Você está na página 1de 4

Ateja: Dari Padalarang Menjangkau 

Dunia

Bicara kain jok dan tekstil interior, kemungkinan besar orang akan menyebut nama Ateja.
Maklum, selain sebagai pionir di industrinya, produk Ateja mendominasi pasar lokal.
Bahkan, merek ini juga cukup dikenal di pasar internasional. “Kami bukan pemain baru di
dunia. Di pasar Eropa dan Amerika nama Ateja diperhitungkan,” ujar Benny Judiharjo,
Direktur Operasional PT Ateja Multi Industri, berbangga diri.
Perusahaan ini berdiri pada 1974. Perusahaan yang berbasis di Padalarang, Jawa Barat, ini
dikembangkan oleh Sugianto Sadar (sekarang presdir), Kurniadi M. Candra (salah seorang
direktur), dan Agus S. Candra (komisaris). Bidang usahanya industri tekstil, khususnya
memproduksi tekstil interior. Sejak awal berdiri, produk yang dihasilkan telah menggunakan
nama Ateja — singkatan “Anugerah Tuhan Terus Jaya” — sebagai merek dagangnya.

Pada 1978, Ateja mulai memasarkan produknya ke Singapura dan Malaysia. Selanjutnya,
pada 1980 badan hukum perusahaan dibentuk dengan nama PT Ateja Tekstil Industri — dan
setahun kemudian berubah menjadi PT Ateja Multi Industri. Untuk mempertegas
keberadaannya, sekaligus sebagai upaya brand building di luar negeri, Ateja pun membuka
kantor perwakilan di Singapura. Saat ini, kantor perwakilan Ateja juga ada di Malaysia dan
Cina. “Tahun 1986 merupakan tahun yang bersejarah buat kami, karena kami mulai
menyuplai kain jok untuk kebutuhan mobil Toyota melalui Toyota-Astra Motor,” Benny
menandaskan. Selain Toyota, kini sebagian besar mobil yang diproduksi di Indonesia
menggunakan kain jok keluaran Ateja, seperti Nissan, Honda, dan Isuzu.

Karena persaingan makin ketat, manajemen Ateja mengintensifkan upaya pemasaran. Antara
lain, mulai aktif berpartisipasi secara reguler dalam pameran tekstil internasional, seperti
Decosit (di Belgia), Interzum, Heimtextile, Orgatex (Jerman), Index (Dubai), Evteks (Turki),
IPSA (AS), dan Fenavem (Brasil).

Promosi lewat media cetak — baik lokal maupun internasional — pun mulai dilakukan,
seperti beriklan di Majalah Interior (Inggris) serta Fabric & Furnishing (AS). “Besarnya bujet
promosi tergantung pada penetrasi pasar kami,” ujar Benny. Perusahaan ini juga
mengembangkan website perusahaan (www.ateja.co.id), sehingga orang dari seluruh dunia
dapat mengetahui profilnya.

Di mancanegara, selain membuka kantor perwakilan, Ateja juga membuka ruang pajang
melalui agen, importir, dan para distributornya (wholesaler). Di pasar luar negeri ini,
perusahaan ini juga menjual langsung ke kalangan end user, pabrik mebel, pabrik springbed,
dan pembuat jok mobil. Agar langkahnya lebih lancar, Ateja menjalin hubungan baik dengan
Kedubes Indonesia.
Kekuatan merek Ateja juga ditopang oleh keberhasilan memperoleh sertifikasi ISO 9002 —
yang menjadikannya perusahaan tekstil interior pertama di ASEAN yang menggaet sertifikasi
tersebut. Perusahaan ini juga telah mendapatkan sertifikasi ISO/TS 16949 untuk kain interior
transportasi –sekaligus sebagai perusahaan tekstil pertama yang mendapatkannya di
Indonesia.

Upaya membangun merek ini dilakukan dengan menerapkan 8 poin terobosan (lihat Boks).
Sebagai contoh, dalam menciptakan tren produk di luar negeri, Ateja mengembangkan
diferensiasi produk agar dapat memenuhi ekspektasi, keinginan, dan kebutuhan pelanggan di
negara tujuan. Lalu, dalam kaitannya dengan menciptakan nilai tambah buat pelanggan, Ateja
berupaya mengirim tepat waktu, menindaklanjuti setiap keluhan dengan cepat dan tepat,
mengadakan Ateja Customers Gathering, dan menyebar angket kepuasan pelanggan, baik
untuk mitra di dalam maupun luar negeri.

8 Poin Terobosan Ateja:

1. Manpower, yakni terobosan dalam pemilihan orang — baik tenaga


penjualan,distributor maupun pelanggan — di negara tujuan ekspor.
2. Mutu yang dapat diandalkan.
3. Efisiensi, untuk menghasilkan produk dengan harga yang kompetitif sehingga dapat
bersaing di negara tujuan ekspor.
4. Teknologi, yakni dengan menggali dan mengembangkan teknologi yang dapat
menciptakan tren pasar.
5. Nilai tambah bagi setiap pelanggan.
6. Costing minded, yakni mengaitkan segala pekerjaan dengan biaya supaya efisien dan
memperoleh hasil optimal.
7. Kerja sama yang baik dengan pihak distributor, agen, dan pelanggan di luar negeri.
8. Peningkatan penjualan lokal dan ekspor.

Toh, tidak berarti perjalanan Ateja senantiasa mulus. Diakui Benny, Ateja pun pernah
mengalami masa-masa pahit. Terutama, ketika ingin memasuki pasar AS dan Eropa.
“Awalnya produk Ateja dipandang sebelah mata oleh pelanggan di negara-negara tersebut.
Ini disebabkan country image Indonesia yang kurang baik. Juga, adanya pandangan bahwa
produk dari Indonesia merupakan produk middle-to-low alias berkualitas rendah,” katanya
mengenang.

Namun, dengan menciptakan terobosan baru dan mengikuti tren yang berkembang serta
menjalin hubungan baik dengan pelanggan di negara-negara tersebut, lambat laun kehadiran
Ateja bisa diterima. “Cara yang kami lakukan untuk mengatasi kendala ekspor adalah dengan
menerapkan prinsip 4P, menciptakan produk yang mempunyai value added tinggi tetapi
dengan harga yang bersaing, dan memahami customer needs,” ujar Benny.

Sekarang, Benny mengklaim, merek Ateja sangat dikenal di luar negeri. Contohnya, pada
2005, Ateja merupakan satu-satunya merek dari Asia yang dipilih Honda sebagai pemasok
kain jok interior untuk produk Honda Civic yang dipasarkan di Eropa dan Honda Accord di
AS. Produk Ateja juga dipakai sebagai kain interior di bandara-bandara internasional, seperti
Changi, Kuala Lumpur, dan Soekarno-Hatta. Bahkan, salah satu desain produk Ateja berhasil
mencapai predikat Best of the Best dalam Decosit Fair 2007 yang berlangsung di Brussel,
Belgia, 7-11 September 2007.

Menurut Benny, prestasi seperti itu bisa dicapai karena Ateja didukung oleh layanan yang
baik, mutu yang konsisten, dan harga jual yang kompetitif. Dengan penjualan 6-10 juta
meter/tahun, kini produk Ateja sudah dipasarkan ke lebih dari 35 negara di Amerika, Eropa,
Afrika, Asia dan Australia. Segmen pasar yang dibidik produk kain interior ini terbagi ke
dalam empat kategori: home furnishing, transportation interior, mattress ticking, dan contract
fabric. Menurut Benny, sesuai dengan visinya, Ateja ingin menjadi salah satu perusahaan
kain interior yang terbaik dan dapat diandalkan di dunia.

Keperkasaan Ateja di industri kain interior dunia diakui Rahayu Budi, anggota Dewan Juri
Primaniyarta Award. Menurutnya, Ateja konsisten dalam mengupayakan branding, menjaga
kualitas produk, dan melakukan pemasaran ekspor. “Saya lihat tim R & D Ateja juga sangat
baik. Terbukti beberapa kali mendapat award untuk desain orisinal dari pabrikan otomotif
untuk pasar Eropa. Ini hal yang membanggakan,” ujarnya.

Menurut Rahayu, walaupun pola dagang Ateja adalah business-to-business (B2B), tidak
berarti bisa mengabaikan aspek branding. Justru sebaliknya, mengingat persyaratan dalam
transaksi B2B lebih ketat daripada transaksi ritel business-to-consumer. Pasalnya, prinsipal
akan meminta kualitas yang tinggi, sertifikasi (semacam ISO), nilai yang lebih dibandingkan
pemain lain, dan sebagainya. “Ke depan, tentu Ateja harus terus konsisten. Dan, untuk
mengimbangi Cina, Ateja harus bisa terus menjaga mutu R & D dan teknologinya,” ujar
Rahayu menyarankan.

Ateja adalah perusahaan manufacturing yang memproduksi interior furnishing seperti bahan-

bahan untuk kulit sofa, dengan berbagai jenis model dan pola. Bahan yang digunakan juga

beragam, dari kulit, sintetis, tenunan sampai bahan bludru maupun sejenis karpet. Selain

untuk home furnishing, juga diproduksi untuk interior mobil dan cover kasur pegas.
Perusahaan ini merambah pasar dalam dan luar negeri, dan semua perusahan yang

membutuhkan bahan untuk interior, mobil, maupun kasur pegar, menghubungi mereka untuk

mencari kebutuhan mereka. Untuk memperkenalkan produk mereka, maka dibuatlah sebuah

website dengan namaateja.co.id.

Você também pode gostar