Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Profile
Kehidupan Pribadi :
Cambridge; tetapi pada tahun ketiga masa studinya ia terpengaruh Alfred Marshall dan Henry
Sidgwick, yang meyakinkan dirinya agar tetap belajar ekonomi politik. Sebagaimana
Marshall, Pigou tertarik ekonomi karena nilai praktisnya. Ia mengatakan pada mahasiswanya
bahwa ” tujuan utama dari belajar ekonomi adalah agar kita mampu melihat argumen-
argumen ekonomi palsu dari para politisi” (Champernowne, 1959, hlm. 464)
Ketika Marshall mengundurkan diri dari Cambridge pada tahun 1908, Pigou menduduki
jabatan Ketua Jurusan Ekonomi Politik yang ditinggalkan Marshal. Sejak saat itu sampai ia
pensiun pada tahun 1943, Pigou adalah seorang tokoh utama yang menjelaskan pandangan
ekonomi Marshall di Cambridge.
Perang Dunia 1 menjadi pengalaman yang mengubah kehidupan Pigou. Ia terus melanjutkan
mengajar di Cambridge, tetapi ia juga bekerja di korps ambulans di dekat garis pertempuran
saat ia libur. Johnson (1960, hlm.153) melaporkan bahwa ”pengalaman ini telah mengubah
seorang sarjana muda era Edwardian yang periang, suka humor, bersifat sosial dan ramah
tamah, menjadi seorang pertapa yang eksentrik.” Disamping menjadi penyendiri, Pigou juga
dikenal sebagai orang yang sangat sederhana, khususnya ketika ia sedang berpakaian. Ia
sering mengenalan apakaian lusuh dan kotor dan memamerkan diri.” pada suatu hari di
perpustakaan Marshall di hadapan lima puluh orang yang dengan babngga mengenakan
stelan yang dibeli sebelum Perang Dunia 1” (Johnson, 1960, hlm.150)
A.C Pigou dikenal sebagai bapak ilmu ekonomi kesejahteraan modern, yang
mempelajari bagaimana membuat ekonomi beroperasi dengan lebih efisien serta
ketidaksesuaian (trade offs) antara efisiensi dan keadilan (equity)
Kontribusi ekonomi yang utama dari Pigou di bagi menjadi dua kategori. Pertama
analisisnya mengenai eksternalitas yang memberikan landasan bagi keuangan publik
modern, ekonomi lingkungan dan ekonomi kesejahteraan. Kedua, Pigou adalah lawan
utama dari revolusi makroekonomi yang dimulai oleh Keyness.
1. Eksternalitas negatif
Untuk beberapa barang, semua biaya produksi ditanggung oleh perusahaan dan
dialihkan kepada konsumen melalui harga barang. Pigou (1920) menunjukkan bahwa
biaya produksi (swasta) suatu perusahaan mungkin tidak merefleksikan semua biaya
sosial dari produksi. Ketika para produsen membuat suatu barang, mereka hanya
peduli pada biaya privat mereka-tenaga kerja, bahan baku, dan modal yang harus
mereka beli. Tetapi produksi meghasilkan polusi lingkungan dan biaya-biaya ini di
bayar oleh pihak ketiga yang tidak melakukan produksi atau mengkonsumsi barang
tersebut. Disini biaya sosial dan produksi melebihi biaya privat; perusahaan dan
konsumen masing-masing membayar sebagian biaya dari pembuatan barang tersebut.
Hasil pasar bukan hasil yang paling baik dalam situasi seperti ini. Kita terlalu banyak
menghasilkan barang yang mencemari lingkungan; dan perusahaan cenderung
menggunakan teknologi yang menimbulkan polusi karena biaya polusi jatuh pada
pihak ketiga sedangkan perusahaan bebas dari biaya tersebut.
Akibatnya, sistem pasar ini menghasilkan air dan udara yang sangat tercemar,
serta suara bising dan kemacetan di daerah urban.
2. Eksternalitas positif
Individu yang membeli obat flu akan mendapatkan manfaat karena mereka merasa
lebih sehat setelah meminum obat flu itu. Tetapi jika obat itu ternyata juga mengurangi
kemungkinan bahwa orang lain akan tertular penyakit tersebut, maka manfaat sosial
akan lebih besar dari pada manfaat prifat.
Karya pertama Pigou (1906,1912) dalam bidang ekonomi ialah tentang hubungana
industri dan bea import. Studi-studi ini menitikberatkan pada bagaimana kebijakan
pemerintah dapat meningkatkan kekayaan nasional. Pigou (1912) mengangkat
persoalan umun ini, dan kemudian menghabiskan sebagian besar masa hidupnya untuk
menjawabnya. Dalam melakukan hal ini ia menemukan banyak sekali keuangan publik
modern, khususnya argumen dan dasar pemikiran dari intervensi pemerintah dalam
perekonomian.
Intervensi pemerintah
Apabila ada eksternalitas positif yang besar, entah itu orang-orang membayar
atau tidak, mereka akan memperoleh keuntungan. Kemampuan mendapatkan
keuntungan dari beberapa barang atau jasa tanpa harus membayar ini
disebutfree rider problem. Setiap orang, dengan memandang segala sesuatu dari
sudut pandang mereka sendiri, akan mengetahui meskipun mereka tidak
menyumbangkan uang untuk pertahanan nasional, namun sebuah sistem
pertahanan tersebut akan dibangun; dan mereka mesih memperoleh manfaat dari
pengeluaran pertahanan yang besar. Jika Amerika diserang pihak asing, rumah
saya akan tetap dilindungi walaupun saya tidak membayar untuk pertahanan
nasional. Lagipula, walaupun saya tidak menyumbang untuk pertahanan nasional
tidak akan berpengaruh banyak terhadap bentuk dari sistem pertahanan tersebut.
Dengan tanpa menyumbang pertahanan nasional saya menghemat pendapatan
uang saya, dan saya tidak kehilangan apa-apa.
Di sini masalahnya adalah ketika semua orang berfikir sama, yakni tidak akan
mengeluarkan uang untuk pertahanan nasional. Solusinya adalah pemerintah
mesti meningkatkan penghasilan berbasis pasar. Pemerintah harus
mengembangkan sistem pertahanan dan harus mengenakan pajak keuntungan
(warga negaranya) untuk biaya pembuatan sistem pertahanan itu.
Dalam banyak hal, pemerintah dapat memperbaiki masalah yang bersumber dari
eksternalitas ini melalui pajak dan subsidi. Tetapi kadang-kadang perbaikan hukum
sudah cukup untuk menyelesaikan masalah. Misalnya, dalam Economics of Welfare,
Pigou (1920, hlm. 129-30) berpendapat bahwa perusahaan kereta api harus memberi
kompensasi kepada para petani dan pemilik properti lainnya yang menderita kerugian
dari bahaya api dan asap yang disemburkan oleh kereta api.
Pigou (1920, Bab 1) menegaskan bahwa salah satu tugas ahli ekonomi adalah
mengidentifikasikan eksternalitas dan membantu menghilangkannya dengan
menunjukkan bagaimana dan kapan tindakan pemerintah akan meningkatkan hasil pasar.
Ia bahkan berpendapat bahwa ahli ekonomi mempunyai tanggung jawab moral untuk
mengidentifikasi eksternalits ini. Perhatian utamanya ialah bagimana menaikkan
kesejahteraan ekonomi bangsa. Hal ini, menurut Pigou tergantung pada ukuran dan
distribusi dari kue ekonomi.
Konklusi ini mengikuti keyakinan Pigou bahwa keputusan berasal dari penurunan
uang ketika seseorang semakin banyak memiliki uang. Tambahan lima belas dolar tidak
banyak artinya untuk Bill Gates yang sangat kaya, tapi bagi seseorang ynag menganggur,
tambahan uang ini sangat penting artinya. Konsekuensiny, hilangnya kekayaan dari
orang kaya karena terkena pajak harus lebih sedikit daripada keuntungan dalam
kesejahteraan ekonomi yang diperoleh dari pemberian uang kepada yang miskin. Karena
itu pajak progresif dan program transfe untuk membantu orang miskin dapat dibenarkan
sebagai cara untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa.
Pigou mengakui bahwa pajak progresif dan transfer mungkin akan mengurangi
ukuran kue ekonomi, dan bahwa mungkin ada ketidaksesuaian antara pertumbuhan dan
pemertaan. Jika ketidaksesuaian ini tidak ada, maka implikasinya sudah jelas yaitu
segala sesuatu yang menaikkan output nasional, tetapi tidak membuat keadaan orang
miskin memburuk, akan meningkatkan kesejahteraan nasional. Dan segala sesuatu yang
menaikkan bagian dari output nasional kepada si miskin, tetapi tidak mengurangi ukuran
total dari output, juga akan meningkatkan kesejahteraan.
Tetapi jika dua kriteria inibertabrakan (ketika transfer kepada si miskin akan
mengurangi output) maka situasiny menjadi berbeda. Diperlukan perhitungan tentang
berapa banyak output yang harus diberikan untuk meningkatkan posisi si miskin.
Arthur Okun (1975, Bab 4) menggambarka ketidak sesuaian ini dengan istilah
”ember bocor.” Transfer dari yang kaya kepada yang miskin selalu dilakukan dengan
ember bocor yang akan menghilangkan pendapatan ketika transfer tersebut meredribusi
pendapatan. Kebocoran ini merepretasikan inefisiensi atau penguurangan output nasional
karena transfer ini. Okun (1975, hal. 94), seorang pendukung kuat dari pemerataan,
berpendapat transfer seharusnya dihnetikan ketika kebocoran mencaoai 60%. Pigou
(1920) mengatakan bahwa pengorbanan sedikit output adalah seimbang dengan
keutungan yang didapat dari pemerintah yang lebih besar.
Suatu masalah kunci dengan pajak Pigovian adalah menghitung seberapa besar pajak
akan mengimbangi hal negatif eksternalitas. Faktor politik seperti lobi pemerintah cenderung
dapat mengurangi tingkatan daripajak mengadakan, yang akan mengurangi pengurangan
efek pajak,sedangkan lobi pemerintah oleh minat khusus yang mengkalkulasi hal negatif
kegunaan dari eksternalitas yang lebih tinggi dibanding yang lain cenderung
dapat meningkatkan tingkatan dari pajak mengadakan, yang akan mengakibatkan suatu sub-
optimal tingkat produksi
Pajak Polusi
Pajak Pigovian merupakan suatu cara yang efisien untuk mempromosikan orang
banyak/masyarakat menarik perhatian, dan akan mendorong kearah suatu peningkatan
menyangkut mutu hidup yang diukur oleh Kemajuan Yang asli Indikator dan manusia lain
indikator ekonomi, seperti halnya yang lebih tinggi Produk domestik kotor ( GDP)
pertumbuhan.
Teori ekonomi meramalkan bahwa, di bawah kondisi-kondisi tertentu, suatu dividen ganda
bisa tampak. Yang pertama menjadi pengurangan polusi. Kedua terkandung dalam pendauran
ulang menyangkut pendapatan pemerintah dari pajak yang hijau itu. Jika pemerintah
menyimpan/memelihara pendapatan nya tetap, beberapa pajak lain harus memotong ( lihat
pergeseran pajak Hijau). Jika pemerintah memilih untuk memotong banyak distortional
pajak, biaya-biaya dari menukar ke pajak hijau bisa adalah negatif.
Riset pada perpajakan hijau menyatakan bahwa sepanjang tahun 1990an ada korelasi
penting antara suatu UN negeri Manusia Pengembangan Index ( HDI) tergolong saban
menetapkan;perbaiki jumlah GDP, dan tingkatan nya dari pajak hijau sebagai persen dari
total pajak revenues. Lagipula, diatas periode yang lebih panjang dibanding 5 tahun, data
menyatakan bahwa negara-negara yang bisa nikmati tarif pajak hijau lebih tinggi seperti
Orang Norwegia, Sweden dan Netherlands mengalami yang lebih tinggi GDP T pertumbuhan
dan yang lebih tinggi HDI pertumbuhan rate. Bagaimanapun, itu tidak bisa ditetapkan bahwa
suatu peningkatan di dalam tarif pajak hijau menyebabkan yang lebih tinggi GDP
pertumbuhan dan yang lebih tinggi HDI pertumbuhan rates. Mungkin saja suatu correlative
efek sebagai lawan suatu effect.
Seseorang dapat mendorong perilaku tertentu dengan memberikan subsidi, sebagai contoh
mendermakan ke bukan laba atau penerapan yang diuntungkan panel matahari untuk
menghindari polusi. Tunjangan seperti itu suatu hal positif hal luar dapat dipertimbangkan "
pajak Pigovian negatif".
Motivasi untuk tunjangan seperti itu sedang berusaha untuk menjangkau efisiensi ekonomi.
Ketika suatu hal positif hal luar adalah kini/hadir, suatu solusi perusahaan tentang masalah
maksimalisasi kegunaan nya tidak meliputi kegunaan yang tambahan yang diproduksi
sebagai hasil sampingan ( hal luar), begitu menyebabkan perusahaan untuk menghasilkan
kurang dari pareto-efficient mengukur. tunjangan Pigouvian begitu internalizes hal luar ke
dalam fungsi kegunaan agen, dengan memberi perangsang perusahaan untuk menghasilkan
lebih dari itu jika tidak akan.
Kritik
Pajak seperti itu dapat mendorong pasar gelap dan penyelundupan, yang terutama jika
mereka menciptakan perbedaan besar di dalam harga produk populer di dalam yurisdiksi
berdekatan.
Jika individu pendapatan yang lebih rendah, cenderung untuk membelanjakan suatu porsi
yang lebih besar dari pendapatan mereka pada atas produk dengan biaya sosial eksternal,
seperti listrik atau rokok, kemudian bersesuaian pajak Pigovian adalah pemungutan.
2. Perbaikan hukum
Dalam hal hukum, perubahan kebijakan utama harus dilakukan di dalam hukum
libilitas Inggris. Jika perusahaan kereta harus memberi kompensasi pada orang lain
karena bahaya yang ditimbulkan kereta api. Pigou berpendapat mereka akan lebih
berhati-hati dan hanya akan menjalankan sedikit kereta api. Jadi biaya privat tidak lagi
berbeda, dan eksternalitas akan terinternalisasikan, atau akan menjadi bagian dari biaya
transportasi barang dengan menggunakan kereta.
Terkhir dalam beberapa kasus, untuk memperbaiki permasalahan yang muncul dari
eksternalitas, campur tangan pemerintah justru tidak dapat dibenarkan. Kerika biaya
yang mengenai pihak ketiga hanya sedikit dan biaya dari setiap perbaikan lebih, anaisis
biaya manfaat akan menghasilkan kesimpulan bahwa eksternalitas seharusnya dibiarkan
tetap ada.
Ambil contoh, suara bising yang ditimbulkan kereta api. Jika suara ini hanya
menyebabkan ketidaknyamanan kecil bagi penduduk lokal maka biaya untuk
memindahkan jalan kerta api yang suaranya lebih pelan mungkin akan melebihi biaya
orang-orang yang medengar suara kereta melintas di dekat rumah mereka beberapa jam
sehari.
Dalam analisa berikutnya akan kita bahas mengenai penyediaan barang/jasa publik
yang dibiayai dengan pajak yang dipungut dari masyarakat. Pigou berpendapat bahwa
barang publik harus disediakan sampai suatu tingkat dimana kepuasan marginal akan barang
publik samadengan ketidakpuasan marginal (marginal disutility sksn psjsk ysng dipungut
untuk membiayai program-program pemerintah atau untuk menyediakan barang publik.
Pada diagram dibawah kurva kepauasan marginal akan barang publik ditunjukkan
oleh kurva UU. Kurva UU tersebut mempunyai bentuk menurun yang menunjukkan bahwa
semakin banyak barang publik yang dihasilkan maka akan semakin rendah kepuasan
marginal yang dirasakan oleh masyarakat. Dilain pihak, pajak merupakan pungutan yang
dipaksa oleh pemerintah sehingga pembayaran pajak menimbulkan rasa tidak puas bagi
masyarakat yang membayar pajak. Oleh karena itu kurva ketidakpuasan marginal akan
pembayaran pajak mempunyai bentuk yang meninggi yang menunjukkan bahwa semakin
banyak pajak yang dipungut, semaikn besar rasa ketidakpuasan marginal masyarakat.
Ketidakpuasan marginal ditunjukkan dengan sumbu tegak dari titik O ke bawah dan kurva
ketidakpuasan ditunjukkan oleh kurva PP. Pada titik F kepuasan marginal barang publik
(jarak CF) lebih besar daripada ketidakpuasan masyarakat akan pembayaran pajak (jarak
FI), sehingga pemerintah diharapkan untuk memperkecil anggaran untuk menghasilkan
barang-barang publik yang lebih sdikit. Sebaliknya pada titik D kepuasan marginal
masyarakat akan barang pemerintah lebih besar (jarak AD) daripada ketidakpuasan marginal
masyarakat dalam membayar pajak (jarak DG). Ini menunjukkan bahwa barang publik
dihasilkan dalam jumlah yang terlalu sedikit sehingga kesejahteraan masyarakat yang lebih
tinggi akan dapat dicapai dengan cara menambah anggaran pemerintah untuk menghasilkan
barang/jasa publik. Titik E adalah keadaan yang optimumdimana bagi masyarakat kepuasan
marginal untuk barang publik sama dengan ketidakpuasan dalam hal pembayaran pajak.
D E F budget pemerintah
Kelemahan analisis diatas karena dadsarkan pada rasa ketidakpuasan marginal
masyarakat dalam membayar membayar pajak dan rasa kepuasan marginal akan barang
publik, sedangkan kepuasan dan ketidakpuasan adalah sesuatu yang tidak dapt diukur secara
kuantitatif karena sifatnya ordinal. Karena itu, timbul berbagai pandangan lainnya yang
berusaha menjelaskan penyediaan barang publik.
Efek Pigou
Sebagai akibatnya, kekayaan rill atau daya beli dari tabungan sebelumnya, meningkat
apada masa resesi. Karena semakin kaya, orang-orang cenderung untuk memebelanjakan
lebih banyak lagi. Pengeluaran tambahan ini akan memacu produksi dan perusahaan akan
menyewa lebih banyak lagi pekerja. Karena itu pengangguran akan berakhir secara otomatis
dan kebijakan ekonomi tidak diperlukan. Efek Pigou untuk menciptakan sebuah mekanisme
ekonomi untuk keluar dari :
Keynes memasukka Pigou ke dalam mazhab klasik dan menghubungkan mazhab ini
dengan keyakinan bahwa penawaran akan selalu menciptakan permintaanya sendiri. Menurut
keynes, ahli 3ekonomi klasik berkeyakinan bahwa ahal ini berlaku untuk barang dan tenaga
kerja. Mereka percaya bahwa pengangguran adalah hal yang tidak mungkin terjadi, karena
ketika orang-orang menawarkan jasa mereka untuk beberapa pengusaha maka akan ada
permintaan untuk jasa tenaga kerja mereka. Jika tidak, upah akan jatuh sampai seseorang mau
memperkerjakan para pekerja ini.
Ada derajat validitas pasti untuk gambaran Pigou ini. Pigou (1941) menerbitkan karya
yang terkenal yang berjudul Unemployment, yang berpendapat bahwa dalam jangka panjang
pengangguran adalah disebabkan oleh upah yang tinggi dan tidak fleksibel.
Meskipun Pigou tidak pernah membela pemotongan upah (lihat Aslanbeigui, akan
terbit), dalam semua kasus ini, solusi untuk masalah pengangguran tampaknya adalah
pengurangan upah. Dan karena alasan inilah Keynes mengkritik Pigou.
Pigou dikecam dengan tajam oleh Keynes dalam General Theory,baik itu serangan
terhadap dirinya sendiri dan serangan terhadap tradisi Marhallian di Cambridge. Setelah
membaca General Theory, Pigou (1939) menuduh Keynes salah menginterprestasikan
pandangannya dan menyatakan bahwa tidak ada yang brmanfaat dalam buku tersebut.
Daftar Pustaka
Presssman, Steven, 2002, Lima Puluh Pemikir Ekonomi Dunia, PT. Raja Grafindo
Persada: Jakarta