Você está na página 1de 9

1.

Abraham Maslow

Abraham Harold Maslow (1908 - 1970) adalah psikolog Amerika yang merupakan seorang
pelopor aliran psikologi humanistik. Ia terkenal dengan teorinya tentang hirarki kebutuhan
manusia.

BIOGRAFI

Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, Newyork, pada 1908. Maslow dibesarkan dalam
keluarga Yahudi Rusia dengan Orang Tua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa
kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya.
"Saya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh
non Yahudi. Saya merasa terisolasi dan tidak bahagia pada masa itu. Saya tumbuh di
perpustakaan diantara buku-buku." Ia awalnya berkuliah hukum, namun pada akhirnya ia
memilih untuk memilih mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas Wisconsin. Pada saat ia
berkuliah, ia menikah dengan sepupunya yang bernama Bertha pada bulan desember 1928, dan
bertemu dengan mentor utamanya yaitu Profesor Harry Harlow. Ia memperoleh gelar bachelor
pada 1930, master pada 1931, dan PhD pada 1934. Maslow kemudian memperdalam riset dan
studinya di Universitas Columbia dan masih mendalami subjek yang sama. Di sana ia bertemu
dengan mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund Freud.

Pada tahun 1937 hingga tahun 1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn College. Di
New York, Ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth Benedict seorang antropologis, dan
Max Wertheimer seorang Gestalt psikolog, yang ia kagumi secara profesional maupun personal.
Kedua orang inilah yang kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami perilaku
manusia, kesehatan mental dan potensi manusia. Ia menulis dalam subjek subjek ini dengan
mendalam. Tulisannya banyak meminjam dari gagasan-gagasan psikologi, namun dengan
pengembangan yang signifikan. Penambahan tersebut khususnya mencakup hirarki kebutuhan,
berbagai macam kebutuhan, aktualisasi diri seseorang, dan puncak dari pengalaman. Maslow
menjadi pelopor aliran humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar tahun 1950 hingga
1960-an. Pada masa ini ia dikenal sebagai "kekuatan ke tiga" di sanping teori Freud dan
behaviorisme.

Maslow menjadi profesor di Universitas Brandeis dari 1951 hingga 1969, dan menjadi resident
fellow untuk Laughlin Institute of California. Ia meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni
1970.

Pada tahun 1967, Asosiasi Humanis Amerika menganugerahkan gelar Humanist of the Year.

TEORI HUMANISTIK DAN AKTUALISASI DIRI

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa
manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat
terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan).
Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan
psikologisnya. Setelah perang dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan bagaimana psikolog
psikolog sebelumnya tentang pikiran manusia. Walau tidak menyangkal sepenuhnya, namun ia
memiliki gagasan sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia.

Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk
merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Untuk
membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya,
tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental
yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan mental. Hal ini
menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia
tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia yang
mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusia
yang kurang mengaktualisasi dirinya.

HIRARKI KEBUTUHAN

Interpretasi dari Hirarki Kebutuhan Maslow yang direpresentasikan dalam bentuk piramida
dengan kebutuhan yang lebih mendasar ada di bagian paling bawah

Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai


teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari
yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun
hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan fisiologis/ dasar


Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan
biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya
2. Kebutuhan akan rasa aman dan tentram
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari
teror, dan lain sebagainya.
3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-
lain.
4. Kebutuhan untuk dihargai
Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya.

Pada perkembangannya, teori ini juga mendapatkan kritik. Hal ini dikarenakan adanya sebuah
loncatan pada piramida kebutuhan Maslow yang paling tinggi, yaitu kebutuhan mencapai
aktualisasi diri. Kebutuhan itu sama sekali berbeda dengan keempat kebutuhan lainnya, yang
secara logika mudah dimengerti. Seakan-akan ada missing link antara piramida ke-4 dengan
puncak piramida. Seolah-olah terjadi lompatan logika.

Maslow's hierarchy of needs is a theory in psychology, proposed by Abraham Maslow in his


1943 paper A Theory of Human Motivation.[2] Maslow subsequently extended the idea to include
his observations of humans' innate curiosity. His theories parallel many other theories of human
developmental psychology, all of which focus on describing the stages of growth in humans.

Maslow studied what he called exemplary people such as Albert Einstein, Jane Addams, Eleanor
Roosevelt, and Frederick Douglass rather than mentally ill or neurotic people, writing that "the
study of crippled, stunted, immature, and unhealthy specimens can yield only a cripple
psychology and a cripple philosophy."[3] Maslow studied the healthiest 1% of the college student
population.[4]

Maslow's theory was fully expressed in his 1954 book Motivation and Personality.[5]

Hierarchy

Maslow's hierarchy of needs is often portrayed in the shape of a pyramid, with the largest and
most fundamental levels of needs at the bottom, and the need for self-actualization at the top.[1][6]

The most fundamental and basic four layers of the pyramid contain what Maslow called
"deficiency needs" or "d-needs": esteem , friendship and love, security, and physical needs. With
the exception of the most fundamental (physiological) needs, if these "deficiency needs" are not
met, the body gives no physical indication but the individual feels anxious and tense. Maslow's
theory suggests that the most basic level of needs must be met before the individual will strongly
desire (or focus motivation upon) the secondary or higher level needs. Maslow also coined the
term Metamotivation to describe the motivation of people who go beyond the scope of the basic
needs and strive for constant betterment.[7] Metamotivated people are driven by B-needs (Being
Needs), instead of deficiency needs (D-Needs).

Physiological needs

For the most part, physiological needs are obvious — they are the literal requirements for human
survival. If these requirements are not met, the human body simply cannot continue to function.

Air, water, and food are metabolic requirements for survival in all animals, including humans.
Clothing and shelter provide necessary protection from the elements. The intensity of the human
sexual instinct is shaped more by sexual competition than maintaining a birth rate adequate to
survival of the species.
Safety needs

With their physical needs relatively satisfied, the individual's safety needs take precedence and
dominate behavior. These needs have to do with people's yearning for a predictable orderly
world in which perceived unfairness and inconsistency are under control, the familiar frequent
and the unfamiliar rare. In the world of work, these safety needs manifest themselves in such
things as a preference for job security, grievance procedures for protecting the individual from
unilateral authority, savings accounts, insurance policies, reasonable disability accommodations,
and the like.

Safety and Security needs include:

 Personal security
 Financial security
 Health and well-being
 Safety net against accidents/illness and their adverse impacts

Love and belonging

After physiological and safety needs are fulfilled, the third layer of human needs are social and
involve feelings of belongingness. This aspect of Maslow's hierarchy involves emotionally based
relationships in general, such as:

 Friendship
 Intimacy
 Family

Humans need to feel a sense of belonging and acceptance, whether it comes from a large social
group, such as clubs, office culture, religious groups, professional organizations, sports teams,
gangs, or small social connections (family members, intimate partners, mentors, close
colleagues, confidants). They need to love and be loved (sexually and non-sexually) by others. In
the absence of these elements, many people become susceptible to loneliness, social anxiety, and
clinical depression. This need for belonging can often overcome the physiological and security
needs, depending on the strength of the peer pressure; an anorexic, for example, may ignore the
need to eat and the security of health for a feeling of control and belonging.[citation needed]

Esteem

All humans have a need to be respected and to have self-esteem and self-respect. Also known as
the belonging need, esteem presents the normal human desire to be accepted and valued by
others. People need to engage themselves to gain recognition and have an activity or activities
that give the person a sense of contribution, to feel accepted and self-valued, be it in a profession
or hobby. Imbalances at this level can result in low self-esteem or an inferiority complex. People
with low self-esteem need respect from others. They may seek fame or glory, which again
depends on others. Note, however, that many people with low self-esteem will not be able to
improve their view of themselves simply by receiving fame, respect, and glory externally, but
must first accept themselves internally. Psychological imbalances such as depression can also
prevent one from obtaining self-esteem on both levels.

Most people have a need for a stable self-respect and self-esteem. Maslow noted two versions of
esteem needs, a lower one and a higher one. The lower one is the need for the respect of others,
the need for status, recognition, fame, prestige, and attention. The higher one is the need for self-
respect, the need for strength, competence, mastery, self-confidence, independence and freedom.
The latter one ranks higher because it rests more on inner competence won through experience.
Deprivation of these needs can lead to an inferiority complex, weakness and helplessness.

Maslow also states that even though these are examples of how the quest for knowledge is
separate from basic needs he warns that these “two hierarchies are interrelated rather than
sharply separated” (Maslow 97). This means that this level of need, as well as the next and
highest level, are not strict, separate levels but closely related to others, and this is possibly the
reason that these two levels of need are left out of most textbooks.

Self-actualization

“What a man can be, he must be.”[8] This forms the basis of the perceived need for self-
actualization. This level of need pertains to what a person's full potential is and realizing that
potential. Maslow describes this desire as the desire to become more and more what one is, to
become everything that one is capable of becoming.[9] This is a broad definition of the need for
self-actualization, but when applied to individuals the need is specific. For example one
individual may have the strong desire to become an ideal parent, in another it may be expressed
athletically, and in another it may be expressed in painting, pictures, or inventions.[10] As
mentioned before, in order to reach a clear understanding of this level of need one must first not
only achieve the previous needs, physiological, safety, love, and esteem, but master these needs.

Self-transcendence

Maslow later added Self-transcendence. [1]

Criticisms

In their extensive review of research based on Maslow's theory, Wahba and Bridgewell found
little evidence for the ranking of needs Maslow described, or even for the existence of a definite
hierarchy at all.[11] Chilean economist and philosopher Manfred Max-Neef has also argued
fundamental human needs are non-hierarchical, and are ontologically universal and invariant in
nature—part of the condition of being human; poverty, he argues, may result from any one of
these needs being frustrated, denied or unfulfilled.[citation needed]

The order in which the hierarchy is arranged (with self-actualization as the highest order need)
has been criticised as being ethnocentric by Geert Hofstede.[12] Hofstede's criticism of Maslow's
pyramid as ethnocentric may stem from the fact that Maslow’s hierarchy of needs neglects to
illustrate and expand upon the difference between the social and intellectual needs of those raised
in individualistic societies and those raised in collectivist societies. Maslow created his hierarchy
of needs from an individualistic perspective, being that he was from the United States, a highly
individualistic nation. The needs and drives of those in individualistic societies tend to be more
self centered than those in collectivist societies, focusing on improvement of the self, with self
actualization being the apex of self improvement. Since the hierarchy was written from the
perspective of an individualist, the order of needs in the hierarchy with self actualization at the
top is not representative of the needs of those in collectivist cultures. In collectivist societies, the
needs of acceptance and community will outweigh the needs for freedom and individuality. [13]

Maslow’s hierarchy has also been criticized as being individualistic because of the position and
value of sex on the pyramid. Maslow’s pyramid puts sex on the bottom rung of physiological
needs, along with breathing and food. It views sex from an individualistic and not collectivist
perspective: i.e., as an individualistic physiological need that must be satisfied before one moves
on to higher pursuits. This view of sex neglects the emotional, familial and evolutionary
implications of sex within the community.[14][15]

1. Abraham Maslow
Hierarki Keperluan
Di dalam penulisannya yang diterbitkan pada tahun 1943, Abraham Maslow
memajukan cadangannya di bawah tajuk "A Theory of Human Motivation"

Mengikut teori tersebut, terdapat lima (5) peringkat keperluan manusia (pekerja).

Ia dipercayai boleh meningkatkan motivasi pekerja.

Bermula dengan peringkat yang rendah sekali, peringkat berkenaan adalah:

o Keperluan Fisiologi. Inilah keperluan asas manusia seperti makanan, tidur dan
tempatkediaman.

Sekiranya salah satu daripada keperluan ini tidak dipenuhi, ia akan


mempengaruhi arah fokus pekerja semasa menjalankan sesuatu tugas.

o Keperluan Keselamatan. Termasuk di dalam keperluan ini adalah keselamatan


peribadi,keselamatan kewangan, kesihatan dan tidak akan menjadi mangsa
penyalahgunaan kuasa.
o Keperluan Sosial. Inilah keperluan manusia untuk dicintai dan merasai
perasaan "kekitaan". Semua pekerja perlu merasai bahawa mereka
diperlukan dan mempunyai peranan tersendiri di dalam organisasi. Jika
dipenuhi, perasaan ketegangan dan tekanan ("stress") di kalangan pekerja
dapat dielakkan atau dikurangkan.
o Keperluan Kehormatan Diri ("Esteem"). Keperluan ini ada kaitan dengan
keperluan pekerja untuk dihormati dan diberi peluang menghormati orang
lain. Beri mereka tugas yang boleh memberimereka peluang untuk memberi
sumbangan. Ini akan meningkatkan "penghormatan diri" (self-esteem.)
o Keperluan Berkembang Diri. Keperluan ini berkaitan dengan keperluan untuk
mencapai cita-cita diri sendiri mengikut potensi seseorang manusia (pekerja).

Mengkit Maslow keperluan untuk berkembang diri dapat memberi motivasi


yang berkekalan.
Termasuk di dalam keperluan ini ialah peluang untuk menggunakan kreativiti,
kebolehan menyelasaian masalah-masalah dan mengalami aktiviti yang
bermoral.

Keperluan dari peringkat kedua hingga peringkat kelima adalah keperluan


"psychological."

Tidak mudah untuk merancang mana satu keperluan dijadikan sebagai


tumpuan seseorang pekerja. Di samping itu, kesemua keperluan itu tidak
boleh dipenuhi pada masa yang sama.

Kebutuhan keselamatan

Dengan kebutuhan fisik mereka relatif puas, keselamatan individu membutuhkan diutamakan
dan mendominasi perilaku. Kebutuhan ini harus dilakukan dengan rakyat kerinduan untuk dapat
diprediksi tertib dunia yang dirasakan ketidakadilan dan inkonsistensi yang berada di bawah
kontrol, kenal sering dan asing langka. Dalam dunia kerja, keselamatan ini kebutuhan
mewujudkan diri mereka dalam hal-hal seperti preferensi untuk Keamanan kerja, prosedur
keluhan untuk melindungi individu dari otoritas sepihak, tabungan, polis asuransi, akomodasi
cacat yang masuk akal, dan sejenisnya.

Keselamatan dan keamanan kebutuhan meliputi:

 Keamanan pribadi
 Keamanan finansial
 Kesehatan dan kesejahteraan
 Jaring pengaman terhadap kecelakaan/sakit dan dampak merugikan mereka

Cinta dan milik

Setelah fisiologis dan kebutuhan keselamatan terpenuhi, lapisan ketiga kebutuhan manusia sosial
dan melibatkan perasaan kepemilikan. Aspek hirarki Maslow melibatkan hubungan emosional
berbasis secara umum, seperti:

 Persahabatan
 Keintiman
 Keluarga

Manusia perlu merasa rasa memiliki dan penerimaan, apakah itu berasal dari kelompok sosial
yang besar, seperti klub, kantor budaya, kelompok-kelompok keagamaan, organisasi profesional,
olahraga tim, geng atau hubungan sosial yang kecil (anggota keluarga, mitra intim, mentor,
menutup kolega, dipercayainya). Mereka perlu untuk mencintai dan dicintai (seksual dan non-
seksual) oleh orang lain. Dengan tidak adanya unsur-unsur ini, banyak orang menjadi rentan
terhadap kesepian, kecemasan sosial dan depresi klinis. Ini perlu untuk milik sering dapat
mengatasi kebutuhan fisiologis dan keamanan, tergantung pada kekuatan tekanan; anorexic,
misalnya, mungkin mengabaikan kebutuhan untuk makan dan keamanan kesehatan untuk
perasaan kontrol dan milik.[citation neededkutipan diperlukan]
Harga

Semua manusia memiliki kebutuhan untuk dihormati dan memiliki harga diri dan harga diri.
Juga dikenal sebagai milik kebutuhan, menyajikan harga manusia normal keinginan untuk
diterima dan dihargai oleh orang lain. Orang perlu untuk melibatkan diri untuk memperoleh
pengakuan dan memiliki aktivitas atau kegiatan yang memberi orang rasa kontribusi, untuk
merasa diterima dan self-valued, berada dalam profesi atau hobi. Ketidakseimbangan pada
tingkat ini dapat mengakibatkan harga diri rendah atau inferioritas kompleks. Orang-orang
dengan harga diri yang rendah membutuhkan rasa hormat dari orang lain. Mereka mungkin
mencari ketenaran atau kemuliaan, yang lagi tergantung pada orang lain. Namun, perlu diketahui
bahwa banyak orang dengan harga diri yang rendah tidak akan mampu meningkatkan pandangan
mereka sendiri hanya dengan menerima ketenaran, rasa hormat dan kemuliaan eksternal, tapi
pertama-tama harus menerima diri mereka sendiri secara internal. Ketidakseimbangan psikologis
seperti depresi juga dapat mencegah satu dari mendapatkan harga diri pada tingkat kedua.

Kebanyakan orang memiliki kebutuhan untuk stabil harga diri dan harga diri. Maslow mencatat
dua versi dari harga kebutuhan, yang lebih rendah dan yang tinggi. Yang lebih rendah adalah
kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan untuk status, pengakuan, ketenaran,
prestise, dan perhatian. Yang lebih tinggi adalah kebutuhan untuk harga diri, kebutuhan untuk
kekuatan, kompetensi, penguasaan, kepercayaan diri, kemerdekaan dan kebebasan. Terakhir satu
peringkat yang lebih tinggi karena bersandar lebih pada kompetensi batin memenangkan melalui
pengalaman. Kekurangan kebutuhan tersebut dapat mengakibatkan inferioritas kompleks,
kelemahan dan ketidakberdayaan.

Maslow juga menyatakan bahwa meskipun ini adalah contoh bagaimana pencarian pengetahuan
terpisah dari kebutuhan dasar ia memperingatkan bahwa ini "dua hierarki yang saling terkait
daripada tajam dipisahkan" (Maslow 97). Ini berarti bahwa tingkat kebutuhan, serta tingkat
berikutnya dan tertinggi, tidak ketat, terpisah tingkat tetapi terkait erat dengan orang lain, dan
mungkin ini adalah alasan bahwa ini dua tingkat kebutuhan yang tersisa dari sebagian besar
buku.

Aktualisasi diri

"Apa seorang laki-laki bisa, ia harus menjadi."[] 8 ] Ini merupakan dasar dari kebutuhan yang
dirasakan aktualisasi diri. Tingkat kebutuhan berkenaan dengan apa seseorang penuh potensi dan
menyadari potensi itu. Maslow menggambarkan keinginan ini sebagai keinginan untuk menjadi
lebih dan lebih apa yang satu itu, untuk menjadi segalanya bahwa salah satu mampu menjadi.[] 9 ]
Ini adalah definisi yang luas mengenai perlunya aktualisasi diri, tetapi ketika diterapkan pada
individu kebutuhan tertentu. Misalnya satu individu mungkin memiliki keinginan yang kuat
untuk menjadi orangtua yang ideal, di lain itu dapat dinyatakan atletis dan lain itu mungkin
dinyatakan dalam lukisan, Gambar, atau penemuan.[] 10 ] Seperti disebutkan sebelumnya, dalam
rangka untuk mencapai pemahaman yang jelas tentang tingkat kebutuhan salah satu harus
pertama tidak hanya mencapai kebutuhan sebelumnya, fisiologis, keselamatan, cinta, dan harga,
tetapi menguasai kebutuhan ini.

Self-transcendence
Maslow kemudian menambahkan Self-transcendence

Você também pode gostar