Você está na página 1de 3

Argumentasi KAP FID2M untuk pernyataan debat “Pengesahan dan penerapan RUU Akuntan

Publik di Indonesia justru menghambat perkembangan profesi akuntan di Indonesia”

Pro:

1. Pasal 8 tentang perpanjangan izin

→ RUU AP pasal 8 mengatakan bahwa Akuntan Publik harus mengajukan permohonan


perpanjangan izin paling lambat 180 hari setelah izin Akuntan Publik tidak berlaku (ayat
3). Lalu bagaimana apabila akuntan public sudah mengajukan permohonan izin tetapi
dalam waktu 180 hari izinnya belum dikeluarkan? Apakah ia harus menunggu 5 tahun
lagi baru bisa mengajukan permohonan perpanjangan izin kembali? Hal ini akan
menjadikan profesi akuntan public semakin rumit dan lama.

2. Pasal 38 tentang tanggung jawab akuntan public

→ Akuntan public merupakan profesi yang berdiri sendiri, jadi pemerintah tidak perlu
terlalu banyak ikut campur tangan

3. Pasal 34,35,36 tentang pembinaan

→ Dikatakan bahwa Menteri yang berwenang untuk membuat peraturan tentang akuntan
public, menetapkan beberapa kebijakan mengenai standard akuntan, menyelenggarakan
ujian profesi akuntan public, dll. Padahal Menteri belum tentu mengerti akuntansi secara
mendalam, sehingga dikhawatirkan ketetapan yang dibuat tidak sesuai. Selain itu IAPI
seperti merupakan perpanjangan tangan dari Menteri. Jadi apabila tidak sesuai dengan
ketetapan Menteri, kewenangan IAPI dapat dicabut.

4. Pasal 63 yang mengatur tentang pengenaan sanksi pidana

→ Dalam pasal ini disebutkan bahwa ada ketentuan pidana bagi akuntan public yang
melakukan atau terlibat atau memberikan keterangan palsu, dokumen palsu, manipulasi
data. Padahal perbuatan-perbuatan tersebut telah diatur dalam KUHP, sehingga akan
berdampak munculnya duplikasi aturan, tumpang tindih, dan berpotensi menimbulkan
perbedaan interpretasi atas suatu permasalahan sehingga menimbulkan ketidakpastian.
5. Pasal 7 dan 13 ayat 4 tentang pengaturan akuntan public asing

→ Pengaturan ini lebih bersifat untuk mengakomodir kepentingan untuk

memenuhi kesepakatan WTO dan kesepakatan liberalisasi jasa akuntansi di

kawasan ASEAN 2015 sebagaimana telah ditandatanganinya “ASEAN MRA

Framework on Accountancy Services” oleh Negara-negara ASEAN tahun 2008,

daripada untuk memberikan perlindungan terhadap akuntan publik local. Jika semakin
banyak akuntan asing yang masuk di Indonesia maka dikhawatirkan rahasia negara dapat
tersebar dan tidak terjaga kerahasiaannya. Selain itu, RUU Akuntan Publik tidak
mengatur mengenai sanksi yang dikenakan untuk akuntan public asing.

6. Dalam RUU Akuntan Publik ada 28 pasal yang memberikan kewenangan lebih lanjut
bagi pemerintah. Penarikan kewenangan sertifikasi profesi, pendidikan profesi
berkelanjutan (PPL), penyusunan standar profesi termasuk kode etik dan reviu
mutu/pemeriksaan yang selama ini telah dilaksanakan oleh profesi akuntan publik
melalui IAPI ditarik menjadi wewenang pemerintah sepenuhnya. Kondisi tersebut tidak
memberdayakan IAPI dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalitas Akuntan
Publik.

7. Pasal 45 tentang pengawasan


→ Menteri melakukan pengawasan terhadap akuntan public, kantor akuntan public, dan
cabang kantor akuntan public. Selain itu Menteri dapat menunjuk pihak lain dan atas
nama Menteri untuk melakukan pengawasan. Pihak yang melakukan pemeriksaan tidak
jelas kualifikasinya. Bisa saja penilaiannya subjektif, kurang sesuai, dan dipengaruhi oleh
pihak lain untuk kepentingan pribadi

8. RUU tidak mengatur mekanisme pembuktian, keberatan, banding Akuntan Publik yang
dinyatakan bersalah

9. Dalam RUU ada 15 pasal yang mengatur tentang sanksi, sehingga RUU ini terkesan
sebagai RUU yang hanya berisi sanksi.

Você também pode gostar