Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Jurusan Kimia
2011
A. Judul Percobaan : KOEFISIEN DISTRIBUSI IOD
C. Dasar Teori
Menurut hukum distribusi Nernst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak
saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut
tersebut, maka akan terjadi pembagian solut dengan perbandingan tertentu.
Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air. Dalam praktek solut
akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah
dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua
pelarut tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan
tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi, yang dinyatakan
dengan rumus:
మ
భ
KD = atau
,
ೌ
KD =
Iod mampu larut dalam air dan juga dalam kloroform. Akan tetapi,
perbedaan kelarutannya dalam kedua pelarut tersebut cukup besar. Dengan
mengekstraksi larutan iod dalam air ke dalam kloroform, menghitung
konsentrasi awal dan sisa iod dalam air dengan cara titrasi, maka dapat
diperoleh konsentrasi iod dalam kedua pelarut tersebut, sehingga koefisien
distribusi iod dalam sistem kloroform-air dapat ditentukan.
Untuk keperluan analisis kimia angka banding distribusi (D) akan lebih
bermakna daripada koefisien distribusi (KD). Angka banding distribusi
menyatakan perbandingan konsentrasi total zat terlarut dalam pelarut organik
(fasa organik) dan pelarut air (fasa air). Jika zat terlarut adalah X, maka rumus
angka banding distribusi dapat ditulis:
Bahan :
- Larutan Iod
- Aquades
- Larutan Na2S2O3 0,01 N
- Cloroform
- Larutan H2SO4
- Larutan kanji
E. Alur Percobaan
Larutan Iod
- Dipipet sebanyak 10 mL
- Dipindahkan dalam corong pisah
- Ditambahkan 1 mL kloroform
- Kocok corong pisah dengan sesekali
membuka kran
- Diamkan sampai kedua lapisan
(organik dan air) terpisah dengan baik.
Hasil
Hasil
F. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan
No Perlakuan
Sebelum Sesudah
1 Membuat larutan iod : Iod : cokelat (+++) Larutan iod : merah
- Mengambil 10 ml larutan iod 0,1 M kecokelatan
- Memasukkannya dalam labu ukur 100 mL
- Menambahkan larutan dengan aquades
sampai tanda batas
- Mengocok hingga tercampur sempurna
(homogen)
2 Penentuan konsentrasi iod mula-mula - Larutan iod : merah - Larutan Iod +
- Mengambil larutan iod baku, sebanyak 10 kecokelatan H2SO4 : merah
mL - Larutan H2SO4 : kecokelatan
- Memasukkan dalam erlenmeyer jernih tidak - Larutan Iod +
- Menambahkan 2 mL H2SO4 2M berwarna H2SO4 + larutan
- Menambahkan dengan 1 mL larutan kanji - Larutan kanji : kanji : biru (+++)
0,2% jernih tidak - Volume Na2S2O3 :
- Menitrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai berwarna 1. 13,5 mL
warna biru hilang. - Larutan Na2S2O3 : 2. 13,8 mL
- Mengulangi titrasi sebanyak 3 kali. jernih tidak 3. 14 mL
- Mencatat volume larutan Na2S2O3 yang berwarna
diperlukan.
3 Ektraksi larutan iod - Larutan iod : merah - Larutan iod dalam
- Mengambil 10 mL larutan iod kecokelatan pelarut organik :
- Memasukkan larutan iod ke dalam corong - Kloroforn : jernih ungu
pisah tidak berwarna - Larutan iod dalam
- Menambahkan 1 mL kloroform lalu - Larutan H2SO4 : pelarut air : orange
dikocok searah dengan sesekali membuka jernih tidak jernih (++)
kran berwarna - Larutan iod dalam
- Diamkan sampai kedua larutan terpisah - Larutan kanji : pelarut air + H2SO4
dengan baik jernih tidak : orange jernih
- Pisahkan iod dalam pelarut organik, dan berwarna (++)
letakkan pada wadah yang disediakan - Larutan Na2S2O3 : - Larutan iod dalam
- Iod dalam pelarut air ditambahkan lagi jernih tidak pelarut air + H2SO4
dengan 1 mL kloroform. Kemudian berwarna + larutan kanji :
dikocok dan didiamkan sampai terpisah biru (+++)
dengan baik. Pisahkan iod dalam pelarut - Volume larutan
organik. (ulangi langkah ini sampai 4 kali, Na2S2O3 :
sehingga jumlah total kloroform yang V.1 : 2,1 mL
ditambahkan adalah 5 mL) V.2 : 2,0 mL
- Pindahkan iod dalam pelarut organik V.3 : 2,5 mL
dalam erlenmeyer
- Menambahkan 2 mL H2SO4 dan 1 mL
larutan kanji 0,2%
- Menitrasi larutan tersebut dengan larutan
Na2S2O3 sampai warna biru tepat hilang.
- Mencatat volume larutan Na2S2O3 yang
diperlukan untuk mengubah warna larutan.
G. Analisis Data
1. Penentuan Konsentrasi Awal Iod
Dalam menentukan konsentrasi distribusi iod, konsentrasi awal iod harus
diketahui lebih dahulu. Konsentasi awal dari iod dapat diketahui dengan
melakukan titrasi I2 dengan Na2S2O3 atau biasa disebut dengan titrasi
iodometri. Larutan iod 0,1 M sebanyak 10 mL (berwarna coklat) diencerkan
dengan aquades pada labu ukur 100 mL, larutan berubah warna menjadi coklat
kemerahan. Kemudian dari larutan iod yang telah diencerkan tadi, dipipet
menggunakan pipet seukuran sebanyak 10 mL untuk dititrasi dengan Na2S2O3.
Setelah 10 mL larutan iod dimasukkan kedalam erlenmeyer, sebelumya
ditambahkan 2 mL H2SO4 2M, hal ini dilakukan untuk memberikan suasana
asam pada larutan. Kemudian ditambahkan larutan kanji 0,2% sebanyak 1 mL,
larutan kanji disini bertindak sebagai indikator. Kemudian larutan tersebut
diititrasi dengan Na2S2O3 0,01 N. Berikut reaksi yang terjadi :
Titrasi dihentikan pada saat warna biru pada larutan tepat hilang. Dari titrasi
yang telah dilakukan, diperoleh volume Na2S2O3 sebanyak :
V1 = 13,5 mL
V2 = 13,8 mL
V3 = 14 mL
Dari data tersebut, dapat kita cari mEk dari I2, dengan rumus
mmol I2 = ½ mEk I2
Mmol I2 mula-mula ini digunakan untuk menetukan mmol iod dalam fasa
organik.
setelah mEk I2 pada fase air diketahui, mmol I2 dalam fasa air pun dapat dicari,
dengan menggunakan rumus :
Konsentrasi I2 dalam fasa air ( f(a) ) dapat dihitung setelah mmol I2 dalam fasa air
dikatahui, menggunakan rumus :
ூଶ ሺሻ
M I2 f(a) =
ሺሻ
Volume
mEk I2 f(a) mmol I2 f(a) M I2 f(a)
Na2S2O3
V1 = 2,1 mL 0,021 mEk 0,0105 mmol M1 = 1,05 x 10-3 M
V2 = 2,0 mL 0,02 mEk 0,01 mmol M2 = 10-3 M
M3 = 1,25x10-3M1,25
V3 = 2,5 mL 0,025 mEk 0,0125 mmol
x MM10-3 M
Setelah mol serta konsentrasi iod dalam fasa air diketahui, selanjutnya adalah
menghitung mol dan konsentrasi iod dalam fasa organik. mmol iod dalam fasa
organik ( f(o) ) dapat dihitung menggunakan rumus :
ூଶ ሺሻ
M I2 f(o) =
ሺሻ
Dengan V adalah volume pelarut organik, yaitu volume klorofom sebesar 5 mL.
ெ ூଶ ሺሻ
KD = ெ ூଶ ሺሻ
M I2 f(o) M I2 f(a) KD
M1 = 0,0114 M M1 = 0,000105 M KD1 = 10,5871
M2 = 0,0118 M M2 = 0,001 M KD2 = 11,8
M3 = 0,0115 M M3 = 0,00125 M KD3 = 9,2
KD rata-rata KD = 10,6190
H. Diskusi
Pada saat melakukan titrasi, baik titrasi untuk penentuan konsentrasi awal
larutan iod maupun titrasi iod dalam pelarut air, penambahan larutan kanji
0,2% seharusnya ditambahkan setelah titrasi dijalankan setengahnya dulu, yaitu
pada saat warna pada larutan berubah dari coklat kemerahan menjadi kuning.
Bukan ditambahkan sebelum titrasi.
I. Simpulan
J. Jawaban Pertanyaan
Jawab :
KD digunakan jika solut tidak terionisasi dalam salah satu pelarut, solut
tidak berasosiasi dalm satu pelarut, dan zat terlarut tidak dapat bereaksi
dalam salah satu pelarut.
Secara matematis KD dinyatakan dengan:
2. Bilamana harga KD = D ?
Jawab : Harga KD = D bila berada pada kondisi ideal dan tidak terjadi
interaksi asosiasi, disosiasi atau polimerisasi.
3. Bagaimana mencari harga hubungan KD dan D untuk asam lemah HB yang
mengalami dimerisasi dalam suatu pelarut organic?
Jawab :
HB ↔ H+ + B-
[ு]
[ு]ೌ ା[ ష ]ೌ
D= ..................................... persamaan (1)
{ு]
[ு]ೌ
KDHA = ...................................... persamaan (2)
[ு శ ]ೌ {ష }ೌ
Ka = [ு శ ]ೌ
...................................... persamaan (3)
[ு]
[] ିܤ =
[ு శ ]ೌ
...................................... persamaan (4)
[]ܤܪ
=ܦ
[]ܤܪ
[]ܤܪ + ܽܭ
[ ܪା ]
[ு]
= ಼ೌ
...................................... persamaan (5)
[ு]ೌ ൜ଵା ൠ
[ಹశ ]ೌ
ವಹಲ
=ܦ ಼ೌ ...................................... persamaan (6)
ଵା శ
[ಹ ]ೌ
4. Bagaimana mencari hubungan antara KD dan D untuk basa lemah yang
terionisasi dalam pelarut air dan tidak bereaksi dalam pelarut organik?
Jawab :
HB
(fasa organik)
HB + H2O H3O+ + B – (fasa air)
[ܪଷ ܱା ] [] ି ܤ
ܭு =
[]ܤܪ
ೌಹಳ [ு]ೌ
[] ିܤ =
[ுయ ைశ ]ೌ
……………………..(1)
[]ܤܪ
ܭுሺ ሻ = … … … … … … . . ሺ2ሻ
[]ܤܪ
[ HB ]O
D= ……………………..(3)
[ HB ]a + [ B − ]a
Persamaan (1) disubstitusikan dalam persamaan (3)
[ HB ]O
D =
Ka[ HB ]a
[ HB]a +
[ H 3O + ]a
[ HB]O
=
Ka
[ HB ]a 1 +
H 3O + …………(4)
a
fa = ቆ ቇ
Vaq
Vaq + (K ୈୟ x V୭ ሻ
Jika data dimasukkan akan diperoleh:
fa = ൬ ൰
10mL
10mL+ (10,6 x 5mLሻ
fa =0,1587
fo = 1 − 0,1587
fo =0,8413
% yang terekstrak = 0,8413 x 100 %
= 84,13 %
Sedangkan untuk mencari fraksi zat yang terekstrak dalam pelarut organik jika
menggunakan ekstraksi berganda 5kali ( volume kloroform yang digunakan
@1mL) dapat menggunakan rumus
୬
fୟ = ቆ ቇ
Vaq
Vaq + (K ୈୟ x V୭ ሻ
Dengan memasukkan data akan diperoleh:
ହ
10mL
fa = ൬ ൰
10mL+ (10,6 x 1ሻ
fa =0,0269
fo = 1 − 0,0269
fo =0,9731
% yang terekstrak = 0,9731 x 100 %
= 97,31 %
Dari hasil perhitungan di atas dapat dibuktikan bahwa hasil zat terekstrak
dalam pelarut organik akan lebih banyak jika menggunakan ekstraksi ganda.
K. Daftar Pustaka
- Intan, Nur. 2010. Penentuan Koefisien Distribusi, (Online).
(http://nugiluph24.blogspot.com/2010/10/tetapan-distribusi-iod-dalam-
sistem.html, diakses 18 maret 2011)
- Kimia,Unesa.2009. Koefisien Distribusi Iod “Laporan Praktikum Dasar-
Dasar Pemisahan Kimia”, (online).
(http://brown13zt.blogspot.com/2008/06/koefisien-distribusi-iod.html,
diakses 18 Maret 2011).
- Azizah Utiya, dkk. 2003. Panduan Praktikum Mata Kuliah Dasar-dasar
Pemisahan Kimia. Surabaya: Jurusan Kimia UNESA.
- JR. Day R A dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif (edisi ke-
enam). Jakarta: Erlangga.
- Soebagio, dkk. 2005. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri
Malang.
- Annisa. 2008. Pemisahan Campuran yang Tidak Saling Campur,(Online).
(http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/16/pemisahan-campuran-
yang-tidak-saling-campur/,diakses 18 Maret 2011).
L. Lampiran
Lampiran I
Perhitungan
Ditanya :
- mmol I2 mula-mula ?
jawab :
Reaksi:
I2 + 2 e- 2I-
I2 = 0,135 meK
Mmol I2 = ½ X meK
= ½ X 0,135
= 0,0675 mmol
Mmol I2 = ½ X meK
= ½ X 0,138
= 0,069 mmol
= 14 mL X 0,01 meK/mL
I2 = 0,14 meK
Mmol I2 = ½ X meK
= ½ X 0,14
= 0,07 mmol
Jawab :
,ଵହ
=
ଵ
= 1,05 x 10 -3 M
ூమ ሺሻ
M I2 f(a) = ௨ ூమ ሺሻ
,ଵ
=
ଵ
= 10 -3 M
ூమ ሺሻ
M I2 f(a) =
௨ ூమ ሺሻ
,ଵଶହ
=
ଵ
= 1,25 x 10 -3 M
C. Menghitung mmol I2 dan konsentrasi dalam fasa organik (f(o))
1. mmol I2 f(o) = mmol I2 mula-mula – mmol I2 f(a)
= 0,0675 – 0,0105 mmol
= 0,057 mmol
ூమ ሺሻ
M I2 f(o) =
௨ ூమ ሺሻ
,ହ
=
ହ
= 0,0114 M
,ହଽ
= ହ
= 0,0118 M
,ହହ
= ହ
= 0,0115 M
D. Menghitung KD
ெ ሺሻ
1. KD 1 = ெ ሺሻ
,ଵଵସ ெ
= ,ଵହ ெ
= 10,8571
ெ ሺሻ
2. KD 2 = ெ ሺሻ
,ଵଵ଼ ெ
=
,ଵ ெ
= 11,8
ெ ሺሻ
3. KD 3 =
ெ ሺሻ
,ଵଵହ ெ
=
,ଵଶହ ெ
= 9,2
= 10,6190