Você está na página 1de 5

PRAKIRAAN INTRUSI AIR LAUT DI DAERAH CAGAR ALAM BOJONG LARANG

MELALUI PENGUKURAN DAYA HANTAR LISTRIK AIR TANAH

Detty Yosiyandari (3425072057), Dina Rahma F. (3415076928), Eka Susilawati


(3415071996), Novita Rachmawati (3425072052), Pratiwi (3415076919), Adisyahputra
dan Tuti Lestari.

Abstrak

Penelitian ini dilakukan di daerah Cagar Alam Bojong Larang, Cidaun, Cianjur,
Jawa Barat. Selain cagar alam di daerah ini juga terdapat pemukiman dan Tempat
Pelelangan Ikan (TPI). Aktivitas pemukiman dan TPI membutuhkan air tanah yang cukup
banyak. Penggunaan air tanah yang terus menerus dapat menyebabkan terjadinya
intrusi air laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prakiraan intrusi air laut di
daerah Cagar Alam Bojong Larang. Intrusi air laut secara tidak langsung dapat diketahui
dengan mengukur besarnya Daya Hantar Listrik (DHL) dari sampel air tanah yang
diambil pada titik-titik sampel di cagar alam, di sepanjang aliran sungai, di persawahan
dekat pantai Jayanti dan didaerah pemukiman dimulai dari dekat garis pantai pasang air
laut tertinggi hingga menjauh dari bibir pantai. Berdasarkan pengukuran Daya Hantar
Listrik pada titik tersebut dapat diprakirakan bahwa didaerah Cidaun, baik di Cagar alam
bojonglarang dan maupun disekitar pemukiman penduduk belum terjadi intrusi air laut.

Kata kunci: Cagar Alam Bojong Larang, DHL dan intrusi air laut,

I. PENDAHULUAN
Cagar Alam Bojong Larang adalah salah satu Cagar Alam yang terletak di Desa
Cidamar, Kecamatan Cidaun, disebelah selatan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Luas
wilayah sekitar 750,00 hektar.
Di daerah tersebut terdapat pemukiman dan tempat pelelangan ikan (TPI). Pada
pemukiman, masyarakat sekitar memakai air tanah untuk memenuhi keperluan rumah
tangga. Penggunaan air tanah terbanyak adalah tempat pelelangan ikan (TPI). Air tanah
yang digunakan oleh TPI terutama untuk berbagai kegiatan seperti mencuci ikan dan
mengisi bak penampungan ikan. Kepadatan populasi yang sangat besar dan banyaknya
aktivitas manusia menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan air tawar oleh
masyarakat sehingga diperkirakan dapat meningkatkan intrusi air laut (SWIM, 1996
dalam van Dam, 1999).
Proses intrusi tersebut dapat berlangsung melalui 2 cara, yaitu melalui rembesan
pada pori-pori lapisan tanah dan yang lain melalui naiknya air laut ke daratan yang dapat
disebabkan oleh air pasang hingga jauh ke darat (Effendi, 1991).
Intrusi air laut dapat menyebabkan air tanah menjadi air payau yang akan
berdampak pada perekonomian, ekosistem dan kesehatan masyarakat sekitar. Air payau
ini menyebabkan terbatasnya penyediaan air bersih pada daerah pesisir (Arsadi, 2007).
Air tanah yang telah menjadi payau atau bahkan asin, maka terdapat sejumlah garam
yang terbawa ke permukaan tanah. (Soemarto, 1987 lihat Triadi, 2009) Asam, basa, dan
garam merupakan penghantar listrik (konduktor) yang baik. (Apha, 1976; Mackereth et
al.,1989 dalam Effendi, 2003). Oleh karena itu intrusi air laut dapat dideteksi dengan
mengukur daya hantar listrik air tanah dengan menggunakan alat konduktivitas atau
multitester.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prakiraan intrusi air laut di daerah
Cagar Alam Bojong Larang melalui pengukuran Daya Hantar Listrik (DHL) air tanah.

II. METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu di laboratorium dan di lapangan Desa
Cidamar, Cianjur, Jawa Barat. Percobaan laboratorium dilakukan untuk memperoleh
fungsi persamaan regresi antara kadar garam dan besaran daya hantar listrik.

1
Langkah kerja yang dilakukan pada penelitian di laboratorium adalah membuat
larutan garam dengan kadar 3%. Dimana kadar tersebut merupakan kadar air laut yang
memiliki perbandingan garam dan air sebesar 30 gr/ 1000 ml (Cole, 1988 lihat: Effendi,
2003). Akan tetapi pada percobaan laboratorium yang dilakukan, perbandingan antara
garam dan air yang digunakan dikonversi menjadi 3 gr/ 100 ml. Air yang digunakan
sebagai pelarut adalah aquades. Garam ditimbang dengan menggunakan alat timbangan
digital sesuai massa yang ditentukan. Setelah itu, garam tersebut dimasukkan ke dalam
beker glass 250 ml yang telah diisi aquades 100 ml. Kemudian, larutan garam tersebut
diaduk hingga homogen dan diukur besar DHLnya dengan menggunakan multitester.
Selanjutnya, percobaan seperti langkah di atas dilakukan kembali sebanyak 10 kali
dengan mengubah kadar larutan dengan cara mengurangi massa garam sebanyak 0,25
gr ditiap percobaannya. Dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh persamaan
regresi y= 96,18 + 5,54 x, dimana y adalah besaran daya-hantar listrik dan x adalah
konsentrasi kadar garam.
Sedangkan langkah kerja yang dilakukan di lapangan adalah dengan mengambil
sampel air tanah. Pengambilan sampel air tanah dilakukan dengan mengebor tanah
hingga mendapatkan air tanah di titik sampel yang telah ditentukan. Pengeboran
dilakukan dengan menggunakan alat biopori tanah. Kemudian, sampel air tanah yang
telah didapatkan diukur besar DHL-nya dengan menggunakan alat multitester. Ada
tidaknya garam pada sampel air tanah, diperkirakan dengan menggunakan persamaan
regresi yang diperoleh dari percobaan laboratorium sebelumnya. Titik pengambilan
sampel air tanah dimulai dari garis pantai yang berada pada daerah pasang tertinggi
hinga jauh masuk kepemukiman.

III. HASIL

Tabel 1. Hasil pengukuran daya-hantar listrik pada berbagai konsentrasi larutan garam

Kadar Garam (X) DAYA HANTAR LISTRIK (Y)

0,75% 4 mA

1% 4,07 mA

1,25% 4,16 mA

1.5% 4,20 mA

1,75% 4,24 mA

2% 4,28 mA

2,25% 4,32 mA

2,5% 4,36 mA

2,75% 4,40 mA

3% 4,60 mA

∑X = 18,75 gr ∑Y = 42,63

Berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan laboratorium diatas maka


diperoleh persamaan regresi y= 96,18 + 5,54 x, dimana y adalah besaran daya-hantar
listrik dan x adalah konsentrasi kadar garam.

2
Selanjutnya berdarkan hasil pengujian sampel air tanah yang diambil dari lokasi
penelitian di Cagar Alam Bojonglarang diperoleh hasil yang ditujukkan oleh table 2.
Sedikitnya sampel yang terambil disebabkan oleh banyaknya batu pada lapisan tanah
tanah, sehingga pengeboran tanah mengalami kegagalan, meskipun area pengujian
sudah dipilih daerah aliran sungai yang terbentuk dari endapan lumpur.

Tabel 2. Daya Hantar Listrik (DHL) air tanah di Cagar alam bojonglarang Jayanti.

Jarak pengambilan titik sampel (m) Daya Hantar Listrilk Kadar NaCl (%)

0 5 mA 5,2
5 2,4 mA 0
Titik sampel diambil dari mulai garis yang berada pada daerah pasang tertinggi menuju
kearah cagar alam.

Untuk melengkapi data, maka pengambilan sampel air juga dilakukan


pengukuran DHL pada aliran air di muara sungai yang terdapat di cagar alam
Bojonglarang. Data terukur disajikan pada table 3. Untuk kawasan pemukiman sampel air
tanah diambil dari mulai daerah pasang tertinggi hingga masuk kepemukiman. Data
untuk wilayah pemukiman pada table 4. Sedangkan untuk wilayah bukan cagar lam lain
yang menjadi sampel penelitian ini adalah daerah persawahan. Data pengukuran DHL air
tanah pada daerah persawahan pada table 5.

Tabel 3. Daya Hantar Listrik (DHL) air di muara sungai yang terdapat di Cagar Alam
Bojonglarang Jayanti.

Jarak pengambilan titik sampel Daya Hantar Listrik Kadar NaCl (%)
0m 5 mA 5,2
25 m 5 mA 5,2
50 m 4,6 mA 3,4
75 m 4 mA 0,69
100 m 2,4 mA 0
125 m 0,4 mA 0
150 m 0,2 mA 0
Titik sampel diambil dimulai dari muara sungai di Cagar Alam Bojonglarang Jayanti
Sampel air laut dengan DHL terukur pada 125 mA

Tabel 4. Besar Daya Hantar Listrik (DHL) air tanah yang berada di daerah pemukiman
hingga dekat penginapan.

Jarak pengambilan titik sampel Daya hantar listrik Kadar NaCl (%)
+±30 mm 40 mA 0
+ 75 m 40 mA 0
+ 200 m 10 mA 0
+ 225 m 25 mA 0
+ 300 m 15 mA 0
Titik sampel diambil dari titik pasang air laut terjauh menuju pemukiman dekat
penginapan.

Tabel 5. Besar Daya Hantar Listrik (DHL) air tanah yang berada di daerah sawah sekitar
pantai Jayanti.

3
Jarak pengambilan titik sampel Daya hantar listrik Kadar NaCl (%)
+ 5m 95 mA 0
+ 10 m 20 mA 0
+ 15 m 10 mA 0
+ 20 m 5 mA 0
Titik sampel diambil mulai dari daerah pasang air laut tertinggi menuju daerah
persawahan sekitar pantai Jayanti.
Sampel air sawah dengan DHL terukur pada 10 mA

IV. PEMBAHASAN
Pada pengukuran DHL di cagar alam bojonglarang diketahui bahwa air laut
memiliki besaran sekitar 125 mA. Sedangkan pengukuran DHL pada air sungai hanya
sekitar 5,2 mA. Hal ini menunjukkan bahwa air laut dan air sungai sudah bercampur. Dari
titik pasang tertinggi, air tanahnya memiliki daya hantar listrik sebesar 65 mA dan
berdasarkan persamaan regresi hasil percobaan laboratorium kadar garam pada air ini
sudah sangat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada titik sampel tidak terjadi
intrusi air laut. Pengukuran yang kedua pada titik 5 m dari pasang tertinggi tidak dapat
dilakukan karena keadaan tanah yang berbatu dan sumber air tanah tidak terjangkau
oleh alat biopori.
Pengujian selanjutnya dilakukan pada aliran air sungai. Sampel air diambil dari
air yang berada pada aliran sungai dengan jarak titik sampel 25 m. Air pada titik sampel
pertama mempunyai daya hantar listrik sebesar 125 mA dan kadar garamnya adalah
sebesar 5,2 gr. Hal ini terjadi karena pada waktu pengambilan sampel sedang terjadi
arus pasang sehingga air laut masuk kemuara sungai. Pada jarak 50 m dari muara
sungai tidak DHL terukur belum mengalami perubahan. Kondisi ini dapat disebabkan
oleh keadaan topografi yang tidak jauh berbeda dan kuatnya arus pasang yang masuk
kemuara, sehingga hasil pengukuran DHL masih sama dengan hasil pengukuran dekat
muara . Pada jarak 75 m ke arah hulu penurunan kadar garam sudah mulai terjadi.
Pengukuran DHL air sungai menunjukkan angka 115 mA dan berdasarkan persamaan
regresi kadar garam sekitar intrusi 3,4%. Terjadi penurunan kadar garam diperkirakan
karena jarak yang sudah semakin jauh dari muara sungai. Hasil pengukuran ini mungkin
berbeda dengan teori yang ada. Perbedaan hasil tersebut dapat disebabkan oleh
tambahan kandungan kimia terlarut pada air sungai. Karena didaerah tersebut terdapat
banyak atu-batuan, sehingga kemungkinan besar terdapat pelapukan batu kali.
Berdasarkan laporan WHO (1971) menyatakan bahawa kandungan klorida boleh wujud
dalam tanah oleh proses luluhawa batu dasar, resapan bahan evaporit, infiltrasi air laut,
penyejatan air laut, pembuangan air daripada sektor perindustrian dan kebocoran salur
pembuangan. Jarak 100 m selanjutnya terjadi penurunan kadar garam pada air sungai
sehingga kadar garam terukur tinggal 0,69% dengan daya hantar listriknya 100 mA.
Untuk titik-titik sampel selanjutnya terjadi penurunan DHL masing-masing sebesar 60
mA, 10 mA dan 5 mA dan berdasarkan persamaan regresi kadar NaCl sudah sangat
minimum. Hal ini disebabkan karena pada saat pengukuran air pasang belum mencapai
wilayah tersebut.
Pengujian air tahan selanjutnya dilakukan di daerah pemukiman dengan
mengambil sampel air sumur warga. Dari kelima sampel air sumur yang diambil, semua
tidak menunjukkan adanya ion Na dan Cl. Akan tetapi, air sumur tersebut masih dapat
menghantarkan listrik karena kemungkinan ada ion terlarut. Pengukuran ketiga pada
daerah persawahan sekitar pantai Jayanti. Sama seperti keadaan di sumur warga, air di
sekitar persawahan tidak menunjukan adanya intrusi air laut. Air sawah berasal dari air
yang dipompa dari sungai yang dialirkan melalui pipa-pipa. Pada daerah pemukiman
tidak terjadi intrusi karena jarak pemukiman jauh dari tepi pantai dan daerah resapan air
masih cukup mengimbangi besarnya pengambilan air tanah. Topografi daerah
pemukiman yang lebih tinggi dari pantai juga merupakan faktor yang tidak
memungkinkan air laut yang masuk ke dalam tanah.
Pada daerah cagar alam, pemukiman maupun daerah persawahan di sekitar
pantai Jayanti tidak terjadi intrusi. Faktor-faktor yang menyebabkan tidak terjadinya
intrusi adalah perbedaan ketinggian daerah. Pada ketiga daerah tersebut tidak terjadi

4
intrusi dilihat dari letak geografisnya, daerah Bojonglarang berada di bawah kaki Gunung
Gede yang umumnya memiliki mata air yang banyak. Sehingga siklus air sangat terjaga
dan kemungkinan intrusi air laut sangat kecil. Salah satu faktor yang juga berpengaruh
terhadap intrusi air laut adalah debit sungai, makin kecil debit sungai makin jauh jarak
pengaruh intrusi air laut ke arah hulu, juga ada faktor lain yang berpengaruh pada intrusi
air asin di sungai, yaitu pasang surut dan penampang sungai.

Salinitas air berdasarkan persentase garam terlarut


Air tawar Air payau Air saline Brine
< 0.05 % 0.05 - 3 % 3-5% >5%

V. Kesimpulan
Dari data yang didapatkan di atas, diprakirakan bahwa tidak terjadi intrusi air laut
pada ketiga daerah tersebut yaitu Cagar Alam Bojonglarang, pemukiman sekitar pantai
Jayanti dan persawahan dekat pantai Jayanti.

Kami Mengucapkan Terimakasih kepada:


1. Allah SWT
2. Dosen Pembimbing yaitu Bapak Adisyahputra dan Ibu Tuti Lestari
3. Pihak-pihak yang terkait atas berlangsungnya penelitian ini dari awal hingga
akhir.

Você também pode gostar