Você está na página 1de 5

Nama : Harli

NIM : F02108005

M. Kuliah : Metopen

DATA YANG DIPEROLEH DARI HASIL WAWANCARA DENGAN GURU KIMIA


SMA N 2 TL. KERAMAT, DALAM MATERI STRUKTUR ATOM

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dalam
UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan, dimana dengan pendidikan akan dihasilkan
generasi yang berkualitas yang akan berperan dalam pembangunan bangsa dan negara dalam
era globalisasi. Fungsi pendidikan adalah untuk membimbing anak ke arah tujuan yang
dinilai tinggi, yaitu agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan ketrampilan serta
memiliki sikap yang benar (Tabrani, 1989:15). Dalam dunia pendidikan selain ada masukan
(input), proses pendidikan juga ada keluaran (output) pendidikan yang merupakan hasil dari
proses pendidikan.
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam meningkatkan hasil
pendidikan satu di antaranya yang harus dikembangkan terletak pada proses belajar mengajar
yang merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan. Dengan demikian,
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada keberhasilan proses belajar-
mengajar.
Ilmu kimia merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Oleh karena itu, penguasaan kimia harus diperbaharui agar mampu mengikuti
dan mengembangkan IPTEK ke arah yang lebih baik. Untuk tujuan tersebut, maka
pengajaran kimia harus bersifat dinamis dalam mengantisipasi perkembangan IPTEK yang
semakin pesat.
Tujuan pengajaran ilmu kimia di Sekolah Menengah Atas adalah agar siswa:
1. Menguasai konsep-konsep kimia esensial secara komprehensif dan proses ilmiah
untuk meningkatkan kesadaran akan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
kesadaran lingkungan, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mampu menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori-teori, maupun hukum-
hukum dalam ilmu kimia yang relevan untuk memecahkan masalah-masalah
dalam kehidupan sehari-hari yang ada disekitarnya.
3. Memiliki ketrampilan-ketrampilan proses sains dan sikap-sikap ilmiah yang
berlandaskan logika untuk memecahkan masalah-masalah serta menyadari
kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa (Depdiknas, 2002:1).

Berdasarkan tujuan yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi titik
tolak pengajaran kimia adalah siswa dapat menguasai konsep-konsep kimia, bersikap ilmiah,
serta dapat menerapkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari maupun
teknologi. Oleh karena itu, maka penguasaan konsepkonsep kimia dan saling keterkaitannya
merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar. Penyempurnaan dan
peningkatan dalam proses belajar mengajar bertujuan untuk mendapatkan hasil belajar atau
prestasi belajar yang baik.

Adapun data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Guru SMA N 2 Tl. Keramat,
mengenai keadaan siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran yaitu:

1. Siswa kesulitan dalam menyelesaikan latihan/ soal yang diberikan guru.


2. Siswa kurang memperhatikan saat guru menjelaskan.
3. Siswa ada yang bermain Hp.
4. Siswa kurang aktif saat pembelajaran dan siswa jarang bertanya.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa ada yang kurang beres dalam proses belajar
mengajar di kelas. Untuk yag pertama, yaitu siswa kesulitan dalam menyelesaikan latihan/
soal yang diberikan guru. Ada beberapa faktor yang menyebabkan masalah ini terjadi, yaitu
diantaranya siswa tidak mengerti konsep materi, sehingga saat diberikan latihan, siswa
mengalami kesulitan.

Dan dari masalah yang kedua tampak siswa kurang memperhatikan guru mengajar. Nah
inilah salah satu faktor juga yang berhubungan dengan masalah yang pertama, yaitu siswa
tidak mengerti konsep, karena mereka sendiri kurang memperhatikan saat guru menjelaskan
di depan kelas. Tapi perlu diketahui juga, jika siswa kurang memperhatikan guru mengajar,
kemungkinan ada sebabnya. Mungkin saja cara guru mengajar membosankan atau kurang
menarik, sehingga siswa kurang tertarik untuk memperhatikan Guru menjelaskan. Selain itu
ada siswa yang bermain HP saat pembelajaran berlangsung. Dan juga siswa kurang aktif.

Pada dasarnya tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar dipengaruhi banyak faktor


diantaranya kemampuan guru, kemampuan dasar siswa, metode mengajar, materi, sarana dan
prasarana, motivasi, alat evaluasi serta lingkungan yang kesemuanya merupakan satu
kesatuan yang paling berkaitan yang bekerja secara terpadu untuk tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan. Meskipun tujuan dirumuskan dengan baik, materi yang dipilih sudah tepat,
tetapi jika metode yang dipergunakan kurang memadai mungkin tujuan yang diharapkan
tidak tercapai atau mungkin tujuan tercapai dengan susah payah. Jadi, metode mengajar
merupakan salah satu komponen yang penting dalam keberhasilan proses pendidikan.

Materi pokok Struktur Atom merupakan salah satu dasar dalam pembelajaran kimia,
yang harus dikuasai siswa sebagai bekal untuk mempelajari materi selanjutnya. Dalam materi
ini diperlukan pemahaman mengenai konsep-konsep dan hukum-hukum tertentu yang saling
berkaitan. Siswa seringkali mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang ada
pada meteri struktur atom. Penyebabnya ada banyak faktor, seperti yang telah disebutkan di
atas. Agar siswa dapat memahami dengan baik materi struktur atom, maka siswa dituntut
untuk menggunakan pola pikir yang terstruktur dan sistematis.

Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989:111) belajar dikatakan bermakna
apabila siswa mampu menghubungkan atau mengaitkan informasi yang diperoleh pada
pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya. Untuk itu agar
belajar menjadi bermakna maka bahan yang dipelajari perlu dibuat seefektif mungkin
sehingga memudahkan siswa dalam belajar. Di samping ketepatan penggunaan metode
pembelajaran, kemandirian belajar siswa akan menentukan keberhasilan studi siswa.
Kebanyakan dari siswa belum mampu secara mandiri untuk menemukan, mengenal,
memerinci hal-hal yang berlawanan dan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari
masalahnya. Sebab siswa awalnya hanya menurut yang disajikan oleh guru atau masih
bergantung pada guru. Keberhasilan belajar tidak boleh hanya mengandalkan kegiatan tatap
muka dan tugas terstruktur yang diberikan oleh guru, akan tetapi terletak pada kemandirian
belajar. Untuk menyerap dan menghayati pelajaran jelas telah diperlukan sikap dan kesediaan
untuk mandiri, sehingga sikap kemandirian belajar menjadi faktor penentu apakah siswa
mampu menghadapi tantangan atau tidak.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut di atas, terdapat berbagai masalah yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut:

1. Diperlukan metode yang paling tepat untuk proses kegiatan belajar mengajar.
2. Metode pembelajaran problem solving dapat digunakan oleh siswa agar mempunyai
pola pikir yang terstruktur dan sistematis melalui tahap-tahap pemecahan yang tepat.
3. Kemandirian dan keaktifan belajar siswa diperlukan dalam proses kegiatan belajar
mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Fitriana. 2005. Skripsi: Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Sistem

Gerak di MTS N Parakan Kabupaten Temanggung. Semarang:


UNNES.

Anni, Chatarina.T. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.

Anshory, Irfan. 1999. Acuan Pelajaran Kimia SMA. Jakarta: Erlangga.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

2002.

Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

2006.

Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP

Semarang Press.

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and

Learning). Jakarta: Dirjendikdasmen.


. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian.

Jakarta: Dirjendikdasmen.

Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Johari. 2004. Kimia SMA. Jakarta: Erlangga.

Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda Karya.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.

. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.

Malang: Universitas Negeri Malang.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

www.sma1-sltg.sch.id/modules.php/.htm [accessed 21 / 03 / 2007]

Você também pode gostar