Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Astrianti E2A006009
Dewik Wijiastutik E2A006024
Hardi Risdianto E2A006039
Kristi Riyandini E2A006054
DO (Dissolved Oxigen)
1. Pengertian
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh
semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau
pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan
untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari
suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme
yang hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari
udara, tergantung dari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu,
salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang
dan pasang surut.1
DO adalah kadar oksigen terlarut dalam air. Penurunan DO
dapat diakibatkan oleh pencemaran air yang mengandung bahan
organik sehingga menyebabkan organisme air terganggu. Semakin
kecil nilai DO dalam air, tingkat pencemarannya semakin tinggi. DO
penting dan berkaitan dengan sistem saluran pembuangan maupun
pengolahan limbah.2
2. Metode Pengukuran DO
Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan 2
macam cara, yaitu :
a) Metoda titrasi dengan cara WINKLER
Metoda titrasi dengan cara WINKLER secara umum banyak digunakan
untuk menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan
menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih
dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan NaOH - KI, sehingga akan terjadi
endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan
yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul
iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang
dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium
tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji).
Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :
MnCI2 + NaOH→ Mn(OH)2 + 2 NaCI
2 Mn(OH)2 + O2 → 2 MnO2 + 2 H2O
MnO2 + 2 KI + 2 H2O → Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
I2 + 2 Na2S2C3 → Na2S4O6 + 2 NaI
b) Metoda elektrokimia
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda
elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen
terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah
menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda
yang direndam dalam larutan elektrolit.
Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan
katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara keseluruhan,
elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi
permeable terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi
adalah :
Katoda : O2 + 2 H2O + 4 → 4 HO
→
Anoda : Pb + 2 HO PbO + H2O + 2e
Aliran reaksi yang terjadi tersebut tergantung dari aliran oksigen
pada katoda.Difusi oksigen dari sampel ke elektroda berbanding
lurus terhadap konsentrasi oksigen terlarut.
Penentuan oksigen terlarut (DO) dengan cara titrasi
berdasarkan metoda WINKLER lebih analitis apabila dibandingkan
dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan dalam
titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi
larutan tiosulfat dan pembuatan larutan standar kalium bikromat
yang tepat. Dengan mengikuti prosedur penimbangan
kaliumbikromat dan standarisasi tiosulfat secara analitis, akan
diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat.
Sedangkan penentuan oksigen terlarut dengan cara DO
meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan
diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap
akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter.
Disamping itu, sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan
kalibrasi alat sangat menentukan akurasinya hasil penentuan.
Berdasarkan pengalaman di lapangan, penentuan oksigen
terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat
penentuannya hanya bersifat kisaran.1
1. Pengertian
1. Pengertian
COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen
yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang
terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal ini karena bahan organik yang
ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat
kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator
perak sulfat (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991), sehingga segala
macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks
dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara
COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang
sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan
COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD
menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada. 6
COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan
buangan yang ada didalam air dapat teroksidasi melalui reaksi
kimiawi. Indikator ini umumnya digunakan pada limbah industri.2
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air,
dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen
(oxidizing agent).9