Você está na página 1de 34

INTERAKSI ZAT DALAM

TOKSIKOLOGI
MEKANISME KERJA ZAT TOKSIK

Agar zat toksik dapat memberikan aksi terhadap


MANUSIA ada 2 mekanisme yang harus dilalui yaitu
:
1.KERJA TOKSIK

Dilandasi oleh adanya interaksi kimia antara


suatu zat atau metabolitnya dengan substrat
biologi
2.EFEK TOKSIK

Dilandasi oleh adanya interaksi yang bolak-


balik antara zat toksik dengan substrat
biologi
Ada 3 fase yang harus dilalui zat toksik sebelum masuk ke
dalam tubuh MANUSIA :
I.FASE EKSPOSISI
II.FASE TOKSOKINETIK
III.FASE TOKSODINAMIK

I. FASE EKSPOSISI
Menunjukkan cara persentuhan atau kontak dengan suatu
zat toksik untuk pertama kalinya sebelum masuk tubuh
atau melewati MEMBRAN SEL

4 mekanisme pada fase eksposisi :


1.Difusi pasif
2.Filtrasi lewat pori-pori membran
3.Transport dengan perantaraan Carrier (Transport aktif)
4.ENDOSITOSIS
1. DIFUSI PASIF
 Asam organik lemah Asam Benzoat dalam
lingkungan asam mudah masuk lewat difusi karena
berbentuk non ion
 Basa organik lemah Anilin difusi
mudah terjadi di lingkungan basa
2. FILTRASI
Lewat membran kapiler dan glomeruli yang
mempunyai pori-pori cukup besar
3. TRANSPORT AKTIF
dengan perantaraan carrier untuk memindahkan
molekul lewat membran. Molekul berupa ion
melawan perbedaan muatan.
Butuh energi metabolisme sel
4. ENDOSITOSIS
Penelanan atau pencaplokan zat asing ( termasuk zat
toksik) oleh sel (makrofag)
FAGOSITOSIS partikel berupa benda padat
contoh : debu asbes
difagositosis oleh alveoli paru-paru
PINOSITOSIS partikel berbentuk benda
cair/cairan
contoh : zat warna azo<Pinositosis>, dapat memasuki
saluran usus
II. FASE KINETIK (TOKSOKINETIK)

Terdiri 2 tahapan yaitu :


 INVASI Absorbsi dan Distribusi
 EVASI Biotransformasi dan ekskresi
ABSORBSI
Dapat terjadi di seluruh saluran cerna terutama
lambung
Dalam usus asam lemah dalam bentuk
ion tidak mudah diserap. Tetapi dalam darah
bentuk ion tidak bisa berdifusi kembali
Basa lemah berada dalam bentuk non ion
mudah diserap
Pb & Thallium dapat diserap usus lewat transport aktif
 Zat lipofil lebih banyak diserap daripada zat hidrofil
(larut dalam air)
 Contoh : DDT, asam basa dalam bentuk netral, TCDD
(dioksin), paration INSEKTISIDA
 Benzen, trikloretilen mudah menguap
diserap alveoli paru-paru tempat utama
bagi absorbsi disaluran pernapasan
 Ukuran partikel > 10 µm tidak dapat memasuki paru-
paru.
 0,01 -10 µm diendapkan diberbagai saluran
napas.
 Partikel > besar diserap lewat epitel hidung
atau lewat epitel saluran cerna setelah zat-zat
tersebut tertelan bersama lendir
 Partikel lebih kecil trachea, bronchioli
DISTRIBUSI
 Zat toksik akan didistribusikan ke seluruh
tubuh
 Jaringan lemak depot penyimpanan
DDT, PCB dll
 Tulang depot penyimpanan a.l
Pb dan Flour
 Pb2+ antagonis Ca2+
 F- antagonis OH-
BIOTRANSFORMASI ZAT TOKSIK
• Perubahan bentuk <Transformasi> zat toksik dalam
tubuh organisme melalui proses enzimatis atau
transformasi biokimia, yang meliputi proses :
1. OKSIDASI
2. REDUKSI
3. HIDROLISIS
4. KONJUGASI
Hasil proses Oksidasi
Produk kurang beracun
Proses Detoksifikasi <Bioinaktivasi>
Produk lebih beracun
Proses Bioaktivasi
1. OKSIDASI

A. OKSIDASI MIKROSOM
katalisatornya enzim FMO <Microsomal Mixed Fuction
Oksidase> Dalam Retikulum Endoplasma
Contoh :
1. EPOKSIDASI
Aldrin dieldrin
2. DEAMINASI OKSIDATIF
Amfetamin fenil aseton
3. N-Oksidasi
trimetil amin t.m.a. oksida
4. DESULFURASI S diganti O
paration paraoxon
B. OKSIDASI NON MIKROSOM

Reaksi ini katalisatornya enzim


oksidoreduktase non mikrosom (dalam
fraksi mitokondria)
1. Oksidasi amin
5- hidroksitriptamin dan purtesin
senyawa aldehid oleh enzim
monoamin oksidase
2. Dehidrogenase alkohol
aldehid dikatalisis oleh dehidrogenase
dan aldehid dehidrogenase
etanol asetaldehid asam
asetat
Reduksi
Toksikan mengalami reduksi oleh reduktase
Reduksi mikrosom
1. Reduksi nitro
Misal : Nitrobenzen

Nitrosobenzen

Fenilhidroksilamin

Anilin
2. Reduksi azo
misal : Azobenzen anilin
HASIL produk kurang beracun
(detoksikasi)
HIDROLISIS

Banyak toksikan mengandung ikatan ESTER, AMIDA


dan FOSFAT yang dapat dihidrolisis.

Jaringan mamalia termasuk plasma mengandung


banyak esterase dan amidase nonspesifik yang
berperan dalam hidrolisis

Esterase biasanya dalam fraksi terlarut dalam sel hasil


produk kurang beracun (DETOKSIFIKASI)
KELOMPOK ESTERASE

1. ARILESTERASE
Menghidrolisis ester-ester aromatik
2. KARBOKSILESTERASE
Menghidrolisis ester-ester alifatik
3. KOLINESTERASE
Menghidrolisis ester-ester yang molekul
alkoholnya suatu kolin
4. ASETILESTERASE
Menghidrolisis ester-ester yang molekul
alokoholnya suatu asam asetat
REAKSI FASE II/KONJUGASI

 Merupakan produksi suatu senyawa melalui


KONJUGASI TOKSIKAN atau metabolitnya
dengan suatu metabolit endogen
 Senyawa asal metabolit
konjugat
 Contoh : Benzen fenol
Fenol konjugasi dengan asam
sulfat
Kalau keracunan fenol hanya terjadi fase II
saja
KONJUGASI

4 senyawa kimia yang mampu membentuk konjugat


dengan asam glukoronat :
1. Alkohol alifatik/aromatik
2. Asam-asam karboksilat
3. Senyawa sulfihidril
4. Senyawa amin
KONJUGASI SULFAT
Katalisator : Sulfotransferase
Bentuk : sitisolik
Organ : hati, ren, usus
Koenzim : Paps <3-fosfoadenosin-5’-fosfosulfat>
Pentransfer : fenol, amin alkohol aromatik
Proses biotransformasi terutama dilakukan oleh
organ HATI
Organ-organ lain ginjal, paruparu, kulit
EKSKRESI
Zat toksik dikeluarkan dari tubuh lewat organ-organ
EKSKRESI
 Ginjal lewat urine
Contoh : obat-obatan, basa organik
 Hati lewat faeces
Contoh : logam-logam berat, dietil stilbesterol
 Paru-paru bentuk gas
Contoh : CO, bahan-bahan pelarut yang mudah
menguap
 Rambut

Contoh : Hg dan As
II. FASE DINAMIK <TOKSO DINAMIK>
 Menunjukkan reaksi yang terakhir antara zat toksik dengan reseptor yang
spesifik dalam sistem biologis sampai timbulnya efek.

TABEL FASE DINAMIK

Efek akut Kronis

Etanol Mabuk, pingsan, koma Sirosis hati

Arsen Gangguan usus, kejang Hiperpigmentasi serangan


otot pada sistem syaraf perifer

CCL4 Degenerasi hati Kanker hati


EFEK BIOLOGIS
Efek Biologis
Merupakan resultante akhir daari sejumlah proses yang sangat
kompleks antara Fungsi Homeostatisnya dengan zat toksik
 Gizi kurang baik Efek parah
 Dosis terlalu tinggi <berat>
 Sifat pencemar sangat toksik
Efek Ringan
 Perubahan berat badan
 Perubahan nafsu makan
 Perubahan aktivitas
 Perubahan enzim
Efek parah
 Perubahan fungsi dan struktur organ yang parah
 Perubahan homeostatis yang irreversibel
 kematian
a) Efek pada elemen sel

 Iritasi hidung, tenggorokan dll


 Sensitasi paru-paru
Contoh : penyakit pneumokoniosis debu
Mekanismenya :
 Debu difagositosis makrofag
 A.l alveoli paru-paru, tetapi makrofag mengalami
lisis, enzim lizosom keluar dari sel debu tertimbun
di paru-paru fibrosis paru-paru rusak
penderita sesak napas tetapi belum menyebabkan
kematian seketika
 Kronis kanker paru-paru
b) Efek pada enzim

 Enzim katalisator biologis dalam proses biokimia


tubuh
 Tanpa enzim tidak dapat terjadi reaksi dalam
tubuh organisme
Banyak zat toksik yang bekerja mengganggu kerja enzim
baik secara langsung maupun tidak langsung
Contoh :
 Gangguan enzim ACHE oleh organofosfat
 Gangguan enzim sitokrom oksidase oleh CO dan HCN
 Gangguan enzim Delta Amino Levulinat dan Fe
Haem Sintetase oleh Pb
c) Efek pada DNA dan RNA

Akan terjadi
MUTAN bila terjadi mutasi pada sel genetik
KANKER bila terjadi mutasi pada sel tubuh <somatis>
TERATOGENESIS bila terjadi mutasi pada sel
embrio dalam masa perkembangan
KARSINOGENESIS mutasi pada sel tubuh
Sel sudah berbeda dari sel induknya
sulit dikendalikan
Contoh :
Dioksin, Nitrosamin, macam-macam pewarna
Congo Red, Direct Yellow
Metanil yellow, Nigrosine (pewarna kertas, kulit dan
tekstil)
Auramin, Rhodamin (pewarna krupuk dan pisang)
d) Efek pada organ target
 Zat toksik dapat menyerang organ tertentu secara spesifik
 Contoh : J125 kelenjar tiroid ada yang
menyerang seluruh organ tubuh.
 sehingga dibuat klasifikasi berdasarkan organ target al:
1. Hepatotoksisitas
2. Neurotoksisitas
3. Pneumotoksisitas
4. Hematotoksisitas
5. Nefrotoksisitas, dll

1. HEPATOTOKSISITAS
Keadaan dimana zat toksik mempunyai daya racun terhadap
organ hati

 Hati mengalami Hipertrofi <membengkak>


Perlemakan hati <sikrosis>
kematian sel <nekrosis>
Senyawa CCL4, chloroform, parasetamol <zat hepatotoksik>
2. NEUROTOKSISITAS
a) Senyawa DDT degenerasi sel syaraf
terjadi Dermielinisasi
b) Senyawa CS2 dan akrilamid
terjadi AKSONOPATI DISTAL, degenerasi urat syaraf
mulai dari ujung-ujung syaraf

Fungsi syaraf utama


Mentransmisikan impuls lewat sel-sel syaraf. Sel syaraf yang
satu tersambung dengan yang lain atau dengan sel organ
seperti otot melalui suatu sinap
stimulus dapat melalui sinap dengan menggunakan transmiter
yang didapat pada sinap
Gangguan oleh neurotoksin
Gangguan pada transmiter organofosfat
Gangguan pada aktivitas keluar masuknya ion Na dan K sepanjang
akson syaraf sehingga impuls elektrik terganggu DDT
3. PNEUMOTOKSISITAS
 Keadaan dimana zat toksik dapat meracuni sistem
pernapasan
Contoh : penyakit paru-paru karena debu
 Gejala : batuk-batuk kecil
Proses : 3-15 tahun
 Lama-lama sesak napas demam
 Komplikasi : TBC, penyakit jantung
Penyakit disebut pneumokoniosis
 Debu arang anthrakosis <c>
 Silikat silikosis
 Besi <Fe2O3> siderosis
Penyakit dapat pula berkembang menjadi penyakit kanker
paru-paru
4. HEMATOTOKSISITAS
Keadaan dimana zat toksik mempunyai daya racun terhadap sistem
hematopoetik baik pada saat pembentukan sel maupun fungsinya
contoh :
1. KELAINAN SEL DARAH
 Racun penyebab TROMBOSITOPENIA
Hg, Lindane, Bismut, benzena
 Racun penyebab agranulositosis
DDT, barbiturat, benzena
 Racun penyebab anemia hemolitik
Insektisida, sulfa
2. KELAINAN TRANSPORT GAS
 senyawa karbonmonoksida <CO> berikatan dengan Hb
HbCO <karboksihemoglobin>
 Senyawa nitrit Met Hb <Methemoglobin> Blue
babies
5. NEFROTOKSISITAS
Keadaan dimana zat toksik mempunyai daya racun
terhadap ginjal
Contoh : Zat nefrotoksik As, Cd, Cr, Pb, Hg
Unit fungsional ginjal terdiri 3 elemen utama yaitu :
 Glomerulus
 Tubulus ginjal
 Elemen tubulus

Racun dapat merusak ke3 elemen tersebut


 Keracunan jengkol anuri (tidak terdapat urin)
filtrasi glomerulus terhenti
 Keracunan Cd poliuri (banyak urin yang
keluar) permeabilitas tubuli ginjal rusak
 Akibatnya gagal ginjal, kanker batu ginjal
kematian
SPEKTRUM EFEK TOKSIK
A. EFEK BERPULIH (REVERSIBLE) DAN TIDAK
BERPULIH (IREVERSIBEL)

A. EFEK BERPULIH
 Efek dapat hilang dengan sendirinya
 Terjadi karena tubuh terpapar zat toksik pada kadar
yag rendah dalam waktu singkat keracunan
CO kadar rendah
B. EFEK TIDAK BERPULIH
 Efek akan menetap dan bertambah parah setelah
pajanan/paparan zat toksik dengan kadar yang
lebih tinggi atau waktu yang lama
keracunan Pb
anemia
B. EFEK SEGERA DAN TERTUNDA

1. EFEK SEGERA (AKUT)


 Efek yang timbul segera setelah satu kali pajanan
zat toksik
Contoh : keracunan HCN
2. EFEK TERTUNDA (KRONIS)
 Efek yang timbul beberapa waktu setelah pajanan
Contoh : efek karsinogenik
Misal : oleh benzopyrene tar rokok
Umumnya baru nyata dengan jelas seteah 10-20
tahun terpajan zat toksik (persentuhan kronis)
C. EFEK MORFOLOGIS, FUNGSIONAL DAN BIOKIMA

1. EFEK MORFOLOGIS
Berkaitan dengan bentuk luar dan mikroskopis pada
morfologi jaringan
Contoh : alkohol nekrosis <jaringan Hati>
Zat pewarna makanan karsinogenik
neoplasia <jaringan tumor>, sifat
ireversibel berbahaya
2. EFEK FUNGSIONAL
Berupa perubahan berpulih pada fungsi organ sasaran
C. EFEK BIOKIMIAWI
Efek toksik tidak menyebabkan peubahan tetapi
menimbulkan gangguan pada proses metabolisme
Contoh :
 Penghambatan enzim kolinesterase setelah
pajanan insektisida organofosfat dan karbamat
 Penghambatan enzim delta aminolevulinat
dehidratase setelah pajanan senyawa Pb
D. EFEK HIPERSENSITIVITAS (Reaksi Alergi)

Ditimbulkan setelah pajanan zat toksik yang disebut


alergen
Contoh : partikel debu asbes, kapas masuk lewat
inhalasi paru-paru reaksi alergi

E. EFEK LOKAL, SISTEMIK DAN LOKAL SISTEMIK


1. EFEK LOKAL
Zat toksik ybs bekerja pada area persentuhan
kulit, mulut, hidung, disepanjang saluran pencernaan
Contoh : asam kuat/basa kuat mengenai
kulit luka terbatas pada kulit yang terkena
2. EFEK SISTEMIK

Efek yang ditimbulkan oleh zat toksik di tempat lain dari


area persentuhan
Contoh : J125 diabsorbsi kulit manusia menimbulkan
efek pada kelenjar tiroid hipertiroid
 Senyawa narkotik yang disuntikkan pengaruh pada
susunan syaraf pusat
 Alkohol oral (mulut)
pengaruh pada susunan syaraf pusat
3. EFEK LOKAL SISTEMIK

 Efek yang ditimbulkan setelah terpapar zat toksik yang


bekerja baik pada area persentuhan maupun ditempat
lain
Contoh : asam karbol nyeri di kulit lokal
 Depresi susunan syaraf pusat sistemik
 Arsen nyeri hebat di kulit lokal
gangguan saluran pencernaan

Você também pode gostar