Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TEORI PEMBANGUNAN
Definsi teori, pada dasarnya pengetahuan diperoleh melalui pendekatan ilmiah, yaitu
melalui penelitian dengan menggunakan metode ilmiah dan dibangun atas teori tertentu.
Sedangkan yang dimaksud teori menurut para pakar dapat dilihat sebagai berikut :
1. Kerlinger (1973:14), mendefinisikan Teori adalah serangkaian konstruk (konsep), batasan
dan proposisi, yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan focus
hubungan dengan merinci hubungan-hubungan antar variable, dengan tujuan menjelaskan
dan memprediksikan gejala itu
2. Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (1995:37) Teori adalah serangkaian asumsi,
proposisi, konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena social secara
sistimatis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.
3. Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaja (1990:12), Teori adalah sebagai ungkapan mengenai
hubungan kausal yang logis diantara berbagai gejala atau diantara perubahan (variabel)
dalam bidang tertentu, sehingga dapat dipergunakan sebagai kerangka berfikir (frame of
thinking) dalam memahami serta permasalahan yang timbul di dalam bidang tersebut.
4. Prajudi Atmosudirdjo (2003:28) Teori adalah merupakan suatu pendapat (opinion, view)
yang diperoleh melalui pemikiran rasional menurut suatu prosedur atau proses tertentu
yang disebut orang “prosedur akademik” atau prosedur “ilmiah” (scientific method) oleh
karena melalui langkah-langkah tertentu yang logis rasional.
5. Babbie dalam Sudjana (1992:8), Teori adalah penjelasan sistematis tentang suatu fakta
dan atau hukum yang berhubungan dengan aspek kehidupan
6. Wahyuni (1994:20) Teori adalah sebagai suatu himpunan konsep, definisi, dan proposisi
yang berhubungan secara sistematis, yang dibangun untuk menjelaskan dan meramalkan
suatu fenomena
7. Moh. Nazir (1985), ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Teori adalah seperangkat proposisi yang terdiri dari konstruk yang sudah didefinisikan
secara luas dan dengan hubungan unsur-unsur dalam seperangkat proposisi tersebut secara
jelas
2. Teori menjelaskan hubungan anatara variabel atau antar konstruk sehingga pandangan
yang sistematik dari fenomena-fenomena yang diterangkan oleh variabel dengan jelas
kelihatan
3. Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variabel mana
berhubungan dengan variabel lainnya.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud teori adalah
“pernyataan atau konsep yang telah diuji kebenarannya melalui riset”
Karl Bucher
Karl Bucher melihat pertumbuhan ekonomi masyarakat dari jarak produsen dan
konsumennya. Menurutnya tahap pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut:
1. tahap rumah tangga tertutup
2. tahap rumah tangga kota
3. tahap rumah tangga bangsa
4. tahap rumah tangga dunia
? Bruno Hildebrand
Bruno Hildebrand melihat pertumbuhan ekonomi masyarakat dari perkembangan alat tukar-
menukarnya, yaitu:
1. masa tukar-menukar secara barter
2. masa tukar-menukar dengan uang
3. masa tukar-menukar dengan kredit
Wegner Sombart
Wegner Sombart melihat pertumbuhan ekonomi masyarakat dari tujuan berproduksi yakni
sebagai berikut:
1. Masyarakat prakapitalis, yaitu masyarakat yang berproduksi untuk memenuhi kebutuhan
primer.
2. Masyarakat kapitalis, yaitu masyarakat yang berproduksi untuk tujuan memperoleh.
2. Aliran Klasik
Pelopor aliran klasik, antara lain, adalah Adam Smith, David Ricardo, dan Arthur Lewis.
Adam Smith
Adam Smith berpendapat proses pertumbuhan ekonomi dapat dilihat melalui pertumbuhan
output dan pertumbuhan output tidak dapat lepas dari pertumbuhan penduduk. Kedua
pertumbuhan ini ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
1. Sumber alam yang tersedia
2. Jumlah penduduk
3. Persediaan barang
David Ricardo
Selain dikemukakan Adam Smith, David Ricardo menambahkan bahwa perkembangan
perekonomian akan ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tanah terbatas jumlahnya
2. Tenaga kerja atau penduduk yang meningkat / menurun apakah sesuai dengan tingkat
upah di atas / di bawah tingkat upah minimaln yang tersebut dengan tingkat upah alamiah.
3. Akumulasi capital terjadi apabila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik mereka di
atas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik mereka melakukan
investasi.
4. Dari waktu ke waktu terjadi kemajuan teknologi
5. Sektor pertanian dominant
Arthur Lewis
Terkenal dengan nama model pertumbuhan dengan suplai tenaga kerja yang tidak terbatas.
Pokok permasalahan yang dikaji adalah bagaimana proses pertumbuhan terjadi dalam
perekonomian dengan dua sektor, yaitu:
1. Sektor tradisional dengan produktivitas rendah dan sumber tenaga kerja yang melimpah.
2. Sektor modern dengan produktivitas tinggi dan sebagai sumber akumulasi kapital.
3. Aliran Modern
Aliran ini dipelopori oleh beberapa ahli ekonomi, diantaranya J.M. Keynes dan J.
Schumpeter.
J.M. Keynes
J.M. Keynes menyatakan bahwa peningkatan GNP tidak dilihat dari RTP, tetapi dari RTK,
yaitu dengan cara meningkatkan p[ermintaan efektif.
Joseph Schumpeter
Joseph Schumpeter dengan teori dinamisnya menyatakan bahwa untuk meningkatkan GNP,
pengusaha harus dinamis. Dinamis artinya mampu menciptakan New Combination melalui
inovasi dalamproses produksi sehingga akan memenangkan dalam persaingan di pasar.
Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bidang penyelidikan yang sudah lama dibahas
oleh ahli-ahli ekonomi. Dalam zaman ahli-ahli ekonomi klasik lebih banyak lagi pendapat
telah dikemukakan. BukuAdam Smith yang terkenal, yaitu An Inquiry into the Nature and
Causes of the Wealth Nations atau dengan ringkas, The Wealth of Nations, pada hakikatnya
adalah suatu analisis mengenai sebab-sebab dari berlakunya pertumbuhan ekonomi dan
faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan itu.
Teori pertumbuhan Neo-klasik melihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari segi
penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow
pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam
persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan dengan persamaan:
AY = f (AK,AL,AT)
Dimana :
AY adalah tingkat pertumbuhan ekonomi
AK adalah tingkat pertumbuhan modal
AL adalah tingkat pertumbuhan penduduk
At adalah tingkat pertumbuhan teknologi
Analisis solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk persamaan itu dan
seterusnya membuat pembuktian secara kajian empiris untuk menunjukkan kesimpulan
berikut: faktor terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan
modal dan pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan
teknologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja.
Diantara para pengeritik pola pembangunan ekonomi yang telah ditempuh oleh kebanyakan
negara berkembang, termasuk Indonesia, terdapat banyak orang yang beranggapan bahwa
pertumbuhan ekonomi yang pesat selalu dibarengi kenaikan dalam ketimpangan pembagian
pendapatan atau ketimpangan relatif. Dengan perkataan lain, para pengeritik ini, termasuk
banyak ekonom, beranggapan bahwa antara pertumbuhan ekonomi yang pesat dan
pembagian pendapatan terdapat suatu Trade-Off, yang membawa implikasi bahwa
pemerataan dalam pembagian pendapatan hanya dapat dicapai jika laju pertumbuhan
ekonomi diturunkan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi selalu akan
disertai kemerosotan dalam pembagian pendapatan atau kenaikan dalam ketimpangan
relatif.
Disamping ketimpangan dalam pembagian pendapatan (ketimpangan relatif), perlu juga
diperhatikan masalah lain yang tidak kurang pentingnya, yaitu sampai seberapa jauh
pertumbuhan ekonomi dapat berhasil dalam menghilangkan, sedikit-dikitnya mengurangi
kemiskinan absolut. Penelitian yang dilakukan oleh Adelman dan Morris (1973)
mengungkapkan bahwa negara-negara berkembang bukan saja menghadapi kemerosotan
dalam ketimpangan relatif, tetapi juga masalah kenaikan dalam kemiskinan absolut.
Dalam hubungan ini kemiskinan absolut diartikan sebagai suatu keadaan dimana tingkat
pendapatan absolut dari suatu orang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya, seperti pangan, sandang, pemukiman, kesehatan dan pendidikan. Besarnya
kemiskinan absolut tercermin dari jumlah penduduk yang tingkat pendapatan atau tingkat
konsumsinya berada di bawah “tingkat minimum” yang telah ditetapkan di atas.
Negara-negara berkembang ini dapat dibagi dalam tiga sub-kelompok, yaitu:
Negara-negara berkembang yang berpendapatan rendah dengan Gnp per kapita di bawah
US$ 350 (hargaUS$ tahun 1970) pada tahun 1975. Negara-negara berkembang yang
berpendapatan menengah dengan GNP per kapita anatara US$350-US$750 (harga US$
tahun 1970). Negara-negara berkembang yang berpendapatan tinggi yang pada tahun 1975
sudah mempunyai tingkat GNP per Kapita di atas US$750 (harga US$ tahun 1970).
Jika negara-negara berkembang dibedakan lebih lanjut menurut ketiga sub-kelompok ini,
ternyata bahwa secara relative ketiga sub-kelompok ini memperlihatkan penurunan dan
persentase golongan penduduk yang miskin selama kurun waktu 1960-1975, yaitu untuk
sub-kelompok negara-negara berkembang yang berpendapatan rendah dari 61,7 persen
sampai 50,7 persen; untuk sub-kelompok negara yang berpendapatan menengah dari 49,2
persen sampai 31 persen; dan sub-kelompok negara yang berpendapatan tinggi dari 24,9
persen sampai 12,6 persen.
Dengan demikian angka-angka di atas memperlihatkan bahwa masalah kemiskinan absolut
justru paling parah di negara-negara berkembang yang paling miskin. Hal ini memang tidak
begitu mengherankan, karena besarnya masalah kemiskinan absolut di sesuatu negara
tergantung pada dua faktor, yaitu tingkat pendapatan rata-rata (per kapita) dan tingkat
ketimpangan dalam pembagian pendapatan nasional tersebut.
Dengan demikian masalah kemiskinan absolut di negara-negara berkembang hanya dapat
ditanggulangi secara tuntas melelui suatu kombinasi kebijaksanaan, yang meliputi
peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, usaha pemerataan yang lebih besar dalam
pembagian pendapatan, dan penurunan dalam laju pertumbuhan penduduk
Proses Pemupukan Modal. Pemupukan stok dalam bentuk barang harus lebih dulu dilakukan
sebelum pembagian kerja, maka pekerjaannya hanya dapat dibagi lebih lanjut secara
seimbang, jika stok lebih dulu diperbesar. Agen Pertumbuhan. Perdagangan bebas dan
persaingan, yang mendorong mereka memperluas pasar, yang pada gilirannya
memungkinkan pembangunan ekonomi. Fungsi ketiga itu saling berkaitan erat.
Ricardo adalah pelopor ahli ekonomi modern dan pendapatnya mengenai pertumbuhan
ekonomi telah dianut oleh banyak kalangan. Pendapat-pendapatnya adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan Pertanian
2. Tingkat Keuntungan
3. Pentingnya tabungan
4. Perdagangan luar negeri
5. Teori dinamis
TEORI KLASIK
1. Kebijaksanaan pasar bebas
2. Pemupukan modal
3. Keuntungan, rangsang bagi investasi
4. Keuntungan cenderung menurun
5. Keadaan stasioner
Teori klasik tentang pembangunan yang abstrak dan sederhana ini tidak bebas dari kritik
sebagai berikut :
1. Mengabaikan kelas menengah
2. Melalaikan sector public
3. Meremehkan teknologi
4. Hukum yang tidak realistic
5. Pemikiran keliru mengenai upah dan keuntungan
6. Proses pertumbuhan yang tidak realistic
TEORI SCHUMPETER
Schumpeter pertama kali mengemukakan teori pertumbuhan ekonominya dalam buku
Theory of Economic Development yang terbit di Jerman 1911, yang kemudian diuraikan dan
direvisi dalam lusiness cycles (1939) dan Capitalism, Socialism and Democracy (1942) tanpa
mengalami perubahan penting.
Inovasi. Terdiri dari : (1) pengenalan barang baru; (2) pengenalan metode produksi baru; (3)
pembukaan pasar baru;(4) penguasaan sumber penawaran baru bahan mentah atau barang
semi maufaktur; (5) pembentukan organisasi baru pada setiap industry baru. Pengenalan
produk baru secara terus-menerus pada produk inilah yang membawa pada pembangunan.
Peranan innovator. Schumpeter memberikan peranan innovator kepeda pengusaha.
Pengusaha didorong oleh: (a) keinginan untuk mendirikan kerajaan bisnis swasta; (b)
keinginan untuk menguasai dan membuktikan superioritasnya; dan (c) kesenangan
membuat dan mendapatkan sesuatu, atau sekedar menylurkan kepintaran dan tenaga
seseorang.
Proses siklis. Investasi menaikan pendapatan uang dan harga serta membantu menciptakan
ekspansi kumulatif diseluruh perekonomian. Dengan meningkatkan daya beli konsumen,
permintaan atas produk industry tua meningkat disbanding penawarannya. Harga naik, laba
meningkat, dan industry tua berkembangdenagan pinjaman dari bank. Ini mendatangkan
gelombang sekunder inflasi kredit yang membuntuti gelombang pertama inovasi. Optimism
dan spekulasi yang berlebihan membawa lebih jauh kepeda masa boom.
Jelas teori ini penuh dengan pemikiran dan wawasan yang cemerlang dari seorang teoritisi
besar, namun tidak berarti lepas dari kritik.
1. Keseluruhan teori Schumpeter didasarkan pada innovator yang dianggapnya sebagai
pribadi yang ideal.
2. Menurut Schumpeter, pembangunan ekonomi adalah akibat dari proses siklis.
3. Pendapat Schumpeter bahwa perubahan siklis merupakan akibat inovasi juga tidak benar.
4. Anggapannya juga inivasi sebagai sebab utama pembangunan ekonomi.
5. Dalam teori ini terlalu banyak menekankan pentingnya kredit bank.
6. Analisa mengenai proses peralihan dari kapitalisme ke sosialisme tidak benar.
Analisa Schumpeter dan Negara Terbelakang :
1. Perbedaan tatanan sosio-ekonomi.
2. Kurangnya kewiraswastaan.
3. Tidak dapat diterapkan pada Negara sosialis.
4. Tidak dapat diterapkan pada ekonomi campuran.
5. Yang dibutuhkan adalah perubahan kelembagaan dan bukan inovasi.
6. Asimilasi inovasi.
7. Mengabaikan konsumsi.
8. Mengabaikan tabungan.
9. Mengabaikan pengaruh eksternal.
10. Mengabaikan pertumbuhan penduduk.
11. Penjelasan yang tak memuaskan mengenai tekanan inflasi.
TEORI KEYNES
Pendapatan total merupakan fungsi dalam pekerjaan total dalam suatu Negara. Semakin
besar pendapatan nasional, semakin besar juga volume pekerjaan yang dihasilkan, demikian
sibaliknya. Volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif. Permintaan efektif
menentukan tingkat keseimbangan pekerjaan dan pendapatan. Permintaan efektif
ditentukan titik pada saat harga permintaan agregat sama dengan harga penawaran agregat.
Permintaan efektif terdiri dari permintaan konsumsi dan prmintaan investasi. Permintaan
konsumsi tergantung pada kecenderungan untuk mengkonsumsi. Jika volume investasi yang
diperlukan tak terpenuhi maka harga pemintaan agregat akan turu, lebih rendah daripada
harga penawaran agregat. Akibatnya, pendapatan dan pekerjaan akan turun sampai jurang
tersebut terjembatani. Jadi perbedaan antara pekerjaan dan pendapatan ini sebagian besar
akan tegantung pada investasi.volume investasi tergantung pada efisiensi marginal dari
modal suku bunga.
Asumsi Keynes dan Negara Terbelakang :
1. Pengangguran siklis.
2. Analisa periode jangka pendek.
3. Ekonomi tertutup.
4. Penawaran lebih factor komplementer dan factor tenaga kerja.
5. Tenaga kerja dan modal secara serempak menganggur.
Peralatan Ekonomi Keynes dan Negara Terbelakang
1. Permintaan efektif.
2. Kecenderungan konsumsi.
3. Kecenderungan menabung.
4. Kecenderungan marginal modal.
5. Suku bunga.
6. Multiplier. Konsep multiplier Keynes didasarkan pada empat asumsi berikut :
a. Penganguran terpaksa.
b. Suatu ekonomi industry dengan kurve penawaran output miring ke kanan atas dan baru
menjadi vertical setelah melewati interval yang panjang.
c. Kapasitas lebih pada industry barang konsumsi.
d. Penawaran modal kerja yang diperlukan bagi output bersifat elastic.
Dalam strategi pembangunan Indonesia yang baru diperlukan paradigma baru yang berupa
pembangunan manusia Indonesia yang berwawasan. Dalam kependudukan dan
lingkungannya dengan meningkatkan mutu kesehatan, pendidikan dan pembelajaran, dan
pendapatan keluarga. Dengan meningkatkan mutu tersebut masyarakat Indonesia tidak akan
berada dalam kondisi keterpurukan yang terparah.
Rencana Strategis yang dapat digunakan dalam meningkatkan mutu Kesehatan yaitu dengan
memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat terutapa kepada Ibu dan Anak dengan
melibatkan peran Pemerintah dan Masyarakat, Pemberdayaan tenaga Medis dan Non Medis.
Dengan jumlah dan persebaran tenaga Medis dan Non Medis setidaknya akan meningkatkan
efektifitas yang berupa pemberdayaan peran dan fungsi mereka dalam hal Perhatian pada
kesehatan untuk Ibu, Anak dan Remaja dalam menurunkan tingkat kematian Ibu, anak dan
remaja, Peningkatan mutu bidan mandiri dan tenaga paramedis terlatih, bidan mandiri yang
diberdayakan untuk memberikan motivasi kb dan kesehatan, melanjutkan upaya menurunkan
angka kematian ibu hamil dan melahirkan (aki) dengan: melanjutkan gerakan ibu sehat se
jahtera yang telah diluncurkan tahun 1995. Melanjutkan gerakan sayang ibu yang juga telah
dilaksanakan secara lintas sektor. Melanjutan upaya “safemotherhood initiative” yang
berspektrum luas dan menarik partisipasi kalangan
Meningkatkan mutu lingkungan hidup dan sarana prasarana yang memadai, dengan
memperhatikan :
- Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku menjaga dan melestarikan sumber
daya alam
- Mengadakan pengawasan yang intensip dan penegakan hukum terhadap perusak lingkungan
- Meningkatkan kesadaran para perencana dan pengambil keputusan untuk memperhatikan
tata ruang bagi pembangunan
- Meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya dalam membangun rumah dan fasilitas
umum yang sehat
-
Hal-hal yang memacu keberhasilan
- Mengembangkan partisipasi di masyarakat dengan melalui peningkatan kegiatan organisasi
wanita setempat (community-based organization dan private voluntary organization)
- Mengembangkan kepemimpinan yang unik untuk daerah setempat
- Mengembangkan pelayanan mandiri dalam berbagai segi kehidupan
Gambaran yang lebih jelas tentang arah yang dituju dalam pembangunan Indonesia dapat
dibaca dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Dalam
RPJPN tersebut telah ditetapkan bahwa visi pembangunan adalah “Indonesia yang mandiri,
maju, adil dan makmur”. “Mandiri” artinya mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan
sederajat dengan bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.
“Maju” dapat diukur dari kualitas SDM, tingkat kemakmuran, kemantapan sistem dan
kelembagaan politik dan hukum. Sedangkan “Adil” dicerminkan oleh tidak adanya
diskrimasi dalam bentuk apapun, baik antar individu, gender, maupun wilayah. Sementara
“Makmur” dapat diukur dari tingkat pemenuhan seluruh kebutuhan hidup.
Di berbagai negara, seperti Cina, tingkat kemakmuran bisa dikelompokkan menjadi 4, yang
indikatornya adalah rasio pengeluaran untuk makanan dari total pengeluaran. Apabila rasio
pengeluaran untuk makanan diatas 60% dari total pengeluaran, maka komunitas tersebut
tergolong “miskin”. Apabila rasionya antara 50% – 60% dari total pengeluaran, maka
komunitas tersebut tergolong “hampir miskin” atau “hanya cukup makan dan pakaian”.
Apabila rasionya antara 40% – 50%, maka komunitas tersebut tergolong “relatif makmur”.
Sedangkan bila rasionya sudah dibawah 60% dari total pengeluaran, maka komunitas tersebut
tergolong “makmur”. Mengacu kepada tolok ukur diatas, sebenarnya masing-masing kita
dapat mengira-ngira sendiri termasuk golongan yang mana.
Sebagai informasi, rasio mengeluaran penduduk Cina untuk makanan dari total pengeluaran
pada tahun 1978 adalah 57,5% di pedesaan dan 67,7% di perkotaan. Angka tersebut turun
menjadi 43,0% di pedesaan dan 35,8% di perkotaan pada tahun 2006 (Bahan Seminar on
Economic Administration for Asian Countries, 2008). Artinya penduduk Cina di pedesaan
pada saat ini telah relatif makmur, dan di perkotaan sudah makmur.
Selanjutnya, bagaimana di Indonesia ? Dalam RPJPN 2005 – 2025 juga telah ditetapkan misi
pembangunan sebagai berikut :
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
berdasarkan falsafah Pancasila.
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum.
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu.
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan.
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.
Untuk mencapai misi tersebut, telah ditetapkan pula 4 tahapan pembangunannya, yaitu :
1. Dalam RPJMN 1 (2005 – 2009) dilakukan penataan kembali NKRI, membangun Indonesia
yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih
baik.
2. RPJMN 2 (2010 – 2014) ditujukan untuk memantapkan penataan kembali NKRI,
meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan iptek, dan memperkuat daya saing
perekonomian.
3. Sedangkan target dalam RPJMN 3 (2015 – 2019) adalah memantapkan pembangunan
secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian
yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan iptek.
4. Pada tahapan terakhir, RPJMN 4 (2020 – 2024) diharapkan terwujudnya masyarakat
Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di segala
bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh belandaskan keunggulan kompetitif.
Dalam pembangunan daya saing bangsa, RPJPN 2005 – 2025 menetapkan arahnya sebagai
berikut :
1. Pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.
2. Penguatan perekonomian domestik dengan orientasi dan berdaya saing global.
3. Penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan iptek.
4. Pembangunan sarana dan prasarana yang memadai dan maju.
5. Reformasi hukum dan birokrasi.
Tantangan
Dalam melaksanakan pembangunan, berbagai tantangan sudah, sedang akan kita dihadapi.
Misalnya di bidang perekonomian kita menglami kemajuan, namun dalam tahun-tahun
terakhir mengalami tekanan karena terjadinya krisis ekonomi global. Tantangan utamanya
adalah menjaga stabilitas dan pemulihan ekonomi. Sebagaimana dilaporkan oleh Bappenas
bahwa pertumbuhan ekonomi kita turun dari 6,3% pada tahun 2007 menjadi 6,1% pada 2008,
dan diprediksi menjadi 4 – 4,5% pda 2009. Sementara inflasi naik dari 6,6% pada 2006 dan
2007 menjadi 11,1% pada 2008, meskipun angka pada 2008 masih lebih rendah dari inflasi
tahun 2005 sebesar 17,1%.
Tingkat pengangguran memang telah menurun, namun masih relatif tinggi, yaitu sebanyak
9,39 juta orang atau 8,39% pada Agustus 2008. Demikian juga halnya dengan kemiskinan,
meskipun terus menurun, namun angkanya masih relatif tinggi yitu 35 juta atau 15,4% pada
Maret 2008. Oleh karena itu upaya untuk menekan angka pengangguran dan angka
kemiskinan ini masih perlu ditingkatkan.
Upaya untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan dan kesehatan, perlu terus
dilaksanakan. Meskipun data BPS menjunjukkan usia harapan hidup (UHH) telah meningkat
menjadi 70,5 tahun, angka kematian ibu (AKI) 228 per 100.000 kelahiran hidup, angka
kematian bayi 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan gizi kurang menjadi 18,45%, namun masih
terjadi kesenjangan status kesehtan antar kelompok sosial ekonomi dan antar provinsi.
Daya saing kita dan dukungan infrastruktur terhadap daya saing juga perlu terus ditingkatkan
karena sampai saat ini (2009) kita berada pada ranking 127 dari 181 negara menurut Doing
Bussiness Survey. Sedangkan menurut Global Competitiveness Index (GCI) tahun 2008-2009
kita berada pada ranking 55 dari 134 negara. Sementara menurut Institute for Managemen
Development (IMD) World Competitiveness, kita berada pada rangking 51 dari 55 negara.
Demikian juga halnya dengan daya saing infrastruktur kita yang berada pada pada urutan 96,
untuk jalan di urutan ke 105, dan untuk pelabuhan berada di uruatan 104 dari 134 negara.
Tantangan dalam bidang Polhukam juga perlu mendapat perhatian yang serius. Kepastian
hukum masih perlu penataan yang lebih baik, dan pelaksanaan demokrsi masih perlu
dimantapkan. Sementara stabilitas keamanan dan kemampuan pertahanan perlu ditingkatkan,
karena belum mencapai minimum essential force, terjadi penurunan efek penggentar.
Di bidang lingkungan kita juga menghadapi tantangan yang tidak ringan, antara lain masih
tingginya laju kerusakan hutan yang mencapai 1,08 juta hektar per tahun. Konflik
pemanfaatan ruang antar sektor juga perlu mendapatkan perhatian. Kita juga perlu
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kelautan untuk pembangunan ekonomi nasional.
Disamping itu dampak global warming juga perlu ditangani dengan serius. Dalam periode
2003 – 2005 terjadi lebih dari 1.300 bencana dan 53% diantaranya terkait hydro metrologi
(34% banjir dan 16% tanah longsr). Selama tahun El-nino 1994, 1997, 2002, 2003, 2004, dan
2006 terdapat 8 bendungan di pulau Jawa menghasilkan listrik dibawah normal. Kenaikan
suhu di Indonesia selama 100 tahun : Palembang naik 4,60 C, Cilacap naik 340 C, dan
Surabaya naik 3,20 C.
Selain itu, terjadi pula kesenjangan pembangunan dan kesenjangan kepadatan penduduk antar
daerah yang peru diatasi. Misalnya, kepadatan penduduk di provinsi Jakarta adalah 13.344
jiwa per km2, jauh lebih besar dibanding provinsi Papua yang cuma 7 jiwa per km2.
Mengatasi kesenjangan ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Dulu, pada zaman Orde baru
digiatkan program transmigrasi untuk mengurangi penduduk di pulau Jawa. Tetapi sampai
sekarang, pulau Jawa masih didiami oleh sekitar 2/3 jumlah penduduk Indonesia.
Ada yang mengusulkan agar pembangunan di luar pulau Jawa lebih diprioritaskan, sehingga
sentra-sentra ekonomi berpencar di berbagai daerah. Apabila lapangan pekerjaan telah
tersebar di berbagai provinsi, di berbagai kabupaten, di berbagai kecamatan, maka pencari
kerja beserta keluarganya pasti akan pindah ke sana untuk mencari penghidupan yang lebih
layak. Dengan demikian, tanpa program transmigrasi-pun masyarakat akan pindah sendiri ke
luar pulau Jawa. (Catatan : Bahan tulisan ini, antara lain bersumber dari laporan Menneg
PPN/Bappenas).