Você está na página 1de 15

KESALAHAN PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA PADA MEDIA

MASA SURAT KABAR

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Nilai Mata Kuliah
Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :

Agung Moris H 101511001


Firman Sugiharja 101511005
Indra Permana 101511013
Ira Melyanti 101511014
Nisa Azmi D 101511021
Rizal Ramdani 101511025

Jurusan Teknik Komputer dan Informatika Politeknik Negeri Bandung


2010/2011
BAB I

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang terpenting di kawasan Republik


Indonesia. Pentingnya peranan Bahasa Indonesia dikarenakan Bahasa Indonesia
merupakan bahasa pemersatu rakyat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, bahasa
dan budaya. Selain itu masih ada beberapa alasan mengapa bahasa Indonesia
menduduki tempat tertinggi diantara berbagai bahasa Nusantara.
Surat kabar merupakan salah satu media massa yang menggunakan bahasa
tulisan sebagai alat utamanya. Peranan surat kabar dalam pembinaan dan
pengembangan Bahasa Indonesia sangatlah besar. Bahkan pembentukan dan
pemakaian istilah baru serta pemasyarakatannya seringkali banyak dipengaruhi juga
oleh surat kabar. Andaikan semua media massa surat kabar menggunakan Bahasa
Indonesia baku yaitu bahasa jurnalistik yang memenuhi kaidah Bahasa Indonesia
terutama ragam tulis menjadi kenyataan, niscaya media akan berperan sebagai guru
bahasa.
Kedua aspek diatas antara bahasa dan surat kabar tidak dapat dipisahkan
karena surat kabar berperan dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
Apabila penggunaan Bahasa Indonesia tidak sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan akibatnya peran surat kabar bukan salah satu guru Bahasa Indonesia
yang baik dan benar bagi masyarakat.
Berdasarkan dari pemikiran tersebut, untuk mengetahui ragam bentuk
kesalahan pemakaian Bahasa Indonesia yang seringkali terjadi di media surat kabar,
maka Kami mencoba untuk menyusun sebuah makalah yang berjudul
“PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA PADA MEDIA MASSA SURAT
KABAR”. Penulisan ini diharapkan dapat menjadi sebuah referensi yang bermanfaat
bagi segenap pihak yang membutuhkannya.
1.2. Rumusan Masalah

Ada beberapa bentuk – bentuk kesalahan penggunaan Bahasa Indonesia yang


seringkali terjadi pada media massa surat kabar. Adapun permasalahan yang akan
dikaji dalam makalah ini adalah:

1. Kesalahan penggunaan pemilihan kata (diksi).


2. Penggunaan istilah asing secara langsung.
3. Mengutip perkataan narasumber secara imitatif, tanpa diolah
terlebih dahulu.
4. Kaidah struktur kalimat.
5. Kesalahan dalam penggunaan kata penghubung.
6. Kesalahan dalam penggunaan kata yang mubadzir.
1.3 Tujuan

Untuk mengetahui bentuk-bentuk kesalahan penggunaan Bahasa Indonesia


yang sering kali terjadi pada media massa surat kabar.
BAB II

2.1 Pembahasan

Salah satu sarana informasi yang berpengaruh besar dalam masyarakat adalah
media massa cetak yaitu surat kabar. Surat kabar mempunyai kemampuan untuk
berperan sebagai lembaga yang dapat mempengaruhi publik. Ini memungkinkan
Surat kabar memiliki kepribadian ganda. Pertama, memberikan dampak positif
kepada publik. Kedua, memberikan dampak negatif. Bahkan, media yang memiliki
peranan sebagai alat untuk menyampaikan informasi dipandang sebagai faktor yang
paling menentukan dalam proses perubahan sosial-budaya dan politik.
Sebagai sarana informasi, surat kabar dalam misinya menggunakan ragam
bahasa tulis. Dibandingkan dengan ragam lisan, pemakain ragam tulis harus lebih
cermat. Ragam bahasa tulis pada surat kabar memiliki sifat yang khas, yaitu singkat;
padat; sederhana; lancar; jelas; dan menarik, namun demikian harus pula
mengindahkan kaidah gramatikal Bahasa Indonesia. Adapun hal – hal yang peru
diperhatikan dalam penulisan di surat kabar adalah : kaidah tata tulis atau ejaan,
kaidah pemilihan kata atau diksi, dan kaidah struktur kalimat.

2.2 Kaidah pemilihan kata atau diksi

Pemilihan kata atau diksi sangat penting dalam penulisan di surat kabar.
Pemilihan kata yang tidak tepat akan memunculkan makna yang berbeda dan juga
dapat menyebabkan pembaca salah persepsi. Kesalahan yang terjadi adalah,
pemilihan kata yang digunakan meski terdengar kurang etis, namun dipaksakan
muncul sebagai “bumbu” untuk membuat tulisan menjadi lebih menarik dibaca.

Contoh :
…komisi pengganyangan korupsi…(Republika, 15 Maret 2010).

Kata yang dicetak tebal (pengganyangan) terkesan kurang etis, meskipun kata
ganyang masuk dalam kosa kata Bahasa Indonesia baku, namun lebih berasosiasi
pada hal yang sifatnya kasar atau tidak sopan.

Mungkin yang menjadi pertimbangan oleh penulisnya karena korupsi digolongkan


sebagai kejahatan yang bersifat luar biasa, oleh karena itu untuk memberikan suatu
penekanan bahwa korupsi harus benar-benar diberantas maka dimunculkanlah kata
ganyang. Namun, menurut pendapat Kami kata pengganyangan sebaiknya tidak perlu
muncul, mungkin lebih baik jika tetap digunakan kata pemberantasan.

Hal ini tentunya perlu dijadikan pertimbangan, mengingat pembaca surat kabar tidak
hanya berasal dari kalangan dewasa saja, namun terbuka bagi semua usia. Akan
sangat menyedihkan tentunya apabila kemudian anak-anak sekolah menjadi familiar
untuk mengucapkan kata ganyang dalam pergaulan mereka sehari-hari.

2.3 Kaidah struktur kalimat

Berikut adalah kutipan kalimat dari sebuah artikel dalam surat kabar :
 Kalimat pertama
Penanganan kasus Anggodo Widjojo oleh KPK bakal memasuki tahap baru.
Pasalnya, lembaga antikorupsi tersebut memberikan sinyal akan menetapkan status
tersangka kepada adik Anggoro Widjojo, bos PT Masaro Radiokom yang juga buron
KPK, itu.
 Kalimat kedua
Suasana Plaza Gedung Nusantara I DPR kemarin lain dari biasanya. Lampu-
lampu kristal yang biasanya mati tak terpakai kemarin dinyalakan terang. Puluhan
kursi berbalut kain putih dijajar di samping kiri pintu masuk plaza. Ruangan itu
dipersiapkan sebagai tempat persemayaman sementara almarhum Marwoto.
Dari kedua kalimat diatas dapat diketahui ciri-ciri kalimat pada koran sebagai
berikut:
1. Singkat, artinya bahasa yang digunakan jurnalistik dalam koran
menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele, terlihat pada ketiga
kalimat.
2. Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu
menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah
tertampung didalamnya.
3. Sederhana, artinya bahasa pers sedapat-dapatnya memilih kalimat
tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan
kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak
berlebihan pengungkapannya.
4. Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian
atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang
berbunga-bunga .
5. Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup,
tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.
6. Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah
dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak
menimbulkan penyimpangan/pengertian makna yang berbeda, menghindari
ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, seyogyanya
bahasa jurnalistik menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif. Namun
seringkali kita masih menjumpai judul berita: Tim Ferrari Berhasil
Mengatasi Rally Neraka Paris-Dakar. Jago Merah Melahap Mall Termewah di
Kawasan Jakarta. Polisi Mengamankan Oknum Pemerkosa dari Penghakiman
Massa.
7. Bahasa yang digunakan dapat dimengerti oleh pembacanya. Fakta
yang didapat menunjukkan bahwa penggunaan kata-kata berbahasa asing cukup
rendah (1.99%), hal itu mungkin disebabkan jika frekuensi kata-kata berbahasa
asing tinggi maka sulit dimengerti oleh orang awam
8. Ide-ide yang disampaikan dalam media massa tidak perlu dijelaskan
dengan sangat detil. Oleh karena itu, penjelasan ide-ide yang disampaikan dalam
satu paragraf (1 ide pokok) tidak terlalu detil.
9. Kata-kata tak bermakna dalam media massa sangat sedikit
10. Seperti umumnya tulisan-tulisan berbahasa Indonesia, kata hubung
seperti “yang”, “dan”, “ di”, “pada”;  menduduki peringkat tertinggi dalam
frekuensi penggunaan kata.

Penjelasan diatas merupakan penjelasan tentang kaidah – kaidah


penggunaan bahasa Indonesia di surat kabar. Pers mempunyai konsep
keterbukaan dan kebebasan namun dalam perjalanannya lebih terkesan
berkembang pada kebebasannya saja. Akibatnya kemurnian Bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam setiap informasi pada media massa surat kabar
menjadi sulit terwujud. Terdapat beberapa kesalahan bahasa Indonesia pada
sejumlah tulisan dalam surat kabar. Diantaranya adalah sebagai berikut :

 Kesalahan dalam penggunaan kata penghubung

Ungkapan/kata penghubung dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi dua,


yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata penghubung antarkalimat. 
Ungkapan atau kata penghubung intrakalimat adalah ungkapan/kata dalam sebuah
kalimat yang berfungsi menghubungkan unsur-unsur kalimat. Ungkapan/kata
penghubung intakalimattidak pernah digunakan pada awal sebuah kalimat,
kecuali jika kata itu digunakan pada anal kalimat yang mendahului induk kalimat,
seperti karena. Oleh karena itu kata-kata yang tergolong ke dalam ungkapan/kata
penghubung itu tidak pernah/tidak boleh ditulis dengan huruf kapital. Contoh
kata penghubung itu adalah:
 
... dan ... ... yang.... 
... bahwa ... agar.... 
... sehingga .... ... karena .... 

Selain, dalam bahasa Indonesia terdapat ungkapan/kata penghubung intrakalimat


yang penulisannya selalui didahului oleh tanda koma,
seperti ... sedangkan... dan ....tetapi... 
Ungkapan penghubung antarkalimat berfungsi menghubungkan sebuah kalimat
dengan kalimat lain. Oleh karena itu, kata/ungkapan penghubung jenis ini harus
ditulis dengan hurufkapital dan diiringi tanda koma. Posisinya dalam kalimat
selalu berada pada awal kalimat yang dihubungkan dengan kalimat sebelumnya.
Kata penghubung jenis ini, antara lain, sebagai berikut: 

.... akan tetapi... 


.... Berkaitan dengan hal itu,... 
.... Meskipun demikian,... 
.... Oleh karena itu.... 
.... Sebaliknya, .... 
....Sehubungkan dengan itu,... 
.... Sehubungan dengan hal itu,... 
.... Sesuai dengan itu,.... 
.... Sesuai dengan uraian tersebut,.... 
.... Walaupun demikian .... 

Para wartawan dalam menulis di media cetak tidak jarang mengggunakan


ungkapan/kata penghubung/konjungsi ini secara tidak tepat. Ketidaktepatan
menggunaaan konjungsi dapat dilihat pada penggunaan berikut. 
1. Karena  Binuang dan sekitarnya, seperti Sungkai, Pengaron dan Sungai Pinang,
Kabupaten Banjar merupakan kantong produksi pisang Kalsel dengan pangsa
pasarnya selain ke Banjarmasin (Banjarmasin post, 15 April 2008) 
2. Meski hari ini, Rabu masih jadwal kampanye, Namun KPUD Tanah Laut
menetapkan agenda di hari terakhir ini dengan agenda istigosah oleh masing-
masing pasangan calon (Radar, 15 April 2008) 
3. Meski namanya kembali terserat dalam kasus pemberian izin pengelolaan hutan
di Kabupaten Pelalawan, Riau, Menteri Kehutan malam sambut membantah
terlibat (Metro, 15 April 2008) 
Penggunaan konjungsi karena kurang tepat sebagaimana di jelas di atas bahwa
Konjungsikarena hanya berfungsi sebagai penggubung intrakalimat yang tidak
pernah digunakan pada awal kalimat dan bukan dengan hurup kapital. Oleh
karena itu untuk membuat jadi gramatikal konjungsi karena harus dihilangkan.
Perbaikan kalimat (1) di atas adalah sebagai berikut dan tidak boleh dipakai
bersamaan dengan kata namun. 
Penggunaan konjungsi antarkalimat secara bersamaan pada kalimat (2) di atas
merupakan suatu kesalahan yang sering terjadi. Kata namun mengandung
arti ’walaupun demikian’ atau ’meskipun demikian’. Kata namun seharusnya
tidak digunakan sebagai konjungsi intrakalimat. Konjungsi meski seharusnya
diganti meskipun atau meskipun demikian dan tidak boleh dipakai bersamaan
dengan namun. Dengan demikian, perbaikan kalimat (2), (3) dan (4) di atas adalah
sebagai berikut: 
1a. Binuang dan sekitarnya, seperti Sungkai, Pengaron, dan Sungai Pinang,
Kabupaten Banjar merupakan kantong produksi pangsa pasar selain ke
Banjarmasin. 
2a. Meskipun hari ini, Rabu masih jadwal Kampanye, KPUD Tanah Laut
menetapkan di hari terakhir ini dengan agenda istiqosah oleh masing-masing
pasangan. 
3a. Meskipun namanya kembali terserat dalam kasus pemberian izin pengelolaan
hutan di Kabupaten Pelalawan, Riau, Menteri Kehutan malam sambut membantah
terllibat. 
4a. Meskipun siap menampilkan pola 4-5-3 atau 4-3-2-1 dengan menimbulkan
progba di barisan depan.

 Kesalahan Dalam Penggunaan Kata Yang Mubazir

Kalimat mubazir merupakan kalimat yang mengandung kata – kat berlebihan atau
kata – kata yang tidak diperlukan. Untuk membuat suatu naskah/ tulisan dalam surat
kabar, seharusnya memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan kata
yang mubazir harus diperhatikan, berikut kesalahan yang terdapat pada beberapa
surat kabar yang menggunakan kata mubazir

5. Memang ujarnya, hasil try out lalu hasilnya tidak begitu menggembirakan. Di
mana angka kelulusan yang dicapai hanya 15%.(Radar, 15 April 2008) 
6. Pun begitu, pemkot dalam tahun anggaran 2008 ini telah menyiapkan dana
sebesarnya Rp900 juta untuk kembali membangun struktur tugu. (Radar, 15 April
2008) 
7. Semua Masyarakat harus dapat menahan emosi dan siapapun pemimpin yang
terpilih nantinya harus dihormati karena adalah pilihan masyarakat, tegasnya sambil
penuh harap ( Radar Senin, 28 April 2008) 

Pemakaian kata di mana seperti pada pada kalimat (5) merupakan yang sangat lazim.
Hal ini cukup memperihatinkan, bahkan semua lapisan masyrakat sering
menggunakan kata tersebut. Kata di mana di pakai untuk menanyakan tempat. Jadi
pemakaian kata di mana tersebut adalah tidak tepat. Kata di mana pada kalimat (5)
diganti dengan kata karena . Perbaikan kalimat di atas sebagai berikut: 
5a. Memang ujarnya, hasil try out lalu hasilnya tidak begitu
menggembirakan. Karena angka kelulusan yang dicapai hanya 15%. 
Pemakaian kata pun begitu pada kalimat (7) tidak tepat karena mengakibat kalimat
menjadi rancu. Sebaiknya Frasa pun begitu dihilangkan. Perbaikan kalimat di atas
sebagai berikut: 
6a. Pemkot dalam tahun anggaran 2008 ini telah menyiapkan dana sebesarnya Rp900
juta untuk kembali membangun struktur tugu.
Pemakaian kata karena adalah suatu kerancuan karena kata itu bisa digunakan secara
bersamaan. Sebaiknya kata adalah dihilangkan. Perbaikan kalimat (7) adalah sebagai
berikut: 
7a. Semua Masyarakat harus dapat menahan emosi dan siapapun pemimpin yang
terpilih nantinya harus dihormati karena pilihan masyarakat, tegasnya sambil penuh
harap ( Radar Senin, 28 April 2008) .

 Penggunaan Istilah Asing Tanpa Memperhatikan Kaidah


Penggunaan Dan Penyerapan Unsur Asing Dalam Aturan Bahasa
Indonesia

Istilah asing banyak digunakan tanpa memperhatikan kaidah penggunaan


dan penyerapan unsur asing yang diatur dalam gramatikal Bahasa Indonesia.
Contoh :
Perform, budget, website, fair…(Republlika, 15 Maret 2010)
Minister, outside, stateless, forward looking, money politic, voting…
(Kompas, 11 Mei 2010).
Penggunaan istilah asing dengan mengadopsi secara langsung hanya
diperbolehkan jika istilah tersebut memang sama sekali belum ada padanan
katanya dalam Bahasa Indonesia. Adapun adopsi kata secara tidak langsung
dilakukan dengan memperhatikan kaidah penyerapan unsur asing yang diatur
dalam gramatikal Bahasa Indonesia.
Istilah-istilah seperti perform, budget, website, fair, minister, outside,
stateless, forward looking, money politic, dan voting telah memiliki padanan kata
dalam Bahasa Indonesia yaitu secara berturut-turut adalah : melakukan, anggaran,
situs, adil, menteri, sisiluar, tak berkewarganegaraan, melihat ke depan, politik
uang, dan pemungutan suara. Penulisan istilah-istilah asing dalam bentuk aslinya
tersebut biasanya lebih ditujukan untuk menampilkan efek agar suatu tulisan
dianggap berbobot atau intelek, menarik untuk dibaca, dan dianggap menjual.

 Mengutip Perkataan Narasumber Secara Imitatif, Tanpa Diolah


Terlebih Dahulu

Hal yang mendasari timbulnya kesalahan ini adalah kembali pada jiwa
seorang jurnalis yang selalu tidak ingin kehilangan sedikitpun detail informasi
yang ia peroleh dari narasumbernya. Oleh karena itu, biasanya apa yang dikatakan
oleh narasumber tanpa dipahami makna bahasanya langsung dikutip secara apa
adanya. Namun, hal ini menjadi suatu masalah ketika pengutipan secara langsung
ini justru mengakibatkan terjadi kesalahan bahasa pada media surat kabar.
Contoh :
...Untuk menarik minat investor, kata Hidayat, Indonesia sangat
membutuhkan dukungan energy dan listrik. “Jangan sampai byar pet, yang
merintangi industri,” katanya…(Republika, 15 Maret 2010).
…”Tidak ada politik transaksional, tak ada deal-deal, apapun, apalagi
terkait mundurnya Sri Mulyani (Menteri Keuangan)”, katanya…(Kompas, 11 Mei
2010).
Istilah byar pet ataupun deal-deal (keduanya dicetak tebal), tentunya sama
sekali tidak dikenal dalam Bahasa Indonesia yang resmi, sebagaimana termuat
dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Namun kedua istilah tersebut
menjadi lazim dipergunakan mengingat seringkali muncul dalam bahasa lisan
yang kemudian terbawa dalam pemberitaan surat kabar. Istilah byar pet sendiri
sebenarnya berasal dari Bahasa Jawa yang digunakan untuk menggambarkan
kondisi redup atau kondisi menyala dan matinya cahaya (lampu) yang saling
bergantian terjadi secara frekuentif. Sedangkan deal-deal sendiri merupakan
“parodi (plesetan)” yang merujuk kepada arti kesepakatan-kesepakatan.
Memperhatikan ketiga kesalahan di atas, jelas nampak bahwa munculnya
kesalahan-kesalahan pemakaian Bahasa Indonesia dalam media surat kabar bukanlah
sesuatu yang bersifat tidak disengaja. Pihak media bukannya tidak mengerti aturan
atau tata cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar, namun hal ini semata-mata
dilakukan sebagai sarana untuk menciptakan daya tarik tulisan, sehingga terdapat
motivasi yang kuat bagi pembaca untuk membacanya hingga tuntas. Namun, tentunya
hal ini jika tidak ditangani lebih lanjut maka akan merusak tatanan Bahasa Indonesia
yang baik dan benar, mengingat kesalahan-kesalahan tersebut lama-kelamaan akan
menjadi sesuatu yang dapat diterima dan akhirnya dianggap sebagai hal yang biasa
oleh masyarakat.
BAB III PENUTUP

Você também pode gostar