Você está na página 1de 5

PENGARUH RASIO METANOL / MINYAK TERHADAP

PARAMETER KECEPATAN REAKSI METANOLISIS


MINYAK JELANTAH DAN ANGKA SETANA BIODIESEL

Dwi Ardiana Setyawardhani, Martutik, Wahyuni


Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNS
Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta telp/fax. 0271-632 112
ardiana@uns.ac.id

Abstract : Over the last few years, biodiesel derived from vegetable oil have good potential
as alternative diesel fuel. It has assumed importance as research in process optimization and
engine performance test. This aim of this research was developing equation between
reaction rate parameters and catalyst concentration. Methyl esters (biodiesel) were produced
by alcoholysis of waste edible oil with methanol in the presence of KOH as catalyst. The
reaction was performed in a batch reactor with temperature controller to maintain it
isothermally. The equivalent ratio of methanol-oil was varied at 1 to 4 times theoretically, and
the catalyst concentration was fixed at 2.5 % wt oil based. The temperature was 323 K and
the mixing intensities was held constant at 400 rpm. At various times, sample was drawn
quickly and quenched for ester analyzed. At various equivalent ratio of methanol-oil, the
relation was k = 383,26P exp. (-E/RT), with average error 1.13%. The cetane number was
55.02 to 64.6. The ratio of methanol / oil did not affected the cetane number significantly.

Keywords : biodiesel, cetane number, reaction kinetics.

PENDAHULUAN trigliserida yang panjang dan bercabang diubah


Dalam beberapa tahun terakhir, menjadi ester-ester yang lebih kecil yang
penggunaan minyak bumi sebagai sumber memiliki ukuran dan sifat yang serupa dengan
energi di seluruh dunia mengalami peningkatan minyak solar. Proses transesterifikasi
yang cukup tajam. Sementara cadangan minyak mereaksikan alkohol dengan minyak untuk
bumi dunia sangat terbatas dan minyak bumi melepas 3 rantai ester dari gliserin masing-
merupakan sumber energi tak terbarukan (non masing trigliserida.
renewable energy). Minyak jelantah yang Keseluruhan reaksi transesterifikasi dapat
terbuang percuma dapat dimanfaatkan untuk dituliskan sebagai berikut :
membuat biodiesel dengan proses metanolisis.
Biodiesel yang dihasilkan dapat digunakan
CH2OCOR’ CH2OH R’COOR
sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan
bakar diesel. Penelitian ini bertujuan
memperoleh hubungan antara konstanta CHOCOR’’ + 3 ROH CHOH + R’’COOR
kecepatan reaksi metanolisis minyak jelantah
dengan variasi perbandingan reaktan yang
dilakukan pada konsentrasi katalis (KOH) tetap, CH2OCOR’’’ CH2OH R’’’COOR
serta menganalisa angka cetane dari biodiesel
yang dihasilkan. Trigliserida (A) Metanol (B)
Gliserol (C) Ester (D)
Bahan baku utama yang digunakan
pada penelitian ini adalah minyak jelantah. Pada
minyak jelantah dapat dipastikan didalamnya (Encinar,1999)
masih terkandung asam-asam lemak
(trigliserida) yang tidak rusak meskipun minyak Persamaan kecepatan reaksi yang terjadi :
tersebut telah digunakan untuk rA = -dCA/dt = k1 CA ( CB )3 – k2 CC ( CD )3 (1)
menggoreng/proses pemanasan. Adanya asam-
asam lemak ini memungkinkan minyak goreng Pada reaksi ini digunakan metanol berlebih
untuk dikonversi menjadi metil ester (biodiesel), sehingga kecepatan reaksi ke kiri dapat
suatu bahan bakar alternatif pengganti solar. diabaikan terhadap reaksi ke kanan. Persamaan
Reaksi transesterifikasi mengubah kecepatan reaksi berubah menjadi :
trigliserida (96-98 % minyak) dan alkohol rA = -dCA/dt = k1 CA (CB)3 (2)
menjadi ester, dengan sisa gliserin sebagai
produk sampingnya. Hasilnya molekul-molekul

Pengaruh Rasio Metanol/Minyak terhadap Parameter Kecepatan Reaksi Metanolisis 23


Minyak Jelantah dan Angka Setana Biodiesel
(Dwi Ardiana Setyawardhani, Martutik, dan Wahyuni)
Karena metanol yang digunakan berlebihan, Rangkaian alat dalam penelitian ini dapat dilihat
maka perubahan konsentrasi metanol dapat pada gambar 1.
dianggap konstan sehingga : Sebelum tahap transesterifikasi perlu
rA = -dCA/dt = k CA (3) dilakukan preparasi bahan baku minyak
setelah reaksi berlangsung selama t menit, jelantah. Preparasi bahan baku ini dilakukan
maka berlaku : dengan cara memanaskan minyak jelantah
0
CA = CAo (1-X) (4) sampai suhu 35 C sehingga partikel-partikel
-dCA = -CAo d(1-X) (5) atau rempah-rempah makanan terlepas dari
dengan CAo dan X masing-masing merupakan minyak. Selanjutnya melewatkan minyak melalui
konsentrasi trigliserid mula-mula dan konversi saringan. Untuk menghilangkan kandungan air,
trigliserid. Dengan manipulasi persamaan minyak tersebut dipanaskan sampai suhu  40
0
diperoleh : C selama beberapa menit.
-ln (1-X) = kt + b (6)
Dari data konversi tiap saat (X) dan waktu
tertentu (t) persamaan (6) dapat diplot ke dalam
grafik hingga diperoleh nilai konstanta
kecepatan reaksi (k).
Kualitas bahan bakar diesel ditunjukkan
dengan angka cetane. Angka cetane
menunjukkan seberapa cepat bahan bakar bisa
terbakar secara spontan (setelah bercampur
dengan udara). Secara umum, biodiesel
memiliki angka cetane yang lebih tinggi
dibanding solar. Panjangnya rantai hidrokarbon
yang terdapat pada ester (fatty acid methyl
ester) menyebabkan tingginya angka cetane
biodiesel dibandingkan dengan solar
(Knothe,2005). Penentuan angka cetane
biodiesel dapat dilakukan dengan cara
sederhana dan relatif murah, yaitu dengan Keterangan gambar
menggunakan persamaan angka cetane (CN) 1. Stop Kontak 6. Motor pengaduk
2. Pemanas Mantel 7. Statif
fatty acid methyl ester (biodiesel) sebagai fungsi 3. Labu Leher Tiga 8. Pendingin balik
dari angka iodine (IV) dan saponifikasi (SN) 4. Pipet Volume
dengan rumus : 5. Termometer
CN = 46,3 + 5458/SN – 0,225 x IV (7)
Gambar.1 Rangkaian Alat Metanolisis Minyak
Jelantah
Angka penyabunan (SN) dihitung dengan
persamaan :
Tahap selanjutnya adalah tahap
C  B   N HCl  56,1 transesterifikasi. Minyak jelantah dipanaskan
SN= (8)
G sampai suhu 50 0C dalam labu leher tiga yang
Angka iod dihitung dengan persamaan : dilengkapi dengan pendingin balik, termometer,
dan pengaduk. Metanol (dengan perbandingan
(Q  S )  N Na 2 S 2O3  12,69 metanol : minyak 1:1 2:1 3:1 4:1 ) dan KOH (
IV = (9) 2.5% berat minyak ) dipanaskan pula sampai
G suhu 50 0C. Larutan KOH dalam metanol
dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang berisi
(Indartono, 2006). minyak jelantah pada saat keduanya mencapai
suhu 50 0C. Reaksi dilangsungkan selama 50
METODE PENELITIAN menit. Sampel diambil setiap 10 menit sebanyak
Bahan yang digunakan dalam penelitian 25 ml untuk dianalisa. Konversi reaksi
ini adalah minyak jelantah, metanol dan KOH metanolisis dianalisa dari gliserol yang
sebagai katalis. Sebagai bahan pembantu dihasilkan dengan metode asetin (Griffin, 1958).
analisa konversi reaksi metanolisis digunakan
natrium asetat anhidrat, asam asetat glacial,
indikator phenolptalein, larutan HCl 1 N, larutan
KOH 1 N dan 3 N.

24 E K U I L I B R I U M Vol. 7 No. 1. Januari 2008 : 23 – 27


HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 2. Grafik hubungan antara waktu reaksi
0
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dan konversi pada suhu 50 C
diperoleh hasil seperti yang tertera pada tabel 1
dan 2. Dari persamaan -ln (1-X) = kt diperoleh
Dari hasil percobaan yang dilakukan hubungan antara –ln (1-X) dengan waktu (t)
dapat diketahui bahwa semakin lama waktu yang dapat dilihat pada gambar 3.
reaksi maka konversi yang dihasilkan semakin 4
1:1
2:1
besar. Waktu tinggal yang semakin lama 3:1
4:1
3,5 Linear (4:1)
memberikan kesempatan yang lebih luas
kepada molekul-molekul zat pereaksi untuk 3
saling bertumbukan. Demikian juga dengan 2,5

-ln(1-X)
semakin besarnya perbandingan reaktan
2
(metanol:minyak) yang digunakan dalam reaksi
metanolisis minyak jelantah, konversinya juga 1,5
semakin besar. Hal ini dapat dilihat pada 1
gambar 2. Nilai konstanta kecepatan reaksi 0,5
meningkat pula dengan makin besarnya
0
perbandingan metanol : minyak.
0 10 20 30 40 50 60
waktu (menit)
Tabel I. Data hasil percobaan untuk variasi
perbandingan reaktan
Gambar 3. Hubungan antara –ln(1-X) dan waktu
No Waktu Konversi (XTG)
(menit ) 1:1 2:1 3:1 4:1 Untuk mencari hubungan antara perbandingan
1 10 0,2554 0,3535 0,5932 0,7170
reaktan dengan konstanta kecepatan reaksi
2 20 maka dibuat grafik hubungan k dengan A,
0,3222 0,5256 0,6833 0,7979
3 30
dimana A adalah faktor frekuensi tumbukan.
0,4303 0,6450 0,7850 0,8699 Hubungan tersebut didasarkan pada persamaan
4 40 0,4973 0,7371 0,8577 0,9240 Arhenius,
5 50 0,5954 0,8220 0,9227 0,9648 E
k = A exp( ) (10)
RT
dan karena faktor frekuensi tumbukan
Tabel II. Harga k pada perbandingan reaktan merupakan fungsi dari perbandingan reaktan A
tertentu
= f(P), maka diperoleh hubungan antara faktor
-1 frekuensi tumbukan (A) dengan perbandingan
Perbandingan k (menit ) reaktan (P) yang dapat dilihat pada gambar 4.
reaktan Dari penelitian yang dilakukan Widyawati dkk
1:1 0,0182 (2006) dengan variasi suhu diperoleh energi
2:1 0,0346 aktivasi pada reaksi ini sebesar 6445,4832
3:1 0,0517 kal/mol.
4:1 0,0684

2000
A = 393,26P
1600
1 1:1
2:1
0,9 3:1
4:1 1200
0,8
A

0,7
800
konversi

0,6
0,5
0,4
400
0,3
0,2
0,1 0
0
0 1 2 3 4 5
0 10 20 30 40 50 60
t (menit)
P

Pengaruh Rasio Metanol/Minyak terhadap Parameter Kecepatan Reaksi Metanolisis 25


Minyak Jelantah dan Angka Setana Biodiesel
(Dwi Ardiana Setyawardhani, Martutik, dan Wahyuni)
Gambar 4. Grafik hubungan faktor frekuensi Sehingga, nilai angka cetane dari biodiesel yang
tumbukan (A) dan perbandingan stoikiometri dihasilkan yang diuji pada berbagai variasi
reaktan (P) waktu dan perbandingan reaktan yang
dihasilkan memenuhi spesifikasi.
Dari gambar 4 diperoleh persamaan faktor KESIMPULAN
frekuensi tumbukan sebagai fungsi Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
perbandingan reaktan yaitu bahwa persamaan konstanta kecepatan reaksi
A= 393,26P (11) dengan
metanolisis minyak jelantah didekati
Perbandingan reaktan yang makin besar akan menggunakan persamaan Arrhenius sebagai
meningkatkan faktor frekuensi tumbukan. Jika fungsi perbandingan stoikiometri reaktan dan
dalam reaksi tersebut tidak ditambahkan
E
metanol, maka tidak akan terjadi tumbukan didapatkan persamaan k = 383,26P exp(- ),
antar reaktan ( nilai A = 0 ). Oleh karena itu, RT
grafik di atas mempunyai intercept = 0. dengan ralat 1,13 %. Angka cetane biodiesel
Dari persamaan 10) dan 11) diperoleh : yang dihasilkan berkisar antara 55,02-64,16
E sehingga nilai angka cetane biodiesel yang diuji
k = 393,26P exp(- ) (12) pada berbagai variasi waktu dan perbandingan
RT
reaktan telah memenuhi spesifikasi. Namur
Persamaan di atas berlaku untuk kisaran
demikian perbandingan minyak / metanol tidak
perbandingan reaktan 1:1 2:1 3:1 4:1 dan
memberikan kecenderungan tertentu terhadap
dengan kesalahan rata-rata 1,13 %.
nilai angka cetane.
Sementara itu, pada biodiesel yang
dihasilkan dilakukan analisa angka cetane,
DAFTAR LAMBANG
untuk mengetahui nilainya pada perubahan -1
A : faktor frekuensi tumbukan (menit )
waktu tertentu dan pada perbandingan reaktan
CA0 : molaritas minyak mula-mula (mgrek)
tertentu. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3 dan
CG : konsentrasi gliserol yang terbentuk
4.
(mgrek)
Tabel III. Nilai angka cetane pada perbandingan
CN : angka cetane
reaktan 2:1 E : energi aktivasi (kal/mol)
G : berat sampel (gram)
No Waktu SN IV CN IV : angka iod
(menit ) k : konstanta kecepatan reaksi (menit-1)
1 10 2 17 ,05 5 0 ,7 6 60,03 NHCl : normalitas HCl (mgrek/ml)
2 20 2 08 ,13 3 8 ,0 7 63,96 N Na 2 S 2O3 : normalitas Na2S2 O3 (mgrek/ml)
3 30 1 99 ,21 4 8 ,2 2 62,85
P : perbandingan stoikiometri reaktan
4 40 62,55
1 93 ,26 5 3 ,3 0 (metanol:minyak)
5 50 2 11 ,10 3 5 ,5 3 64,16 Q : volume Na2 S2O3 untuk titrasi blangko
(mL)
R : konstanta gas umum (kal/mol.K)
Tabel IV. Nilai angka cetane pada menit ke-50 S : volume Na2 S2O3 untuk titrasi sampel
untuk berbagai perbandingan reaktan (mL)
SN : angka penyabunan
No Perbandingan SN IV CN t : waktu reaksi (menit)
reaktan
1 1:1
T : suhu absolute (K)
2 02 ,18 8 1 ,2 2 55,02 XTG : konversi
2 2:1 2 11 ,10 3 5 ,5 3 64,16
3 3:1 2 08 ,13 5 3 ,3 0 60,53 DAFTAR PUSTAKA
4 4:1 2 28 ,94 4 5 ,6 8 59,86 Encinar, Jose M., (1999), “Preparation and
Properties of Biodiesel from Cynara
Dari hasil percobaan, dapat diketahui Carduncus L. Oil”, Ind. Chem. Res., Vol.
bahwa waktu reaksi dan perbandingan reaktan 38. No.8, Washington
tidak berpengaruh terhadap nilai angka cetane Indartono, Y. S., (2006), “Mengenal Biodiesel :
dari biodiesel yang dihasilkan. Nilai angka Karakteristik, Produksi, hingga
cetane biodiesel yang dihasilkan berkisar antara Performansi Mesin”, Diakses dari Berita
55,02 – 64,16. Menurut spesifikasi, nilai angka Iptek Cyber Media.
cetane biodiesel berkisar antara 46 - 70.

26 E K U I L I B R I U M Vol. 7 No. 1. Januari 2008 : 23 – 27


Griffin, R.C., (1958), “Technical Methods of Acid Alkyl Esters”, Mc Graw Hill Book
nd
Analysis”, 2 Edition, Mc Graw Hill Book Company, Inc., New York
Company, New York Widyawati, E. D., dan Adi, W. K., (2006),
Ketaren, S., (1986) , “Minyak dan Lemak “Pengaruh Temperatur terhadap Kinetika
Pangan” , UI Press, Jakarta Reaksi Metanolisis Minyak Jelantah”,
Knothe,G., (2005), “Dependence of Biodiesel Laporan Penelitian Jurusan Teknik Kimia,
Fuel Properties on the Structure of Fatty Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Pengaruh Rasio Metanol/Minyak terhadap Parameter Kecepatan Reaksi Metanolisis 27


Minyak Jelantah dan Angka Setana Biodiesel
(Dwi Ardiana Setyawardhani, Martutik, dan Wahyuni)

Você também pode gostar