Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Pendahuluan………………………………………..hal 1
2. Materi………………………………………………hal 2
- Diagnose diferensial dari angina pektoris ………..hal 9
- Diagnosa Keperawatan dan penatalaksanaan ..…….hal 9
- Pengobatan Angina Pectoris………………………..hal 11
- Kesimpulan…………………………………………hal 13
3. Daftar Pustaka……………………………………....hal 14
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
A. ANGINA PECTORIS
1. PENGERTIAN
Iskemia miokard akan terjadi bila kebutuhan oksigen melampaui suplai oksigen.
Bila suplai 02pada miokard mencukupi kebutuhan 02 untuk metabolisme maka fungsi
miokard akan normal.
A). Faktor-faktor yang turut menentukan besarnya kebutuhan 02miokard :
1. Frekuensi denyut jantung per menit.
2. Tegangan dinding ventrikel (berbanding langsung dengan radius ventrikel dan tekanan
sistolik dalam ventrikel, akan tetapi berbanding terbalik dengan tebalnya dinding
ventrikel).
3. Kekuatan kontraksi dari ventrikel (contractility).
B). Suplai 02tergantung juga dari aliran darah koroner yangmana aliran ini juga
ditentukan oleh faktor-faktor :
1. Tahanan vaskular dalam pembuluh darah koroner
2. Diameter dari lumen arteri koronaria bagian proksimal
3. Perbedaan antara tekanan diastolis sistemik dan tekananakhir diastolis dalam ventrikel.
4. Frekuensi dari denyut jantung per menit
5. Kadar oksigen dalam darah arteri koronaria (yang juga tergantung dari kadar
haemoglobin darah, saturasi oksigen darah).
2. Karakteristik dan rasa nyeri perlu diperhatikan. Tiap penderita dengan angina mungkin
sekali akan melukiskan rasa nyeri dengan ungkapan yang berbeda-beda secara subyektif,
misalnya perasaan nyeri dan berat di dada atau perasaan dada seperti ditekan atau seperti
dihimpit dan sebagainya.
3
3. Mulai dan saat waktu timbulnya perasaan nyeri dada tersebut serta pencetus timbulnya
nyeri dada perlu diungkapkan. Misalnya seringkali nyeri dada timbul waktu sedang
melakukan kerja fisik tertentu, atau keadaan emosionil. Kadang-kadang nyeri dada
tercetus sesudah makan banyak. Nyeri dada pada angina pektoris lebih mudah timbul
pada cuaca dingin.
4. Lama dan beratnya rasa nyeri dada perlu juga diketahui untuk
menilai berat ringannya dan perkembangan dari gangguan sirkulasi koroner serta
akibatnya.
5. Keadaan yang memberatkan rasa nyeri, misalnya kurangnya istirahat atau keadaan
yang sangat letih, Iklim dan cuaca dingin kadang-kadang terungkapkan dalam anamnesa.
Sebagian besar penderita dengan angina pektoris datang pada keadaan di luar
serangan dimana keluhan-keluhan nyeri dada tidak ada, dan sipenderita tampak dalam
keadaan umum yang baik. Dalam hal ini bila dari anamnesa terdapat stigmata dan data-
data yang mengungkapkan kemungkinan adanya angina
pektoris maka dapatlah diusahakan test provokasi untuk memastikan adanya sesuatu
serangan angina pektoris dengan beban kerja (exercise induced myocardiac ischaemic
pain).
4
Standard exercise stress test dapat menyebabkan timbulnya serangan angina atau
gejala-gejala yang sejenis lain, misalnya: gangguan irama jantung (cardiac arrhythmia).
Double master test, treadmill test atau stationary bicycle test cukup baik untuk keperluan
diagnosa angina pektoris.
Perubahan EKG yang berupa depresi segmen S--T sebesar 0.5--1 mm atau lebih
pada waktu atau segera sesudah melakukan test exercise tersebut menunjukkan adanya
iskemia sub endocardiac. Dalam keadaan istirahat penuh, EKG tampak selalu normal
kembali (kecuali penderita yang pernah mendapat serangan infark jantung). Elevasi
segmen ST dapat disebabkan oleh adanya iskemia transmural pada miokard. Angina
pektoris sebagai sindroma Minis dapat terjadi dalam tipe stable dan tipe unstable
(stable angina pectoris and unstable angina pectoris). Stable angina pectoris menunjukkan
adanya keluhan angina pektoris dengan pola yang tetap sama pada tingkat kerja fisik
tertentu sehingga biasanya dapat diduga kapan dan pada waktu bagaimana serangan
angina pektoris tersebut, akan timbul dan akan hilang kembali. Sedangkan unstable
angina pektoris menggambarkan keadaan nyeri dada dengan pola keluhan yang makin
lama makin berat dan bahkan mungkin menjurus pada angina pektoris yang timbul pada
waktu kerja minimal atau pada waktu istirahat dan mungkin memerrukan tablet
nitroglycerin makin banyak untuk menghilangkan serangan angina pektoris.
Penderita dengan unstable angina mempunyai risiko yang lebih besar untuk
terjadinya infark miokard. Pemeriksaan fisik pada penderita dengan angina pektoris
diluar serangan hampir selalu tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik. Pada waktu
serangan nyeri dada mungkin dapat ditemukan adanya bunyi jantung ke--4 (S4) yang
akan menandakan adanya gangguan dari daya pompa dari ventrikel kiri.
Elektrokardiogram diluar serangan angina pektoris seringkali menggambarkan EKG yang
normal, kecuali pada penderita yang pernah mempunyai riwayat infark miokard yang
sudah lama. Pada umumnya perubahan EKG yang terjadi pada waktu serangan (bila
penderita dimonitor EKG) akan tampak adanya depresi segmen ST dan perubahan
tersebut, akan hilang lagi serta EKG menjadi normal sesudah meredanya keluhan
anginapektoris.
5
Kira-kira 60--80% penderita dengan penyakit jantung koroner menunjukkan
perubahan-perubahan tersebut, diatas pada bicycle exercise atau treadmill test yang
maximal. Pemeriksaan rontgen dada tidak menunjukkan kelainan khas angina pektoris,
baik pada waktu serangan ataupun di luar serangan. Pemeriksaan kadar serum
transaminase (SGPT, LDH, CPK total dan CK--MB) tidak mengalami perubahan pada
angina pektoris.
Echo-kardiografi jarang sekali dapat menggambarkan kelainan yangberkenaan
dengan serangan angina pektoris, hanya kadang-kadang pada serangan angina pektoris
dapat ditemukan adanya tanda-tanda berkurangnya kontraktilitas dari bagian miokard
yang iskemia ataupun mungkin juga dapat diliha bahwa gerakan terbukanya daun katup
mitral anterior lebih lambat yang menandakan adanya gangguan pada kontraksi ventrikel
kiri.
Pemeriksaan penyadapan jantung (cardiac catherizarion) untuk menilai keadaan
hemodinamik pada waktu serangan angina pektoris dapat menunjukkan kenaikan tekanan
akhir diatolik dari ventrikel kin yang juga menunjukkan adanya gangguan pada
kontraktilitas ventrikel kiri.
Demildan pula dengan mengukur kadar asam laktat dan asam pirurat dalam darah yang
disadap dari sinus coronarius akan menunjukkan kadar yang meninggi, dan keadaan ini
menunjukkan pula meningkatnya metabolisme anerobik dalam miokard yang sering
terjadi pada miokard yang mengalami keadaan anoxia.
Gambaran ventrikulografi dari ventrikel kiri waktu serangan angina pektoris
mungkin pula dapat menunjukkan adanya bagian dari dinding ventrikel yang mengalami
hambatan pada kontraksi pada waktu sistole.
Angiografi koroner dapat menunjukkan adanya penyempitan pada lumen arteri
koronaria bagian proximal yang cukup bermakna (lebih dari 50%) pada penderita angina
pektoris. Pada beberapa penderita angina pektoris seringkali didapat gambaran angiografi
koroner yang masih normal walaupun exercise test menunjukkan respons iskemia yang
positif. Sebagian dari kasus angina pektoris tipe
Prinzmetal seringkali tidak menunjukkan kelainan pada angiografi koroner, dalam hal ini
gangguan sirkulasi koroner disebabkan semata-mata oleh spasme arteri koronaria.
6
Pemeriksaan dengan radionuclide (isotop thallium) exercise test mempunyai
gambaran specifisitas dan sensitivitas yang lebih baik, dengan demikian scintigraphy
sesudah exercise test pada penderita dengan angina pektoris akan menunjukkan bagian-
bagian miokard yang tidak menyerap isotop yang juga menunjukkan bagian-bagian
miokard yang terkena keadaan iskemia.
7
Gambaran penderita dengan keluhan nyeri dada dengan tangan kiri yang
digenggamkan diatas daerah sternal.
Diagnose diferensial dari angina pektoris :
Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan keluhan nyeri dada selain dari penyakit
jantung koroner adalah :
-- nyeri yang berasal dari otot dinding thorax (neuromusculardisorders)
-- Costo chondritis pada dinding dada (sindroma Tietze)
-- Splenic-flexure syndrome
-- fraktur tulang rusuk
-- herpes zoster
-- aneurysma aorta disectans
-- pleuro pneumonia
-- etelectosis
-- pneumo thorax spontan
-- emboli paru-paru
-- malignancy pada paru-paru
-- pericarditis
-- prolaps katup mitral
-- hypertensi pulmonal
-- cardiomyopathia idiopathic hypertrophic subaortic stenosis
-- stenosis katup aorta
-- spasme oesophagus atau spasme cardia lambung
-- hernia hiatus
-- ulcus pepticum yang actif
-- cholecystitis
-- pancreatitis
-- abses subdiaphragmatic
-- kekhawatiran yang psychogenic (cardiac neurosis).
8
ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
•Penurunan perfusi jaringan jantung
•Perubahan pola nafas
•Perubahan rasa nyaman; nyeri
•Intoleransi aktifitas
•Kecemasan
PENATALAKSANAAN
•Penatalaksanaan paling efektif adalah mendeteksi faktor resiko dan menguranginya.
•Mengurangi kebutuhan oksigen jantung dengan menurunkan kerja jantung
•Meningkatkan suplai oksigen jantung
•Revaskularisasi koroner
Revaskularisasi Koroner
Revaskularisasi koroner merupakan cara untuk dapat memperbaiki vaskularisasi
pembuluh darah ke jantung. 3 mekanisme revaskkularisasi
koroner adalah: PTCA (Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty),
Revaskularisasi bedah dengan CABG, Terapi Trombolitik.
9
PROGRAM REHABILITASI PJK
10
Pengobatan Angina Pektoris.
Pada serangan angina dapat diberikan tablet nitroglycerine 5 mg subligual untuk diisap di
bawah lidah. Dapat jugs dipertimbangkan pemakaian obat secara ini untuk profilaksis
terhadap serangan bila pada keadaan tertentu dapat diduga bahwa serangan angina akan
timbul. Dengan demikian dianjurkan pada penderita dengan angina pektoris agar selalu
membawa tablet nitroglycerine sublingual.
Faktor-faktor yang memberatkan kerja jantung (meningkatkan kebutuhan oksigen
miokard), sedapat mungkin harus dihindari dan bila mungkin diperbaiki, misalnya
hipertensi,obesitas dan kerja fisik yang berat serta emosi yang berlebih-lebihan.
Bila serangan angina pektoris mempunyai pola yang kurang lebih menetap dalam
pekerjaan sehari-hari, maka dapat diberikan preparat nitroglycerin yang berdaya kerja
dalam waktu yang lama (long acting) sebagai pemberian obat yang dipertahankan sehari-
hari. Untuk ini isosorbide dinitrate tablet 10 mg diberikan 3 & 4 kali sehari, seringkali
cukup memadai maksud tersebut. Disamping itu dapat pula ditambahkan obat-obatan
beta blocker yang dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard.
Dalam hal ini propanolol tablet 10 mg 3 kali sehari dapat dicoba bila tidak ada kontra
indikasi (gagal jantung, astma bronchial, heart block grade 2 dan grade 3).
Baru-baru ini dikembangkan juga pemakaian salep nitroglycerine dalam jumlah tertentu
yang diserapkan pada kulit dapat memenuhi keperluan obat-obat nitro sehari-hari.
Latihan fisik atau olahraga dengan bimbingan tertentu yang disesuaikan dengan keadaan
sipenderita dianjurkan untuk mencapai keadaan optimal dari sistem kardiovaskuler
dalam arti bahwa kerja jantung menjadi lebih efisien.
Perhatian dalam pengobatan angina pektoris harus juga ditujukan pada pola
perkembangan keluhan-keluhan angina.
Bila keluhan angina menjadi progresif dalam frekuensi dan beratnya serangan atau
serangan angina timbul pada keadaan istirahat, maka pengobatan harus lebih intensif
dengan maksud untuk sedapat mungkin mencegah terjadinya iskemia yang lebih berat
yang mungkin berlanjut akan menjadi infark miokard.
Bila keadaan ternyata bertambah buruk di monitor EKGnya dan dilakukan pengukuran
11
kadar enzim (SGOT LDH, CPK, dan CK--MB) yang dilakukan berturut-turut dalam hari-
hari pertama perawatan. Penderita harus istirahat di tempat tidur dan diberikan obat-obat
sedatif dan bila perlu obat-obat analgesik.
Obat-obat beta blocker dalam infark miokard akut diragukan manfaatnya, bahkan
mungkin perlu dihentikan pemberiannya untuk sementara selama fase akut.
Tentang pemakaian obat antikoagulan pada unstable angina belum ada data laporan
penyelidikan yang menunjukkan bahwa obat-obat tersebut dapat memberi manfaat yang
cukup bermakna. Pada penderita yang belum lama mendapat serangan post infark
miokard (kurang dari 1 atau 2 bulan yang lalu) dengan timbulnya keluhan unstable
angina, pemberian obat anti- koagulan boleh dipertimbangkan walaupun belum pasti
hasilnya.
Perhatian pada akhir-akhir ini banyak ditujukan pada faktor spasme arteria koronaria
vasospasme yang dapat menimbulkan keluhan angina, walaupun pada keadaan istirahat.
Pada penderita dengan PJK ataupun pada penderita dengan pembuluh arteria koronaria
yang masih baik, dalam hal tersebut diatas, Calsium antagonist dapat bermanfaat pada
vasospastic unstable-angina-pektoris. Penderita yang telah diberikan pengobatan
seperlunya, akan tetapi masih juga menderita angina sebaiknya dipertimbangkan untuk
dilakukan angiografi koroner untuk menentukan apakah ada indikasi untuk tindakan
operatif(coroner artery bypass surgery).
Ella ternyata terdapat penyempitan yang cukup berarti (70%) pada dua atau lebih arteri
koronaria yang utama atau pada percabangannya yang proksimal dari salah satu dari
kedua arteria koronaria utama tersebut, maka tindakan operatif seringkali dapat
menghilangkan keluhan-keluhan angina
12
KESIMPULAN
1. Angina pektoris adalah keadaan penderita Penyakit Jantung Koroner dengan
keluhan nyeri dada (di daerah sternal dan precordial yang disebabkan karena
gangguan peredaran darah koroner sehingga pada suatu saat atau pada keadaan
tertentu tidak mencukupi keperluan metabolisme miokard karena meningkatnya
kebutuhan oksigen dan bila kebutuhan oksigen tersebut, menurun kembali maka
keluhan nyeri dada tersebut akan hilang.
2. Macam – macam angina pectoris :
Angina Pektoris Stabil: Nyeri dada yang tergolong angina stabil adalah nyeri yang
timbul saat melakukan aktifitas. Rasa nyeri tidak lebih dari 15 menit dan hilang
dengan istirahat.
Angina Pektoris Tidak Stabil (UAP): Pada UAP nyeri dada timbul pada saat
istirahat, nyeri berlangsung lebih dari 15 menit dan terjadi peningkatan rasa nyeri.
Angina Varian: Merupakan angina tidak stabil yang disebabkan oleh spasme arteri
koroner.
Infark
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 menit dapat menyebabkan kerusakan sel yang
ireversibel dan kematian otot (nekrosis). Bagian miokardium yang mengalami
nekrosis atau infark akan berhenti berkontraksi secara permanen
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
•Penurunan perfusi jaringan jantung
•Perubahan pola nafas
•Perubahan rasa nyaman; nyeri
•Intoleransi aktifitas
•Kecemasan
4. Penatalaksanaan
•Penatalaksanaan paling efektif adalah mendeteksi faktor resiko dan menguranginya.
•Mengurangi kebutuhan oksigen jantung dengan menurunkan kerja jantung
•Meningkatkan suplai oksigen jantung
•Revaskularisasi koroner
13
Daftar Pustaka
1. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ANGINA PEKTORIS
Oleh: Sunardi (Residensi Sp.KMB) www.pdf.com diunduh pada tanggal 22-10-
2010
2. Askep angina pectoris Stikes Semarang www.pdf.com
3. Kasus Rumah sakit Cipto mangun Kusumo
4. Buku panduan Askep ruang HCU Rs, Bumi waras
14