Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok : 1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan
1. Vertigo paroksismal visual.
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung
beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi
suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara D. Manifestasi klinik
serangan, penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini
dibedakan menjadi :
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan
o Yang disertai keluhan telinga :
reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun,
Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng
Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah,
Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
odontogen.
o Yang tanpa disertai keluhan telinga :
E. Pemerikasaan Penunjang
Termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas arteria
vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada
anak (Vertigo de L’enfance), Labirin picu (trigger labyrinth). 1. Pemeriksaan fisik :
o Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi : o Pemeriksaan mata
Termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal o Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
laten, Vertigo posisional paroksismal benigna. o Pemeriksaan neurologik
2. Vertigo kronis o Pemeriksaan otologik
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin o Pemeriksaan fisik umum.
Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 47) serangan akut, dibedakan 2. Pemeriksaan khusus :
menjadi: o ENG
o Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, o Audiometri dan BAEP
meningitis Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin o Psikiatrik
akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin. 3. Pemeriksaan tambahan :
o Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, o Laboratorium
sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, o Radiologik dan Imaging
sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan o EEG, EMG, dan EKG.
psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin.
o Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang
F. Penatalaksanaan Medis keras, epitaksis.
o Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) : o Perubahan pada pola bicara/pola pikir
Terdiri dari : o Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
o Penurunan refleks tendon dalam
1. Terapi kausal o Papiledema.
2. Terapi simtomatik 6. Nyeri/ kenyamanan
3. Terapi rehabilitatif. o Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma,
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN VERTIGO sinusitis.
o Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
A. Pengkajian o Fokus menyempit
o Fokus pada diri sendiri
1. Aktivitas / Istirahat o Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis,
o Letih, lemah, malaise gelisah.
o Keterbatasan gerak o Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
o Ketegangan mata, kesulitan membaca 7. Keamanan
o Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri o Riwayat alergi atau reaksi alergi
kepala. o Demam (sakit kepala)
o Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, o Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca. o Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
2. Sirkulasi 8. Interaksi sosial
o Riwayat hypertensi o Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial
o Denyutan vaskuler, misal daerah temporal. yang berhubungan dengan penyakit.
o Pucat, wajah tampak kemerahan. 9. Penyuluhan / pembelajaran
3. Integritas Ego o Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
o Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu o Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi
o Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, oral/hormone, menopause.
ketidakberdayaan depresi
o Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit
kepala B. Diagnosa Keperawatan (Doengoes, 1999:2021)
o Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
4. Makanan dan cairan 1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan,
o Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial
bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor
berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain). misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
o Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri) 2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
o Penurunan berat badan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
5. Neurosensoris 3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan
o Pening, disorientasi (selama sakit kepala) kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
o Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh
memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
stroke.
o Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau situasi
C. Intervensi yang tepat.
C. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA