Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
ANDIK PRASTIAWAN
NIM 060610200
1)
Andik Prastiawan, 2)
Chairul Anwar Nidom, 3)
Nusdianto Triakoso,
4)
Rr. Sri Pantja Madyawati
1)
Mahasiswa, 2) Departemen Ilmu Kedokteran Dasar Veteriner,
3)
Departemen Klinik Veteriner, 4) Departemen Reproduksi Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Abstract
The study aimed to finding out of membrane protein of sperm cell from
infected H5N1 of Macaca fascicularis. SDS-PAGE was the method of this study. The
sample of the study was taken through several stages. Use of electroejaculator, at
this stage the Macaca fascicularis was still alive. Subsequently, using centrifugation
technique, the spermatozoa protein had been separated and identificated by SDS-
PAGE method. The obtained protein bands were read based on their molecular
weights. The result of the protein molecular weight of spermatozoa cell membrane
from the control of Macaca fascicularis were 159,36 kDa, 128,29 kDa, 95,16 kDa, 70,58
kDa, 48,27 kDa, 29,62 kDa, 21,38 kDa, and 11,38 kDa. The result of the protein
molecular weight of sperm cell membrane from the infected H5N1 of Macaca
fascicularis were 128,29 kDa, 70,58 kDa, and 29,62 kDa. It showed that there were
differences protein of sperm cell membrane between the control of Macaca fascicularis
and the infected H5N1 of Macaca fascicularis that were seen on the molecular weight
of 159,36 kDa, 95,16 kDa, 48,27 kDa, 21,38 kDa dan 11,14 kDa. The main possibility
of the loss of five proteins had been caused by the infected of H5N1 virus to the
Macaca fascicularis.
Key word: Macaca fascicularis, membrane protein of sperm cell, Avian Influenza, SDS-
PAGE.
Pendahuluan
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI, penyakit avian influenza bukan
September 2009 di Jakarta Selatan. Dengan demikian secara kumulatif, total kasus
H5N1 di Indonesia sejak tahun 2005 – 2009 berjumlah 161 kasus, 134 diantaranya
Proses infeksi virus avian influenza terdiri dari dua tahap. Tahap pertama infeksi
virus avian influenza terjadi secara inhalasi. Pada tahap kedua, virion masuk ke
endotel dan menyebar melalui sistem peredaran darah dan sistem limfatik,
selanjutnya menginfeksi sel organ visceral, otak dan kulit. Gejala klinis dan
itu, virus H5N1 telah menyebar ke saluran pencernaan. Virus ini juga ditemukan di
Salah satu organ reproduksi adalah testes. Testes adalah alat reproduksi jantan
yang mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai penghasil hormon testosteron
dan penghasil sel spermatozoa (Hardjopranjoto, 1995). Sel spermatozoa terdiri dari
kepala, leher, bagian tengah dan ekor (Hafez, 2000). Spermatozoa ditutup oleh
membran sel dari kepala sampai ekor, mempunyai struktur sangat komplek dalam
susunan mozaik yang teratur dan mempunyai peran biologik spesifik pada
permukaannya (Jones, 1989). Bagian luar membran sel spermatozoa banyak
mengandung reseptor spesifik untuk mengenali isyarat molekuler tertentu dari sel
lain, sehingga memungkinkan komunikasi antar sel (Aulanni’am, 2004). Pablo et al.
molekul yang berperan dalam fertilisasi, molekul tersebut adalah lipid dan protein.
sehingga mengakibatkan fungsi berbeda tiap protein. Misalnya protein yang berada
dan berikatan dengan zona pelusida (ZP) serta melaksanakan fusi dengan membran
sel telur (Serano and Dorles, 2003). Penentuan berat molekul protein merupakan
salah satu metode untuk mengidentifikasi protein. Salah satu metode yang
(Rantam, 2003).
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) telah digunakan sebagai hewan model
fascicularis), hal itu disebabkan hewan ini lebih dekat dengan manusia secara
Metode Penelitian
Hewan percobaan yang digunakan adalah monyet ekor panjang jantan 2 ekor
yang telah dewasa kelamin dengan tanda skrotum besar dan sudah berumur 5-6
tahun dengan berat badan 4-6 kg dari PT. Inquitex Bogor. Bahan yang digunakan
antara lain : ketamin HCL, atropin, virus subtipe H5N1, BO-cafein, PBS,
stacking gel, coomasie blue, cairan destaining, running buffer, alkohol. Alat yang
digunakan antara lain : sarung tangan, objek glass, cover glass, elektroejakulator,
probe kids, tabung berskala, tabung reaksi, mikroskop, sentifus, yellow tip, mikro
pipet, tissue, elektroforesis, comb atau pencetak sumuran dari gel, chamber, biorad,
Pada monyet ekor panjang yang tidak diinfeksi. Cara pengambilan spermatozoa
monyet ekor panjang yang diinfeksi dengan virus avian influenza subtipe H5N1,
pengambilan spermatozoa sama dengan langkah yang tidak diinfeksi dengan pada
monyet ekor panjang. Langkah yang membedakan adalah pemberian virus avian
influenza secara intranasal sebanyak 500 µl dengan konsentrasi 10 6 TCID50 dan secara
intubasi trakea sebayak 500 µl dengan konsentrasi 106 TCID50 (Ruat et al, 2007).
Pengambilan spermatozoa pada monyet ekor panjang yang diinfeksi dan tidak
diinfeksi dengan virus avian influenza subtipe H5N1 yaitu pada saat hari ke 4 setelah
kecepatan 3000 rpm selama 10 menit untuk menghasilkan pellet dan plasma
3500 rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang, endapan ditambah dengan PBS 5
dengan sonikasi selama 20 menit. Sentrifugasi dengan kecepatan 12.000 rpm selama
dengan Tris-HCL. Hasil akhir berupa isolat protein membran sel spermatozoa
(Aulanni’am, 2004).
bawah batas atas. Selanjutnya tambahkan akuades sampai batas atas supaya
separating gel rata. Selanjutnya akuades diserap dengan tissue dan tambahkan
stacking gel melewati dinding sampai penuh, masukkan comb atau pencetak sumuran
dari gel dan ditunggu terbentuk gel. Selanjutnya comb diambil dan dibersihkan dari
sisa gel dengan tissue. Cetakan gel yang sudah jadi dipindahkan dan dimasukan ke
cetakan penuntun sampel yang akan di running. Sampel penelitian berupa isolat
dengan tip 200 µl. Langkah berikutnya chamber dihubungkan dengan alat Biorad,
power supply dinyalakan dengan kekuatan 130 V, 30 mA selama 1,5 jam. Jika reaksi
gel sudah sampai bawah kemudian dimatikan dan plate dibuka dan dipisahkan.
Selanjutnya hasil berupa lembaran berbentuk gel diwarnai dengan coomasie blue dan
cairan destaining dan di sacker lagi selama 30 menit. Jika cairan tersebut sudah
terlihat biru diganti dengan cairan destaining yang baru begitu seterusnya sampai
cairan berwarna putih dan hasilnya berupa beberapa pita protein. Pita protein akan
Pita protein membran sel spermatozoa monyet ekor panjang terdapat 8 pita yang
teridentifikasi: 159,36 kDa, 128,29 kDa, 95,16 kDa, 70,58 kDa, 48,27 kDa, 29,62 kDa,
21,38 kDa, 11,38 kDa. Hasil selengkapnya dapat dilihat gambar berikut :
Gambar 1. Hasil identifikasi protein membran sel spermatozoa monyet ekor panjang
dengan SDS-PAGE 10% perwarnaan Comassie Blue R-250.
Pita protein membran sel spermatozoa yang diinfeksi dengan virus avian influenza
subtipe H5N1 terdapat 3 pita yang teridentifikasi :128,29 kDa, 95,16 kDa, 29,62 kDa.
Jumlah pita protein presipitasi memiliki daya antigenitas yang berbeda. Menurut
Tizard (1982), salah satu faktor yang menentukan antigenitas suatu zat adalah
beratnya molekul. Molekul yang mempunyai berat molekul besar lebih antigenik
dibandingkan dengan molekul yang mempunyai berat molekul yang lebih kecil
(Natalia,2005).
ekor panjang yang tidak diinfeksi dengan virus avian influenza dengan hasil
identifikasi protein membran sel pada manusia didapatkan kesamaan satu berat
molekul protein membran sel spermatozoa yaitu pada berat molekul 48,27 kDa.
Dari hasil penelitian ini terdapat perbedaaan berat molekul protein antara monyet
ekor panjang yang diinfeksi virus avian influenza subtipe H5N1. Perbedaan yang
nyata tersebut dikarenakan hilangnya 5 pita protein yaitu 159,36 kDa, 95,16 kDa,
48,27 kDa, 21,38 kDa dan 11,14 kDa. Diduga hilangnya lima protein tersebut
dikarenakan infeksi virus avian influenza subtipe H5N1 pada monyet ekor kera
panjang. Hilangnya lima protein tersebut diduga karena protein PB1 dan PB2 yang
terdapat pada virus avian influenza subtipe H5N1. Protein PB1 mengganggu fungsi
influenza subtipe H5N1, maka akan terjadi gangguan produksi ATP dan hambatan
Kesimpulan
influenza subtipe H5N1 terhadap protein membran sel spermatozoa monyet ekor
panjang dengan hilangnya 5 protein yaitu 159,36 kDa, 95,16 kDa, 48,27 kDa, 21,38
Daftar pustaka
Groves, C, Wilson DE & Reeder D M ed. . 2005. Mammal Species of the World (3rd
ed.). Baltimore: johns Hopkins University. Pp161-162. ISBN -0801-88221-4.
Hafez, E.S.E., 2000. Reproduction in Farm Animals. 7th .edition. Lea &Febiger.
Philadelphia.
Jones, R.T. and Sherins, R.J .1989. Association of Fertility with Temporal Changes in
Ovarian Fungtion of Domestic Ruminants.
http://www.ccochrane/revabstr/ab002864.htm [20 Juli 2009]
Lipkin, Ian. 2009. Researches Discover Why Bird So Deadly. Voice of America.
United State of America (www.VoANews.com,2009)
Pablo, EV., JL.Baile, GD.Moore, Dieyun Pan, PO. Clarke and GS.Kopf. 1995.
Capatitation of Mouse Spermatozoa : Correlation Between The Capatitation
State and Protein Tyrosine Phosphorylation. Development. 121. 1129-1137.