Você está na página 1de 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecelakaan di jalan bebas hambatan sudah sering terjadi di
Indonesia. Dengan segala resiko kecelakaan lalu lintas di jalan bebas
hambatan lebih tinggi dibandingkan berkendaraan di jalan protokol atau
bukan di jalan bebas hambatan. Peraturan lalu lintas di ruas jalan bebas
hambatan memang lebih ketat hal tersebut mengingat jumlah dan laju
kecepatan kendaraan rata-rata melaju dengan kecepatan tinggi.
Upaya pihak pengelola jalan bebas hambatan, diantaranya untuk
mengurangi kecelakaan tersebut dengan melakukan pembatasan
kecepatan. Selain sebagai salah satu bentuk dari pihak manajemen lalu
lintas, juga pertimbangannya adalah keselamatan, sebab dengan kecepatan
semakin tinggi kemungkinan untuk menjadi korban kecelakaan lebih
besar. Akan tetapi dalam kenyataannya, para pengemudi banyak yang
mengabaikan pembatasan kecepatan yang telah dipasang dan disampaikan
melalui alat peraga atau rambu lalu lintas. Hal tersebut terbukti dari kasus
kecelakaan yang terjadi di jalan bebas hambatan, umumnya disebabkan
karena kecepatan yang berlebihan.
Bahkan tidak tanggung-tanggung, meskipun jalannya satu arah
tetapi kecelakaan lalu lintasnya seringkali melibatkan kendaraan bermotor
dari arah berlawanan. Kecelakaan ini menunjukkan bahwa kendaraan
bermotor tersebut melaju dalam kecepatan melebihi dari yang disarankan.
Hal ini juga disebabkan karena pemilik kendaraan memacu kendaraannya
dengan kecepatan tinggi. Sehingga tanpa disadari jarak antara kendaraan
dengan kendaraan didepan atau dibelakang sudah terlalu dekat. Apalagi
pada malam hari, seringkali pengemudi sudah lelah dan mengantuk dan
tetap mengemudi kendaraannya, sehingga kemungkinan untuk
bertabrakan atau ditabrak dengan kendaraan lain semakin lebih besar.

1
Dengan demikian perlu adanya upaya lain yang merupakan suatu
langkah pencegahan atau preventif bagi setiap kendaraan atau pihak lain
seperti pengelola jalan bebas hambatan, salah satu cara upaya tersebut
adalah dengan membuat suatu peralatan yang dapat berfungsi untuk dapat
memperingatkan kendaraan mobil yang mendekat dari arah belakang,
sehingga dapat menjaga jarak berkendara di jalan dengan kecepatan tinggi.
Penggunaan sinyal lampu yang dapat dipasang pada bagian
belakang mobil untuk berkendara di jalan bebas hambatan khususnya pada
malam hari. Lampu ini memberi tanda kepada mobil lain yang mendekat
dari arah belakang. Apabila jarak mobil dari arah belakang terlalu dekat
maka lampu ini akan meberikan sinyal kelap-kelip untuk memberikan
peringatan sehingga mobil tersebut dapat menjaga jarak. Lampu ini juga
dapat digunakan untuk memberi tanda jika mobil sedang berhenti di sisi
jalan bebas hambatan.
Proses kerja lampu sinyal ini adalah dengan menggunakan sensor
cahaya. Apabila mendapat cahaya dari lampu mobil dari arah belakang
semakin dekat maka lampu ini akan kelap-kelip selama waktu 30 detik
sampai mobil dari arah belakang tersebut tidak lagi terlalu dekat atau telah
mendahului. Lampu ini menggunakan dua Integrated Circuit Penghitung
Waktu (IC-NE555), Phototransistor, Transistor, Resistor, Kapasitor, Ligh
Emitting Diode (LED) dan Baterai sebagai catu daya.
Contoh aplikasi dari sensor cahaya dapat digunakan pada lampu
sinyal. Pada makalah ini akan dipelajari mengenai sensor terutama sensor
cahaya beserta jenis-jenisnya, karakteristik dan prinsip kerja sensor
cahaya.
B. Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis sensor cahaya.
2. Mengetahui karakteristik sensor cahaya.
3. Mengetahui prinsip kerja sensor cahaya.

2
C. Batasan Masalah
Untuk mempermudah penulisan maka perlu adanya pembatasan
masalah mengenai pembahasan sensor cahaya yaitu, penulis hanya
membahas mengenai jenis-jenis, karakteristik dan prinsip kerja sensor
cahaya.
D. Metode Penulisan
Dalam menyelesaikan makalah ini, menggunakan metode studi
pustaka. Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan landasan teori,
data-data atau informasi sebagai bahan acuan dalam melakukan
penyusunan makalah ini.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab satu ini berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan,
batasan masalah, metode penulisan makalah dan sistematika
penulisan makalah.
Bab II Dasar Teori
Bab ini menjelaskan tentang dasar teori mengenai pengertian
sensor dan sensor cahaya.
Bab III Bab ini menjelaskan mengenai jenis-jenis sensor cahaya,
karakteristik sensor cahaya dan prinsip kerja sensor cahaya.
Bab IV Penutup
Bab ini berisi saran-saran dan kesimpulan.
Daftar Pustaka
Berisi tentang judul serta pengarang dari buku-buku yang digunakan dan
alamat website untuk menunjang terselsaikanya makalah ini.

3
BAB II
SENSOR CAHAYA

A. Pengertian Sensor
Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang
digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan
kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Dalam lingkungan sistem
pengendali dan robotika, sensor memberikan kesamaan yang menyerupai
mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan diolah oleh
kontroler sebagai otaknya (Petruzella, 2001).
Sensor dalam teknik pengukuran dan pengaturan secara elektronik
berfungsi mengubah besaran fisik (misalnya : temperatur, cahaya, gaya,
kecepatan putaran) menjadi besaran listrik yang proposional. Sensor dalam
teknik pengukuran dan pengaturan ini harus memenuhi persyaratan-
persyaratan kualitas yakni :
1. Linieritas
Konversi harus benar-benar proposional, jadi karakteristik konversi
harus linier.
2. Tidak tergantung temperatur
Keluaran konverter tidak boleh tergantung pada temperatur di
sekelilingnya, kecuali sensor suhu.
3. Kepekaan
Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian, sehingga pada nilai-nilai
masukan yang ada dapat diperoleh tegangan listrik keluaran yang
cukup besar.
4. Waktu tanggapan
Waktu tanggapan adalah waktu yang diperlukan keluaran sensor untuk
mencapai nilai akhirnya pada nilai masukan yang berubah secara
mendadak. Sensor harus dapat berubah cepat bila nilai masukan pada
sistem tempat sensor tersebut berubah.

4
5. Batas frekuensi terendah dan tertinggi
Batas-batas tersebut adalah nilai frekuensi masukan periodik terendah
dan tertinggi yang masih dapat dikonversi oleh sensor secara benar.
Pada kebanyakan aplikasi disyaratkan bahwa frekuensi terendah
adalah 0 Hz.
6. Stabilitas waktu
Untuk nilai masukan (input) tertentu sensor harus dapat memberikan
keluaran (output) yang tetap nilainya dalam waktu yang lama.
7. Histerisis
Gejala histerisis yang ada pada magnetisasi besi dapat pula dijumpai
pada sensor. Misalnya, pada suatu temperatur tertentu sebuah sensor
dapat memberikan keluaran yang berlainan.
Empat sifat diantara syarat-syarat dia atas, yaitu linieritas,
ketergantungan pada temperatur, stabilitas waktu dan histerisis
menentukan ketelitian sensor (Link, 1993).
B. Sensor Cahaya
Sensor cahaya adalah alat yang digunakan untuk mengubah
besaran cahaya menjadi besaran listrik. Prinsip kerja dari alat ini adalah
mengubah energi dari foton menjadi elektron. Idealnya satu foton dapat
membangkitkan satu elektron. Sensor cahaya sangat luas penggunaannya,
salah satu yang paling populer adalah kamera digital. Pada saat ini sudah
ada alat yang digunakan untuk mengukur cahaya yang mempunyai satu
buah foton saja.
Di bawah ini adalah jenis-jenis sensor cahaya, di antaranya:
• Detektor kimiawi, seperti pelat fotografis, dimana molekul silver
halida dibagi menjadi sebuah atom perak metalik dan atom halogen.
Pengembang fotografis menyebabkan terbaginya molekul yang
berdekatan secara sama.
• Fotoresistor atau Light Dependent Resistor (LDR) yang berubah
resistansinya ketika dikenai cahaya

5
• Sel fotovoltaik atau sel matahari yang menghasilkan tegangan dan
memberikan arus listrik ketika dikenai cahaya.
• Fotodioda yang dapat beroperasi pada mode fotovoltaik maupun
fotokonduktif
• Tabung fotomultiplier yang mengandung fotokatoda yang
memancarkan elektron ketika dikenai cahaya, kemudian elektron-
elektron tersebut akan dikuatkan dengan rantai dynode.
• Tabung cahaya yang mengandung fotokatoda yang memancarkan
elektron ketika dikenai cahaya, dan umumnya bersifat sebagai
fotoresistor.
• Fototransistor menggabungkan salah satu dari metode
penyensoran.
• Detektor optis yang berlaku seperti termometer, secara murni
tanggap terhadap pengaruh panas dari radiasi yang masuk, seperti
detektor piroelektrik, sel Golay, termokopel dan termistor, tapi kedua
yang terakhir kurang sensitif.
• Detektor cryogenic cukup tanggap untuk mengukur energi dari
sinar-x tunggal, serta foton cahaya terlihat dan dekat dengan
inframerah (Enss 2005).

6
BAB III
JENIS-JENIS SENSOR CAHAYA
SERTA KARAKTERISTIK DAN PRINSIP KERJANYA

A. LDR (Light Dependent Resistor)


LDR (Light Dependent Resistor) merupakan suatu sensor yang
apabila terkena cahaya maka tahanannya akan berubah. Tampilan fisik
LDR dapat dilihat pada gambar 1. dibawah ini :

Gambar 1. LDR (Light Dependent Resistor)


1. Cara kerja LDR (Light Dependent Resistance)
Biasanya LDR (atau lebih dikenal dengan fotoresistor) dibuat
berdasarkan kenyataan bahwa film kadmium sulfida mempunyai
tahanan yang besar jika tidak terkena cahaya dan tahanannya akan
menurun jika permukaan film itu terkena sinar. Resistor peka cahaya
atau fotoresistor adalah komponen elektronik yang resistansinya akan
menurun jika ada penambahan intensitas cahaya yang mengenainya.
Fotoresistor dapat merujuk pula pada light dependent resistor (LDR),
atau fotokonduktor.
Fotoresistor dibuat dari semikonduktor beresistansi tinggi. Jika
cahaya yang mengenainya memiliki frekuensi yang cukup tinggi, foton
yang diserap oleh semikonduktor akan menyebabkan elektron
memiliki energi yang cukup untuk meloncat ke pita konduksi. Elektron
bebas yang dihasilkan (dan pasangan lubangnya/hole) akan
mengalirkan listrik, sehingga menurunkan resistansinya.

7
Besarnya tahanan LDR/fotoresistor dalam kegelapan mencapai
jutaan ohm dan turun sampai beberapa ratus ohm dalam keadaan
terang. LDR dapat digunakan dalam suatu jaringan kerja (network)
pembagi potensial yang menyebabkan terjadinya perubahan tegangan
kalau sinar yang datang berubah.
LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis resistor yang
memiliki nilai resistansi yang tidak tetap. Artinya nilai
tahanan/resistansi komponen ini dapat berubah-ubah. Perubahan nilai
resistansinya tergantung dari kuat lemahnya cahaya yang dia terima.
Resistansi LDR akan berubah seiring dengan perubahan intensitas
cahaya yang mengenainya atau yang ada disekitarnya. Dari sifat itulah
LDR dapat digunakan sebgai sensor warna. Supaya cahaya yang
diterima LDR lebih fokus maka disekeliling LDR diberi cahaya LED,
sehingga LDR dapat mengenali warna-warna yang mengenainya, yang
diterjemahkan dalam bentuk tegangan (Volt). Dalam keadaan gelap
resistansi LDR sekitar 10MΩ dan dalam keadaan terang sebesar 1KΩ
atau kurang. LDR terbuat dari bahan semikonduktor seperti kadmium
sulfida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang jatuh menyebabkan
lebih banyak muatan yang dilepas atau arus listrik meningkat. Artinya
resistansi bahan telah mengalami penurunan.
Komponen yang dapat menerima ini merupakan komponen yang
peka cahaya. Komponen ini akan berjalan apabila berada ditempat
akan menjadi pulsa-pulsa sinyal listrik. Pada keadaan gelap tanpa
cahaya sama sekali, LDR memiliki nilai resistansi yang besar (sekitar
beberapa Mega ohm). Nilai resistansinya ini akan semakin kecil jika
cahaya yang jatuh ke permukaannya semakin terang. Pada keadaan
terang benderang (siang hari) nilai resistansinya dapat mengecil hingga
beberapa ohm saja (hampir seperti konduktor).
2. Karakteristik LDR
Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu Laju Recovery dan
Respon Spektral.

8
a. Laju Recovery
Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level
kekuatan cahaya tertentu kedalam suatu ruangan yang gelap, maka
bisa kita amati bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan segera
berubah resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut. Namun
LDR tersebut hanya akan bisa mencapai harga di kegelapan setelah
mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery merupakan suatu
ukuaran praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi dalam waktu
tertentu.
Harga ini ditulis dalam K /detik, untuk LDR type arus
harganya lebih besar dari 200 K /detik (selama 20 menit pertama
mulai dari level cahaya 100 lux), kecepatan tersebut akan lebih
tinggi pada arah sebaliknya, yaitu pindah dari tempat gelap ke
tempat terang yang memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk
mencapai resistansi yang sesuai dengan level cahaya 400 lux.
b. Respon Spektral
LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap
panjang gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna).
Bahan yang biasa digunakan sebagai penghantar arus listrik yaitu
tembaga, alumunium, baja, emas, dan perak. Dari kelima bahan
tersebut tembaga merupakan penghantar yang paling banyak
digunakan karena mempunyai daya hantar yang baik.
B. Fotodioda
Fotodioda adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya.
Fotodioda merupakan sensor cahaya semikonduktor yang dapat mengubah
besaran cahaya menjadi besaran listrik. Fotodioda merupakan sebuah
dioda dengan sambungan p-n yang dipengaruhi cahaya dalam kerjanya.
Cahaya yang dapat dideteksi oleh fotodioda ini mulai dari cahaya infra
merah, cahaya tampak, ultra ungu sampai dengan sinar-X. Aplikasi

9
fotodioda mulai dari penghitung kendaraan di jalan umum secara otomatis,
pengukur cahaya pada kamera serta beberapa peralatan di bidang medis.

Gambar 2 : Simbol fotodioda (kiri), bentuk fotodioda (kanan)


1. Prinsip kerja fotodioda
Prinsip kerja dari fotodioda jika sebuah sambungan p-n dibias
maju dan diberikan cahaya padanya maka pertambahan arus sangat
kecil sedangkan jika sambungan p-n dibias mundur, maka arus akan
bertambah cukup besar. Cahaya yang dikenakan pada fotodioda akan
mengakibatkan terjadinya pergeseran foton yang akan menghasilkan
pasangan elektron-hole dikedua sisi dari sambungan. Ketika elektron-
elektron yang dihasilkan itu masuk ke pita konduksi maka elektron-
elektron itu akan mengalir ke arah positif sumber tegangan sedangkan
hole yang dihasilkan mengalir ke arah negatif sumber tegangan
sehingga arus akan mengalir di dalam rangkaian. Besarnya pasangan
elektron ataupun hole yang dihasilkan tergantung dari besarnya
intensitas cahaya yang dikenakan pada fotodioda.
2. Karakteristik fotodioda
Ada beberapa karakteristik fotodioda yang perlu diketahui antara
lain:
a. Arus linier bergantung pada intensitas cahaya.
b. Respons frekuensi bergantung pada bahan (Si 900 nm,
GaAs 1500 nm, Ge 2000 nm).
c. Digunakan sebagai sumber arus.
d. Kapasitansi Junction turun menurut tegangan bias
mundurnya.
e. Kapasitansi Junction menentukan respons frekuensi arus
yang diperoleh.

10
3. Mode operasi
Fotodioda dapat dioperasikan dalam 2 animal mode yang
berbeda:
a. Mode photovoltaic: seperti solar sell, penyerapan pada fotodioda
menghasilkan tegangan yang dapat diukur. Bagaimanapun,
tegangan yang dihasilkan dari tenaga cahaya ini sedikit tidak linier,
dan range perubahannya sangat kecil.
b. Mode fotokonduktivitas: disini fotodioda di aplikasikan sebagai
tegangan revers (tegangan balik) dari sebuah dioda (yaitu tegangan
pada arah tersebut pada dioda tidak akan menghantarkan tanpa
terkena cahaya) dan pengukuran menghasilkan arus foto (hal ini
juga bagus untuk mengaplikasikan tegangan mendekati nol).
4. Karakteristik bahan fotodioda
a. Silicon (Si) : arus lemah sangat gelap, kecepatan
tinggi,sensitivitas bagus antara 400 nm sampai 1000 nm (terbaik
antara 800 nm sampai 900 nm).
b. Germanium (Ge) : arus tinggi sangat gelap, kecepatan
lambat, sensitivitas baik antara 600 nm sampai 1800 nm (terbaik
1400 nm sampai1500 nm).
c. Indium Gallium Arsennida (InGaAs) : mahal, arus kecil
saat gelap, kecepatan tinggi sensitivitas baik pada jarak 800 nm
sampai 1700 nm (terbaik antara 1300 nm sampai 1600 nm).
C. LED Inframerah
Sinar infra merah termasuk dalam gelombang elektromagnetik
yang tidak tampak oleh mata telanjang. Sinar ini tidak tampak oleh mata
karena mempunyai panjang gelombang berkas cahaya yang terlalu panjang
bagi tanggapan mata manusia. Sifat-sifat cahaya infra merah:
1. tidak tampak manusia
2. tidak dapat menembus materi yang tidak tembus pandang
LED inframerah adalah suatu bahan semikonduktor yang
memancarkan cahaya monokromatik (cahaya yang hanya terdiri atas satu

11
warna dan satu panjang gelombang) yang tidak koheren ketika diberi
tegangan maju. Pengembangan led inframerah dimulai dengan alat
inframerah dibuat dengan gallium arsenide. Cahaya infra merah pada
dasarnya adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang yang
lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi
gelombang radio, dengan kata lain infra merupakan warna dari cahaya
tampak dengan gelombang terpanjang, yaitu sekitar 700 nm sampai 1 mm.

Gambar 3. LED Inframerah


Cahaya led inframerah timbul sebagai akibat penggabungan
elektron dan hole pada persambungan antara dua jenis semikonduktor
dimana setiap penggabungan disertai dengan pelepasan energi. Pada
penggunaannya led inframerah ini merupakan komponen elektronika yang
memancarkan cahaya infra merah dengan konsumsi daya sangat kecil. Led
inframerah dapat diaktifkan dengan tegangan dc untuk transmisi atau
sensor jarak dekat, dan dengan tegangan ac (30–40 KHz) untuk transmisi
atau sensor jarak jauh.
1. Karakteristik dari LED Inframerah
a. Dapat dipakai dalam waktu yang sangat lama.
b. Membutuhkan daya yang kecil.
c. Tidak mudah panas.
d. Dapat digunakan dalam jarak yang lebar.
2. Prinsip kerja LDR Inframerah
Prinsip utama dari rangkaian sensor ini seperti layaknya sebuah
saklar yang memberikan perubahan tegangan apabila terdapat
penghalang diantara transceiver dan receiver. Sensor ini memiliki dua
buah piranti yaitu rangkaian pembangkit/pengirim (Led Inframerah)

12
dan rangkaian penerima (Fotodiode). Rangkaian pembangkit/pengirim
memancarkan sinar inframerah kemudian pancarannya diterima oleh
penerima (fotodioda) sehingga bersifat menghantar akibatnya tegangan
akan jatuh sama dengan tegangan ground (0). Dan sebaliknya apabila
tidak mendapat pancaran sinar inframerah maka akan menghasilkan
tegangan.
Led inframerah adalah suatu jenis dioda yang apabila diberi
tegangan maju maka arus majunya akan membangkitkan cahaya pada
pertemuan PN-nya. Disini cahaya yang dibangkitkan adalah infra
merah yang tidak dapat dilihat dengan mata. Dioda-dioda yang
digunakan terbuat dari bahan Galium (Ga), Arsen (As), dan Fosfor (P)
atau disingkat GaAsP. Tegangan maju antara anoda-katoda berkisar
antara 1,5V-2V, sedangkan arus majunya berkisar 5 mA-20 mA. Led
inframerah sesuai dengan rancangannya memancarkan cahaya pada
spektrum inframerah dengan panjang gelombang λ = 940 nm.
Spektrum cahaya inframerah ini mempunyai level panas yang paling
tinggi diantara sinar-sinar yang lain walaupun tidak tampak oleh mata
dan mempunyai efek fotolistrik yang terkuat.
LED adalah dioda yang menghasilkan cahaya saat diberi energi
listrik. Dalam bias maju sambungan p-n terdapat rekombinasi antara
electron bebas dan lubang (hole). Energi ini tidak seluruhnya diubah
ke dalam bentuk energi cahaya atau photon melainkan dalam bentuk
panas sebagian. Untuk dioda yang memancarkan cahaya inframerah
(infrared emiting dioda = IRED). Sinar inframerah tidak dapat dilihat
manusia , dengan menambahkan obat gallium arsenide dengan
berbagai bahan dapat dibuat LED dengan output yang dapat dilihat
seperti sinar merah, hijau, kuning, atau biru. Dioda yang memancarkan
cahaya (LED) digunakan untuk display alphabet dan digital serta
sebagai lampu tanda.
Sebagian besar LED membutuhkan 1,5 V sampai 2,2 V untuk
memberi bias maju dan membutuhkan arus sekitar 20 mA sampai 30

13
mA untuk memancarkan cahaya. Dengan level-level tegangan yang
lebih tinggi, LED dapat terbakar apabila tegangan maju yang diberikan
melebihi 2 V. untuk mengatasi hal ini LED biasanya dihubungkan
secara seri dengan tahanan yang membatasi tegangan dan arus pada
nilai yang dikehendaki. Proses pemancaran cahaya akibat adanya
energi listrik yang diberikan terhadap suatu bahan disebut dengan sifat
elektroluminesensi. Material lain misalnya galiumarsenida pospat
(GaP): photon energi cahaya dipancarkan untuk menghasilkan cahaya
tampak. Jenis lain dari LED digunakan untuk menghasilkan energi
tidak tampak seperti yang dipancarkan oleh pemancar laser atau
inframerah.

Gambar 4. Simbol dan rangkaian dasar sebuah LED


Pemancar inframerah adalah dioda zat padat yang terbuat dari
bahan Galium Arsenida (GaAs) yang mampu memancarkan fluks
cahaya ketika dioda ini dibias maju. Bila diberi bias maju electron dari
daerah-n akan menutup lubang electron yang ada di daerah-p. selama
proses rekombinasi ini, energi dipancarkan dari permukaan p dan n
dalam bentuk photon. Photon-photon yang dihsilkan ini ada yang
diserap lagi dan ada yang meninggalkan permukaan dalam bentuk
radiasi energi.
Led inframerah adalah suatu bahan semikonduktor yang
memancarkan cahaya monokromatik (cahaya yang hanya terdiri atas
satu warna dan satu panjang gelombang) yang tidak koheren ketika
diberi tegangan maju. Pengembangan led inframerah dimulai dengan
alat inframerah dibuat dengan galliumarsenide. Cahaya infra merah

14
pada dasarnya adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang
yang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi
gelombang radio.
D. Sel Fotovoltaik
Teknologi fotovoltaik merupakan suatu teknologi konversi yang
mengubah cahaya (foto) menjadi listrik (volt) secara langsung (direct
conversion). Peristiwa ini dikenal sebagai efek fotolistrik (photovoltaic affect).
Didalam proses konversi cahaya-listrik tidak ada bagian yang bergerak,
sehingga produk teknologi fotovoltaik memiliki umur teknis yang panjang
(>25 tahun).
Teknologi fotovoltaik dikenal sebagai teknologi bersih sehingga
penerapannya akan mendukung program pembangunan yang berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan. Beberapa keuntungan dari pemanfaatan
teknologi fotovoltaik, antara lain:
a. Biaya operasional dan perawatan yang rendah (tidak
diperlukan pembelian bahan bakar dan keausan dalam proses konversi)
b. Tidak menimbulkan polusi udara karena tidak ada
proses pembakaran sehingga mengurangi pelepasan gas rumah kaca
(greenhouse gas)
c. Tidak menimbulkan kebisingan karena tidak ada
bagian yang bergerak
Sel Fotovoltaik. Efek fotolistrik ini terjadi pada suatu sel yang terbuat
dari bahan semikonduktor. Karena sifatnya, sel ini kemudian disebut sebagai
sel fotovoltaik (photovoltaic cell) atau sering juga disebut sebagai sel surya
(solar cell). Sel fotovoltaik merupakan komponen terkecil didalam sistem
energi surya fotovoltaik (SESF).
Sinar matahari yang menimpa permukaan sel diubah secara langsung
menjadi listrik sebagai akibat terjadinya pergerakan pasangan electron-hole,
sebagaimana digambarkan pada skema dibawah ini. Teknologi sel fotovoltaik
yang tersedia dewasa ini masih didominasi oleh jenis sel dengan teknologi
kristal, baik mono- maupun poli-kristal, khususnya dari bahan dasar silikon.

15
Bahan yang Digunakan untuk Pembangunan Sel fotovoltaik. Bahan
khusus digunakan untuk pembangunan sel surya. Bahan-bahan yang disebut
semikonduktor. Bahan semikonduktor yang paling umum digunakan untuk
pembangunan sel surya adalah silikon. Beberapa bentuk silikon yang
digunakan untuk konstruksi, mereka adalah single-kristal, multi-kristal dan
amorf. bahan lain yang digunakan untuk pembangunan sel surya adalah film-
film tipis polikristalin seperti diselenide tembaga indium, telluride kadmium.
Modul Fotovoltaik. Modul fotovoltaik dirakit dari susunan sel surya
atau sel fotovoltaik yang dirangkai secara seri dan/atau paralel. Produk akhir
dari modul fotovoltaik menyerupai bentuk lembaran kaca dengan ketebalan
sekitar 6-8 milimeter. Efisiensi pembangkitan energi listrik yang dihasilkan
modul fotovoltaik pada skala komersial saat ini adalah sekitar 14 - 15 %.

Berapa Banyak Sinar matahari yang dibutuhkan? Sebuah sistem


fotovoltaik akan memerlukan akses jelas sinar matahari untuk hampir
sepanjang hari. sistem Photovoltaic tidak terpengaruh oleh cuaca buruk dan

16
karenanya iklim bukan masalah nyata. Kebanyakan modul PV dipasang di
sudut untuk menangkap sinar matahari, oleh karena itu, ada sinar matahari
yang cukup untuk membuat sistem energi surya fungsional dan efektif.
Kapasitas Modul Fotovoltaik. Besar energi listrik yang dihasilkan oleh
modul fotovoltaik tergantung pada intensitas radiasi matahari setempat dan
kapasitas modul fotovoltaik itu sendiri. Didalam perdagangan, kapasitas daya
modul fotovoltaik dinyatakan pada kapasitas puncaknya, yaitu besarnya daya
yang mampu dibangkitkan modul fotovoltaik pada keadaan standar uji
(Standard Test Condition - STC) dan dinyatakan dalam satuan: Watt-peak
(Wp). Standar uji ini ditetapkan pada intensitas 1000 W/m2 dan temperatur sel
25 oC. Didalam realita; modul fotovoltaik akan bekerja dengan radiasi yang
berfluktuatif dan suhu sel yang lebih tinggi.
Di Indonesia, besar energi matahari yang jatuh pada permukaan seluas
satu meter persegi selama satu hari antara 3 - 6 kWh (satuan : kWh/m2.hari).
Untuk modul fotovoltaik 100 Wp yang diterapkan pada daerah dengan
penyinaran matahari rata-rata 4,5 kWh/m2.hari akan mampu menyediakan
energi sekitar 300 Watt-jam/hari.
Dimana Sistem Photovoltaic yang Digunakan? Sistem Photovoltaic
yang menghasilkan listrik yang bersih di seluruh dunia. Hampir setiap
kebutuhan listrik dapat dipenuhi dengan sistem fotovoltaik. Di lokasi
terpencil, sistem photovoltaic adalah pilihan termurah untuk memenuhi
kebutuhan energi.
Photovoltaic sangat ideal untuk pemompaan air di daerah terpencil. Air
dapat dipompa ke tangki penyimpanan selama siang hari dan air kemudian
dapat didistribusikan oleh gravitasi kapan pun ia butuhkan. Di beberapa
bagian dunia berkembang, pasokan air dari seluruh desa yang didukung oleh
fotovoltaik. Kegunaan lain fotovoltaik termasuk pemantauan jarak jauh,
pendinginan, dan energi untuk usaha komersial kecil.
Photovoltaic juga terbukti menjadi sumber daya yang diandalkan
dalam peningkatan jumlah aplikasi seperti memberikan penerangan jalan dan

17
pencahayaan untuk area rekreasi, serta menyediakan tenaga untuk tanda-tanda
jalan raya dan peringatan.
E. Tabung Cahaya yang Mengandung Fotokatoda dan Detektor
Cryogenic
Karakteristik Tabung cahaya yang mengandung fotokatoda yang
memancarkan elektron ketika dikenai cahaya, dan umumnya bersifat sebagai
fotoresistor.
Fotokatoda adalah katoda memancarkan elektron di bawah pengaruh
cahaya. Photocathode dihubungkan ke terminal negatif power supply dan
unsur penting dari banyak detektor radiasi yang mengandung tabung vakum.
Desain didasarkan pada photocathode di atas lapisan tipis bahan
diendapkan pada permukaan dukungan. Lapisan ini dapat buram, dan
kemudian emisi elektron terjadi dari sisi yang sama dari yang ringan jatuh.
Buram diterapkan dalam fotodiodach vakum, dimana elektroda ini memiliki
bentuk silinder atau bola sekitar anoda. Photocathodes ditempatkan di dalam
lampu.
Beberapa fotokatoda dilakukan di permukaan tembus. Terima kasih
emisi elektron adalah sebaliknya permukaan diterangi. photocathodes
semitransparan digunakan terutama di fotopowielaczach. Biasanya mereka
disemprotkan di bagian dalam gelembung.
Akibat rendahnya output usaha photocathodes yang dibuat terutama
dari logam alkali (biasanya cesium) dan senyawanya, antara lain, perak,
oksigen dan antimon. Tergantung pada photocathode adalah sensitif terhadap
rentang yang berbeda spektrum, pada umumnya nilai berkisar dari dekat
inframerah ke ultraviolet, kepekaan lebih kecil - puluhan UA/lm.
1. Karakterisik Detektor Cryogenic
Detektor cryogenic cukup tanggap untuk mengukur energi dari
sinar-x tunggal, serta foton cahaya terlihat dan dekat dengan inframerah
sedang digunakan dalam berbagai peningkatan aplikasi, karena kepekaan
yang luar biasa baik dalam dan kehidupan ilmu fisik dan mulai dari
astronomi untuk aplikasi keamanan. Saat ini minat khusus dalam aplikasi

18
dalam deteksi radiasi Terahertz. Untuk mencapai sensitivitas utama
perangkat deteksi harus didinginkan pada suhu rendah.
F. Detektor Optis
Deteksi optik adalah fungsi dari bagian penerima dalam sistem
komunikasi optik. Sebuah detektor optik atau photodetector adalah kebalikan
dari apa yang dikerjakan oleh bagian pengirim, yaitu sumber optik. Sumber
optik biasanya mengkonversikan sinyal optik input menjadi keluaran berupa
arus. Detektor optik biasanya adalah photodiode yang merupakan divais
photoelectric. Rentang nilai dari panjang gelombang yang dideteksi termasuk
UV, infra red, cahaya tampak, dll., adalah dari 0.005 s/d 4,000 ìm.
Pertama kali yang mesti diperhatikan dalam memilih detektor cahaya
yang akan digunakan adalah menspesifikasikan parameter-parameter sistem
yang ada, dalam hal ini parameter yang umum digunakan adalah responsivitas,
gain, laju bit dan jarak transmisinya.
Setelah itu, langkah berikutnya adalah memilih modulasi yang akan
digunakan, apakah menggunakan modulasi digital ataukah modulasi analog.
Hal ini dibedakan mengingat parameter power budget dalah modulasi digital
dan modulasi analog berbeda. Pada modulasi digital yang digunakan adalah
nilai BER (Bit Error Rate) sedangkan pada modulasi analog yang digunakan
adalah SNR (Signal to Noise Ratio). SNR menunjukkan seberapa kuat sinyal
dibandingkan dengan deraunya, sedangkan BER menyatakan rasio dari
banyaknya bit error dalam pengkodean terhadap total bit yang diterima.
Selanjutnya adalah memilih detektor apa yang akan digunakan, apakah
APD atau PIN detektor, hal ini tergantung dari dari perhitungan parameter-
parameter di awal. Perhitungan parameter sensitivitas merupakan langkah
yang harus dikerjakan setelah pemilihan detektor selesai. Besarnya nilai
sensitivitas diukur dengan responsivitas R (A/W), yaitu arus keluaran yang
dihasilkan per unit daya yang dihasilkan.
Sesudah perhitungan sensitivitas selesai, maka hal berikutnya adalah
memeriksa apakah sinyal sudah dapat dikirimkan, jika sudah siap maka
langkah terakhir adalah seleksi komponen. Apabila sinyal belum siap, maka

19
sesuai dengan diagram alir di atas, kita dapat menganalisis dan memeriksa
kembali bagian mana dari perancangan yang belum sesuai dengan sinyal yang
dikirim. Untuk kemudian diubah sesuai dengan kebutuhannya.
G. Fototransistor
Fototransistor adalah sebuah benda padat pendeteksi cahaya yang
memiliki gain internal. Hal ini yang membuat foto transistor memiliki
sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan fotodioda, dalam ukuran yang
sama. Alat ini (foto transistor) dapat menghasilkan sinyal analog maupun
sinyal digital.
1. Karakteristik Fototransistor
Foto transistor memiliki karakteristik:
a. Pendeteksi jarak dekat Infra merah.
b. Bisa dikuatkan sampai 100 sampai 1500.
c. Respon waktu cukup cepat.
d. Bisa digunakan dalam jarak lebar.
e. Bisa dipasangkan dengan (hampir) semua penghasil
cahaya atau cahaya yang dekat dengan inframerah, seperti IRED
(infrred led), Neon, Fluorescent, lampu bohlam, cahaya laser dan api.
f. Mempunyai karakteristik seperti transistor, kecuali
bagian basis digantikan oleh besar cahaya yang diterima.
Fototransistor merupakan salah satu komponen yang berfungsi
sebagai detektor cahaya yang dapat mengubah efek cahaya menjadi sinyal
listrik. Karena itu fototransistor termasuk dalam detektor optik.
Fototransistor dapat diterapkan sebagai sensor yang baik, karena
memiliki kelebihan dibandingkan dengan komponen lain yaitu mampu
untuk mendeteksi sekaligus menguatkannya dengan satu komponen
tunggal. Fototransistor memiliki sambungan kolektor – basis yang besar
dan dengan cahaya karena cahaya dapat membangkitkan pasangan lubang
elektron. Dengan diberi prasikap maju, cahaya yang masuk akan
menimbulkan arus pada kolektor.

20
Bahan utama dari fototransistor adalah silikon atau germanium
sama seperti pada transistor jenis lainnya. Fototransistor juga memiliki dua
tipe seperti transistor yaitu tipe NPN dan tipe PNP. Fototransistor
sebenarnya tidak berbeda dengan transistor biasa, hanya saja fototransistor
ditempatkan dalam suatu material yang transparan sehingga
memungkinkan cahaya (cahaya inframerah) mengenainya (daerah basis),
sedangkan transistor biasa ditempatkan pada bahan logam dan tertutup.
Simbol dari fototransistor seperti pada terlihat pada gambar simbol
fototransistor.
Fototransistor memiliki beberapa karakteristik yang sering
digunakan dalam perancangan, yaitu:
a. Dalam rangkaian jika menerima cahaya akan berfungsi sebagai
resistan.
b. Dapat menerima penerimaan cahaya yang redup (kecil).
c. Semakin tinggi intensitas cahaya yang diterima, maka semakin
besar pula resistan yang dihasilkan.
d. Memerlukan sumber tegangan yang kecil.
e. Menghantarkan arus saat ada cahaya yang mengenainya.
f. Penerimaan cahaya dilakukan pada bagian basis.
g. Apabila tidak menerima cahaya maka tidak akan menghantarkan
arus.
Berdasarkan tanggapan spektral, sifat – sifat dan cara kerja dari
fototransistor tersebut, maka perubahan cahaya yang kecil dapat dideteksi.
Oleh karena itu fototransistor digunakan sebagai detektor cahaya yang
peka, terutama terhadap cahaya inframerah.

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari materi tentang Sensor Cahaya ini, yaitu;
1. Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan
untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia
menjadi tegangan dan arus listrik.
2. persyaratan-persyaratan kualitas pada Sensor dalam teknik pengukuran
dan pengaturan ini harus memenuhi yakni : Linieritas, Tidak tergantung
temperatur, Kepekaan, Waktu tanggapan, Batas frekuensi terendah dan
tertinggi, Stabilitas waktu, dan Histerisis.
3. Jenis-jenis sensor cahaya , di antaranya: Detektor kimiawi, Fotoresistor
atau Light Dependent Resistor (LDR), Sel fotovoltaik atau sel matahari,
Fotodioda, Tabung fotomultiplier, Tabung cahaya yang mengandung
fotokatoda, Fototransistor, Detektor optis, Detektor cryogenic dan
sebagainya.
4. Pada jenis-jenis sensor tersebut, memiliki prinsip kerja dan karakteristik
yang berbeda-beda.

B. Saran
Sensor cahaya memiliki banyak jenis dan aplikasi dalam kehidupan
manusia. Dalam makalah kami hanya membahas mengenai beberapa jenis
dari sensor cahaya, karakteristik serta prinsip kerja dari sensor cahaya
tersebut. Semoga dalam penulisan makalah berikutnya mengenai sensor
cahaya dapat lebih baik lagi.

22
DAFTAR PUSTAKA

23
DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan .........................................................................................


A.....................................................................................Latar
Belakang .....................................................................................
B.....................................................................................Tujua
n ..................................................................................................
C.....................................................................................Batas
an Masalah ..................................................................................
D....................................................................................Meto
de Penulisan ................................................................................
E.....................................................................................Siste
matika Penulisan .........................................................................
Bab II Sensor Cahaya ....................................................................................
A.....................................................................................Peng
ertian Sensor ...............................................................................
B.....................................................................................Sens
or Cahaya ....................................................................................
Bab III Jenis-jenis Sensor Cahaya serta Karakteristik dan Prinsip Kerjanya . .
A.....................................................................................LDR
(Light Dependent Resistor) .........................................................
B.....................................................................................Fotod
ioda .............................................................................................
C.....................................................................................LED
Inframerah ...................................................................................
D....................................................................................Sel
Fotovoltaik ..................................................................................
E..................................................................................
Tabung Cahaya yang Mengandung Fotokatoda dan Detektor
Cryogenic
..................................................................................................

24
F.....................................................................................Dete
ktor Optis ....................................................................................
G....................................................................................Fotot
ransistor .......................................................................................
Bab IV Penutup ...............................................................................................
A.....................................................................................Kesi
mpulan ........................................................................................
B.....................................................................................Saran
.....................................................................................................
Daftar Pustaka ..................................................................................................

SENSOR CAHAYA
JENIS, KARAKTERISTIK DAN PRINSIP KERJA

Makalah Teknologi Sensor

25
Disusun oleh
Aditia Pradipta 32250718..
Gita Rustiawati 3225071875
M. Fajar Fiqri 32250718..
Rini Puji Astuti 3225071873
Supriyadi 32250718..

PRODI FISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011

26

Você também pode gostar