Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
anak dari Raja Makedonia, Fillipus II, dan istrinya Olympias, seorang Putri dari Epirus.
Ketika kecil, ia menyaksikan bagaimana ayahnya memperkuat pasukan Makedonia dan
memenangkan berbagai pertempuran di wilayah Balkan. Ketika berumur 13 tahun, Raja
Filipus mempekerjakan filsuf Yunani terkenal, Aristoteles, untuk menjadi guru pribadi bagi
Alexander. Dalam tiga tahun, Aristoteles mengajarkan berbagai hal serta mendorong
Alexander untuk mencintai ilmu pengetahuan, kedokteran, dan filosofi. Pada tahun 340 SM,
Filipus mengumpulkan sepasukan besar tentara Makedonia dan menyerang Byzantium.
Selama penyerangan itu, ia memberikan kekuasaan sementara kepada Alexander yang ketika
itu berumur 16 tahun, untuk memimpin Macedonia.
Raja Phillip II meninggal tahun 336 SM oleh pembunuh gelap pada saat pernikahan putrinya.
Alexander pun naik tahta menggantikan ayahnya pada usia 20 tahun. Sesaat setelah kematian
Phillip, kota-kota di Yunani yang sebelumnya telah tunduk pada Makedonia seperti Athena
dan Thebes memberontak. Alexander segera bertindak dan berhasil menggagalkan
pemberontakan tersebut. Namun, tahun beikutnya terjadi pemberontakan kembali, dia
memutuskan untuk bertindak tegas dengan mengahancurkan Thebes dan menjual seluruh
penduduknya sebagai budak. Kejadian ini berhasil memadamkan keinginan kota-kota lain
untuk memberontak.
Tahun 335 SM, Alexander menyerang Persia dengan membawa sekitar 42.000 pasukan.
Selama dua tahun berikutnya Alexander memenangkan berbagai pertempuran melawan
pasukan Persia hingga akhirnya dia berhasil mengalahkan pasukan yang dipimpin oleh Raja
Persia Darius III pada 333 SM. Darius yang kabur berusaha untuk damai dengan menawarkan
Alexander wilayah dan harta namun ditolak. Alexander mengatakan bahwa dia sekarang
adalah Raja Asia dan hanya dia yang berhak menentukan pembagian wilayah. Alexander
kemudian meneruskan ekspansi militernya hingga berhasil menaklukkan wilayah Mesir
hingga ke perbatasan India sebelum terpaksa berhenti karena prajuritnya yang kelelahan
karena pertempuran terus-menerus selama sepuluh tahun.
Setelah kematian Alexander, tidak adanya ahli waris menyebabkan terjadi perpecahan dan
pertempuran antara para bawahannya. Akhirnya, setelah perselisihan bertahun-bertahun,
sekitar tahun 300 SM, kekuasaan atas bekas kerajaan Alexander terbagi menjadi 4 wilayah
yang masing dikuasai salah satu jendral Alexander.
Penyatuan wilayah dari makedonia hingga persia oleh Alexander Agung menyebabkan
terbetuknya perpaduaan kebudayaan Yunani, Mediterrrania, Mesir, dan Persia yang disebut
dengan kebudayaan Hellenisme. Pengaruh Hellenisme ini bahkan sampai ke India dan Cina.
Khusus di Cina, pengaruh kebudayaan ini dapat ditelusuri di antaranya dengan artefak yang
ditemukan di Tunhuang.
Alexander selama ekspansinya juga mendirikan beberapa kota yang semuanya dinamai
berdasarkan namanya, seperti Alexandria atau Alexandropolis. Salah satu dari kota bernama
Alexandria yang berada di Mesir, kelak menjadi terkenal karena perpustakaannya yang
lengkap dan bertahan hingga seribu tahun lamanya serta berkembang menjadi pusat
pembelajaran terhebat di dunia pada masa itu.