Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Namakumaro
Thursday, May 27, 2010
PEMBERANTASAN CACING HATI PADA KAMBING (MAKALAH
PENYULUHAN)
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit parasit cacing merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kambing penderita akan
mengalami hambatan pertambahan berat tubuh. Akibat dari serangan cacing adalah cacing
menyerap sebagian zat makanan yang seharusnya untuk pertambahan berat tubuh, cacing
merusak jaringan-jaringan organ ternak kambing dan cacing menyebabkan kambing menjadi
kurang nafsu mengkonsumsi makanan. Selain itu, cacing hati menyebabkan kerusakan yang
sangat, terutama pada kambing yang masih muda, yang bisa menjadi kurus dan bisa
menyebabkan kematian. Selain itu, menurunkan produksi susu dan reproduksi ternak. Kerasnya
penyakit yang dipengaruhi oleh banyaknya cacing-cacing dalam saluran empedu dan daya tahan
kambing itu sendiri. Kematian merupakan hasil infeksi yang sangat kronis.
Beberapa cacing yang sering menyerang hati dan pembuluh empedu hewan – hewan domestik
adalah dari keluarga Fasciolidae, Dicrocoeliidae dan Opisthorchiidae. Spesies – spesiesnya
antara lain F. hepatica, F. gigantica, Fascioloides magna. Cionella lubrica, Formica fusca,
Metorchis conjunctus dan Amphimerus pseudofelineus
BAB II
ISI
Fasciola gigantica
Penyebab penyakit cacing hati pada kambing terutama yang hidup di daerah tropis
adalah dari spesies Fasciola gigantica. Fasciola gigantica hidup dalam pembuluh empedu
sapi, kambing, domba dan mamalia lain diseluruh dunia, tetapi tampaknya tidak di Amerika
Selatan. Ia menggantikan kedudukan F. hepatica di Timur jauh dan berkembang lebih baik
di daerah tropis seperti Indonesia. Ia berbeda dengan F. hepatica karena ia lebih besar
dengan panjang 25 - 75 mm dan lebar sampai 12 mm ( pada F. hepatica panjang 25 – 30
mm) dan tidak ada “bahu” yang menonjol seperti pada F. hepatica. Telurnya mirip dengan
F. hepatica tetapi lebih besar, mencapai 200x105 mikron. Siklus hidupnya mirip dengan F.
hepatica, siput genus Radix merupakan induk semang antara, dan metaserkaria terdapat pada
tumbuh-tumbuhan. Tubuhnya lebih transparan, jumlah telur 156 – 197 dengan ukuran 90 –
104 µm.
Siklus hidup Fasciola gigantica
Siklus hidup cacing F. gigantica adalah sebagai berikut. Telur masuk ke duodenum
melewati saluran dan meninggalkan kambing dengan perantara tinja. Telur berkembang
dengan baik pada suhu 26O C dan menetas dalam kurun waktu 17 hari. Mirasidium berenang
sampai menjumpai siput spesies Radix auricularia yang menyukai pH sedikit asam.
Mirasidium mati apabila tidak menjumpai siput dalam waktu kurang dari sehari. Pada suhu
yang hangat seperti di Afrika Timur, dibutuhkan 75 hari untuk berkembang dalam tubuh
siput, sedangkan pada suhu yang dingin sampai 175 hari.
Mereka memasuki siput, melepaskan silia yang menyelubungi diri dan menjadi
sporokist yang memanjang. Dinnik, 1964 menememukan bahwa satu sampai enam generasi
pertama redia bisa berkembang dari satu sporokis F. gigantica pada suhu 26O C, sporokist
tumbuh dan menjadi masak dalam waktu satu setengah minggu atau lebih, dan memproduksi
redia generasi kedua. Redia mengeluarkan serkaria yang belum masak akan berkembang
selama 13 hari atau lebih dalam tubuh siput dan kemudian keluar. Serkaria berenang di
dalam air untuk waktu yang tidak lebih dari beberapa jam dan kemudian mengkista pada
tumbuh-tumbuhan membentuk metaserkaria yang berwarna hampir hitam. Metaserkaria
mengkista pada tumbuhan di bawah air seperti di lingkungan tanaman padi. Metaserkaria
bisa bertahan sampai empat bulan pada tumbuhan dan demikian infeksi bisa terjadi dengan
memakan jerami padi.
Cacing muda masuk tubuh kambing melewati saluran pencernaan, tetapi cacing muda
ini berkesempatan masuk ke saluran sirkulasi dan bisa terdistribusika di lokasi yang salah.
F. gigantica dewasa mencapai saluran empedu setelah migrasi di parenkim hati, sembilan
sampai 12 minggu setelah infeksi. Telur mulai terproduksi sekitar tiga bulan sampai
beberapa tahun. Kondisi saluran empedu pada waktu cacing hidup di dalamnya adalah
sangat padat dan rapat, sering dengan dinding yang mengkapur dan fungsi normal hati
sangat terpengaruhi.
Radix auricularia
Radix auricularia adalah jenis spesies dari genus Radix. Nama umumnya radix telinga
besar, adalah spesies keong air tawar yang berukuran menengah, sebuah moluska gastropoda
air dari keluarga Lymnaeidae.
Cangkang tipis, bulat disekeliling dan sangat menggembung, seperti lingkaran terakhir
yang terdiri dari 90% volume tubuhnya. Cangkangnya memThe shell has a rounded and
broad spire that pinches in steeply at the apex memmemmmmmmmenklnbulat dengan
puncak yang melebar dan sangat mencuram.The spire short, conic, very small compared
[ 1 ]
with the body whorl. Puncaknya pendek, mengkerucut, dan sangat kecil dibandingkan
[4] [5]
dengan lingkaran tubuh. There are 4–5 whorls with deep sutures between them. The
whorls are convex, inflated, smooth and rapidly increasing.Ada 4-5 lingkaran dengan jahitan
yang dalam diantara. Lingkarannya cembung, menggembung, halus dan dengan cepat
meningkat. The body whorl is large and spreading. Lingkaran tubuh besar dan menyebar.
The surface is shining, lines of growth are fine, wavy, crowded, with occasionally a heavy
ridge representing a rest period. permukaan bersinar, garis-garis pertumbuhan halus dan
bergelombang.The color of the shell is yellow, beige or tan. Warna kulit berwarna kuning
atau cokelat.
[ 5 ]
Cangkang The shell of the species can grow to ~30 mm in height and 25 mm in
[ 4 ]
width as a full grown adult.cangkangccc dari spesies ini bisa tumbuh sekitar tinggi 30
mm dan lebar 25 mm.However, most individuals in a population only grow to
approximately half the maximum size. [ 4 ] The width of the shell is from 12-18 mm, and the
height of the shell is 14-24 mm. [ 3 ] The shell of Radix auricularia has a width to length ratio
greater than 0.75. Namun, sebagian besar individu dalam populasi hanya tumbuh kira-kira
setengah ukuran maksimal. Lebar cangkang adalah 12-18 mm, dan tingginya adalah 14-24
mm. Cangkang Radix auricularia memiliki rasio panjang ke lebar lebih besar dari 0,75.
Tubuh berbintik-bintik putih kecil di bagian belakang kepala dan tentakel, tetapi tidak
pada kaki. Mantelnya berpigmen dengan garis titik gelap sepanjang tepi nya, bintik-bintik
tidak beraturan ditemukan juga di cangkang.The foot is roundly elongated, 18 × 11 mm. [ 1 ]
[ 1 ]
Kaki ini terus terang memanjang, sekitar 18 × 11 mm. The head is broad, auriculated.
This species also has tentacles that are large, flat, lobate, triangular, fan-shaped and wider
[ 9 ] [ 1 ]
than they are high. Kepalanya luas. Spesies ini juga memiliki tentakel yang besar,
datar, berbentuk kipas dan lebih luas daripada yang tingginya.The blood contains blue
[ 10 ]
hemocyanin . The heart pulsations are slow and regular: thirty-four per minute. Darah
mengandung hemocyanin biru. Denyut jantung lambat dan teratur : tiga puluh empat per
menit. The animal is slow and deliberate in its movements. [ 1 ]Hewan ini lambat dan hati-hati
dalam bergerak.
Spesies ini ditemukan di danau air tawar, kolam, dan sungai yang berarus lambat
dengan dasar lumpur. Dapat hidup pada batu atau vegetasi dalam arus lingkungan yang
tinggi maupun rendah.It has been found in environments with a pH from 6.0–7.1. [ 5 ] [ 17 ] Its
average thermal preference is ~19°C, but there is great fluctuation around this mean,
[ 18 ]
depending on the photoperiod for the time of year. In Great Britain, the species is
[ 19 ]
restricted to hard water. It can tolerate polysaprobic waters, or areas of major pollution
and anoxia with high concentrations of organic matter, sulfides and bacteria . [ 20 ] [ 21 ] Hewan
ini ditemukan dalam lingkungan ber-pH 6,0-7,1 dengan suhu rata-rata 19 ° C.
Penanggulangan cacing Fasciola gigantica
Siklus hidup cacing F. gigantica sangat tergantung pada induk semangnya, yaitu siput.
Untuk memberantas cacing ini tidak selalu harus membunuh induk semangnya supaya
cacing ini tidak bisa hidup, walaupun cara ini memang efektif tetapi sebuah ekosistem bisa
rusak, karena masih ada hewan yang membutuhkan makanan dari siput. Infeksi bisa
dihindari dengan menggembalakan kambing pada tanah yang lebih luas dan menghindari
danau, rawa, sungai dan beberapa tempat berair lainnya. Cacing ini menyerang kambing
pada semua usia dan dalam pencegahan hendaknya kambing dihindari pemberian makanan
kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan diusahakan agar hijauan pakan
sebelum diberikan pada ternak kambing dicuci lebih dahulu.
Kambing yang sudah terinfeksi bisa diobati dengan menggunakan rafoxanide 7 – 5
mg/kg dan oxyclozanide 15 mg/kg dapat mengurangi jumlah telur 97 – 99 % (Kadhim &
Jabbir, 1974). Rafoxanide 100 % effektif terhadap parasit dewasa ketika dikonsumsikan
dengan dosis 2,5 – 5 mg/kg dan 10 mg/kg membunuh 87 % yang belum dewasa sekiar umur
delapan minggu (Troncy & Vasseau-Martin, 1976). Brotianide 15 – 20 mg/kg dan niclofolan
4 – 6 mg/kg membunuh 90% lebih F. gigantica dewasa pada fase migrasi (Karrasch, 1975).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Memberantas cacing hati pada kambing tidak harus dengan memberantas siput. Karena
infeksi bisa dihindari dan walaupun sudah terinfeksi masih ada obat – obatan yang tersedia
DAFTAR PUSTAKA
Levine, Norman D. 1990. buku pelajaran PARASITOLOGI VETERINER. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta
Chandler, Asa C. 1955. Introduction to PARASITOLOGI – 9thEdition –. Chapman &
Hall, Ltd. : London
Soulsby, E. J. L. 1982. HELMINTHS, ARTHROPODS AND PROTOZOA OF
DOMESTICATED ANIMAL – Seventh Edition –. The English Book Society and Bailliere Tindall
: London
Sastry, N.S.R. & Thomas, C.K. 1976. FARM ANIMAL MANAGEMENT. Vikas
Publishing Hause PVT LTD : India
Murtidjo, Bambang Agus. 1993. Kambing. Sebagai ternak potong dan perah. Penerbit
Kanisius : Yogyakarta
http://en.wikipedia.org/wiki/Radix_auricularia
Blog Archive
• ▼ 2010 (6)
○ ▼ May (6)
PEMBERANTASAN CACING HATI PADA KAMBING (MAKALAH
PE...
BREEDING MENCIT KELOMPOK 4
LAPORAN PRAKTIKUM ZOOTEKNIK
HAM pada Pekerja Seks Komersial
PERTUKARAN GAS (MAKALAH FISIOLOGI UMUM)
SISTEM DIGESTI BABI
About Me
jempol
Blog ini
Di-link Dari Sini
Web
Blog ini
Top of Form
Bottom of Form
Di-link Dari
Sini
Web
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
Cegah Filariasis …
Kecamatan As memiliki kondisi geografis terdiri atas rawa dan semak belukar. Kondisi ini
memungkinkan sekali berkembangbiaknya semua spesies nyamuk. Berdasarkan data Kecamatan
As sebesar 35.000 jiwa. Rata-rata mata pencaharian penduduk buruh tani dan nelayan serta
sebagian besar pendidikan masyarakat adalah SD dengan kondisi lingkungan dan perumahan
yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Hasil survei kesehatan menunjukan peningkatan angka
kejadian filariasis yaitu tahun 2008 terdiri atas 57 kasus 3 orang diantaranya meninggal dan
tahun 2009 terdiri atas 98 kasus 7 orang diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut. Hampir
semua kasus terjadi pada usia produktif. Menurut keterangan salah seorang warga diketahui
bahwa mereka sering keluar malam dan tanpa menggunakan pakaian tebal panjang, acuh
terhadap kebersihan lingkungan serta ketika bekerja tidak menggunakan alas karena dianggap
mengganggu. Bagaimana tindakan saudara jika berperan sebagai kepala Puskesmas?
B. Analisa Kasus
1. Langkah 1. Klarifikasi / Identifikasi Istilah (Clarify Term)
a. Identifikasi Istilah :
1. Filariasis
2. Spesies
3. Kondisi Geografis
4. Usia Produktif
5. Survei
b. Klarifikasi Istilah:
1. Filariasis adalah penyakit kaki gajah dari cacing filaria yang ditularkan oleh nyamuk.
2. Spesies adalah sinonim dari jenis yang merupakan tingkatan paling rendah dalam taksonomi.
3. Kondisi geografis adalah keadaan lingkungan dari suatu wilayah.
4. Usia produktif adalah usia dimana seseorang sudah atau masih mampu menghasilkan sesuatu.
5. Survei adalah mengamati, pemeriksaan secara bertahap.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
1. Aspek Epidemiologi
a. Batasan Filariasis
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi nematoda dari famili filariodea, yang
cacing dewasanya hidup dalam cairan dan saluran limfe, jaringan ikat dibawah kulit, dan dalam
rongga badan. Cacing dewasa betina mengeluarkan mikrofilaria yang dapat ditemukan di dalam
darah, hidrokel, kulit, sesuai dengan sifat tiap-tiap spesiesnya (1).
Parasit filaria berbentuk panjang seperti benang yang hidup di dalam jaringan untuk waktu yang
lama. Manifestasi klinis biasanya terjadi bertahun-tahun setelah terinfeksi, sehingga penyakit ini
jarang ditemukan pada anak. Microfilaria adalah larva imatur yang ditemukan di darah atau kulit
dan mencapai tingkat infektif di dalam tubuh nyamuk (2).
Meskipun diketahui lebih dari 200 spesies parasit filaria, hanya sedikit yang menginfeksi
manusia. Dari parasit filaria yang diketahui pada manusia, empat diantaranya yaitu Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori, dan Onchocerca volvulus, merupakan penyabab infeksi
yang paling sering dan menimbulkan gejala sisa patologis. Wuchereria bancrofti dan Brugia
malayi hidup didaerah tropis seperti Indonesia, sedangkan Onchocerca volvulus hidup di Afrika
(2).
Biasanya stadium larva infektif setelah masuk kedalam kulit melalui lubang tusukan, langsung
ikut aliran limfe perifer dan bersarang di dalam saluran dan kelenjar limfe setempat. Di sini
mereka akan menjadi dewasa dan kawin. Selajutnya, cacing dewasa akan mengeluarkan
microfilaria dan waktu yang diperlukan kurang lebih 1 tahun (1).
Cacing dewasa yang hidup dalam saluran limfe merupakan benda asing yang merangsang sel
endotel saluran limfe dan pada akhirnya menimbulkan reaksi prolimferatif berjonjot (1).
Bila mati, cacing dewasa akan mengalami degenerasi serta desintegrasi sehingga reaksi terhadap
jaringan sekitarnya akan lebih hebat lagi, disertai endapan fibrin atau thrombus sekitar cacing
yang mati (1).
Disekitar cacing dan saluran limfe sering pula tampak masa nekrotik. Saluran pada tempat ini
lama-kelamaan akan tersumbat, sedangkan zat-zat hasil desintegrasi cacing dewasa yang mati
merupakan rangsangan pembentukan granuloma yang proliferatife (1).
Bentuk granuloma seperti tuberkel dengan mikrosis disertai sel epiteloid dan limfosit. Disamping
itu, tampak sebukan sel eosinofil dan sel plasma. Baik disekitar saluran limfe atau yang
tersumbat maupun dalam sinus kelenjar limfe terjadi reaksi sel retikuloendotel berupa sel
makrofag dan sel datia (1).
Sekitar sisa-sisa desintegrasi cacing, lama-kelamaan dapat terjadi perkapuran disertai fibrosis. Di
dalam kelenjar limfe dapat ditemukan sel eosinofil yang berlebihan, terutama dalam sinusoid.
Akibat peradangan dengan fibrosis dapat terjadi penyumbatan aliran limfe, sehingga tekanan
hidrostatik meningkat dan akhirnya terjadi edema jaringan dan organ (1).
Selain itu untuk mengetahui seseorang menderita Filariasis secara pasti adalah dengan
pemeriksaan darah jari diketahui terdapat anak cacing (mikrofilaria) ( Emilia SP at Sunday,
December 20, 2009, kaki gajah-filariasis, http://belajarmengajar.blogspot.com
Cari
didukung
oleh
Bottom of Form
Blog Archive
• ▼ 2011 (1)
○ ▼ Januari (1)
contoh makalah Filariasis
• ► 2010 (18)
○ ► Juli (4)
"Eclipse" Pecahkan Rekor Dengan 30 Juta Dolar
Airmata Fans Warnai Pemakaman Park Yong Ha (aktor ...
Kota-kota Ini Macetnya Luar Biasa
Tinjauan "Eclipse": Bella Terombang-ambing Antara ...
○ ► Juni (6)
Waktunya Pelatih Asli Inggris
Indonesia Pengguna Opera Mini Terbesar di Dunia
Wimax Turunkan Tarif Internet 40 Persen
Dubai Bangun Bandara Terbesar di Dunia
sedikit tentang piala dunia
Lee Min Ho Rayakan Ultah Bersama Fans & Sahabat
○ ► Mei (1)
^^
○ ► April (1)
pameeeeeeeeeer part 2
○ ► Maret (6)
pameeeeeeeeeer
Kapan????
benar ga?????
tugas kku
my best friend
first
About Me
grace merissa
confusing people,I am also confused. why many are going to be my friends.... do you
agree with my opinion? haha
Lihat profil lengkapku
Pengikut