Você está na página 1de 4

ANGGREK HITAM CAGAR ALAM PADANG

LUWAY
Siapa yang tak mengenal anggrek hitam (Coelogyne pandurata)?Keelokannya
telah tersohor ke seantero Indonesia bahkan dunia. Flora ini merupakan spesies
asli Kalimantan. Salah satu habitatnya berada di Cagar Alam Padang Luway
yang secara administrasi terletak di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Sekolaq
Darat, Kecamatan Melak dan Kecamatan Damai, Kabupaten Kutai Barat,
Kalimantan Timur.

Padang Luway merupakan kawasan hutan kerangas, yang tanahnya berupa kersik
(pasir) yang berwarna putih. Tumbuhan yang ada di kawasan ini didominasi oleh
jenis Medang (Dehasia sp), Way (Euginia sp), Karet (Havea sp), Pelawan
(Tristania obovata) dan Pelaga (Schima wallichii). Selain itu di kawasan ini juga
dijumpai tumbuhan berkhasiat obat yang terkenal yaitu pasak bumi (Eurycoma
longifolia). Satwa yang ada di kawasan ini antara lain babi hutan, warik, rusa,
kijang, biawak dan beberapa jenis burung seperti rangkong, punai, parkit, pergam
dan gagak.

Padang Luway ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Alam melalui Surat


Keputusan Menteri Pertanian nomor 792/Kpts/Um/10/1982 tanggal 29 Oktober
1982 tentang Pengukuhan Perluasan Cagar Alam Padang Luway dari 1.000
Hektar menjadi 5.000 Hektar. Berdasarkan hasil rekonstruksi batas Balai
Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah IV pada tahun 2006 lalu, luasnya sebesar
4.896,35 Ha. Pengelolaannya berada pada Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Kalimantan Timur (Anonim, 2009).

Anggrek hitam sangat mudah dijumpai di kawasan Cagar Alam Padang Luway
yang merupakan habitat asli jenis flora tersebut. Sebagai tumbuhan epifit, anggrek
hitam hidup menempel pada batang kayu atau pohon, disamping beberapa
diantaranya tumbuh di lantai hutan pada batang kayu yang telah rebah.
Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata)

Anggrek Hitam memiliki nama ilmiah Coelogyne pandurata. Tumbuhan ini


hidup bergerombol membentuk rumpun. Bagian pangkalnya memiliki umbi yang
berbentuk bulat telur agak pipih, dengan dua helai daun elips yang menjulang ke
atas. Kebanyakan orang mengira bahwa bunga anggrek hitam berwarna hitam
secara keseluruhan. Tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Bunga anggrek hitam
berbentuk tangkai dengan jumlah kuntum bunga antara 5-10 kuntum per tangkai.
Warna bunganya didominasi oleh warna hijau kekuningan pada bagian kelopak
dan mahkotanya, sedang bagian bibir bunga berwarna hitam dimana bagian dalam
terdapat bintik-bintik warna hitam dengan kombinasi garis-garis hitam.
Keindahannya bisa dinikmatai saat musim berbunga tiba.

Musim berbunga Anggrek Hitam biasanya terjadi pada akhir tahun antara bulan
Oktober sampai Desember. Ketika musim bunga, terdapat ratusan kuntum bunga
yang bisa kita temui di sana. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, anggrek
hitam memiliki daya mistis. Masyarakat Dayak sangat menghormati anggrek
hitam, mencurinya berarti merupakan pelanggaran terhadap hukum adat yang sulit
terampuni.

Selain anggrek hitam, di dalam kawasan ini juga dapat dijumpai beberapa jenis
anggrek lain seperti anggrek tebu (Gramatophyllum speciosum), anggrek merpati
(Dendrobium cruminatum), anggrek merpati tanah (Bromheadia finlaysoniana)
dan beberapa jenis anggrek lainnya. Selain itu dijumpai pula tumbuhan karnivora
jenis kantong semar (Nepenthes sp).

Seiring dengan perkembangan waktu, keberadaan anggrek hitam di Cagar Alam


Padang Luway kian terancam. Kebakaran hutan yang terjadi hampir sepanjang
tahun merupakan ancaman serius akan keberadaannya. Kebakaran hebat beberapa
tahun lalu sempat memporakporandakan kawasan ini dan sekarang menyisakan
lahan kosong yang telah ditumbuhi semak belukar. Sebaran anggrek hitam di
kawasan Cagar Alam Padang Luway saat ini hanya tersisa ± 45 Ha dari luas total
kawasan sebesar 5000 Ha, yaitu yang terdapat di Kersik Luway. Sisanya berupa
semak belukar, padang ilalang, areal terbuka dan perkebunan karet milik
masyarakat setempat.

Aktivitas masyarakat setempat juga turut memberikan dampak negatif kepada


kawasan ini. Di dalam kawasan Cagar Alam, dengan mudah dapat dijumpai
perkebunan karet milik masyarakat. Sungguh ironis memang, kawasan yang
seharusnya dijaga keasliannya justru digunakan sebagai tempat bercocok tanam.
Selain itu ditemukan pula pemukiman penduduk.

Selain ancaman kebakaran dan perambahan, adanya kebijakan Dinas Pariwisata


Kabupaten Kutai Barat dengan memfungsikannya kawasan Cagar Alam Padang
Luway sebagai tempat wisata semakin menambah peliknya permasalahan di
kawasan ini. Padahal jika dilihat statusnya yang merupakan Cagar Alam,
seharusnya kegiatan yang diijinkan hanyalah untuk kepentingan penelitian dan
pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kegiatan lain yang menunjang
budidaya. Pencurian, sampah dan terganggunya habitat merupakan beberapa
dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan wisata.

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan Balai KSDA


Kalimantan Timur tahun 2008, sampai saat ini di kawasan ini telah berdiri
beberapa bangunan pendukung kegiatan pariwisata seperti: pusat informasi wisata
bagi pengunjung (information center), sarana untuk berjualan makanan
(gerobak/display untuk menaruh dagangan) dan portal masuk ke kawasan Cagar
Alam. Belum lagi adanya pembangunan jalan pengangkut Batubara PT.
Trubaindo yang lokasinya sangat dekat dengan batas Cagar Alam Padang Luway.
Dikawatirkan jalan tersebut akan bertambah lebar dan semakin mengancam
keberadaan Cagar Alam Padang Luway (Anonim, 2008).

Balai Konservasi Sumber Daya Alam sebagai institusi yang mengelola kawasan
ini telah, sedang dan akan melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
menjaga eksistensi kawasan ini. Dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang
dimiliki, Balai KSDA Kaltim telah melakukan upaya-upaya untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
diantaranya, melakukan komunikasi dan sosialisasi dengan Dinas Pariwisata
Kutai Barat dalam rangka menghentikan kegiatan wisata di Cagar Alam,
menurunkan tingkat perambahan kawasan melalui kegiatan pemberdayaan
masyarakat sekitar kawasan, pembentukan kader konservasi dan sosialisasi
peraturan perundang-undangan untuk meningkatkan kepedulian terhadap kawasan
konservasi, perlindungan kawasan melalui kegiatan penjagaan kawasan dan
pembentukan posko pemadam kebakaran yang bekerja sama dengan masyarakat
dan instansi terkait.
Kegiatan yang sedang dilakukan diantaranya seperti operasi fungsional kawasan,
patroli rutin kawasan, pengamanan rutin kawasan, operasi pencegahan dan
penanggulangan kebakaran, sosialisasi penngendalian kebakaran hutan dan lahan
melalui rapat koordinasi dan pembagian poster. Pada tahun 2010 Balai KSDA
Kaltim berencana membangun gedung kantor Daerah Operasi Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan (DaOps Dalkarhut), seperti yang telah dilakukan di
Kabupaten Paser. Diharapkan dengan berdirinya kantor DAOPS Dalkarhut di
Kabupaten Kutai Barat, permasalahan yang terkait dengan kebakaran hutan bisa
segera teratasi.

Dengan banyaknya permasalahan yang terjadi di kawasan Cagar Alam Padang


Luway semoga tidak malah menciutkan nyali kita dalam upaya menjaga
kelestarian Cagar Alam Padang kontribusi dalam menjaga kelestarian anggrek
hitam khususnya dan spesies lain yang menggantungkan hidupnya pada Cagar
Alam Padang Luway. Semoga.

sumber Balai KSDA Kalimantan Timur

Linknya : http://www.wisatakaltim.com/tempat-wisata/kutai-barat/anggrek-hitam-
cagar-alam-padang-luway/

Você também pode gostar