Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH:
RESTU PUTRI ASTUTI
201010260311023
1
Entrepreneur Sukses di Berbagai Perusahaan Perikanan
Niatnya mendaftar ke AUP bukan karena perikanan yang menjadi bidang utamanya, tapi
karena mencari sekolah yang dibiayai pemerintah. Sebelumnya ia memang sudah mengetahui
keberadaan AUP dikarenakan tempat tinggalnya dekat dengan AUP di pasar minggu. “Saya sudah
pernah melintas di depan AUP, tapi apa yang ada di balik tembok AUP saya tidak tau. Saya masuk
AUP bukan karena perikanannya, sama sekali tidak mengenal perikanan, yang penting sekolah
dibiayai pemerintah,” ujar Tachmid.
Setelah diterima di AUP, Tachmid masuk jurusan Pengolahan Hasil Perikanan (sekarang
bernama Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan). Ia memilih jurusan tersebut karena tidak ingin
bekerja di laut. Selain itu, menurutnya, bidang lain seperti penangkapan dan budidaya ikan akan
bermuara di pengolahan.Selama belajar di AUP, Tachmid merasakan banyak manfaat. Salah satu
yang sangat berkesan baginya adalah pendidikan semi militer. Menurutnya, pendidikan seperti itu
sangat bagus dan perlu diteruskan. Manfaat yang dialaminya antara lain kedisiplinan,
kekompakan, keteraturan, ikatan persaudaraan dan mental yang kuat. “Lulusannya kan banyak
kerja di laut, pesisir, bisa berbulan-bulan tidak ketemu keluarga, kalau dapat pendidikan seperti itu
kan jadi bagus untuk membentuk mental yang kuat, agar tidak takut menghadapi dunia kerja,”
jelas Tachmid.
Meskipun rumah tinggalnya dekat, Tachmid tetap tinggal di asrama. Dengan demikian,
sangat terasa kesamaan, kekompakan dan persaudaraan tersebut. “Sama-sama belajar, sama-sama
makan, sama-sama dihukum. Ya sekali-kali pernah juga sih kabur,” ujarnya tertawa. “Tapi itu sih
tidak termasuk kategori bandel, sebelum apel malam saya sudah kembali, kalau bandel kan dia
tidak kembali,” tambahnya.
Selain itu, menurutnya, pendidikan semi militer di AUP juga membuat para taruna lebih
mempunyai rasa memiliki. Dengan demikian, para taruna akan merasa bertanggung jawab dalam
merawat sarana dan prasarana serta menjaga kebersihan lingkungan.Sayangnya, menurut Tachmid,
saat ini pendidikan semi militer di STP tidak sekeras dulu yang ia alami. “Sekarang ini keras dikit
aja, orang tua mengeluh, sampai pernah ada surat kaleng, jadinya kurang fight kalau dibandingkan
dulu,” ujar Tachmid. Menurutnya, pendidikan semi militer di STP sebenarnya sudah bagus, tetapi
saat ini kalau bisa lebih ditingkatkan lagi.
Namun demikian, meskipun ia sangat setuju dengan pendidikan semi militer, tetapi ia
tidak setuju jika di dalamnya terdapat kekerasan fisik, sebagaimana sering dikabarkan di skolah-
2
sekolah lain. “Kalau ada taruna yang bersalah, hukumannya jangan sampai dipukul, mudah-
mudahan tidak ada oknum-oknum seperti itu, tapi berilah hukuman yang menyehatkan seperti lari,
push up, sit up, scot jump,” ungkapnya. Selain pendidikan semi militernya, yang dinilainya sangat
bagus dari pendidikan STP adalah para taruna tidak hanya diberikan teori, tetapi juga praktek
lapangannya. “Bagusnya di STP, belajar langsung pada aplikasi, praktek, diberi pengetahuan
aplikasi,” ujar Tachmid.
Pada waktu kuliah di AUP, Tachmid pernah melakukan kerja praktek di sebuah
perusahaan perikanan di Jakarta. Melihat kinerjanya yang bagus, General Manager perusahaan
tersebut mengajaknya untuk bergabung karena perusahaan tersebut akan membuka cabang di Aceh
dengan bidang usaha ekspor udang, sehingga membutuhkan tenaga kerja baru. Usai lulus dari
AUP pada tahun 1989, Tachmid bekerja di perusahaan tersebut di Aceh sebagai staf bagian
produksi. Karena prestasinya bagus, baru saja delapan bulan ia bekerja, ia diangkat menjadi wakil
manajer produksi. Kurang dari sepuluh bulan kemudian, ia diangkat lagi menjadi manajer
produksi.
Pada tahun 1991, Tachmid mengundurkan diri dari pekerjaan karena melanjutkan kuliah
dari jenjang D III yang diraihnya di AUP ke jenjang S1. Ia kuliah di jurusan pengolahan hasil
perikanan, Fakultas Perikanan, Universitas Brawijaya, Malang hingga lulus pada tahun 1993.
Usai lulus S1, Tachmid diterima bekerja di PT. Bonecom, perusahaan perikanan di Muara Baru,
Jakarta, dan langsung menjadi manajer produksi. Di perusahaan ini, ia bekerja dari tahun 1993
hingga 2006 dengan jabatan terakhir sebagai direktur.
Sejak tahun 2006 hingga kini Tachmid memegang empat perusahaan sekaligus yang tidak
berada dalam satu grup. Perusahan-perusahaan tersebut yaitu PT. Indomaguro Tunas Unggul, PT.
Indo Thai Fishery Value, PT. Muara Angke Cold Storage dan PT. Ruangan Pendingin Indonesia.
Di PT. Indomaguro Tunas Unggul, Tachmid menjabat sebagai direktur. Perusahaan yang berdiri
pada tahun 1999 ini merupakan perusahaan pengolahan ikan di Muara Baru, yang produknya
diekspor ke Jepang dan negara lainnya. Produk andalannya adalah tuna segar yang diolah menjadi
sashimi dengan pendinginan yang mencapai -50 derajat celcius yang merupakan satu-satunya di
Indonesia.
Di PT. Indo Thai Fishery Value, Tachmid menjabat sebagai vice president. Perusahaan
ini merupakan perusahaan penangkapan ikan di Pluit, Jakarta yang diekspor ke Jepang, Cina dan
Eropa. Perusahaan ini memiliki delapan kapal penangkap dan dua kapal pengangkut ikan. Produk
andalannya antara lain cumi-cumi, ikan layung, kembung dan tenggiri.
Di PT. Muara Angke Cold Storage Tachmid menjabat sebagai direktur utama. Perusahaan
ini merupakan perusahaan penjualan ikan dalam negeri yang berlokasi di Muara Angke, Jakarta.
Daerah pemasarannya antara lain Jakarta, Sukabumi, Bandung dan daerah-daerah lainnya.
Di PT. Ruangan Pendingin Indonesia, Tachmid menjabat sebagai komisaris. Perusahaan
ini merupakan perusahaan jasa penyimpanan ikan yang berlokasi di Muara Baru.
Saat ditanya mengenai pembagian waktu untuk memegang empat jabatan penting di
perusahaan-perusahaan tersebut, Tachmid menjawab bahwa strategi yang diterapkannya adalah
adanya pendelegasian wewenang, pembagian tugas dan kaderisasi. Selain itu, meski perusahaan-
perusahaan tersebut tidak berada dalam satu manajemen, namun menurut Tachmid, perusahan-
perusahaan itu saling mendukung.
Menurutnya, para lulusan sekolah-sekolah di bawah Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia (BPSDM KP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), yaitu AUP/STP, Akademi
Perikanan (AP) dan Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri (SUPM-N) banyak yang bekerja
di perusahaan-perusahaan tersebut. “Sekitar 70% lulusan menempati level manajerial. Adapun
para tenaga buruh, kami merekrut dari masyarakat sekitar,” ujarnya.
Untuk mencapai kesuksesan seperti dirinya yang dapat menempati posisi penting di
perusahaan-perusahaan tersebut, menurutnya adalah keinginan kuat untuk belajar dan rasa ingin
tahu yang tinggi. Menurutnya, di AUP ia belajar mengenai penanganan dan pengolahan ikan,
setelah itu di dunia kerja ia perlu belajar mengenai perusahaan, seperti proses jual beli ikan, mulai
dari modal, cara menentukan harga, biaya produksi, keuntungan, nilai ekspor dan sebagainya. “Di
bagian produksi saya pernah mengalami kerja dari pagi sampai malam setengah mati, kerja keras,
kontrol produksi, turun langsung, bongkar gudang, pendekatan ke bawahan dan sebagainya itu
merupakan proses belajar,” ujarnya. Selain itu ia juga banyak membaca buku, di antaranya buku-
buku yang memotivasi diri.
Meskipun sibuk dengan pekerjaannya, Tachmid tidak melupakan STP. Dirinya
merupakan ketua angkatan 22 di STP. “Saya sudah dua kali buat acara reuni, yang ke-17 dan 20
3
tahun. Acaranya di STP menginap satu malam, mengenang masa-masa kuliah dulu. Lebih dari
70% persen alumni hadir dari berbagai daerah,” ujarnya. Belum lama ini ia juga datang ke STP
untuk membantu kegiatan praktek para taruna. Menurutnya, STP perlu mendatangkan para
pengusaha-pengusaha perikanan untuk menjadi pembicara, sehingga ilmu yang didapat tidak
hanya dari dosen saja. “Silahkan panggil saya, saya akan datang ke STP, tidak dibayar pun tidak
apa-apa,” ujarnya.
Selain itu, untuk memenuhi lowongan kerja di perusahaan-perusahaan tersebut, Tachmid
kerap kali bertanya kepada para lulusan STP, AP dan SUPM-N barangkali ada temannya yang
dapat mengisi lowongan tersebut. Namun demikian, menurutnya, pihaknya tetap menyeleksinya
secara profesional. Saat ditanya mengenai sarana dan prasarana STP saat ini, ia menjawab,
“Bagus! Luar Biasa! Fasilitas praktek juga bagus.” Menurutnya, sarana dan prasarana STP saat ini
jauh lebih bagus daripada saat ia kuliah dulu.
Terakhir, ia berpesan kepada para taruna STP agar dapat belajar banyak mengenai dunia
usaha, jangan cepat puas dengan hasil yang sudah dicapai karena masih banyak pekerjaan menanti
dan kemampuan bahasa Inggris perlu ditingkatkan. Menurutnya, kemampuan bahasa Inggris ini
sangat penting, mengingat sektor perikanan Indonesia merupakan potensi ekspor yang besar.
Diharapkan dengan adanya alumni STP sukses seperti Tachmid, para alumni STP lainnya,
terutama yang baru, dapat mencontohnya dan dapat mengambil pelajaran yang baik darinya agar
dapat memajukan sektor kelautan dan perikanan Indonesia.
4
Mohammad Nadjikh
(Alumni Teknologi Industri Pertanian IPB, Pemilik PT.Kelola Mina Laut dan beberapa perusahaan lainnya.)
5
Akhirnya, setelah lulus, Nadjikh pulang ke Gresik untuk memulai hidup baru sesuai tekadnya
menjadi orang besar. Jadi Pengusaha Teri
Selepas kuliah, Nadjikh mendapat tawaran kerja di Surabaya.. Temannya semasa kuliah
kebetulan anak seorang direktur BUMN pemrosesan cokelat yang berada di bawah pengelolaan
Departemen Perdagangan, PT Karya Nusantara, yang mengalami kerugian selama beberapa tahun.
Melamarlah Nadjikh di perusahaan itu dan diterima sebagai manajer produksi. Waktu itu usianya
baru 24 tahun namun dia harus memimpin karyawan yang usianya di atas 50 dan 60 tahun. Nadjikh
tertantang untuk membuat perusahaan itu sehat.
Dia pun melakukan perubahan signifikan untuk meningkatkan produksi. Tahun pertama
perusahaan sudah meraih laba bahkan di tahun kedua perusahaan sudah untung empat kali lipat.
Saat itu Nadjikh berani memberikan saran kepada sang bos untuk melakukan investasi. Di tahun
kedua Nadjikh diangkat sebagai pimpinan cabang Surabaya. Karena usia yang masih sangat muda,
sebagian besar karyawan yang berusia tua menunjukkan penolakan. Jalan tengahnya, perusahaan
menempatkan dua pimpinan cabang di Surabaya.Nadjikh memegang posisi penyediaan bahan
baku, pemasaran, produksi, dan teknik, sementara bagian keuangan dan personalia dipimpin
koleganya yang sudah berumur.
Di perusahaan ini Nadjikh merasa dirinya tidak akan berkembang, apalagi dengan dualisme
pimpinan semacam itu. Organisasi di BUMN itu pun mandek. Lalu Nadjikh mendapat tawaran dari
perusahaan cold storage di Surabaya, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan
udang untuk ekspor.. Di situ Nadjikh ditawari menjadi manajer pengembangan bisnis (business
development manager) agar perusahaan itu tidak tergantung pada komoditi udang semata. Nadjikh
pun langsung bekerja sesuai dengan tugas yang
diamanatkan.
Dia melakukan diversifikasi produk yang tidak hanya terpaku pada ko moditi udang tapi
juga ikan lainnya. Ikan teri menjadi pilihan sang manajer sebagai terobosan.Selama dua tahun
bekerja, perusahaan yang semula hanya memiliki satu pabrik, berkembang menjadi empat pabrik
karena strategi yang dilakukan Nadjikh. Tapi, selama 4,5 tahun bekerja di perusahaan itu Nadjikh
merasa apa yang sudah diberikannya tidak sesuai dengan yang diterimanya.
Akhirnya Nadjikh memutuskan keluar. Dari sanalah dia mulai memikirkan untuk menjalani
bisnis sendiri, apalagi kalau bukan menjadi pengusaha ikan teri.Di usianya yang baru 30 tahun
waktu itu, Nadjikh berpikir bahwa inilah saat yang tepat baginya memulai bisnis sendiri. Langkah
awal yang dilakukan Nadjikh yaitu membeli sendiri ikan teri nasi ke nelayan. Satu, dua kilo, ikan
teri dia beli, dicuci, dikeringkan, dipisahkan, dan disimpan. ”Dalam satu setengah bulan akhirnya
bisa terkumpul satu kontainer penuh ikan teri nasi, ”ujarnya.
Nadjikh pertama kali mendirikan pabrik di Tuban.
Tapi, jangan membayangkan pabriknya adalah bangunan megah. Bahkan, karena kondisi
pabrik apa adanya, ada yang mengatakan bangunan pabrik itu mirip kandang kuda dari Irak.
Cemoohan itu yang semakin memicu Nadjikh untuk terus berbisnis ikan teri. Dengan kerja keras,
memasuki bulan keempat mulai ada titik terang. Usahanya mulai menuai untung. Keuntungan yang
didapat dipergunakan untuk membayar utang, modal kerja,dan sebagainya.
6
TINJAUAN PUSTAKA
7
Menurut Handoko (2003), keterampilan yang dibutuhkan oleh manajer
antara lain :
1. Keterampilan konseptual (Conceptual skills) adalah kemampuan mental
untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan dan
kegiatan organisasi.
2. Keterampilan kemanusiaan (Human skills) adalah kemampuan untuk
bekerja dengan, memahami dan memotivasi orang lain, baik sebagai individu
maupun kelompok.
3. Keterampilan administratif (Administrative skills) adalah seluruh
keterampilan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan
kepegawaian dan pengawasan.
4. Keterampilan teknik (Technical skills) adalah kemampuan untuk
menggunakan peralatan – peralatan, prosedur – prosedur atau teknik – teknik dari
suatu bidang tertentu.
8
PEMBAHASAN
9
1. Bapak Tachmid
Kesuksesan Bapak Tachmid menjadi manajer puncak di empat perusahaan
sekaligus yaitu PT. Indomaguro Tunas Unggul sebagai direktur, PT. Indo Thai
Fishery Value sebagai vice president, PT. Muara Angke Cold Storage sebagai
direktur utama dan PT. Ruangan Pendingin Indonesia sebagai komisaris
merupakan hal yang luar biasa. Karena semua perusahaan itu tidak dalam satu
grup.
Manajer puncak merupakan klasifikasi manajer tertinggi dari sekelompok
kecil eksekutif. Manajer puncak bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen
organisasi. Perbedaan tingkatan manajemen akann membedakan pula fungsi –
fungsi manajemen yang dilaksanakan. Terdapat dua fungsi utama manajemen
yaitu manajemen administratif dan manajemen operatif. Semakin tinggi
tingkatannya, manajer lebih terlibat dengan manajemen administratif. Tetapi tidak
ada posisi manajemen yang melaksanakan salah satu, operatif atau administratif.
Semua tingkatan manajer mempunyai kombinasi kedua unsur tersebut.
Begitu juga tugas Bapak Tachmid, menjadi seorang manajer puncak.
Beliau lebih terlibat dengan manajemen administratif dibandingkan manajemen
operatif. Manajemen administratif berurusan dengan penetapan tujuan dan
kemudian perencanaan, penyusunan kepegawaian dan pengawasan kegiatan –
kegiatan yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan. Sedangkan manajemen
operatif lebih mencakup kegiatan memotivasi, supervisi dan komunikasi dengan
para karyawan untuk mengarahkan mereka mencapai hasil – hasil secara efektif.
Sebelum menjadi seorang manajer puncak atau direktur di keempat
perusahaan tersebut, Bapak Tachmid memulai karirnya setelah lulus dari STP
(Sekolah Tinggi Perikanan) jurusan Pengolahan Hasil Perikanan sebagai staf
bagian produksi di Aceh yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang
pengolahan. Kinerja yang bagus ditunjukkan Bapak Tachmid kemudian diangkat
sebagai wakil manajer produksi dan meraih jabatan manajer produksi.
Manajer produksi termasuk manajer menengah. Manajer menengah
membawahi dan mengarahkan kegiatan – kegiatan para manajer lainnya dan
terkadang menjadi karyawan operasional. Manajer menengah bertanggung jawab
untuk mengarahkan kegiatan – kegiatan yang sifatnya mengimplementasikan
10
kebijakan organisasi dan mencari keseimbangan antara tuntutan atasannya dengan
kemampuan para bawahannya.
Bapak Tachmid yang menjadi seorang direktur akan lebih terlibat dalam
manajemen administratif tetapi tetap mempunyai unsur manajemen operatif.
Dengan menjadi staf bagian produksi dan akhirnya menjadi seorang manajer
produksi. Tentunya akan lebih memudahkan. Karena beliau mengetahui kondisi
dalam perusahaan tersebut. Maka tindakannya manajerialnya untuk mencapai
tujuan perusahaan. Dan memiliki kemampuan pengarahan dengan memotivasi
dengan para karyawannya.
Dengan menjadi empat direktur di perusahaan yang berbeda menuntut
Bapak Tachmid untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari perusahaan
yang dipimpinnya. Sebagai manajer puncak atau direktur, beliau mempunyai
tanggung jawab secara keseluruhan mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan personalia, pengarahan dan pengawasan. Istilahnya bekerja dari hulu
ke hilir. Semua fungsi – fungsi manajemen harus dilaksanakan oleh manajer
kapan saja dan dimana saja kelompok organisasi, walaupun ada perbedaan
tekanan untuk tipe organisasi , jabatan fungsional dan tingkatan manajemen yang
berbeda.
Bapak Tachmid sebagai manajer puncak di empat perusahaan tersebut,
dituntut memiliki empat keterampilan manajerial. Yaitu keterampilan konseptual,
keterampilan kemanusiaan, keterampilan administratif dan keterampilan teknik.
Setiap keterampilan harus dimiliki oleh setiap manajer, hanya tingkatan
manajemen yang berbeda akan berbeda proporsi masing – masing kebutuhan atas
keterampilan tersebut. Manajer puncak lebih membutuhkan keterampilan
konseptual dibandingkan manajer lini pertama yang lebih membutuhkan
keterampilan teknik.
Bapak Tachmid memiliki kemampuan manajerial yang baik disertai
dengan akhlak yang baik pula. Hal itu tercermin walaupun memiliki jabatan
direktur di perusahaan yang berbeda, semua perusahaan yang dipimpinnya dapat
meraih kesuksesan sehingga beliau diamanahkan menjadi seorang direktur.
Beliau memiliki profesionalitas dalam berkarir. Tidak mencampuradukkan
permasalahan ataupun kelebihan perusahaan satu dengan perusahaan lainnya.
11
2. Bapak Nadjikh
Bapak Nadjikh memulai karirnya setelah lulus dari IPB jurusan Teknologi
Hasil Pertanian sebagai manajer produksi di salah satu perusahaan BUMN.
Memang sebagai awal dari kesuksesan seseorang, pada awalnya tidak memegang
jabatan dari yang paling puncak atau direktur. Dengan menjadi manajer produksi
beliau mengetahui masalah yang ada dan memberikan solusi dari masalah itu.
Hingga akhirnya perusahaan itu maju pesat karena kerja keras Bapak Nadjikh
sebagai manajer produksi.
Beliau pekerja keras, pantang menyerah dan mempunyai integritas dalam
memegang jabatannya. Tidak hanya itu, beliau tentu mempraktekkan fungsi –
fungsi manajemen dan diimbangi keahlian manajemen yang dimilikinya. Tentu
saja segala kerja keras untuk kemajuan pesat perusahaan itu, Bapak Nadjikh
dipercaya sebagai pimpinan cabang Surabaya. Tetapi, beliau akhirnya
memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut karena terdapat dualisme
kepemimpinan. Hal itu menyebabkan beliau merasa kondisi tersebut tidak akan
baik bagi perusahaan.
Manajer pengembangan bisnis di perusahaan cold storage disandang
beliau setelah keluar dari perusahaan BUMN tersebut. Karateristik pribadi beliau
yang baik disertai visi untuk kemajuan perusahaan, beliau dapat mencapai tujuan
perusahaan tersebut. Bahkan lebih melampauinya, dan tentu saja perusahaan
tersebut maju pesat. Tetapi ternyata itu tidak sebanding dengan apa yang sudah
diberikan kepada perusahaannya, Bapak Nadjikh memutuskan untuk
mengundurkan diri. Dan memberanikan diri untuk berwirausaha. Sekarang, beliau
merupakan direktur dari PT. Kelola Mina Laut dan beberapa perusahaan lainnya.
Pengalaman beliau dalam memanajerial diasah saat menjabat posisi
penting di perusahaan. Sehingga saat menjadi direktur di perusahaannya sendiri,
tentu tidak mengalami kesulitan. Dan perusahaannya menjadi berkembang pesat.
Tidak dapat dipungkiri, kesuksesan beliau tidak terlepas dari praktek manajemen.
Diawali dari manajemen diri sendiri. Kesuksesan perusahaan dapat dilihat dari
manajemen yang baik mulai dari tahap perencanaan hingga pengontrolan yang
dilaksanakan oleh manajer (puncak, menengah, lini pertama dan manajemen non
supervisi) serta seluruh sumberdaya yang mendukung.
12
Sebagai manajer puncak yang jumlahnya paling sedikit di organisasi,
seorang manajer puncak bertanggung jawab atas keseluruhan jalannya organisasi.
Manajer puncak yang menentukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan untuk mencapai tujuan dari perusahaan itu.
Dalam manajemen, mengetahui dan menguasai pengetahuan secara teoritis
diimbangi pula dengan pengalaman melalui praktek akan menjadi terbaik. Jika
dibandingkan seorang manajer hanya mempunyai pengetahuan secara teoritis
tetapi tidak dapat mempraktekkannya belum tentu mampu melaksanakan praktek
dan sebaliknya.
Bapak Nadjikh, merupakan salah satu contoh pengusaha sukses yang telah
berhasil dalam bisnisnya, padahal tidak pernah menempuh pendidikan di jurusan
Manajemen. Beliau mampu mempraktekkan apa yang sudah beliau laksanakan
selama menjadi seorang manajer. Tentu saja dengan sedikit pengetahuan
manajemen, beliau mampu memaksimalkan usahanya hingga berkembang pesat
seperti sekarang.
Berdasarkan pengalaman para manajer dalam menjalankan organisasi
maupun kenyataan yang bisa didapat di lapangan, manajemen dapat di[ahami
sebagai sebuah pengetahuan sekaligus juga pengalaman. Oleh karena itu, manajer
harus bisa menguasai kedua aspek dari manajemen secara bersamaan yaitu
pengetahuan dan pengalaman.
Beberapa keahlian yang diperlukan agar para manajer dapat melaksanakan
fungsi manajemennya dengan baik. Keahlian – keahlian tersebut diantaranya
keahlian teknis, keahlian konseptual, keahlian berkomunikasi dan berinteraksi,
keahlian dalam pengambilan keputusan, keahlian dalam pengaturan waktu,
keahlian dalam manajemen global serta keahlian dalam teknologi.
13
DAFTAR PUSTAKA
14