Você está na página 1de 27

MAKALAH

GERAKAN PERLAWANAN TERHADAP KOLONIALISME DAN


IMPERIALISME
DI ASIA

Diajukan untuk memenuhi tugas diskusi mata pelajaran sejarah

Di susun Oleh : - Astiti


-Dede Uswatun H
-Desi Fatimah
- Devi Nuraeni
- Dodi Alfandy
- Eka Trisnawati

MADRASAH ALIYAH AL- HIDAYAH


KADULAWANG

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tentang “
GERAKAN PERLAWANAN TERHADAP KOLONIALISME DAN IMPERIALISME
DI ASIA ”. Makalah ini diajukan Sebagai salah satu tugas diskusi mata pelajaran sejarah.
Tidak lupa penulis ucapkan kepada guru mata pelajaran dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu penulis angat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga
sengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...

Pandeglang 26 Januari 2011

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….2


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah …………………………………………4
2. Tujuan ……………………………………………………………4
3. Rumusan Masalah…………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN
Gerakan Perlawanan Terhadap Kolonialisme & Imperialisme Di Asia
1. Pengertian kolonialisme & imperialisme……………………………..6
2. Sebab-sebab kolonialisme dan imperialisme…………………………7
3. Akibat Perlawanan Terhadap Kolonialisme & Imperialisme ……......8
4. Masuknya Bangsa Barat Dan Perlawanan Rakyat…………………..10
5. Masuknya kapitalisme melalui kolonialisme & imperialisme ……....16
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan …………………………………………………………26
2. Saran ………………………………………………………………...26
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah


Imperialisme ialah sebuah kebijakan di mana sebuah negara besar dapat memegang
kendali atau pemerintahan atas daerah lain agar negara itu bisa dipelihara atau berkembang.
Sebuah contoh imperialisme terjadi saat negara-negara itu menaklukkan atau menempati
tanah-tanah itu.

Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan


manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber
daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah tersebut. Istilah ini juga menunjuk kepada suatu
himpunan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasikan atau mempromosikan sistem
ini, terutama kepercayaan bahwa moral dari pengkoloni lebih hebat ketimbang yang
dikolonikan.

Pendukung dari kolonialisme berpendapat bahwa hukum kolonial menguntungkan


negara yang dikolonikan dengan mengembangkan infrastruktur ekonomi dan politik yang
dibutuhkan untuk pemodernisasian dan demokrasi. Mereka menunjuk ke bekas koloni
seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Hong Kong dan Singapura sebagai contoh
sukses pasca-kolonialisme.

2. Tujuan
Tujuan pembuatan Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran
sejarah,untuk di ketahui dan dipelajari sebagai bahan ajaran dan pembelajaran
nantinya.
Dengan adanya makalah ini mudah-mudahan sedikit membantu dalam kegiatan
belajar mengajar, yang bias membantu siswa/I dalam memahami pergerakan
perlawanan terhadap kolonialisme & imperialisme di Asia.

4
3. Rumusan masalah
1. Mengetahui Pengertian Kolonialisme & Imperialisme
2. Sebab-Sebab Kolonialisme & Imperialisme Di Asia
3. Akibat Dari Perlawanan Pergerakan Kolonialisme & Imperialisme

5
BAB II PEMBAHASAN
GERAKAN PERLAWANAN TERHADAP KOLONIALISME & IMPERIALISME
DI ASIA

1. Pengertian kolonialisme & imperialisme


Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan
manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber
daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah tersebut. Istilah ini juga menunjuk kepada suatu
himpunan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasikan atau mempromosikan sistem
ini, terutama kepercayaan bahwa moral dari pengkoloni lebih hebat ketimbang yang
dikolonikan.
Pendukung dari kolonialisme berpendapat bahwa hukum kolonial menguntungkan
negara yang dikolonikan dengan mengembangkan infrastruktur ekonomi dan politik yang
dibutuhkan untuk pemodernisasian dan demokrasi. Mereka menunjuk ke bekas koloni
seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Hong Kong dan Singapura sebagai contoh
sukses pasca-kolonialisme.
Peneori ketergantungan seperti Andre Gunder Frank, berpendapat bahwa
kolonialisme sebenarnya menuju ke pemindahan kekayaan dari daerah yang dikolonisasi ke
daerah pengkolonisasi, dan menghambat kesuksesan pengembangan ekonomi.
Pengkritik post-kolonialisme seperti Franz Fanon berpendapat bahwa kolonialisme
merusak politik, psikologi, dan moral negara terkolonisasi, enulis dan politikus India
Arundhati Roy berkata bahwa perdebatan antara pro dan kontra dari kolonialisme/
imperialisme adalah seperti "mendebatkan pro dan kontra pemerkosaan".
Lihat juga neokolonialisme sebagai kelanjutan dari dominasi dan eksploitasi dari negara
yang sama dengan cara yang berbeda (dan sering kali dengan tujuan yang sama).

Imperialisme ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia untuk
kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai imperiumnya. "Menguasai" disini tidak perlu
berarti merebut dengan kekuatan senjata, tetapi dapat dijalankan dengan kekuatan ekonomi,
kultur, agama dan ideologi, asal saja dengan paksaan. Imperium disini tidak perlu berarti
suatu gabungan dari jajahan-jajahan, tetapi dapat berupa daerah-daerah pengaruh, asal saja

6
untuk kepentingan diri sendiri. Apakah beda antara imperialisme dan kolonialisme ?
Imperialisme ialah politik yang dijalankan mengenai seluruh imperium. Kolonialisme ialah
politik yang dijalankan mengenai suatu koloni, sesuatu bagian dari imperium jika imperium
itu merupakan gabungan jajahan-jajahan.

Imperialisme ialah sebuah kebijakan di mana sebuah negara besar dapat memegang
kendali atau pemerintahan atas daerah lain agar negara itu bisa dipelihara atau berkembang.
Sebuah contoh imperialisme terjadi saat negara-negara itu menaklukkan atau menempati
tanah-tanah itu.

2. Sebab-sebab imperialisme & kolonialisme di asia

1. Keinginan untuk menjadi jaya, menjadi bangsa yang terbesar di seluruh dunia
(ambition, eerzucht). Tiap bangsa ingin menjadi jaya. Tetapi sampai dimanakah
batas-batas kejayaan itu ? Jika suatu bangsa tidak dapat mengendalikan keinginan ini,
mudah bangsa itu menjadi bangsa imperialis. Karena itu dapat dikatakan, bahwa tiap
bangsa itu mengandung benih imperialisme.
2. Perasaan sesuatu bangsa, bahwa bangsa itu adalah bangsa istimewa di dunia ini
(racial superiority). Tiap bangsa mempunyai harga diri. Jika harga diri ini menebal,
mudah menjadi kecongkakan untuk kemudian menimbulakan anggapan, bahwa
merekalah bangsa teristimewa di dunia ini, dan berhak menguasai, atau mengatur atau
memimpin bangsa-bangsa lainnya.
3. Hasrat untuk menyebarkan agama atau ideologi dapat menimbulkan imperialisme.
Tujuannya bukan imperialisme, tetapi agama atau ideologi. Imperialisme di sini dapat
timbul sebagai "bij-product" saja. Tetapi jika penyebaran agama itu didukung oleh
pemerintah negara, maka sering tujuan pertama terdesak dan merosot menjadi alasan
untuk membenarkan tindakan imperialisme.
4. Letak suatu negara yang diangap geografis tidak menguntungkan. Perbatasan
suatu negara mempunyai arti yang sangat penting bagi politik negara.
5. Sebab-sebab ekonomi. Sebab-sebab ekonomi inilah yang merupakan sebab yang
terpenting dari timbulnya imperialisme, teistimewa imperialisme modern.

7
 Keinginan untuk mendapatkan kekayaan dari suatu negara
 Ingin ikut dalam perdagangan dunia
 ingin menguasai perdagangan
 Keinginan untuk menjamin suburnya industri

3. Akibat perlawanan terhadap kolonialisme & imperialisme

Masuknya kekuasaan bangsa Asing di Indonesia telah menyebabkan perubahan tatanan


politik, sosial, ekonomi dan budaya bagi bangsa Indonesia sebagai berikut:

1. Di Bidang politik

Baik Daendels maupun Raffles telah meletakkan dasar pemerintahan modern.


Para Bupati dijadikan pegawai negeri dan diberi gaji, padahal menurut adat, kedudukan
bupati adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat. Bupati telah menjadi alat
kekuasaan pemerintah kolonial.

Belanda dan Inggris juga melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan,


misalnya soal pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi politik di
Indonesia. Akibatnya peranan elite kerajaan berkurang dalam bidang politik, bahkan
kekuasaan pribumi mulai runtuh.

2. Di bidang Sosial ekonomi

Eksploitasi ekonomi yang dilakukan bangsa Barat membawa berbagai dampak


bagi bangsa Indonesia. Munculnya monopoli dagang VOC menyebabkan mundurnya
perdagangan nusantara di panggung perdagangan internasional. Peranan syahbandar
digantikan oleh para pejabat Belanda

Kebijakan tanam paksa sampai sistem ekonomi liberal menjadikan Indonesia


sebagai penghasil bahan mentah. Eksportirnya dilakukan oleh bangsa Belanda, pedagang
perantara dipegang oleh orang timur asing terutama bangsa Cina dan bangsa Indoensia

8
hanya menjadi pengecer, sehingga tidak memiliki jiwa wiraswasta jenis tanaman baru
serta cara memeliharanya. Dengan dilaksanakannya politik pintu terbuka, maka:

- pengusaha pribumi yang modalnya kecil kalah bersaing sehingga gulung


tikar.
- Perkebunan di Jawa berkembang sedangkan di Sumatra kesulitan
tenaga kerja sehingga dilakukan program transmigrasi.
- untuk mendukung program penanaman modal Barat di Indonesia
pemerintah Belanda membangun : Irigasi, waduk, jalan raya, jalan
kereta api dan pelabuhan. Untuk pembangunan tersebut digunakan
tenaga secara paksa dengan sistem rodi (kerja paksa)
- dengan memperkenalkan sistem sewa tanah, terjadi pergeseran dari
sistem ekonomi barang ke sistem ekonomi uang yang juga menyebar di
kalangan petani.
- Daerah Indonesia terisolasi di laut sehingga kehidupan berkembang ke
pedalaman.
Kemunduran perdagangan di laut secara tak langsung menimbulkan budaya feodalisme
di pedalaman. Dengan feodalisme rakyat pribumi dipaksa untuk tunduk/patuh pada tuan
tanah Barat/Timur Asing. Sehingga kehidupan penduduk Indonesia megalami
kemerosotan.

3. Budaya

Tindakan pemerintah Belanda untuk menghapus kedudukan menurut adat


penguasa pribumi dan menjadikan mereka pegawai pemerintah, merutuhkan kewibawaan
tradisional penguasa pribumi.

Upacara dan tatacara yang berlaku di istana kerajaan juga disederhanakan dengan
demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi menjadi lemah.

Dengan merosotnya peranan politik maka para elit politik baik raja maupun
bangsawan mengalihkan perhatiannya ke bidang senibudaya. Contoh Paku Buwono V

9
memerintahkan penulisan serat Centhini, R.Ng Ronggo Warsito manyusun Kitab
Pustakaraya Purwa, Mangkunegara IV menyusun kitab Wedatama dan lain-lain.

4. Masuknya bangsa barat dan perlawanan rakyat

Masuknya Kekuatan Asing dan Berkembangnya kolonialisme dan Imperialisme


barat di Indonesia

a. Pengertian kolonialisme dan imperialisme

. Kolonialisme
Kolonialisme berasal dari kata “colonus” yang artinya petani. Istilah ini diberikan pada
para petani Yunani yang pindah dari negerinya yang tandus dan pindah ke daerah lain
yang lebih subur. Para colonus tetap menjalin hubungan dengan negara asalnya, tapi oleh
negara asal(induk) daerah tadi dianggap sebagai bagian dari negara induk dan harus
tunduk pada negara asal (mother land). Dari sinilah muncul awal penjajahan
(imperialisme).

Jadi kolonialisme adalah suatu sistem pemukiman warga suatu negara di luar
wilayah induknya atau negara asalnya. Biasanya daerah koloni terletak di seberang lautan
dan kemudian dijadikan bagian wilayah mereka.

*. Imperialisme
Berasal dari kata latin “imperare” yang artinya menguasai.Orang yang menguasai
disebut imperator yang berarti raja atau penguasa. Imperium adalah daerah yang
dikuasai imperator. Imperator menguasai bangsa yang mendiami wilayah imperium
dengan alasan agar mereka merasa lebih aman atau lebih sejahtera. Jadi imperialisme
adalah suatu sistem penjajahan langsung dari suatu negara terhadap negara lain.
Penjajahan dilakukan dengan jalan membentuk pemerintahan jajahan atau dengan
menanamkan pengaruh dalam semua bidang kehidupan daerah yang dijajah.
Walaupun kolonialisme dan imperialisme berasal dari kata dan pengertian yang berbeda
10
namun dalam prakteknya berarti satu yaitu penjajahan oleh bangsa satu terhadap bangsa
lain. Kolonialisme lebih diartikan pada proses pembentukan atau penguasaan wilayah,
sedangkan imperialisme lebih diartikan pada praktek penjajahannya.
- Macam-macam imperialisme
Pada umumnya imperialisme dapat dibedakan menjadi 2 macam dengan perbedaan
sebagai berikut :
pembeda Imperialisme kuno Imperialisme modern
Waktu Terjadi sebelum revolusi industri (abad 18) Terjadi setelah revolusi industri
Tujuan Glory (mencari kejayaan)
Gold (mencari kekayaan)
Gospel (menyebarkan
agama kristen) Mencari daerah baru untuk :
-tempat mencari bahan
mentah/baku industri
-pemasaran hasil indutri
-tempat penanaman modal
b. Masuknya kekuatan barat dan berkembangnya kolonialisme dan
imperialisme
barat di Indonesia
Latar belakang pelayaran orang-orang eropa ke dunia timur dimulai
dengan peristiwa dikuasainya kota Konstantinopel(ibukota Romawi Timur) oleh bangsa
Turki dalam perang salib (1453) membawa perubahan besar bagi bangsa eropa.
Kesultanan Turki melarang orang kristen membeli rempah-rempah dari Konstantinopel
yang waktu itu menjadi satu-satunya pusat perdagangan rempah-rempah di eropa. Hal
inilah yang akhirnya memaksa orang orang eropa untuk berlayar ke dunia timur dengan
tujuan mencari sendiri pusat rempah-rempah dunia.
Selain latar belakang di atas ada juga beberapa faktor yang mempercepat keinginan dari
bangsa eropa untuk mengadakan pelayaran samodera, yaitu :
- keinginan untuk membuktikan teori Copernicus (heliosentris)
- untuk membuktikan teori Galileo Galilei yang menyatakan bahwa bumi itu bulat
- keinginan untuk membuktikan kisah perjalanan Marcopolo dalam bukunya

11
“Imago Mundi” yang menceritakan keajaiban dan kemakmuran di dunia timur (Cina)
- ditemukannya kompas sebagai alat penunjuk arah dalam perjalanan
- adanya semangat penaklukan (reconquista) terhadap orang-orang islam di seluruh
dunia

Negara-negara pelopor perjalanan ke dunia timur


Masa ketika negara-negara eropa melakukan perjalanan ke dunia timur dikenal dengan
sebutan abad penjelajahan samodera. Negara-negara yang mempeloporinya adalah Portugis dan
Spanyol. Berikut tokoh-tokohnya :
Portugis : – Bartholomeus Diaz (sampai ujung selatan Afrika 1486)
- Vasco da Gama ( sampai India 1498)
- Alfonso d’ Albuquerque ( sampai Malaka 1511, Maluku 1512)
Spanyol : – Colombus ( penemu jalan ke Amerika, mendarat di kepulauan Bahama dan
Haiti 1492)
- Hernando Cortez ( ekspedisi Meksiko 1485 – 1547)
- Magelhaenz (pengeliling dunia pertama 1519 – 1522)
-Negara-negara eropa yang lain seperti Inggris, Perancis, Belanda dll akhirnya mengikuti jejak
Portugis dan Spanyol mengadakan penjelajahan samodera.
Akibat penjelajahan samodera adalah:
- ditemukannya benua baru oleh bangsa eropa, seperti Amerika, Australia.
- Munculnya penjajahan yang dirasakan oleh bangsa pribumi
- Pengenalan budaya barat kepada penduduk asli
c. Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia
Secara umum kedatangan bangsa barat di Indonesia dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan
mendesak mencari rempah-rempah, yang kemudian diikuti oleh mencari kejayaan dan
menyebarkan agama (Glory, Gold, Gospel). Bangsa-bangsa barat yang pernah menjajah Indonesia
antara lain : Spanyol, Portugis, Inggris, Perancis (tidak langsung), Belanda. Spanyol masuk dari
Filipina ke Maluku (Tidore) tahun 1521, Portugis masuk Indonesia dari Malaka ke Maluku
(Ternate) 1512.
Belanda masuk ke Indonesia pada tahun 1596 dengan mendarat di Banten dipimpin oleh Cornelis

12
de Houtman. Di Indonesia mereka mendirikan VOC (1602).
Beberapa gubernur jenderal Belanda yang memerintah :
1. Jan Pieterzoon Coen (1618), mendirikan benteng di Jayakarta
2. Daendels (1808-1811)

Gubernur jenderal Belanda di Indonesia dalam pengaruh Perancis,terkenal karena


membuat jalan dari Anyer-Panarukan
Masa penjajahan Inggris, gubernur jenderalnya dijabat oleh Raffles (1811-1814).
Kebijakan yang dilakukannya adalah :
1. membagi Jawa atas 16 karesidenan untuk mempermudah pengawasan
2. mengangkat para bupati menjadi pegawai negeri
3. melarang kerja rodi
4. memperkenalkan sistem sewa tanah (landrente)
5. membentuk susunan pengadilan model Inggris

Berdasarkan perjanjian Convention of London (1814) maka Inggris menyerahkan


Indonesia kepada Belanda. Diangkatlan Van Den Bosch menjadi penguasa di Indonesia
dengan tugas mencari uang sebanyak-banyaknya untuk mengisi kas Belanda yang
kosong. Ia kemudian menciptakan politik yang paling menyengsarakan rakyat yaitu
“Tanam Paksa (Cultuurstelsel)”. Penjajahan menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan
rakyat Indonesia, hal inilah yang kemudian menimbulkan usaha perlawanan rakyat
menentang kekuasaan penjajah.

Perlawanan Rakyat Menentang Penjajahan Asing


Sebab-sebab terjadinya perlawanan :
1. penerapan berbagai politik pemerasan yang menyengsarakan rakyat, misal:
- politik devide et impera
- politik monopoli
- politik pax neerlandica
2. campur tangan penjajah terhadap urusan keraton
3. kekecewaan rakyat akibat kurang dihargainya budaya penduduk pribumi
4. dll

13
Bentuk-bentuk perlawanan :
a. Perang Maluku (1817)
Sebab umum : ketidakpuasan rakyat akibat penerapan politik pemerasan
yang diterapkan misalnya; monopoli cengkeh, pelayaran hongi
Cara perlawanan : dengan menyerbu benteng Belanda Duurstede di Saparua
Tokoh : Pattimura, Christina Martha Tiahahu, Anthoni Reebok, dll

b. Perang Paderi (1821-1838)


Sebab :
- pertentangan aliran Wahabi (ingin pemurnian islam) dgn Tasawuf (islam tradisional)
- adanya kebiasaan buruk yang ingin diberantas misal; mabuk, judi dll
- pertentangan antara hukum adat (matrilinial) dgn hukum islam (patrilinial)
- perebutan pengaruh antara kaum adat dengan kaum ulama
- adanya campur tangan Belanda sehingga situasi memanas
Cara perlawanan : melalui perang
Tokoh : Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Gapuk, Tuanku Nan Cerdik, dll

c. Perang Diponegoro (1825-1830)


Sebab umum :
- kekuasaan raja Mataram yang semakin kecil dan terbatas, dibaginya
wilayah kerajaan menjadi 4 daerah lewat perjanjian Giyanti
- dikuranginya hak-hak kaum bangsawan keraton
- beban rakyat semakin berat akibat pemerasan oleh penjajah
Sebab khusus :
- pembuatan jalan kereta api melewati makam leluhur P. Diponegora
tanpa izin
Cara perlawanan : melalui pemberontakan di seluruh tanah Jawa
Tokoh : P. Diponegoro, Sentot Alibasyah, P. Mangkubumi, Kyai Mojo, dll

d. Perang Aceh (1873-1904)


Sebab perang :
- perbedaan penafsiran atas kedudukan daerah Sumatera Timur, baik

14
Belanda maupun kerajaan Aceh menganggap itu wilayahnya
- dibukanya terusan Suez menjadikan Aceh menjadi penting dalam pelayaran
internasional
- adanya pelaksanaan politik Pax Neerlandica oleh Belanda
- penolakan rakyat Aceh terhadap tuntutan Belanda agar Aceh tidak berhubungan dengan
negara asing dan mengakui Belanda sebagai yang dipertuan
Cara perlawanan : melalui pemberontakan bersenjata
Tokoh : Teuku Umar, Teungku Cik Di Tiro, Cut Nyak Din, dll

e. Perang Bali (1846-1909)


Sebab perang :
- tuntutan Belanda untuk menghapuskan hukum “Tawan Karang” yang ditolak raja-raja
Bali
- raja-raja Bali dipaksa mengakui kedaulatan Belanda
Cara perlawanan : melalui perang puputan
Tokoh : I Gustu Ketut Jelantik, I Gusti Ngurah Made Kerangasem, dll

f. Perang Banjarmasin (1859-1863)


Sebab perang :
- terjadinya perselisihan mengenai tahta kerajaan antara P. Tamjidillah dan P. Hidayat, di
mana Belanda kemudian campur tangan
- keinginan Belanda untuk menerapkan politik pax neerlandica disana
Cara perlawanan : melalui perlawanan rakyat
Tokoh : P. Hidayat, P. Antasari, dll

g. Perang Tapanuli (1878-1907)


Sebab perang :
- penentangan raja Tapanuli yang masih menganut animisme atas
penyebaran agama Kristen oleh Belanda
- adanya keinginan Belanda untuk menerapkan politik pax neerlandica
Cara perlawanan : melalui perlawanan rakyat
Tokoh : Sisingamangaraja XII

15
Berbagai pemberontakan di atas semuanya dapat dipadamkan oleh Belanda karena
kurangnya persatuan dan hanya mempertahankan daerahnya sendiri. Awal abad 20
Belanda telah dapat menguasai seluruh wilayah Indonesia sehingga penerapan politik Pax
Neerlandica dapat dikatakan berhasil. Dalam perkembangannya awal abad 20 ini pula
perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia mengalami perubahan yaitu melalui
berbagai organisasi modern. Ini terjadi akibat positif dari politik ethis.

5. Masuknya kapitalisme melalui kolonialisme & imperialisme

Di negara-negara yang menganut paham merkantilisme terjadi perubahan besar


terutama setelah Perkembangan teknologi perkapalan di Eropa Selatan semakin memberi
basis bagi embrio kolonialisme/imperialisme dan kapitalisme, dimana mereka mencoba
untuk mencari daerah baru yang kemudian diklaim sebagai daerah jajahannya dengan
semboyan Gold, Gospel, dan Glory, mereka membenarkan tujuannya dengan alasan
penyebaran agama dan dalam bentuk kapitalisme dagang (merkantilisme) dan sejak itu
feodalisme di masyarakat pra-Indonesia mempunyai lawan yang sekali tempo bisa diajak
bersama memusuhi dan melumpuhkan rakyat. Daerah operasinya terbatas di daerah pesisir
dan kota besar, seperti Malaka dan Banten. Bentuk komoditinya bertumpu pada komoditi
pertanian dan perkebunan, seperti tanaman keras atau rempah-rempah. Komoditi ini adalah
kebutuhan pokok utama untuk industri farmasi di Eropa.

Kolonialisme dan imperialisame merebak di mana-mana, termasuk di tanah


Nusantara, Tahun 1469 adalah tahun kedatangan ekspedisi mencari daerah baru yang
dipimpin raja muda portugis Vasco da Gama. Tujuannya mencari rempah-rempah yang akan
dijual kembali di Eropa. Kemudian menyusul penjelajah Spanyol masuk ke Nusantara di
tahun 1512. Penjelajah Belanda baru datang ke Nusantara tahun 1596, dengan mendaratnya
Cornelis de Houtman di Banten.

Kolonialisme yang masuk pertama di Indonesia merupakan sisa-sisa kapitalisme


perdagangan (merkantilisme). Para kapitalis-merkantilis Belanda masuk pertama kali ke
Indonesia melalui pedagang-pedagang rempah-rempah bersenjata, yang kemudian

16
diorganisasikan dalam bentuk persekutuan dagang VOC tahun 1602, demikian juga dengan
Portugis, dan Spanyol. Para pedagang bersenjata ini, melakukan perdagangan dengan para
feodal, yang seringkali sambil melakukan ancaman, kekerasan dan perang (ingat sejarah
pelayaran Hongi).

Kekuasaan kolonial Belanda ini terinterupsi 4 tahun dengan berkuasanya


kolonialisme Inggris sampai tahun 1813. Kolonialisme Inggris masa Raffles, adalah tonggak
penting hilangnya konsep pemilikan tanah oleh kerajaan. Sebab dalam konsep Inggris, tanah
bukan milik Tuhan yang diwakilkan pada raja, tapi milik negara. Karenanya pemilik dan
penggarap tanah harus membayar landrente (pajak tanah) –pajak ini mengharuskan sistem
monetar dalam masyarakat yang masih terkebelakang sistem moneternya, sehingga memberi
kesempatan tumbuhnya rentenir dan ijon.

Di sisi yang lain, kalangan kolonialis-kapitalis juga memanfaatkan kalangan feodal


untuk menjaga kekuasaannya. Hubungan antara para kolonialis-kapitalis dengan para feodal
adalah hubungan yang saling memanfaatkan dan saling menguntungkan, sedangkan
rakyatlah yang menjadi objek penindasan dan penghisapan dari kedua belah pihak
Kapitalisme yang lahir di Indonesia bukan ditandai dengan dihancurkannya tatanan
ekonomi-politik feodalisme, melainkan justru ada usaha revitalisasi dan produksi ulang
tatanan ekonomi-sosial-politik-ideologi-budaya feodal untuk memperkuat kekuasaan
kolonialisme. Karena adanya revolusi industri terjadi kelebihan produksi yang
membutuhkan perluasan pasar; membutuhkan sumber bahan mentah dari negeri asalnya;
membutuhkan tenaga kerja yang murah — mulai melakukan kolonialisasi ke negara-negara
yang belum maju. terlebih seusai berhasil menjatuhkan monarki absolut. Tapi pertumbuhan
ini dimulai dalam bentuk paling primitif dan sederhana. Hal ini sangat berbeda dengan
lahirnya kapitalisme di negara-negara Eropa dan Amerika. Di kedua benua tersebut,
kapitalisme lahir sebagai wujud dari dihancurkannya tatanan ekonomi-sosial-politik-
ideologi-budaya feodal. Contoh kasus yang paling jelas adalah adanya revolusi industri di
Inggris yang mendahului terjadinya revolusi borjuasi di Perancis

Mulainya Zaman Imperialisme (Kapital-Finans) di Indonesia, 1895

17
Dalam krisis hebat tahun 1895 sebagian besar dari kapitalis-kapitalis partikelir di
negeri Belanda mengalami kehancuran, sehingga mengakibatkan kapital-finans berkuasa
penuh. Jadi, zaman kapital-industri yang berdasarkan persaingan bebas tidak lama di
Indonesia, hanya kira-kira 25 tahun (1870-1895). Kapital-industri yang berdasarkan
persaingan bebas segera disusuli oleh zaman imperialisme yang dimulai tahun 1895,
yaitu zaman di mana kapital-finans, yakni perpaduan antara kapital-bank dengan kapital-
industri, memegang monopoli atas kehidupan ekonomi dan politik Indonesia.

Untuk menyelamatkan dan menjamin hari depan kapital yang diekspor dari
Eropa, maka kaum imperialis Belanda melakukan dua tindakan penting: menundukkan
seluruh daerah Indonesia, secara politik dan militer, dan mengadakan penyelidikan-
penyelidikan mengenai kemungkinan perkembangan kapital yang tak terbatas. Tindakan
kaum imperialis Belanda ini sesuai dengan perpindahan kapitalisme pra-monopoli ke
tingkat kapitalisme monopoli, yaitu zaman kekuasaan kapital-finans. Perpindahan ini tak
terpisahkan dengan makin intensifnya perjuangan kaum imperialis untuk membagi-bagi
dunia. Kapital-finans berusaha pada umumnya untuk merebut tanah sebanyak-banyaknya
dari macam apa saja, di mana saja dan dengan semua jalan, karena memperhitungkan
sumber-sumber potensiil akan bahan-bahan mentah dan takut ketinggalan dalam
perjuangan sengit untuk mendapat jengkal-jengkal terakhir dari wilayah yang belum
dibagikan atau untuk membagi kembali tanah-tanah yang sudah dibagi.

Untuk menundukkan seluruh Indonesia di bawah kekuasaan Belanda maka


dilakukanlah peperangan kolonial besar-besaran pada akhir abad ke-19 dan pada awal
abad ke-20 sehingga dapatlah Belanda meluaskan kekuasaannya ke Bali, Lombok,
Sumbawa, Dompu, Flores, Bone, Banjarmasin, Jambi, Riau, Tapanuli, Aceh, dan lain-
lain. Untuk menjamin keuntungan yang luar biasa, pemerintah Belanda mengadakan
pemeriksaan di lapangan ilmu tanah, ilmu bumi, ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu hewan,
dan sebagainya. Juga adat-istiadat, bahasa, agama, kesenian dan sejarah suku bangsa-
suku bangsa dipelajari oleh orang-orang Belanda.

Jadi, imperialisme telah menghancurkan monopoli negara yang berbentuk


“cultuurstelsel”, tetapi bersamaan dengan itu telah mendatangkan monopoli yang baru,

18
yaitu monopoli kapital-finans. Karena kaum imperialis Belanda lemah kedudukannya
dalam militer dan tidak mampu sendirian membela Indonesia dengan senjata, maka sejak
tahun 1905 kaum imperialis Belanda terpaksa menjalankan politik pintu-terbuka
(opendeur politiek), artinya Indonesia dibuka menjadi lapangan eksploitasi kaum
kapitalis dari segala negara kapitalis, terutama negara-negara Inggris dan Amerika.
Dengan menjalankan politik pintu-terbuka kaum imperialis Belanda memperhitungkan
dua keuntungan: 1) berupa kenaikan hasil pajak yang didapat dari perusahaan-perusahaan
imperialis; 2) berupa pertahanan bersama antara negara-negara imperialis untuk
melindungi kepentingan-kepentingannya di Indonesia, dan bersamaan dengan itu kaum
imperialis Belanda juga dapat menjalankan politik keseimbangan antara negara-negara
imperialis agar Indonesia tidak dicaplok oleh negara imperialis yang lain. Imperialisme
telah mengganti perbudakan model “cultuurstelsel” dengan perbudakan model “baru”
yang antara lain berbentuk “poenale sanctie”, yaitu peraturan yang berisi ketentuan
hukuman bagi mereka yang menyalahi kontrak sebagai alat penjamin tenaga kerja murah
bagi onderneming-onderneming (perkebunan) asing.

Karena dalam zaman sebelum-imperialisme, Indonesia sudah dikuras dan dirusak


habis-habisan, maka imperialisme harus memulai dengan menciptakan dasar-dasar
elementer untuk suatu sistem penghisapan modern, penghisapan yang lebih intensif dan
sistematis terhadap Rakyat dan kekayaan Indonesia. Sudah sejak permulaan zaman
imperialisme pemerintah Hindia Belanda menjalankan apa yang dinamakan “politik etis”
(“politik susila”), yaitu politik yang antara lain mengurangi rodi, mereorganisasi dinas-
dinas kesehatan, sedikit meluaskan irigasi, dan mendirikan sekolah-sekolah rendah,
sekolah-sekolah guru normal, sekolah-sekolah teknik, sekolah-sekolah menengah umum,
dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan imperialisme akan kaum buruh dan pegawai
bumiputera yang murah tetapi berpendidikan.

Dalam zaman imperialis Indonesia merupakan sumber bahan mentah buat negeri-
negeri imperialis, sumber tenaga kerja yang sangat murah, pasar untuk menjual hasil
produksi negeri-negeri imperialis dan tempat penanaman kapital asing (Belanda, Inggris,
Amerika, Jepang, Perancis, Italia, dan lain-lain).

19
Politik kolonial kaum imperialis samasekali bukan untuk memajukan industri
Indonesia, tetapi untuk memajukan industri negeri imperialis sendiri. Kaum imperialis
menentang sekeras-kerasnya perkembangan industri yang luas di Indonesia, dan inilah
sebabnya kerajinan tangan dari Rakyat tidak berkembang menjadi industri modern seperti
yang terjadi di Eropa.

Perusahaan-perusahaan bangsa Indonesia sangat terbatas perkembangannya,


misalnya hanya meliputi perusahaan menganyam topi, tikar, keranjang, batik, dan rokok
kretek. Yang agak maju ialah perusahaan-perusahaan batik, di antaranya ada yang
mempunyai puluhan sampai ratusan kaum buruh. Perusahaan-perusahaan ini sangat
tergantung pada importir-importir asing yang mendatangkan keperluan-keperluan
perusahaan batik. Perusahaan-perusahaan rokok kretek juga sangat tergantung pada
importir-importir asing dan mendapat saingan berat dari industri-industri rokok Eropa
yang modern. Perusahaan-perusahaan batik atau rokok kretek yang agak besar umumnya
dimiliki oleh orang-orang Arab, Tionghoa dan Eropa.

Industri nasional di zaman imperialis sangat dihalangi oleh politik imperialis untuk
berkenalan dengan mesin-mesin modern. Hal inilah yang terutama mengakibatkan
Indonesia berada dalam kedudukan yang sangat sukar dalam memenuhi kebutuhannya
akan barang-barang hasil industri selama Perang Dunia ke-2 dan selama Revolusi 1945-
1948.

Indonesia mempunyai syarat yang cukup untuk menjadi negeri industri yang
modern dan kuat, karena Indonesia adalah negeri yang kaya dengan kekayaan alam
seperti batubara, besi, minyak tanah, timah, bauxit, mangaan, tembaga, chrom, air-rasa,
yodium, aspal, emas, perak, seng, uranium dan lain-lain. Tetapi kaum imperialis tidak
menjadikan Indonesia negeri industri. Kaum imperialis mendirikan perusahaan-
perusahaan pengangkutan seperti kereta api, mobil dan kapal serta mendirikan
pelabuhan-pelabuhan untuk mengangkut barang dagangan-barang dagangan yang berupa
hasil bumi-hasil bumi tropis, atau untuk memudahkan gerak-gerik militer guna
mengontrol dan guna keamanan penjajahan mereka. Mereka mendirikan industri-industri
pembantu untuk keperluan-keperluan reparasi dan untuk mengerjakan bahan-bahan

20
mentah buat ekspor. Industri yang termasuk agak maju yang didirikan oleh kaum
imperialis ialah industri pertambangan (minyak, timah, bauxit, batubara, dsb), pabrik
gula, pabrik teh, pabrik kopi, pabrik minyak kelapa, penggilingan beras, pabrik
tembakau, dsb.

Revolusi Nasional 17 Agustus 1945

Paska diberhentikannya pelaksanaan Sistem Tanam Paksa atau STP secara resmi pada
tahun 1870, kekuasaan kolonial di Indonesia membuka kran bagi masuknya modal swasta asing
Belanda. UU Agraria diterbitkan untuk memfasilitasi pihak swasta melakukan penguasaan tanah
dalam jumlah besar melalui hak erfpacht (HGU-sekarang). Penguasaan tanah dalam jumlah
besar tersebut digunakan untuk kepentingan pembukaan perkebunan yang lagi-lagi
diperuntukkan bagi penanaman komoditi ekspor seperti teh, tebu, kopi, kina dan lain-lain. Selain
juga untuk pendirian pabrik pengolahan hasil perkebunan seperti pabrik gula. Masuknya swasta
asing dan juga pelaksanaan politik etis pada awal tahun 1900-an tidaklah bermaksud untuk
melakukan proses industrialisasi di Indonesia. Hal ini untuk menjaga dan melindungi industri di
negeri Belanda, tidak ada upaya untuk melakukan industrialisasi di Indonesia.

Faktanya perkebunan-perkebunan yang ada masih didasarkan pada basis


feodalisme berupa monopoli penguasaan tanah dan dipergunakannya aparatus feodal
untuk memobilisasi tanah dan tenaga kerja. Di sinilah kemudian terungkap kebenaran
kenyataan bahwa basis bercokolnya penindasan imperialisme adalah feodalisme. Tidak
ada perubahan mendasar dibandingkan dengan masa VOC maupun tanam paksa.
Demikian juga pada masa politik etis, pembangunan irigasi lebih dimaksudkan untuk
kepentingan perkebunan, pendidikan kaum pribumi untuk pengisian birokrasi kolonial
sehingga lebih efisien dan transmigrasi pada hakekatnya merupakan mobilisasi tenaga
kerja murah untuk perkebunan di luar pulau Jawa.

Pendirian pabrik pengolahan hasil perkebunan dan berdirinya jawatan kereta api
pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 menjadi awal mula kelahiran kelas buruh di
Indonesia. Dan semenjak itu, gelora perlawanan Rakyat Indonesia menentang
kolonialisme Belanda tidak pernah berhenti dan semakin meningkat. Mulai dari

21
pemogokan-pemogokan buruh sampai dengan pemberontakan kaum tani pada tahun 1888
di Banten dan pemberontakan nasional kaum tani pada tahun 1926. Demikian juga pada
abad ke-20 sejarah pergerakan di Indonesia memulai babak baru dengan lahirnya
organisasi rakyat yang memiliki karakter modern dan nasional seperti Sarekat Islam (SI)
maupun juga ISDV yang kemudian pada tahun 1920 berubah menjadi Perserikatan
Komunis di Indonesia dan di kemudian hari menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Lahirnya organisasi kelas buruh menjadi sejarah yang penting dalam gerakan
revolusioner Rakyat Indonesia melawan imperialisme Belanda maupun imperialisme
fasis Jepang sampai pada puncaknya yaitu Revolusi Nasional 17 Agustus 1945. Penting,
karena peranannya yang memimpin perjuangan massa rakyat di masa-masa itu.

Revolusi Nasional 17 Agustus 1945 merupakan puncak perlawanan massa rakyat


sampai berhasil menumbangkan kekuasaan imperialisme fasis Jepang. Karena itu pada
dasarnya Revolusi 17 Agustus 1945 memiliki watak yang anti-imperialisme dan
sekaligus juga anti-feodalisme yang selama ini menjadi basis imperialisme. Namun
kenyataannya, paska Agustus 1945 Rakyat Indonesia masih harus berjuang melawan
agresi imperialisme Belanda yang didukung Inggris dan Amerika. Sampai akhirnya pada
tahun 1949, Indonesia harus menandatangani perjanjian KMB (Konferensi Meja Bundar)
yang sangat merugikan kepentingan Rakyat Indonesia karena secara ekonomi menjamin
kepentingan imperialisme di Indonesia dan secara politik menempatkan Indonesia
sebagai anggota negara persemakmuran di bawah kekuasaan politik Belanda. Revolusi 17
Agustus 1945 telah gagal menunaikan tugas sejarahnya untuk menghancurkan
imperialisme dan sisa-sisa feodalisme serta kapitalisme birokrasi karena beberapa sebab,
yaitu:

1. Tidak menarik garis yang tegas untuk melawan kekuatan imperialisme, bahkan pada
tahun 1949 telah membuat konsesi dengan imperialisme melalui KMB yang menjadikan
Indonesia sebagai negeri setengah jajahan.

2. Tidak segera menjalankan land reform sejati untuk menghancurkan kekuatan sisa-sisa
feodalisme yang mengambil wujud monopoli penguasaan tanah dan relasi produksi
feodal (sewa tanah, bagi hasil) untuk membebaskan kaum tani dari penindasan.

22
3. Masih menggunakan aparatus birokrasi lama yang memiliki karakter pencari rente
dengan menyalahgunakan jabatannya demi melayani kekuatan imperialisme dan sisa-
sisa feodalisme. Dan tidak menggantikannya dengan yang sama sekali baru yang
sungguh-sungguh melayani dan mengabdi kepada rakyat.

Dengan kegagalan Revolusi 17 Agustus 1945, maka sudah menjadi kewajiban bagi kita
bersama untuk menuntaskan tugas berat dan mulia menghancurkan imperialisme dan
sisa-sisa feodalisme. Menuntaskan Revolusi 17 Agustus 1945 dapat diartikan sebagai
tugas untuk melakukan dua agenda pokok pada saat yang bersamaan yaitu
menghancurkan dominasi imperialisme AS dan menjalankan land reform yang sejati.

4. Perubahan-Perubahan dalam Masyarakat Akibat Kolonialisme

Dengan berkuasanya imperialisme di Indonesia seperti diterangkan di atas, maka


masyarakat kolonial Indonesia mempunyai karakteristik sebagai berikut:

Dasar dari ekonomi alamiah untuk diri sendiri (feodalisme) sudah rusak, artinya
produksi sudah ditujukan untuk pasar, tetapi eksploitasi atas kaum tani oleh kelas tuan
tanah – basis sosial dari eksploitasi feodal – masih tetap berlaku. Eksploitasi ini malahan
sudah berjalin dengan eksploitasi kapital asing, kapital komprador dan lintah darat yang
berkedudukan menentukan dalam kehidupan sosial-ekonomi Indonesia. Indonesia yang
feodal sudah menjadi Indonesia yang semi-feodal.

Sistem semi-feodal (setengah feodal) muncul akibat dominasi dari imperialisme dalam
masyarakat feodal lama. Perkembangan imperialisme di Indonesia tidak menghancurkan
masyarakat feodal lama menjadi sistem kapitalisme. Karena imperialisme hanya
membutuhkan bahan mentah yang melimpah, tenaga produksi yang murah dan luasnya
pasar bagi produk mereka. Dalam sejarahnya, imperialisme justru menjadikan kekuatan
ekonomi feodal lokal untuk menopang kepentingan mereka. Imperialisme menyadari
sepenuhnya bahwa sistem ekonomi lama perlu dipertahankan dalam batas-batas
menjamin kepentingan mereka. Ekonomi mencukupi kebutuhan sendiri diganti dengan
ekonomi yang berbasis pada uang. Efeknya produk kerajinan lokal tidak bisa
berkembang dan hancur karena harus bersaing dengan produk imperialis yang

23
berteknologi tinggi, mudah dan murah yang diimpor dengan ekonomi berbasis uang
untuk ditukar dengan produksi bahan mentah dan produk pertanian.

Dalam sistem ekonomi setengah feodal, memang telah diperkenalkan secara luas kerja
upahan seperti misalnya buruh tani dan buruh perkebunan besar melalui perluasan
perkebunan besar sejak tahun 1870. Namun sistem kerja upahan yang marak di pedesaan
tidak secara utuh mencerminkan hubungan kerja yang kapitalistik, tetapi lebih dekat
dengan sistem ekonomi feodal. Hal ini disebabkan oleh penentuan upah yang tidak
didasarkan pada pasar tenaga kerja (labour market), tetapi lebih banyak ditentukan oleh
otoritas tuan tanah maupun tani kaya. Bahkan sering kita jumpai di mana para buruh tani
bekerja dengan jam kerja yang tidak pasti, upah yang tidak menentu dan beban kerja
tambahan yang seringkali tidak mendapatkan pembayaran (alias gratis). Tuan tanah dan
tani kaya dapat melakukan hal ini karena kedudukan politik mereka yang sangat kuat
sementara buruh tani dan tani miskin dalam keadaan yang sangat lemah secara politik.
Dan hubungan kerja berlangsung secara perseorangan antara tuan tanah dan tani kaya
dengan para buruh upahannya.

Sistem setengah feodal dengan mengandalkan monopoli tanah adalah karang raksasa
penahan laju lahirnya industri dan industrialisasi Indonesia. Perkembangan tenaga
produktif mengalami stagnasi. Pengetahuan dan kapasitas kelas pekerja dibelenggu oleh
alat kerja terbelakang yang tidak membutuhkan pekerja terampil dan berpengetahuan.
Lebih dari itu, produksi pertanian dan industri yang semacam itu hanya dapat
menampung sedikit sekali tenaga kerja, sehingga mempertahankan persaingan tajam
antar pekerja untuk memperebutkan lapangan kerja yang amat terbatas. Keadaan ini,
secara sistematis, terus menekan upah buruh tani dan kelas buruh di perkotaan dan
memaksa mereka menjual tenaga dengan harga yang amat murah.

Monopoli tanah telah menyebabkan semakin terkonsentrasinya tanah di tangan segelintir


tuan tanah besar yang terus melancarkan perampasan tanah teristimewa dalam situasi
krisis imperialis yang memuncak. Akibatnya, kaum tani yang kehilangan tanah dan
hidup dari tanah yang amat terbatas semakin meluas di pedesaan. Keadaan ini telah
dimanfaatkan dengan kejam oleh para tuan tanah untuk melipatgandakan keuntungannya

24
dengan mempraktekkan sewa tanah yang mencekik, peribaan berbunga tinggi, upah
buruh tani yang amat rendah dan tengkulakisme semakin merajalela. Kaum tani,
utamanya buruh tani, tani miskin dan tani sedang-bawah, harus berusaha menjual
tenaganya dengan harga amat murah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN

25
. Kolonialisme
Kolonialisme berasal dari kata “colonus” yang artinya petani. Istilah ini diberikan pada
para petani Yunani yang pindah dari negerinya yang tandus dan pindah ke daerah lain
yang lebih subur. Para colonus tetap menjalin hubungan dengan negara asalnya, tapi oleh
negara asal(induk) daerah tadi dianggap sebagai bagian dari negara induk dan harus
tunduk pada negara asal (mother land). Dari sinilah muncul awal penjajahan
(imperialisme).

*. Imperialisme
Berasal dari kata latin “imperare” yang artinya menguasai.Orang yang menguasai
disebut imperator yang berarti raja atau penguasa. Imperium adalah daerah yang
dikuasai imperator. Imperator menguasai bangsa yang mendiami wilayah imperium
dengan alasan agar mereka merasa lebih aman atau lebih sejahtera. Jadi imperialisme
adalah suatu sistem penjajahan langsung dari suatu negara terhadap negara lain.
Penjajahan dilakukan dengan jalan membentuk pemerintahan jajahan atau dengan
menanamkan pengaruh dalam semua bidang kehidupan daerah yang dijajah.
Walaupun kolonialisme dan imperialisme berasal dari kata dan pengertian yang berbeda
namun dalam prakteknya berarti satu yaitu penjajahan oleh bangsa satu terhadap bangsa
lain. Kolonialisme lebih diartikan pada proses pembentukan atau penguasaan wilayah,
sedangkan imperialisme lebih diartikan pada praktek penjajahannya.

2. SARAN
Untuk kedepannya penulis menyarankan agar para pembaca dapat memahami makna
dari uraian-uraian diatas, untuk dapat dipertimbangkan dan di diskusikan,

DAFTAR PUSTAKA

26
- //http:www.google.com
- //http:www.yahoo.com
- //http:wikipedia.com
- //www.makropedia.com

27

Você também pode gostar