Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Nilai Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
Disusun Oleh :
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
2.1 Pembahasan
Salah satu sarana informasi yang berpengaruh besar dalam masyarakat adalah
media massa cetak yaitu surat kabar. Surat kabar mempunyai kemampuan untuk
berperan sebagai lembaga yang dapat mempengaruhi publik. Ini memungkinkan
Surat kabar memiliki kepribadian ganda. Pertama, memberikan dampak positif
kepada publik. Kedua, memberikan dampak negatif. Bahkan, media yang memiliki
peranan sebagai alat untuk menyampaikan informasi dipandang sebagai faktor yang
paling menentukan dalam proses perubahan sosial-budaya dan politik.
Sebagai sarana informasi, surat kabar dalam misinya menggunakan ragam
bahasa tulis. Dibandingkan dengan ragam lisan, pemakain ragam tulis harus lebih
cermat. Ragam bahasa tulis pada surat kabar memiliki sifat yang khas, yaitu singkat;
padat; sederhana; lancar; jelas; dan menarik, namun demikian harus pula
mengindahkan kaidah gramatikal Bahasa Indonesia. Adapun hal – hal yang peru
diperhatikan dalam penulisan di surat kabar adalah : kaidah tata tulis atau ejaan,
kaidah pemilihan kata atau diksi, dan kaidah struktur kalimat.
Pemilihan kata atau diksi sangat penting dalam penulisan di surat kabar.
Pemilihan kata yang tidak tepat akan memunculkan makna yang berbeda dan juga
dapat menyebabkan pembaca salah persepsi. Kesalahan yang terjadi adalah,
pemilihan kata yang digunakan meski terdengar kurang etis, namun dipaksakan
muncul sebagai “bumbu” untuk membuat tulisan menjadi lebih menarik dibaca.
Contoh :
…komisi pengganyangan korupsi…(Republika, 15 Maret 2010).
Kata yang dicetak tebal (pengganyangan) terkesan kurang etis, meskipun kata
ganyang masuk dalam kosa kata Bahasa Indonesia baku, namun lebih berasosiasi
pada hal yang sifatnya kasar atau tidak sopan.
Hal ini tentunya perlu dijadikan pertimbangan, mengingat pembaca surat kabar tidak
hanya berasal dari kalangan dewasa saja, namun terbuka bagi semua usia. Akan
sangat menyedihkan tentunya apabila kemudian anak-anak sekolah menjadi familiar
untuk mengucapkan kata ganyang dalam pergaulan mereka sehari-hari.
Berikut adalah kutipan kalimat dari sebuah artikel dalam surat kabar :
Kalimat pertama
Penanganan kasus Anggodo Widjojo oleh KPK bakal memasuki tahap baru.
Pasalnya, lembaga antikorupsi tersebut memberikan sinyal akan menetapkan status
tersangka kepada adik Anggoro Widjojo, bos PT Masaro Radiokom yang juga buron
KPK, itu.
Kalimat kedua
Suasana Plaza Gedung Nusantara I DPR kemarin lain dari biasanya. Lampu-
lampu kristal yang biasanya mati tak terpakai kemarin dinyalakan terang. Puluhan
kursi berbalut kain putih dijajar di samping kiri pintu masuk plaza. Ruangan itu
dipersiapkan sebagai tempat persemayaman sementara almarhum Marwoto.
Dari kedua kalimat diatas dapat diketahui ciri-ciri kalimat pada koran sebagai
berikut:
1. Singkat, artinya bahasa yang digunakan jurnalistik dalam koran
menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele, terlihat pada ketiga
kalimat.
2. Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu
menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah
tertampung didalamnya.
3. Sederhana, artinya bahasa pers sedapat-dapatnya memilih kalimat
tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan
kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak
berlebihan pengungkapannya.
4. Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian
atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang
berbunga-bunga .
5. Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup,
tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.
6. Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah
dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak
menimbulkan penyimpangan/pengertian makna yang berbeda, menghindari
ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, seyogyanya
bahasa jurnalistik menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif. Namun
seringkali kita masih menjumpai judul berita: Tim Ferrari Berhasil
Mengatasi Rally Neraka Paris-Dakar. Jago Merah Melahap Mall Termewah di
Kawasan Jakarta. Polisi Mengamankan Oknum Pemerkosa dari Penghakiman
Massa.
7. Bahasa yang digunakan dapat dimengerti oleh pembacanya. Fakta
yang didapat menunjukkan bahwa penggunaan kata-kata berbahasa asing cukup
rendah (1.99%), hal itu mungkin disebabkan jika frekuensi kata-kata berbahasa
asing tinggi maka sulit dimengerti oleh orang awam
8. Ide-ide yang disampaikan dalam media massa tidak perlu dijelaskan
dengan sangat detil. Oleh karena itu, penjelasan ide-ide yang disampaikan dalam
satu paragraf (1 ide pokok) tidak terlalu detil.
9. Kata-kata tak bermakna dalam media massa sangat sedikit
10. Seperti umumnya tulisan-tulisan berbahasa Indonesia, kata hubung
seperti “yang”, “dan”, “ di”, “pada”; menduduki peringkat tertinggi dalam
frekuensi penggunaan kata.
Kalimat mubazir merupakan kalimat yang mengandung kata – kat berlebihan atau
kata – kata yang tidak diperlukan. Untuk membuat suatu naskah/ tulisan dalam surat
kabar, seharusnya memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan kata
yang mubazir harus diperhatikan, berikut kesalahan yang terdapat pada beberapa
surat kabar yang menggunakan kata mubazir
5. Memang ujarnya, hasil try out lalu hasilnya tidak begitu menggembirakan. Di
mana angka kelulusan yang dicapai hanya 15%.(Radar, 15 April 2008)
6. Pun begitu, pemkot dalam tahun anggaran 2008 ini telah menyiapkan dana
sebesarnya Rp900 juta untuk kembali membangun struktur tugu. (Radar, 15 April
2008)
7. Semua Masyarakat harus dapat menahan emosi dan siapapun pemimpin yang
terpilih nantinya harus dihormati karena adalah pilihan masyarakat, tegasnya sambil
penuh harap ( Radar Senin, 28 April 2008)
Pemakaian kata di mana seperti pada pada kalimat (5) merupakan yang sangat lazim.
Hal ini cukup memperihatinkan, bahkan semua lapisan masyrakat sering
menggunakan kata tersebut. Kata di mana di pakai untuk menanyakan tempat. Jadi
pemakaian kata di mana tersebut adalah tidak tepat. Kata di mana pada kalimat (5)
diganti dengan kata karena . Perbaikan kalimat di atas sebagai berikut:
5a. Memang ujarnya, hasil try out lalu hasilnya tidak begitu
menggembirakan. Karena angka kelulusan yang dicapai hanya 15%.
Pemakaian kata pun begitu pada kalimat (7) tidak tepat karena mengakibat kalimat
menjadi rancu. Sebaiknya Frasa pun begitu dihilangkan. Perbaikan kalimat di atas
sebagai berikut:
6a. Pemkot dalam tahun anggaran 2008 ini telah menyiapkan dana sebesarnya Rp900
juta untuk kembali membangun struktur tugu.
Pemakaian kata karena adalah suatu kerancuan karena kata itu bisa digunakan secara
bersamaan. Sebaiknya kata adalah dihilangkan. Perbaikan kalimat (7) adalah sebagai
berikut:
7a. Semua Masyarakat harus dapat menahan emosi dan siapapun pemimpin yang
terpilih nantinya harus dihormati karena pilihan masyarakat, tegasnya sambil penuh
harap ( Radar Senin, 28 April 2008) .
Hal yang mendasari timbulnya kesalahan ini adalah kembali pada jiwa
seorang jurnalis yang selalu tidak ingin kehilangan sedikitpun detail informasi
yang ia peroleh dari narasumbernya. Oleh karena itu, biasanya apa yang dikatakan
oleh narasumber tanpa dipahami makna bahasanya langsung dikutip secara apa
adanya. Namun, hal ini menjadi suatu masalah ketika pengutipan secara langsung
ini justru mengakibatkan terjadi kesalahan bahasa pada media surat kabar.
Contoh :
...Untuk menarik minat investor, kata Hidayat, Indonesia sangat
membutuhkan dukungan energy dan listrik. “Jangan sampai byar pet, yang
merintangi industri,” katanya…(Republika, 15 Maret 2010).
…”Tidak ada politik transaksional, tak ada deal-deal, apapun, apalagi
terkait mundurnya Sri Mulyani (Menteri Keuangan)”, katanya…(Kompas, 11 Mei
2010).
Istilah byar pet ataupun deal-deal (keduanya dicetak tebal), tentunya sama
sekali tidak dikenal dalam Bahasa Indonesia yang resmi, sebagaimana termuat
dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Namun kedua istilah tersebut
menjadi lazim dipergunakan mengingat seringkali muncul dalam bahasa lisan
yang kemudian terbawa dalam pemberitaan surat kabar. Istilah byar pet sendiri
sebenarnya berasal dari Bahasa Jawa yang digunakan untuk menggambarkan
kondisi redup atau kondisi menyala dan matinya cahaya (lampu) yang saling
bergantian terjadi secara frekuentif. Sedangkan deal-deal sendiri merupakan
“parodi (plesetan)” yang merujuk kepada arti kesepakatan-kesepakatan.
Memperhatikan ketiga kesalahan di atas, jelas nampak bahwa munculnya
kesalahan-kesalahan pemakaian Bahasa Indonesia dalam media surat kabar bukanlah
sesuatu yang bersifat tidak disengaja. Pihak media bukannya tidak mengerti aturan
atau tata cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar, namun hal ini semata-mata
dilakukan sebagai sarana untuk menciptakan daya tarik tulisan, sehingga terdapat
motivasi yang kuat bagi pembaca untuk membacanya hingga tuntas. Namun, tentunya
hal ini jika tidak ditangani lebih lanjut maka akan merusak tatanan Bahasa Indonesia
yang baik dan benar, mengingat kesalahan-kesalahan tersebut lama-kelamaan akan
menjadi sesuatu yang dapat diterima dan akhirnya dianggap sebagai hal yang biasa
oleh masyarakat.
BAB III PENUTUP