Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
diantara komponen yang satu dengan komponen yang lain saling berhubungan dan
berinteraksi.
Menurut Pusposutardjo (1995), Sistem irigasi juga merupakan suatu sistem
sosio-kultural masyarakat, yang terdiri atas beberapa subsistem yaitu pola pikir atau
budaya, subsistem sosial ekonomi, subsistem artefak (termasuk teknologi) dan
subsistem bukan manusia (non-human subsistem).
Di Indonesia berkembang 6 sistem irigasi yaitu : (1) Irigasi permukaan, (2)
Irigasi bawah permukaan, (3) Irigasi dengan pancaran ( Sprinkler ), (4) Irigasi tetes,
(5) Irigasi pompa, (6) Irigasi kincir ( Ekaputra, 2006).
Menurut Jayadi (1990), berdasarkan kelengkapan dan kondisi bangunan
irigasi, sistem irigasi dibagi menjadi tiga : (1) Irigasi tradisional, (2) Irigasi
semiteknis, (3) Irigasi Teknis.
Irigasi tradisonal merupakan sistem irigasi yang belum terdapat bangunan
irigasi pada jaringan irigasinya. Irigasi tradisional pada sawah berteras umumnya
dilakukan dengan membuka dan menutup saluran air masuk dan keluar yang
dibangun secara sederhana oleh petani. Sumber air irigasi berasal dari mata air yang
ada di kawasan atas atau air hujan yang mengalir melalui kanal – kanal alami.
(Sukristiyonubowo, 2008)
Irigasi semi teknis merupakan suatu sistem irigasi yang sudah terdapat
bangunan irigasi didalamnya, tetapi bangunan tersebut belum lengkap. Kondisi fisik
dari jaringan irigasinya telah dilapisi beton. Debit dan efisiensi yang mengalir cukup
besar. Sistem irigasi semi teknis sudah dikelola oleh dinas sumber daya air dan
dibantu oleh petani atau kelompok tani (Mawardi, 2007).
Irigasi teknis merupakan sistem irigasi yang sudah maju dan fasilitas yang
dimiliki sudah lengkap. Debit dan efisiensi yang mengalir besar, kondisi dari
bangunan irigasi sudah permanen. Pengelolaan irigasi dilakukan sepenuhnya oleh
dinas sumber daya air dan balai irigasi (Soruso, 2008).
7
Gambar 1. Bendung
lampiran 3. Simbol dari peta dilampirkan pada legenda peta. Sehingga pembaca peta
dapat memahami arti dari simbol peta tersebut.
Singkatan merupakan penjelasan dalam peta yang berupa singkatan yang
menerangkan suatu informasi dalam peta. Simbol dalam peta berupa gambar kecil
(icon), sedangkan singkatan berupa huruf atau tulisan pada peta. Singkatan –
singkatan dari suatu peta dapat dilihat pada lampiran 4.
Warna standard akan dipakai untuk memperjelas gambar tata letak jaringan
irigasi dan pembuangan, serta gambar tata letak jaringan irigasi. Warna – warna
dalam peta yang dipakai diantaranya sebagai berikut :
a. Warna biru untuk jaringan irigasi, garis penuh untuk jaringan pembawa yang
ada dan garis putus – putus untuk jaringan yang sedang direncanakan.
b. Warna merah untuk jaringan pembuang garis penuh untuk jaringan yang
sudah ada dan garis putus – putus untuk jaringan yang sedang direncanakan.
c. Warna coklat untuk jaringan jalan.
d. Warna kuning untuk daerah yang tidak diairi (dataran tinggi, rawa – rawa).
e. Warna hijau untuk perbatasan kabupaten, kecamatan, desa dan
perkampungan.
f. Warna merah untuk tata nama bangunan dan jalan.
g. Warna bayangan akan dipakai untuk batas – batas petak sekunder, batas petak
tersier akan diarsir dengan warna yang lebih muda dari warna yang sama.
16
a. Point/titik. Adalah lokasi diskrit, biasanya digambarkan sebagai simbol atau label.
Menggambarkan suatu feature yang batas atau bentuknya terlalu kecil untuk
ditampilkan dalam garis atau luasan. Point biasanya juga digunakan untuk
menggambarkan lokasi yang tidak mempunyai luasan seperti titik tinggi atau
puncak gunung.
b. Line atau arc/garis. Adalah feature yang dibentuk oleh sekumpulan koordinat yang
saling berhubungan. Menggambarkan feature linier di peta yang terlalu sempit
untuk digambarkan sebagai luasan. Atau untuk menggambarkan
c. feature yang tidak mempunyai lebar, seperti garis kontur.
d. Polygon/luasan (area). Adalah feature luasan yang dibentuk dari garis yang
tertutup menggambarkan suatu area yang homogen. Biasanya digunakan untuk
menggambarkan suatu feature seperti batas Negara, kecamatan, danau dan lain
sebagainya.
baik tanpa kerjasama antar masing bidang tersebut. Menurut Darmawan (2008),
berbagai bidang yang terlibat dalam pengembangan SIG diantaranya yaitu:
• Pemetaan tanah dan pemetaan prasarana kota
• Pemetaan kartografi dan peta tematik
• Ukur tanah dan fotogrametri
• Penginderaan jauh dan analisa citra
• Ilmu komputer
• Perencanaan wilayah (Planologi)
• Ilmu tanah
• Geografi
Berdasarkan sejarah perkembangannya, SIG dengan cepat menjadi peralatan
utama dalam pengelolaan sumber daya alam. SIG banyak digunakan untuk membantu
pengambilan keputusan dengan menunjukan bermacam-macam pilihan dalam
perencanaan pembangunan dan konservasi (Prahasta, 2001).
Beberapa contoh aplikasi SIG dalam perencaanaan sumber daya alam yaitu :
Pengelolaan dan perencanaan penggunaan lahan, Eksplorasi mineral, Studi dampak
lingkungan, Pengelolan sumberdaya air, Pemetaan bahaya/ bencana alam, Pengelolan
hutan dan kehidupan satwa, Studi degradasi tanah, Monitoring penggurunan
(Darmawan, 2008).
2.3.2.3 Penggunaan GPS sebagai Alat Bantu Survey, Navigasi, dan Pengolahan
Data dalam Pemetaan
GPS, singkatan dari Global Positioning Sistem (Sistem Pencari Posisi
Global), adalah suatu jaringan satelit yang secara terus menerus memancarkan sinyal
radio dengan frekuensi yang sangat rendah. Alat penerima GPS secara pasif
menerima sinyal ini, dengan syarat bahwa pandangan ke langit tidak boleh terhalang,
sehingga biasanya alat ini hanya bekerja di ruang terbuka. Satelit GPS bekerja pada
referensi waktu yang sangat teliti dan memancarkan data yang menunjukkan lokasi
dan waktu pada saat itu. Operasi dari seluruh satelit GPS yang ada disinkronisasi
sehingga memancarkan sinyal yang sama. Alat penerima GPS akan bekerja jika ia
menerima sinyal dari sedikitnya 4 buah satelit GPS, sehingga posisinya dalam tiga
20
dimensi bisa dihitung. Pada saat ini sedikitnya ada 24 satelit GPS yang beroperasi
setiap waktu dan dilengkapi dengan beberapa cadangan. Satelit tersebut dioperasikan
oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, mengorbit selama 12 jam (dua orbit
per hari) pada ketinggian sekitar 11.500 mile dan bergerak dengan kecepatan 2000
mil per jam. Ada stasiun penerima di bumi yang menghitung lintasan orbit setiap
satelit dengan teliti (www.geosities.com/yaslinus/masuk.html).
2.3.2.3.1 Pemasukan Data dengan GPS
Data spasial lain dalam bentuk digital seperti data hasil pengukuran lapang
dan data dari GPS bisa dimasukkan dalam sistem SIG. Pada intinya SIG
membutuhkan data spasial dalam format tertentu untuk membedakan apakah data
tersebut berupa point, line atau polygon, satelit yang mengitari bumi ditunjukan pada
Gambar 6.
a. Aktifkan GPS dan tunggu sampai halaman satelit 3D muncul. Untuk dapat
menggunakan alat penerima GPS dengan sempurna, alat tersebut harus
menerima sinyal dari minimum 4 satelit.
b. Setelah memperoleh sinyal yang diinginkan, tekan tombol MARK, sehingga
layar akan berubah menjadi MARK POSITION.
c. Nilai koordinat dimana kita berada akan muncul di layar. Untuk menyimpan
nilai koordinat, pindahkan kursor ke SAVE dan diikuti dengan menekan
tombol ENTER.
d. Untuk memberi nama file pada titik tersebut, tekan ENTER lalu gunakan
tombol ROCKER, Ada dua cara menggunakan tombol ROCKER: (i) arah ke
atas/ke bawah untuk memilih huruf atau angka, dan (ii) arah ke kiri/kanan
untuk memindahkan ke huruf atau angka sebelumnya/berikutnya. Akhiri
dengan menekan ENTER.
e. Untuk menyimpan nama yang baru saja kita buat pada alat, tekan sekali lagi
tombol ROCKER, arahkan menuju pilihan SAVE. Jangan lupa untuk
kemudian menekan tombol ENTER. GPS Garmin 12CX dapat menyimpan
sampai dengan 1000 waypoint.
Semakin besar harga kerapatan saluran, berarti semakin saluran yang ada
panang sehingga penyebaran air ke petak tersier akan semakin merata.
2.4.2.2 Kerapatan Bangunan
Besarnya kerapatan bangunaan dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
………………..………..(2)
Semakin besar nilai kerapatan bangunan, maka semakin banyak saluran yang
dapat dilayani oleh bangunan sehingga akan lebih merata pendistribusian air.
24
Keterangan rumus :
β = Ratio beta
e = Jumlah penggal saluran (buah)
v = Jumlah bangunan bagi (buah)
β = 1, berarti dalam sistem jaringan terdapat jaringan tertutup.
β > 1, merupakan rangkaian yang komplek.
β < 1, pada jaringan banyak mengalami kerusakan sehingga mengganggu
kelancaran air.
Keterangan rumus :
∩ = Ratio Eta
M = Panjang total saluran pada petak tersier (m)
e = Jumlah penggal saluran (buah)
Semakin tinggi nilai ∩, maka semakin panjang penggal saluran dan semakin
cepat pemerataaan air ke petak – petak tersier.
2.4.2.5 Ratio Theta (θ)
Besarnya θ dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
……………………………………………………..………..(5)
Keterangan rumus :
θ = Ratio Theta
M = Panjang total saluran pada petak tersier (Km)
v = Jumlah bangunan bagi (buah)
25
Nilai θ menunjukan kemampuan rata – rata tiap boks bagi untuk melayani
saluran.
Pusposutardjo dalam Ardian (1991), membagi kriteria jaringan yang sesuai
dengan kemampuan dari petani sebagai berikut :
1. Kerapatan saluran, 50 – 100 m/ha
2. Kerapatan susunan, 0,11 – 0,40 unit/ha
3. β – ratio, 2,21 – 2,50 unit segmen saluran / kotak bagi.
4. ∩- ratio, 250 – 500 m/ unit segmen saluran.
5. Θ- ratio, 500 – 1000 m/kotak bagi.
Dalam kriteria fisik diatas, petani mampu mengelola dan mengoperasikan
jaringan tersier dengan baik (Ardian, 1991).