Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pencernaan
“Kanker Usus”
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Udayana
2010
Kanker Usus
Kanker usus besar adalah salah satu jenis kanker yang cukup sering ditemui,
utamanya pada pria dan wanita berusia 50 tahun atau lebih. Pada pria, kanker usus besar
menempati urutan ketiga sebagai kanker tersering yang ditemui setelah kanker prostat
dan paru-paru. Sementara pada wanita, kanker ini pun menempati urutan ketiga setelah
kanker payudara dan paru-paru. ''Dari berbagai laporan, di Indonesia terdapat kenaikan
jumlah kasus (kanker usus besar), meskipun belum ada data yang pasti. Data di
Departemen Kesehatan didapati angka 1,8 per 100 ribu penduduk,'' tutur dokter Adil S
Pasaribu, SpB KBD, spesialis bedah dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta.
Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di seluruh
dunia. Penelitian sebelumnya dengan menggunakan binatang sebagai percobaan,
kandungan kalsium yang banyak terdapat pada susu mampu melindungi usus dari
serangan kanker. Studi pada manusia juga menunjukan keseluruhan jumlah kalsium yang
dikonsumsi sangat positif dakam mengurangi tingkat dari resiko kanker susu ini. Setiap
kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari atau lebih akan mempu mengurangi 15% resiko
dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria. Konsumsi susu dan kalsium bisa
mengurangi resiko terkena kanker usus. Keju dan yoghurt juga merupakan hasil olahan
dari susu.
Kanker usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus
besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang
tidak ganas atau adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh
sangat cepat).
Pada stadium awal, adenoma dapat diangkat dengan mudah. Hanya saja pada stadium
awal ini, seringkali adenoma tidak menampakkan gejala apapun, sehingga tidak
terdeteksi dalam waktu yang relatif lama. Padahal, adenoma yang awalnya tak
menimbulkan keluhan apapun ini, pada suatu saat bisa berkembang menjadi kanker yang
menggerogoti semua bagian dari usus besar.
Gejala awal yang tidak khas ini membuat banyak penderita kanker usus besar datang ke
rumah sakit ketika perjalanan penyakit sudah demikian lanjut. Upaya pengobatan pun
menjadi sulit. Padahal, seperti dikatakan Ketua Perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia, dokter Aru Sudoyo SpPD KHOM, kunci utama keberhasilan penanganan
kanker usus besar adalah ditemukannya kanker dalam stadium dini, sehingga terapi dapat
dilaksanakan secara bedah kuratif. Sayangnya, hal seperti ini sangat jarang. Yang kerap
terjadi adalah kasus seperti dialami Prasetyo, yakni kanker ditemukan pada stadium
lanjut, sehingga harapan penderita untuk bertahan hidup menjadi sangat kecil.
Jika kanker usus besar ditemukan pada stadium I, peluang penderita untuk hidup hingga
lima tahun mencapai 85-95 persen. Sementara bila ditemukan pada stadium II, peluang
itu mencapai 60-80 persen, pada stadium III sekitar 30-60 persen, dan stadium IV sekitar
25 persen. ''Ini artinya, bila ada 100 penderita kanker usus besar stadium IV, maka yang
masih hidup sampai lima tahun hanya lima orang,'' ucap Aru.
Untuk menghindari kemungkinan terburuk, deteksi dini merupakan hal yang sangat
penting. Deteksi dini atau skrining terhadap kanker ini, dapat menyelamatkan hidup.
Dengan deteksi dini dapat ditemukan adanya polip prakanker, yaitu suatu pertumbuan
abnormal pada usus besar atau rektum yang dapat segera dibuang sebelum berubah
menjadi kanker. ''Jika semua orang yang berumur 50 tahun atau lebih melakukan skrining
secara teratur, maka sebanyak 60 persen kematian akibat kanker kolorektal dapat
dihindari.
Deteksi dini adalah investigasi pada individu asimtomatik (tanpa gejala) yang bertujuan
untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium dini sehingga dapat dilakukan terapi
kuratif. Secara umum, urai Adil, deteksi dini dapat dilakukan pada dua kelompok, yaitu
populasi umum dan kelompok risiko tinggi. Deteksi dini pada kelompok populasi umum
dilakukan kepada individu yang berusia di atas 40 tahun. Sedangkan mereka yang
tergolong kelompok berisiko tinggi, antara lain adalah mereka yang pernah menjalani
polipektomi untuk adenoma di usus besar, dan orang-orang yang berasal dari keluarga
tersebut.
Terkait dengan riwayat keluarga, tak perlu khawatir berlebihan jika berasal dari keluarga
yang memiliki riwayat kanker usus besar. Faktor genetik memang bisa menjadi penyebab
munculnya penyakit ini, tapi faktor tersebut bisa dipersempit. Caranya, ubahlah pola
makan dan lakukan deteksi dini.
Untuk menangani kanker usus besar, terapi bedah merupakan cara yang
paling efektif, utamanya bila dilakukan pada penyakit yang masih terlokalisir. Namun,
bila sudah terjadi metastasis (penyebaran), penanganan menjadi lebih sulit. Tetapi,
dengan berkembangnya kemoterapi dan radioterapi pada saat ini, memungkinkan
penderita stadium lanjut atau pada kasus kekambuhan untuk menjalani terapi adjuvan.
Terapi adjuvan adalah kemoterapi yang diberikan setelah tindakan operasi pada pasien
kanker stadium III guna membunuh sisa-sisa sel kanker.
Saat ini, terapi adjuvan bisa dilakukan tanpa suntik (infus), melainkan dengan oral/tablet
(Capacitabine). Ketersediaan capacitabine tablet memungkinkan pasien untuk menjalani
kemoterapi di rumah yang tentu saja efektivitasnya lebih baik. ''Capacitabine juga
merupakan kemoterapi oral yang aman dan bekerja sampai ke sel kanker”.
Hindari makanan tinggi lemak, protein, kalori, serta daging merah. Jangan
lupakan konsumsi kalsium dan asam folat.
Setelah menjalani polipektomi adenoma disarankan pemberian suplemen
kalsium.
Disarankan pula suplementasi vitamin E, dan D.
Makan buah dan sayuran setiap hari.
Pertahankan Indeks Massa Tubuh antara 18,5 - 25,0 kg/m2 sepanjang hidup.
Lakukan aktivitas fisik, semisal jalan cepat paling tidak 30 menit dalam sehari.
Hindari kebiasaan merokok.
Segera lakukan kolonoskopi dan polipektomi pada pasien yang ditemukan
adanya polip.
Lakukan deteksi dini dengan tes darah samar sejak usia 40 tahun.
Kalsium dalam susu menjadi faktor penting untuk mencegah kanker usus, kalsium dapat
mencegah berkembang biaknya sel, menghentikan pertumbuhan yang berlebihan yg
dapat membuat sel menjadi kanker.
Walaupun analisis ini menemukan orang dengan mengkonsumsi kalsium terbesar dari
makan dan suplemen memiliki 22 persen kecil kemungkinan terkena resiko kanker,
pertanyaan kalsium yang berasal dari suplemen masih belum dapat di jelaskan. konsumsi
kalsium 900 miligram serta 3 gelas susu dan penelitian lain menunjukan tingginya
konsumsi kalsium bisa meningkatkan resiko kanker prostat.
Namun demikian, kalsium bukan semata-mata faktor resiko yang harus dipertimbangkan
untuk mencegah kanker usus, gaya hidup sehat termasuk olahraga, menjaga berat tubuh
dan pola makan yang menghindari daging merah dan meningkatkan konsumsi buah-
buahan dan sayur-sayuran dan makanan jenis gandum ganduman berperan terhindar dari
resiko kanker usus.