Você está na página 1de 9

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme

patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui :


A. Pengertian kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. asending yaitu:
(Agus Tessy, 2001) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek
pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998) daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi,
Klasifikasi factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain: alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik,
Kandung kemih (sistitis) pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
uretra (uretritis) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
prostat (prostatitis) Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system
ginjal (pielonefritis) imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi: hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi
ISK uncomplicated (simple) ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih,
tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena
mukosa superficial kandung kemih. adanya:
ISK complicated Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap Mobilitas menurun
beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan Nutrisi yang sering kurang baik
shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut: System imunnitas yng menurun
Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko Adanya hambatan pada saluran urin
uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
kandung kencing menetap dan prostatitis. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan
Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK. distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini
Gangguan daya tahan tubuh mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu
Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan
spp yang memproduksi urease. mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini
Etiologi secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu,
Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain: beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya
Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple) obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan
Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai
Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain. hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal,
Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain: batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan laki diatas usia 60 tahun.
kandung kemih yang kurang efektif
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik E. Tanda dan Gejala
Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):
Adanya hambatan pada aliran urin Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
Patofisiologi Hematuria
Nyeri punggung dapat terjadi Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat
Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis) dibedakan atas:
Demam Terapi antibiotika dosis tunggal
Menggigil Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
Nyeri panggul dan pinggang Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
Nyeri ketika berkemih Terapi dosis rendah untuk supresi
Malaise Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko
Pusing kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten
Mual dan muntah di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu,
Pemeriksaan Penunjang harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi
Urinalisis preventif dosis rendah.
Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole
adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra),
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten
Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt
air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis. Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
Bakteriologis Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
Mikroskopis Interansi obat
Biakan bakteri Efek samping obat
Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui
Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari ginjal
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal
dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi. ginjal:
Metode tes Efek nefrotosik obat
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Efek toksisitas obat
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi
maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess keefektifannya dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai
positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal berikut:
menjadi nitrit. Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan/
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, membahnayakan/
klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek). Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan?
Tes- tes tambahan: Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan?
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan Pengkajian
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur Adakah obstruksi pada saluran kemih?
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi
kambuhnya infeksi yang resisten. nosokomial.
Penatalaksanaan Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens Imobilisasi dalam waktu yang lama.
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus Apakah terjadi inkontinensia urine?
urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor Relaksasi: membantu mengarahkan kembali perhatian dan
predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan untuk relaksasi otot.
jumlah) Berikan perawatan perineal
Adakah disuria? Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra
Adakah urgensi? Jika dipaang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 nkali per
Adakah hesitancy? hari.
Adakah bau urine yang menyengat? Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki
Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
konsentrasi urine? Kolaborasi:
Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning,
bagian bawah jingga gelap, berkabut atau keruh. Pla berkemih berubah,
Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran sring berkemih dengan jumlah sedikit, perasaan ingin
kemih bagian atas kencing, menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau
Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian bertambah sakit
atas. Rasional: Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan
Pengkajian psikologi pasien: jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan luas
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi
pengobatan yang telah dilakukan? Adakakan perasaan malu keberhasilannya
atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya. Rasional: analgesic memblok lintasan nyeri sehingga
Diagnosa Keperawatan Yang Timbul mengurangi nyeri
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk
uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain. air segar . Pemberian air sampai 2400 ml/hari
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada Rasional: akibta dari haluaran urin memudahkan berkemih
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain. sering dan membentu membilas saluran berkemih
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan Dx 2:
pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik
Intervensi Keperawatan pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
Dx 1 : Kriteria Evaluasi:
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan
infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain. berkemih (urgensi, oliguri, disuria)
Kriteria evaluasi: Intervensi:
Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin
Intervensi: Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan
Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an pola adanya komplikasi
berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil Tentukan pola berkemih pasien
urinalisis ulang Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.
penyimpangan dari hasil yang diharapkan Kaji keluhan kandung kemih penuh
Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri. Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi
Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan jaringan(kandung kemih/ginjal)
penyebab nyeri Observasi perubahan status mental:, perilaku atau tingkat kesadaran
Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan
istirahat; elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot. Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam
Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus Rasional: untuk mencegah statis urin
Kolaborasi:
Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan
Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:
masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk FKUI
meningkatkan aam urin. Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih
Peningkatan masukan sari buah dapt berpengaruh dalm Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
pengobatan infeksi saluran kemih. http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-
Dx 3: infeksi-saluran.html
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi. Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta:
Kriteria Evaluasi: menyatakna mengerti tentang kondisi, EGC.
pemeriksaan diagnostic, rencana pengobatan, dan tindakan Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:
perawatan diri preventif. Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
Intervensi:
Kaji ulang prose pemyakit dan harapan yang akan datanng
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan beradasarkan informasi.
Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran, jelaskna pemberian antibiotic, pemeriksaan
diagnostic: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag
dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah
pemeriksaan.
Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi
ansietas dan m,embantu mengembankan kepatuhan klien
terhadap rencan terapetik.
Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk
perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk perawatn sesudah
pemeriksaan
Rasional: instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan
Instruksikan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, inum
sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari khususnya sari
buah berri.
Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-
tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Asam
piruvat dari sari buah berri membantu mempertahankan keadaan
asam urin dan mencegah pertumbuhan bakteri
Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan
perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.
Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan
ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan
rencana terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih
Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN VERTIGO o Telinga bagian luar : serumen, benda asing.
o Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis
A. Pengertian media purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis,
kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.
Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. o Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma,
Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ),
lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan mabuk gerakan, vertigo postural.
otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan o Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.
hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau o Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis
sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.
(pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing. Dari 2. Penyakit SSP :
(http://www.kalbefarma.com). o Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis,
anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium
B. Etiologi paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus
karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung.
Menurut (Burton, 1990 : 170) yaitu : o Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.
o Trauma kepala/ labirin.
o Tumor.
1. Lesi vestibular :
o Fisiologik o Migren.
o Labirinitis o Epilepsi.
o Menière 3. Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor
medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause.
o Obat ; misalnya quinine, salisilat.
4. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi,
o Otitis media
fobia.
o “Motion sickness” 5. Kelainan mata: kelainan proprioseptik.
o “Benign post-traumatic positional vertigo” 6. Intoksikasi.
2. Lesi saraf vestibularis
o Neuroma akustik
o Obat ; misalnya streptomycin C. Patofisiologi
o Neuronitis
o vestibular Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
3. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam
o Infark atau perdarahan pons sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus
o Insufisiensi vertebro-basilar menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain
o Migraine arteri basilaris yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
o Sklerosi diseminata menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan
o Tumor vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
o Siringobulbia Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh
o Epilepsy lobus temporal reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan
kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor
Menurut (http://www.kalbefarma.com) visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan
1. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer : proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam
keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang o Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo
muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam servikalis.
keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan 3. Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-
tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh angsur mengurang, dibedakan menjadi :
di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada o Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster
rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan otikus, labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII,
informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala cedera pada auditiva interna/arteria vestibulokoklearis.
otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat o Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom
sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, arteria vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo
unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya epidemika, sklerosis multipleks, hematobulbi, sumbatan
(http://www.kalbefarma.com). arteria serebeli inferior posterior.

D. Klasifikasi Vertigo Ada pula yang membagi vertigo menjadi :

Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok : 1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan
1. Vertigo paroksismal visual.
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung
beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi
suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara D. Manifestasi klinik
serangan, penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini
dibedakan menjadi :
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan
o Yang disertai keluhan telinga :
reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun,
Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng
Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah,
Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
odontogen.
o Yang tanpa disertai keluhan telinga :
E. Pemerikasaan Penunjang
Termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas arteria
vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada
anak (Vertigo de L’enfance), Labirin picu (trigger labyrinth). 1. Pemeriksaan fisik :
o Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi : o Pemeriksaan mata
Termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal o Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
laten, Vertigo posisional paroksismal benigna. o Pemeriksaan neurologik
2. Vertigo kronis o Pemeriksaan otologik
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin o Pemeriksaan fisik umum.
Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan 2. Pemeriksaan khusus :
menjadi: o ENG
o Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, o Audiometri dan BAEP
meningitis Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin o Psikiatrik
akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin. 3. Pemeriksaan tambahan :
o Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, o Laboratorium
sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, o Radiologik dan Imaging
sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan o EEG, EMG, dan EKG.
psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin.
o Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang
F. Penatalaksanaan Medis keras, epitaksis.
o Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) : o Perubahan pada pola bicara/pola pikir
Terdiri dari : o Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
o Penurunan refleks tendon dalam
1. Terapi kausal o Papiledema.
2. Terapi simtomatik 6. Nyeri/ kenyamanan
3. Terapi rehabilitatif. o Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma,
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN VERTIGO sinusitis.
o Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
A. Pengkajian o Fokus menyempit
o Fokus pada diri sendiri
1. Aktivitas / Istirahat o Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis,
o Letih, lemah, malaise gelisah.
o Keterbatasan gerak o Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
o Ketegangan mata, kesulitan membaca 7. Keamanan
o Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri o Riwayat alergi atau reaksi alergi
kepala. o Demam (sakit kepala)
o Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, o Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca. o Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
2. Sirkulasi 8. Interaksi sosial
o Riwayat hypertensi o Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial
o Denyutan vaskuler, misal daerah temporal. yang berhubungan dengan penyakit.
o Pucat, wajah tampak kemerahan. 9. Penyuluhan / pembelajaran
3. Integritas Ego o Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
o Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu o Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi
o Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, oral/hormone, menopause.
ketidakberdayaan depresi
o Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit
kepala B. Diagnosa Keperawatan (Doengoes, 1999:2021)
o Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
4. Makanan dan cairan 1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan,
o Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial
bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor
berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain). misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
o Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri) 2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
o Penurunan berat badan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
5. Neurosensoris 3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan
o Pening, disorientasi (selama sakit kepala) kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
o Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh
memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
stroke.
o Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
 Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi
C. Intervensi yang tepat.

Diagnosa Keperawatan 1. : Intervensi :


Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/
tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan  Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum.
menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, Rasional : Mengenal sejauh dan mengidentifikasi penyimpangan
perubahan pola tidur, gelisah. fungsi fisiologis tubuh dan memudahkan dalam melakukan tindakan
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang keperawatan.
Kriteria Hasil :  Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Rasional : klien akan merasakan kelegaan setelah mengungkapkan
 Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang segala perasaannya dan menjadi lebih tenang.
 Tanda-tanda vital normal  Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan
 pasien tampak tenang dan rileks. dan hasil yang diharapkan.
Rasional : agar klien mengetahui kondisi dan pengobatan yang
Intervensi : diterimanya, dan memberikan klien harapan dan semangat untuk
pulih.
 Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri.  Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan.
keperawatan. Rasional : membuat klien merasa lebih berarti dan dihargai.
 Anjurkan klien istirahat ditempat tidur.
Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.
 Atur posisi pasien senyaman mungkin Diagnosa Keperawatan 3. :
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan
ketegangan otot serta mengurangi nyeri. pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal
 Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam informasi dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi,
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
lebih nyaman. Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur
 Kolaborasi untuk pemberian analgetik. dan proses pengobatan.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga Kriteria Hasil :
pasien menjadi lebih nyaman.
 Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari
suatu tindakan.
Diagnosa Keperawatan 2. :  Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam
Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan regimen perawatan.
relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat Intervensi :
Kriteria Hasil :
 Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
 Mengidentifikasi prilaku yang tidak efektif Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan
 Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang di klien dan keluarga tentang penyakitnya.
miliki.  Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya
 Mengkaji situasi saat ini yang akurat sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang,
klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia
cemas. Kedokteran No. 144, Jakarta, 2004.
 Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui.
Rasional : untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah
pengetahuan klien tetang penyakitnya.
 Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang
telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan
keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
 Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang
normal
Rasional : agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak
tubuh yang kurang baik.
 Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang
dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan.
Rasional : dengan memperhatikan faktor yang berhubungan klien
dapat mengurangi sakit kepala sendiri dengan tindakan sederhana,
seperti berbaring, beristirahat pada saat serangan.

C. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang


kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya. (Carpenito, 1999:28)
Tujuan Pemulangan pada vertigo adalah :

1. Nyeri dapat dihilangkan atau diatasi.


2. Perubahan gaya hidup atau perilaku untuk mengontrol atau
mencegah kekambuhan.
3. Memahami kebutuhan atau kondisi proses penyakit dan kebutuhan
terapeutik.

DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi


keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC,
Jakarta, 1999.
Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999.
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/14415 Terapi Akupunktur untuk
Vertigo.pdf/144_15TerapiAkupunkturuntukVertigo.html

Você também pode gostar