Você está na página 1de 5

Riwayat Hidup Sumber : Wikipedia.

org

Kelahiran

Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Haydar yang


berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi
tokoh pemberani dan disegani diantara kalangan Quraisy Mekkah. Nabi SAW memanggil
dengan Ali yang berarti Tinggi(derajat di sisi Allah).

Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali
dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599Masehi
atau 600(perkiraan)

Kehidupan Awal

Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad merupakan anak dari Hasyim,
sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.

Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi SAW karena beliau tidak punya anak
laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi SAW bersama istri
beliau Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk
membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak beliau kecil hingga dewasa,
sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad.

Masa Remaja

Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti Ibnu Ishaq menjelaskan
Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2 yang percaya
setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini Ali berusia sekitar 10 tahun.

Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Nabi SAW karena sebagai
anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Nabi hal ini berkelanjutan hingga beliau menjadi
menantu Nabi. 

Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir (exterior)
atau syariah dan bathin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang pemuda yang
sangat cerdas, berani dan bijak.

Kehidupan di Mekkah sampai Hijrah ke Madinah

Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang akan menggagalkan
hijrah Nabi. Beliau tidur menampakkan kesan Nabi yang tidur sehingga masuk waktu menjelang pagi
mereka mengetahui Ali yang tidur, sudah tertinggal satu malam perjalanan oleh Nabi yang telah
meloloskan diri ke Madinah bersama Abu Bakar.
Perkawinan

Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan putri
kesayangannya Fatimah az-Zahra yang banyak dinanti para pemuda. Nabi menimbang Ali yang
paling tepat dalam banyak hal seperti Nasab keluarga yang se-rumpun (Bani Hasyim), yang paling
dulu mempercayai ke-nabi-an Muhammad (setelah Khadijah), yang selalu belajar di bawah Nabi dan
banyak hal lain.
Julukan

Ketika Muhammad mencari Ali menantunya, ternyata Ali sedang tidur. Bagian atas pakaiannya
tersingkap dan debu mengotori punggungnya. Melihat itu Muhammad pun lalu duduk dan
membersihkan punggung Ali sambil berkata, "Duduklah wahai Abu Turab, duduklah." Turab yang
berarti debu atau tanah dalam bahasa Arab. Julukan tersebut adalah julukan yang paling disukai oleh
Ali.
Pertempuran yang diikuti pada masa Nabi saw
Perang Badar

Beberapa saat setelah menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam. Di sini
Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah, paman Nabi. BanyaknyaQuraisy Mekkah yang
tewas di tangan Ali masih dalam perselisihan, tapi semua sepakat beliau menjadi bintang lapangan
dalam usia yang masih sangat muda sekitar 25 tahun.

Perang Khandaq

Perang Khandaq juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar bin
Abdi Wud . Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah
menjadi dua bagian.

Perang Khaibar

Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dengan
Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecah perang melawan
Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kokoh, biasa disebut dengan perang Khaibar.
Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi saw bersabda:

"Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia
akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah
dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya".

Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun,
temyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng
Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu
menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian.
Peperangan lainnya

Hampir semua peperangan beliau ikuti kecuali perang Tabuk karena mewakili
nabi Muhammad untuk menjaga kota Madinah.

Sebagai khalifah
Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di seluruh
dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak
yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abi Thalib sebagai
khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam danTalhah bin
Ubaidillah memaksa beliau, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka. Menjadikan Ali satu-
satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang
berbeda-beda.

Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya mewarisi
kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk
pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya, Perang
Jamal. 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah
bin Ubaidillah, dan Ummul mu'minin Aisyah binti Abu Bakar, janda Rasulullah. Perang tersebut
dimenangkan oleh pihak Ali.

Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang
dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan (akan terjadi)
oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh hasutan-hasutan para
pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan perpecahan di kalangan kaum
muslim sehingga menyebabkan perang tersebut. Tidak hanya selesai di situ, konflik berkepanjangan
terjadi hingga akhir pemerintahannya. Perang Shiffinyang melemahkan kekhalifannya juga berawal
dari masalah tersebut.

Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang,
mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan
pemerintahan sebelumya. Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin
Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami salat
subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada
tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan ada
beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.

Keturunan

Ali memiliki delapan istri setelah meninggalnya Fatimah az-Zahra[1] dan memiliki keseluruhan 36


orang anak. Dua anak laki-lakinya yang terkenal, lahir dari anak Nabi Muhammad,Fatimah,
adalah Hasan dan Husain.
Keturunan Ali melalui Fatimah dikenal dengan Syarif atau Sayyid, yang merupakan gelar kehormatan
dalam Bahasa Arab, Syarif berarti bangsawan dan Sayyed berarti tuan. Sebagai keturunan langsung
dari Muhammad, mereka dihormati oleh Sunni dan Syi'ah.

Menurut riwayat, Ali bin Abi Thalib memiliki 36 orang anak yang terdiri dari 18 anak laki-laki dan 18
anak perempuan. Sampai saat ini keturunan itu masih tersebar, dan dikenal
denganAlawiyin atau Alawiyah. Sampai saat ini keturunan Ali bin Abi Thalib kerap digelari Sayyid.

Anak laki-laki Anak perempuan

Hasan al-Mujtaba Zainab al-Kubra

Husain asy-Syahid Zainab al-Sughra

Muhammad bin al-Hanafiah Ummu Kaltsum

Abbas al-Akbar (dijuluki Abu Fadl) Ramlah al-Kubra

Abdullah al-Akbar Ramlah al-Sughra

Ja'far al-Akbar Nafisah

Utsman al-Akbar Ruqaiyah al-Sughra

Muhammad al-Ashghar Ruqaiyah al-Kubra

Abdullah al-Ashghar Maimunah

Abdullah (yang dijuluki Abu Ali) Zainab al-Sughra

‘Aun Ummu Hani

Yahya Fathimah al-Sughra


Muhammad al-Ausath Umamah

Utsman al-Ashghar Khadijah al-Sughra

Abbas al-Ashghar Ummu al-Hasan

Ja'far al-Ashghar Ummu Salamah

Umar al-Ashghar Hamamah

Umar al-Akbar Ummu Kiram

Você também pode gostar