Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ENTOMOLOGI FORENSIK
Disusun oleh :
Fernando 0610075
Ellysia Budiman 0910191
Vellyana Lie 0610147
Mery Sihombing 0610161
Mila Gunawan 0510007
Pembimbing :
dr. Naomi
Entomologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari serangga.
Istilah ini berasal dari dua perkataan Latin - entomon bermakna serangga dan
logos bermakna ilmu pengetahuan. Sesuai dengan perkembangan entomologi
dapat dibagi menjadi dua cabang ilmu yaitu Entomologi Dasar dan Entomologi
Terapan.
2.5 Penguraian
Adapun sisa yang tertinggal berupa kulit, kartilago dan tulang , Diptera
tidak lagi menjadi spesies yang dominan. Coleoptera mendominasi
stadium ini. Selain dari peningkatan spesies ini, juga terjadi peningkatan
parasit dan predator dari kumbang.
5. Skeletal Stage (Stadium skeletal)
Pada stadium ini hanya tertinggal tulang dan rambut , sudah tidak terdapat
daging bangkai, dan mulai kembalinya binatang yang tinggal pada tanah di
bawah mayat tersebut. Tidak ada ketentuan lamanya stadium ini, stadium
ini dapat ditentukan lamanya dari variasi binatang normal pada tanah serta
kondisi lokal di mana mayat ditemukan.
Pada dasarnya, perkiraan usia dari belatung yang ditemukan pada mayat
dapat menunjukan waktu minimal sejak kematian. Misalnya jika usia belatung
diperkirakan lima hari maka kesimpulannya kematian seharusnya telah terjadi
paling sedikit lima hari tetapi kematian juga dapat terjadi 6 hari, 7 hari atau lebih.
Hal – hal yang biasa digunakan sebagai acuan oleh entomologis adalah
waktu minimal kematian dan perkembangan siklus serangga. Beberapa serangga
mungkin akan berkembang lebih lama dari perkiraan; karena itu menggunakan
waktu minimal kematian dapat meningkatkan keakuratan.
Perkiraan waktu kematian sangat penting untuk kepentingan investigasi
dalam mendukung atau menolak kesaksian. Sebagai contoh pada kasus
ditemukannya jasad yang sudah mengalami dekomposisi, kemudian seseorang
datang dengan kesaksian bahwa dia baru saja melihat kejadian pembunuhan yang
terjadi pada jasad tersebut; dapat dipastikan bahwa kesaksiannya tidak dapat
digunakan. Pada kasus lain dapat ditemukan dua kesaksian yang subjektif dan
sangat bertolak belakang, dengan menggunakan bukti – bukti entomologi yang
bersifat objektif maka akan dapat diketahui kesaksian mana yang benar.
Posisi Luka
Cara kematian berbeda dengan penyebab kematian. Sebagai contoh cara
kematian dengan tikaman atau bacokan, sedangkan penyebab kematian karena
kehilangan darah. Penyebab kematian menjadi wewenang patologi forensik.
Sedangkan ahli entomologi kadang-kadang dipanggil untuk memberikan pendapat
tentang cara kematian, khususnya pada kasus-kasus dimana tubuh berada pada
stadium lanjut pembusukan. Sebagai contoh, pada tubuh yang dihinggapi belatung
luka mungkin akan dimakan belatung sehingga tidak mungkin mengetahui apa
yang menjadi penyebab luka. Dalam hal ini ahli entomologis dapat banyak
membantu.
Blow flies adalah serangga yang pertama kali hinggap ke jasad dan
menaruh telurnya didekat luka supaya larva pada instar stage 1 mendapatkan
nutrisi yang cukup. Sesudah tubuh mengalami dekomposisi lebih lanjut akan lebih
sulit untuk menentukan ada atau tidaknya luka. Jika luka tersebut tidak mengenai
jaringan keras seperti tulang dan kartilago akan sangat mudah tidak terdeteksi,
akan tetapi serangga dapat mendeteksi adanya luka yang sangat kecil. Lalat betina
dapat mendeteksi adanya luka dalam ukuran yang kecil untuk dapat menaruh telur
– telurnya, lalat bahkan dapat mendeteksi adanya bekas punksi vena yang
menggunakan jarum paling kecil dimana tidak dapat dilihat oleh ahli patologis.
Pada tahap dekomposisi lebih lanjut, kolonisasi dari serangga dapat
digunakan untuk memperkirakan posisi luka, akan tetapi yang berhak untuk
menyatakan posisi luka–luka adalah forensik patologis, sedangkan entomologis
berhak untuk menyatakan bahwa ada pola kolonisasi serangga yang tidak umum
yang mungkin mengindikasikan adanya luka. Sebagai contoh, pada suatu kasus
ditemukan adanya seorang wanita yang jasadnya ditemukan dalam tahap
dekomposisi yang lanjut. Didapatkan pola kolonisasi yang tidak umum berupa
lebih banyak kolonisasi pada daerah dada dan tangan dibandingkan dengan
kepala. Atas pernyataan itu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan akhirnya
ditemukan adanya tanda – tanda bekas luka tusukan benda tajam disekitar dada
dan tangan.
Pemeriksaan untuk memeriksa bekas luka berdasarkan kolonisasi serangga
harus dilakukan dengan hati – hati. Sebagai contoh, seringkali adanya belatung
pada daerah genital dianggap sebagai kasus pemerkosaan. Apabila pada
pemeriksaan lebih lanjut ditemukan bahwa serangga yang berkoloni di daerah
genitalia adalah yang paling tertua, hal ini mengindikasikan adanya pemerkosaan
(luka atau semen pada daerah genital mengakibatkan serangga tertarik), tetapi bila
pada pemeriksaan lebih lanjut ditemukan bahwa kolonisasi pada daerah genitalia
dan daerah lainnya sama atau bahkan lebih lambat hal itu menunjukan bahwa
kolonisasi yang terjadi adalah normal, tidak mengindikasikan pemerkosaan.
Obat
Serangga yang berkolonisasi pada jasad memakan jaringan jasad sehingga
secara tidak langsung mengkonsumsi substansi yang terdapat pada jasad. Zat – zat
tersebut dapat berupa alkohol, racun, dan obat. Alkohol adalah produk normal
yang dihasilkan dari proses dekomposisi, sehingga serangga umumnya tidak
dipengaruhi oleh adanya substansi alkohol. Apabila kematian disebabkan oleh
racun atau obat, baik dalam maksud terapeutik atau pembunuhan, maka akan
mengakibatkan perkembangan dari serangga.
Pada kasus pembunuhan dan keracunan jaringan tubuh hampir seluruhnya
dimakan oleh belatung. Belatung mempunyai kemampuan untuk menyimpan
jaringan berupa cairan toksik sehingga dapat digunakan untuk analisa toksikologi.
Walaupun tidak seluruh mayat dimakan oleh belatung, tetapi masih lebih baik
melakukan tes pada belatung daripada pada sisa pembusukan manusia, karena
jaringan hidup akan lebih mudah untuk di analisa toksikologinya daripada tubuh
yang sudah membusuk.
Analisis serangga untuk menentukan racun atau obat dapat dilakukan pada
larva dan diptera dan coleoptera dewasa, dan coleoptera exuviae. (Miller et al,
1994)
Obat dapat mempengaruhi perkembangan dari serangga, yaitu
mempercepat atau memperlambat perkembangan; karena itu entomologis harus
memperhatikan pernyataan dari ahli toksikologi.
Kelalaian Manusia
Pada kasus – kasus ditemukan bahwa larva hanya memakan bagian
jaringan yang sudah nekrotik, ganggren, dan jaringan – jaringan yang rusak.
Sebagai contoh, pada pengadilan entomologis dapat memberi pernyataan bahwa
popok seorang bayi tidak diganti selama 5 hari karena dalam 4 – 5 hari pada
pemeriksaan didapatkan belatung yang memakan jaringan – jaringan yang sudah
rusak.
6. Penyebab kematian
7. Stadium pembusukan
Beetles
Lokasi : Dimana saja, dibawah jasad, disekitar jasad, atau di baju.
Ambil menggunakan jaring atau kuas kecil yang basah.
Koleksi dewasa : Dapat disimpan dalam keadaan hidup atau taruh dalam
alkohol.
Koleksi imatur : Simpan dalam keadaan hidup dengan handuk basah;
simpan per individu karena beetles punya sifat kanibalisme.
Simpan sebagian dalam alkohol. Setiap pupa sebaiknya
disimpan dalam keadaan hidup.
Catatan : Serangga dewasa dan imatur sangatlah penting, kedua –
duanya bergerak dengan cepat. Kulit larva dan kantung
pupa sebaiknya juga disimpan.
Sampel tanah
Serangga tanah dan hewan tidak bertulang belakang sebaiknya tidak usah
disingkirkan. Sample tanah dikumpulkan dan dibawa ke laboratotium.
Ambil sebanyak kurang lebih 4 gelas. Taruh pada kaleng yang ukurannya 2 kali
dari sampel. Sampel tanah biasanya diperiksa entomologis di laboratorium.
Prosedur koleksi
3. Pemberian Label
1. Tanggal pengumpulan
2. Waktu pengumpulan
3. Lokasi ditemukan pada tubuh, sespesifik mungkin.
Myasis
Pelaporan
Laporan entomologis akan sangat berguna untuk kepentingan penyelidikan
dan juga dapat digunakan sebagai bukti di pengadilan. Laporan yang digunakan
untuk pengadilan harus dipisahkan dari laporan lainnya agar pembaca dapat
memahami dasar-dasar ilmu mengenai dari entomologi sehingga mereka dapat
mengambil kesimpulan tanpa perlu mencari literatur lebih lanjut.
Laporan sebaiknya dimulai dengan deskripsi singkat mengenai kejadian,
tempat kejadian, korban, dan kumpulan sampel yang ditemukan yang berkaitan
dengan entomologi. Pada laporan harus dijelaskan mengenai bagaimana, kapan,
dan siapa yang menghubungi ahli entomologi serta bagaimana bukti entomologi
tersebut diterima oleh ahli entomologi. Harus dijelaskan pula mengenai prosedur
yang digunakan, data yang digunakan, dan hasil identifikasi dari serangga. Selain
itu, di dalam laporan juga harus terdapat mengenai latar belakang ilmu forensik
ilmu entomologi dan harus dapat menyimpulkan mengenai spesies mana yang
terlibat dan bagaimana perkembangan spesies tersebut sesuai dengan literatur.
KESIMPULAN
James, Stuart H dan Hordby, Jon J. 2005. Forensic Entomology. In: Sorg,
Marcella K. Forensic Science An Introduction to Scientific and Investigative
Technique second edition. US : CRC Prers. p. 135 – 164.