Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
Devita Kusdianingrum
1008505038
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS UDAYANA
2011
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang layak diucapkan berkenaan dengan selesainya makalah ini, selain
ucapan puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa. Rahmat dan karunia-Nya merupakan
sumber inspirasi yang tak terperi dalam penyelesaian makalah ini sehingga dapat selesai tepat
pada waktunya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui bagaimana seluk-beluk gas CO dan
bagaimana penanggulangannya jika terpejan gas CO.
Makalah ini memuat tentang “Penanganan Keracunan Gas CO” dan sengaja dipilih
karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua
pihak khususnya dokter ahli okupasi Indonesia untuk mampu mengenali dan menangani
keracunan gas CO.
Tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih pada semua pihak terutama dosen
pembimbing yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi
peningkatan kualitas makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kekurangan dan kelebihan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH ………………………………………………1
B. IDENTIFIKASI MASALAH ………………………………………………2
C. PEMBATASAN MASALAH ………………………………………………2
D. PERUMUSAN MASALAH ………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN
A. GEJALA KLINIK ………………………………………………4
B. PENCEGAHAN ………………………………………………4
C. PENANGANAN ………………………………………………5
A. LATAR BELAKANG
Gejala keracunan gas CO tidak khas. Gejala yang timbul seperti halnya gejala penyakit
lain, seperti sakit kepala, mual dan pening, seperti gejala flu. Tak jarang didiagnosis sebagai
sindrom viral. Karena itulah lebih banyak kasus yang tidak dilaporkan akibat tidak dikenali dan
tidak terdiagnosis dibandingkan yang berhasil ditangani (Wichaksana, A, 2003).
Saat ini banyak tempat kerja yang berisiko terpejan gas CO, untuk itu ada baiknya tiap
orang mengetahui bahayanya, seperti apa gejalanya, sampai cara pencegahan dan
penanggulangan keracunan gas CO.
Dengan adanya pengetahuan tentang gas CO, maka kita dapat menurunkan tingkat
keracunan yang terjadi, mengingat dampak buruknya terutama bagi kesehatan pekerja yang
berisiko menurunkan tingkat produktivitas produksi.
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan judul makalah ini “Penanganan Keracunan Gas Karbon Monoksida (CO)”, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
C. TUJUAN
Tujuan ditulisnya makalah ini antara lain:
1. Mengetahui gejala klinis keracunan gas karbon monoksida.
2. Mengetahui cara mencegah keracunan gas karbon monoksida.
3. Mengetahui penanganan pertama terhadap keracunan gas karbon monoksida.
D. MANFAAT
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah untuk memberikan
informasi kepada pembaca tentang gejala klinis, cara mencegah dan penanganan pertama
terhadap keracunan.
BAB II
PEMBAHASAN
Karbon monoksida (CO) merupakan gas yang tidak berbau dan dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar, khususnya minyak tanah, batu bara dan bensin. Gas yang dilepaskan
dari pembakaran tersebut dapat bersifat sangat mematikan jika dihirup (Hadiyani, M, 2006).
Intinya, gas CO merupakan hasil dari proses pembakaran (Anonim b, 2009). Karakteristik
biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan
haemoglobin, yaitu semacam pigmen sel darah merah yang mengangkut oksigen keseluruh
tubuh. CO memiliki tempat ikatan yang sama dengan oksigen pada haemoglobin, hal ini akan
menyebabkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang bersifat 200 kali lebih stabil
dibandingkan dengan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat
menyebabkan terhambatnya kemampuan haemoglobin dalam fungsinya mengikat oksigen, hal
ini akan mengakibatkan penurunan kemampuan eritrosit untuk mentranspor oksigen (Wirasuta,
G, 2007). Gangguan pada darah tersebut merupakan bahaya utama terhadap kesehatan yang
mampu ditimbulkan oleh keracunan CO. Bahkan dapat menyebabkan kematian (Anonim b,
2009).
Gejala keracunan gas CO tidak khas. Gejala yang ditimbulkan sama dengan gejala
penyakit lain, seperti sakit kepala, mual dan pening, seperti gejala flu. Tak jarang didiagnosis
sebagai sindrom viral. CO juga dapat berikatan secara langsung dengan sel otot jantung dan
tulang. Karenanya bisa disebut berhubungan langsung dengan sistim kardiovaskular. Efek yang
paling serius adalah terjadinya keracunan secara langsung terhadap sel-sel tersebut juga
menyebabkan gangguan pada sistem saraf, jantung dan otak yang berujung pada kematian.
Karena itulah lebih banyak kasus yang tidak dilaporkan akibat tidak dikenali gejalanya dan tidak
terdiagnosis dibandingkan yang dengan jumlah kasus yang berhasil ditangani (Wichaksana, A,
2003). Karbon monoksida tidak mengiritasi, tetapi dapat sangat membahayakan (beracun), maka
gas CO dijiluki sebagai “silent killer” atau pembunuh diam-diam (Hadiyani, M, 2006).
A. GEJALA KLINIK
Keracunan gas CO yang kurang dari 20% tidak menimbulkan gejala sama sekali dan jika
kadar CO nya mencapai 20% dapat menimbulkan sesak nafas (Hadiyani, M, 2006). Tapi pada
umumnya, gejala klinik keracunan gas CO dibedakan menjadi empat golongan (Wichaksana, A,
2003), yaitu:
1. Keracunan Ringan
Dengan kadar CO 30%, berupa sakit kepala berdenyut-denyut di bagian pelipis akibat
refleks vasodilatasi jaringan SSP yang hipoksia (Wichaksana, A, 2003).
2. Keracunan Berat
Dengan kadar CO 30%-50%, berupa tremor tidak menetap, korea, spastik, distonia,
kekakuan, dan bradikinesia ( gerakan pelan yang tidak normal ), cognitive impairment,
gangguan keseimbangan gangguan fungsi penglihatan dan pendengaran, koma dan
kematian (Wichaksana, A, 2003).
3. Keracunan Akut
Mengakibatkan kematian segera karena ederma menyeluruh pada jaringan otak. Ini
menandakan kadar CO telah mencapai 70%-89% (Wichaksana, A, 2003).
4. Long term-sequele
Yaitu berupa gangguan neuropsikiatri, dementia, psikosis, dan manik depresi. Dugaan
sementara adalah berubahnya fungsi membran akibat pejanan secara terus menerus.
Gejala ini dapat timbul pada awal keracunan atau beberapa hari setelah masa
penyembuhan. Kerusakan ini merupakan hasil kombinasi keadaan hipoksia, hipoperfusi,
vasodilatasi dan edema serebral yang menyebabkan penurunan pasokan dan penggunaan
glukosa, sehingga timbul asidosis setempat (Wichaksana, A, 2003). Selain itu, adapula 2
jenis efek tubuh terhadap pejanan gas CO yaitu pembiasaan yang merujuk pada proses
jangka pendek (short-term habituation) dan adaptasi yang merujuk pada proses jangka
panjang (long-term habituation) (Raub, J, 2004).
B. PENCEGAHAN
Pencegahannya seperti : merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik, melakukan
pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala dan memasang filter pada knalpot
(Anonim a, 2005).
Pencegahannya antara lain dengan cara memasang scruber pada cerobong asap, merawat
mesin industry agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala dan menggunakan
bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar CO rendah (Anonim a, 2005).
Apabila kadar CO yang terkandung dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (10.000
ug/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24 jam) maka untuk mencegah dampak
negatif, dapat dilakukan upaya-upaya antara lain menggunakan alat pelindung diri (APD)
seperti masker gas dan menutup atau menghindari tempat-tempat yang diduga
mengandung CO seperti sumur tua, goa, dll (Anonim a, 2005).
C. PENANGANAN
a. Laboratorium
Penanganan di laboratorium dapat dilakukan dengan 2 cara, antara lain:
1. Mengukur kadar COHb di dalam darah sesegera mungkin untuk dapat menetapkan
diagnosis keracunan gas CO. Contoh atau sampel darah dapat diambil dari darah
arteri atau darah vena yang diukur dengan menggunakan spektrometer (CO-
Oximeter) (Wichaksana, A, 2003).
2. Mengukur kadar COHb udara ekspirasi. Walaupun kurang akurat, hal ini sangat
menolong di lapangan, misalnya memeriksa kadar COHb petugas pemadam
kebakaran setelah bertugas memadamkan api. Kadar COHb dapat diukur dengan cara
kromatografi, di mana udara pernapasan ditampung di dalam kantong dan kadar CO
ditentukan dengan detektor perubahan ionisasi sesudah hidralasi katalik dengan
tometane (Wichaksana, A, 2003).
b. Tata Laksana
1. Sesegera mungkin pindahkan dan jauhkan korban dari sumber pejanan gas CO
(Wichaksana, A, 2003), kemudian longgarkan pakaian yang dikenakan korban supaya
korban lebih mudah bernapas (Hadiyani, M, 2006).
2. Selain itu, pemberian oksigen 100% atau oksigen murni merupakan hal yang
mendasar dengan masker karet yang ketat atau menggunakan endotracheal tube pada
pekerja yang tidak sadar agar oksigen benar-benar masuk, hal tersebut akan
mengurangi waktu paruh (half life) ikatan COHb (karboksihaemoglobin) secara
perlahan-lahan sehingga memperbaiki hipoksia jaringan (Wichaksana, A, 2003).
Pastikan korban harus istirahat, dalam keadaan hangat dan usahakan tenang.
Meningkatnya gerakan otot menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen,
sehingga persediaan oksigen untuk otak dapat berkurang (Hadiyani, M, 2006).
3. Melakukan terapi hiperbarik, dengan menggunakan oksigen bertekanan 3 atmosfer
yang akan cepat sekali memperpendek waktu paruh COHb. Namun masih
diperdebatkan mengenai bagaimana indikasinya (Wichaksana, A, 2003).
Bila setelah melakukan semua petunjuk di atas tapi keadaan korban tidak juga membaik,
maka korban harus segera dirujuk ke rumah sakit.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Gas karbon monoksida (CO) sudah menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.
Gas CO dapat menimbulkan dampak yang serius bagi korbannya, bahkan dapat menyebabkan
kematian. Namun, selama ini gejala keracunan gas CO memang sulit ditentukan, mengingat
gejala yang ditimbulkan serupa dengan gejala flu pada umumnya. Karenanya dituntut memiliki
pengetahuan yang lebih akan hal itu. Selain itu juga dapat dilakukan sejumlah tindakan preventif
atau pencegahan agar tidak timbul keracunan tersebut. Pengetahuan dalam hal penanganannya
pun tak kalah penting, terutama pengetahuan mengenai penanganan pertama yang dapat
dilakukan sesegera mungkin setelah mengetahui korban keracunan gas CO.
SARAN
Kini, setiap saat dan setiap orang berpotensi mengalami keracunan gas CO. Mengingat
CO merupakan salah satu unsur pencemar udara. Karenanya, penting untuk kita sebagai orang
awam mengetahui dan memahami bagaimana gejala jika terpejan gas CO serta bagaimana cara
menanggulanginya. Namun alangkah lebih baik jika kita juga mengetahui bagaimana cara
mencegah keracunan CO itu agar tidak terjadi. Karena bagaimanapun, mencegah adalah lebih
baik daripada mengobati.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2005. Parameter Pencemar Udara Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan, (cited
2011 Feb,6). Available from: www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF
Anonim b. 2009. Carbon Monoxide Poisoning, (cited 2011 Feb,6). Available from:
www.oregon.gov/DHS/ph/oeph/docs/DHSCarbonMonox.pdf
Hadiyani, Murti. 2006. Keracunan Karbon Monoksida, (cited 2011 Feb,6). Available from:
www.pom.go.id
Raub, J, et all. 2004. Environmental Health Criteria 213 Carbon Monoxide (Second Edition).pp
272-273, 321, (cited 2011 Feb,6). Available from:
www.whqlibdoc.who.int/ehc/WHO_EHC_213.pdf
Wichaksana, Aryawan et all. 2003. Dampak Keracunan Gas Karbon Monoksida Bagi Kesehatan
Pekerja, (cited 2011 Feb,6). Available from:
URL:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10DampakKeracunanGasKarbonMonoksida.pdf/10D
ampakKeracunanGasKarbonMonoksida.html