Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I. PENDAHULUAN
Secara umum irigasi dapat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu
satu alternatif teknologi aplikasi irigasi, yang secara teoritis mempunyai efisiensi
efisiensi yang tinggi yaitu ≥90% jika dibandingkan dengan irigasi permukaan
yang kurang dari 60%. Di seluruh dunia saat ini sebagian besar irigasi masih
memerlukan biaya lebih murah dibandingkan irigasi bertekanan, tetapi dari segi
Oleh karena itu teknologi irigasi bertekanan lebih tepat diterapkan pada
daerah-daerah yang relatif kering, yang memerlukan teknologi irigasi hemat air.
Teknologi irigasi ini juga diperlukan untuk usaha tani dengan teknik budidaya
yang tinggi hanya dapat dicapai apabila jaringan irigasi dirancang dengan benar
terus meningkat, maka secara alamiah akan terjadi kompetisi penggunaan air
antara sektor (pertanian, air minum, domestik dan industri), antar wilayah dan
antar waktu. Untuk mengantisipasi kompetisi dalam distribusi dan alokasi air
antar sektor, maka pemanfaatan air yang efisien mutlak diperlukan. Salah satu
pemanfaatan air untuk sektor pertanian dapat ditingkatkan daya saingnya terhadap
Dalam irigasi bertekanan, ada istilah yang disebut dengan head loss
reduksi tekanan total (total head) yang diakibatkan oleh zat cair saat melewati
pipa, dan perubahan penampang. Dalam hidrolika dikenal dengan head loss
mayor dan head loss minor. Head loss mayor adalah peristiwa kehilangan tekanan
Sedangkan head loss minor merupakan kehilangan tekanan yang disebabkan oleh
melemahnya aliran akan berpengaruh terhadap jumlah pemberian air dan pupuk
Selain hal di atas, adalagi gangguan yang ada pada irigasi bertekanan yang
jaringan pipa, yaitu adanya sedimen atau tumpukan zat pada irigasi bertekanan
yang sudah lama digunakan sehingga akan mengganggu aliran air di sepanjang
pipa.
Kehilangan tekanan ini sangat erat kaitannya pada pemberian air dan
pupuk pada tanaman. Perhitungan dalam pemberian air dan pupuk sangat perlu
kebutuhan tanaman. Hal ini dapat dilakukan dengan pengaturan irigasi yang baik,
head loss), dan pemilihan pipa ekonomis, serta pemeliharaan alat yang akan
digunakan. Dalam hal pengukuran head loss inilah perlu dirancang suatu alat
untuk mengukur seberapa besar kehilangan tekanan yang terjadi pada jaringan
tekanan yang terjadi (hea dloss) yang melewati berbagai ukuran pipa lurus
adalah :
dijalankan.
Manfaat yang diperoleh dari proyek usaha mandiri ini adalah sebagai
berikut.
3. Dengan dirancangnya alat pengukur head loss ini, diharapkan mahasiswa akan
lebih mudah memahami cara pengukuran headloss pada suatu jaringan pipa
I. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Irigasi
air yang dibutuhkan oleh tanaman atau menurut Sostrodarsono dan Takeda, 1985
irigasi adalah penambahan kekurangan (kadar) air tanah secara buatan, yakni
penjatahan air pada areal pertanian, serta penyaluran kelebihan air irigasi secara
sementara permintaan air terus meningkat sehingga secara alamiah akan terjadi
kompetisi penggunaan air antar sektor (pertanian, air minum, domestik dan
industri) antar wilayah dan antar waktu. Sistem irigasi yang baik adalah sistem
irigasi yang mampu memanfaatkan air tanah secara optimum sesuai kebutuhan air
tanaman dan tanah sesuai kondisi lahan pertanian yang diairinya ditambah dengan
fungsi kontrol yang dapat memudahkan oleh para pemakainya. Tujuan pemberian
air irigasi adalah (1) menambah air ke dalam tanah untuk menyediakan cairan
pada saat musim kemarau yang pendek, (3) mendinginkan tanah dan atmosfir,
Mencuci atau mengurangi garam dalam tanah, (5) Mengurangi bahaya erosi tanah.
penguapan (Israelsen dan Hansen, 1986).Salah satu upaya yang dilakukan untuk
a) Irigasi curah
karena pemberian air dilakuakan dari bagian atas tanaman. Curahan air dilakukan
dengan cara menyemprotkan air ke udara dan kemudian airakan akan tercurahkan
penyebaran air dari sprinkle. Apabila penyebaran air tidak seragam (keseragaman
rendah) maka dikatakan efisiensi irigasi curah rendah. Parameter yang umum
b) Irigasi tetes
Irigasi tetes merupakan cara pemberian air pada tanaman secara langsung,
baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah melalui tetesan secara
sinambung dan perlahan pada tanah di dekat tumbuhan. Setelah keluar dari
penetes (emitter), air menyebar ke dalam profil tanah secara horizontal maupun
vertikal akibat gaya kapilaritas dan gravitasi. Luas daerah yang dibasahi emitter
tergantung pada besarnya debit keluaran, jenis tanah (struktur dan tekstur),
kehilangan air berupa perkolasi dan limpasan (run-off). Demikian pula efisiensi
irigasi tetes relatif lebih tinggi dibanding irigasi curah, karena sistem irigasi tetes
air irigasi pada bagian lahan yang tidak efektif untuk pertumbuhan tanaman.
irigasi tetes yang relatif tinggi ini hanya dapat tercapai apabila memenuhi 2
persyaratan, yaitu :
seragam.
menggambarkan gaya yang dikeluarkan oleh air pada luasan bidang tertentu dari
suatu objek yang tenggelam dalam air. Misalnya adalah tekanan yang dikenakan
pada suatu zat cair dalam suatu bejana. Tekanan yang terjadi adalah tekanan
hidrostatika. Jika suatu zat cair dalam arah manapun menerima sebuah tekanan
luar, maka tekanan ini akan menyebar merata ke semua arah (Hukum Pascal).
Setiap zat cair yang berada dalam keadaan diam akan melakukan tekanan
terhadap dinding yang mengelilinginya. Satuannya adalah kN/m2 atau bar atau
mka (meter kolom air), dimana 1 bar = 100 kN/m2 = 10 mka, atau 1 atm =
101,325 kN/m2 = 10,1325 mka = 760 mmHg (Dedi, 2003). Secara matematis,
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi
(misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda
bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).
Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3). Massa
jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang
berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki
Dengan :
m adalah massa,
V adalah volume.
1 g/cm3=1000 kg/m3
Massa jenis zat yang umum digunakan sebagai patokan adalah massa jenis
air dan massa jenis raksa. Massa jenis air dalam wujud cair, yaitu 1000 kg/m3 atau
1 g/cm3, sedangkan raksa atau merkuri memiliki massa jenis 13.600 kg/m 3 atau
13,6 g/cm3.
2.3. Manometer
Manometer adalah alat yang menggunakan kolom zat cair untuk mengukur
perbedaan tekanan. Prinsip manometer adalah bila zat cair dalam kondisi
keseimbangan maka tekanan di setiap tempat bidang horizontal untuk zat cair
berbentuk U, sebagian tabung diisi dengan zat cair (air raksa atau air). Tekanan
yang terukur dihubungkan dengan perbedaan dua ketinggian zat cair yang
manometer vertikal yang berisi zat cair merkuri (air raksa) setinggi 76 cm yang
mempunyai kerapatan jenis sebesar 13600 Kg/m3 pada standar gravitasi sebesar
9,80665 m/s2. Dengan mengamati persamaan hubungan antara tekanan dan tinggi
P = ρgh
P = 101 325 N/m2 = 101, 325 kN/m2 = 10,1325 mka = 760 mmHg
Gambar 1. Manometer
Head loss atau kehilangan tekanan adalah suatu nilai untuk mengetahui
seberapa besarnya reduksi tekanan total (total head) yang diakibatkan oleh fluida
saat melewati sistem pengaliran. Total head, seperti kita ketahui merupakan
kombinasi dari elevation head (tekanan karena ketinggian suatu fluida), Velocity
head, (tekanan karena Kecepatan alir suatu fluida) dan pressure head (tekanan
normal dari fluida itu sendiri). Pernyataan ini dikenal dengan persamaan Bornouli.
Head loss tidak dapat dihindarkan pada penerapan sistem pengaliran fluida
• Turbulensi yang diakibatkan saat aliran di belokkan arahnya atau hal lain
Kehilangan karena friksi/gesekan adalah bagian dari total head loss yang
terjadi saat aliran fluida melewati suatu pipa lurus. Head loss pada suatu fluida
pada umumnya berbanding lurus dengan panjang pipa , nilai kuadrat dari
kecepatan fluida dan nilai friksi fluida yang disebut faktor friksi. dan juga nilai
Ditambahkan oleh Dedi (2003) bahwa kehilangan head pada instalasi pipa
(tahanan) pada pipa dan perlengkapan lainnya (saringan, klep kaki, sambungan,
siku, socket, dll). Gesekan terjadi baik pada pipa isap dan pipa hantar yang
besarnya tergantung pada kecepatan aliran, ukuran pipa, kondisi pipa bagian
Hazen-William :
10.684 Q1.85
hf = xL
1.85 4.87
C D
Dimana:
pipa bagian dalam, jenis bahan pembuat pipa dan umur pipa (Tabel 2). Nilai Q
atau debit aliran dan D (diameter dalam pipa) diperoleh dari hasil pengukuran di
air dan tekanan (Brebbia dan Ferrante, 1983 dalam Triatmojo 1996 : 58).
Kebuthan air yang harus dipenuhi akan menentukan ukuran dan sistem distribusi
yang diinginkan. Misalnya dipakai kebutuhan 125 liter/10 tanaman untuk suatu
jaringan, maka kita harus merencanakan debit tekanan yang diberikan. Sedangkan
dalam distribusi jaringan pipa, namun bila tekanan besar akan memperbesar
disebut juga kehilangan energi primer (Triatmojo, 1996 : 58) atau head loss
disebut juga kehilangan energi sekunder (Triatmojo, 1996 : 58) atau minor
I. METODE PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri ini yaitu pada semester 5 dari
Bulan
No Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Persiapan
bahan dan alat
2 Pembuatan
alat ukur
utama
3 Pembuatan
kerangka
penopang
4 Penggabungan
semua
komponen alat
5 Menguji
kinerja alat
dan evaluasi
6 Pengambilan
data dan
evaluasi
kinerja
7 Pengolahan
data
8 Laporan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan PUM ini dapat
a. Pendekatan Fungsional :
tekanan yang terjadi dan terbuat dari plastic dengan panjang 60 cm.
2. Alat mempunyai pipa PVC yang akan menjadi tepat tertampungnya air
3. Alat ini memiliki bahan sebagai indikator perubahan tekanan yang terjadi
a. Pendekatan Struktural :
Untuk mendukung fungsi komponen alat yang diharapkan, maka pada alat
1. Alat mempunyai bagian yang disebut sebagai alat utama yang terdiri dari
penggaris yang terbuat dari plastik dengan panjang 60 cm, pipa PVC
berdiameter 0.15 cm, dan air raksa sebagai indikator perubahan tekanaan
2. Alat harus ditunjang dengan kerangka penopang yang kuat yang terdiri
dari besi cor dan pipa besi yang dirakit menjadi satu yang berfungsi
sebagai kaki/ statif. Gunanya sebagai tempat meletakkan alat utama dalam
1. Pembuatan alat ukur utama dengan memasang pipa PVC pada dinding
Air raksa
dengan plat sehingga berbentuk seperti segitiga atau kaki statif (Gambar
3).
Pipa Besi
Besi Cor
Cara kerja dari alat pengukur head loss ini adalah sesuai dengan prinsip
manometer, yaitu mengukur tekanan yang terjadi pada jaringan sistem irigasi
PVC akan dihubungkan dengan jaringan pipa sehingga dengan adanya tekanan di
sepanjang jaringan pipa akan menggerakkan air raksa (mangalami kenaikan) yang
ada di dalam pipa PVC. Hasil dari pengukuran inilah yang akan dicatat kemudian
yang meliputi :
Untuk mengetahui kinerja dari Alat Pengukur Head loss ini, dilakukan
pengujian pada pipa lateral 5/16 inci , 4/3 inci, ½ inci, dan 1 inci dengan langkah-
Catat hasil pembacaan yang telah dilakukan pada pangkal, ujung pipa
b. Elbow 900
Hazen-William :
10.684 Q1.85
hf = xL
1.85 4.87
C D
Dimana:
Q = V/t
t = waktu (detik)
1.1. Hasil
Rancangan alat pengukur head loss ini terdiri dari alat ukur utama dan
kerangka penopang.
Berfungsi untuk mengukur tekanan yang terjadi pada jaringan pipa. Alat
ini terdiri dari manometer yang berisi air raksa sebagai indikator perubahan
• Kerangka Penopang
penopang atau penyangga alat ukur utama sehingga alat ukur utama dapat
a. Hasil Pengamatan
head loss pada berbagai diameter pipa lateral (5/16 inci, ¾ inci, ½ inci, dan 1
inci). Dari pelaksanan pengujian tersebut, didapatkan data seperti tabel berikut.
P = ρgh
1. P = ρgh
2. P = ρgh
3. P = ρgh
pipa. Semakin besar nilai head total (head tangki), maka head yang mengalir di
jaringan pipa akan semakin besar pula. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil
tekanan pada tangki maka tekanan pada pipa akan semakin kecil pula. Jadi, head
total berbanding lurus dengan head yang ada di sepanjang jaringan pipa irigasi
bertekanan.
Table 7. Data dan hasil pengamatan pada pipa 5/16” dengan tanaman.
JENIS HEAD PENGAMATAN (cm) RATA- HEADLOSS HEADLOSS
NO (meter)
PIPA (cm) RATA (cm) (m)
1 2 3 4 5
Pangkal 1,2 1,3 1,3 1,4 1,4 1,32
0,38 0,0038
1 5/16" 77 5 0,9 0,9 1 1,1 0,8 0,94
13 0,7 0,5 0,5 0,5 0.6 0,55 0,77 0,0077
Sumber : Pengamatan Langsung, Oktober 2010
P = ρgh
Adapun grafik kehilangan tekanan yang terjadi dapat dilihat pada Gambar
12 berikut ini.
pengukur head loss seperti tabel 7 dan gambar 12 dapat dibandingkan dengan
terlebih dahulu. Dan adapun metode yang digunakan dalam pengukuran debitnya
4 16,6
5 18,6
Rerata 17,52
Sumber : Pengamatan Langsung, Oktober 2010
Atau
Q = 0,000001752 m3/dtk
Dari data di atas, dapat dihitung kehilangan tekanan dengan rumus Hazen-
10.684 Q1.85
hf = xL
C1.85D4.87
hf = 0,000035 m
Dari hasil perhitungan debit di atas diketahui bahwa head loss yang
terjadi pada panjang pipa 0,08 m adalah sebesar 0,0021 m. Apabila panjang pipa
yang akan diukur 5 m, maka kehilangan tekanan yang terjadi adalah sebesar :
Dan jika dibandingkan kedua hasil di atas, diketahui bahwa ternyata ada
sedikit perbedaan. Perbedaan dari kedua pengukuran tersebut lebih jelasnya dapat
Untuk menguji tekanan yang diukur dengan alat pengukur head loss
terhadap satuan Kpa atau bar, maka telah dilakukan pengujian alat dengan alat
pengisi angin ban (pompa ban) yang dilengkapi dengan alat pengukur tekanan
yang diberikan. Hal ini dilakukan dengan cara melihat kenaikan air raksa ketika
tekanan yang diberikan sebesar 1 Kpa. Dari kegiatan ini, diperoleh data sebagai
berikut.
1 16
2 16
3 16,5
4 14
5 19
6 15
7 17
8 21
9 19
10 16
11 17
12 16
13 16
14 20
15 18
Rerata 17,1
Sumber : Pengamatan Langsung, Desember 2010
Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa 1 bar = 100 Kpa = 17,1
cm. Artinya, apabila perubahan tekanan yang terjadi pada alat pengukur head loss
terbaca sebesar 17,1 cm, maka hal ini sama dengan 1 Kpa. Hasil pengujiannya
3 51,3 3 0,03
Sumber : Pengamatan Langsung, Desember 2010
1.1. Pembahasan
pertimbangan ilmu-ilmu yang telah dipelajari dalam hidrolika sehingga alat ini
lebih mudah digunakan atau dioperasikan. Dengan keadaan yang seperti ini,
pengukuran terhadap adanya head loss yang terjadi pada jaringan pipa irigasi
bertekanan, baik pada jaringan irigasi tetes, maupun pada jaringan irigasi curah.
Sehingga kerugian yang diakibatkan oleh head loss ini dapat diminimalkan.
Di dalam kehidupan sehari hari mungkin kita pernah di beri logika bahwa
semakin kecil pipa maka tekanan yang dihasilkan akan semakin besar. Tetapi
sebenarnya pipa yang besar juga dapat memberikan tekanan yang besar dan
maka kerugian gesek yang dihasilkan juga semakin besar (Tabel 4 dan 5, Gambar
11). Semakin panjang pipa yang dilalui oleh suatu zat cair, maka kehilangan
tekanan yang terjadi akan semakin besar (Tabel 4 dan 5, 7, Gambar 9, 10, dan 12).
Jika kerugian gesek yang dihasilkan semakin besar maka tekanan hanya besar di
bagian "gesekan" saja, tetapi tidak di bagian air yang terpancar. Sesuai dengan
pernyataan tersebut, maka alat pengukur head loss yang telah dibuat berfungsi
dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari tabel data maupun grafik headloss
menggunakan pipa yang berdiameter besar. Hal ini juga dapat menjaga umur pipa,
karena jika pipa semakin kecil dan debit semakin besar maka dikhawatirkan
gesekan yang terjadi akan menjadikan pipa semakin tipis. Fenomena inilah yang
Dari hasil evaluasi terhadap kinerja alat, ada beberapa hal yang perlu
pengukuran dapat dipengaruhi oleh posisi berdirinya alat, yaitu kemiringan atau
tegaknya alat tersebut diletakkan. Untuk itu, posisi kemiringan kaki statif/
sehingga data pengukuran yang diperoleh lebih akurat. Selain itu, untuk lebih
tersebut, terdapat sedikit perbedaan. Hal ini terjadi karena beberapa kemungkinan.
perhitungan dengan menggunakan rumus Hazen-william. Selain itu, hal ini juga
dapat dipengaruhi oleh kurang tepatnya penempatan posisi alat yang disebabkan
5.1. Kesimpulan
yang berjudul “Rancang BangunAlat Pengukur Head loss Pada Sistem Irigasi
1. Proyek Usaha Mandiri ini telah selesai dilaksanakan dan telah dilakukan
3. Dari hasil pengujian kinerja alat, alat pengukur head loss ini mendapatkan
hasil bahwa dengan panjang pipa 10 m head loss yang diperoleh sebesar
head lossnya 0,0150 m, (pipa 5/16 inci) dan pipa diameter 5/16 inci
4. Dari hasil perbandingan yang telah dilakukan antara kinerja alat dan rumus
terjadi sebesar 0,0038 m (alat pengukur head loss) dan 0,002 m (Rumus
5.2. Saran
1. Dalam pengoperasian alat ini, posisi tegaknya alat harus datar dan
kemiringan berdirinya harus sama agar data yang diperoleh lebih akurat.
depan.
4. Alat ini perlu dikalibrasi lebih lanjut agar kinerja alat lebih sempurna.
5. Untuk menjaga agar air raksa tidak mencemari lingkungan apabila terjadi
kebocoran pada pipa PVC (penampungnya), maka perlu dibuat suatu plat
DAFTAR PUSTAKA
= Rp. 15.000
Total biaya tenaga kerja = Jumlah tenaga kerja x hari kerja x upah
Rp. 30.000
a. Total Biaya
Biaya bahan + Biaya sewa alat + biaya tenaga kerja
Biaya =
= Rp. 104.000
Gambar 13. Alat Pengukur Head loss Gambar 14. Alat Pengukur Head
loss
Tampak Samping