Você está na página 1de 5

Antara Kemerdekaan & Kufur Nikmat

Islam adalah agama jihad dan pergerakan (dienul jihad wa al-harakah). Di saat
seseorang mengaku muslim, dalam waktu yang sama ia adalah seorang
mujahid/pahlawan. Kualitas seorang muslim tidak semata-mata ditentukan oleh
ibadah ritual yang dilaksanakan. Tetapi sejauh mana ia mampu berperan secara
aktif dalam memperbaiki lingkungannya. Oleh karena itu Islam tidak hanya
menentang kekufuran, sekularisme, serta faham-faham sesat lainnya, tetapi ia juga
anti kezaliman dan perbudakan. Pribadi mukmin adalah sosok pribadi yang tidak
mudah dijajah oleh kekuatan apa pun.

Bahkan inti dari ajaran tauhid dalam Islam adalah membebaskan manusia dari
segala ikatan, belenggu menuju kepada pengabdian kepada Allah swt secara utuh
dan total. Sesungguhnya manusia tidak diciptakan oleh Allah di dunia ini
untuk menjadi hamba dari orang lain. Tidak ada manusia yang lebih
superior dan inferior terhadap sesamanya. Manusia adalah memiliki status
yang sama di hadapan Allah dengan manusia lain (QS.Al-Alaq:2).

Jika seseorang atau suatu bangsa merasa dirinya lebih superior berdasarkan
jabatan, suku, keturunan, warna kulit, berarti, telah hilang kemerdekaannya dan
merusak ajaran tauhid.

Kemerdekaan adalah karunia Allah yang sangat mahal dalam hidup ini.
Sehingga Allah sendiri tidak ingin memaksakan kehendak-Nya kepada
manusia supaya beriman (QS.Yunus:99)



 


 





  

  

 

  
  
  
 
99. Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang
yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak)
memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman
semuanya ?

Rasulullah mengajarkan salah satu do'a kepada Abu Umamah: "Dan aku
berlindung kepada Engkau, Ya Allah, dari paksaan orang lain."

Sesungguhnya doUa tersebut adalah membebaskan seseorang dari perbudakan


orang lain. Seseorang dididik untuk bersikap kritis dan berani, meskipun terhadap
pimpinannya. Sebab kebenaran mutlak hanya milik Allah semata. Seseorang yang
taklid membabi buta, tidak kritis dan yang berusaha mempertahankan status quo
akan menyesal di akhirat kelak.

"Ya Tuhan kami, kami telah taat kepada para pemimpin dan pembesar
kami, lalu mereka sesatkan kami dari jalan-Mu yang lurus, Ya Tuhan kami,
timpakanlah kepada mereka siksa dua kali lipat dan kutuklah mereka
dengan kutukan yang besar" (QS.Al-Ahzab: 67-68).

  
    
  
  

 

 
   

     
67. Dan mereka berkata;:"Ya Tuhan kami, Sesungguhnya kami Telah mentaati
pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka
menyesatkan kami dari jalan (yang benar).
68. Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah
mereka dengan kutukan yang besar".

Bahkan jihad yang tinggi adalah mengatakan kebenaran di depan


penguasa yang berbuat zalim (Al-Hadits).

Seseorang yang dalam kehidupannya hanya mengabdi untuk kepentingan


kekuasaan, kesenangan materi dan hawa nafsu, pasti akan mendistorsi potensi
intelektual. Ia akan jatuh pada derajat yang paling rendah melebihi dari binatang
ternak. Karena kemerdekaan yang telah dimilikinya telah terampas.

"Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan


dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasann Allah) dan mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka inilah orang-
orang yang lalai." (QS.Al-A'raf:179).


    
  
 

 
  
  

      

    
      
 

       
   

179. Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan
mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai
telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.

Seseorang yang hidup dalam suasana merdeka, bebas dari tekanan pihak
manapun, maka semua potensi yang dimilikinya akan berkembang secara
maksimal. Sebaliknya seseorang yang hidup dalam suasana tercengkram akan
hilang kemerdekaannya, hilang kepribadiannya. Ia akan mudah terombang-ambing
dalam menjalani perjuangan hidup. Ia akan cepat berubah pendiriannya jika
dihadapkan pada situasi yang berbeda.

Berbagai penyakit mental akan menimpa dirinya, misalnya: penakut (jubn),


bingung (hamm), duka (huzn), putus harapan dan berbagai penyakit mental
lainnya. Sehingga akan mudah dijajah dan diperbudak orang lain. Seseorang atau
suatu bangsa akan mampu survive dalam menghadapi percaturan kehidupan
selama kemerdekannya tidak dirampas.

Jangan Kufur Nikmat


Yang masih terkenang dalam ingatan kita adalah perjuangan bangsa Indonesia
lebih dari setengah abad yang silam dalam merebut kemerdekaan dari tangan
imperialisme. Ketika itu kita pantang menyerah kepada penjajah meskipun derita
senantiasa datang mendera. Kita terjun di medan jihad (ma'rakat al-jihad). Kita
memandang bahwa kemerdekaan adalah wujud dari keyakinan yang kuat.
Keyakinan yang terpatri dalam jiwa adalah kekuatan transenden yang bisa
menggerakkan seseorang untuk bangkit melawan segala bentuk kezaliman dan
arogansi kekuasaan.

Ruhul jihad yang menyala-nyala ternyata mampu mengatasi segala kesulitan yang
dihadapi. Semuanya rela mengorbankan apa yang dimilikinya untuk perjuangan.
Mereka rela menggadaikan jiwa dan hartanya untuk mencari ridha-Nya. Kita telah
kehilangan nyawa, harta dan kekayaan meterial, namun kita merasa beruntung,
yaitu memperoleh Tizzatun najsi (harga diri). Rawe-rawe rantas malang-malang
putung. Lebih baik mati berkalang tanah dari pada hidup dijajah. Inilah slogan yang
senantiasa didengungkan dengan lantang.

Bangsa Indonesia pada saat itu laksana bangunan yang kokoh yang saling
menguatkan antar satu komponen satu dengan yang lain. Bersatu dalam tekad dan
tujuan. Tidak tampak perselisihan antara kaum desa dan kota, antara warga sipil
dan militer, antara aktifis pergerakan dan pegawai. Kita melihat berbagai barisan
yang didirikan oleh para ulama, yaitu : barisan hizbullah dan sabilillah.

Mereka yakin bahwa kemenangan pasti akan segera diraih, meski dalam kondisi
minus aspek materi. Semua itu didukung oleh satu idealisme untuk melepaskan diri
dari penjajahan demi mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, menggapai
nilai-nilai keadilan, kejujuran dan kebenaran.
Bangsa yang sadar akan harga diri (izzatun nafsi) adalah kekutan immatrial yang
melahirkan keberanian untuk menanggung resiko, sehingga bisa merubah jalan
sejarah.

Jika kita introspeksi kondisi sekarang, akan melihat perbedaan yang sangat jauh.
Nilai-nilai moral, seperti kemerdekaan, keadilan, solidarits, integritas yang semula
menjadi tenaga penggerak, kini berangsur-angsur mengalami pengkaburan. Yang
timbul adalah arus kecenderungan menginterpretasikan nilai-nilai sesuai dengan
selera zaman. Wajar jika wabah penyakit KKN (korupsi, kolusi, nepotisme)
menyerang sebagian besar masyarakat secara kronis.
Kita asyik berbicara mengenai perencanaan, program, efisiensi, dan teknologi
modern, tetapi melupakan unsur manusianya yang kehilangan pegangan hidup.
Kita mulai menyaksikan munculnya pahlawan-pahlawan kesiangan yang sengaja
memanfaatkan momen reformasi untuk kepentingan pribadi dan golongan.

Perjuangan reformasi total memerlukan idealisme dan kesediaan menderita dan


berkurban. Tidak ada bangsa yang bisa mencapai kejayaan, kemerdekaan, kecuali
apabila bangsa itu menghargai satu keyakinan, dan apa yang diyakininya itu
memiliki dimensi moral yang dapat menghidupkan peradaban. Demikianlah ucapan
salah seorang negarawan yang hidup di abad ini.

Kita harus senantiasa memupuk semangat idealisme dan berkurban. Karena inilah
bekal yang vital untuk melanjutkan kehidupan berbangsa dan bernegara, janganlah
kita nodai hasil perjuangan bangsa ini dengan harga yang rendah. Dengan cara
mempertahankan status quo dan menumpuk-numpuk kekayaan. Kehidupan yang
dijebak oleh harta, tahta dan wanita adalah awal menuju kehancuran.
Sholih Hasyim

Mengelola Peninggalan Islam


Ada banyak sisi yang belum tersentuh reformasi sampai kini. Di antaranya adalah
peninggalan-peninggalan Islam yang terdapat cukup banyak di negeri ini. Ada
masjid Baiturrahman di Aceh, makam para ulama/wali di Jawa, naskah dan masjid
tua di Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.

Selama ini tempat-tempat seperti itu --khususnya makam-makam-- cenderung


dikeramatkan dan tempat praktek para pungli. Bukan berita baru lokasi itu
ditenderkan untuk saling berebut keuntungan. Di antara para peminta-minta yang
berjejer di pintu masuk ada di belakangnya yang berhasil mengeruk keuntungan
jutaan rupiah, punya rumah bagus dan mobil mewah.

Istilah ngalap berkah sudah menjadi budaya lumrah sebagian masyarakat. Ada
yang minta jabatan, keturunan, nasib baik, awet muda, panjang umur, jodoh dan
sebagainya. Praktek syirik ini bukan tidak mungkin akan mengundang murka Allah
bila terus menerus dibiarkan. Yang pasti yang bodoh akan semakin bodoh dan yang
pinter akan tambah keblinger. Sudah waktunya ummat Islam melirik pendidikan
aqidah dengan mengembalikan kepemahaman orang kepada aqidah Islam yang
benar. Tidak mengembel-embeli tidak srek ketemu Tuhan kalau belum mendatangi
makam-makam seperti itu.

Di tengah krisis yang belum jelas akan berakhir ini, tempat-tempat seperti itu
semakin laris. Mestinya ada wadah Islam yang manangani/mengelola secara
khusus. Di samping untuk membentengi aqidah masyarakat dari syirik, dana
pendapatan juga bisa dimanfaatkan untuk kepentingan syiar Islam dan perjuangan.
Siapa hendak mulai?

Você também pode gostar