Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kemitraan dimaknai sebagai sebagai suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau
lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dua rasa saling
membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha
tertentu, atau tujuan tertentu, sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik.1 Didalam
kemitraan terdapat tiga prinsip yang musti ditekankan; kesetaraan posisi, transparansi, dan
perolehan manfaat. Pihak-pihak yang bermitra seharusnya memiliki posisi yang setara, tidak
salah satu membawahi yang lainnya untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Terdapat
transparansi dalam pelaksanaan kemitraan, baik itu mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
hingga evaluasi. Sehingga dengan demikian kemitraan yang dijalin hendaknya memberikan
keuntungan kepada pihak-pihak yang bermitra sesuai dengan input yang diberikan, bukan
memberikan keuntungan kepada salah satu pihak sementara pihak lain merugi.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 tersebut peran Menteri Keuangan
dalam pengelolaan investasi pemerintah sangat sentral, dipertegas dalam pasal 10
“Kewenangan pengelolaan Investasi Pemerintah dilaksanakan oleh Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara”. Kewenangan Mentei Keuangan tersebut meliputi; kewenangan
regulasi, supervisi, dan operasional. Disini jelas sekali terlihat bahwa Menteri Keuangan
1
Sulistyani Ambar Teguh, 2004, Kemitraan dan Model-Model pemberdayaan, Gava Media, DIY
memiliki otoritas dan kewenangan yang sangat besar dalam mengelola investasi pemerintah
yang tentunya memanfaatkan dana publik. Kontrol pengawasan tertinggi juga berada di
tangan Menteri Keuangan, hal ini menyebabkan terlalu besarnya kewenangan menteri
keuangan. Hak untuk menyusun rancangan kebijakan malalui Peraturan Menteri sekaligus
evaluasi (pengawasan) yang berada di tangan satu pihak menyebabkan besarnya
kemungkinan terjadinya pelanggaran demi maksimalisasi keuntungan salah satu pihak, dan
pihak eksternal sulit untuk mengevaluasinya.
Antara pemerintah dan pihak swasta telah terjalin kemitraan dalam pelaksanaan
investasi pemerintah di perusahaan-perusahaan swasta, meskipun disini pemerintah
lebih berperan sebagai fasilitator dalama proses pembangunan. Pemerintah
menginvestasikan dana yang jika dibandingkan dana swasta jauh lebih kecil karena
pemerintah lebih ingin berperan sebagai fasilitator yang mendukung pelaksanaan
pembangunan yang aktor utamanya adalah pasar. Dan satu yang perlu diingat bahwa
keuntungan finansial bukanlah satu-satunya manfaat yang diperoleh pemerintah melalui
2
Usman Sunyoto, 2001, Peran Civil Society (Masyarakat Madani) Dalam Tata Pemerintahan, dalam Prosiding
Seminar Membanguan Kemitraan antara Pemerintah dan Masyarakat Madani untuk Mewujudkan Tara
pemerintahan yang Baik.
kegiatan investasi dengan pihak swasta. Keuntungan lainnya adalah penyerapan tenaga
kerja sebagai akibat dari pelaksanaan investasi tersebut, penyerapan tenaga kerja
tersebut tentu akan memiliki imbas pada perubahan kearah yang lebih baik bagi
kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Dalam kemitraan, pemerintah dan swasta
sama-sama memberikan input; kedua belah pihak mengetahui dengan jelas posisi,
manfaat dan resiko yang mungkin diterima; kedua belah pihak menerima manfaat yang
sesuai dengan jumlah investasi yang disertakan.
Masyarakat tidak terlibat atau dilibatkan dalam investasi pemerintah yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 2008 tersebut. Masyarakat hanya sebagai salah satu
sumber dana investasi pemerintah. Masyarakat tidak dilibatkan dalam kegiatan
investasi pemerintah, disini masyarakat masih menjadi objek dari pembangunan yang
dilaksanakan melalui investasi pemerintah tersebut. Investasi sepenuhnya ditentukan
oleh pemerintah melalui organ-organnya dan diatur melalui peraturan Menteri, disini
juga tidak terdapat campur tangan legislatif yang semestinya menjadi wakil rakyat.