Você está na página 1de 3

Adab Berdoa

Posted: January 18, 2010 by umminabila in Artikel_Islami


0
Ikhlas karena Allah semata. (QS. Al-Mu min: 14),(QS. Al-Bayyinnah: 5)
Mengawalinya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah, lalu diikuti dengan bacaa
n shalawat kepada atas Rasulullah dan diakhiri dengannya.
Bersungguh-sungguh dalam memanjatkan do a serta yakin akan dikabulkan
Mendesak dengan penuh kerendahan dalam berdo a dan tidak terburu-buru.
Menghadirkan hati dalam do a.
Memanjatkan do a, baik dalam keadaan lapang maupun susah.
Tidak boleh berdo a dan memohon sesuatu kecuali hanya kepada Allah semata.
Tidak mendo akan keburukan kepada keluarga, harta, anak dan diri sendiri.
Merendahkan suara ketika berdo a, yaitu antara samar dan keras. (QS. Al-A raaf: 55,
205).
Mengakui dosa yang telah diperbuat, lalu mohon ampunan atasnya, serta mengakui n
ikmat yang telah diterima dan bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut.
Tidak membebani diri dalam membuat sajak dalam do a.
Tadharru (merendahkan diri), khusyu , raghbah (berharap untuk dikabulkan) dan rahba
h (rasa takut tidak dikabulkan). (QS. Al-Anbiyaa : 90).
Mengembalikan (hak orang lain) yang dizhalimi disertai dengan taubat.
Memanjatkan do a tiga kali.
Menghadap Qiblat.
Mengangkat kedua tangan dalam do a.
Jika mungkin berwudhu terlebih dahulu sebelum berdo a.
Tidak berlebih-lebihan dalam berdo a.
Tawassul kepada Allah dengan Asmaa -ul Husna dan sifat-sifatNya yang Maha Tinggi,
atau dengan amal shalih yang pernah dikerjakannya sendiri atau dengan do a seorang
shalih yang masih hidup dan berada di hadapannya.
Makanan dan minuman yang dikonsumsi serta pakaian yang dikenakan harus berasal d
ari usaha yang halal.
Tidak berdo a untuk suatu dosa atau memutuskan silaturahmi.
Menjauhi segala bentuk kemaksiatan.
Harus menegakkan amar ma ruf nahi munkar (menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah k
emunkaran).
Hendaklah orang yang berdo a memulai dengan mendo akan diri sendiri, jika dia hendak
medo akan orang lain.
dari:eramuslim.com
===========================================================
Re: [assunnah] Tanya hukum bertunangan/tukar cincin
>From: belajar agama <aisyah_007@...>
>Date: Mon, 16 Dec 2002 07:39:54 -0800 (PST)
>Ana mau tanya tentang hukum seorang ikhwan memakai cincin. Sebentar
lagi ana mau lamaran. Ana ingin ada acara saling tukar cincin, tapi ana
ragu apakah dalam islam diperbolehkan atau tidak. Yang ana tau seorang
lelaki tidak boleh kalau memakai perhiasan yg terbuat dari emas. Tetapi
kalau diganti dg perak boleh atau tidak???
>Ana mohon penjelasan dari antum semua yg lebih faham masalah ini.
>Terima kasih
Untuk mengetahui hukum-hukum pertanyaan di atas, akan saya salinkan
jawabannya dari kitab Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah, edisi
Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita.
HUKUM MEMAKAI CINCIN, KACAMATA, GELANG DAN ARLOJI YANG TERBUAT DARI EMAS
BAGI PRIA DAN WANITA.
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Ibrhim ditanya : Bolehkah bagi laki-laki dan wanita
memakai cincin, kacamata, gelang arloji, kalung-kalung atau yang lainnya
terbuat dari emas, perak, tembaga atau besi ?
Jawaban.
Kadangkala kacamata disepuh dengan perak atau emas, dan kadangkala tidak
disepuh sama sekali. Semuanya boleh dipakai oleh pria maupun wanita, kecuali
yang disepuh dengan emas, karena hukumnya haram bagi lelaki. Dalilnya,
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, An-Nasa'i dan
At-Tirmidzi yang ia shahihkan, dari Abu Musa Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Dihalalkan emas dan sutera bagi kaum wanita dari kaumku dan
diharamkan bagi kaum lelaki dari kaumku".
Dari Mu'awiyah Radhiyallahu 'anhu diriwayatkan bahwa ia berkata :
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang memakai emas (bagi
wanita) kecuali dalam keadaan terpotong-potong (kecil-kecil)" (sanadnya
jayyid).
Sedangkan yang disepuh dengan perak, diperbolehkan bagi wanita maupun pria,
berdasarkan dalil riwayat Ahmad dan Abu Daud bahwasanya Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Akan tetapi diperbolehkan perak bagi kalian, maka pergunakanlah"
Sedangkan cincin yang terbuat dari emas, perak, perunggu, kuningan atau
besi, tidaklah diharamkan sama sekali kecuali yang terbuat dari emas bagi
lelaki.
Sedangkan arloji, baik terbuat dari emas atau perak atau yang lainnya,
dibolehkan bagi wanita secara mutlak. Sedangkan 'burnithah' (topi) tidaklah
diperbolehkan memakainya, karena merupakan pakaian kaum kafir dan ciri khas
mereka. Memakainya berarti menyerupai mereka, sedangkan menyerupai kaum
kafir hukumnya haram. Dalilnya hadits riwayat Imam Ahmad dan Abu Daud, dari
Abdullah bin Umar bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia merupakan bagian
daripadanya"
[Rasail wa Fatawa Syaikh Muhammad bin Ibarhim 4/71 dengan dipersingkat]
HUKUM MEMAKAI CINCIN TUNANGAN
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : "Apa hukum memakai cincin
tunangan?"
Jawaban.
Peningset, seperti cincin biasa, hanya saja diiringi suatu kepercayaan
sebagaimana diyakini oleh sebagian orang, dengan menuliskan namanya di
cincin yang akan diberikan kepada tunangan wanitanya, sedangkan yang wanita
menuliskan namanya di cincin yang akan diberikan kepada lelaki yang akan
meminangnya, dengan keyakinan bahwa hal tersebut bisa mempererat tali
ikatan antara keduanya. Dalam keadaan seperti ini, hukum memakai cincin
tunangan adalah haram, karena berhubungan dengan keyakinan yang tidak ada
dasarnya. Juga tidak diperbolehkan bagi lelaki untuk memakaikan cincin
tersebut untuk tunangannya, karena belum menjadi istrinya, dan dinyatakan
sah menjadi istrinya setelah akad nikah. [Fatawa Lil Fatayat Faqoth, hal 47]
HUKUM MEMAKAI CINCIN TUNANGAN YANG TERBUAT DARI PERAK, EMAS ATAU LOGAM
BERHARGA LAINNYA
Pertanyaan.
Syaikh Shalih Al-Fauzan ditanya : "Apa hukum memakai cincin tunangan bila
terbuat dari perak, emas atau logam berharga lainnya?"
Jawaban.
Memakai emas, baik cincin atau jenis lainnya, tidak diperbolehkan bagi
lelaki dalam bagaimanapun juga, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
telah melarang penggunaan emas bagi kaum lelaki dari umat ini. Beliau pernah
melihat seorang lelaki memakai cincin emas di jarinya, beliau langsung
mencopotnya dan bersabda.
"Artinya : Salah seorang di antara kalian telah mengambil sebongkah bara
dari Neraka dan menaruhnya di tanganya".
Maka diharamkan bagi lelaki untuk memakai emas. Sedangkan cincin yang
terbuat dari selain emas, seperti dari perak dan logam lainnya, maka
diperbolehkan memakainya, meski terbuat dari logam yang sangat mahal.
Sedangkan cincin tunangan, bukanlah merupakan kebiasaan kaum muslimin. Bila
meyakini bahwa cincin tunangan bisa memperkuat rasa sayang antara kedua
suami istri, dan mencopotnya akan berpengaruh terhadap hubungan keluarga,
ini merupakan syirik, dan termasuk keyakinan jahiliyah. Oleh karenanya tidak
diperbolehkan memakai cincin perkawinan dengan sebab-sebab.
Pertama.
Mengikuti sesuatu yang tidak ada kebaikannya sama sekali. Cincin pertunangan
bukan merupakan adat kaum muslimin.
Kedua.
Jika dibarengi dengan keyakinan bahwasanya cincin pertunangan bisa
berpengaruh terhadap hubungan suami istri, maka sudah termasuk syirik.
Tiada daya dan kekuatan hanya dari Allah. [Kitab Al-Muntaqa Min Fatawa
Syaikh Al-Fauzan]
[Fatwa-Fatwa Tentang Wanita 3, hal 102-103, 116-117, Darul Haq]

Você também pode gostar