Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Tata artistik merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari teater. Pertunjukan teater
menjadi tidak utuh tanpa adanya tata artistic yang mendukungnya. Unsur artistik disini
meliputi tata panggung , tata busana, tata cahaya, tata rias, tata suara, tata musik yang
dapat membantu pementasan menjadi sempurna sebagai pertunjukan. Unsur-unsur
artistik menjadi lebih berarti apabila sutradara dan penata artistic mampu memberi makna
kepada bagian-bagian tersebut sehingga unsurunsur tersebut tidak hanya sebagai bagian
yang menempel atau mendukung, tetapi lebih dari itu merupakan kesatuan yang utuh dari
sebuah pementasan. Tata artistik antaralain:
keberadaan tata artistik dalam pementasan teater sangatlah vital. Tanpa pengetahuan
dasar artistik seorang sutradara atau pemain teater tidak akan mampu menampilkan
kemampuannya dengan baik.
Persesuaian dengan tata artistik yang menghasilkan wujud nyata keindahan tampilan di
atas pentas adalah pilihan wajib bagi para pelaku seni teater.
Gambaran tata artistik secara umum, sutradara harus menuliskan gambaran (pandangan)
tata artistiknya. Meski tidak secara mendetil, tetapi gambaran tata artisitk berguna bagi
para desainer untuk mewujudkannya dalam desain. Jika sutradara mampu, maka ia bisa
memberikan gambaran tata artistik melalui sketsa. Jika tidak, maka ia cukup
menuliskannya.
Untuk lebih jelasnya dibahas lebih agak rinci dibawah ini.
1. TATA RIAS
Tata rias secara umum dapat diartikan sebagai seni mengubah penampilan wajah
menjadi lebih sempurna. Tata rias dalam teater mempunyai arti lebih spesifik, yaitu seni
mengubah wajah untuk menggambarkan karakter tokoh. Tata Rias dalam teater
bermula dari pemakaian kedok atau topeng untuk menggambarkan karakter tokoh.
Contohnya, teater Yunani yang memakai topeng lebih besar dari wajah pemain dengan
garis tegas agar ekspresinya dapat dilihat oleh penonton. Beberapa teater primitif
menggunakan bedak tebal yang biasa dibuat dari bahan-bahan alam, seperti
2. TATA BUSANA
Tata busana adalah seni pakaian dan segala perlengkapan yang menyertai untuk
menggambarkan tokoh. Tata busana termasuk segala asesoris seperti topi, sepatu,
syal, kalung, gelang , dan segala unsur yang melekat pada pakaian. Tata busana dalam
teater memiliki peranan penting untuk menggambarkan tokoh. Pada era teater primitif,
busana yang dipakai berasal dari bahan-bahan alami, seperti tumbuhan, kulit binatang,
dan batu-batuan untuk asesoris. Ketika manusia menemukan tekstil dengan teknologi
pengolahan yang tinggi, maka busana berkembang menjadi lebih baik.
Tata busana dapat dibuat berdasar budaya atau jaman tertentu. Untuk membuat
tata busana sesuai dengan adat dan kebudayaan daerah tertentu maka diperlukan
referensi khusus berkaitan dengan adat dan kebudayaan tersebut. Jenis busana ini
tidak bisa disamakan antara daerah satu dengan daerah lain. Masing-masing memiliki
ciri khasnya. Sementara itu tata busana menurut jamannya bisa digeneralisasi. Artinya,
busana pada jaman atau dekade tertentu memiliki ciri yang sama. Tidak ada periode
tata busana secara khusus di teater, karena semua tergantung latar cerita yang
ditampilkan. Periode busana teater dengan demikian mengikuti periode teater tersebut.
Misalnya, dalam teater Romawi Kuno maka lakon yang ditampilkan berlatar jaman
tersebut sehingga busananya pun seperti busana keseharian penduduk jaman Romawi
Kuno. Demikian juga dengan teater pada jaman Yunani, Abad Pertengahan,
Renaissance, Elizabethan, Restorasi, dan Abad 18. Busana teater mengalami
perkembangan pesat seiring lahirnya teater modern pada akhir abad 19. Dalam masa
ini, beragam aliran teater bermunculan. Masing-masing memiliki kospenya tersendiri
dan lakon tidak harus berlatar jaman dimana lakon itu dibuat. Semua terserah pada
gagasan seniman. Busana pun mengikuti konsep tersebut. Tata busana dengan
demikian sudah tidak lagi terpaku pada jaman, tetapi lebih pada konsep yang
melatarbelakangi penciptaan teater.
3. TATA CAHAYA
Cahaya adalah unsur tata artistik yang paling penting dalam pertunjukan teater.
Tanpa adanya cahaya maka penonton tidak akan dapat menyaksikan apa-apa. Dalam
pertunjukan era primitif manusia hanya menggunakan cahaya matahari, bulan atau api
untuk menerangi. Sejak ditemukannya lampu penerangan manusia menciptakan
modifikasi dan menemukan hal-hal baru yang dapat digunakan untuk menerangi
panggung pementasan. Seorang penata cahaya perlu mempelajari pengetahuan dasar
dan penguasaan peralatan tata cahaya. Pengetahuan dasar ini selanjutnya dapat
diterapkan dan dikembangkan dalam pelanataan cahaya untuk kepentingan artistik
pemanggungan.
3.2.1 Lampu
Istilah lampu yang digunakan di sini tidak mengacu pada kata lamp
tetapi lantern. Kata lamp diartikan sebagai bohlam dan lantern sebagai lampu
dan seluruh perlengkapannya termasuk di dalamnya bohlam. Istilah lantern
digunakan sebagai pembeda antara lampu panggung terhadap lampu
rumahan. Dalam lampu panggung ada terdapat banyak jenis lampu. Akan
tetapi, secara mendasar dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu flood dan
spot. Flood memiliki cahaya dengan sinar yang menyebar sedangkan spot
memiliki sinar yang menyorot terarah. Semua lampu memiliki keistimewaan
tersendiri dalam menghasilkan cahaya. Perkembangan teknologi lampu
panggung terkadang menghasilkan sesuatu yang baru dengan
mengkombinasikan prinsip dan unsur yang ada di dalamnya. Tugas utama
dari lampu panggung adalah menghadirkan cahaya, warna, dan bentuk yang
dapat disesuaikan dan diarahkan menurut kebutuhan.
3.2.1.1 Floodlight
Selain itu, karena sifatnya yang sedikit menyebar maka jika jarak
lampu terlalu jauh dari objek sebaran cahayanya akan menerobos ke
objek lain. Karena sifatnya ini, lampu fresnel tidak tepat jika dipasang
di baris depan panggung proscenium (apron) karena sebaran
cahayanya bisa menerangi bingkai panggung. Fresnel lebih efektif di
pasang untuk menyinari panggung tengah.
3.3 Penyinaran
Prinsip dasar penyinaran adalah membuat objek yang disinari jelas terlihat
dan cahaya tidak bocor sampai ke penonton atau bagian panggung lainnya yang
tidak memerlukan sinar. Tetapi karena karya teater adalah karya artistik maka
penyinaran dalam panggung teater juga harus mampu menghadirkan efek artistik
yang dikehendaki. Dengan mengatur sudut penyinaran efek-efek artistik bisa
dimunculkan.
4. TATA PANGGUNG
Tata panggung disebut juga dengan istilah scenery (tata dekorasi). Gambaran
tempat kejadian lakon diwujudkan oleh tata panggung dalam pementasan. Tidak hanya
sekedar dekorasi (hiasan) semata, tetapi segala tata letak perabot atau piranti yang
akan digunakan oleh aktor disediakan oleh penata panggung. Penataan panggung
disesuaikan dengan tuntutan cerita, kehendak artistik sutradara, dan panggung tempat
pementasan dilaksanakan. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan penataan
panggung seorang penata panggung perlu mempelajari panggung pertunjukan.