelompokan pada TPS
3. Terdapat perbedaan hubungan
tersebut menuntut siswa untuk
keterampilan metakognitif dan hasil
memahami dan mengorganisasikan
belajar mata pelajaran IPA siswa kelas
materi dalam waktu yang bersamaan.
IV SD pada penerapan strategi
Sedangkan pada jigsaw, siswa dituntut

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 130


pembelajaran jigsaw dan TPS. Strategi Coutinho, S. A. 2007. The Relationship Between
pembelajaran TPS lebih efektif dalam Goals Metacognition and Academic Success,
meningkatkan keterampilan metakognitif Online, (http:// www.academicjournals.org /
dan berdampak pada peningkatan hasil ERR, diakses tanggal 10 Juli 2010).
belajar siswa. Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
7. SARAN Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan
Berdasarkan temuan penelitian, Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
pembahasan, dan kesimpulan hasil Hadi. S. 2007. Pengaruh Strategi Pembelajaran
penelitian maka saran-saran penulis adalah Cooperative Script terhadap Keterampilan
sebagai berikut. Berpikir Kritis, Keterampilan Metakognitif dan
1. Bagi guru, sebaiknya menerapkan Kemampuan Kognitif Biologi pada Siswa SMA
strategi pembelajaran TPS untuk mata Laboratorium UM. Tesis Tidak Diterbitkan.
pelajaran IPA karena lebih efektif Program Pascasarjana. Universitas Negeri
Malang.
memberdayakan keterampilan
metakognitif siswa dan meningkatkan Livingston, J.A.1997. Metacognition: An
hasil belajar siswa; Overview, (Online),
2. 33,3% hasil belajar merupakan (http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuel/cep564/me
sumbangan faktor-faktor lain selain tacog.htm, diakses tanggal 1 Juli 2010).
keterampilan metakognitif. Pada Nurhadi, Y, B., & Senduk, A, G.,2004.
penelitian selanjutnya perlu dilakukan Pembelajaran Kontekstual. Malang: Universitas
analisis terhadap sumbangan faktor- Negeri Malang
faktor yang berpengaruh terhadap hasil Susilo, H. 2005. Pembelajaran Kooperatif Think-
belajar tersebut. Pair-Share. Makalah Disajikan dalam Pelatihan
3. Perlu dilakukan penelitian tentang PBMP pada Pembelajaran bagi Para Guru dan
hubungan keterampilan metakognitif dan Mahasiswa Sains Biologi dalam Rangka RUKK
hasil belajar pada strategi-strategi VA. 25 juni 2005.
pembelajaran kooperatif lain pada Suyanto, K.K.E. 2008. Model-Model
jenjang pendidikan SD, SMP, maupun Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri
SMA supaya dapat memberikan lebih Malang
banyak sumbangan informasi bagi guru
untuk menentukan strategi pembelajaran
yang efektif dan efisien dalam
memberdayakan keterampilan
metakognitif dan meningkatkan hasil
belajar siswa.

8. DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. 2004. Learning to Teach. New
York: Mc Graw Hill..
Corebima, A.D. 2006. Metakognisi: Suatu
Ringkasan Kajian. Makalah Disajikan dalam
Pelatihan Strategi Metakognitif pada
Pembelajaran Biologi untuk Guru-guru Biologi
SMA. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat
(LPKM) UNPAR. Palangkaraya, 23 Agustus
2006.
Corebima, A.D. 2009. Pemberdayaan
Keterampilan Metakognitif pada Pembelajaran
IPA, IPA-Biologi, dan Biologi dalam Mendukung
Perkembangan Kemampuan Berpikir Tinggi
pada Siswa SD, SMP, dan SMA. Laporan
Penelitian 2008. Hibah Penelitian Tim
Pascasarjana (HPTP).

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 131


ALTERNATIF STRATEGI PENINGKATAN MUTU
PEMBELAJARAN BERDASARKAN PROFIL GURU SAINS
BIOLOGI SMPN KOTA MATARAM DAN KARAKTER
PEMBELAJARANNYA

Agus Ramdani
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram
Jl. Majapahit 62 Mataram 83125
Telp: (0370) 623873, Fax: (0370) 636041
E-mail: aramdani07@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan alternatif strategi peningkatan mutu pembelajaran dengan
cara mengungkap profil Guru Sains Biologi SMPN Kota Mataram dan karakter pembelajarannya. Hasil
penelitian ini selain dapat digunakan sebagai rasional dalam pengambilan keputusan dan kebijakan,
juga sebagai analisis kebutuhan untuk penelitian selanjutnya. Penelitian dilakukan pada bulan Juli –
Agustus 2010 dengan menyebarkan kuesioner pada seluruh Guru Sains Biologi SMPN Kota Mataram
dan pengamatan langsung didalam kelas. Data penelitian dianalisis secara deskriptif untuk
mengekspresikan profil guru dan karakter pembelajarannya. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa
Guru Sains Biologi SMPN Kota Mataram sebagian besarnya adalah wanita (70 %), umumnya
berpendidikan sarjana S1 (96%), usia antara 30-50 tahun (88%), masa kerja antara 5-20 tahun (87%)
dan umumnya bertempat tinggal di Kota Mataram dan sekelilingnya. Karakter pembelajarannya masih
ada berpusat pada guru, dan belum sepenuhnya memahami pendekatan konstruktivis serta menerapkan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pemberdayaan keterampilan berpikir kritis siswa juga belum
dilakukan secara terencana (by design). Berdasarkan hasil penelitian ini, dipandang perlu adanya
sosialisasi, pelatihan, dan penelitian tentang inovasi pembelajaran untuk meningkatkan mutu proses dan
produk pembelajaran terutama peningkatan keterampilan berpikir siswa dan kemampuan berkolaborasi.
Strategi pembelajaran yang berpotensi untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan
berkolaborasi adalah strategi inkuiri dan kooperatif.

Kata kunci: profil Guru Sains Biologi, karakter pembelajaran, strategi inkuiri, strategi kooperatif, SMPN
Kota Mataram.

1. PENDAHULUAN Pemerintah melalui jalur pendidikan


telah dan sedang melakukan berbagai upaya
Pengembangan sumber daya manusia
untuk menghadapi tantangan tersebut.
melalui jalur pendidikan telah dan sedang
Upaya yang dilakukan antara lain adalah
dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait
adanya perubahan paradigma pendidikan
melalui berbagai program kegiatan. Hal ini
dan pembelajaran sebagaimana tercantum
dilakukan sejalan dengan pesatnya
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
Nasional dan berbagai Peraturan Pemerintah
teknologi di era informasi ini yang
serta Peraturan Menteri Pendidikan
membutuhkan sumber daya manusia handal
Nasional.
yang mampu mengakses, menggunakan
Undang Undang No.20 Tahun 2003
serta memanfaatkan teknologi informasi.
tentang sistem pendidikan nasional, pasal 3
Tantangan kedepan yang dihadapi dunia
menegaskan bahwa tujuan pendidikan
pendidikan adalah mempersiapkan peserta
adalah untuk berkembangnya potensi peserta
didik berkualitas dengan karakteristik di
didik agar menjadi manusia yang beriman
antaranya memiliki kecakapan berpikir
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
tingkat tinggi dan kemampuan berkolaborasi
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
dengan sumber daya manusia lainnya dalam
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu
yang demokratis serta bertanggung jawab
pengetahuan dan teknologi (Zamroni, 2000;
(Depdiknas, 2003). Lahirnya undang-undang
Arnyana, 2004; Tilaar, 2009).

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 132


tentang Sistem Pendidikan Nasional ini mempelajari diri sendiri dan alam sekitar
diikuiti dengan peraturan pemerintah yaitu serta merupakan sarana yang efektif untuk
PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar mengembangkan kecakapan hidup (life skill)
Pendidikan Nasional yang meliputi standar siswa termasuk didalamnya kecakapan
isi, standar kompetensi lulusan, standar berpikir dan berkolaborasi. Hal ini sejalan
proses, standar pendidik dan tenaga dengan tujuan pelajaran sains di SMP, yaitu
kependidikan, standar sarana/prasarana, untuk mengantarkan siswa agar: 1) dapat
standar pengelolaan, standar pembiayaan, meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran
dan standar penilaian (Depdiknas, 2005). Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
Paradigma pendidikan diarahkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
pada pengembangan kompetensi siswa ciptaanNya, 2) mengembangkan
dalam melakukan tugas-tugas akademik pemahaman tentang berbagai macam gejala
berdasarkan standar tertentu. Kegiatan alam, konsep dan prinsip IPA yang
pembelajaran diharapkan dapat berubah dari bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
pola yang sebelumnya lebih berpusat pada kehidupan sehari-hari, 3) mengembangkan
kegiatan mengajar guru dan berorientasi rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran
pada materi pelajaran ke pola yang lebih terhadap adanya hubungan yang saling
berpusat pada kegiatan siswa dan mempengaruhi antara sains, lingkungan,
berorientasi pada pengembangan kecakapan teknologi, dan masyarakat, 4) melakukan
hidup siswa yang terdiri atas kecakapan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan
berpikir, kecakapan sosial, kecakapan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak
akademik, dan kecakapan vokasional ilmiah serta berkomunikasi, 5)
(BSNP, 2006). meningkatkan kesadaran untuk
Selanjutnya Peraturan Pemerintah berperanserta dalam memelihara, menjaga,
Nomor 19/2005 Pasal 19 mengamanatkan dan melestarikan lingkungan serta sumber
agar pembelajaran dilakukan secara daya alam, 6) meningkatkan kesadaran
interaktif, inspiratif, menyenangkan, untuk menghargai alam dan segala
menantang, memotivasi peserta didik untuk keteraturannya sebagai salah satu ciptaan
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang Tuhan, 6) meningkatkan pengetahuan,
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan konsep, dan keterampilan sains sebagai
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke
perkembangan fisik, serta psikologis peserta jenjang selanjutnya (BSNP, 2006).
didik dan memberi keteladanan (Peraturan Peningkatan kualitas pembelajaran
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 sains biologi sudah sepatutnya terus
Tahun 2005 tentang Standar Nasional diupayakan melalui berbagai inovasi
Pendidikan, 2005). Sejalan dengan itu, pembelajaran, peningkatan sarana dan
perubahan paradigma pembelajaran yang prasarana pembelajaran, peningkatan
dibutuhkan adalah dari teaching menjadi kuantitas dan kualitas guru sains biologi
learning, berorientasi pada masyarakat, melalui penambahan formasi guru,
berpusat pada siswa (student centered), peningkatan kualifikasi pendidikan,
terintegrasi dan dilaksanakan secara sistemik mengikuti berbagai seminar, pelatihan, serta
(Ibrahim, 2005: Pribadi, 2009). loka karya. Permendiknas No. 16 Tahun
Berdasarkan uraian di atas tampak 2007 telah menentukan kualifikasi dan
bahwa aspek pembelajaran merupakan salah kompetensi pendidik. Seorang guru harus
satu indikator penting bangkitnya dunia mempunyai kualifikasi sarjana S1 sesuai
pendidikan. Mata pelajaran sains secara dengan bidang ilmu yang diajarkan di
eksplisit dituangkan dalam Permendiknas sekolahnya (Depdiknas, 2007). Selanjutnya
No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan seorang guru harus memiliki empat
Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian,
Standar Kompetensi Lulusan, yang harus kompetensi pedagogik, kompetensi
diberikan kepada siswa di sekolah sebagai profesional, dan kompetensi sosial.
salah satu isi kurikulum tingkat satuan Kecenderungan pembelajaran sains
pendidikan. Pendidikan sains(termasuk (termasuk biologi) dewasa ini yang
biologi didalamnya) diharapkan dapat dilakukan oleh guru adalah peserta didik
menjadi wahana bagi siswa untuk hanya mempelajari sains sebagai produk.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 133


Meskipun sesungguhnya biologi adalah kuesioner dan pengamatan di kelas dan
bidang ilmu yang berdimensi ganda yaitu selanjutnya dianalisis secara deskriptif
proses dan produk (BSNP, 2006). interpretatif.
Pembelajaran lebih bersifat teacher oriented,
guru hanya menyampaikan sains sebagai 3. HASIL
produk dan peserta didik menghafal
Deskripsi profil Guru Sains Biologi
informasi faktual. Peserta didik hanya
dan karakter pembelajarannya dipetakan
mempelajari sains pada domain kognitif
menurut kategori sebagai berikut.
yang terendah dan tidak dibiasakan untuk
mengembangkan potensi berpikirnya.
3.1. Daerah Asal Guru
Padahal kemampuan berpikir memegang
peranan penting di dalam peningkatan Menurut daerah asal kelahiran Guru sains
kualitas hidup individu. Secara umum Biologi SMPN Kota Mataram, diketahui
seseorang yang memiliki kemampuan bahwa sebanyak 33 orang (58,9%) berasal
penalaran formal lebih berhasil dalam proses dari pulau Lombok, 9 orang (16,1%) dari
pembelajaran dan lebih mampu berpikir pulau Sumbawa, 11 orang (19,6%) dari
kritis (Lawson, 1995; Moon, 2008; pulau Jawa, dan 3 orang (5,4%) berasal dari
Santrock, 2009). pulau Bali. Tempat tinggal guru sebagian
Berdasarkan uraian tersebut di atas, besar (92,9%) berada di wilayah kota
maka diperlukan alternatif strategi Mataram dan hanya 4 orang (7,1%)
peningkatan mutu pembelajaran sains bertempat tinggal di kabupaten Lombok
biologi dengan cara mengungkap profil guru Barat.
sains biologi dan karakter pembelajaran
yang dilaksanakan selama ini. 3.2. Jenis Kelamin
Menurut perbandingan jenis kelamin, Guru
2. METODE Sains Biologi SMPN Kota Mataram yang
Penelitian ini merupakan penelitian laki-laki sebanyak 18 orang (32,1%) dan
deskriptif yang bertujuan untuk menemukan perempuan sebanyak 38 orang (67,9%).
alternatif strategi peningkatan mutu
pembelajaran dengan cara mengungkap 3.3. Masa Kerja
profil Guru Sains Biologi SMPN Kota Berdasarkan masa kerja, Guru Sains Biologi
Mataram dan karakter pembelajarannya.
SMPN Kota Mataram yang memiliki masa
Penelitian dilakukan pada bulan Juli- kerja 0 - 5 tahun sebanyak 2 orang (3,6%),
Agustus 2010, dilakukan kepada seluruh masa kerja 6 – 10 tahun sebanyak 19 orang
guru sains biologi SMPN Kota Mataram
(33,9%), masa kerja 11 – 15 tahun sebanyak
berjumlah 56 orang. Profil guru yang 12 orang (21,4%), masa kerja 16 – 20 tahun
diungkap meliputi: identitas, asal daerah, sebanyak 18 orang (32,1%), masa kerja 21 -
usia, jenis kelamin, alamat rumah,
25 tahun sebanyak 2 orang (3,6%), masa
pendidikan, pangkat/golongan, masa kerja, kerja 26 – 30 tahun sebanyak 1 orang
keikutsertaan dalam forum ilmiah. Karakter (1,8%), dan masa kerja 31 – 35 tahun
pembelajaran yang diungkap meliputi: sebanyak 2 orang (3,6%).
pemahaman strategi pembelajaran
berorientasi konstruktivisme, perubahan
3.4. Pangkat/Golongan
paradigma teaching menjadi learning,
strategi pembelajaran yang dominan Berdasarkan pangkat/golongan
dilakukan, pemahaman tentang strategi kepegawaian, Guru Sains Biologi SMPN
inquiry, pemahaman tentang cooperative Kota Mataram yang berpangkat/golongan
learning, pengalaman mengintegrasikan IIIA sebanyak 8 orang (14,3%), golongan
strategi inquiry dengan cooperative IIIB sebanyak 9 orang (16,1%), golongan
learning, pemahaman tentang keterampilan IIIC sebanyak 6 orang (10,7%), golongan
berpikir kritis, pemahaman tentang retensi, IIID sebanyak 7 orang (12,5%), dan
dan pengalaman memberdayakan kelompok- golongan IVA sebanyak 26 orang (46,4%).
kelompok siswa berkemampuan akademik
rendah. Data dikumpulkan menggunakan 3.5. Tingkat Pendidikan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 134


Berdasarkan tingkat pendidikan, Guru Sains sebanyak 1 orang (1,8%), metode tanya
Biologi SMPN Kota Mataram yang jawab sebanyak 6 orang (10,7%), metode
berpendidikan sarjana muda sebanyak 1 ceramah sebanyak 7 orang (12,5%), dan
orang (1,8%), diploma III (DIII) sebanyak 1 metode lainnya sebanyak 10 orang
orang (1,8%), dan strata 1 (S1) sebanyak 54 (17,9%).
orang (96,4%). 3. Guru Sains Biologi yang telah mengenal
strategi pembelajaran inkuiri sebanyak 45
3.6. Usia orang (80,4%) dan yang belum mengenal
sebanyak 11 orang (19,6%). Selanjutnya
Menurut usia, Guru Sains Biologi SMPN
yang telah pernah menerapkan strategi
Kota Mataram yang berusia 20 – 29 tahun
tersebut di kelas sebanyak 26 orang
sebanyak 2 orang (3,6%), berusia 30 – 39
(46,4%) dan yang belum pernah
tahun sebanyak 18 orang (32,1%), berusia
menerapkannya sebanyak 30 orang
40 – 49 tahun sebanyak 31 orang (55,4%),
(53,6%). Dari yang telah menerapkan
dan berusia 50 – 59 tahun sebanyak 5 orang
strategi tersebut sebanyak 16 orang
(8,9%).
(28,6%) sudah sesuai dengan sintaks
yang ada, sementara 10 orang (17,9)
3.7. Agama
belum sesuai sintaksnya.
Berdasarkan agama yang dianut, Guru Sains 4. Guru Sains Biologi yang telah mengenal
Biologi Kota Mataram yang beragama Islam strategi pembelajaran kooperatif
sebanyak 50 orang (89,3%), beragama sebanyak 53 orang (94,6%) dan yang
Hindu sebanyak 5 orang (8,9%), dan belum mengenal sebanyak 3 orang
beragama Budha sebanyak 1 orang (1,8%). (5,4%). Selanjutnya yang telah pernah
menerapkan strategi tersebut di kelas
3.8. Status Perkawinan sebanyak 52 orang (92,9%) dan yang
Berdasarkan status perkawinan, Guru Sains belum pernah menerapkannya sebanyak
Biologi Kota Mataram berstatus kawin 4 orang (7,1%). Dari yang telah
menerapkan strategi tersebut sebanyak 27
sebanyak 50 orang (89,3%), tidak kawin
sebanyak 5 orang (8,9%), dan janda/duda orang (48,2%) sudah sesuai dengan
sebanyak 1 orang (1,8%). sintaks yang ada, sementara 25 orang
(44,6) belum sesuai sintaksnya.
5. Jumlah Guru Sains Biologi yang telah
3.9. Forum Ilmiah
memahami tentang keterampilan berpikir
Berdasarkan keikutsertaan dalam forum kritis sebanyak 38 orang (67,9%), dan
ilmiah, Guru Sains Biologi SMPN kota yang belum memahami sebanyak 18
Mataram yang aktif mengikuti kegiatan orang (32,1%). Guru sains biologi yang
ilmiah seperti seminar, loka karya, pernah mengembangkan keterampilan
simposium, lomba karya tulis ilmiah, berpikir kritis di kelas sebanyak 27 orang
pengembangan kurikulum, sebanyak 29 (48,2%), dan yang belum pernah
orang (51,8%), sedangkan sebanyak 27 sebanyak 29 orang (51,8%). Jumlah guru
orang (48,2%) tidak menuliskan kegiatan sains biologi yang menyatakan
ilmiah yang pernah dilakukan. pentingnya keterampilan berpikir kritis
dilatihkan pada siswa sebanyak 44 orang
Karakter Pembelajaran Biologi (78,9%), dan yang menyatakan tidak tahu
1. Jumlah Guru Sains Biologi SMPN kota sebanyak 12 orang (21,4%).
Mataram yang menerapkan pembelajaran 6. Jumlah Guru Sains Biologi yang telah
berpusat pada siswa sebanyak 43 orang memahami konsep retensi sebanyak 21
(76,8%), sementara yang berpusat pada orang (37,5%), sedangkan yang belum
guru sebanyak 13 orang (23,2%). memahaminya sebanyak 35 orang
2. Guru Sains Biologi yang sering (62,5%). Guru Sains Biologi yang pernah
menerapkan metode eksperimen dalam melakukan pengukuran retensi pada
pembelajarannya sebanyak 5 orang siswanya sebanyak 7 orang (12,5%), dan
(8,9%), metode demonstrasi sebanyak 5 yang belum pernah sebanyak 49 orang
orang (8,9%), metode diskusi sebanyak (87,5%). Jumlah Guru Sains Biologi
22 orang (39,3%), metode penemuan yang menyatakan pentingnya pengukuran

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 135


retensi siswa sebanyak 26 orang (46,4%) strategi ini sulit untuk dilaksanakan. Solusi
dan yang menyatakan tidak tahu yang ditawarkan adalah perlu dilaksanakan
sebanyak 30 orang (53,6%). secara terintegrasi dengan strategi lain
misalnya dengan strategi pembelajaran
4. PEMBAHASAN kooperatif.
Inkuiri merupakan suatu strategi
Berdasarkan data temuan penelitian
pembelajaran yang menuntut siswa
ini terkait dengan profil Guru dan karakter
menemukan pengetahuan sebagaimana
pembelajarannya maka secara umum
ilmuwan menemukan dan mengembangkan
pelaksanaan pembelajaran sains biologi di
ilmu (Dow, et. al. 2000; Brickman, 2009).
SMPN kota Mataram masih memerlukan
Strategi pembelajaran inkuiri berkaitan erat
pembenahan untuk memenuhi standar
dengan teori belajar konstruktivisme yang
nasional pendidikan terutama pada standar
berkembang atas dasar psikologi
proses. Peraturan Pemerintah Nomor
perkembangan kognitif Piaget dan teori
19/2005 Pasal 19 mengamanatkan agar
scaffolding Vygotsky. Teori belajar
pembelajaran dilakukan secara interaktif,
konstruktivisme menekankan pada proses
inspiratif, menyenangkan, menantang,
membangun pengetahuan secara mandiri
memotivasi peserta didik untuk
pada diri siswa. Kegiatan pembelajaran
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
inkuiri dapat mengoptimalkan keterlibatan
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
pengalaman langsung siswa dalam proses
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
pembelajaran.
perkembangan fisik, serta psikologis peserta
Hasil-hasil penelitian menunjukkan
didik dan memberi keteladanan.
bahwa strategi pembelajaran inkuiri terbukti
Guru sains biologi yang masih
efektif meningkatkan keterampilan berpikir,
menerapkan pembelajaran berpusat pada
sikap, minat, hasil belajar kognitif dan
guru sebanyak 13 orang (23,2%). Hal ini di
motivasi belajar siswa (Corebima, 2007;
satu sisi terkait dengan pemahaman guru
Setiawan, 2005). Strategi pembelajaran ini
tentang pergeseran paradigma teaching
diharapkan dapat mengembangkan sejumlah
menuju learning, dan disisi lain kurangnya
ketrampilan proses seperti mengobservasi,
sarana-prasarana pendukung untuk
menyusun hipotesis, mengidentifikasi
melakukan proses pembelajaran serta
variabel, merancang eksperimen,
rendahnya motivasi guru untuk melakukan
mengumpulkan dan menganalisis data,
inovasi pembelajaran. Mencermati kondisi
mengambil kesimpulan berdasarkan bukti-
ini maka prioritas utama yang dapat
bukti otentik dan mengkomunikasikan hasil
dilakukan adalah membekali pengetahuan
kegiatan inkuirinya.
guru tentang pentingnya pergeseran
Sintaks pembelajaran inkuiri terdiri
paradigma pembelajaran untuk
atas enam fase, yaitu: 1) fase identifikasi dan
menghasilkan luaran yang mampu
penetapan ruang lingkup masalah, 2) fase
berkompetisi secara lokal, regional, bahkan
perumusan hipotesis, 3) fase pengumpulan
global. Setiap saat guru perlu dimotivasi
data, 4) fase interpretasi data, 5) fase
untuk melakukan inovasi pembelajaran
pengembangan kesimpulan, dan 6) fase
sebagaimana dinyatakan oleh Susilo (2007),
pengulangan (Joyce, et. al. 2009). Tahapan
bahwa guru masa depan harus tertantang
pembelajaran ini dapat diterapkan pada
untuk memajukan pendidikan melalui mata
pelajaran biologi mengingat bahwa ilmu ini
pelajaran yang dibinanya.
sebagai bagian dari sains yang menyediakan
Sebanyak 80,4% guru sains biologi
berbagai pengalaman belajar untuk
telah mengenal strategi pembelajaran
memahami konsep dan proses-proses sains.
inkuiri, namun baru 46,4% yang
Sebanyak 94,6% guru sains biologi
menerapkan di kelas, dan 28,6% melakukan
telah mengenal strategi pembelajaran
sesuai dengan sintaksnya. Hal ini sejalan
kooperatif dan 92,9% telah menerapkan di
dengan yang dikemukakan Setiawan (2005)
kelas, namun baru 48,2% yang melakukan
bahwa pada kenyataannya masih banyak
sesuai dengan sintaksnya. Strategi kooperatif
hambatan dalam penerapan strategi
dewasa ini sedang digalakkan dalam dunia
pembelajaran ini. Hambatan terutama dari
pendidikan, walaupun di Amerika Serikat
pihak guru yang cenderung menganggap
dan Eropa telah disosialisasikan melalui

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 136


seminar, konferensi, lokakarya, dan sebagai efek pengiring (nurturan effect)
penerbitan sejak akhir tahun 1980. Falsafah semata.
yang mendasari strategi pembelajaran ini Indikator berpikir kritis dikemukakan
adalah homo homini socius yaitu falsafah oleh Wade (1995) meliputi: (1) kegiatan
yang memandang manusia sebagai makhluk merumuskan pertanyaan, (2) membatasi
sosial. Pembelajaran kooperatif adalah permasalahan, (3) menguji data-data, (4)
metode pengajaran yang menuntut siswa menganalisis berbagai pendapat dan bias, (5)
bekerja dalam kelompok untuk saling menghindari pertimbangan yang sangat
membantu dalam mempelajari suatu materi emosional, (6) menghindari penyederhanaan
pelajaran (Slavin, 1995). berlebihan, (7) mempertimbangkan berbagai
Pratt (2003) menyatakan strategi interpretasi, dan (8) mentoleransi
kooperatif sangat penting untuk mendukung ambiguitas.
kegiatan pembelajaran berbasis inkuiri. Kemampuan berpikir kritis siswa
Strategi ini memiliki lima elemen dasar, dapat dilatihkan dan dikembangkan melalui
yaitu: 1) saling ketergantungan positif di pengajaran berbasis inkuiri. Strategi inkuiri
antara anggota kelompok, 2) kelompok menuntut siswa melibatkan seluruh
bertanggungjawab untuk mencapai tujuan kemampuannya secara maksimal untuk
bersama dan setiap individu mencari tahu, menyelidiki secara sistematis,
bertanggungjawab secara pribadi, 3) setiap bersikap kritis, logis, dan analitis terhadap
anggota kelompok bekerja sama untuk objek pelajarannya.
memahami materi dengan saling Guru Sains Biologi SMPN kota
memberikan dukungan dan bantuan, 4) Mataram yang mengenal konsep retensi
terjadi pembelajaran keterampilan sosial, sebanyak 37,5%, 7 orang diantaranya pernah
dan 5) anggota kelompok berdiskusi satu melakukan pengukuran retensi pada
dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan siswanya dan 46,4% menyatakan pentingnya
bersama (Slavin, 2005). melakukan pengukuran retensi pada siswa.
Strategi kooperatif yang lebih sesuai Hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan
untuk kelas tradisional adalah tipe Think- retensi menunjukkan bahwa penerapan suatu
Pair-Share (TPS) dan Numbered Head strategi pembelajaran berpengaruh terhadap
Together (NHT). Tipe ini dikembangkan retensi hasil belajar siswa (Herleny, 1999).
oleh Spencer Kagen dan kawan-kawannya Retensi siswa akan meningkat bila guru
pada tahun 1993. Metode tersebut melakukan demontrasi atau memberikan
menekankan pada struktur khusus yang contoh yang hidup dan menarik (Santrock,
dirancang untuk mempengaruhi pola 2004). Penerapan strategi inkuiri dengan
interaksi siswa. Struktur-struktur dimaksud strategi kooperatif berpotensi untuk
menghendaki agar siswa dapat bekerja sama meningkatkan retensi siswa. Hal ini
saling tergantung dalam kelompok kecil disebabkan karena siswa diberi kesempatan
secara kooperatif (Nurhadi, Yasin & untuk melakukan kegiatan demonstrasi,
Senduk, 2004). pengamatan, dan eksperimen dalam strategi
Sebanyak 67,9% guru sains biologi inkuiri dengan kooperatif.
telah memahami konsep keterampilan
berpikir kritis, 48,2 % pernah 5. KESIMPULAN
mengembangkan tehnik pengukurannya dan
Berdasarkan data hasil penelitian dan
78,6% menyatakan pentingnya melatihkan
pembahasan di atas dapat disimpulkan
keterampilan berpikir kritis pada siswa.
sebagai berikut: (1) Guru Sains Biologi
Berbagai hasil penelitian pendidikan
SMPN Kota Mataram belum sepenuhnya
menunjukkan bahwa berpikir kritis mampu
melakukan pembelajaran yang berpusat pada
menyiapkan siswa berpikir pada berbagai
siswa; (2) Guru Sains Biologi SMPN Kota
disiplin ilmu, serta dapat dipakai untuk
Mataram belum seluruhnya memahami dan
menyiapkan siswa untuk menjalani karir dan
melaksanakan strategi pembelajaran inkuiri;
kehidupan nyatanya. Disisi lain, masalah
(3) Guru Sains Biologi SMPN Kota
yang berhubungan dengan pengembangan
Mataram belum seluruhnya memahami dan
berpikir kritis dalam pembelajaran sering
melaksanakan strategi pembelajaran
luput dari perhatian guru. Pengembangan
kooperatif; (4) Guru Sains Biologi SMPN
berpikir kritis hanya diharapkan muncul

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 137


Kota Mataram belum seluruhnya memahami Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Berdasarkan
dan melakukan pengukuran keterampilan Masalah: Latar Belakang, Konsep Dasar dan
berpikir kritis pada siswa; (5) Guru Sains Implementasinya. Surabaya: Unesa University
Biologi SMPN Kota Mataram belum Press.
seluruhnya memahami dan melakukan Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. 2009. Model-
pengukuran keterampilan retensi pada siswa; Model Pengajaran. Terjemahan oleh Fawaid, A.,
(6) Alternatif strategi peningkatan mutu & Mirza, A. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pembelajaran Sains Biologi di SMPN Kota Lawson, A.E. 1995. Science Teaching and The
Mataram adalah melalui sosialisasi, Development of Thinking. California:
pelatihan dan pembinaan profesionalitas Wadsworth Publishing Company.
pedagogik kepada guru sains biologi terkait
Moon, J. 2008. Critical Thinking: An
dengan inovasi pembelajaran; (7) Strategi Exploration of Theory and Practice. New York:
pembelajaran yang berpotensi untuk Routledge.
meningkatkan keterampilan berpikir kritis
dan kemampuan berkolaborasi adalah Pratt, S. 2003. Cooperative Learning Strategies.
The Science Teacher. 70 (4): 25-29.
strategi pembelajaran inkuiri dan kooperatif.
Pribadi, B.A. 2009. Model Desain Sistem
6. DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran. Jakarta: PT Dian Rakyat.
Arnyana, I.B.P. 2004. Pengembangan Perangkat Santrock, JW. 2008. Psikologi Pendidikan, Edisi
Model Belajar Berdasarkan Masalah Dipandu 3. Terjemahan Diana Angelica. 2009, Jakarta:
Strategi Kooperatif Serta Pengaruh Salemba Humanika.
Implementasinya Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Setiawan, I.G.A.N. 2005. Pengaruh
Menengah Atas pada Pelajaran Ekosistem, Pembelajaran Kontekstual dalam Strategi Inkuiri
Disertasi, tidak diterbitkan. Malang: Program dan Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk
Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Meningkatkan Kemampuan Berpikir dan Hasil
Belajar Biologi Siswa SMP di Kecamatan
Brickman, P. et. al. 2009. Effect of Inquiry Buleleng Bali. Disertasi tidaki diterbitkan.
Based Learning on Students Science Literacy Malang: Universitas Negeri Malang.
Skills and Confidence. International Journal for
The Scholarship of Teaching and Learning, 3(2): Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning.
1-22. Massacchussets: Allyn & Bacon.
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Susilo, H. 2007. The Challenge of Future
Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Biology Teacher Preparation in Indonesia.
Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Proceedings of Redesigning Pedagogy
Nasional Pendidikan. Conference. Singapore, May 28-30, 2007.
Corebima, A.D. 2007. Review On: Learning Tilaar, H.A.R. 2009. Membenahi Pendidikan
Strategies Having Bigger Potency To Empower Nasional. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Thinking Skill and Concept Gaining of Lower Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa
Academic Students. Proceedings of the Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.
Redesigning Pedagogy: Culture, Knowledge, and
Understanding. Singapura, Mei 2007.
Dow, P. et. al. 2000. Inquiry and the National
Science Education Standards: A Guide for
Teaching and Learning. Washington, D.C:
National Academy Press.
Depdiknas, 2003. Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta:
Depdiknas.
Depdiknas, 2005. Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2007. Permendiknas No. 16 Tahun
2007. Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik.
Jakarta: Depdiknas.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 138


HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF
DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR (SD)
DALAM PEMBELAJARAN SAINS
PADA PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN INKUIRI

Aisyah Rahmawati Zen*), Duran Corebima*), Herawati Susilo *), Siti Zubaidah
Jurusan Biologi – FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak
Pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah yang ditunjukkan melalui pemecahan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan metakognitif berhubungan dengan pemahaman konsep
materi yang sedang dipelajari. Strategi pembelajaran yang direkomendasikan untuk memberdayakan
keterampilan metakognitif adalah Problem Based Learning (PBL) dan inkuiri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara keterampilan metakognitif dan hasil belajar pada strategi
pembelajaran PBL dan inkuiri serta ada tidaknya perbedaan hubungan antara keterampilan metakognitif
dan hasil belajar pada strategi pembelajaran PBL dan inkuiri. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas
IV SDN Sumbersari II Malang dan siswa kelas IV SDN Sumbersari III Malang. Analisis statistik
menggunakan regresi. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara keterampilan metakognitif
dan hasil belajar siswa pada penerapan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan
persamaan garis regresi Y= 0,8402X + 6, 8127 dengan sumbangan keterampilan metakognitif terhadap
hasil belajar siswa sebesar 43,7%. Ada hubungan antara keterampilan metakognitif dan hasil belajar
siswa pada penerapan strategi pembelajaran inkuiri dengan persamaan garis regresi Y= 0, 9009X + 10,
318 dengan sumbangan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar siswa sebesar 69%. Hubungan
keterampilan metakognitif dan hasil belajar pada strategi pembelajaran inkuiri memiliki tingkat yang
lebih tinggi dibandingkan pada PBL.

Kata Kunci: Keterampilan Metakognitif, Hasil Belajar, Problem Based Learning (PBL), Inkuiri.

1. PENDAHULUAN Livingston (2003), metakognisi terdiri dari


pengetahuan metakognitif (metacognitive
IPA didefinisikan sebagai
knowledge) dan pengalaman atau regulasi
pengetahuan yang sistematis dan tersusun
metakognitif (metacognitive experiences or
secara teratur, berlaku umum (universal),
regulation). Metakognisi (metakognitif)
dan berupa kumpulan data hasil observasi
diartikan kesadaran dan kontrol terhadap
dan eksperimen (Carin dan Sund, 1993
proses kognitif (Eggen dan Kauchak, 1996
dalam BSNP, 2006). Pembelajaran IPA di
dalam Corebima, 2006).
SD/MI menekankan pada pemberian
Keterampilan metakognitif
pengalaman belajar secara langsung melalui
berhubungan dengan pemahaman konsep
penggunaan dan pengembangan
terhadap materi yang sedang dipelajari.
keterampilan proses dan sikap ilmiah yang
Keterampilan metakognitif yang tinggi
dapat ditunjukkan melalui pemecahan
menunjukkan pemahaman konsep yang
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
tinggi pula. Penelitian Ratnaningsih (2008)
Dalam pembelajaran IPA di SD, guru
mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki
dituntut untuk dapat mengajarkan konsep
keterampilan metakognitif baik tentunya
IPA secara benar sedangkan siswa dituntut
akan memiliki pemahaman konsep yang
untuk memahami konsep IPA dan
lebih baik pula. Hal senada juga dikatakan
penerapannya secara sederhana dalam
oleh Nurul (2008) yang menyatakan bahwa
kehidupan sehari-hari.
pemahaman konsep juga berkaitan dengan
Metakognisi (metacognition)
keterampilan metakognitif siswa.
merupakan suatu istilah yang diperkenalkan
Keterampilan metakognitif yang tinggi dapat
oleh Flavell pada tahun 1976. Menurut
membantu siswa dalam menguasai konsep
Flavell, sebagaimana dikutip oleh

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 139


secara mendalam karena siswa mampu (Problem Based Learning) dan inkuiri.
mengontrol proses belajarnya. Pembelajaran PBL merupakan pembelajaran
yang menyajikan kepada siswa situasi
Abdurrahman (1999) menyatakan
masalah yang autentik dan bermakna yang
bahwa prestasi akademik banyak terkait
dapat memberikan kemudahan untuk
dengan kemampuan memori dan
melakukan penyelidikan atau inkuiri
keterampilan metakognitif. Hal senada juga
(Ibrahim dan Nur, 2000). Arends (1997)
dinyatakan oleh Coutinho (2007) bahwa
mengemukakan PBL dapat merangsang
terdapat hubungan positif antara prestasi
berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi
belajar dengan metakognisi. Prestasi belajar
berorientasi masalah, termasuk di dalamnya
siswa yang memiliki tingkat metakognisi
belajar bagaimana belajar.
tinggi akan lebih baik jika dibandingkan
Penelitian-penelitian yang telah
dengan siswa yang memiliki tingkat kognisi
dilakukan menunjukkan bahwa strategi
rendah.
pembelajaran PBL dan inkuiri berpotensi
Pemahaman konsep secara benar oleh meningkatkan keterampilan metakognitif
siswa dapat diukur melalui hasil belajar dan hasil belajar siswa. Akan tetapi
siswa. Menurut Dasna (2007) untuk keduanya memiliki karakter yang berbeda,
meningkatkan kualitas proses dan hasil sehingga kemungkinan memiliki
belajar, para ahli pembelajaran telah kemampuan berbeda dalam meningkatkan
menyarankan penggunaan paradigma keterampilan metakognitif siswa yang pada
pembelajaran konstruktivistik untuk akhirnya keterampilan metakognitif siswa
kegiatan belajar-mengajar di kelas. Dengan pada pembelajaran dengan PBL dan inkuiri
perubahan paradigma belajar tersebut terjadi ini memiliki sumbangan yang berbeda pula
perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini
belajar berpusat pada guru kepada belajar bertujuan untuk mengetahui hubungan
berpusat pada siswa. Dengan kata lain, antara keterampilan metakognitif dan hasil
ketika mengajar di kelas, guru harus belajar siswa kelas IV SD pada penerapan
berupaya menciptakan kondisi lingkungan strategi pembelajaran PBL, hubungan antara
belajar yang dapat membelajarkan siswa, keterampilan metakognitif dan hasil belajar
dapat mendorong siswa belajar, atau siswa kelas IV SD pada penerapan strategi
memberi kesempatan kepada siswa untuk pembelajaran Inkuiri, dan perbedaan
berperan aktif mengkonstruksi konsep- persamaan regresi keterampilan
konsep yang dipelajarinya. Untuk mencapai metakognitif dan hasil belajar siswa kelas IV
tujuan tersebut, pengajar dapat SD pada penerapan strategi pembelajaran
menggunakan pendekatan, strategi, model, PBL dan inkuiri.
atau metode pembelajaran inovatif.
Kenyataan di lapangan menunjukkan, 2. METODE
meski sudah banyak ahli pembelajaran
Penelitian ini merupakan penelitian
menyarankan penggunaan paradigma
deskriptif kuantitatif. Teknik yang
pembelajaran konstruktivistik dalam
digunakan dalam penelitian ini adalah
pembelajaran masa kini khususnya
survei. Untuk mengukur hasil penelitian
pembelajaran IPA akan tetapi guru masih
digunakan pre tes dan post tes. Subjek
cenderung menggunakan strategi
penelitian terdapat dalam dua kelas yang
pembelajaran dengan teknik lama dalam
berbeda, yaitu kelas yang mendapatkan
mengajar yaitu dengan cara berceramah.
pembelajaran dengan strategi PBL dan kelas
Sebenarnya ada banyak strategi
yang mendapatkan pembelajaran dengan
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
strategi inkuiri. Kedua kelas mendapatkan
mengajar yang sudah terbukti dapat
perlakuan yang sama yaitu mengerjakan pre
menuntun siswa dalam membangun
tes di awal penelitian dan mengerjakan post
pemahamannya secara mandiri sehingga
tes di akhir penelitian.
dapat meningkatkan hasil belajar dan
Populasi dalam penelitian ini adalah
keterampilan metakognitif siswa.
seluruh siswa kelas IV SD Negeri
Beberapa strategi tersebut di Sumbersari II Malang dan siswa kelas IV
antaranya adalah strategi pembelajaran PBL SD Negeri Sumbersari III Malang tahun

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 140


pelajaran 2009/2010. Sampel dalam b. Jika nilai probabilitas < 0,05 maka
penelitian ini adalah keseluruhan populasi, hipotesis nol ditolak dan hipotesis
yaitu siswa kelas IV SD Negeri Sumbersari penelitian diterima
II Malang dengan jumlah siswa adalah 20
siswa dan siswa kelas IV SD Negeri 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sumbersari III Malang dengan jumlah siswa
3.1. Data Hasil Penelitian
adalah 35 siswa. Adapun instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian Data keterampilan metakognitif dan hasil
ini adalah (1) tes, (2) rubrik, dan (3) Lembar belajar siswa pada penerapan strategi
Kerja Siswa. pembelajaran PBL dan Inkuiri
Data hasil penelitian ini yang berupa
Ringkasan deskripsi data
data hasil belajar kognitif dan keterampilan keterampilan metakognitif dan hasil belajar
metakognitif. Analisis statistik yang siswa pada penerapan strategi pembelajaran
digunakan adalah regresi berganda dengan PBL berdasarkan selisih antara nilai pre tes
keterampilan metakognitif sebagai faktor X
dan post tes dapat dilihat pada Tabel 1.
dan hasil belajar sebagai faktor Y, sebelum Ringkasan deskripsi data
dilakukan uji statistik terlebih dahulu keterampilan metakognitif dan hasil belajar
dilakukan uji normalitas Kolmogorov-
siswa pada penerapan strategi pembelajaran
Smirnov untuk mengetahui distribusi data inkuiri berdasarkan selisih antara nilai pre
yang diperoleh, yaitu terdistribusi normal tes dan post tes dapat dilihat pada Tabel 2.
atau tidak.
Signifikansi data didasarkan pada
acuan sebagai berikut.
a. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka
hipotesis nol diterima dan hipotesis
penelitian ditolak

Tabel 1 Ringkasan Deskripsi Data Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar pada
Strategi Pembelajaran PBL
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Selisih nilai hasil belajar 18 28, 0972 9, 24574 9, 00 47, 00
dengan PBL
Selisih nilai keterampilan 18 25, 3333 7, 27267 9, 00 36, 90
metakognitif dengan PBL

Tabel 2 Ringkasan Deskripsi Data Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar pada
Strategi Pembelajaran Inkuiri
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Selisih nilai hasil belajar 35 42, 7514 14, 27057 2, 00 65, 40
dengan Inkuiri
Selisih nilai keterampilan 35 36, 0029 13, 15624 4, 70 67, 10
metakognitif dengan Inkuiri

3.2. Uji Normalitas Data keterampilan metakognitif dan hasil belajar


berdasarkan selisih nilai pretes dan post tes
Uji normalitas data dilakukan dengan
pada strategi pembelajaran inkuiri adalah
uji sampel Kolmogorov-Smirnov. Data
0,543 (distribusi normal) dan 0,675
terdistribusi normal apabila mempunyai
(distribusi normal).
taraf signifikansi lebih dari 0,05. Rincian
nilai probabilitas uji prasyarat analisis
3.3. Uji Hipotesis
dengan uji Kolmogorov-Smirnov adalah
sebagai berikut, keterampilan metakognitif 3.3.1. Hubungan Keterampilan
dan hasil belajar berdasarkan selisih nilai Metakognitif dan Hasil Belajar
pretes dan post tes pada strategi pada Strategi Pembelajaran PBL
pembelajaran PBL adalah 0,409 (distribusi
Hasil uji analisis regresi antara
normal) dan 0,557 (distribusi normal),
keterampilan metakognitif dan hasil belajar

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 141


siswa pada strategi pembelajaran PBL berdasarkan analisis regresi hubungan
diperoleh nilai F sebesar 12, 407 dengan keterampilan metakognitif dan hasil belajar
angka signifikansi (0,003) < (0,05) sehingga pada strategi pembelajaran PBL adalah
hipotesis nol ditolak dan hipotesis penelitian sebesar 43, 7%. Hal ini dapat dilihat pada
diterima bahwa ada hubungan antara Tabel 4.
keterampilan metakognitif dan hasil belajar Berdasarkan ringkasan hasil analisis
pada penerapan strategi pembelajaran PBL. regresi antara keterampilan metakognitif dan
Adapun Tabel ringkasan regresi hubungan hasil belajar siswa pada strategi
keterampilan metakognitif dan hasil belajar pembelajaran PBL didapatkan persamaan
pada strategi pembelajaran PBL dapat dilihat garis regresi Y= 0,8402X + 6, 8127 (Tabel
pada Tabel 3. 5).
Besarnya sumbangan keterampilan
metakognitif terhadap hasil belajar

Tabel 3 Ringkasan Anova Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar pada
Strategi Pembelajaran PBL
Model Sum of Df Mean Square F Sig
Squares
1 Regression 634, 715 1 634, 715 12, 407 0,003a
Residual 818, 507 16 51, 157
Total 1453, 222 17
a. Predictor: (Constant): Selisih Nilai Keterampilan Metakognitif pada PBL
b. Dependent Variable: Selisih nilai hasil belajar dengan PBL

Tabel 4 Ringkasan Regresi Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar pada
Strategi Pembelajaran PBL
Model R R Square Adjust Std. Error Durbin-Watson
R Square The Estimate
1 0,661a 0,437 0,402 7, 15239 2,919
a. Predictor: (Constant): Selisih Nilai Keterampilan Metakognitif pada PBL
b. Dependent Variable: Selisih nilai hasil belajar dengan PBL

Tabel 5 Ringkasan Persamaan Garis Regresi Hubungan Keterampilan Metakognitif dan


Hasil Belajar pada Strategi Pembelajaran PBL
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (constant) 6, 813 6, 273 1, 086 0, 294
Selisish nilai keterampilan 0, 840 0, 239 0, 661 3, 522 0,003
metakognitif pada PBL
a. Dependent Variable: Selisih nilai hasil belajar dengan PBL

Persamaan garis regresi yang 80,00


diperoleh dapat digambarkan dalam bentuk 70,00

grafik. Adapaun grafik hubungan 60,00


50,00
keterampilan metakognitif dan hasil belajar 40,00
siswa pada strategi PBL dapat dilihat pada 30,00 X1sel-Y1sel
y = 0,8402x + 6,8127
R2 = 0,4368
Gambar 1. 20,00
Y1sel
10,00
Linear (Y1sel)
0,00
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00

Gambar 1 Hubungan Keterampilan


Metakognitif dan Hasil Belajar Siswa
pada Strategi Pembelajaran PBL

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 142


Hasil penelitian ini bersesuaian antara proses memecahkan masalah dengan
dengan penelitian Hadi (2009) yang keterampilan metakognitif dan berpikir kritis
menunjukkan pada penerapan pembelajaran yang pada akhirnya juga berkaitan erat
PBL di SMAN 8 Malang, siswa yang dengan hasil belajar.
memiliki keterampilan metakognitif tinggi
juga memiliki hasil belajar yang tinggi. 3.3.2. Hubungan Keterampilan
Penelitian Retnosari (2008) menemukan Metakognitif dan Hasil Belajar
hasil penelitian bahwa penerapan strategi pada Strategi Pembelajaran Inkuiri
PBL di SMPK Santa Maria II dapat
Hasil uji analisis regresi antara
meningkatkan pemahan konsep siswa.
keterampilan metakognitif dan hasil belajar
Strategi PBL merupakan salah satu
siswa pada strategi pembelajaran inkuiri
strategi pembelajaran yang mampu
diperoleh nilai F hitung sebesar 73, 373
memberdayakan keterampilan metakognitif
dengan angka signifikansi (0,000) < (0,05)
siswa. Howard (2004) menyatakan bahwa
sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis
keterampilan metakognitif diyakini
penelitian diterima bahwa ada hubungan
memegang peranan penting pada banyak
antara keterampilan metakognitif dan hasil
tipe aktivitas kognitif termasuk pemahaman,
belajar pada penerapan strategi
komunikasi, perhatian (attention), ingatan
pembelajaran inkuiri. Adapun Tabel
(memory) dan pemecahan masalah; sejumlah
ringkasan regresi hubungan keterampilan
peneliti yakin bahwa penggunaan strategi
metakognitif dan hasil belajar pada strategi
yang tidak efektif adalah salah satu
pembelajaran inkuiri dapat dilihat pada
penyebab ketidak mampuan belajar. Duch,
Tabel 6.
dkk (2002) dalam Retnosari (2008)
Besarnya sumbangan keterampilan
menyatakan strategi PBL dapat
metakognitif terhadap hasil belajar
meningkatkan hasil belajar siswa karena
berdasarkan análisis regresi hubungan
pembelajaran ini menjadikan siswa lebih
keterampilan metakognitif dan hasil belajar
banyak bertanya, berbicara, dan menjawab
pada strategi pembelajaran inkuiri adalah
pertanyaan sehingga meningkatkan
sebesar 69 %. Hal ini dapat dilihat pada
pemahaman terhadap suatu konsep
Tabel 7.
pelajaran. Hal ini sejalan dengan penemuan
Berdasarkan ringkasan hasil analisis
Arnyana (2004) bahwa pembelajaran
regresi antara keterampilan metakognitif dan
berdasarkan masalah (PBM) dalam strategi
hasil belajar siswa pada strategi
GI berpengaruh paling baik terhadap
pembelajaran inkuiri didapatkan persamaan
kemampuan berpikir kritis maupun hasil
garis regresi Y= 0, 9009X + 10, 318 (Tabel
belajar kognitif siswa. Berdasarkan uraian di
8).
atas dapat diketahui bahwa erat kaitannya

Tabel 6 Ringkasan Anova Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar pada
Strategi Pembelajaran Inkuiri
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig
1 Regression 4776, 012 1 4776, 012 73, 373 0,000a
Residual 2148, 056 33 65, 093
Total 6924, 067 34
a. Predictor: (Constant): Selisih Nilai Keterampilan Metakognitif pada Inkuiri
b. Dependent Variable: Selisih nilai hasil belajar dengan Inkuiri

Tabel 7 Ringkasan Regresi Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar


pada Strategi Pembelajaran Inkuiri
Model R R Square Adjust Std. Error Durbin-Watson
R Square The Estimate
1 0,8311a 0,690 0,680 8, 06800 1,822
a. Predictor: (Constant): Selisih Nilai Keterampilan Metakognitif pada Inkuiri
b. Dependent Variable: Selisih nilai hasil belajar dengan Inkuiri

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 143


Tabel 8 Ringkasan Persamaan Garis Regresi Hubungan Keterampilan Metakognitif dan
Hasil Belajar pada Strategi Pembelajaran Inkuiri
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (constant) 10, 318 4, 025 2, 564 0, 015
Selisish nilai keterampilan 0, 901 0, 105 0, 831 8, 566 0,000
metakognitif pada PBL
a. Dependent Variable: Selisih nilai hasil belajar dengan Inkuiri

Persamaan regresi yang diperoleh siswa berdasarkan permasalahan dan


dapat digambarkan dalam bentuk grafik. pertanyaan, di mana siswa menghubungkan
Adapun grafik hubungan keterampilan pengalamannya dengan proses pembelajaran
metakognitif dan hasil belajar siswa pada yang berlangsung.
strategi inkuiri dapat dilihat pada Gambar 2 Selain dapat meningkatkan
berikut ini. keterampilan metakognitif, strategi
pembelajaran inkuiri juga dapat
80,00 y = 0,9009x + 10,318 meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
R2 = 0,6898
70,00 Melalui inkuiri, guru mengajak siswa
60,00 Y2sel
50,00 Linear (Y2sel)
terlibat aktif, baik secara fisik dan mental
40,00 dalam belajarnya. Siswa diajak berpikir
30,00
20,00
X3sel-Y2sel mengenali masalah, menyelidiki untuk
10,00 mencari jawaban masalah yang dihadapi
0,00
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00
sampai pada penyusunan kesimpulan. Dalam
pembelajaran ini, siswa terkondisi untuk
Gambar 2 Hubungan Keterampilan membangun sendiri pemahamannya dengan
Metakognitif dan Hasil Belajar cara menyusun informasi yang diperolehnya
Siswa pada Strategi menjadi satu kesatuan utuh sehingga
Pembelajaran Inkuiri diperoleh pengetahuan sebagai hasil
belajarnya.
Hasil penelitian Handayani (2009)
menyebutkan bahwa penerapan strategi 3.3.3. Kesamaan Persamaan Regresi
pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan Keterampilan Metakognitif dan
keterampilan metakognitif dan pemahaman Hasil Belajar Siswa pada Strategi
konsep (hasil belajar siswa). Hal ini karena Pembelajaran PBL dan Inkuiri
keterampilan metakognitif memang
berkaitan dengan pembelajaran Hasil uji beda persamaan regresi
konstruktivistik, seperti yang dinyatakan keterampilan metakognitif dan hasil belajar
oleh Steffle and Gale (1995) dalam siswa pada strategi pembelajaran PBL dan
D’Avanzo (2003) bahwa informasi inkuiri dapat dilihat pada Tabel 9.
didapatkan dari konsep-konsep di sekitar

Tabel 9 Ringkasan Anava Uji Beda Persamaam Regresi Keterampilan Metakognitif dan
Hasil Belajar pada Strategi Pembelajaran PBL dan Inkuiri
Model Sum of df Mean F Sig.
Square Square
Regresion 7963, 365 3 2654, 455 43, 845 0,000
b3 2, 873 1 2, 873 0, 047 0,812
b2,b3 263, 493 2 131, 746 2,176 0,127
Residual 2966, 563 49 60, 542
Result: parallel

Berdasarkan analisis uji beda signifikansi hubungan keterampilan


persamaan regresi maka diketahui bahwa F metakognitif dan hasil belajar pada strategi
hitung sebesar 43, 845 dengan angka pembelajaran PBL dan inkuiri (0,000) <

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 144


(0,05). Ringkasan uji beda persamaan Secara alami, kondisi siswa di kelas
regresi menunjukkan F hitung b3 sebesar memiliki kemampuan akademik yang
0,047 dengan angka signifikansi (0,812) > berbeda.
(0,05). Nilai tersebut menunjukkan bahwa Mengingat sampel dalam penelitian
persamaan regresi keterampilan adalah siswa Sekolah Dasar (SD), maka
metakognitif dan hasil belajar pada strategi perkembangan kognitif anak diduga juga
pembelajaran PBL dan inkuiri memiliki dapat berpengaruh terhadap hubungan
garis yang sejajar. keterampilan metakognitif dan hasil belajar
Persamaan regresi hubungan pada PBL dan inkuiri ini. Diduga strategi
keterampilan metakognitif dan hasil belajar PBL yang dalam prakteknya merupakan
pada strategi pembelajaran PBL dan inkuiri suatu proses pemecahan masalah, siswa SD
yang diperoleh dapat digambarkan dalam belum mampu berpikir secara mampu
bentuk grafik. Tampak pada gambar bahwa menyusun hipotesis, menalar secara logis,
garis regresi hubungan keterampilan dan menarik kesimpilan dari informasi yang
metakognitif dan hasil belajar pada strategi tersedia untuk memecahkan masalah yang
pembelajaran PBL memiliki kedudukan diberikan. Hal ini sejalan dengan hasil
yang sejajar dengan garis regresi hubungan penelitian sebelumnya mengenai penerapan
keterampilan metakognitif dan hasil belajar strategi PBL pada siswa SMP dan SMA di
pada strategi pembelajaran inkuiri. Akan Kota Malang. Hasil penelitian menunjukkan
tetapi garis persamaan regresi pada strategi bahwa penerapan PBL di SMA
pembelajaran inkuiri menunjukkan menunjukkan pengaruh yang lebih besar
peningkatan yang lebih signifikan untuk meningkatkan keterampilan
dibandingkan dengan garis persamaan metakognitif dan pemahaman konsep siswa
regresi pada strategi pembelajaran PBL. Hal dibandingkan dengan di SMP.
ini terlihat dari posisi persamaan garis
regresi PBL yang berada di bawah 4. KESIMPULAN
persamaan garis regresi inkuiri. Adapun
Berdasarkan analisis data dan
grafik hubungan keterampilan metakognitif
pembahasan, dapat diambil kesimpulan
dan hasil belajar siswa pada strategi
sebagai berikut.
pembelajaran PBL dan inkuiri dapat dilihat
1. Ada hubungan antara keterampilan
pada Gambar 4.3.
metakognitif dan hasil belajar siswa pada
penerapan strategi pembelajaran PBL.
Sumbangan keterampilan metakognitif
terhadap hasil belajar siswa sebesar
43,7% pada penerapan strategi
pembelajaran PBL.
2. Ada hubungan antara keterampilan
metakognitif dan hasil belajar siswa pada
penerapan strategi pembelajaran inkuiri.
Gambar 3 Hubungan Keterampilan Sumbangan keterampilan metakognitif
Metakognitif dan Hasil Belajar terhadap hasil belajar siswa sebesar 69%
Siswa pada Strategi pada penerapan strategi pembelajaran
Pembelajaran PBL dan Inkuiri inkuiri.
3. Ada perbedaan hubungan antara
Adanya tingkat hubungan yang keterampilan metakognitif dan hasil
berbeda antara penerapan strategi belajar pada strategi pembelajaran PBL
pembelajaran PBL dan Inkuiri ini diduga dan Inkuiri yang ditunjukkan dengan
ada hubungannya dengan karakter masing- adanya garis regresi yang sejajar.
masing strategi pembelajaran, Faktor lain Hubungan keterampilan metakognitif dan
yang mungkin juga dapat berpengaruh hasil belajar pada strategi pebelajaran
adalah kemampuan akademik siswa. inkuiri memiliki tingkat yang lebih tinggi
Ratnaningsih (2008) menyebutkan bahwa dibandingkan pada PBL.
salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
belajar adalah kemampuan akademik siswa.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 145


5. SARAN (LPKM) UNPAR. Palangkaraya, 23 Agustus
2006.
Beberapa saran yang dapat
dikemukakan adalah sebagai berikut. D’Avanzo, C. 2003. Application of Research on
1. Demi meminimalisir adanya pengaruh Learning to College Teaching: Ecological
faktor lain seperti faktor subyektivitas Examples. (Online). http://caliber.ucpress.net
peneliti maka disarankan agar pelaku /doi/abs/10.1641/0006-
penelitian yang menerapkan strategi PBL 3568(2003)053%5B1121:AOROLT%5D2.0.CO
dan inkuiri adalah individu yang sama. %3B2. Diakses tanggal 20 Juni 2010.
2. Berdasarkan hasil penelitian, maka
Dasna, I W. 2007. Pembelajaran Berbasis
disarankan agar dalam pembelajaran IPA
Masalah. (Online).
di SD sebaiknya menggunakan strategi http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pe
pembelajaran inkuiri daripada strategi mbelajaran-berbasis-masalah/.html, diakses
pembelajaran PBL. tanggal 20 Juni 2010.

6. DAFTAR RUJUKAN Hadi, A N. 2009. Pengaruh Penerapan Strategi


Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan bagi Anak
terhadap Keterampilan Metakognitif dan
Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Pemahaman Konsep Siswa Kelas X di SMA
Negeri 8 Malang pada Kemampuan Akademik
Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and
Berbeda. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Management. New York: Mc Graw Hill. Inc FMIPA UM
Arends, R.I. 1998. Learning to Teach. New
Handayani. F. E. 2009. Pengaruh Penerapan
York: Mc Graw Hill. Inc.
Strategi Pembelajaran Inkuiri terhadap
Keterampilan Metakognitif dan Kemampuan
Arnyana, IBP. 2004. Pengembangan Model
Kognitif Siswa Kelas X di SMA Negeri 4 Malang
Belajar Berdasarkan Masalah Dipandu Strategi
pada Kemampuan Akademik Berbeda. Skripsi
Kooperatif Serta Pengaruh Implementasi
tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Siswa Sekolah Menengah pada
Ibrahim, M., & Nur, M. 2000. Pembelajaran
Pembelajran Ekosistem. Disertasi tidak
Kooperatif. Surabaya: Unessa-University Press.
diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana
Ratnaningsih. 2008. Pengaruh Strategi
(PPS) Universitas Negeri Malang.
Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan
Berpikir, Keterampilan Metakognitif, dan
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006.
Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII di SMPN 2
Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan
Blitar Pada Kemampuan Akademik Berbeda.
Nasional.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM.
Coutinho, S. A. 2007. The Relationship Between
Retnosari, KD. 2008. Pengaruh Penerapan
Goals Metacognition and Academic Success.
Strategi PBL (Problem Based Learning)
Online. (http://www.academicjournals.org/ERR,
terhadap Kemampuan Berpikir, Keterampilan
diakses tanggal 20 Juni 2010)
Metakognitif, dan Pemahaman Konsep Siswa
Kelas VII Di SMP Katholik Santa Maria II
Corebima, A.D. 2006. Metakognisi: Satu
Malang dengan Kemampuan Akademik Berbeda.
Ringkasan Kajian. Makalah disampaikan pada
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM.
Pelatihan Strategi Metakognitif pada
Pembelajaran Biologi untuk Guru-guru Biologi
Zubaidah, Siti; Chaerudin; Uswatun Chasanah.
SMA di Kota Palangkaraya. 23 Agustus 2006.
2006. Pembelajaran Kontekstual dengan Metode
inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan
Corebima, A.D. 2006. Metakognisi: Suatu
Berpikir, Hasil, dan Motivasi Belajar IPA pada
Ringkasan Kajian. Makalah Disajikan dalam
Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Wahid
Pelatihan Strategi Metakognitif pada
Hasyim III Malang. Laporan Penelitian Tindakan
Pembelajaran Biologi untuk Guru-guru Biologi
Kelas.
SMA. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 146


BERMAIN KOMPUTER DAN ALAM SEKITAR
SEBAGAI SARANA INOVASI PEMBELAJARAN SCIENCE

Dahlia
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan serta kesadaran, pengetahuan, sikap ketrampilan
dan partisipasi pada dasarnya dibutuhkan kreatifitas guru dan siswa. Komputer serta Lingkungan sekitar
sekolah yang saat ini sudah sangat akrab digunakan dapat dimanfaatkan sebagai media belajar yang
murah dan mudah terjangkau. Komputer, media IT, Sekolah hijau merupakan salah satu alternatif
pengetrapan media tersebut. Pendidikan memberikan informasi ilmu tentang tatanan ekosistem,
membantu menggali visi dan konsep baru, alam sekitar digunakan mendapatkan nilai-nilai baru
pengganti nilai yang kurang sesuai, memperbaharui tingkah laku, meningkatkan kepedulian dan menuju
pada gaya hidup yang sesuai dengan lingkungan. Diharapkan terjadinya perubahan yang membudaya,
yaitu budaya ramah lingkungan.
Diharapkan guru selalu untuk senantiasa meningkatkan pengetahuannya karena ilmu atau
ekologi selalu berkembang dengan cepat kalau kita tidak mengantisipasinya maka akan tertinggal, guru
diharapkan selalu mencari isu lingkungan yang berkembang melalui media disamping memberi motivasi
dan tugas bagi siswanya. Guru diminta untuk kreatif agar dapat meningkatkan motivasi siswa, contoh
bagi siswa dan masyarakat sekitarnya

Kata kunci: bermain, komputer, alam sekitar

perubahan kurikulum yang berlaku sekarang


1. PENDAHULUAN ini.
Depdiknas telah menyempurnakan Perubahan kurikulum yang berlaku
kurikulum tahun 1994 dengan kurikulum sekarang ini, dilakukan dengan menambah
baru 1997 sampai 2004 baik tingkat SD, kurikulum tanpa alasan yang mendasar, jika
SLTP, SMUK yang berlaku sekarang ini demikian hasil perubahannya atau
untuk menyongsong era globalisasi penyempur-naannya tidak akan membawa
penyempurnaan ini dilakukan karena perbaikan.
tuntutan mutu semakin tinggi pendidikan, Fenomena pendidikan sebenarnya
yakni harus menghasilkan sumber daya bersifat mikro, hal ini dikarenakan sesuai
manusia (SDM) yang melek IPTEK, hasil penelitian saat ini justru banyak
sebagaimana diketahui bahwa era globalisasi memiliki dampak makro yang sangat
pada dasarnya merupakan era kompetisi di fungsional untuk pembaharuan atau sebagai
bidang pasar iptek, sehingga melek Iptek dasar reformasi pendidikan, karena itu
menjadi tuntutan minimal kebutuhan hidup. peningkatan kecermatan kita pada masalah
Melek Iptek bukan hanya sekedar mampu mikro dalam sistem pendidikan nasional kita
menggunakan Iptek, tapi juga harus perlu diperbesar.
menciptakan IPTEK. Begitu juga untuk mencapai harapan
Apakah hasil penyempurnaan tersebut, peluang peningkatan kepercayaan
kurikulum ini nanti mampu sesuai harapan kepada peran guru dalam sistem pendidikan
(SDM melek Iptek ) hal ini belum dapat nasional perlu semakin diperbesar pula.
dipastikan Yakni dengan lebih memberikan otonomi
lebih besar kepada kreativitas guru untuk
Kecuali penyempurnaannya mengembang- kan strategi instruksional dan
didasarkan atas kajian hasil penelitian yang peluang dinamisasi kurikulum serta
cermat dan teliti, sebab kalau perubahan peranannya pada setiap pemikiran
hanya didasarkan pada gejala makro, tidak perubahan dan pengembangan kurikulum
ubahnya seperti yang dilakukan pada dan sistem pendidikan umumnya.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 147


Selain itu pekerjaan guru yang - mengembangkan ketrampilan proses
bersifat adminstrasi kontruksional perlu untuk memperoleh konsep-konsep IPA
ditingkatkan secara proporsional dalam dan menumbuhkan nilai dan sikap ilmiah
sistem pendidikan atau bukannya sebagai - memberikan bekal pengetahuan dasar
tujuan tetapi sebagai langkah peningkatan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
intensitas interaksi belajar. Demikan hal ini menengah
disampaikan Kapusbang kurandik Balitbang
Diknas Djamil Ibrohim Ph.D.saat seminar 3. RUANG LINGKUP
nasional di kampus UM. Konsep dan kegiatan Biologi dan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fisika di SLTP merupakan pengembangan
merupakan hasil kegiatan manusia berupa dan perluasan konsep dan kegiatan IPA di
pengeta-huan, gagasan dan konsep yang Sekolah Dasar (SD). Beberapa konsep
terorganisasi, tentang alam sekitar yang tertentu merupakan konsep baru dan
diperoleh dari pengalaman melalui berfungsi sebagai prasyarat pemahaman
serangkaian proses ilmiah. Proses ini antara maupun sebagai dasar bahan kajian IPA di
lain meliputi penyelidikan, penyusunan dan pendidikan menengah
pengujian gagasan-gagasan. Selain itu mata Pada mata pelajaran Biologi dan
pelajaran IPA adalah program untuk fisika di SLTP, konsep dan sub-konsep
menanamkan dan mengembangkan dipelajari melalui penelitian sederhana,
ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah pada percobaan dan sejumlah kegiatan praktis
siswa, serta mencintai dan menghargai dengan fokus pada pengembangan
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. ketrampilan proses.
Mata pelajaran IPA di Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Kelas I
mencakup bahan kajian tentang Biologi dan Ciri-ciri makhluk hidup, organisme
Fisika. Mata pelajaran Biologi di SLTP kehidupan, keanekaragaman makhluk hidup,
merupakan perluasan dan pendalaman IPA keanekaragaman tumbuhan, tumbuhan biji,
di Sekolah Dasar (SD) dan mempelajari pola keanekaragaman hewan, ekosistem, saling
interaksi komponen-komponen yang ada di keter gantungan, pola interaksi organisme.
alam serta upaya-upaya manusia untuk Untuk melaksanakan seluruh harapan
mempertahankan keberadaannya di bumi. dan pengaktifan guru serta siswa serta terca-
painya tujuan pembelajaran, serta
2. FUNGSI MATA PELAJARAN IPA
menghilangkan aktifitas guru sebagai tenaga
Mata pelajaran IPA berfungsi untuk administrator konstruksional tersebut
memberikan pengetahuan tentang melalui Pembelajaran berwawasan
lingkungan alam, mengembangkan lingkungan yang diakses lewat internet
ketrampilan, wawasan dan kesadaran tentang sekolah hijau, memberikan suatu
teknologi yang berkaitan dengan perspektif baru, berupa pendekatan yang
pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari menjadikan kurikulum yang telah ada
dan prasyarat untuk melanjutkan ke jenjang menjadi lebih “nyata” dan langsung
pendidikan menengah serta peningkatan dan berhubungan dengan komunitas kehidupan
kesadaran terhadap kebesaran dan siswa. Ide tentang cara pemahaman topik
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa pembelajaran, adalah bahwa pemahaman
topik harus memperhatikan semua subyek.
Tujuan Pembelajaran IPA di SLTP Dan sebagaimana dalam kehidupan sendiri,
bertujuan agar siswa dapat: ilmu tidak dapat didasarkan atas satu disiplin
- meningkatkan kesadaran akan kelestarian ilmu tertentu saja. Oleh karena itu
lingkungan, kebanggaan Nasional dan diperlukan guru dari berbagai disiplin ilmu
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa sebagai pembimbingnya.
- memahami konsep-konsep IPA dan Sekolah berbudaya lingkungan
saling keterkaitannya merupakan perwujudan program yang unik.
- mengembangkan daya penalaran untuk Program tersebut dilaksanakan dalam
memecahkan masalah yang dihadapi beberapa tahap yang bersifat praktis,
dalam kehidupan sehar-hari multidisipliner, dan dimaksudkan untuk

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 148


memahami tentang isu lingkungan dengan Siswa harus tertarik isu, dan isu tersebut
lebih mendalam. Untuk melingkup sifat-sifat harus berada dalam imaginasi mereka.
program sekolah berbudaya lingkungan Idealnya siswa terlibat saat sleksi isu dan
tersebut diatas, maka isu lokal yang diminati penetuan metode pembahasan isu yang
siswa merupakan persyaratan penting yang akan dilaksanakan. Dalam hal ini siswa
harus ada. kita beri gambaran tentang perairan dekat
Pencapaian tujun pembelajaran, dengan lingkungan sekolah, kita
dipermudah dengan adanya hubungan persilahkan siswa memilih tempat untuk
langsung dengan kegiatan pembelajaran pengamatan dan pembelajaran.
tersebut dengan potensi/dukungan
sumberdaya lokal. Siswa harus terlibat Langkah 3:
dalam kegiatan proyek yang bernuansa - mengidentifikasi penanggung jawab
komunitas lingkungan. Siswa tidak hanya isu
belajar, tetapi juga mampu membuat suatu Penanggung jawab adalah pihak yang
perubahan. meyebabkan isu atau yang menerima
akibat isu tersebut, misalnya: pemerintah
Tujuan dari program Sekolah hijau ini pembuat undang-undang, masyarakat
adalah: lokal yang menghasilkan dan menerima
- memfasilitasi pencapaian tujuan materi akibat limbah domestik.
pengetahuan materi pengetahuan yang Siswa kita beri kesempatan untuk
telah ditentukan pengajar. mengidentifikasi tempat tersebut apakah
- berfokus pada isu lingkungan yang resmi milik pemerintah, milik masyarakat
penting untuk siswa dan komunitas umum, atau instasi tertentu sehingga
- mengetahui siapa yang bertanggung merupakan tempat tertutup, atau milik
jawab dan siapa yang menerima akibat perorangan dan fungsi dari tempat
isu ini. tersebut baik bagi masyarakat, instansi
- mengajar siswa untuk bekerja dalam tim maupun perorangan. (siswa memilih
proyek kolam ikan tugu milik pemda Kodya
Tahapan Model Sekolah Hijau Berbudaya Malang)
Lingkungan
Langkah 1: Langkah 4:
- mendefinisikan & memprioritaskan - mengembangkan kurikulum beserta
tujuan pembelajaran outlinenya
Tujuan pembelajaran harus didefinisikan - membuat prioritas dari keseluruhan
secara jelas dan benar-benar dipahami tujuan pembelajaran yang diinginkan
oleh guru. Bila tidak demikian, - mengetahui sumber informai penanggung
partisipasi program tidak akan dapat jawab yang sering dihubungi
mencapai tujuan yang diinginkan. - mendifinisi sesi tiap program. Dalam hal
Mempelajari lebih dalam tentang isu ini siswa kita beri kesempatan untuk
lingkungan dalam kerangka dalam memilih wawasan yang diinginkan,
kerangka ilmu yang relevan dengan isu fasilitator, kunjungan luar sekolah (kolam
tersebut, maka dalam hal ini siswa tugu), strategi pendalaman dan menjaga
digiring dengan memilih setelah motivasi siswa, kreatifitas menulis.
mengurut bagian topik materi yang sesuai - menggunakan instrumen yang telah ada
dengan kurikulum dan minat siswa, untuk mengukur keberhasilan pencapaian
misalnya saat ini siswa kelas 1 pada catur tujuan pembelajaran, misalnya per dan
wulan 2 materi ekosistem, kita ajak siswa post test.
membahas ekosistem perairan. Siswa kita harapkan dapat membuat
program kegiatan untuk kegiatan
Langkah 2: praktikum ekosistem air.
- memilih isu lingkungan
Hasil seleksi isu lingkungan lokal sangat Langkah 5:
menentukan keberhasilan program. Hal– - outline tim proyek siswa
hal yang perlu dipertimbangkan dalam Tim siswa adalah wadah untuk:
menyeleksi antara lain adalah:

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 149


- menerapkan hasil belajar Nama: organisasi/alamat; phone/fax/
- bekerja sama dalam tim dengan siswa e-mail; keterangan
dari kelas atau sekolah lain (antar 2. Kronologi kegiatan Mencakup tentang
kelas) Tanggal/siapa yang terlibat/apa yang
- mendapat pengalaman luas dalam terjadi/langkah berikut
berbagai aspek terkait 3. Form bakat siswa
(multidisipliner) Mencakup: nama siswa; tanggal lahir;
Siswa perlu melakukan beberapa nama orang tua/wali; Alamat dan
pertemuan untuk kelangkapan kode pos
proyek.Pada pertemuan pertama siswa
akan mendefinisikan Langkah 8
- Apa hasil yang diharapkan? Apa - Mendesain presentasi akhir
produk yang akan dihasilkan? Siswa harus diberi kesempatan untuk
- Semua anggota tim berperan secara mempresentasikan penemuan dan
individu atau kelompok . Sipa rekomendasi terhadap program berupa
bertanggung jawab apa? rekaman poster dan buletin dsbnya.
- Bagaimana kerangka waktu untuk tiap
step proyek? Bagaimana target waktu Contoh hasil kegiatan tersebut adalah:
tiap step diselesaikan? (kolam air tugu yang dilaksanakan oleh
- Apa keperluan, perlengkapan, sumber siswa SMP Muhammadiyah IX Malang pada
daya dan keahlian yang dibutuhkan? tanggal 28 0kt-1 Nov 2008)
Pada pertemuan pertama, siswa harus
dibantu untuk menemukan nara sumber Jenis plankton yang hanya dapat
(penasehat yang diperlukan), fasilitas hidup pada salinitas tertentu, yaitu kelompok
(laboratorium, peralatan dan dana Diatomae dalam jumlah banyak hal ini
perjalanan) sangat penting artinya alam suatu perairan ,
ada dua golongan yang ditemukan yaitu
Langkah 6: Centriceae, yang mempunyai bentuk bulat,
- Pemanfaatan fasilitator & penasehat lingkaran dan ellipsoid serta oval, sedang
Spesifikasi apa dan bagaimana bentuk golongan Penatae berbentuk perahu, batang
interaksi yang diinginkan dari fisilitator, oval atau garis lurus. Penatae hidup sebagai
interaksi dapat merupakan kegiatan perifiton dan epifiton atau bentos.
praktis pemahaman konsep yang Dalam menguji kualitas perairan
disampaikan dengan dilengkapi handout bentos juga dapat digunakan untuk
untuk siswa mengehaui kualitas air. Bentos merupakan
Siswa mempelajari daftar penanggung salah satu spesies indikator yang baik dalam
jawab, gambaran wawasan dan sumber menggambarkan suatu keadaan di
informasi yang telah dihasilkan dari sekitarnya. Bentos cenderung lebih bernilai
langkah sebelumnya, hasil mempelajari daripada organisme lain. Hal ini perlu
tersebut digunakan untuk memilih fokus disampaikan kepada siswa agar mereka juga
utama wawasan yang ingin dipelajari dari mempunyai pengertian tentang keberadaan
penanggung jawab. Dan kemudian bentos merupakan indikator pada suatu
menghubungi pihak yang tepat dengan perairan, bahwa makin beranekaragam
fokus utama wawasan yang diperlukan bentos yang ditemukan pada tempat kegiatan
dalam kegiatan. mereka berarti makin bersih tempat yang
Dalam hal ini segera kita tindak lanjuti mereka pilih sebagai tempat kegiatan dan
dengan memberikan perencanaan harus dipertahankan keberadaannya.
kegiatan ke pihak terpilih tersebut. Begitu juga untuk pengamatan dan
Perizinan (kalau diperlukan) berkan pengukuran fisiko kimia menurut Manan
detail kegiatan yang akan dilaksanakan (1976) kualitas air dipengaruhi oleh faktor
alami taoitu iklim, musism, mineralogi dan
Langkah 7: vegetasi serta oleh kegiatan manusia
- Membuat dokumentasi program sehingga tidak memenuhi persyaratan untuk
1. Direktori kontak penggunaan yang khusus. Istilah pengotoran
digunakan untuk mengadakan penilaian

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 150


yang segera dan pengawasan yang insentif belum tercemar dan dapat merupakan alat
terhadap pencemaran lingkungan. Tolok pembelajaran yang murah dan mudah serta
ukur yang digunakan adalah oksigen terlarut terjangkau bagi para siswa untuk mengenali
(Dissolved Oksigen=DO), kebutuhan lingkungannya dalam hal ini ekosistem
oksigen kimia (Chemically Oxygen Demand perairan
=COD), dan kebutuhan oksigen biologi Dari pengalaman diatas dapat dapat
(Biology Oxygen Demand =BOD) dijabarkan hal-hal sebagai berikut: bahwa
Adapun data fisiko kimia adalah proses belajar pada pendidikan ekosistem
sebagai berikut: dalam mata pelajaran ekosistem perairan
Keterang- Barat Timur Selatan Utara dapat mencapai sasarannya melalui
an 1 2 1 2 1 21 2 partisipasi aktif siswa. Kegiatan yang
PH 7.9 7.9 7.9 7.9 7.9 7.9 7.9 7.9
dirancang terdiri dari pengamatan
lingkungan dan memecahkan permasalahan
DO (mg/l) 1,8 1,25 1,8 2,4 1,2 1,7 1.3 1,7 lingkungan.
Turbiditas 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 Aktifitas pengamatan lingkungan
SR (%) 14,1 13,1 15 11 72 72 67 68 dalam hal ini siswa memang dilatih peka
0 terhadap lingkungannya. Kunjungan ke
Suhu C 27,5 26 28 29 28 27,5 27,5 29
tempat sekitar sekolah perlu dilaksanakan
O2 (%) 4,8 4,4 4,3 6,5 6,2 8,1 6 4,8 untuk mengidentidfikasi permasalahan yang
ada, keadaan sekolah sungai dan perairan
Suhu air kolam tugu relatif hampir sekitar sekolah.mengukur kualitas air atau
sama yaitu 27,50C – 290C hal ini sesusi udara dari waktu ke wakrtu sesuai dengan
dengan saat pengambilan data yaitu pada minta dan topik mata pelajaran.
pagi sekitar jam 8 – 10.00 WIB (jam Pendekatan yang dianggap paling
pelajaran 1-3) pagi hari dan saat sore hari tepat adalah guru sebagai motivator dan
baru hujan. fasilitator adalah merupakan pendekatan
Ukuran ini merupakan suhu normal agar para guru mengembangkan
untuk menunjang kehidupan makhluk di pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
dalam air. Turbiditas 1 menandakan air diperlukan untuk serasi dengan lingkungan.
kolam ini tidak pernah dikuras airnya, Guru diharapakan dapat mengembangkan
disebabkan oleh adanya zat koloid yaitu zat aspek kognitif, efektif dan psikomotor baik
yang terapung serta secara halus sekali pada diri guru sendiri maupun pada
terurai tapi masih memungkinkan aktifitas siswanya, agar adapat melakukan tindakan
biologis dapat berlansung, Oksigen terelarut yang tepat bagi lingkungannya.
adalah keadaan aerobik dapat menjadi Guru diharapkan menguasai konsep
patokan tentang tingkat pencemaran dari ekosistem, mengadopsi ide-ide pendidikan
suatu limbah dalam hal ini data yang didapat masa kini seperti pendekatan
adalah 4,8 –8,1 bila dirata-rata maih konstruktivistik berdasarkan pengalaman,
mempunyai nilai diatas 5. hal ini eksprimen dan menguasai teknik
menandakan bahwa perairan ini belum interdisiplin yang dimaksudkan untuk
tercemar. Untuk pH 7,9 memberikan hal pemecahan masalah yang ada.nfaatan
yang baik untuk baiknya kehidupan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar
organisme di perairan tersebut dan mengarahkan siswa untuk ber-
Salinitas antara 14,1 cukup mengarah komunikasi dengan masyarakat sekitarnya.
pada salinitas tinggi. warna air hijau Lingkungan kelas, halaman sekolah
kebiruan menandakan banyaknya algae dan merupakan titik awal untuk dapat
tumbuhan hijau yang kasat mata yaitu diperhatikan oleh para siswa. Sehingga
Teratai yang banyak dilaporkan oleh apapun di sekitar kita dapat digunakan
merupakan tumbuhan dominan disamping sebagai media pembelajaran dan dapat
valisneria sp, hewan atau konsumen adalah dirangkum menjadi Bermain Komputer,
ikan, bekicot dan udang darat/air tawar/ Tadabur Alam Sebagai Media/Metode
sumpil serta ikan-ikan kecil dalam jumlah Belajar Biologi
cukup besar dan mempunyai
keanekaragaman cukup tinggi merupakan 4. KESIMPULAN DAN SARAN
indikator bahwa perairan ini kolam tugu ini

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 151


Dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan serta kesadaran, pengetahuan,
sikap ketrampilan dan partisipasi pada
dasarnya dibutuhkan kreatifitas guru dan
siswa. Pendidikan memberikan informasi
ilmu tentang tatanan ekosistem, menggali
visi dan konsep baru, menggunakan nilai-
nilai baru pengganti nilai yang sudah lagi
sesuai, memper-baharui tingkah laku,
meningkatkan kepedulian dan menuju pada
gaya hidup yang sesuai dengan lingkungan.
Diharapkan terjadinya perubahan yang
membudaya, yaitu budaya ramah
lingkungan.
Diharapkan guru selalu untuk
senantiasa meningkatkan pengetahuannya
karena ilmu atau ekologi selalu berkembang
dengan cepat kalau kita tidak
mengantisipasinya maka akan tertinggal,
guru diharapkan selalu mencari isu
lingkungan yang berkembang melalui media
disamping memberi motivasi dan tugas bagi
siswanya. Guru diminta untuk kreatif agar
dapat meningkatkan motivasi siswa, contoh
bagi siswa dan masyarakat sekitarnya

5. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1993.
Kurikulum Pendidikan Dasar. Diperbanyak oleh
Bidang Dikmenum Kanwil Depdikbud Propinsi
Jawa Timur untuk lingkungan sendiri.

Program Sekolah Hijau. 2001. Pembelajaran


Berwawasan Lingkungan.
http://www.plh.smk.or.id/mainseko.html

Soerodjo, Imam. Limbah enam Industri di Atas


Ambang Batas. Copyright @
1996, Surabaya post daily Newspaper. All Rights
Reserved. Internet serviced by RADNET Media
service

Usman, Rusfandi. 2000. 330 Ton Limbah/Hari


Masuk Brantas Malang dan Surabaya Pemasok
Terbesar. Http://www.
Surabayapost.Co.id/00/03/18/05/LIMBAH.
HTML

Winarno, Radyastuti. Metodologi Dan Pola


Pengintegrasian Pendidikan Kependudukan Dan
Lingkungan Hidup Di Sekolah.. Makalah Diklat
PKLH Pusat tahun 2001 Sarasehan JKPKA SMU
Negeri se Wilayah DPS Kali Brantas di PJT 1
Malang, tanggal 29 September 2001

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 152


KEANEKARAGAMAN MAHKLUK HIDUP
KOLAM AIR KOTA MALANG
SEBAGAI SALAH SATU SARANA PEMBELAJARAN CTL
EKOSISTEM AIR

Dahlia
Jurusan Biologi- FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak
Pengajaran dan pembelajarn kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL)
merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan konten mata pelajaran dengan situasi
dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja Pembelajaran kontekstual
bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas-kelas Amerika
pertma-tama diusulkan oleh John Dewey. Pada tahun 1916, Dewey mengusulkan suatu kurikulum dan
metodologi pengajaran yang dikaitkan dengan minat dan pengalaman siswa.. CTL menekankan pada
berfikir tingkat lebih tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisaan dan
pensintesisan informasi dan data dari berbagai sumber.

Kata kunci: CTL

metodologi pengajaran yang dikaitkan


1. PENDAHULUAN dengan minat dan pengalaman siswa.
Kurikulum disusun untuk Perkembangan pemahaman yang
mewujudkan tujuan pendidikan nasional diperoleh selama mengadakan telaah
dengan memper-hatikan tahap pustaka menjadi semakin jelas bahwa
perkembangan siswa dan kesesuaiannya CTLmerupakan suatu perpaduan dari
dengan lingkungannya, kebutuhan banyak “praktek pengajaran yang baik” dan
pembangunan nasional, perkembangan beberapa pendekatan reformir fungsional
siswa ilmu pengetahuan dan teknologi serta pendidikan untuk semua siswa
kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang Pengajaran kontekstual adalah
masing-masing satuan pendidikan (pasal 37 pengajaran yang memungkinkan siswa-
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 siswa TK sampai dengan SMU untuk
tentang Sistem Pendidikan Nasioanal) menguatkan, memperluas, dan menerapkan
Pengajaran dan pembelajarn pengetahuan dan ketrampilan akademik
kontekstual atau contextual teaching and mereka dalam berbagai macam tatanan
learning (CTL) merupakan suatu konsepsi dalam sekolah agar dapat memcahkan
yang membantu guru mengkaitkan konten masalah dunia-nyata atau masalah yang
mata pelajaran dengan situasi dunia nyata disimulasikan (University of Washington,
dan memotivasi siswa membuat hubungan 2001)
antara pengetahuan dan penerapannya dalam Pembelajaran kontekstual terjadi
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, apabila siswa menerapkan dan mengalamai
warga negara, dan tenaga kerja (U.S. apa yang sedang diajarkan dengan mengacu
Development of Education and National pada masalah-masalah dunia nyata yang
School-to-Work Office yang dikutip oleh berhubungan dengan peran dan tanggung
Blanchard, 2001). jawab mereka sebagai anggota keluarga,
Pembelajaran kontekstual bukan warga negara, siswa dan tenaga kerja
merupakan suatu konsep baru. Penerapan (University of Washington, 2001).
pembelajaran kontekstual di kelas-kelas Pembelajaran kontekstual adalah
Amerika pertma-tama diusulkan oleh John pembelajaran yang terjadi dalam hubungan
Dewey. Pada tahun 1916, Dewey yang erat dengan pengalaman sesungguhnya
mengusulkan suatu kurikulum dan (Blanchard, 2001).

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 153


CTL menekankan pada berfikir kebiasaan teman bergaul, tatanan sekolah
tingkat lebih tinggi, transfer pengetahuan dan masyarakat lebih luas
lintas disiplin, serta pengumpulan, 7. Penilaian Autentik
penganalisaan dan pensintesisan informasi Apakah siswa secara aktif terlibat dalam
dan data dari berbagai sumber. berbagai macam tekhnik penilaian yang
memberikan kesempatan untuk
mendemontrasikan pencapaian konten
2. INDIKATOR KUALITAS CTL pembelajaran sesuai dengan kondisi
1. Penerapan Pengetahuan dunia nyata dan standart? Penilaian ini
Apakah siswa menerapkan apa yang termasuk menilai proyek dan aktivitas
dipelajari kepada tatanan dan fungsi- siswa, menggunakan portfolio, rubrik,
fungsi lain pada masa sekarang atau masa cheklist dan perpaduan pengamatan di
datang. Misalnya dalam pengajaran samping memberi kesempatan siswa
ekologi ekosistem air, siswa mengetahui menjadi pelaku yang aktif dalam menilai
terjadinya kasus pencemaran pada air pembelajarannya sendiri dan
tersebut dengan mengindikasi sendiri menggunakan tiap penilaian untuk
keadaan makro perairan tersebut. memperbaiki pekerjaan mereka.
2. Pengalaman dunia nyata
Apakah secara aktif siswa terlibat dalam Contoh hasil kegiatan tersebut adalah:
pengalaman-pengalamn yang (kolam air tugu yang dilaksanakan oleh
memungkinkan mereka untuk siswa SMP Muhammadiyah IX Malang pada
menstimulasi dalam meggunakan konten tanggal 28 0kt-1 Nov 2008)
yang dipelajari dalam situasi alam dan
kehidupan nyata, misalnya: siawa Jenis plankton yang hanya dapat
dilibatkan langsung dalam pengamatan hiduppada salinitas tertentu, yaitu kelompok
dan pengambilan data dan mengolahnya Diatomae dalam jumlah banyak hal ini
serta mempersentasikan secara langsung sangat penting artinya alam suatu perairan ,
dari suatu tempat (ekosistem air) ada dua golongan yang ditemukan yaitu
3. Pembelajaran bermakna Centriceae, yang mempunyai bentuk bulat,
Apakah siswa terlibat aktif dalam lingkaran dan ellipsoid serta oval, sedang
pengalaman dunia nyata yang golongan Penatae berbentuk perahu, batang
memotivasi mereka untuk oval atau garis lurus. Penatae hidup sebagai
menghubungkan persepsi nilai dan perifiton dan epifiton atau bentos.
makna pribadi dengan konten yang Dalam menguji kualitas perairan
dipelajari? Apakah pembelajaran bentos juga dapat digunakan untuk
dipersepsi sebagai relevan dengan mengehaui kualitas air. Bentos merupakan
kehidupan mereka . siswa dalam hal ini salah satu spesies indikator yang baik dalam
dapat mengaplikasikan teori yang mereka menggambarkan suatu kedaan di sekitarnya.
dapatkan dengan dunia nyata Bentos cenderung lebih bernilai daripada
4. Berfikir tingkat lebih tinggi organisme lain. Hal ini perlu disampaikan
Apakah siswa menggunakan berfikir kepada siswa agar mereka juga mempunyai
kritis dan kreatif dalam mengumpulkan pengertian tentang keberadaan bentos
data, memahami suatu isu atau merupakan indikator pada suatu perairan,
memecahkan suatu masalah. bahwa makin beranekaragam bentos yang
5. Kurikulum Yang dikembangkan ditemukan pada tempat kegiatan mereka
berdasarkan standart berarti makin bersih tempat yang mereka
Apakah siswa memenuhi suatu rentang pilih sebagai tempat kegiatan dan harus
dan berbagai standart negara bagian, dipertahankan keberadaannya.
nasional, assosiasi dan/atau industri Begitu juga untuk pengamatan dan
melalui pengalaman-pengalam belajar pengukuran fisiko kimia kualitas air
mereka. dipengaruhi oleh faktor alami taoitu iklim,
6. Responsif terhadap budaya musism, mineralogi dan vegetasi serta oleh
Apakah siswa memahami dan kegiatan manusia sehingga tidak memenuhi
menghormati nilai-nilai, keyakinan dan persyaratan untuk penggunaan yang khusus.
Istilah pengotoran digunakan untuk

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 154


mengadakan penilaian yang segera dan kolam tugu ini belum tercemar dan dapat
pengawasan yang insentif terhadap merupakan alat pembelajaran yang murah
pencemaran lingkungan. Tolok ukur yang dan mudah serta terjangkau bagi para siswa
digunakan adalah oksigen terlarut untuk mengenali lingkungannya dalam hal
(Dissolved Oksigen=DO), kebutuhan ini ekosistem perairan
oksigen kimia (Chemically Oxygen Demand Dari pengalaman diatas dapat dapat
=COD), dan kebutuhan oksigen biologi dijabarkan hal-hal sebagai berikut: bahwa
(Biology Oxygen Demand =BOD) proses belajar pada pendidikan ekosistem
Adapun data fisiko kimia adalah dalam mata pelajaran ekosistem perairan
sebagai berikut: dapat mencapai sasarannya melalui
Keterang- Barat Timur Selatan Utara partisipasi aktif siswa. Kegiatan yang
an 1 2 1 2 1 21 2 dirancang terdiri dari pengamatan
PH 7.9 7.9 7.9 7.9 7.9 7.9 7.9 7.9
lingkungan dan memecahkan permasalahan
lingkungan.
DO (mg/l) 1,8 1,25 1,8 2,4 1,2 1,7 1.3 1,7 Aktifitas pengamatan lingkungan
Turbiditas 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 dalam hal ini siswa memang dilatih peka
SR (%) 14,1 13,1 15 11 72 72 67 68 terhadap lingkungannya. Kunjungan ke
0 tempat sekitar sekolah perlu dilaksanakan
Suhu C 27,5 26 28 29 28 27,5 27,5 29
untuk mengidentidfikasi permasalahan yang
O2 (%) 4,8 4,4 4,3 6,5 6,2 8,1 6 4,8 ada, keadaan sekolah sungai dan perairan
sekitar sekolah.mengukur kualitas air atau
Suhu air kolam tugu relatif hampir udara dari waktu ke wakrtu sesuai dengan
sama yaitu 27,50C – 290C hal ini sesusi minta dan topik mata pelajaran.
dengan saat pengambilan data yaitu pada Pendekatan yang dianggap paling
pagi sekitar jam 8 – 10.00 WIB (jam tepat adalah guru sebagai motivator dan
pelajaran 1-3) pagi hari dan saat sore hari fasilitator adalah merupakan pendekatan
baru hujan. agar para guru mengembangkan
Ukuran ini merupakan suhu normal pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
untuk menunjang kehidupan makhluk di diperlukan untuk serasi dengan lingkungan.
dalam air. Turbiditas 1 menandakan air Guru diharapakan dapat mengembangkan
kolam ini tidak pernah dikuras airnya, aspek kognitif, efektif dan psikomotor baik
disebabkan oleh adanya zat koloid yaitu zat pada diri guru sendiri maupun pada
yang terapung sertasecara halus sekali siswanya, agar adapat melakukan tindakan
terurai tapi masih memungkinkan aktifitas yang tepat bagi lingkungannya.
biologis dapat berlansung, Oksigen terelarut Guru diharapkan menguasai konsep
adalah keadaan aerobik dapat menjadi ekosistem, mengadopsi ide-ide pendidikan
patokan tentang tingkat pencemaran dari masa kini seperti pendekatan
suatu limbah dalam hal ini data yang didapat konstruktivistikberdasarkan pengalaman,
adalah 4,8 –8,1 bila dirata-rata maih eksprimen dan menguasai teknik
mempunyai nilai diatas 5. hal ini interdisiplin yang dimaksudkan untuk
menandakan bahwa perairan ini belum pemecahan masalah yang ada.nfaatan
tercemar. Untuk pH 7,9 memberikan hal lingkungan sekitar sebagai sumber belajar
yang baik untuk baiknya kehidupan dan mengarahkan siswa untuk ber-
organisme di perairan tersebut komunikasi dengan masyarakat sekitarnya.
Salinitas antara 14,1 cukup mengarah Lingkungan kelas, halaman sekolah
pada salinitas tinggi.warna air hijau kebiruan merupakan titik awal untuk dapat
menandakan banyaknya algae dan tumbuhan diperhatikan oleh para siswa.
hijau yang kasat mata yaitu Teratai yang Kata “Metode” berarti cara, jalan.
banyak dilaporkan oleh merupakan Menurut Prente metodus adalah cara
tumbuhan dominan disamping valisneria sp, mengajar. Dalam bahasa Indonesia: cara,
hewan atau konsumen adalah ikan, bekicot bahasa Arab disebut uslub, tarikah, minhaj
dan udang darat/air tawar/ sumpil serta ikan- atau nizam. bahasa Belanda: metode,ikhtisar,
ikan kecil dalam jumlah cukup besar dan cara, jalan.
mempunyai keanekaragaman cukup tinggi Menurut penulis, metode adalah cara
merupakan indikator bahwa perairan ini menyampaikan sesuatu. Metode dakwah

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 155


ialah cara yang digunakan untuk d. Sikap dan cara berdiri/duduk/bicara yang
memberikan dakwah/pengajaran. simpatik.(jangan duduk dimeja)
Metode ini penting untuk membantu e. Adakan variasi dengan dialog dan tanya
mencapai tujuan. Pengajaran atau menyeru jawab humor (perhatikan yang ngantuk,
kepada kebaikan lewat materi pembelajaran beri giliran)
adalah suatu pendidikan, maka metode yang
digunakan dalam pendidikan dan pengajaran 2) Metode tanya jawab
dapat diterapkan dalam dakwah. Di dalam Mengadakan tanya jawab untuk
dunia pendidikan dan pengajaran, dikenal mengetahui tingkat ingatan atau fikiran
suatu ilmu metodologi pengajaran, yaitu seseorang dalam memahami atau menguasai
ilmu yang membicarakan cara-cara materi, juga merangsang perhatian siswa,
mengajar. ulangan atau selingan dalam pembicaraan.
Winarno Surahmad mengemukakan Kebaikan dari metode ini adalah:
bahwa ada 10 macam metode mengajar, Mempererat hubungan antara guru dan siswa
yaitu: ceramah; drill/latihan siap; diskusi; untuk mengeluarkan pendapatnya dengan
tanya jawab; demonstrasi eksprimen; resitasi bebas sehingga situasi akan lebih menarik.
(pemberian tugas); karyawisata; kerja Majelis/kelas akan hidup, semua berpikir
kelompok; sistem regu dan metode dan perhatian tercurah kepada masalah yang
sosiodrama. Sedangkan Agus Suyanto, dibahas. Metode ini menuntut guru
membedakan atas: metode monologis; menyiapkan dirinya, sekaligus mencintai
dialogis; meragakan; gotong royong; darma pekerjaannya.
wisata; survey; wawancara; problem
solving; proyek dan test. 3) Metode diskusi
Menurut Abdurahman Shaleh Metode ini dilakukan bila ada
pengajaran di Sekolah Dasar ada 6 macam masalah diserahkan pemecahannya kepada
metode yaitu: creamah, tanya jawab, diskusi, para siswa untuk memberikan sumbangan
demontrasi, sosiodrama dam pemberian pikiran terhadap masalah bersama.
tugas. Dalam pengajaran ada beberapa hal Membiasakan suka mendengar pendapat
yang harus diperhatikan yaitu tingkatan orang lain walaupun berbeda dari pendapat
umur, frekwensi waktu, materi yang sendiri, membiasakan bersikap toleran.
diberikan, tentu saja metode yang dipilih Beberapa kebaikan dari metode ini
disesuiakan. Namun beberapa metode adalah:
mengajar yang sudah dikenal dapat a. Suasana kelas hidup. hadirin atau siswa
diterapkan. mencurahkan perhatiannya kepada
Adapun metode pengajaran adalah masalah yang sedang didiskusikan.
sebagai berikut: partisipasi mereka lebih banyak.
1) Metode Ceramah b. Dapat menghilangkan sifat verbalistis,
Untuk menyampaikan keterangan, individualistis, intelektualistis bersifat
petunjuk, pengertian, penjelasan, tentang positif seperti toleransi, demokratis,
sesuatu masalah dihadapan orang banyak. kritis, berpikir kritis, berpikir sistematis
Agar metode ini berhasil dengan baik, dan sabar, pemaaf, jujur, mencintai ilmu.
maka disarankan untuk: c. Bahan yang diberikan/dibahas akan lebih
a. menguasai bahasa sebaik-baiknya dan dipahami dengan mendalam dan
hubungkanlah dengan situasi kehidupan membekas, meninggalkan kesan yang
sehari-hari (kontekstual). lama dalam lubuk hati dan jiwa siswa.
b. Sesuaikan dengan taraf kejiwaan, tingkat
pendidikan (SD, SLTP, SMU, MAN, 4). Metode Teladan/Demonstrasi
MTs, PT, bahkan kelompok Disebut juga “direct method” ialah
kemasyarakatan PKK, Darma Wanita, metode yang memberikan teladan/ contoh
Pengajian dsbnya), lingkungan sosial dan langsung, sehingga siswa tertarik mengikuti
budaya para pendengar. kepada apa yang dibahas.
c. Suara dan bahasa diatur sebaik-baiknya, Metode ini memperlihatkan sikap,
meliputi ucapan, tempo, melodi. Ritme gerak kelakuan, perkataan, dengan harapan
dan dinamik. (jangan monoton, kuasai siswa/penerima dakwah melihat, semuanya
situasi) sehingga siswa ngantuk dapat dicontohnya.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 156


Nabi sendiri dihiasi pribadinya a. Bendanya sendiri, diambil sedikit
dengan budi perangai yang luhur. Dalam (spesimen), tiruan dari sebenarnya, baik
membina ummat/siswa memiliki akhlak sama persis, disederhanakan, dibesarka,
yang baik (yang saat ini sudah banyak luntur maupun dikecilkan.
dan menimbulkan permasalahan merosotnya b. Alat-alat grafika, yaitu alat, tulisan
budi pekerti di segala lini kehidupan dan gambar peta, poster, grafik, statistik,
cukup memprihatinkan), maka cara inilah diagram dll.
yang berkesan bagi pengikutnya . malahan c. Gambar-gambar mati seperti lukisan,
dapat menarik mereka yang mula-mula potret, photo, film, strip dll.
membenci beliau, kemudian masuk Islam. d. Gambar hidup atau film yang sekaligus
Dalam pelaksanaan yang berperan dapat dilihat dan didengar termasuk di
penting berhasil tidaknya pengajaran ialah dalamnya seperti drama, sandiwara, TV
guru Sebelum disampaikan kepada orang dan sebagianya (kita bahas lebih jauh)
lain, guru harus mengamalkan lebih dahulu. e. Alat-alat yang dapat didenagr seperti
Karena dakwah Islamiah adalah “mengajak radio, tape, tape recorder piringan hitam
orang lain untuk meyakini dan dan saat ini lebiha banyak keaneka
mengamalkan aqidah, syariah Islam, maka ragamnnya dalam CD, VCD, CD-ROM,
lebih dahulu telah diyakini dan diamalkan Internet dan sebagainya
oleh guru/da’i sendiri”
Menggunakan alat peraga membantu
5). Infiltration Method (metode infiltrasi) memperluas daya ingat juga membantu
Ialah metode penyampaian intisari guru menarik minat dan perhatian,
pengajaran materi yang disusupkan ketika menimbulkan aktifitas jiwa raga, rohani, dan
memberikan penjelasan, pelajaran, kuliah, jasmani, penting dalam proses pengenalan
ceramah, pidato dll. Maksudnya bersama kepada sesuatu yang baru.
dengan bahan lain umum dengan tidak
terasa kita telah memasukkan intisari atau 7). Metode Karyawisata
jiwa materi. Ialah metode dengan mengadakan
Metode ini terutama bagi siswa yang kunjungan pada suatu obyek tertentu dalam
tidak menyukai suatu materi apriori rangka menyampaikan materi pembelajaran
terhadap materi. Kelebihan menggunakan kepada siswa. Termasuk home visit,
metode ini adalah dapat merangsang para menengok orang sakit, darmawisata ke
siswa akan kagum dan bukan mustahil obyek yang mempunyai nilai hubungan
mereka akan menyintai suatu materi yang dengan materi pembelajaran, hal akan kita
tadinya dibenci tidak disukainya. Hal ini bahas lebih jauh.
sangat tergantung kepada kecakapan Dengan memperhatikan obyek-obyek
penyampai dan cara yang mempunyai hubungan materi
membawakan/menyampaikannya. pembelajaran selalu menggembirakan maka
Faktor utama terlaksananya metode ini mudahlah mengolah bahan untuk
adalah rasa cinta sejalan dengan anak menyampaikannya.
didiknya dapat menggembirakan dan
menyenangkan menyegarkan pikiran.
3. KESIMPULAN DAN SARAN
6). Metode Meragakan Dalam upaya peningkatan mutu
Menggunakan alat peraga untuk pendidikan serta kesadaran, pengetahuan,
membantu memberikan penjelasan suatu sikap ketrampilan dan partisipasi pada
materi/bahan. Dengan metode ini siswa akan dasarnya dibutuhkan kreatifitas guru dan
lebih jelas dan lebih mengerti karena siswa. Pendidikan memberikan informasi
pendengaran, penglihatan dan motoriknya ilmu tentang tatanan ekosistem, menggali
bekerja menerima penjelasan. “Alat peraga” visi dan konsep baru, menggunakan nilai-
adalah alat untuk memberikan penjelasan, nilai baru pengganti nilai yang sudah lagi
dalam arti luas semua alat yang dapat sesuai, memper-baharui tingkah laku,
didengar , dilihat dan dirasakan. meningkatkan kepedulian dan menuju pada
gaya hidup yang sesuai dengan lingkungan.
Alat Peraga meliputi: Diharapkan terjadinya perubahan yang

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 157


membudaya, yaitu budaya ramah
lingkungan.
Diharapkan guru selalu untuk
senantiasa meningkatkan pengetahuannya
karena ilmu atau ekologi selalu berkembang
dengan cepat kalau kita tidak
mengantisipasinya maka akan tertinggal,
guru diharapkan selalu mencari isu
lingkungan yang berkembang melalui media
disamping memberi motivasi dan tugas bagi
siswanya. Guru diminta untuk kreatif agar
dapat meningkatkan motivasi siswa, contoh
bagi siswa dan masyarakat sekitarnya

4. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1993.
Kurikulum Pendidikan Dasar. Diperbanyak oleh
Bidang Dikmenum Kanwil Depdikbud Propinsi
Jawa Timur untuk lingkungan sendiri.

Program Sekolah Hijau. 2001. Pembelajaran


Berwawasan Lingkungan.
http://www.plh.smk.or.id/mainseko.html

Soerodjo, Imam. Limbah enam Industri di Atas


Ambang Batas. Copyright @
1996, Surabaya post daily Newspaper. All Rights
Reserved. Internet serviced by RADNET Media
service

Usman, Rusfandi. 2000. 330 Ton Limbah/Hari


Masuk Brantas Malang dan Surabaya Pemasok
Terbesar. Http://www.
Surabayapost.Co.id/00/03/18/05/LIMBAH.
HTML

Winarno, Radyastuti. Metodologi Dan Pola


Pengintegrasian Pendidikan Kependudukan Dan
Lingkungan Hidup Di Sekolah.. Makalah Diklat
PKLH Pusat tahun 2001 Sarasehan JKPKA SMU
Negeri se Wilayah DPS Kali Brantas di PJT 1
Malang, tanggal 29 September 2001

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 158


PENGARUH STRATEGI INTEGRASI PROBLEM-BASE
LEARNING-GROUP INVESTIGATION COOPERATIVE TERHADAP
PENGUASAAN KONSEP KIMIA DASAR UNTUK BIOLOGI
Muhammad Danial
FMIPA Universitas Negeri Makassar
Telp: 081355507458
Email: muh_niels@yahoo.com

Abstract
There are some techniques of teaching that can be applied to improve concept mastery
of study field such Problem-based Learning (PBL), Group Investigation (GI), and PBL-GI
integration strategy applies. This study aims to explain the effect of PBL-GI integration strategy
to the concept mastery and this study use “Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group
Design”. This study indicates that students that learned with PBL-GI integration strategy have
scores of concept mastery from pretest to posttest 38.33 higher than students that learned with
conventional strategy, 32.08. Based on the ANACOVA test showed that there were significance
differences of students’ concept mastery between the students who were thought through PBL-
GI integration strategy and the students who were thought through conventional strategy.

Keywords: strategi PBL, kooperatif GI, penguasaan konsep, kimia

1. PENDAHULUAN pendidikan baik di sekolah dasar, menengah


maupun perguruan tinggi dapat disebabkan
Pola pembelajaran pada berbagai
karena (1) guru/dosen belum memahami
jenjang pendidikan termasuk perguruan
dengan baik dan kurangnya sosialisasi
tinggi masih didominasi paradigma teaching
tentang macam strategi pembelajaran
(teacher-centered), non-konstruktivistik,
konstruktivistik serta belum pernah
bukan paradigma learning (students-
dilatihkan, (2) kurangnya kesadaran
centered) sehingga pembelajaran menjadi
guru/dosen untuk menerapkan strategi
menjadi kurang efektif dan tidak
pembelajaran selain strategi pembelajaran
terkonstruksi dengan baik. Pembelajaran
yang selama ini mereka terapkan dengan
yang dapat memberdayakan potensi peserta
alasan bahwa setiap strategi pembelajaran
didik seperti pemberdayaan berpikir belum
masing-masing memiliki kekuatan dan
dilaksanakan secara maksimal sehingga
kelemahan, dan (3) adanya kekhawatiran
proses pembelajaran menjadi kurang
sebagian guru/dosen bahwa bila menerapkan
bermakna. Peserta didik lebih cenderung
strategi pembelajaran yang berbeda dari
pasif di kelas dalam menerima pelajaran.
yang selama ini mereka terapkan di kelas
Kondisi seperti ini dapat berdampak kepada
khususnya macam strategi pembelajaran
kemandirian peserta didik dalam belajar
berbasis penyelidikan, justru membuat
kurang terlatih dan tidak berkembang.
mahasiswa menjadi malas belajar. Jika
Proses pembelajaran berlangsung secara
demikian halnya, maka sangat diperlukan
kaku sehingga kurang mendukung
sosialisasi dan pelatihan tentang macam
pengembangan pengetahuan dan penguasaan
strategi pembelajaran yang bersifat
konsep, sikap, moral, dan pemberdayaan
konstruktivistik guna memberi pemahaman
berpikir. Dampak pola pembelajaran seperti
kepada guru/dosen tentang kekuatan-
ini akan tampak setelah mahasiswa
kekuatan yang terdapat pada strategi
mengikuti ujian semester dan atau ujian
pembelajaran tersebut. Lebih jauh,
akhir yang kemudian peserta didik
diperlukan suatu penelitian yang intensif
memperoleh skor atau nilai rendah.
tentang implementasi macam strategi
Dominasi paradigma teaching dan
pembelajaran konstruktivistik yang
belum terlaksananya pembelajaran
bermakna dan nyata, sehingga apa yang
konstruktivistik di berbagai jenjang

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 159


dipelajari peserta didik dapat dirasakan process skills). Strategi GI digunakan untuk
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. melatih berbagai kemampuan siswa antara
Di antara macam strategi lain sintesis, analisis, dan mengumpulkan
pembelajaran konstruktivistik yang informasi atau data untuk melatih kecakapan
bermakna dan dapat mengaitkan berpikir tingkat tinggi pebelajar dan dapat
pengalaman kehidupan nyata peserta didik menyempurnakan kemampuan metakognisi
dengan materi pelajaran (Kimia) adalah selama proses pembelajaran (Slavin, 2005).
strategi Problem-based Learning (PBL), Paradigma GI menerangkan bahwa
kooperatif Group Investigation (GI), dan pembelajaran lebih dari sekadar memperoleh
integrasi PBL-GI. Strategi ini sesuai dengan pengetahuan, tetapi membangun
filosofi konstruktivisme bahwa pebelajar pengetahuan melalui strategi metakognitif.
atau peserta didik diberi kesempatan lebih Ini berarti para pebelajar menginterpretasi
banyak untuk aktif mencari dan memproses informasi dalam konteks pengalaman
informasi sendiri, membangun pengetahuan mereka.
sendiri, dan membangun makna berdasarkan Harapan lebih jauh bahwa apabila
pengalamannya. Menurut Arends (2007), kedua strategi ini diintegrasikan akan dapat
PBL merupakan suatu strategi pembelajaran melahirkan suatu strategi baru dengan tahap-
dalam hal ini peserta didik mengerjakan tahapan pembelajaran yang saling sinergis.
permasalahan yang otentik dengan maksud Keterbatasan-keterbatasan pada tahapan
untuk menyusun pengetahuan mereka pembelajaran PBL dapat diisi oleh GI,
sendiri, mengembangkan inkuiri dan demikian pula sebaliknya, keterbatasan-
keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, keterbatasan pada tahap pembelajaran GI
mengembangkan kemandirian dan percaya dapat diisi oleh PBL. Huhtala & Jack (1994)
diri. PBL berfokus pada tantangan yang mengatakan bahwa strategi PBL memberi
membuat siswa dapat berpikir. Sebagaimana kontribusi suasana dan struktur investigasi
inovasi pedagogi pada umumnya, PBL tidak yang baik pada strategi GI. Tugas
dikembangkan berdasarkan teori pemecahan masalah melalui investigasi
pembelajaran atau teori psikologi, namun menjadi sangat penting dalam strategi GI
proses PBL mencakup penggunaan maupun strategi PBL untuk meningkatkan
metakognisi dan pengaturan diri. PBL kesuksesan pebelajar. Karena itu,
dikenal sebagai suatu pendekatan penggabungan PBL-GI menjadi lebih efektif
pembelajaran aktif yang progresif dan dalam melatih dan mengembangkan
berpusat kepada pebelajar di mana kemampuan pebelajar untuk mengerjakan
permasalahan-permasalahan yang tidak dan menyelesaikan tugas-tugas akademik
terstruktur (dunia nyata atau problema serta dapat meningkatkan kesuksesan
kompleks yang disimulasi/ditirukan) akademik. Selanjutnya, Arnyana (2004)
digunakan sebagai titik awal dan akhir menyatakan bahwa starategi PBL dan
selama proses pembelajaran (Silver, dkk cooperative learning lebih efektif dalam
2004). meningkatkan penguasaan konsep biologi
Seperti halnnya PBL, strategi GI dan berpikir kritis dibandingkan dengan
merupakan strategi pembelajaran yang pengajaran langsung.
sesuai dengan paradigma konstruktivis, di Integrasi strategi PBL dan GI yang
mana pebelajar berinteraksi dengan banyak dikemas dalam bentuk pembelajaran
informasi sambil bekerja secara kolaborasi kooperatif, pebelajar berlatih
dengan lainnya dalam situasi kooperatif menginvestigasi suatu topik permasalahan
untuk menyelidiki permasalahan, nyata maupun teoritis, mengakses informasi
perencanaan dan melakukan presentasi, dan dari berbagai sumber, mengamati,
mengevalusi hasil pekerjaan mereka (Tsoi, memecahkan masalah atau menemukan
2004). Strategi GI melibatkan siswa sejak solusinya, membuat dugaan, menganalisis,
perencanaan, baik dalam menentukan topik mengevaluasi serta mempresentasikannya di
maupun cara untuk mempelajarinya melalui depan anggota kelompok lainnya sebagai
investigasi. Strategi ini juga menuntut para proses pembelajaran secara keseluruhan.
pebelajar untuk memiliki kemampuan yang Dengan demikian, penerapan strategi PBL,
baik dalam berkomunikasi maupun dalam GI, dan integrasi PBL-GI melibatkan
keterampilan proses kelompok (group pebelajar dalam mengomunikasikan ide-ide

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 160


dan pemahaman mereka tentang konsep- Tabel 1. Rancangan eksprimen Pretest-
konsep kimia dan penerapannya terhadap Postest Nonequivalent Control
kasus-kasus biologi maupun terhadap Group Design.
persoalan di sekitarnya. Mahasiswa dapat Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
memunculkan berbagai ide baru yang T
kesemuanya dapat menumbuhkembangkan Eksperimen:
kemampuan berpikir mahasiswa yang pada X1 Y1 T1 Y2
akhirnya berdampak pada tingkat Kontrol (X2) Y3 T3 Y4
penguasaan konsep yang lebih baik. (Sumber: Tuckman, 1999 dan Wiersma, 1995)
Keterangan:
X1 adalah kelas PBL-GI
2. METODE X2 adalah kelas konvensional
Penelitian ini adalah kuasi eksprimen Y1, Y3 adalah skor pretest
dengan rancangan “Pretest-Postest T1 adalah strategi PBL-GI
Nonequivalent Control Group Design” yang T3 adalah strategi konvensional
Y2, Y4, adalah skor posttest
terdiri atas 1 variabel bebas dan 1 variabel
terikat. Variabel bebas adalah strategi
Pengumpulan data penelitian
pembelajaran meliputi 2 jenis yakni strategi
dilakukan dengan memberikan pretest dan
integrasi PBL-GI dan konvensional; dan
posttest berupa tes essei kimia dasar kepada
variabel terikat yaitu penguasaan konsep.
subjek penelitian untuk mengukur
Penelitian ini dilakukan selama 1 semester
penguasaan konsep. Teknik penskoran
untuk matakuliah kimia dasar dan
dilakukan dengan menggunakan rubrik Hart
mahasiswa jurusan Biologi FMIPA UNM
(0-4).
semester ganjil tahun akademik 2009/2010
Data dianalisis secara deskriptif dan
yang berjumlah 40 orang sebagai subjek
inferensial (ANAKOVA; α = 0,05,) dengan
penelitian. Subjek penelitian ini terdiri atas
menggunakan program SPSS 15.0 for
kelas PBL-GI dan kelas konvensional.
windows. Analisis ANAKOVA memerlukan
Rancangan kuasi eksprimen ini disajikan
persyaratan terpenuhinya uji asumsi, yaitu
pada Tabel 1.
data harus berdistribusi normal dan
homogen. Oleh karena itu, sebelum
dilakukan analisis ANAKOVA terlebih
dahulu dilakukan uji asumsi tersebut. Uji
normalitas dan homogenitas data digunakan
uji statistik one sample Kolmogorov-
Smirnov Test dengan bantuan program SPSS
15.0 for Windows. Hasil analisis data
diperoleh bahwa data berdistribusi normal
dan varian yang homogen.
Adapun tahap-tahap pembelajaran
strategi integrasi PBL-GI disajikan pada
Tabel 2.

Tabel 2. Tahap Pembelajaran Integrasi PBL-GI


Kegiatan Pembelajaran
Tahap
Dosen Mahasiswa
1. Pengajuan topik permasalahan 1.Dosen menjelaskan tujuan 1.Terlibat dalam pemunculan
nyata (PBL) dan akademik (GI) pembelajaran. topik dan pemecahan masalah
oleh dosen/ mahasiswa. 2. Menjelaskan logistik yang (PBL).
dibutuhkan, mengajukan 2.Membentuk kelompok
fenomena atau demonstrasi atau heterogen berorientasi tugas (dua
cerita untuk memunculkan sampai enam anggota yang
masalah (PBL,GI). heterogen secara akademis
3.Penyampaian/Pemunculan maupun etnis) (GI)
topik permasalahan PBL,GI).
4.Memotivasi mahasiswa untuk
terlibat dalam pemecahan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 161


Kegiatan Pembelajaran
Tahap
Dosen Mahasiswa
masalah yang terpilih (PBL).
5.Masalah umum ditetapkan oleh
dosen (GI).
2. Mengorganisasi mahasiswa Dosen membantu mahasiswa Mendefinisikan, mengorganisasi,
untuk melakukan investigasi untuk mendefinisikan, dan merencanakan tugas mereka
secara berkelompok (PBL dan mengorganisasikan, dan yang berhubungan dengan
GI) dan kooperatif (GI). merencanakan tugas belajar yang subtopik yang dipilih (GI dan
berhubungan dengan subtopik PBL).
yang dipilih (GI dan PBL).
3. Membimbing (PBL) dan 1.Dosen mendorong siswa untuk Menerapkan rencana, yakni
memantau (GI) mahasiswa dalam mengumpulkan informasi yang mengumpulkan informasi yang
melakukan investigasi sesuai sesuai, melaksanakan eksprimen sesuai, melaksanakan eksprimen
topik yang dipilih. untuk mendapatkan penjelasan untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah (PBL). dan memecahkan masalah (PBL)
2.Mengikuti kemajuan tiap sebagaiamana yang telah
kelompok dan menawarkan dikembangkan pada tahap kedua,
bantuan bila perlu (GI). baik di dalam atau di luar kelas
(GI).
4. Melakukan analisis (PBL dan Dosen membantu mahasiswa 1.Merencanakan dan menyiapkan
GI), evaluasi proses pemecahan dalam merencanakan dan hasil karya mereka (PBL).
masalah yang telah dilakukan menyiapkan karya yang sesuai 2.Menganalisis dan mensintesis
(PBL), dan sintesis hasil seperti laporan, video, dan model informasi yang diperoleh pada
penyelidikan (GI). serta membantu mereka untuk tahap ketiga, meringkas, dan
berbagi tugas dengan temannya menyajikannya dengan cara
(PBL). menarik sebagai bahan untuk
dipresentasikan kepada seluruh
kelas (GI).
5. Mempresentasikan hasil Mengkoordinir pelaksanaan Beberapa atau semua kelompok
penyelidikan mereka presentasi GI) menyajikan hasil investigasinya
(PBL dan GI). kepada seluruh kelas, dengan
tujuan agar mahasiswa yang lain
saling terlibat satu sama lain
dalam pekerjaan mereka dan
memperoleh perspektif luas pada
topik itu (GI).
6. Mengevaluasi tiap kontribusi 1.Dosen membantu mahasiswa 1.Melakukan refleksi atau
kelompok terhadap kerja kelas untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil
sebagai suatu keseluruhan (GI). evaluasi terhadap penyelidikan penyelidikan dan proses-proses
mereka dan proses-proses yang yang mereka gunakan (PBL).
mereka gunakan (PBL). 2.Bersama dengan dosen,
2.Mengevaluasi tiap kontribusi mahasiswa mengevaluasi tiap
kelompok terhadap kerja kelas kontribusi kelompok terhadap
sebagai suatu keseluruhan. kerja kelas sebagai suatu
Evaluasi dapat berupa penilaian keseluruhan.
individual atau kelompok (GI). 3.Mahasiswa membandingkan
temuan dan perspektif mereka,
membahas persamaan dan
perbedaannya.
4.Evaluasi dapat berupa penilaian
individual atau kelompok (GI).

3. HASIL Tabel 3. Rata-rata Skor Pretest-Posttest


Penguasaan Konsep Kimia
Rata-rata skor penguasaan konsep
Dasar Berdasarkan Strategi
kimia dasar pada pretest dan posttest untuk
Pembelajaran
strategi integrasi PBL-GI dan konvensional
Rata-rata Skor Strategi Pembelajaran
secara ringkas disajikan pada Tabel 3. PBL-GI Konvensional

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 162


Penguasaan Pre-test 27,40 21,35 Selanjutnya, hasil analisis kovarian
Konsep Post-test 65,73 53,44 (anakova) diperoleh nilai signifikansi (sig.)
Selisih 38,33 32,08
0,04. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari
nilai alpha 0,05. Ringkasan hasil analisis
kovarian disajikan pada Tabel 4.
Berdasarkan data selisih pretest-
posttest pada Tabel 3 terlihat bahwa
peningkatan penguasaan konsep kimia dasar Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Perbedaan
tertinggi adalah mahasiswa yang Antarstrategi terhadap
dibelajarkan melalui strategi PBL-GI yaitu Penguasaan Konsep Kimia
sebesar 38,33 dan mahasiswa yang Dasar
Sumber df F Sig. α = 0,05
dibelajarkan melalui strategi konvensional
Penguasaan 1 22,78 0,00
yaitu sebesar 32,08. Konsep Kimia
Visualisasi rata-rata skor penguasaan konsep (KONSEP)
kimia dasar dari pretest ke posttest Strategi 2 2,94 0,04
berdasarkan strategi pembelajaran disajikan Pembelajaran
pada Gambar 1.
Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
signifikan penguasaan konsep kimia dasar
mahasiswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan strategi pembelajaran PBl-GI
dan strategi konvensional. Uji lanjut
antarstrategi pembelajaran terhadap
penguasaan konsep kimia dasar dengan
menggunakan uji LSD diperoleh data yang
disajikan pada Tabel 5.

Gambar 1. Histogram Penguasaan


Konsep Kimia Dasar
Berdasarkan Strategi
Pembelajaran.

Tabel 5. Hasil Uji LSD Antarstrategi Pembelajaran terhadap Penguasaan Konsep


Kode Strategi Penguasaan Penguasaan Selisih Penguasaan Notasi
Pembelajaran Konsep Konsep Konsep LSD
(awal) (akhir) Terkoreksi
2 Konvensional 21,35 53,44 32,08 55,14 a
1 PBL-GI 27,40 65,73 38,33 64,59 b

Dari hasil uji lanjut LSD pada Tabel Hasil analisis ANAKOVA pada taraf
5 terlihat adanya perbedaan notasi antarkelas signifikansi 5% diperoleh kesimpulan bahwa
perlakuan (perlakuan strategi pembelajaran) ada perbedaan penguasaan konsep kimia
terhadap penguasaan konsep. Strategi dasar mahasiswa yang dibelajarkan melalui
konvensional (notasi b) berbeda signifikan strategi pembelajaran. Hal ini menunjukkan
dengan strategi konvensional (notasi a). bahwa strategi pembelajaran PBL-GI yang
Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat diterapkan dalam penelitian ini berpengaruh
disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan dalam meningkatkan penguasaan
signifikan penguasaan konsep kimia dasar konsep. Namun demikian, ke dua strategi
untuk mahasiswa biologi yang dibelajarkan pembelajaran memberikan pengaruh yang
dengan menggunakan strategi pembelajaran signifikan dan masing-masing strategi
integrasi PBL-GI dan strategi konvensional. memiliki potensi untuk meningkatkan
penguasaan konsep.
4. PEMBAHASAN Hasil penelitian di atas sesuai dengan
temuan Parno (2005) yang menemukan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 163


bahwa pembelajaran melalui strategi PBL menggunakan strategi belajar terhadap hasil
mampu meningkatkan penguasaan konsep belajar, Winkel (1996) menjelaskan bahwa
fisika dan penerapannya pada kasus biologi siswa yang pandai menemukan sendiri
mahasiswa jurusan biologi. Demikian juga siasat-siasat belajar, belajarnya menjadi
temuan Setiawan (2008) yang melaporkan lebih baik karena memiliki inteligensi yang
bahwa strategi PBL mampu meningkatkan lebih baik, hasil yang lebih baik itu
hasil belajar kognitif siswa pada bersumber pada cara belajar yang penuh
matapelajaran biologi. Selanjutnya, kesadaran, sistematis, dan penuh refleksi
Mudayen (2008) juga melaporkan bahwa diri. Strategi PBL memberi kontribusi
implementasi strategi pembelajaran GI suasana dan struktur investigasi yang baik
dalam perkuliahan membuat mahasiswa pada strategi GI. Huhtala & Jack (1994)
senang belajar dan berkembang bersama di mengungkapkan bahwa untuk meningkatkan
dalam komunitas belajarnya, mendorong kesuksesan siswa, tugas pemecahan masalah
mahasiswa menggunakan teori untuk menjadi sangat penting dalam strategi GI
memecahkan kasus-kasus tertentu, dan maupun strategi PBL. Karena itu,
prestasi belajar mahasiswa meningkat penggabungan PBL-GI menjadi lebih efektif
terutama kelompok mahasiswa yang dalam melatih dan mengembangkan
berkemampuan akademik menengah ke kemampuan pebelajar untuk mengerjakan
bawah. Penelitian Tan, dkk (2007) tentang dan menyelesaikan tugas-tugas akademik
pengaruh strategi GI terhadap persepsi, serta dapat meningkatkan kesuksesan
motivasi, dan prestasi belajar siswa di akademik. Kesuksesan ini dapat dilihat dari
singapura memperoleh beberapa temuan peningkatan penguasaan konsep. Arends
antara lain: (1) secara akademik, strategi GI (2007) menyatakan bahwa bahwa kelas-
lebih efektif dari strategi pembelajaran kelas yang dibelajarkan melalui strategi
lainnya, (2) siswa berakademik tinggi lebih kooperatif dan diskusi memiliki prestasi
tinggi secara signifikan prestasi belajar yang lebih baik secara signifikan
akademiknya dibanding dengan siswa dibandingkan dengan kelas-kelas kontrol.
berakademik rendah, dan (3) penerapan Dengan berdiskusi siswa mendapat
strategi GI berpengaruh terhadap kesempatan untuk mengklarifikasi
peningkatan motivasi belajar siswa. pemahamannya dan mengevaluasi
Penerapan strategi PBL dan strategi pemahaman siswa lain, mengobservasi
GI dapat meningkatkan hasil belajar kognitif strategi berpikir dari orang lain untuk
pebelajar dapat disebabkan atas karakteristik dijadikan panutan, membantu siswa lain
dari kedua strategi tersebut yakni yang kurang untuk membangun pemahaman,
permasalahan merupakan titik awal dan titik meningkatkan motivasi, serta membentuk
akhir proses pembelajaran. Strategi ini sikap yang diperlukan seperti menerima
menantang mahasiswa untuk ‘belajar cara kritik dan menyampaikan kritik dengan cara
belajar’, menyiapkan mahasiswa untuk yang santun (Sudaryanto, 2008).
menemukan dan menggunakan sumber- Penggabungan tahapan strategi PBL
sumber belajar yang memadai, bekerjasama ke dalam strategi GI menjadi strategi
dalam kelompok untuk memecahkan integrasi PBL-GI memberikan pengaruh
masalah-masalah nyata dalam kehidupan yang lebih tinggi dibanding dengan GI
sehari-hari (Duch, 2004). Strategi PBL sendiri. Hal ini dapat dilihat dari hasil
membantu siswa mengembangkan penelitian ini yang menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir, pemecahan masalah, strategi PBL-GI memberikan kontribusi
dan keterampilan intelektual; belajar sebesar 38,33 dibandingkan dengan strategi
berbagai peran orang dewasa melalui konvensional sebesar 32,08 dalam
pelibatan mereka dalam pengalaman nyata meningkatkan penguasaan konsep kimia
atau simulasi; dan menjadi pebelajar mandiri dasar. Perpaduan strategi PBL dan GI yang
(Ibrahim, 2003). dikemas dalam bentuk pembelajaran
Perbedaan notasi LSD pada Tabel 5 kooperatif melahirkan suatu strategi baru
juga dapat dijelaskan bahwa strategi dengan tahap-tahapan pembelajaran yang
integrasi PBL-GI memiliki kekuatan yang saling sinergis. Keterbatasan-keterbatasan
sangat tinggi untuk meningkatkan pada tahapan pembelajaran PBL dapat diisi
penguasaan konsep. Pengaruh keterampilan oleh GI, demikian pula sebaliknya,

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 164


keterbatasan-keterbatasan pada tahap Kesuksesan pembelajaran dalam
pembelajaran GI dapat diisi oleh PBL. meningkatkan penguasaan konsep atau
Penerapan strategi pembelajaran materi pelajaran, selain ditentukan oleh
integrasi PBL-GI dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran yang diterapkan
setelah kuliah pendahuluan, mahasiswa guru/dosen, juga ditentukan oleh cara atau
diberikan kasus kimia dan biologi serta gaya belajar siswa/mahasiswa itu sendiri.
sejumlah pertanyaan yang harus dijawab Goethals, dkk (2004) mengemukakan bahwa
beserta alasan sebagai penugasan perlunya untuk mengenali cara mengajar dan
investigasi. Hasil investigasi dan jawaban belajar siswa untuk dapat belajar, sebab
atas sejumlah pertanyaan didiskusikan pada setiap siswa memiliki cara khusus atau
pertemuan kelas. Peran pengampu kombinasi cara dalam belajar. Seorang siswa
matakuliah adalah meluruskan adanya yang berjiwa sosial lebih mudah berinteraksi
kesalahan konsep dan memperjelas materi dengan siswa lainnya dalam berdiskusi dan
yang belum dipahami oleh mahasiswa. berpartisipasi dalam kelompok, tetapi juga
Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa terdapat siswa yang senang belajar sendiri,
pada kelas tersebut menunjukkan prestasi dan juga cara siswa belajar dengan
kimia yang lebih baik dalam mengerjakan membutuhkan instruktur.
soal-soal hapalan maupun soal yang Mahasiswa yang menguasai strategi
menuntut jawaban yang memerlukan telaah belajar akan dapat meningkatkan
yang lebih dalam (penguasaan konsep pemahaman mereka terhadap suatu konsep
kimia). atau materi pelajaran kimia. Penguasaan
Strategi pembelajaran berdasarkan konsep kimia dasar dapat menjadi
investigasi seperti integrasi PBL-GI pengetahuan awal untuk mengembangkan
memberi kesempatan lebih banyak kepada konsep-konsep kimia maupun konsep-
pebelajar untuk mencari informasi di konsep biologi yang selanjutnya ke tingkat
berbagai sumber belajar dan kebebasan yang lebih tinggi. Mustapa (2009)
menggunakan berbagai media belajar untuk melaporkan bahwa penerapan strategi
membangun pengetahuan sendiri. Selain itu, Problem Posing (merumuskan soal/masalah)
dalam strategi tersebut pemberian masalah dapat meningkatkan motivasi dan hasil
nyata atau teoritis untuk diinvestigasi di belajar mahasiswa pada matakuliah kimia
berbagai sumber belajar misalnya dasar I. Karena itu, strategi belajar yang
laboratorium, pemanfaatan website internet, sebenarnya mencakup sejumlah heuristik
maupun perpustakaan membuat pebelajar mengenai cara belajar yang baik dapat juga
lebih aktif mencari solusi permasalahan diajarkan kepada mahasiswa khususnya
sehingga pebelajar menjadi paham terhadap yang berkemampuan akademik rendah.
apa yang mereka kerjakan.
Dengan demikian, meningkatnya 5. KESIMPULAN DAN SARAN
pemahaman konsep mahasiswa terhadap
5.1 Kesimpulan
suatu matakuliah merupakan hasil
pengembangan belajar mandiri atau Strategi integrasi PBL-GI berpengaruh
kolaborasi dengan orang lain. Mahasiswa signifikan terhadap penguasaan konsep
yang bekerja bersama dengan mahasiswa kimia dasar untuk mahasiswa biologi.
lainnya dalam memahami konsep-konsep Mahasiswa tidak lagi mengharapkan banyak
kimia akan banyak mengalami kemudahan informasi pengetahuan dari dosen dan dosen
dalam mempelajari dan memahami konsep tidak perlu lagi menghabiskan banyak waktu
kimia serta meningkatkan penguasaan berceramah di kelas untuk memenuhi
terhadap konsep tersebut. Takayama dan tuntutan tuntas materi, akan tetapi
Wilson (2005) mengemukakan bahwa siswa mahasiswa sendiri yang secara aktif
yang bekerja sama memecahkan atau membangun pengetahuaanya sendiri melalui
menyelidiki beberapa masalah penting, proses penyelidikan ilmiah yang merupakan
maka siswa-siswa tersebut terlibat dalam ciri dari strategi integrasi PBL-GI.
pengembangan bakat-bakat lainnya seperti
merencanakan, mengorganisasikan, 5.2.Saran
komunikasi sosial, kreativitas, dan
kemampuan akademik.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 165


Berdasarkan hasil/temuan dari penelitian ini, Ibrahim, M. 2003. Pengajaran Berdasarkan
maka disarankan kepada (1) tim pengampu Masalah. Surabaya: University Press.
matakuliah kimia dasar FMIPA UNM agar
menerapkan strategi integrasi PBL-GI dalam Mudayen, Y.M.V. 2008. Peningkatan Partisipasi
Dan Prestasi Belajar Mahasiswa Dalam
membelajarkan mahasiswa karena strategi
Perkuliahan Ekonomi Koperasi Melalui
pembelajaran tersebut terbukti mampu Implementasi Model Group Investigation,
meningkatkan penguasaan konsep kimia (Online),
dasar, (2) penelitian ini memerlukan (http://72.14.235.104/search?q=cache:xmxRqlxT
penelitian lanjutan dengan O1wJ:www.belajar.usd.ac.id/createpdf.php%3Fi
mengimplementasikan strategi integrasi d%3D10+Pembelajaran+Group+Investigation.+p
PBL-GI ini di jenjang pendidikan dasar atau df&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id, diakses 1
menengah sehingga akan diperoleh banyak Maret 2008).
informasi tentang kekuatan atau mungkin
keterbatasan dari strategi tersebut, Mustapa, K. 2009. Efektivitas Strategi
Pembelajaran Problem Posing dalam
Meningkatkan Proses Belajar, Motivasi, dan
6. DAFTAR RUJUKAN Hasil Belajar Mahasiswa pada Matakuliah
Arends, R.I. 2007. Learning to Teach ( Seventh Kimia Dasar I FKIP Universitas Tadulako.
Edition). New York: McGraw Hill Co.Inc. Tesis, Malang: PPS Universitas Negeri Malang.

Arnyana, I.B.P. 2004. Pengembangan Perangkat Parno, 2005. Peningkatan Penguasaan Konsep
Pembelajaran Berdasarkan Masalah yang Fisika dan Penerapannya pada Kasus Biologi
Melalui Model PBI bagi Mahasiswa Jurusan
Dipadu dengan Strategi Kooperatif. Disertasi.
Biologi FMIPA UM. Prosiding Seminar
Malang: UM Malang.
Nasional MIPA dan Pembelajarannya &
Exchange Experience of IMSTEP 5-6 September
Corebima, A.D. 2009. Jadikan Peserta Didik
2005. Malang: FMIPA UM Bekerjasama dengan
Pebelajar Mandiri. Makalah Disajikan dalam
Dijen Dikti depdiknas.
Seminar Nasional Pendidikan, Himpunan
Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA UNM,
Rickey, D., & Angelica, S. 2000. The Role of
Makassar, 19 Desember.
Metacognition in Learning Chemistry. Journal of
Chemical Education, (Online), 77(7), 915-920.
Danial, M. 2008. Pembelajaran, Metakognisi,
(http://jchemed.chem.wisc.edu/journal/index.htm
dan Hasil Belajar Kimia Dasar (Suatu Survei
l, diakses 11 September 2008).
terhadap Staf Pengajar Kimia Dasar dan
Mahasiswa jurusan Biologi Angkatan 2007/2008
Setiawan, I.G.A.N. 2008. Penerapan Pengajaran
FMIPA UNM Makassar). J.Bioedukasi Vol. VI
Kontekstual Berbasis Masalah untuk
No.2:170-178.
Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas
X2 SMA Laboratorium Singaraja. Jurnal
Duch, B. 2004. Problem-Based Learning
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan,
University of Delaware, (Online),
Lembaga Penelitian Undiksha, April, 2(1):42-59.
(http://www.udel.edu/pbl/, diakses 28 Nopember
2008).
Silver, C.E.H., Ellina, C., & Maria C.D. 2004.
Psychological Tools in Problem-based Learning.
Goethals, M.S., Sanders, M., & Howard, R.A.
Enhancing Thinking through Problem-based
2004. Students Teaching: A Process Approach to
Learning Approaches: International Perspectives.
Reflective Practice. A Guide for Preservice and
Singapore: Thomson Learning.
In-service Teachers (2nd ed), New Jersey: Merill
Prentice Hall.
Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning;
Theory, Research, and Parctice. London: Allyn
Hart, D. 1994. Authentic Assessment A hand
& Bacon.
Book for Educators. New York: Addison-Wesley
publ. Co.
Slavin, R.E. 2006. Educational Psychology:
Theory and Practice. Boston: Pearson Education
Huthala & Jack, 1994. Group Investigation:
Inc.
Structuring an Inquiry-Based Curriculum.
American Educational Research Association,
Sugiono, 2007. Statistik Untuk Penelitian.
New Orleans, LA: Speeches/Conference Papers.
Bandung: Alfabeta.
Diakses 9 September 2008.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 166


Sukardi, 2003. Metodologi Penelitian
Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya.
Yogyakarta: Bumi Aksara

Takayama, K. & Wilson, J. 2005. Mapping


Student Learning Throughout The Collaborative
Inquiry Process: The progressive E-Poster,
(Online),
(http://science.uniserve.edu.au/pubs/procs/wshop
10/2005Takayama.pdf, diakses 19 Pebruari
2008).

Tan, I.V.C., Sharan, S., & Lee, C.K.E. 2007.


Group Investigation Effects on Achievement,
Motivation, and Perceptions of Students in
Singapore. Journal of Education Research,
(Online), Volume 100, Number 3/January-
February, 2007: 142-154, (http://heldref-
publications.metapress.com/app
/home/contribution.asp, diakses 13 Maret 2008).

Tsoi, M.F.; Ngoh, K.G; & Lian, S.C. 2004.


Using Group Investigation for Chemistry in
Teacher Education. Asia-Pasific Forum on
Science Learning and Teaching, (Online), Vol. 5,
issue 1 Article 6,
(http://www.ied.edu.hk/apfslt/v5_issue_1/tsoimf/
index.htm-content, diakkses 19 Pebruari 2008).

Tuckman, B.W., 1999. Conducting Educational


Research. (5th ed). New York: Hartcourt Brace
College Publisher.
Universitas Negeri Malang, 2007. Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Edisi keempat).
Malang: BAAPSI-Penerbit UM.

Ward, E. & Williams, A.L. 2005. A hybrid of


Problem-Based Learning in Higher Level
Biochemistry: A first Experience,
(Online),(http://science.universe.edu.au/course.sc
ifer/ward.pdf,diakses 28 Nopember 2008).

Wiersma, W. 1995. Research Methods in


Education (An Introduction Sixth Editon).
Massachusetts USA: Allyn and Bacon.

Winkel, 1996. Psikologi Pengajaran. Edisi


Revisi, Jakarta: Grasindo.

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 167


UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI, KETERAMPILAN PROSES
SAINS, DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI MELALUI
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MULTIPLE
INTELLIGENCES DI MTs. SURYA BUANA MALANG

Indah Fitriani¹, Herawati Susilo², Hedi Sutomo³


¹Indah Fitriani, M. Sc., M. Pd, Guru Biologi; ² Prof. Dra. Herawati Susilo, M. Sc., Ph.D, Guru besar
bidang Pendidikan Biologi; ³ Dr. Hedi Sutomo, S.U, Dosen Biologi,
Program PascaSarjana (PPS) UM, Jl. Semarang 5, Malang

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk perbaikan masalah motivasi, keterampilan proses sains, dan hasil
belajar kognitif biologi yang masih rendah di MTs. Surya Buana Malang, melalui penerapan pendekatan
pembelajaran Multiple Intelligences, yang dilaksanakan dengan beragam metode pembelajaran yang
mengembangkan kecerdasan majemuk siswa. Penelitian yang dilakukan yaitu Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan subjek penelitian siswa kelas VIIIB Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian dilaksanakan
sebanyak 2 siklus selama bulan Februari sampai Maret 2010, dilakukan dengan 4 tahap PTK yaitu:
perencanaan tindakan; pelaksanaan tindakan dan observasi; serta refleksi. Penelitian ini menggunakan
pedoman observasi, angket, dan soal tes. Data penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan Pembelajaran MI dapat meningkatkan motivasi, keterampilan proses sains,
dan hasil belajar kognitif biologi siswa kelas VIII B MTs. Surya Buana Malang.

Kata Kunci: multiple intelligences, motivasi belajar, keterampilan proses sains, hasil belajar kognitif

1. PENDAHULUAN memiliki nilai kognitif di bawah SKM


(Standar Ketuntasan Minimal) yaitu 65,
Berdasarkan hasil observasi pada
dengan soal ujian 80% pada tingkat
tanggal 17 November 2009 siswa kelas
menghapal dan 20% pada tingkat memahami
VIIIB MTs. Surya Buana, menunjukkan
(berdasarkan Taksonomi Bloom).
80% siswa memiliki motivasi belajar
Berdasarkan observasi di MTs. Surya Buana
rendah, yang ditunjukkan oleh sikap siswa
Malang, dan wawancara dengan salah satu
yang tidak memperhatikan penjelasan guru.
guru di MTs. Surya Buana diketahui bahwa
Salah satu penyebab siswa tidak
untuk kelas VIII di MTs. Surya Buana,
memperhatikan penjelasan guru karena
metode pembelajaran biologi yang telah
menggunakan metode ceramah (tanpa siswa
diterapkan di sekolah tersebut didominasi
terlibat aktif dalam pembelajaran, dan siswa
ceramah, selanjutnya demonstrasi,
hanya mencatat penjelasan guru). Sikap
pengajaran pendekatan alam, diskusi kelas,
yang ditunjukkan siswa selama
dan peta konsep. Pembelajaran biologi di
pembelajaran biologi, antara lain: siswa
MTs. Surya Buana belum menerapkan
tidur, mengantuk, diskusi, membaca dan
Multiple Intelligences, karena guru biologi
menulis selain materi biologi, serta beberapa
belum mengetahui pendekatan pembelajaran
siswa menyatakan pembelajaran biologi
Multiple Intelligences.
membosankan sehingga siswa tidak
Berdasarkan permasalahan di atas,
semangat. Keterampilan dasar sains yang
maka tujuan penelitian ini adalah:
telah diterapkan dalam pembelajaran biologi
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan
hanya tahap klasifikasi di awal pembelajaran
pembelajaran dengan pendekatan
dan hanya beberapa siswa yang
Multiple Intelligences dapat
menunjukkan kinerja keterampilan proses,
meningkatkan motivasi belajar biologi
sehingga sebagian siswa belum melakukan
siswa MTs. Surya Buana.
keterampilan proses dan kurang terlibat aktif
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan
berpartisipasi dalam pembelajaran.
pembelajaran dengan pendekatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Multiple Intelligences dapat
guru biologi di kelas tersebut dan nilai
Ulangan Harian menunjukkan 70% siswa

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 168


meningkatkan keterampilan proses sains
siswa MTs. Surya Buana.
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan
pembelajaran dengan pendekatan Tabel 1. Data dan Sumber Data
Multiple Intelligences dapat No Data Sumbe Instrumen Penelitian
meningkatkan hasil belajar kognitif r Data
biologi siswa MTs. Surya Buana. 1 Identifikasi siswa Lembar Observasi
macam Identifikasi macam
Kecerdasan Kecerdasan Majemuk
2. METODE siswa, Angket diisi siswa
dan orang tua siswa,
Rancangan penelitian yang catatan lapangan
dilakukan yaitu Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan subjek penelitian kelas VIIIB 2 Keterlaksanaa guru Lembar Observasi
Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah 30 n Keterlaksanaaan
pembelajaran Pembelajaran MI, catatan
siswa. Penelitian dilaksanakan sebanyak 2 MI lapangan
siklus selama bulan Februari sampai Maret
2010. Pemecahan masalah dan peningkatan 3 Motivasi siswa Lembar Observasi
kualitas pembelajaran kelas VIII B belajar motivasi siswa, catatan
dilakukan dengan 4 tahap PTK yaitu: lapangan
perencanaan tindakan; pelaksanaan tindakan
4 Keterampilan siswa Lembar Observasi
dan observasi; serta refleksi. Penelitian ini proses sains keterampilan proses
menggunakan pedoman observasi, angket, siswa, catatan lapangan
dan soal tes seperti ditunjukkan dalam Tabel
1. Data penelitian dianalisis secara deskriptif 5 Hasil belajar siswa Lembar Penilaian Hasil
kognitif belajar kognitif UH,
kualitatif siklus pertama dibandingkan kemampuan presentasi
dengan apa yang terjadi pada siklus kedua.
Diagram siklus PTK ditunjukkan pada
Gambar 1. 3. HASIL
Perencanaan 3.1.. Paparan Data
Siklus I
Pertemuan 1 pembelajaran MI,
Refleksi motivasi belajar, siswa bernomor absen 2, 6,
7, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 24, 25, dan 29
masih kurang rasa ingin tahunya. Sedangkan
Tindakan dan keinginan kuat untuk belajar ditunjukkan
Observasi siswa bernomor absen 4, 5, 7, 21, 2, 23, 26,
27, dan 30. Siswa yang kurang perhatian
Revisi perencanaan terhadap kegiatan belajar dengan melakukan
kegiatan di luar pembelajaran ditunjukkan
oleh siswa bernomor absen 5, 16, 17, 21, 22,
dan 30. Hanya 4 siswa bernomor absen 21,
Refleksi 22, 26, dan 30 yang tampak kurang gembira
dalam pembelajaran ini, karena mereka
belum mudah memahami maksud animasi
Tindakan dan
kontraksi relaksasi jantung. Hasil jurnal
Observasi belajar menunjukkan siswa bernomor absen
8, 11, 12, 17, 26, 30 masih kurang
Revisi perencanaan menghabiskan waktu yang cukup untuk
belajar. Keterampilan Proses Sains Siswa,
menunjukkan masih 50% siswa yang kurang
mampu menyampaikan atau presentasi ide
Gambar 1. Diagram Siklus PTK (komunikasi). Masih banyak siswa yang
(Sumber: Hopkins, 1993 dalam Tim kurang dapat menghitung denyut nadi
PGSM, 1999:48) tubuhnya permenit karena letak pembuluh

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 169


nadi agak ke dalam sehingga siswa harus dan terkadang kesadaran untuk menjadi
sedikit menekan ke dalam pergelangan orang baik hanya sesaat, dan dengan cepat
tangan mereka untuk dapat merasakan kembali berbuat buruk. Guru terus-menerus
denyut nadi mereka. Hasil catatan lapangan menasihati siswa yang bersikap buruk
menunjukkan masih banyak siswa yang supaya bersikap baik.
tidak memperhatikan pembelajaran MI. Berdasarkan lembar identifikasi jenis
Berdasarkan hasil lembar identifikasi jenis kecerdasan, menunjukkan kecerdasan verbal
kecerdasan, kecerdasan interpersonal linguistik tinggi ditunjukkan siswa bernomor
tampak pada sebagian besar siswa, dan absen 6, 8, 12, dan 26. Kecerdasan logika
kecerdasan verbal linguistik tampak pada matematika tinggi ditunjukkan siswa nomor
nomor absen 11, 13 dan 17 yaitu absen 12, 15, 21, dan 25. Kecerdasan visual
memperlihatkan minat terhadap buku-buku. spasial tinggi ditunjukkan siswa bernomor
Pada pertemuan 2, motivasi belajar, absen 6, 15, dan 21. Kecerdasan musik
menunjukkan hampir seluruh siswa senang siswa belum tampak, karena belum
dalam mengikuti pembelajaran, hanya 1 disediakan pembelajaran yang
siswa yang lebih suka menyendiri dan mengembangkan MI. Kecerdasan kinestetik
kurang gembira, tetapi dapat diperkirakan tinggi ditunjukkan oleh siswa bernomor
siswa tersebut masih menghayati proses absen 8, 13, 15, dan 25. Kecerdasan
perenungan dan merasa selama ini masih interpersonal tinggi ditunjukkan oleh siswa
banyak berbuat kesalahan dengan berniat bernomor absen 10, 15, 27, dan 28.
terpaksa mengikuti pelajaran di sekolah. Kecerdasan intrapersonal, natural dan
Dalam pengumpulan jurnal mengenai eksistensial semua siswa masih belum
pembelajaran tema peredaran darah, ada 6 tampak tinggi, jadi siswa perlu
siswa yang terlambat mengumpulkan, dikembangkan kecerdasan intrapersonal dan
karena siswa masih kurang paham animasi natural melalui pembelajaran MI, salah
pengetesan golongan darah sehingga sulit satunya dengan membiasakan siswa menulis
menuangkan pikiran mereka dalam jurnal jurnal, serta membiasakan siswa belajar
belajar. Keterampilan Proses Sains memahami bagian tubuh makhluk hidup dan
menunjukkan bahwa banyak siswa yang kejadian nyata yang dialami tubuh makhluk
tidak bersedia menjelaskan animasi hidup. Kecerdasan spiritual tinggi
pengetesan golongan darah atau ketika ditunjukkan seorang siswa bernomor absen
menjelaskan animasi masih belum runtut 12 dengan pandangannya terhadap agama
dan masih sulit dipahami siswa lainnya, oleh bahwa peredaran darah normal dan dia tidak
karena itu kemampuan presentasi, sakit karena Tuhan mengatur sedemikian
komunikasi masih perlu dilatih dan rupa.
dibiasakan dalam pembelajaran, siswa juga Pada pertemuan 3, semua siswa
dilatih untuk membandingkan tampak termotivasi, mereka gembira dalam
penggumpalan yang tampak pada animasi pembelajaran dan menunjukkan keseriusan
dalam ukuran yang lebih besar dibandingkan dan perhatian besar terhadap kegiatan
molekul antigen darah yang sesungguhnya. belajar. Keterampilan Proses Sains
Tiga siswa tidak memperhatikan animasi, menunjukkan siswa mampu
melainkan berbicara dengan temannya mengkomunikasikan pemahaman materi
mengenai hasil perenungan. Akan tetapi peredaran darah dalam bentuk peta konsep.
hasil catatan lapangan menunjukkan di akhir Siswa mengamati materi peredaran darah di
pembelajaran masih banyak anak yang sibuk buku secara berurut mulai dari organ
sendiri atau berbicara dengan temannya, kemudian fungsinya, untuk dapat dibuat peta
sehingga tidak mendengarkan penjelasan konsep yang mudah dipahami.
guru. Berdasarkan catatan lapangan, siswa
Berdasarkan hasil catatan lapangan dapat membaca individu yaitu menemukan
siswa yang kurang perhatian adalah nomor jawaban untuk membuat peta konsep, siswa
absen 5, 8, 11, 13, 15, dan 21, cenderung aktif dalam mengerjakan tugas melengkapi
asyik dengan kegiatan di luar pembelajaran. peta konsep, akan tetapi kondisi kelas
Dalam proses introspeksi tidak semua siswa kurang kondusif, karena ada suara dari siswa
sungguh-sungguh sehingga belum kelas lain yang ramai. Berdasarkan lembar
menyadari pentingnya keseriusan belajar identifikasi jenis kecerdasan menunjukkan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 170


kecerdasan verbal linguistik tinggi siswa bernomor absen 3 dan 18. Kecerdasan
ditunjukkan siswa bernomor absen 17, 18, logika matematika tinggi dimiliki siswa
dan 26. Kecerdasan logika matematika nomor absen 9, 12, dan 22.
tinggi ditunjukkan siswa nomor absen 18, Siklus II
19, 22, dan 27. Kecerdasan visual spasial Pada pertemuan 1, motivasi Belajar
tinggi ditunjukkan siswa bernomor absen 19, siswa ditunjukkan dengan ketepatan jadwal
20, 22, 23 dan 27. Kecerdasan musik tampak pengumpulan catatan hasil rangkuman oleh
pada siswa bernomor absen 9, 10, 13, 15, 17, seluruh siswa, kecuali siswa nomor absen 16
18 dan 20. Kecerdasan kinestetik tinggi dan 25. Siswa nomor absen 7, 1, dan 28
ditunjukkan oleh siswa bernomor absen 9, kurang serius belajar. Pada pertemuan ini
15, dan 20. Kecerdasan interpersonal tinggi Keterampilan Proses Sains seluruh siswa
ditunjukkan oleh sebagian besar siswa, sudah dapat membedakan dan
dengan indikator memiliki banyak teman, mengelompokkan organ tumbuhan
sering bertukar pendapat dengan orang lain monokotil dan dikotil dan telah mampu
dan tidak menyalahkan pendapat orang lain. menghitung jumlah mahkota bunga dan
Kecerdasan intrapersonal hanya ditunjukkan kelipatannya yang berbeda antara bunga
siswa nomor absen 1 yang cenderung monokotil dan dikotil.
menyendiri. Klasifikasi organ peredaran Berdasarkan catatan lapangan
darah berdasarkan fungsinya menunjukkan kegiatan praktikum dan kegiatan yang
kecerdasan natural siswa yang tampak pada melibatkan banyak gerakan anggota tubuh
20 siswa. Dalam jurnal tampak siswa membuat siswa menjadi aktif, semangat,
menyatakan keterkaitan Tuhan dengan tidak mengantuk, dan berkembang
keteraturan alam serta siswa mengetahui pemikiran kritis mereka, maka sudah wajar
darimana asal mereka dan tujuan hidup jika pembelajaran kali ini hanya sedikit dua
mereka yang ditunjukkan oleh sebagian siswa nomor absen 7 dan 18 yang tidak
besar siswa yaitu adanya kecerdasan memperhatikan, karena siswa tersebut
eksistensial dan spiritual siswa. tubuhnya agak sakit jadi tubuhnya lemas.
Pada pertemuan 4, motivasi belajar Berdasarkan lembar identifikasi
tinggi ditunjukkan seluruh siswa kecuali kecerdasan, menunjukkan kecerdasan verbal
lima siswa bernomor absen 4, 9, 14, 15, dan linguistik tinggi ditunjukkan siswa bernomor
25. Keterampilan Proses Sains ditunjukkan absen 17, 20, dan 21. Kecerdasan logika
sebagian besar siswa yang memprediksikan matematika tinggi ditunjukkan siswa nomor
jika banyak makanan cepat saji dapat absen 21 dan 23, kemudian 6, 8, 11 dan 16.
meningkatkan carcinogenik yang dapat Kecerdasan visual spasial tinggi ditunjukkan
menyebabkan peningkatan jumlah penderita siswa nomor absen 4, 6, 15, dan 25.
kanker darah/leukimia. Bahan pengawet dan Kecerdasan musikal ditunjukkan siswa
bahan aditif kimia yang sangat digemari nomor absen 4, 6, 8, 21, 22, dan 24.
masyarakat saat ini menyebabkan orang Kecerdasan kinestetik tinggi ditunjukkan
yang punya potensi turunan gen kanker oleh siswa nomor absen 8, 10, 13, 15, dan
dapat semakin terekspresi, bahkan yang 25. Kecerdasan interpersonal tinggi
tidak punya riwayat keluarga menderita ditunjukkan oleh siswa bernomor absen 8,
kankerpun dapat mengalami mutasi spontan 10, 15, 27, dan 28. Kecerdasan natural,
akibat mutagen seperti paparan radiasi sinar ditunjukkan oleh siswa nomor absen 13, 21,
ultraviolet yang langsung menembus bumi dan 23. Kecerdasan intrapersonal,
akibat penipisan ozon karena global ditunjukkan oleh siswa nomor absen 9, 10,
warming. 12, 13, 15, 17, dan 19. Kecerdasan spiritual
Berdasarkan catatan lapangan tinggi ditunjukkan oleh siswa nomor absen
menunjukkan siswa yang serius mengikuti 12 dan 25. Kecerdasan eksistensial tinggi,
pembelajaran nomor absen 4, 5, 9, 14, 15, ditunjukkan oleh siswa nomor absen 9, 10,
19, 20, 21, 22, 23, 27, 25, dan 28. Siswa 11, 12, 14, 16, 18, 19, dan 20.
yang menunjukkan keingintahuan yang Pada pertemuan 2, motivasi belajar
tinggi dalam pembelajaran bernomor absen siswa dengan indikator menunjukkan rasa
4, 20, 25, dan 27. Berdasarkan lembar ingin tahu, keseriusan dan keinginan kuat
identifikasi jenis kecerdasan menunjukkan untuk belajar, memusatkan perhatian pada
kecerdasan verbal linguistik tinggi dimiliki kegiatan belajar lebih besar daripada tingkah

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 171


laku yang bukan kegiatan belajar, siswa dapat mengidentifikasi ciri tumbuhan dikotil
tampak gembira dan mempunyai keyakinan dan monokotil yang sering mereka lihat
diri dan tegar pada situasi belajar, dan dihalaman sekitar mereka.
belajar intensif, mengeluarkan banyak energi Berdasarkan catatan lapangan, semua
dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas siswa cukup aktif, walau tidak semua siswa
belajar, banyak menggunakan waktu untuk aktif. Siswa nomor absen 15 lebih banyak
belajar termasuk pada jam bebas pelajaran menggerakkan anggota lain daripada
seperti istirahat yang tampak pada jadwal memperhatikan pelajaran, sedangkan siswa
kegiatan belajar mereka yang ditulis pada nomor 19 persiapan belajar kurang, masih
jurnal belajar ditunjukkan oleh seluruh pinjam pulpen dan ke luar kelas. Siswa
siswa, kecuali siswa nomor 8 dan 9. Pada nomor 27 terganggu dalam pembelajaran,
pertemuan ini Keterampilan Proses Sains sehingga ke luar kelas mengembalikan buku
dengan indikator mengidentifikasi dan ke temannya, nomor 29 ke luar kelas,
memberi nama ciri benda dan kejadian fisik terlambat mengikuti pelajaran, dan terus
dunia, ditunjukkan oleh seluruh siswa, mengobrol dengan temannya. Siswa nomor
kecuali siswa nomor 19 dan 26. Berdasarkan 8 sering mengobrol dengan nomor 22 dan 27
catatan lapangan siswa yang mengikuti pada saat guru membahas peta konsep. Pada
perintah guru menulis peta konsep, antara pertemuan ini terdapat kekurangan yaitu
lain nomor 2, 4, 11, 18, 26. Semua siswa jawaban teka-teki menumpuk sehingga
tampak gembira tertawa menyaksikan siswa mengalami kesulitan melihat jawaban
simulasi gerak tumbuhan dengan gaya yang tepat untuk setiap pertanyaan
tampilan lucu. Berdasarkan lembar identifikasi jenis
Berdasarkan lembar identifikasi jenis kecerdasan, menunjukkan kecerdasan verbal
kecerdasan, menunjukkan kecerdasan verbal linguistik tinggi ditunjukkan siswa bernomor
linguistik tinggi ditunjukkan siswa bernomor absen 12, 21, dan 28. Kecerdasan logika
absen 1, 6, 8, 12, 14, 15, 18, 22 dan 30. matematika tinggi ditunjukkan siswa nomor
Kecerdasan logika matematika tinggi absen 11, 18, 21 dan 22. Kecerdasan visual
ditunjukkan siswa nomor absen 1, 12, 15, spasial tinggi ditunjukkan siswa nomor
21, dan 25. Kecerdasan visual spasial tinggi absen 6, 14, 15, dan 20. Kecerdasan musikal
ditunjukkan siswa nomor absen 6, 8, dan 21. ditunjukkan siswa nomor absen 2, 4, 13, 15,
Kecerdasan musikal siswa tidak tampak 19, 23, dan 25. Kecerdasan kinestetik tinggi
pada pertemuan ini. Kecerdasan kinestetik ditunjukkan oleh siswa nomor absen 2, 4, 8,
tinggi ditunjukkan oleh siswa nomor absen 10, 16, 18, 20, 25, dan 30. Kecerdasan
13, 15, 21, 23, 25, dan 30. Kecerdasan interpersonal tinggi ditunjukkan oleh siswa
interpersonal tinggi ditunjukkan oleh siswa bernomor absen 8, 10, 15, 27, dan 28.
bernomor absen 6, 8, 10, 12, dan 17. Kecerdasan intrapersonal, ditunjukkan oleh
Kecerdasan intrapersonal, ditunjukkan oleh siswa nomor absen 4, 6, dan 11. Kecerdasan
siswa nomor absen 1, 13, dan 15. natural, ditunjukkan oleh siswa nomor absen
Kecerdasan natural, ditunjukkan oleh siswa 6, 7, 9, 19, dan 20. Kecerdasan spiritual
nomor absen 13 dan 27. Kecerdasan spiritual tinggi ditunjukkan oleh siswa nomor absen
tinggi ditunjukkan oleh siswa nomor absen 12. Kecerdasan eksistensial tinggi,
4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 17, 18, 23, dan 24. ditunjukkan oleh siswa nomor absen 4, 5, 6,
Kecerdasan eksistensial tinggi, ditunjukkan 13, 14, 17, 18, 19, dan 25.
oleh siswa nomor absen 15, 16, 17, 18, dan Pada pertemuan 4, motivasi belajar
19. dengan indikator menunjukkan rasa ingin
Pada pertemuan 3, motivasi belajar tahu, keseriusan dan keinginan kuat untuk
siswa ditunjukkan dengan siswa banyak belajar, memusatkan perhatian pada kegiatan
menggunakan waktu untuk belajar termasuk belajar lebih besar daripada tingkah laku
pada jam bebas pelajaran seperti istirahat yang bukan kegiatan belajar, siswa tampak
yang tampak pada jadwal kegiatan belajar gembira dan mempunyai keyakinan diri dan
mereka yang ditulis pada jurnal belajar. tegar pada situasi belajar, tugas belajar
Dalam pembelajaran di kelas seluruh siswa diselesaikan tepat jadwal pengumpulan, dan
juga menunjukkan keseriusan, kecuali siswa belajar intensif, mengeluarkan banyak energi
nomor absen 5, 26 dan 30. Pada pertemuan dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas
ini Keterampilan Proses Sains seluruh siswa

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 172


belajar ditunjukkan oleh seluruh siswa, Berdasarkan lembar identifikasi jenis
kecuali siswa nomor 2 dan 24. kecerdasan, menunjukkan kecerdasan verbal
Pada pertemuan ini Keterampilan linguistik tinggi ditunjukkan siswa bernomor
Proses Sains dengan indikator mengamati absen 1, 6, 18, dan 21. Kecerdasan logika
bagian-bagian objek belajar, matematika tinggi ditunjukkan siswa nomor
mengidentifikasi dan memberi nama ciri absen 12, 21 dan 25. Kecerdasan visual
benda dan kejadian fisik dunia, spasial tinggi ditunjukkan siswa nomor
mengelompokkan organisme, kejadian atau absen 6, 8, dan 18. Kecerdasan musikal
informasi dengan metode atau sistem ditunjukkan siswa nomor absen 6, 8, 13, 14,
tertentu, menyampaikan ide melalui 16, dan 25. Kecerdasan kinestetik tinggi
presentasi, membuat kesimpulan hasil ditunjukkan oleh siswa nomor absen 10, 13,
pengamatan berdasarkan hubungan sebab 15, 21, 23, dan 30. Kecerdasan interpersonal
akibat untuk menjelaskan observasi, tinggi ditunjukkan oleh siswa bernomor
ditunjukkan seluruh siswa kecuali siswa absen 6, 8, 12, dan 15. Kecerdasan
nomor 2 dan 24. intrapersonal, ditunjukkan oleh siswa nomor
Berdasarkan catatan lapangan absen 13, 15, 21, dan 23. Kecerdasan
menunjukkan tulisan di papan tulis terlalu natural, ditunjukkan oleh siswa nomor absen
kecil, sehingga sulit terbaca oleh siswa. Hal 5, 12, 13, 19, 22, 25, dan 27. Kecerdasan
yang paling mengesankan pada pertemuan spiritual tinggi ditunjukkan oleh siswa
ini terjadi peningkatan drastis dibandingkan nomor absen 12. Kecerdasan eksistensial
pertemuan sebelumnya, yaitu siswa berebut tinggi, ditunjukkan oleh siswa nomor absen
untuk lebih dahulu presentasi dengan 11, 12, 14, 15, dan 18. Berdasarkan hasil
kemauan sendiri, tanpa diminta guru. Hal ini angket yang diberikan peneliti kepada siswa,
menunjukkan motivasi belajar siswa dan maka diperoleh data sebagai berikut (Tabel
juga kemampuan presentasi mereka lebih 2).
runtut dan mudah dipahami dibandingkan
presentasi pertemuan sebelumnya.

Tabel 2. Kecerdasan Tiap Siswa Berdasarkan Angket yang diisi oleh Siswa
No Nama Siswa Seksi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Akmal Dzikrillah P 30 40 0 40 10 50 10 10 20 10
2. Bangkit Imam Nugraha 30 70 40 40 70 30 80 30 30 20
3. Davin Dano 30 40 20 40 50 20 50 90 10 20
4. Dhea Adhitya Daniswara 30 40 30 20 20 30 30 30 30 20
5. Dwi Kurniawati K 80 40 90 80 90 90 70 40 40 30
6. Firza Muhammad 40 50 30 30 50 30 50 50 0 20
7 Hamidah Nadir Bahmid 20 10 50 50 70 30 40 40 10 20
8 Hanif Nur Rahman 50 20 30 30 50 70 50 60 0 30
9 Ilya Azmala 40 40 70 100 50 40 50 30 30 10
10 M. Yusuf Salim 50 40 50 50 60 60 40 50 0 30
11 Mahayu Sukma Insani 70 70 90 60 70 80 10 10 10 30
12 Mohammad Fadhil 70 40 40 30 30 50 30 30 30 30
13 Murtadho 20 30 50 20 50 50 30 80 30 30
14 Muhammad 30 20 20 30 40 70 20 70 10 20
15 Naufal Riadi Salam 60 50 70 90 60 80 60 20 40 30
16 Nur Muhammad Fahmi 30 50 40 30 30 50 30 30 20 30
17 Prihastia Himawan A 30 30 30 40 20 70 20 20 30 20
18 Rayvan Rionaeldy 40 40 40 50 40 50 80 30 30 30
19 Rifdha Herdianti Kisdina 80 80 40 50 50 30 30 20 30 20
20 Rizal Abdul Wahid 60 30 90 60 70 80 40 20 30 20
21 Sarah Andini Larasati 50 60 100 70 90 80 70 50 40 50
22 Ummi Hafidhotun Nisa’ 50 30 40 50 30 90 40 20 40 10
23 Yashinta Puspita Ayu 40 20 40 70 30 50 30 20 10 20
24 Zahrotul Hurriyah 30 20 40 40 40 40 50 50 10 20
25 Zakka Yusril Izna 60 60 70 80 60 80 60 40 30 30
26 Naufal Nabil 60 40 80 70 60 60 60 40 40 40
27 Nur Amalia Permatasari 70 50 70 70 60 60 60 50 30 30
28 Faizal Azmi 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
29 Riasan Sukma Razan 40 30 40 50 50 70 20 30 30 20
30 A.Nurrosid Muafa’ 70 60 90 70 50 80 50 10 20 40

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 173


Keterangan:
Seksi 1 – Mencerminkan kekuatan kecerdasan natural/alam
Seksi 2 – Menunjukkan kekuatan kecerdasan logika-matematika
Seksi 3 – Menggambarkan kekuatan kecerdasan interpersonal
Seksi 4 – Menunjukkan kekuatan kecerdasan kinestetik
Seksi 5 – Menggambarkan kekuatan kecerdasan verbal-linguistik
Seksi 6 – Menunjukkan kekuatan kecerdasan intrapersonal/dalam diri
Seksi 7 – Menunjukkan kekuatan kecerdasan visual-spatial
Seksi 8 – Menunjukkan kekuatan kecerdasan Musikal
Seksi 9 – Menunjukkan kekuatan kecerdasan Eksistensial
Seksi 10 – Menunjukkan kekuatan kecerdasan Spiritual

Berdasarkan hasil angket yang diberikan peneliti kepada orang tua siswa, maka
diperoleh data (Tabel 3).
Tabel 3. Kecenderungan Kecerdasan Tiap Siswa Berdasarkan Angket yang Diisi oleh
Orang Tua Siswa
No Nama Siswa Keterangan orang tua siswa
1. Akmal Dzikrillah P Suka belajar sendiri, tidak suka belajar kelompok, suka menyendiri
2. Bangkit Imam Nugraha Suka belajar kelompok, suka membantu orang lain
3. Davin Dano Suka diam menulis, merenung, menjalankan kewajiban tanpa disuruh
4. Dhea Adhitya Daniswara Suka outbond/belajar di suasana alam bebas, senang belajar komputer
5. Dwi Kurniawati K Keahlian pidato, cita-cita dokter, pandai bahasa inggris, hobi
membaca
6. Firza Muhammad Sering membedakan antar objek
7 Hamidah Nadir Bahmid Suka kerja kelompok, sering menulis, suka bergerak menggambar
8 Hanif Nur Rahman Suka berkumpul dengan orang banyak, percaya diri ikut lomba
9 Ilya Azmala Cita-cita desainer, kebiasaan melakukan kegiatan gerak, diberi
fasilitas
10 M. Yusuf Salim Sangat percaya diri, belajar kelompok dengan diskusi, aktif bergerak
11 Mahayu Sukma Insani Pintar mengoperasikan komputer, suka belajar sendiri, aktif bergerak
12 Mohammad Fadhil Suka pelajaran biologi, suka memelihara hewan, merawat tanaman
13 Murtadho Percaya diri berbicara didepan orang banyak, suka kegiatan
pertandingan
14 Muhammad Suka belajar sendiri di suasana tenang, tidak percaya diri ditempat
umum
15 Naufal Riadi Salam Ide-ide bagus, suka game, berani tampil di publik, cita-cita ahli
teknologi
16 Nur Muhammad Fahmi Mudah belajar dengan mendengarkan penjelasan temannya
17 Prihastia Himawan A Sering ikut lomba, suka utak-atik barang elektronik
18 Rayvan Rionaeldy Suka main video game, cita-cita atlit olahraga, senang tampil di
publik
19 Rifdha Herdianti Kisdina Rajin membaca dan menulis, sering rangking dikelas,suka belajar
biologi
20 Rizal Abdul Wahid Suka kegiatan yang aktif bergerak, sering belajar bersama teman
21 Sarah Andini Larasati Cita-cita reporter, hobi diskusi, suka belajar sendiri ataupun
berkelompok
22 Ummi Hafidhotun Nisa’ Suka berdiskusi dengan orang lain, sering bertanya pelajaran yang
sulit
23 Yashinta Puspita Ayu Suka bersepeda, olahraga, dan aktif berpartisipasi pada kegiatan
sosial
24 Zahrotul Hurriyah Cita-cita arsitek
25 Zakka Yusril Izna Perlu kamar sendiri untuk konsentrasi, tangkas bergerak, cita-cita
tentara
26 Naufal Nabil Suka olahraga dan komputer, cita-cita dokter,sering membantu orang

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 174


lain
27 Nur Amalia Permatasari Suka belajar dengan teman, suka belajar yang melibatkan gerak aktif
28 Faizal Azmi Angket tidak diisi orang tua
29 Riasan Sukma Razan Suka olahraga tenis dan bulutangkis, serta berenang
30 A.Nurrosid Muafa’ Suka kerja kelompok, suka membaca dan menulis
Berdasarkan angket yang diisi siswa suka belajar sendiri dalam suasana tenang
(Tabel 2) menunjukkan kecerdasan natural untuk dapat lebih konsentrasi.
tinggi siswa bernomor absen 6 dan 20,
Kecerdasan visual spasial tinggi siswa
kemudian 11, 12, 27, 30. Kecerdasan logika
bernomor absen 17, yang suka utak-atik
matematika tinggi siswa bernomor absen 2,
barang elektronik. Kecerdasan musikal
11 dan 19. Kecerdasan interpersonal tinggi
siswa belum dikenali orang tua siswa, maka
sangat banyak yaitu siswa bernomor absen
perlu orang tua mendapat pemahaman
5, 11, 20, 21 dan 30, kemudian 9, 15, 25, 26,
kecerdasan majemuk ntuk dapat mengenali
dan 27. Kecerdasan kinestetik tinggi banyak
bakat dan minat serta dominasi kecerdasan
yaitu siswa bernomor absen 9 dan 15,
anaknya sehingga dapat diekspresikan dan
kemudian 5, 21, 23, 26, 27, dan 30.
dikembangkan pada tahap optimal.
Kecerdasan verbal linguistik tinggi siswa
Kecerdasan eksistensial pada tingkat rata-
bernomor absen 5 dan 21, kemudian 11 dan
rata yaitu siswa bernomor absen 15 yang
20. Kecerdasan intrapersonal tinggi sangat
menurut orang tua siswa sering punya ide-
banyak yaitu siswa bernomor absen 5 dan
ide bagus, dan nomor 26 yang sering
22, kemudian 8, 11, 14, 15, 20, 21, 25, 29,
membantu orang lain karena menyadari
dan 30. Kecerdasan visual spasial tinggi
keberadaan dirinya di dunia untuk
siswa bernomor absen 2, 5, 17, dan 21.
mempermudah hidup orang lain dengan cara
Kecerdasan musikal tinggi yaitu siswa
saling menolong. Kecerdasan spiritual pada
bernomor absen 3, 13, dan 14. Kecerdasan
tingkat rata-rata yaitu siswa bernomor absen
eksistensial pada tingkat rata-rata yaitu
21 yang cenderung suka berteman dengan
siswa bernomor absen 5, 15, 21, 22, dan 26.
orang lain, dan nomor 26 yang sering
Kecerdasan spiritual pada tingkat rata-rata
membantu orang lain, karena kecerdasan
yaitu siswa bernomor absen 21, 26, dan 30.
spiritual salah satunya ditunjukkan bahwa
Berdasarkan angket yang diisi orang manusia ciptaan Tuhan yang beraneka
tua siswa (Tabel 3) menunjukkan ragam diperintahkan saling mengenal dan
kecerdasan natural tinggi siswa bernomor saling menolong serta berbuat baik kepada
absen 5 yang bercita-cita dokter, dan nomor sesama manusia. Berdasarkan angket yang
19 yang suka pelajaran biologi. Kecerdasan diisi siswa dan angket yang diisi orang tua
logika matematika tinggi siswa bernomor siswa terdapat kecocokan data yang saling
absen 11 yang suka mengoperasikan melengkapi, sehingga dapat diperoleh
komputer. Kecerdasan interpersonal tinggi gambaran kecerdasan tiap siswa.
sangat banyak yaitu siswa bernomor absen
21 dan 30 yang suka belajar kelompok
4. PEMBAHASAN
dengan berdiskusi. Kecerdasan kinestetik
tinggi banyak yaitu siswa bernomor absen 9 Berdasarkan paparan data dan temuan
yang suka kegiatan banyak bergerak dan penelitian diketahui bahwa pembelajaran
fasilitas yang disediakan orang tua untuk biologi dengan pendekatan MI dapat
banyak beraktivitas gerak, dan nomor 15 dilakukan dengan beragam metode yang
yang suka permainan/game dan bercita-cita dapat mengembangkan kecerdasan
ahli teknologi, kemudian nomor 23 yang majemuk, antara lain: peta konsep, problem
suka bersepeda dan olahraga lainnya. solving, praktikum, jurnal belajar,
Kecerdasan verbal linguistik tinggi siswa perlombaan, simulasi, merenung,
bernomor absen 5 yang ahli pidato dan menyanyikan materi biologi, presentasi
pandai berbahasa inggris, dan nomor 21 siswa terhadap animasi materi pelajaran, dan
yang bercita-cita sebagi reporter dan Think Pair Share (TPS). Hal tersebut sesuai
memiliki hobi diskusi. Kecerdasan dengan hasil penelitian Perwitasari (2009)
intrapersonal tinggi sangat banyak yaitu bahwa pembelajaran yang mengembangkan
siswa bernomor absen 9, 14, dan 20 yang MI dapat dilakukan dengan konser
lingkungan. Metode pembelajaran lain dapat

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 175


diterapkan untuk mengembangkan Pembelajaran MI siklus I pertemuan
kecerdasan majemuk, akan tetapi perlu 1, menerapkan inisiasi materi dari guru,
penelitian lanjutan pembelajaran MI. kemudian presentasi siswa animasi gerak
Berdasarkan hasil penelitian, jantung, yang bertujuan mengembangkan
pembelajaran MI dapat meningkatkan kecerdasan eksistensial, kecerdasan spiritual,
kualitas pembelajaran dan memperbaiki kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan
masalah di kelas VIIIB, dengan cara natural. Pembelajaran MI siklus I pertemuan
menggunakan beragam metode 2 menerapkan merenung dan pembuatan
pembelajaran. Kegiatan ini akan dapat analisis kritis untuk mengembangkan
meningkatkan kecerdasan majemuk seluruh kecerdasan visual-spatial, verbal-linguistik,
siswa secara utuh (tidak hanya logika-matematik, intrapersonal, natural,
mengunggulkan siswa pandai matematika musikal, eksistensial dan spiritual. Dalam
dan bahasa, kemudian merendahkan siswa kegiatan merenung siswa berlatih
yang pintar musik atau intrapersoal). Semua mengintrospeksi kelebihan dan kekurangan
anak merasa dihargai potensi uniknya dan diri serta apa yang belum dilakukan yang
dihargai bahwa semua siswa cerdas walau seharusnya dilakukan dan mengingat
dengan dominasi yang berbeda, kemudian kesalahan yang telah dilakukan supaya
secara alami motivasi belajar siswa jangan terulang lagi. Siswa membuat
meningkat (sangat tampak kegembiraan analisis kritis untuk menganalisis suatu
siswa selama pembelajaran MI artikel dan mengembangkan kemampuan
dibandingkan sebelum pembelajaran siswa memilih kata yang tepat, serta
MI/observasi awal). Keterampilan proses mengkomunikasikan ide dalam bentuk
sains juga meningkat (salah satunya tulisan.
keterampilan siswa Pembelajaran MI siklus I pertemuan 3
presentasi/mengkomunikasikan pemikiran menerapkan pembuatan peta konsep,
mereka), dan akhirnya secara pasti bertujuan mengembangkan kecerdasan
berdampak pada peningkatan hasil belajar interpersonal, kecerdasan verbal-linguistik,
kognitif siswa (pada siklus 2 nilai seluruh kecerdasan intrapersonal, kecerdasan
siswa sudah di atas SKM). Saat peneliti natural, dan kecerdasan visual-spasial. Siswa
pamitan pada pertemuan terakhir membuat peta konsep untuk
pembelajaran MI, seluruh siswa merasa mengembangkan kemampuan memahami
sedih dan kehilangan dan siswa meminta materi peredaran darah dan menjelaskan
peneliti terus membelajarkan mereka dengan dengan menata hubungan antar konsep.
pemelajaran MI yang melibatkan mereka Pembelajaran MI siklus I pertemuan 4
secara aktif dalam pembelajaran, menerapkan Problem Solving bertujuan
dibandingkan ceramah. Kekurangan dalam mengembangkan kecerdasan verbal-
penelitian ini antara lain: siswa kelas VIII linguistik, dan kecerdasan logika-matematik.
MTs belum pernah dan belum dilatih Problem Solving memerlukan kemampuan
membuat portofolio, sehingga peneliti baru untuk berpikir logis, penuh pertimbangan
membiasakan siswa menulis jurnal belajar. serta menggunakan kata yang tepat untuk
Selain itu perlu perencanaan yang lebih menyampaikan hasil pemecahan masalah.
termasuk teknis fasilitas belajar, misal papan Pembelajaran MI siklus II pertemuan 1
tulis yang berukuran kecil sehingga hasil menerapkan praktikum bertujuan
pemasangan organ dan fungsinya jadi tidak mengembangkan kecerdasan verbal-
menumpuk dan tulisan menjadi tidak terlalu linguistik, kinestetik, dan kecerdasan logika-
kecil, perlu kreativitas guru mencoba banyak matematik. Siswa akan banyak bergerak
variasi metode lainnya yang menggunakan keseluruhan panca indera
mengembangkan kecerdasan majemuk selama praktikum yang dapat
selain yang sudah dilakukan dalam mengemangkan keceradsan kinestetik.
penelitian ini. Guru perlu mengakses Pembelajaran MI siklus II pertemuan 2
kemampuan kognitif siswa dengan cara lain menerapkan perlombaan teka-teki bertujuan
misal siswa membuat laporan praktikum mengembangkan kecerdasan verbal-
secara runtut, tidak hanya rangkuman hasil linguistik, kinestetik, intrapersonal, dan
praktikum. kecerdasan logika-matematik. Teka-teki
terkait materi pelajaran akan menyediakan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 176


pengalaman belajar yang menyenangkan dan menerapkan simulasi/role playing bertujuan
siswa akan mengembangkan kemampuan mengembangkan kecerdasan verbal-
kosakata, dan aktif bergerak dalam linguistik, kinestetik, intrapersonal, dan
perlombaan tersebut. kecerdasan logika-matematik. Simulasi akan
Pembelajaran MI siklus II pertemuan mengembangkan siswa mengontrol gerak
3 menerapkan Think Pair Share bertujuan yang tepat untuk bermain peran, serta
mengembangkan kecerdasan verbal- mengembangkan kemampuan
linguistik, kinestetik, interpersonal, dan membandingkan peran yang dilakukan
kecerdasan logika-matematik. Think Pair dengan kondisi aslinya.
Share akan mengembangkan kemampuan Pada Tabel 4 tampak Hubungan
siswa berpikir logis, kemudian Multiple Intelligences dengan Sekolah-
mengkomunikasikan secara lisan apa yang Kurikulum-Pelajaran-Program
telah dipikirkan kepada pasangannya, serta Ekstrakurikuler, dan terkait Arah-Bimbingan
mengembangkan kemampuan siswa Karier (Pekerjaan).
bekerjasama dengan orang lain.
Pembelajaran MI siklus II pertemuan 4

Tabel 4. Hubungan Multiple Intelligences dengan Sekolah-Kurikulum-Pelajaran-Program


Ekstrakurikuler, dan terkait Arah-Bimbingan Karier (Pekerjaan)
Intelegensi Kemampuan menonjol Menonjol pada Contoh Program Kegiatan
Terkait fungsi Tambahan Ekstrakulikuler
Linquistik Mengerti urutan dan Dramawan, W.S. Rendra, Keterampilan Majalah dinding, majalah
Verbal arti kata-kata editor, Sukarno, bicara, sekolah, kelompok bahasa,
Menjelaskan, mengajar, pengarang, Martin menulis, regu debat, kelompok
bercerita, berdebat jurnalis, Luther, komu-nikasi, drama, kelompok pidato
Humor, menghafal sastrawan, Busye, drama
Analisis linguistik orator, Pramudya,
Menulis dan berbicara ahli sastra, Gunawan
Main drama, berpuisi, novelis Mohamad,
berpidato

Matematis- Logika Logikus, Einstein, Keterampilan Sains klub, lomba sains


logis Reasoning, pola sebab- matematikus, Stephen berpikir,
akibat saintis, Hawking, logika,
Klasifikasi dan programer, John Dewey, komputer
kategorisasi negosiator Russell,
Abstraksi, simbolisasi Andi Hakim
Pemikiran induktif dan Nasution
deduktif
Menghitung, Pemikiran
ilmiah Problem solving,
Silogisme

Ruang- Mengenal relasi benda- Pemburu, Pablo Keterampilan Klub melukis, klub catur,
visual benda dalam arsitek, Picasso, melukis, klub pencari jejak
ruang dengan tepat dekorator, Affandi, menggambar,
Representasi grafik navigator, Sidharta, memahat,
Manipulasi gambar, pelukis, Gary membaca peta
menggambar pemahat, Kasparov,
Mudah menemukan penggambar, Michaelangel
jalan dalam ruang pemain catur o
Imajinasinya aktif
Peka terhadap warna,
garis, bentuk

Kinestetik- ekspresi dengan tubuh Aktor, atletik, Mohamad Latihan tari, Tim olahraga, grup drama,
badani Mengkaitkan pikiran penari, pemahat, Ali, Sidharta, latihan macam- grup tari
dan tubuh Kemampuan olahragawan, Rudi macam
main mimik Main Hartono, olahraga
drama, main peran Agassi,
Aktif bergerak, Chaplin,
olahraga, Koodinasi dan Dustin
fleksibilitas tubuh tinggi Hoffman

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 177


Intelegensi Kemampuan menonjol Menonjol pada Contoh Program Kegiatan
Terkait fungsi Tambahan Ekstrakulikuler
Musikal Kepekaan terhadap Musikus, Mozart, Latihan alat Grup band, musik, koor,
suara dan musik, penyanyi, Bach, musik, sejarah karawitan, kolintang
Tahu struktur musik pemain opera, Beethoven musik
dengan baik, komponis,
Mudah menangkap dirigen, pemain
musik musik
Mencipta melodi , Peka
dengan intonasi, ritmik
Menyanyi, pentas
music, Mencipta musik
Pemain alat music

Interper- Mudah kerja sama Komunikator, Ibu Theresa, Program Dewan siswa, kegiatan
sonal dengan teman fasilitator, Mahatma kepekaan siswa bersama, klub rumah
Mudah mengenal dan penggerak Gadhi, masyarakat, sakit
membedakan perasaan massa, Reagan grup
dan pribadi teman, pemersatu memahami
Komunikasi verbal dan orang lain
nonverbal,
Peka terhadap teman,
empati, Suka merespons

Intraper- Dapat konsentrasi baik Pendoa batin, Freud, Refleksi, retret, Tugas renungan di rumah
sonal Kesadaran dan ekspresi spiritual yang Thomas kesadaran diri
perasaan yang berbeda. mendalam, Merton,
Pengenalan diri pendamai Harry
Keseimbangan diri Truman
Kesadaran akan realitas
spiritual Reflektif, suka
kerja sendiri
Lingkungan Mengenal flora dan Botanis, Darwin, Zoolog, Kamping, Pecinta Alam,
/Naturalis fauna, Mengklasifikasi anatomis Peneliti Cinta Lingkungan, Gerakan
identifikasi tumbuhan Biologi, flara- Penghijauan, cegah Global
dan binatang, suka pada fauna warming dll
alam, di luar rumah
Eksistensial Kepekaan dan Filsuf, berefleksi Plato, Dibiasakan Penelitian:
kemampuan untuk men- tentang Socrates, Ibn bertanya apa Tujuan Hidup Orang
jawab persoalan keberadaan Sina, al- tujuan
eksistensi manusia; Kindi, Kant, hidupku,
makna hidup; mengapa Nietzche latihan kritis
kita lahir dan mati
(Sumber: Armstrong, 2004:90)

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 178


Secara fisik, keberadaan MI dalam mengembangkan Multiple Intelligences
tata letak dan fungsi otak dapat dilihat pada siswa yaitu melalui pembuatan jurnal
Tabel 5 di bawah ini. belajar, presentasi video animasi, role
playing, Think Pair Share, pengintegrasian
Tabel 5. Keberadaan MI Dalam Tata nilai spiritualitas; keterampilan proses sains,
Letak dan Fungsi Otak melalui peta konsep, praktikum, dan teka-
No Jenis Sistem Neurologis ( teki; dan hasil belajar kognitif melalui
Kecerdasan Wilayah Primer Otak ) pembuatan analisis kritis. Guru perlu
1. Linguistik Lobus temporal kiri dan menggunakan berbagai macam strategi
lobus bag. Depan pembelajaran agar dapat mengembangkan
(wilayah Broca dan berbagai kecerdasan yang dimiliki siswa
Wernicke). (Multiple Intelligences).
2. Matematis- Lobus bagian depan kiri
Logis dan parietal kanan
3. Spasial Hemisfer kanan (otak 5. KESIMPULAN
kanan) bag. Belakang 1. Penerapan pembelajaran dengan
4. Kinestetis- Cerebellum, basal pendekatan Multiple Intelligences
Jasmani ganglia dan motor melalui pembuatan jurnal belajar,
korteks
presentasi video animasi, role playing,
5. Musikal Lobus temporal kanan
6. Interpersonal Lobus bag. Depan, lobus Think Pair Share, dan pengintegrasian
temporal ( terutama pada nilai spiritualitas dalam membelajarkan
hemisfer kanan) dan materi biologi dapat meningkatkan
sistem limbik motivasi belajar biologi siswa MTs.
7. Intrapersonal Lobus bag. Depan, lobus Surya Buana.
parietal dan sistem 2. Penerapan pembelajaran dengan
limbik pendekatan Multiple Intelligences
8. Naturalis Wilayah lobus parietal melalui peta konsep, praktikum, dan
kiri yang berfungsi teka-teki dapat meningkatkan
membedakan makhluk
keterampilan proses sains (logika-
hidup dan benda mati.
matematika dan verbal-linguistik) siswa
(Sumber: Armstrong, 2004:85)
MTs. Surya Buana.
3. Penerapan pembelajaran dengan
Tabel 5 menunjukkan adanya korelasi pendekatan Multiple Intelligences
positif antara fungsi otak dengan konsep melalui analisis kritis dapat
multiple intelligence. Ini berarti tidak ada meningkatkan hasil belajar kognitif siswa
alasan yang mendasar jika sekolah tidak MTs. Surya Buana.
mengembangkannya. MI diharapkan mampu
menjadi jembatan bagi orang tua dan 6. SARAN
pendidik dalam mewujudkan keinginannya, 1. Perlu sosialisasi dan pelatihan untuk guru
yaitu terciptanya siswa sebagai manusia untuk dapat menerapkan pendekatan
utuh, yang berakhlaqul karimah dan pembelajaran MI melalui workshop dan
berprestasi yang tinggi. Sekolah perlu lesson study.
melayani siswa dalam proses pembelajaran 2. Perlu penelitian lanjutan dan penelitian
dengan pendekatan Multiple Intelligences pengembangan untuk mencari metode
(MI). Perlu sosialisasi dan pelatihan untuk pembelajaran lainnya yang dapat
guru untuk dapat menerapkan pendekatan mengembangkan kecerdasan majemuk
pembelajaran MI melalui workshop dan siswa.
lesson study. Selain itu, perlu penelitian 3. Guru perlu menggunakan berbagai
lanjutan dan penelitian pengembangan untuk macam strategi pembelajaran agar dapat
mencari metode pembelajaran lainnya yang mengembangkan berbagai kecerdasan
dapat mengembangkan kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa (Multiple
siswa. Intelligences.
Penelitian ini telah berhasil
meningkatkan motivasi belajar siswa melalui
beberapa metode yang telah 7. DAFTAR PUSTAKA

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 179


Alwi, M. 2008. Multiple Intelligences: Jewell. 2003. Kebugaran Otak dalam Kehidupan
Kecerdasan menurut Howard Gardner dan Sehari-hari. Jakarta:Gramedia
implementasinya (Strategi pengajaran di kelas).
Bandung: SMA Muthahari, diakses 20 Januari Kornhaber, M., Fierros, E., dan Veenema, S.
2009 2004. Multiple Intelligences Best Ideas For
Research And Practice. USA: Pearson
Al-Mandary, M. Sekolah Cerdas Muthahhari, Education.
Menjamin Hak Bermain Anak. Bandung: SMA
Muthahari, diakses 15 Maret 2010 Lwin, M, Khoo, A, Lyen, K dan Sin, C. 2005.
How To Multiply Your Child’s Intelligence: Cara
Armstrong. 2004. Sekolah Para Juara. Jakarta: Mengembangkan Berbagai Komponen
Gramedia Kecerdasan. Jakarta:PT. Indeks.

Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Meliala, A, 2003. Anak Ajaib: Temukan dan
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Kembangkan Keajaiban Anak Anda Melalui
Kecerdasan Majemuk. Yogyakarta: ANDI offset.
Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. 2006.
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi McBrien, J.L&Brandt, R. S. 2007. The Language
Aksara. of Learning: A Guide to Education Terms. pp.67-
68, Alexandria: Association for Curriculum.
Armstrong, T. 2003a. Awakening Your Childs
Natural Genius: Mengembangkan Kecerdasan Munib, M. 2007. Sekolah "Alternatif", langkah
Alami Anak Anda. Jakarta: Gramedia. awal menjawab tantangan global. Portal
Pendidikan SMUnet [www_smu-net_com].htm.
Armstrong, T. 2003b. Setiap anak Cerdas:
Panduan Membantu Anak Belajar dengan Muchith, Saekhan. Emosi Spiritual Dibutuhkan
Memanfaatkan Multiple Intelligence. Jakarta: untuk Menyatukan IQ dan EQ. Kudus: STAIN
Gramedia Oetomo, M.L. 2005. Seminar Anak Berkualitas.
Semarang: FIP IKIP PGRI
Amstrong, T. 2003c. Sekolah Para Juara:
Menerapkan Multiple Inteligences di Dunia Perwitasari, S. I. 2009. Pengembangan
Pendidikan. Penerjemah Yudhi Murtanto. Kecerdasan Majemuk (MI) dan Hasil Belajar
Bandung:Kaifa. Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Singosari Melalui
Konser Lingkungan Pada Pembelajaran Biologi.
DePorter, B dan Hernacki, M. 2002. Quantum Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan
Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Biologi UM
Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Quinones, W dan Cornwell, B. 1999. "I Can't
DePorter, B, Singer, N.S, Singer dan Reardon, Learn This!" An MI Route Around Resistance.
M. 2002. Quantum Teaching: Mempraktikkan New Horizon Volume 3, issue A Amazon.com.
Quantum Learning di Depan Ruang Kelas.
Bandung: Kaifa. Ramly. 2005. Pumping Talent: Memompa Bakat.
Depok: Kawan Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Rakhmat, J. 2010. Kecerdasan Spiritual Penting
bagi Manusia. Bandung: SMA Muthahari
Gardner, H. 2003. Multiple intelligence. Batam:
Interaksara. Rahmani, Burhani, dan Baiquni. SQ:
Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam
Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Ismono, M.N. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk
2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Memaknai Kehidupan. Surabaya Post, 27 Mei
UNESA. 2001

Ibrahim, M. 2005. Asesmen Berkelanjutan. Samples. B. 2002. Evolusi Belajar Untuk Anak.
Surabaya: UNESA. Bandung: Kaifa.

Ismail, Rahmat. Tinjauan Kecerdasan Spiritual Sherman, L, Heath, S, Wade, A. 2000. Multiple
(SQ) Terhadap Permasalahan Sosial di Intelligences, Cognition, and Learning. Miami
Indonesia. Himpunan Psikologi Indonesia University: Educator World Curriculum Article

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 180


Susanto, H. 2005. Penerapan Multiple
Intelligences dalam Sistem
Pembelajaran.Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan
Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005.

Wechsler, David. 1996. Inteligensi dan IQ.


http://www.info/http://www.info balita
cerdas.com diakses 29 Juli 2006

Winkel. WS. 1991. Psikologi Pengajaran.


Yogyakarta: FKIP Sanata Dharma.

Winoto, H. dan Setiabudi, T. 2002. Anak Unggul


Berotak Prima. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 181


EFEK NUTRISIONAL TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera)
VARIETAS NTT TERHADAP KADAR ALBUMIN TIKUS
WISTAR KURANG ENERGI PROTEIN
(Studi In Vivo Kelor sebagai Kandidat Terapi Suplementasi
pada Kasus Gizi Buruk)
Hendra Susanto, S.Pd, M.Kes1, Siti Imroatul Maslikah, S.Si, M.Si2
1,2
Dosen Biologi Universitas Negeri Malang

Abstract
Malnutrisi menjadi salah satu faktor utama penyebab kematian bayi di daerah tropis dan
subtropis. Di negara miskin, satu dari lima bayi meninggal selama proses pertumbuhannya. Prevalensi
gizi kurang di Indonesia mengalami peningkatan dari 27.5% tahun 2003 menjadi 28% pada tahun 2006,
demikian pula prevalensi gizi buruk meningkat dari 8.2% tahun 2003 menjadi 8,5% pada tahun 2006
(Susenas, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu model terapi nutrisional baru
sebagai upaya untuk mengatasi kejadian luar biasa kasus Gizi Buruk di Indonesia, dengan pemanfaatan
tepung daun kelor sebagai suplemen yang menjadi sumber mikro dan makronutrient untuk penanganan
kasus malnutrient. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan
rancangan percobaan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan dosis tepung kelor yang digunakan yaitu
180, 360, 720, dan 1440 mg/hari dengan menggunakan daun kelor varietas NTT. Kelompok percobaan
meliputi kelompok kontrol negatif, kontrol positif, tikus percobaan kelompok diet normal, KEP dan
kelompok KEP dengan pemberian tepung kelor dengan 6 kali ulangan. Seluruh teknis pengolahan data
dianalisis secara komputerisasi dengan One way Anova menggunakan Software Statistical Product and
Servive Solution 16 PS (SPSS 14 PS) dengan taraf signifikan (p < 0,05) untuk mengetahui perbedaan
kadar Albumin antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Data hasil analisis disajikan dalam
bentuk mean±SD. Dari hasil pengujian kandungan gizi kelor jenis hijau dari varietas NTT yang
mengandung 27,01% protein per 100 g tepung kering daun kelor, nampak bahwa potensi kelor varietas
lokal NTT dapat disetarakan dengan kelor yang telah direkomendasikan pada hasil penelitian di Afrika..
Hal ini berarti dari hasil penelitian pemberian tepung daun kelor varietas NTT pada model hewan KEP
dapat dijadikan sebagai rekomendasi awal untuk eksplorasi lebih lanjut potensi nutrisional tepung daun
kelor varietas NTT sebagai kandidat suplemen nutrisi untuk kasus malnutrisi. Dapat disimpulkan bahwa
pemberian tepung daun kelor varietas NTT dapat meningkatkan status gizi tikus model KEP dengan
indikator kadar albumin darah dan dosis optimal tepung daun kelor varietas NTT yang bisa
meningkatkan status gizi tikus KEP adalah 720 mg/hari.

Kata Kunci: Tepung Daun Kelor, Kadar Albumin, Tikus Wistar Kurang Energi Protein
PENDAHULUAN Prevalensi gizi kurang di Indonesia
Malnutrisi menjadi salah satu faktor mengalami peningkatan dari 27.5 % tahun
utama penyebab kematian bayi di daerah 2003 menjadi 28 % pada tahun 2006,
tropis dan subtropis. Di negara miskin, satu demikian pula prevalensi gizi buruk
dari lima bayi meninggal selama proses meningkat dari 8.2 % tahun 2003 menjadi
pertumbuhannya. Di berbagai negara 8,5 % pada tahun 2006 (Susenas, 2006).
diprediksi 7 juta orang meninggal pertahun Provinsi NTT dinyatakan sebagai Daerah
akibat kelaparan, dan sebagian kasus ini Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk
disebabkan oleh undernutrisi kronik. Bagi karena terjadi peningkatan kasus gizi buruk
anak penderita malnutrisi, juga menimbul- yang sangat besar pada tahun 2004 s/d
kan vitamin A deficiency (VAD). Diketahui 2006, dengan besaran kasus 3 (tiga) kali
bahwa vitamin A merupakan modulator lipat jumlah kasus gizi buruk dibandingkan
kunci pada sistem imun tubuh, membantu tahun sebelumnya (tahun 2003). Data Dinas
melawan infeksi serta mencegah penyakit Kesehatan Provinsi NTT per April 2008
seperti diarrhea, tuberculosis dan malaria. menunjukkan jumlah anak pra sekolah
Beberapa kasus mengakibatkan kebutaan terindikasi gizi buruk di wilayah ini
dan manifestasi xeroftalmia dengan berjumlah 3.023 balita.
kerusakan kornea (Fuglie, 2001).

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 182


Indikator laboratorium yang dapat Brawijaya dan Jurusan Biologi Universitas
dijadikan untuk uji sensitivitas status gizi Negeri Malang.
individu dan spesifik untuk intake nutrisi
antara lain albumin (Bahn, 2006). Albumin Rancangan Penelitian
memiliki half life yang cukup panjang yaitu Penelitian ini merupakan penelitian
14-20 hari dan benar-benar mampu untuk eksperimen dengan rancangan percobaan
menjadi marker status nutrisi kronik. Salah acak kelompok (RAK). Sebagai perlakuan
satu tanaman di Indonesia yang memiliki dalam penelitian ini adalah dosis tepung
potensi besar untuk solusi dalam upaya daun kelor varietas NTT. Penelitian ini
penanganan kasus malnutrisi adalah dilakukan dengan 6 kali ulangan.
tanaman kelor. Kelor (Moringa oleifera)
adalah tanaman yang banyak dijumpai di Pembuatan Tikus KEP
daerah tropis dan subtropis. Daun kelor Untuk pembuatan tikus KEP, tikus
memiliki potensi sebagai sumber utama yang berumur 2 bulan diberi diet harian
beberapa nutrient dan elemen therapeutic, dengan susunan bahan pakan rendah protein
termasuk anti inflamasi, antibiotik, dan (4%) dari total intake harian dengan
memacu sistem imun. Daun kelor memiliki karak/nasi yang dikeringkan dengan berat
kandungan zat besi dan protein tinggi yang pakan 30gr/hari sesuai dengan berat pakan
memiliki potensi terapi suplementasi untuk standard untuk diet harian tikus Wistar.
anak-anak malnutrisi. Penambahan kelor Pembuatan tikus KEP dilakukan selama
pada diet harian anak-anak mampu antara selang waktu 56 hari (2 bulan). Tikus
melakukan recovery secara cepat karena telah dinyatakan KEP jika nilai albumin
mengandung 40 nutrient esensial. Daun berada dibawah nilai 3,3 mg/dL atau berada
pohon kelor menjadi sumber dari banyak minimal pada rentang sekitar 2,7 mg/dL.
nutrient yang diduga mampu mengatasi Untuk pakan standart yang diberikan
malnutrisi di daerah yang beriklim tropis dan adalah 30gr/hari dan komposisinya seperti
subtropis. Kondisi geografis NTT dengan tabel berikut ini:
iklim tropis kering memungkinkan tanaman
kelor tumbuh dengan baik. Kelor sebagai Diet Normal :
tanaman yang dapat dijumpai dalam skala
luas di NTT yang sampai saat ini belum PAR-S
dimanfaatkan secara maksimal baik sebagai
tambahan komsumsi diet bagi ibu hamil, Energi = (1000:100) x 344 = 3400 Kal.
wanita menyusui, balita akibat masih
kurangnya informasi komposisi nutrisional Protein = (1000:100) x 19 = 190 gram
kelor varietas NTT. Oleh karena itu perlu
dilakukan kajian lebih lanjut melalui Lemak = (1000:100) x 4 = 40 gram
penelitian eksperimental laboratorium,
untuk mengetahui dan membuktikan sejauh KH = (1000:100) x 58 = 580 gram
mana kandungan nutrisi pada tanaman kelor
varietas NTT dapat memperbaiki status gizi
individu yang mengidap kekurangan energi Penghitungan Dosis Kelor dan
dan dan kalori akibat malnutrisi. Dan Pembagian Kelompok Perlakuan
apakah suplementasi tepung daun kelor Untuk penghitungan dosis minimal
varietas NTT dapat meningkatkan kadar tepung daun kelor dari varietas NTT
albumin pada tikus strain wistar yang sebagai berikut: Menurut FAO dosis tepung
diperlakukan KEP (Kurang Energi Protein). kelor untuk anak usia 3 tahun (BB 14 kg)
sebesar 25 gr/hari. Untuk tikus dengan BB
200gr, maka dosis yang diperlukan minimal
METODE PENELITIEN = 200/14000 x 25gr = 357 mg. Kemudian
Waktu dan Tempat Penelitian dibulatkan menjadi 360 mg/hari. Jadi untuk
Pengambilan data dilakukan bulan dosis tepung kelor yang digunakan yaitu
Juli sampai dengan September 2010. 180, 360, 720, dan 1440 mg/hari.
Tempat penelitian adalah laboratorium
Untuk tikus subjek penelitian dibagi
Fisiologi Molekuler FK Universitas
menjadi 4 kelompok, yaitu:

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 183


1. Kontrol Negatif = tikus wistar jantan Tabel 1. Berat Badan Tikus pada Bulan ke 2
usia 2 bulan diberi pakan standar. dan 3 Menurut Pemberian Pakan
BB Kontrol KEP KEP + kelor
2. Kelompok Kontrol positif = tikus wistar (pakan (Mean±SD) 180 mg
jantan usia 2 bulan diberi pakan KEP (gr)
normal) (Mean±SD)
tanpa suplementasi tepung daun kelor (Mean±SD)
selama 1 bulan. 2 bln 3 bln 2 bln 3 bln 2 bln 3 bln
3. Kelompok I = tikus wistar jantan usia 2 250,0± 105,8 217,3
bulan diberi pakan KEP dengan 228,7± 11,6 100,8 93,0± ± ±
suplementasi tepung daun kelor dosis 11,3 L ± 1,6 1,7 13,4 23,3
180 mg /hari selama 1 bulan.
BB KEP + kelor KEP + kelor KEP + kelor
4. Kelompok II = tikus wistar jantan usia 2 360 mg 720 mg 1440 mg
bulan diberi pakan KEP dengan (gr)
(Mean±SD) (Mean±SD) (Mean±SD)
suplementasi tepung daun kelor dosis 2 bln 3 bln 2 bln 3 bln 2 bln 3
bln
360 mg /hari selama 1 bulan. 201,8 215,
5. Kelompok III = tikus wistar jantan usia 103,2 ±18, 102,5 249,5 104,7 7±33
2 bulan diberi pakan KEP dengan ±8,5 1 ±9,0 ±9,8 ±13,3 ,8
suplementasi tepung daun kelor dosis
720 mg/hari selama 1 bulan. Berat badan tikus dengan pakan
6. Kelompok IV = tikus wistar jantan usia normal selama 2 bulan rata-rata lebih tinggi
2 bulan diberi pakan KEP dengan dibanding kelompok KEP. Pada bulan ke 3
suplementasi tepung daun kelor dosis semua kelompok mengalami kenaikan berat
1440 mg/hari selama 1 bulan. badan kecuali kelompok KEP murni yang
justru turun dari 100,8±11,6 menjadi
Metode Pengukuran Albumin 93,0±11,7. Peningkatan berat badan
Untuk pengukuran variabel indikator tertinggi dicapai oleh kelompok KEP +
status gizi Albumin sebagai berikut: Kelor 720 mg, sedangkan peningkatan berat
Pengukuran kadar albumin dilakukan badan pada penambahan tepung daun kelor
dengan uji kimia darah menggunakan diatas 720 mg/hari lebih rendah dibanding
prosedur alat Cobas Mira Plus di kelompok 720 mg/hari.
Laboratorium Fisiologi Molekuler FK UB. Indikator status gizi pada penelitian
ini dilakukan dengan pengukuran kadar
Analisis Data
albumin darah. Hasil pengukuran (rerata ±
Seluruh teknis pengolahan data
SD) disajikan dalam tabel berikut:
dianalisis secara komputerisasi dengan One
way Anova menggunakan Software
Tabel 2. Kadar Albumin Darah Menurut
Statistical Product and Servive Solution 16
Kelompok Pemberian Pakan
PS (SPSS 14 PS) dengan taraf signifikan (p
dan Dosis Tepung Daun Kelor
< 0,05) untuk mengetahui perbedaan kadar Kelompok
Albumin antara kelompok kontrol dengan Par Norm K KEP KEP KEP KEP +
kelompok perlakuan. Data hasil analisis ame al EP + + + Kelor
ter Kelo Kelo Kelor 1440
disajikan dalam bentuk mean±SD. r 180 r 360 720 mg/ha
mg/h mg/h mg/h ri
ari ari ari
HASIL DAN PEMBAHASAN Alb 3,1 2,5 2,9 2,5 3,60,1 2,60,
Hasil Penelitian umi 0,1 0, 0, 0, 2 16
n 9 14 12 12
Efek Pemberian Tepung Daun Kelor
pada Berat Badan dan Indikator Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian data Hasil pengukuran kadar albumin darah pada
perbedaan berat badan tikus percobaan beberapa kelompok perlakuan disajikan
kelompok diet normal, KEP dan kelompok pada grafik 1 dibawah ini:
KEP dengan pemberian tepung kelor
berbagai dosis. Setelah 2 bulan pengamatan
(pembuatan tikus KEP) dan 3 bulan (setelah
perlakuan dengan pemberian tepung kelor)
disajikan seperti pada tabel berikut ini:

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 184


varietas NTT yang mengandung 27,01%
protein per 100 g tepung kering daun kelor,
nampak bahwa potensi kelor varietas lokal
NTT dapat disetarakan dengan kelor yang
telah direkomendasikan pada hasil
penelitian di Afrika.. Hal ini berarti dari
hasil penelitian pemberian tepung daun
kelor varietas NTT pada model hewan KEP
Hubungan antara Efek Pemberian Tepung
dapat dijadikan sebagai rekomendasi awal
Kelor terhadap Kadar Albumin.
untuk eksplorasi lebih lanjut potensi
Keterangan:
nutrisional tepung daun kelor varietas NTT
1 = kelompok kontrol negatif (pakan normal), sebagai kandidat suplemen nutrisi untuk
2 = kelompok kontrol positif (pakan KEP), kasus malnutrisi.
3 = kelompok perlakuan kelor dosis 180mg/hari, Tingginya kandungan gizi daun kelor
4 = kelompok perlakuan kelor dosis 360mg/hari, varietas NTT ternyata mampu
5 = kelompok perlakuan kelor dosis 720mg/hari,
6 = kelompok perlakuan kelor dosis 1440mg/hari. meningkatkan status gizi tikus model KEP
dengan ditandai peningkatan kadar
Tabel 3. Rerata Kadar Albumin pada parameter (indikator status gizi) yang dalam
Beberapa Kelompok Perlakuan penelitian ini yaitu albumin. Hasil
(g/dL) penelitian Fuglie (2000) di Senegal pada
Perlakuan N Mean  SD (p ≤ 0,05) komunitas masyarakat kurang gizi dengan
Kontrol Negatif 6 3,10,19 (b
terapi tepung daun kelor juga menunjukkan
Kontrol Positif 6 2,50,14 (a
Kelor Dosis 180mg 6 2,90,12(b hasil yang signifikan terhadap status gizi
Kelor Dosis 360mg 6 2,50,12 (a individu. Penelitian Tshikaji (FAO, 2006)
Kelor Dosis 720mg 6 3,60,12 (c melaporkan bahwa salah satu upaya yang
Kelor Dosis 1440mg 6 2,60,16 (a dapat dilakukan untuk mengatasi malnutrisi
Keterangan:
Notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
adalah dengan penggunaan kelor sebagai
sedangkan notasi yang berbeda menunjukkan berbeda sumber diet tambahan, karena daun kelor
signifikan. memiliki kandungan protein lengkap
(mengandung 9 asam amino esensial),
Berdasarkan hasil pengukuran kadar kalsium, zat besi, kalium, magnesium, dan
albumin darah, peningkatan kadar albumin vitamin A, C, E serta B yang memiliki
terjadi pada tikus KEP setelah pemberian peran besar pada sistem imun. Data pada
tepung daun kelor. Peningkatan tertinggi ibu dan bayi diberi diet dengan kelor, ibu
terjadi pada pemberian dosis 720 mg /hari. mulai menghasilkan ASI cukup dan terjadi
Pemberian dosis diatas 720 mg/ hari penambahan berat badan yang signifikan
menghasilkan kadar albumin seperti dalam waktu singkat pada bayi masyarakat
keadaan KEP sebelum diberi asupan tepung pedesaan di Congo.
daun kelor. Albumin memiliki half life yang
cukup panjang (14-20 hari), sehingga dapat
Pembahasan menjadi indikator status nutrisi kronik.
Tepung daun kelor varietas NTT Fungsi albumin yang utama sebagai protein
jenis kelor hijau memiliki kandungan gizi carier dan membantu untuk menjaga
lebih baik daripada jenis kelor merah, baik tekanan onkotik (Bahn, 2006). Peningkatan
protein, lemak maupun karbohidrat, tetapi kadar albumin hanya terjadi pada kelompok
kadar besinya lebih rendah (Therik, 2008). dosis 180 mg, 360 dan 720 mg/hari.
Bila dibandingkan dengan kandungan gizi Sedangkan pada pemberian dosis 1440
daun kelor varietas Afrika (Fuglie,2000), mg/hari terjadi penurunan kadar albumin
varietas NTT masih lebih rendah, meskipun yang sama dengan kondisi KEP tanpa
kandungan proteinnya hampir sama. pemberian tepung daun kelor. Hal ini
Berdasarkan hasil penelitian Fuglie (2000) mungkin disebabkan dosis tepung daun
tersebut dapat kita bandingkan dengan kelor yang tinggi membebani kerja hepar
kandungan gizi potensial dari tepung daun dalam mensintesis albumin.
kelor varietas NTT. Dari hasil pengujian Pada kasus malnutrisi seperti pada
kandungan gizi kelor jenis hijau dari kwashiorkor defisiensi protein akan

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 185


menurunkan kualitas hidup individu dengan Banh, Le. 2006. Serum Proteins as Markers of
efek penurunan sistem imun, berat badan, Nutrition: What Are We Treating?. Nutrition
dsb. Dari hasil penelitian ini pula Issues In GastroEnterology, 43: 1-11
memberikan gambaran awal bahwa tepung Beck, K. F., M.D and Thomas C. Rosenthal.
daun kelor dari varietas NTT memiliki 2002. Prealbumin: A Marker for Nutritional
kapabilitas poten untuk melakukan Evaluation. Am Fam Physician , 65:1575-8
recovery terhadap beberapa indikator status Duke. A. J. 1983. Handbook of Energy Crops.
gizi potensial. Hasil tersebut terlihat jelas unpublished.
pada kelompok perlakuan setelah tikus
wistar diperlakukan dengan diet kurang Fahey, Jed W.,2005. Moringa Oleifera: A
Review of the Medical Evidence for Its
energi protein (KEP) diikuti pemberian
Nutritional, Therapeutic, and Prophylactic
suplemen tepung daun kelor, ternyata kadar Properties, Part 1. Johns Hopkins School of
dari beberapa indikator tersebut naik Medicine, Department of Pharmacology
kembali dan pada rentang dosis 180-720 and Molecular Sciences. Article published
mg/hari mampu mencapai rentangan kadar online at: Trees for Life Journal;
normal untuk masing-masing indikator www.TFLJournal.org
tersebut setelah pemberian dosis 360 mg / Fuglie, Lowell J., L’Arbre de la Vie : Les
hari. Multiples Usages du Moringa. 2002 ;
Peningkatan indikator gizi pada tikus Church World Service, 475 Riverside Drive,
model KEP yang mencapai maksimal pada New York, NY 10115
dosis 720 mg / hari merupakan salah satu
Fuglie, L.J. 2001. Combating Malnutrition with
fenomena farmakologis bahwa efek Moringa. Senegal: Bureau Regional Afrika
pemberian obat (dalam hal ini suplemen
tepung daun kelor) membentuk kurva Fuglie, Lowell. 2000. The Miracle Tree. Dakar
sigmoid mempunyai batas maksimal. Senegal.
Garrity, D., Okono A., Grayson M., Parrott
KESIMPULAN DAN SARAN S., World Agro forestry into the Future,
Kesimpulan 2006, World Agro forestry Centre; Nairobi
Berdasarkan hasil penelitian dapat
Holst, Sanford. 2000. Moringa, Nature's
ditarik kesimpulan sebagai berikut: Medicine Cabinet. Sierra Sunrise Books.
1. Pemberian Tepung daun kelor varietas
NTT dapat meningkatkan status gizi Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan
tikus model KEP dengan indikator Hewan Coba. Yogyakarta: UGM Press
kadar albumin darah. Marcu, Monica 2005, Miracle Tree; KOS
2. Dosis optimal tepung daun kelor Health Publications, La Canada CA
varietas NTT yang bisa meningkatkan Olson, 1985. Mark Moringa Nature Medicine.
status gizi tikus KEP adalah 720 mg / Missouri Botanical Garden in St. Louis.
hari
Price, Martin. 1985. The Moringa Tree.
Missouri Botanical Garden in St. Lou
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Protocole National de Prise en
tentang uji farmakodinamik, Charge de la Malnutrition Aigue. 2002.
farmakokinetik, dan uji toksisitas Ministère de la Santé, Programme National
tepung daun kelor varietas NTT untuk de Nutrition ; Kinshasa République
menentukan LD50 dan perubahan Démocratique du Congo
patologis organ pada hewan coba. UNICEF, The State of the World’s
2. Untuk tahap selanjutnya perlu Children. 2007.
dilakukan uji klinis untuk memastikan www.unicef.org/sowc07/statistics/statistics.
efektivitas, keamanan, dan gambaran php United Nations Food and Agricultural
efek samping bahan tepung kelor yang Organization (FAO). 2006. Food Security
Statistics-Democratic Republic of the
sering timbul pada manusia akibat
Congo, www.fao.org/faostat/foodsecurity
pemberian bahan tersebut.
Winterbourn, C.C.. 1991. Free Radical Biology
Of Iron. In: Dreosti, I. E., ed. Trace Elements,
DAFTAR PUSTAKA Micronutrients, and Free Radicals. New Jersey:
Humana Press, pp. 52-74

SEMNAS MIPA 2010 BIO - 186


SEMNAS MIPA 2010 BIO - 187

Você também pode gostar