Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
1
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
2
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
BAB II
DASAR TEORI
Keselamatan dan kesehatan kerja atau yang dikenal dengan sebutan K3 sangat diperlukan
pada setiap pola kehidupan sehari-hari. Makna K3 sangat dirasakan manfaatnya jikalau
diaplikasikan dalam suatu proses produksi dalam proses kerja khususnya dalam perindustrian
yang menggunakan mesin-mesin dan peralatan serta bahan-bahan kimia yang dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan sewaktu-waktu. Istilah dalam K3 antara lain :
• Bahaya : keadaan dan kegiatan yang berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan.
• Kecelakaan : kejadian yang tidak dikehendaki yang datang tak terduga dan tiba-
tiba.
• Sebab kecelakaan : faktor-faktor yang dapat menimbulkan atau menyumbangkan
adanya bahaya.
• Akibat kecelakaan : pengaruh yang ditimbulkan oleh bahaya atau sebab bahaya
yang terjadi.
• Pencegahan kecelakaan : Daya upaya untuk mencegah terjadinya suatu kecelakaan.
• Resiko : Kerugian yang diharapkan dalam setiap kegiatan atau dalam satuan waktu
yang merupakan kombinasi antara kemungkinan suatu kejadian dalam setiap
kegiatan atau dalam satuan waktu dengan keparahan atau akibat yang dinyatakan
dalam kerugian dalam setiap kejadian.
• Pengendalian rugi : Pengendalian atau pengelolaan setiap sumber yang dapat
mengakibatkan kerugian melalui eliminasi resiko.
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Definisi Keselamatan dan kesehatan kerja dilihat dari konsep filosofisnya adalah konsep berfikir
dan berupaya untuk menjamin kelestarian jasmaniah dan rohaniah tenaga kerja khususnya untuk
mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Ditinjau secara ilmiah, K3 adalah suatu ilmu yang
penerapannya adalah mencegah kemungkinan terjdinya kecelakaan dan penyakit yang
disebabkan oleh pekerja atau lingkungan.
3
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
Hakekat dari keselamatan kerja adalah upaya perlindungan guna melindungi tenaga kerja atau
keselamatan selama melakukan tugas pekerjaan ditempat kerja demi kesejahteraan hidup,
peningkatan produksi dan produktivitas, menjaga keselamatan orang lain di tempat kerja,
keselamatan pemakaian alat-alat kerja, dan semua asset perusahaan, pemakaian dan penggunaan
sumber-sumber produksi secara aman dan efisien, serta menjaga lingkungan hidup.
Kesehatan kerja bertujuan agara tenaga kerja memperoleh derajat yang setinggi-tingginya dalam
kesehatannya. Tingkat kesehatan yang tinggi akan meningkatkan produktivitas yang tinggi pula.
Dasar hukum pelaksanaan K3 di Indonesia :
♦ Undang-undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2, tentang penghidupan dan
pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan.
♦ Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja serta
pembentukan P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan Kerja dan Kesehatan
Kerja)
♦ Undang-undang no. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian.
♦ Permen Tenaga kerja no.1/PERMEN/1982 tentang bejana bertekanan.
♦ Surat Edaran menteri tenaga kerja no.SE.06/Men/1980 tentang Pewarnaan
Botol Baja.
♦ Himpunan Peraturan-peraturan K3 s/d tahun 1969
♦ Surat Keputusan Menteri Perindustrian no.148/SK-4/1989
Peraturan-Peraturan di atas pada konsepnya dibuat untuk menjamin:
♦ Agar pekerja dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
♦ Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara aman.
♦ Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar dan tanpa hambatan.
Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja disebabkan oleh faktor-faktor berikut :
Kondisi dan lingkungan kerja
Kesadaran dan kualitas pekerja
Peranan dan kualitas manajemen
Kondisi tidak aman (berbahaya) dapat digolongkan berdasarkan :
4
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
5
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
6
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
7
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
8
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
kondisi kerja dan lingkungan kerja dan dalam pelaksanaannya harus melibatkan pekerja yang
terkait dengan proses kerja yang sedang berlangsung.
2. Pendekatan konseptual
Dikenal sebagai pendekatan sistem dan akan sangat efektif dan efisien bila dilakukan pada saat
perencanaan. Bila berkaitan dengan teknologi, maka sejak proses pemilihan dan alih teknologi,
prinsip-prinsip ergonomi sudah seyogyanya dimanfaatkan bersama-sama dengan kajian lain yang
juga perlu, seperti kajian teknis, ekonomi, sosial budaya, hemat energi dan melestarikan
lingkungan. Pendekatan holistik ini dikenal dengan pendekatan Teknologi Tepat Guna
(Manuaba, 1997). Jika dikaitkan dengan penyediaan lapangan kerja, pendekatan ergonomi secara
konseptual dilakukan sejak awal perencanaan dengan mengetahui kemampuan adaptasi pekerja
sehingga dalam proses kerja selanjutnya, pekerja berada dalam batas kemampuan yang dimiliki.
2.3.1 Dimensi Antopometri
Salah satu faktor pembatas kinerja tenaga kerja adalah tiadanya keserasian ukuran,
bentuk sarana dan prasarana kerja terhadap tenaga kerja. Guna mengatasi keadaan tersebut
diperlukan data antropometri tenaga kerja sebagai acuan dasar disain sarana dan prasarana kerja.
Antropometri sebagai salah satu disiplin ilmu yang digunakan dalam ergonomi memegang
peranan utama dalam rancang bangun sarana dan prasarana kerja.
Data Antropometri digunakan untuk macam-macam keper-luan. Pada kedokteran
kehakiman, salah satu fungsi antro-pometri adalah untuk identifikasi. Di sektor ketenaga kerjaan
peranan antropometri cukup dominan dalam menentukan efek-tifitas dan efisiensi peralatan dan
fasilitas kerja. Bagi seorang ahli ergonomi, antropometri merupakan salah satu perangkat untuk
mendapatkan hasil akhir berupa hubungan yang harmo-nis antara manusia dan peralatan kerja.
Dikenal dua macam antropometri, yakni antropometri statis dan antropometri di-namis. Pada
umumnya berkaitan dengan rancang bangun sara-na dan prasarana kerja cukup digunakan data-
data antropometri statis. Dimensi tubuh manusia sangat bervariasi antara satu orang dengan
orang lainnya, antara laki-laki dan perempuan dan antara beberapa suku bangsa.
Beberapa posisi yang penting untuk penerapan ergonomi di tempat kerja adalah sebagai berikut :
- Posisi berdiri
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul,
panjang lengan.
9
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
- Posisi duduk
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan
tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki.
Penerapan antropometri dalam ergonomi menuntut adanya suatu data antropometri tenaga kerja
yang mewakili tenaga kerja baik laki-laki maupun perempuan. Pada penyajian data antropometri
akan diketengahkan nilai rata-rata, simpang baku, dan standar deviasi. Rentang nilai dan
penyajian data dalam bentuk persentil.
Perancangan tempat kerja yang cocok untuk pekerja yang terbesar dan yang terkecil tidak selalu
berhasil, untuk itu diusa-hakan memenuhi persyaratan buat mayoritas. Biasanya di-lakukan pada
Confidence Interval (CI) 90% atau 95%.
Bila rata-rata ( X ) dan standar deviasi (SD) diketahui, maka :
CI 95% = X ± 1.95 SD
CI 90% = X ± 1.65 SD
Bila yang digunakan ukuran persentil yang mencakup 90% dari populasi pekerja (CI 90%), maka
batas yang digunakan adalah 5 dan 95 persentil yang sama dengan X ± 1.65 SD.
Pengenalan permasalahan ergonomi di tempat kerja perlu mempertimbangkan beberapa aspek
(bidang kajian ergonomi), yaitu :
1. Anatomi dan gerak
Terdapat 2 (dua) hal penting yang berhubungan, yakni :
a. Antropometris
Dimensi Antropometris dipengaruhi oleh :
- Jenis kelamin
- Perbedaan bangsa
- Sifat/hal-hal yang diturunkan
- Kebiasaan yang berbeda
b. Biomekanik kerja
Misalnya dalam hal penerapan ilmu gaya antara lain sikap duduk/berdiri yang tidak/kurang
melelahkan karena posisi yang benar dan ukuran peralatan yang telah diperhitungkan.
2. Fisiologi
Dibagi menjadi :
10
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
11
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
12
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
13
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
Semen adalah suatu senyawa kimia yang bersifat hidrolis, artinya jika dicampur dengan
air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahan-bahan lain menjadi suatu kesatuan massa yang
memadat dan mengeras.
Semen yang paling umum adalah Semen Portland. Semen ini memerlukan empat
komponen bahan kimia utama yaitu kapur (batu kapur), silika (pasir), alumina (tanah liat) dan
besi oksida (biji besi). Sedikit gipsum biasanya ditambahkan pada saat penghalusan untuk
memperlambat pengerasan
Tahap paling awal dari dari membuat semen adalah penggalian/quarrying. Pabrik semen
melakukan penambangan untuk penyediaan terhadap dua jenis material yang penting bagi
produksi semen yaitu bahan yang mengandung kapur (calcareous materials), dan material yang
mengandung silika (argillaceous materials) seperti tanah liat.
Lalu pada tahap berikutnya, material tadi dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil
dengan menggunakan alat penghancur. Material yang sudah dihancurkan tadi melewati alat
analisis on-line untuk menentukan komposisi tumpukan bahan. Komposisi tadi disesuaikan
dengan spesifikasi produksi. Tumpukan bahan tadi lalu diangkut oleh belt conveyor ke
penampung untuk digiling sampai tingkat kehalusan yang diinginkan.
Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata tersebut diumpankan ke pre-heater.
Pre-heater merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian siklon dimana terjadi
perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan gas panas. Tujuannya hanya
sebagai pemanasan awal agar proses di unit berikutnya (kiln) lebih efisien (bisa mencapai
efisiensi 20-40%).
Kemudian campuran bahan masuk ke dalam kiln. Pada proses ini bahan baku berubah
menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada yang bersuhu 1350-1400°C, bahan berubah
menjadi bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian
dialirkan ke pendingin, dimana udara pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga mencapai
100 °C.
Dari pendingin, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan dilewatkan timbangan
pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada
tahap ini, ditambahkan gipsum (kurang dari 4%) ke klinker dan diumpankan ke mesin penggiling
akhir. Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker, gipsum, dan
14
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
pozolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistem tertutup dalam penggiling akhir untuk
mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana semen
kemudian dialirkan dengan pipa menuju silo semen. Semen tersebut sudah siap untuk dikemas
dan dipasarkan
Deskripsi Proses
Secara umum proses produksi semen terdiri dari beberapa tahapan :
1. Tahap penambangan bahan mentah (Batu Kapur, Tanah Liat, Pasir Besi dan Pasir Silica)
2. Tahap penggilingan awal bahan mentah
3. Tahap pengangkutan bahan mentah
4. Tahap pencampuran dan penimbangan bahan mentah
5. Tahap penggilingan halus bahan mentah
6. Pembuangan emisi gas
7. Pemanasan awal di preheater
8. Pemanasan lanjut dan reaksi pembentukan kristal clinker
9. Pendinginan di cooler
10. Penyimpanan clinker di clinker silo
11. Penggilingan akhir
12. Pengeluaran semen
15
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
Sebagai contoh adalah proses produksi semen pada PT. Indocement adalah sebagai berikut :
• Penambangan
Bahan baku utama yang digunakan dalam memproduksi semen adalah batu kapur, pasir
silika, tanah liat, pasir besi dan gipsum. Batu kapur, tanah liat dan pasir silika di tambang dengan
cara pengeboran dan peledakan dan kemudian dibawa ke mesin penggiling yang berlokasi tidak
jauh dari tambang. Bahan yang telah digiling kemudian dikirim melalui ban berjalan atau dengan
menggunakan truk.
Dalam sistem proses basah, bahan baku dimasukkan ke dalam tanur dengan wujud
aslinya yang masih basah, sehingga membutuhkan konsumsi panas yang relatif tinggi. Dalam
sistem proses kering, bahan baku telah dikeringkan dan dimasukkan ke tanur dalam bentuk
bubuk. Ini memberikan keuntungan sehingga digunakan oleh produsen semen saat ini.
Indocement menggunakan proses tanur kering, yang mengkonsumsi panas lebih sedikit dan lebih
efisien dibandingkan proses tanur basah.
• Pengeringan dan Penggilingan
Semua bahan yang sudah dihancurkan dikeringkan di dalam pengering yang berputar
untuk mencegah pemborosan panas. Kadar air dari material tersebut menjadi turun sesuai dengan
kontrol kualitas yang telah ditentukan sesuai standar yang telah ditetapkan. Setelah disimpan di
Raw Mill Feed Bins, campuran material yang telah mengikuti standar dimasukkan ke dalam
penggilingan. Dalam proses penggilingan ini, pengambilan contoh dilakukan setiap satu jam
untuk diperiksa agar komposisi masing-masing material tetap konstan dan sesuai dengan standar.
Setelah itu tepung yang telah bercampur itu dikirimkan ke tempat penyimpanan.
• Pembakaran dan Pendinginan
Dari tempat penyimpanan hasil campuran yang telah digiling, material yang telah halus
itu dikirim ke tempat pembakaran yang berputar dan bertemperatur sangat tinggi sampai menjadi
klinker. Setelah klinker ini didinginkan, dikirim ke tempat penyimpanan. Selama proses ini
berlangsung, peralatan yang canggih digunakan untuk memantau proses pembakaran yang
16
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
diawasi secara terus menerus dari Pusat Pengendalian. Bahan bakar yang dipergunakan adalah
batu bara, kecuali untuk semen putih dan oil well cement digunakan gas alam.
• Penggilingan Akhir
Klinker yang sudah didinginkan kemudian dicampur dengan gips yang masih diimpor,
kemudian digiling untuk menjadi semen. Penggilingan ini dilaksanakan dengan sistem close
circuit untuk menjaga efisiensi serta mutu yang tinggi. Semen yang telah siap untuk dipasarkan
ini kemudian dipompa ke dalam tangki penyimpanan.
• Pengantongan
Dari silo tempat penampungan, semen dipindahkan ke tempat pengantongan untuk
kantong maupun curah. Pengepakan menjadi efisien dengan menggunakan mesin pembungkus
dengan kecepatan tinggi. Kantong-kantong yang telah terisi dengan otomatis ditimbang dan
dijahit untuk kemudian dimuat ke truk melalui ban berjalan. Sedangkan semen curah dimuat ke
lori khusus untuk diangkut ke tempat penampungan di pabrik, atau langsung diangkut ke
Tanjung Priok untuk disimpan atau langsung dikapalkan.
17
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
18
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
19
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
• Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas sudah
terbukti menyebabkan kanker pada hewan .
• Contoh :
o Terbukti karsinogen pada manusia : benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver
angiosarcoma); 2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih ); asbestos
(kanker paru-paru , mesothelioma);
o Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride,
dichromates, beryllium
Efek Reproduksi
• Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari seorang
manusia.
• Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat memberikan pengaruh
negatif pada keturunan orang yang terpapar, sebagai contoh :aborsi spontan.
• Contoh :
o Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari ethylene glycol,
mercury. Organic mercury compounds, carbonmonoxide, lead, thalidomide,
pelarut.
Racun Sistemik
• Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem tubuh.
• Contoh :
o Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
o Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
o Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
o Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
o Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )
2. Bahaya Biologi
• Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumber-
sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau
bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi.
20
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
• Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan non-
infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme viable,
racun biogenik dan alergi biogenik.
Bahaya infeksi
• Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang potensial
mengalaminya a.l.: pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga binatang,
dokter hewan dll.
Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella, chlamydia, psittaci
Organisme viable dan racun biogenic.
• Organisme viable termasukdi dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun biogenik
termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.
• Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media
dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan pangan, pekerja
pada sewage & sludge treatment, dll.
• Contoh : Byssinosis, “grain fever”,Legionnaire’s disease
Alergi Biogenik
• Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.
• Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari bulu
dan protein dari urine dan feaces binatang.
• Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses fermentasi, pembuatan obat,
bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin
dan kultur jaringan).
• Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala alergi seperti
rinitis, conjunctivitis atau asma.
• Contoh :
o Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.
3. Bahaya Fisika
Kebisingan
21
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
• Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat
memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu
populasi.
• Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi, distribusi
frekuensi, dan lama pajanan.
• Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya
konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja.
• Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat
menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis.
• Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim .
• Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.
Getaran
• Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi,
amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten.
• Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang
berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan gejala
gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ”
vibration-induced white fingers”(VWF).
• Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf
dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang
belakang.
• Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.
Radiasi Non Mengion
• Radiasi non mengion antara lain : radiasi ultraviolet, visible radiation, inframerah, laser,
medan elektromagnetik (microwave dan frekuensi radio) .
• Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.
• Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.
• Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker.
• Contoh :
o Radiasi ultraviolet : pengelasan.
22
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
5. Bahaya Fisiologi
Pembebanan Kerja Fisik
• Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim, sosial ekonomi
dan derajat kesehatan.
• Pembebanan tidak melebihi 30 - 40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja
dalam jangka waktu 8 jam sehari.
23
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
• Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia adalah 40 kg. Bila
mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali maka beban maksimum
tersebut harus disesuaikan.
• Oleh karena penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit, parameter praktis yang
digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak melebihi 30-40
permenit di atas denyut nadi sebelum bekerja.
2.6 Alat Pelindung diri
Alat pelindung diri yang digunakan dalam proses produksi semen Terbagi menjadi:
1. Pelindung kepala: helm dan topi keselamatan (perlindungan leher dan kepaka dari butiran
semen)
24
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
5. Alat perlindungan badan : wearpack anti api (melindungi badan dari api saat bekerja di
mesin pemanas serta melindungi badan dari semen-semen yang terlempar keluar)
6. Alat Pelindung tangan: sarung tangan (melindungi telapak tangan saat kontak dengan
bahan kimia berbahaya, panas, dan menyebabkan iritasi)
7. Alat pelindung kaki: sepatu boot (melindungi telapak kaki saat kontak di lantai licin,
lantai kotor ataupun lantai panas)
25
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
26
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
27
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
28
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
BAB III
PEMBAHASAN
29
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
Proses
heating
dan giling
Bercampur
Mining
Material awal dengan Masuk mesin kiln Cooling
panas Pencam
puran
dengan
gips
Silo
semen Penggilingan
akhir
30
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
Penggilingan akhir
• Bahaya akibat kecerobohan operator (tidak ahli menggunakan mesin)
• Bahaya terjatuh dan terpeleset
• Bahaya kejatuhan benda material
31
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
32
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
33
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
34
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
35
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
36
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
37
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
38
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
39
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
40
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
BAB IV
ANALISA
41
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
R e s ik o 42
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
43
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
44
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan :
1. Metode kontrol pengendalian bahaya adalah suatu upaya pengendalian untuk
meminimasi resiko bahsya penyebab kecelakaan
2. Bahaya-bahaya pada ruang kerja produksi semen adalah sebagai berikut:
Bahaya penambangan.
Bahaya proses penggilingan dan pemanasan
Bahaya pada saat material masuk mesin kiln:
Bahaya proses pendinginan dan proses pencampuran gips
Bahaya penggilingan akhir
Bahaya pada silo semen (penampungan semen)
Bahaya pengepakan semen
Bahaya distribusi semen
3. Model kontrol pengendalian bahaya pada ruang produksi semen dibuat per proses
produksi supaya jelas dan mudah dilaksanakan
4. Hambatan pelaksanaan metode kontrol pengendalian bahaya pada ruang produksi
semen berasal dari manjemen dan diri pekerja sendiri
5.2 Saran
1. Perlunya melihat secara nyata di lapangan mengenai cara dan proses produksi semen
45
Teknik Industri UNDIP
MODEL KONTROL PENGENDALIAN BAHAYA PADA RUANG PRODUKSI SEMEN
46
Teknik Industri UNDIP