Você está na página 1de 8

KOMPOSISI PEMBIAYAAN DALAM APBN:

SURAT BERHARGA NEGARA (SBN) MASIH BERJAYA DI TANGAN


ANAK BANGSA

I. Defisit APBN
Dewasa ini, seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi dan globalisasi, maka
kebutuhan manusia pun terus meningkat. Begitu pun halnya dengan kebutuhan suatu
negara. Peningkatan kebutuhan suatu negara cenderung meningkat setiap tahunnya.
Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia memiliki kebutuhan yang
sangat besar. Hal ini dilakukan demi mencukupi kebutuhan hajat hidup seluruh
komponen yang ada dalam negara ini. Dengan kata lain, hal ini dilakukan demi
peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, negara kita memilih
untuk tetap menganut sistem kebijakan anggaran defisit pada APBN 2009 ini, artinya
jumlah belanja negara masih lebih besar dibanding dengan pendapatan negara.
Setiap keputusan yang dibuat pasti memilki dampak negatif walaupun
tujuannya adalah untuk kebaikan. Begitupun halnya dengan kebijakan pemerintah ini.
Keputusan ini dapat memunculkan sejumlah pertanyaan dalam benak kita, dan salah
satunya mungkin adalah, ‘Dari mana pemerintah memperoleh dana untuk membiayai
kebutuhan belanja negara, padahal pendapatan negara kita tidak mencukupi ?’.
Jawabannya adalah dengan melakukan kebijakan fiskal ekspansif atau anggaran
defisit, artinya pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk membuat pengeluaran
negara lebih besar dari penerimaan negara. Adanya defisit dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ini mengharuskan pemerintah melakukan
pembiayaan terhadap defisit anggarannya. Pembiayaan ini dilakukan guna menutupi
kekurangan kebutuhan dana untuk kebutuhan belanja negara.
Saat ini, angka defisit anggaran yang ditetapkan meningkat dari tahun
sebelumnya, yakni dari 1,9% PDB (Rp99,6 triliun) pada tahun 2008 naik menjadi
2,5% PDB atau sekitar Rp 132 triliun, bahkan pada pertengahan Februari tahun ini,
kisaran defisit diperbesar lagi 0,1% menjadi 26% PDB (Rp 139,5 triliun).

1
Pelebaran defisit anggaran ini dikarenakan kebutuhan negara yang semakin
besar, sebagaimana yang telah tertulis di atas. Beberapa contoh peningkatan
kebutuhan negara kita adalah kenaikan anggaran pendidikan menjadi 20% dari APBN
seperti yang tercantum dalam Undang-Undang, dan adanya dana sebesar ± Rp 71,3
Triliun yang dikucurkan dalam rangka pelaksanaan stimulus fiskal. Selain itu, asumsi
pertumbuhan ekonomi (basis growth) 2009 yang turun menjadi menjadi 4,5% juga
turut memperlebar celah defisit kita.
Defisit yang semakin besar ini pun menyebabkan kebutuhan dana pembiayaan
juga meningkat. Karena itulah, pemerintah harus memutar otak lebih giat untuk
memperoleh solusinya, yakni komposisi pembiayaan defisit anggaran yang tepat dan
bijak. Suatu komposisi pembiayaan yang dapat memberi keuntungan bagi bangsa ini,
bukannya malah menjadikan kondisi perekonomian Indonesia semakin terpuruk di
tengah krisis global yang melanda dunia.

II. Komposisi Pembiayaan


Komposisi pembiayaan dapat diartikan sebagai strategi yang diatur oleh
pemerintah untuk mendapatkan dana pembiayaan dengan mudah dan tanpa resiko
yang besar. Pemerintah akan mengatur sumber-sumber dana pembiayaan defisit
sebaik mungkin guna meminimalisir dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari
bentuk pembiayaan yang pemerintah pilih.
Pembiayaan defisit anggaran terbagi menjadi dua macam, yakni pembiayaan
non-utang dan pembiayaan utang. Pembiayaan non-utang terdiri atas rekening
pemerintah, privatisasi BUMN, serta penjualan aset negara melalui PT. PPA.
Sedangkan pembiayaan utang terdiri atas utang luar negeri, baik yang berupa
pinjaman program, dan Surat Berharga Negara (Surat Utang Negara dan Surat
Berharga Syariah Negara). SBN itu sendiri ada yang dijual dalam pasar domestik dan
pasar global.

2
III. Solusi Komposisi Pembiayaan yang Tepat dan Menguntungkan
Hal utama yang dibahas dalam tulisan ini adalah solusi pembiayaan defisit
yang bijak demi menyelamatkan perekonomian bangsa Indonesia
Selama ini, ada kecenderungan bahwa pembiayaan defisit anggaran Indonesia
sangat bergantung pada utang, baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri.
Hal ini dikarenakan pembiayaan non-utang tidak dapat diandalkan lagi.
Pembiayaan non-utang Indonesia terdiri atas rekening pemerintah, privatisasi
BUMN, serta penjualan aset negara melalui PT. PPA. Dana yang diperoleh dari
sumber-sumber tersebut tidak cukup untuk membiayai defisit APBN kita karena
adanya kebutuhan pembiayaan non-utang, yakni penyertaan modal negara serta
pembiayaan infrastruktur dan penjaminan pemerintah. Selain itu, juga karena adanya
kebutuhan untuk menjaga rekening pemerintah berada pada tingkat yang aman, agar
rekening pemerintah dapat digunakan untuk pembiayaan kebutuhan awal tahun
anggaran yang akan datang.
Oleh karena itu, saat ini kita lebih bergantung pada SILPA (Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran) 2008 dan tetap mengandalkan utang.
Namun, sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa utang itu sendiri, baik
utang dalam negeri maupun utang luar negeri dapat memberikan dampak negatif pada
pihak yang berutang. Tapi, ada asumsi pembiayaan defisit melaui utang dalam negeri,
seperti penerbitan SBN lebih tidak beresiko dibanding utang luar negeri.
Di tengah kondisi ekonomi yang kurang bersahabat ini, pemerintah sebaiknya
mengurangi porsi utang luar negerinya, dan kembali menjadikan Surat Berharga
Negara (SBN) sebagai pilihan utama sumber pembiayaan defisit. Penerbitan SBN
sendiri akan lebih membidik pasar domestik dengan mempertimbangkan beban biaya
paling murah dan tingkat risiko terkendali.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu dicermati dari penambahan utang luar
negeri untuk membiayai defisit APBN. Pertama, munculnya tekanan yang kurang
menguntungkan terhadap sustainability APBN di masa mendatang. Besar

3
kemungkinan, alokasi anggaran untuk membayar utang di masa depan akan
meningkat secara signifikan. Keadaan ini bisa membuat semakin terbatasnya
anggaran untuk membiayai pos-pos anggaran yang bersifat produktif dan memiliki
multiplier effect cukup kuat untuk mendorong perekonomian (seperti belanja modal
dan barang).
Kedua, peminjaman utang pada pihak asing dapat meningkatkan resiko
intervensi. Mereka akan semakin leluasa untuk memperkuat cengkeramannya pada
negara kita karena kita meminjam pada mereka, dan yang ketiga adalah adanya resiko
perubahan nilai tukar di kemudian hari.
Sebagian orang mungkin menolak mengandalkan SUN domestik sebagai
sarana pembiayaan defisit APBN dan cenderung memilih untuk kembali pada
pinjaman bilateral maupun multilateral dengan alasan bahwa pembiayaan APBN
melalui penerbitan SUN dengan bunga tinggi justru akan membuat perbankan dan
swasta tidak bisa melakukan ekspansi sehingga bisa berpotensi menimbulkan
crowding out effect, yang justru dapat menggagalkan tujuan pemulihan ekonomi, dan
penerbitan SUN turut andil dalam menciptakan situasi likuiditas perbankan yang
ketat yang kemudian mengerek tingkat suku bunga perbankan dalam level yang
tinggi.
Namun, sebenarnya hal bisa diatasi dengan mempertimbangkan pemberlakuan
tingkat suku bunga (coupon) yang tidak jauh lebih tinggi dari bunga deposito yang
bertujuan: Pertama, tidak menimbulkan persaingan dengan perbankan untuk
mendapatkan dana masyarakat. Kedua, menjadi insentif bagi perbankan untuk lebih
ekspansif ke kredit, karena investasi di surat berharga semakin kurang menarik.
Situasi ini pada akhirnya dapat pula mendorong perbankan untuk menurunkan suku
bunga kreditnya. Ketiga, agar mencegah timbulnya efek crowding out.
Dengan demikian, penerbitan SUN tidak akan menimbulkan perkara-perkara
baru seperti yang dikuatirkan oleh sebagian orang.

4
Selain SUN, masih ada instrumen SBN lain yang dapat kita andalkan dan
sedang marak belakangan ini, yakni Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau
yang lebih populer dengan istilah Sukuk.
Sukuk itu sendiri, sebagaimana fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama
Indonesia No. 32/DSN-MUI/IX/2002, merupakan suatu surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang
obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil margin/fee, serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo. Sukuk memiliki beberapa bentuk, yakni SBSN
ijarah, SBSN mudharabah, SBSN musyarakah, SBSN istisna’, SBSN berdasarkan
akad lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, dan SBSN yang
diterbitkan berdasarkan kombinasi dari dua atau lebih jenis akad.
Di tengah ketidakpastian ekonomi seperti saat ini, masyarakat pastinya akan
mulai melirik instrumen investasi yang aman, terlebih dengan adanya beberapa
insiden buruk di dunia investasi akhir-akhir ini. Suukuk ritel, sebagai instrumen
investasi yang diterbitkan pemerintah akan menjadi pilihan yang menarik bagi
masyarakat, karena memenuhi kriteria investasi yang relatif sangat aman.
Selain itu, dana dalam jumlah besar yang menganggur dalam rekening-
rekening pemerintah daerah maupun departemen karena penyerapan dana yang tidak
maksimal dapat diinvestasikan pada Sukuk . Hal ini bertujuan untuk membantu
pembiayaan defisit APBN. Penempatan dana ini juga akan memberikan manfaat bagi
kedua pihak yang bersangkutan.
APBN yang sehat adalah APBN yang dibangun dari potensi dalam negeri dan
tidak mengandalkan utang luar negeri dalam pembiayaan defisit. Oleh karena itu, kita
harus optimis bahwa tanggung jawab pembiayaan masih bisa diletakkan di tangan
anak bangsa, dan anak bangsa pasti mampu mencari komposisi pembiayaan yang
terbaik bagi Indonesia.

5
LAMPIRAN

Grafik Perkembangan Pembiayaan Defisit Anggaran 2004-2008

6
REFERENSI

http://www.anggaran.depkeu.go.id
http://www.antara.co.id
http://www.bisnis.com
http://www.detik.com
http://www.detikfinance.com
http://www.economy.okezone.com
http://www.els.bappenas.go.id
http://www.id.wikipedia.org
http://www.indofamilybisnis.com
http://www.indonesia.go.id
http://www.janganserakah.com
http://www.jawapos.com
http://www.kapanlagi.com
http://www.kompas.com
http://www.kontan.co.id
http://www.pajak.go.id
http://www.pdfdatabase.com
http://www.perbendaharaan.go.id
http://www.pikiran-rakyat.com
http://www.republika.co.id
http://www.teguhimanprasetya.wordpress.com

7
BIODATA PESERTA

Nama Lengkap : Andi Eka Murti


Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 28 Januari 1993
Kelas : XI IPA 1
Sekolah : SMA Negeri 5 Makassar
Alamat Sekolah : Jalan Taman Makam Pahlawan
No. Telepon Sekolah : 0411-442055
No. Telepon/HP Peserta : 0411-586594 / 085299370420
E-mail Sekolah :
E-mail Peserta : elka_ganimede@yahoo.com

Você também pode gostar