Você está na página 1de 27

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RATA-RATA
Istilah rata-rata dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya merupakan istilah
yang sering kali kita jumpai dan bahkan sering digunakan. Nilai rata-rata merupakan
salah satu ukuran untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan singkat tentang
sekumpulan data menegnai suatu persoalan, apakah tentang sampel atau populasi
selain penyajian melalui daftar atau diagram.
Misalnya ada sekumpulan data yang berupa angka, contohnya: nilai hasil tes
seleksi, Nilai UAS, Nilai Raport. Dari Sekumpulan data tersebut pasti kita akan
tertarik untuk mencari satu angka yang mewakili sekumpulan data tersebut yaitu suatu
nilai yang kita pandang representative dapat mencerminkan gambaran secara umum
mengenai keadaan nilai tersebut. Satu buah nilai dengan fungsi seperti yang telah
dikemukakan diatas itulah yang biasa kita sebut dengan rata-rata atau nilai rata-rata
ata harga rata-rata, atau ukuran rata-rata.
Nilai rata-rata dari sekumpulan data yang berupa angka itu umumnya
mempunyai kecenderungan untuk berada disekitar titik pusat penyebaran data
tersebut. Oleh karena itulah nilai rata-rata atau ukuran rata-rata dikenal dengan ukuran
tendensi pusat (Measure of Central Tendency).
Ukuran tendensi sentral biasanya digunakan untuk menjaring data yang
menunjukkan pusat atau pertengahan dari gugusan data yang menyebar. Harga rata-
rata data kelompok data itu dapat mewakili harga data yang ada dalam kelompok
tersebut. Nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil pengukuran sampel disebut sttistik
sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh dari penghitungan populasi disebut
parameter.
Nilai rata-rata juga dikenal dengan sebutan Ukuran Nilai pertengahan
(Measure of Central Value), sebab nilai rata-rata itu umumya merupakan nilai
pertengahan dari nilai-nilai yang ada. Selain nilai rata-rata itu biasanya berposisi pada
sekitar sentral penyebaran nilai yang ada, maka nilai Rata-rata itu dikenal dengan
nama Ukuran Posisi Pertengahan (Measure of Central Position).
Dari uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan bahwa apa yang
dimaksud dengan rat-rata itu tidak lain adalah: tiap bilangan yang dapat dipakai
sebagai wkil dari rentetan nilai. Rata- rata itu wujudnya hanyalah satu bilangan saja,
namun dengan satu bilangan dapat tercermin gambaran secara umum mengenai
kumpulan data tersebut.

B. UKURAN RATA-RATA DAN MACAMNYA


Adapun macam-macam ‘rata-rata’ yang dimiliki statistic sebagai ilmu
pengetahuan adalah:
1. Rata-rata hitung atau: nilai rata-rata hitung (arithmetic Mean) yang seringkali
disingkat dengan Mean, yang umumnya dilambangkan dengan huruf M atau X;
2. Rata-rata pertengahan atau nilai rata-rata pertengahan atau nilai rata-rata letak
(medium atau median) yang umumnya dilambangkan dengan Mdn atau Me atau
Mn;
3. Modus atau Mode yang biasanya dilambangkan dengan Mo;
4. Rata-rata ukur atau nilai rata-rata ukur (geometric Mean), yang biasanya
dilambangkan dengan GM
5. Rata-rata Haronik atau nilai rata-rata Harmonik (Harmonic Mean), yang biasanya
dilambangkan dengan HM.
Dari kelima ukuran Rata-rata seperti yang telah disebutkan, yang mempunyai
relevansi dan karena itu sering dipergunakan sebagai ukuran dalam dunia statistic
pendidikan adalah: Mean, Median, Modus. Adapun Geometri Mean dan Harmonic
Mean, dalam duni statistika pendidikan dipandang kurang memiliki relevensi dan
karenanya hamper tidak pernah digunakan. Berhubung dengan itu, pembicaraan
lebih lanjut dalam buku ini akan lebih menitikberatkan kepada ketiga macam
ukuran rata-rata tersebut.

1. Nilai Rata-Rata Hitung (Mean)


Nilai rata-rata hitung dikenal dengan istilah Arithmatic Mean atau disingkat
dengan Mean saja. Sebagai salah satu ukuran tendensi pusat, Mean dikenal
sebagai ukuran yang menduduki tempat terpenting jika dibandingkan dengan
ukuran tendensi lainnya. Dalam kegiatan penelitian ilmiah yang menggunakan
statistic sebagai metode analisis data, Mean dapat dikatakan hamper selalu
dipergunakan atau dihitung.
a) Pengertian Mean
Mean adalah sekelompok (sederetan ) angka (bilangan) adalah jumlah
keseluruhan angka (bilangan) yang ada, dibagi banyaknya angka (bilangan)
tersebut. Pengunaan Rata-Rata hitung untuk sampel bersimbol (X dibaca eks bar
atau eks garis) dan untuk populasi diberi symbol μ (dibaca my atau mu).
Mean bisa dituliskan dengan rumus umum:
x 1+ x 2+ x 3+… .+ xn
Mx =
n
n

∑ xi
Mx= i=1
∑ fi
b) Cara Mencari Mean
Mencari mean dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, tergantung dari
data yang akan dicari Mean-nya itu apakah Data Tunggal atau Data Kelompok.
1. Cara mencari mean untuk data tunggal
Ada dua macam cara yang dapat digunakan untuk mencari Mean dari Data
Tunggal (Data yang tidak dikelompokkan) yaitu: (1) cara mencari Mean dari data
tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi satu satu, dan (2) cara mencari Mean
dari Data Tunggal dimana sebagian atau seluruh skornya berfrekuensi lebih dari
satu.
a) Cara Mencari Mean Data Tunggal Yang Seluruh Skornya berfrekuensi Satu
(1) Rumus yang Digunakan
Rumus yang digunakan untuk mencari Mean data tunggal yang seluruh
skornya berfrekuensi satu adalah:

Mx=
∑x
N
Mx= Mean yang kita cari
∑ x = jumlah dari skor−skor yang ada
N= Number of cases (banyaknya skor-skor itu sendiri).

(2) Contoh
Jika nilai hasil ulangan dari seorang siswa SMP dengan menggunakan Tabel
Distribusi Frekuensi maka proses perhitungannya adalah sebagai berikut:
Perhitungan Mean Nilai Hasil Ulangan Harian Dalam
Bidang studi Agama Islam ,PPKn, Bahasa inggris, Bahasa Indonesia
IPS, IPA Seorang Siswa Madrasah Aliyah Negeri

x f
9 1
8 1
7 1
6 1
5 1
4 1
39=∑ x 6=N

Dari Tabel 3.1 telah kita peroleh: ∑ x =39 , sedangkan N=6 dengan demikian:

Mx =
∑ x = 39 =6,50
N 6

b) Cara Mencari Mean data Tunggal yang sebagian atau seluruh skornya
berfrekuensi lebih dari satu.
Karena data tunggal yang akan dihitung Meannya baik sebagian atau seluruh
skornya berfrekuensi lebih dari satu, maka rumus untuk mencari mean seperti
yang telah dikemukakan diatas perlu dimodifikasi yaitu dengan jalan memasukkan
atau mengikutsertakan frekuensi skor yang ada kedalam rumus. Dengan demikian
rumus diatas berubah menjadi:

Mx=
∑x
N

Dengan:
 Mx= Mean yang dicari
 ∑ x =¿ jumlah dari hasil perkalian antara masing-masing skor dengan
frekuensinya.
 N=number of cases

(3) Contoh:
Dalam ujian Akhir Semester(UAS) bidang studi statistika yang diikuti 100
orang mahasiswa, diperoleh nilai sebagai berikut:

Nilai hasil UAS Mata Kuliah Statistika


dari 100 Orang Mahasiswa
Nilai Frekuensi
(x) (f)
10 1
9 2
8 4
7 20
6 35
5 22
4 11
3 4
2 1
total N=100

Untuk memperoleh Mean dari sekumpulan data tersebut , tiap-tiap skor harus
dikalikan dengan frekuensinya masing-masing setelah itu dijumlahkan dan
akhirnya dibagi dengan N. dengan demikian maka kita membutuhkan 1 kolom
tambahan untuk meletakkan angka dari hasil perkalian x dengan frekuensi.

Nilai hasil UAS Mata Kuliah Statistika


dari 100 Orang Mahasiswa
x f f.x
10 1 10
9 2 18
8 4 32
7 20 140
6 35 210
5 22 11
4 11 44

3 4 12
2 1 2
Total N=100 ∑ fx=578

Dengan demikian Mean dapat kita peroleh dengan menggunakan rumus :


Mx=
∑ fx
N
¿ 578
100
¿ 5,780

2. Cara Mencari Mean Untuk Data Kelompok


Jika data yang sudah dikelompokkan dalam distribusi frekuensi, maka data
tersebut akan berbaur sehingga keaslian data itu akan hilang bercampur dengan
data lain menurut kelasnya. Hanya dalam perhitungan Mean kelompok diambil
titik tengahnya yaitu setengah dari jumlah ujung bawah kelas ujung atas kelas
mewakili setiap kelas interval. Hal ini dimasukkan untuk menghindari
kemungkinan data yang ada disetiap interval mempunyai nilai yang lebih besar
atau lebih kecil dari titik tengah. Untuk data kelompokkan Mean dapat diperoleh
dengan menggunakan dua metode, yaitu metode panjang dan metode singkat.

a) Mencari Mean Kelompok dengan Menggunakan Metode Panjang.


Pda perhitungan Mean yang menggunakan metode panjang, semua
kelompokan data( interval) yang ada terlebih dahulu dicari Nilai Tengah atau
Midpoint-nya. Setelah itu, tiap Midpoint diperkirakan dengan frekuensi yang
dimiliki oleh masing-masing interval yang bersangkutan.
(1) Rumus yang digunakan
Rumus Mean dengan metode panjang adalah sebagai berikut:

Mx=
∑ fx
N
M= Mean yang dicari
∑ fx=¿ ¿ jumlah dari hasil perkalian antara midpoint dari masing-masing
interval dengan frekuensi
N=number of cases
Contoh:
Diketahui Nilai Ujian Statistik Universitas A tahun 2010 yang diikuti
oleh 70 mahasiswa. Berapakah rata-rata kelompok nilai statistic:

Tabel Distribusi Frekuensi


Nilai Ujian Statistik Universitas A Tahun 2010
Nilai interval Frekuensi 2
60-64 2
65-69 6
70-74 15
75-79 20
80-84 16
85-89 7
90-94 4

Langkah-langkah menjawab:

a) Buatlah table dalam susunan data dengan menambah kolom

Tabel Distribusi Frekuensi


Nilai Ujian Statistik Universitas A Tahun 2010
Nilai Interval Titik tengah(t) Frekuensi (f) Jumlah (f.)(t)
60-64 62 2 124
65-69 67 5 402
70-74 72 15 1.080
75-79 77 20 1540
80-84 82 16 1312
85-89 87 7 609
90-94 92 4 368
∑ n=70 ∑ ( f .t )=5.435
Hitunglah rata-rata dengan Rumus

Mx=
∑ fx
N
5435
=
70
= 77,643

Dengan metode mencari Mean dengan Metode panjang, kita bekerja dengan bilangan
yang cukup besar. Karena itu jika perhitungan tidak dibantu oleh kalkulator
disamping sangat memerlukan ketelitian yang tinggi, resiko kesalahan yang kita
hadapi cukup besar. Ada cara lain yang lebih praktis dalam arti perhitungannnya
dapat dilakukan dengan cepat dan leih praktis,mudah dengan resiko kesalahan yang
kecil.
b) Mencari Mean Data Kelompok Dengan Menggunakan Metode Singkat.
(1) Rumus yang digunakan
Jka dalam perhitungan Mean Digunakan metode, maka rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Fx '
Ms=M +i
'
(∑ ) N
Dengan:
Mx= Mean
M’= Mean Terkaan atau Mean Taksiran
i = interval class (besar /luasnya pengelompokan data)
∑ Fx ' =jumlahdari hasil perkalian antara titik tengah buatan sendiri dengan
frekuensi dari masing-masing interval.
N=¿number of cases

(2) Contoh
Jika misalnya data yang disajkan pada table diatas kita cari Mean nya dengan
menggunakan metode singkat, maka proses perhitungan dan langkah
perhitungannya adalah
Langkah 1: Mencari Mean Terkaan sendiri (M’)
Dalam Meilih satu midpoint diantara Midpoint yang ada dalam Tabel Distribusi
Frekuensi.

Nilai nterval Titik Tengah f x’ Jumlah (f.x’)


60-64 62 2 -2 -4
65-69 67 5 -1 -6
70-74 72 15 0 0
75-79 77* M’ 20 1 20
80-84 82 16 2 32
85-89 87 7 3 21
90-94 92 4 4 16
∑ n=70 ∑ ( f . x )=79

Disini titik tengah yang dipilih adalah M’=72 , kemudian beri angka 0 pada
kolom x’
2) urutkan nilai titik tengah yang lebih kecil dari M’ denagn angka -1 ,-2 pada
kolom x’ dan harga titik tengah yang lebih besar dengan angka 1,2,3,4 pada kolom
x’
3) menghitung nilai rata-rata dengan rumus:
Fx '
Ms=M +i
'
(∑ )
N

Maka dihasilkan Ms= 72+5 ( 7970 )=77,643


Dengan rumus atau metode singkat ternyata Mean yang kita peroleh adalah
sama persisi sama dengan Mean yang kita peroleh dengan menggunakan metode
panjang, yaitu Ms= 77,643

Dengan demikian dapat kita amati bahwa menggunakan metode singkat,


perhitungan dapat berjalan dengan cepat, resiko kesalahan yang kecil.

c) penggunaan Mean
1) bahwa pada data statistic yang kita hadapi merupakan data yang berdistribusi
frekuaensinya bersifat normal atau simetris, setidak-tidaknya mendekati normal.
Jadi jika data statistic bersifat a symetris maka untuk mencari Nilai Rata-rata
hendaknya jangan menggunakan Mean, sebab Nilai Rata-rata yang diperoleh
nantinya akan terlalu jauh menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya.
2) Bahwa dalam kegiatan analisis data, kita menghendaki kadar kemantapan atau
kadar kepercayaan yang setinggi mungkin.
3) Bahwa dalam penganalisaan data selanjutnya , terhadap data yang sedang kita
hadapi atau kita teliti itu, akan kenakan ukuran-ukuran statistic selain Mean,
misalnya: Deviasi Rata-Rata, Deviasi Standart, Korelasi, dsb.

d) Kelemahan Mean
Mean dikenal dengan ukuran rata-rata yang menduduki tempat paling penting
jika dibandingkan dengan ukuran rata-rata lainnya. Namun Mean juga memiliki
kelemahan-kelemahan seperti dikemukaaan di bawah ini:
1) Karena Mean itu diperoleh atau berasal dari hasil perhitungan terhadap seluruh
angka yang ada, maka jika dibandingkan dengan ukuran rata-rata lainnya
perhitungan nya relative sulit
2) Dalam menghitung Mean sangat diperlukan ketelitian dan kesabaran, lebih-lebih
apabila kita dihadapkan kepada bilangan yang cukup besar, sedangkan kita tidak
memiliki alat bantu perhitungan seperti mesin hitung.
3) Sebagai salah satu ukuran rata-rata, Mean kadang-kadang sangat dipengaruhi oleh
angka atau nilai ekstrimnya, sehingga hasil yang diperoleh kadang terlalu jauh
dari kenyataan yang ada.
Contoh: siswa ‘A’ memiliki nilai raport untuk lima macam bidang studi, masing-
masing 6,6,6,6,dan 6 sehingga Nilai rata-rata Hitungnya= 30:5 = 6. Siswa ‘B’
untuk kelima bidang studi yang sama memperoleh nilai 10,4,3,8,5, sehingga Nilai
Rata-rata juga = 30:5 = 6. Siswa ‘C’ untuk kelima bidang studi tersebut memiliki
nilai 10,2,2,6 dan 10 yang berarti nilai rata-rata hitungnya = 30:5 = 6.

2. Nilai Rata-Rata Pertengahan (Median)


Ukuran rata-rata kedua yang akan kita pelajari adalah median yang seperti
telah dikemukaakan dalam pembicaraan terdahulu sering dikenal dengan istilah :
Nilai Rata-Rata Pertengahan atau Nilai Rata-rata Letak, atau Nilai posisi Tengah
yang biasa diberi lambing: Mdn, Me, atau Mn. Dalam pembicaraan selanjutnya
akan digunakan lambang :Mdn.
a) Pengertian Median
Median adalah suatu nilai data yang terletak di tengah seteleh data itu disusun
menurut urutannya nilainya sehingga membagi dua sama besar. Maksudnya, jika
median terdapat 50% dari banyak data yang nilai-nilainya paling tinggi atau sama
dengan Me dan 50% lagi paling rendah atau sama Dengan Me.

Kelompok A Me Kelompok B
50% 50%
NIlai tertinggi untuk kelompok A= Me
Nilai tertentu untuk kelompok B = Me
Dengan lain kata , Me berfungsi sebagai nilai tertinggi dari kelompok A dan
juga berfungsi sebagai nilai terendah dari Kelompok B. Banyaknya anggota
kelompok A sama dengan banyak anggota dari kelompok B.
Jika datanya ganjil maka Mdn merupakan nilai data yang terletak di tengah-
tengah dimana sebelah kiri dan kananya masing-masing terdapat n data.

b) Cara mencari nilai rata-rata pertengahan


Ada beberapa cara untuk mencari Nilai Rata-Rata Pertengahan seperti pada uraian
berikut:
1) Cara mencari nilai Rata-rata Pertengahan Untuk Data Tunggal
Dalam mencari nilai rata-rata pertengahan untuk data Tunggal ini ada dua
Kemungkinan yang kita hadapi., kemungkinan pertam ialah data tunggal itu
seluruh skornya berfrekuensi 1; sedangkan kemungkinan yang kedua bahwa
data tunggal yang akan kita cari Nilai Rata-Rata Pertengahan itu sebagian atau
seluruh skornya berfrekuensi lebih dari satu.

a) Mencari nilai rata-rata pertengahan untuk data tunggal yang selurnya


berfrekuensi 1
Disinipun kita menghadapi kemungkinan yaitu: (1) data tunggal yang
seluruh skornya berfrekensi 1 itu, number of cases-nya merupakan
bilangan ganjil atau genap.
(1) Mencari nilai rata-rata pertengahan untuk data tunggal yang seluruh
skornya berfrekuensi 1 dan number of casesnya berupa bilangan gasal.
Untuk data tunggal yang seluruh skornya befrekuensi 1 dan number of
caesnya berupa bilangan gasal( yaitu N= 2n +1), maka median data yang
demikian itu terletak pada bilangan yang ke (n+1).
Contoh: 9 orang mahasiswa menempuh Ujian Lisan Dalam mata kuliah
Evaluasi Pendidikan. Nilai Mereka adalah sebagai berikut: 65,75, 60, 70,
55, 80,40, 30.
Penyelesaian:
Urutkan nilai dari yang terendah ke yang tertinggi
30,40,50,55,60,65,70,75,80; bererti
Data ke 1=30; data ke 2=40, data ke3= 50 dan seterusnya sampai data ke
9=80
Karena N= 9, sedangkan rumus bilangan gasal adalah N= 2n+1, maka
9=2n+1
9=2n+1
9-1=2n
n=4
dengan demikian nilai yang merupakan nilai rata-rata pertengahan atau
median dari nilai hasil ujian lisan tersebut adalah nilai bilangan yang ke
(4+1) atau bilangan ke 5 yaitu 60

(2) Mencari nilai rata-rata pertengahan untuk data tunggal yang selurujnya
berfrekuensi 1, dan number of casesnya berup biangan genap.
Untuk data tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi 1 dan number of
casesnya merupakan bilangan genap (yaitu: N=2n), maka Median atau
nilai-nilai Rata-rata pertengahan daa yang demikian itu terletak antara
bilangan yang ke-n dank e (n+1)

Contoh:
Tinggi badan peserta Seleksi penerima calon penerbang, menunjukkan
angka sebagai berikut: 168 162 169 170 164 167 161 166 163 dan 165
a) Urutkan data dari data terkecil sampai data terbesar
161 162 163 164 165 166 167 168 169 170
b) Karena N =10 (merupakan bilangan bulat) sedangkan rumus untuk
mencarinya adalah N=2n maka 10=2n… n=5
Jadi median atau nilai rata-rata pertengahannya terletak antara bilangan
ke 5 dan ke 6, jadi Mdn:
165+166
Mdn= =165,50
2

b) Apabila data tunggal yang akan kita cari nilai rata-rata pertengahan atau
mediannya, sebagian atau seluruh skornya berfrekuensi lebih dari satu,
maka menggunakan rumus dibawah ini:
1 1
Mdn= l + 2
(N−fkb
f1 )
atau Mdn=u−
2 N
−fka
f1 ( )
Mdn = median
l= lower limit (batah bawah nyata dari skor yang mengandung median)
fkb= frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung
median
fi = frekuensi asli (frekuensi dari sko yang mengendung median)
N= number of cases
U = uppee limit ( batas atas nyata dari skor yang mengandung median)
Fka= frekuensi kumulatif yang terletak diatas skor yang mengandung
median
Contoh:
Skor berikut ini menunjukkan usia 50 orang guru Agama islam yang
bertugas pada sekolah dasar negeri di suatu kecamatan:
26 28 27 24 31 27 25 28 26 30
29 27 26 30 25 23 31 28 26 27
31 24 27 29 27 30 28 26 29 25
23 29 27 26 28 25 27 28 30 25
24 29 31 27 26 28 27 26 27 27
Untuk mencari median dari data semacam ini, terlebih dahulu kita siapkan
table distribusi frekuensi .
1. Pertama-tama data dibagi menjadi dua bagian yang sama besar yaitu
masing-masing sebesar 1/2N pada pertengahan distribusi frekuensi
Data itulah terletak median yang dicari
Karena N = 50 maka ½ N= ½ X 50 = 25. Titik pertengahan data
tersebut adalah pada frekuensi kumulatif 30 . jadi nilai pertengahan
usia guru adalah pada skor 27
2. A) lower limitnya= 27-0,5 =26,5
B) Fekuensi aslinya (fi)=12
C) frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung
median (fkb) yaitu= 18.
3. Maka:
1
Mdn= l + 2
(
N−fkb
f1 )
= 26,50 + ( 25−18
12 )
= 27,083( dapat dibulatkan menjadi 27)

Nilai Tally f fkb fka


31 IIII 4 50 4
31 IIII 4 46 8
29 IIII 5 42 13
28 IIII II 7 37 20
27 IIII IIII II 12 30 32
26 IIII III 8 18 40
25 IIII 5 10 45
24 III 3 5 48
23 II 2 2 50=N
total N=50 - -

Penggunaan rumus jika diketahui batas atasnya


1. Karena skor median adalah 27, maka dengan mudah dapat kita ketahui:
a) Batas atas yaitu: 27+0,5= 27,5
b) Frekuensi kumulatif yang treletak diatas skor yang mengandung median (fka)
adalah 20, jadi fka=20
c) Frekuensi aslinya atau frekuensi skor yang mengandug median adalah 12; jadi
fi=12
1
d) Dengan demikian:
Mdn=u−
2N
−fka
f1 ( )
= 27,50- ( 25−20
12 )
= 27,50 -0,417 = 27,083
Atau bias dibulatkan 27

2. Cara Mencari Nilai Rata-rata Pertengahan Untuk Data Kelompokan.


Untuk data kelompok, kelas interval kelas (i) itu diperhitungkan sehingga akan
menghasilkan rumus:
1 1
Mdn= l + 2
(
N−fkb
f1 )
Xi atau Mdn=u−
2N
f1 (
−fka
xi )
Mdn = median
l= lower limit (batah bawah nyata dari skor yang mengandung median)
fkb= frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung
median
fi = frekuensi asli (frekuensi dari sko yang mengendung median)
N= number of cases
U = uppee limit ( batas atas nyata dari skor yang mengandung median)
Fka= frekuensi kumulatif yang terletak diatas skor yang mengandung
median
Xi= interval kelas

Contoh: misalnya 100 orang siswa madrasah tsanawiyah menempuh EBTA


dalam bidang studi Bahasa Arab. Distribusi Frekuensi nilai mereka adalah
sebagaimana tertera pada table berikut:
Nilai Hasil EBTA dalam Bahasa Arab ynag Diikuti oleh
100 orang siswa madrasah Tsanawiyah

Interval nilai: f fkb Fka


65-69 6 100=N 6
60-64 24 94 30
55-59 25 70 55
50-54 15 45 70
45-49 10 30 80
40-44 6 20 86
35-39 5 14 91
30-34 4 9 95
25-29 3 5 98
20-24 2 2 100=N
total 100=N - -

Perhitungan :
Mencari letak pertengahan distribusi data, yaitu: 1/2N ;Karena N= 100
maka,1/2N=50
Dari table letak pertengahan data adalah pada frekuensi kumulatif sebesar 70
Jadi interval nilai yang mengandung median adalah interval nilai 55-59 maka
dengan cepat dapat diktahui l= 54,50 ; fi=25 sedangkan fkb=45 adapun interval
kelasnya adalah 5. Jadi kita masukkan ke dalam rumus:

(
Mdn= l + 2
N−fkb
f1 )
Xi=54,50−
50−45
25 (
x5 )
= 54,50 + 5/25 X 5= 54,50+1= 55,50

Untuk rumus yang menggunakan batas atas(fka)


Diketahui u =59,50; fi=25; fka=30 i=5

1
Mdn=u−
2N
f1(
−fka
xi )
Mdn= 59,5- ( 50−30
25 )
x5

= 59,50-4 = 55,50

b) Penggunaan Rata-rata Pertengahan (Median)


Nilai rata-rata pertengahan (Median) digunakan dalam hal berikut:
1) Kita tidak memiliki waktu yang cukup luas atau longgar untuk
menghitung nilai Mean nya
2) Distribusi frekuensi data yang sedang kita hadapi itu bersifat asimetris
3) Data yang sedang kita teliti tidak dianalisis secara lebih dalam lagi
dengan menggunakan ukuran statsistik lainnya
4) Tidak memperoleh nilai rata-rata timgkat ketelitian yang tinggi
c) Kebaikan dan Kelemahan Median
Kebaikan yang dimiliki oleh median sebagai ukuran rata-rata ialah,
mediannya dapat diperoleh dalam waktu yang singkat karena proses
perhitungannya sederhana dan mudah.
Adapun kelemahannya ialah median sebagai ukuran rata-rata kurang teliti.

3. Modus (Mode)
A. Pengertian Modus
Modus digunakan untuk gejala-gejala yang sering terjadi, diberi symbol
dengan Mo dan umumnya Mo dipakai sebagai nilai rata-rata bagi data
kualitatif.
B. Menghitung modus data tunggal
Menghitung modus data tunggal dilakukan sangat sederhana yaitu dengan cara
mencari nilai yang sering muncul diantara data. Ukuran ini sering dipakai
untuk rata-rata data kualitatif. Misalnya: sebagian besar siswa tidak lulus
akibat tidak belajar,sebagian besar rakyat Indonesia bercocock tanam dll.
Penggunaan modus data tunggal sbb:

Contoh:
Diketahui nilai Ujian statistic bagi 10 siswa , data sebagai berikut:
40,60,60,65,72,60,80,dan 90
Dari data diatas maka kita dapat mengetahiu nilai yang sering muncul adalah
60
C. Menghitung modus data kelompok
Untuk mencari modus data kelompok maka menggunakan rumus berikut ini:

Mo=l+ ( fa+fafb ) X i atau Mo=u−( fa+fbfb ) Xi


Mo= Modus
l= lower limit (batas bawah dari interval yang mengandung modus)
fa=frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus
fb=frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus
u=upper limit (batas nyata dari interval yang mengandung Modus)
i= interval class
contoh:
nilai hasil ujian semester matakuliah statistika
dari 40 orang
Interval nilai F
85-89 2
80-84 2
75-79 3
70-74 4
65-69 5
60-64 10
55-59 5
50-54 4
45-49 3
40-44 2
35-39 1
Total 40=N

Interval yang mengandung modus adalah interval 60-64 dan l=59,50; upper limit
(u)=64,50 fa=5 ; fb=5 ;I= 5

Lalu dimasukkan dalam rumus:


Rumus pertama:

Mo=l+ ( fa+fafb ) X i
5
= 59,50 + (
5+5 )
X 5=59,50+ 2,50=62

Rumus kedua:

Mo=u− ( fafb+ fb ) Xi
5
=64,50-(
5+5 )
X5

= 64,50-2,50 = 62

D. Penggunaan modus
1. Ingin memperoleh nilai yang menunjukkan aturan rata-rata dalam waktu
yang paling singkat
2. Dalam mencari nilai yang menunjukkan ukuran rata-rata itu kita
meniadakan factor ketelitian , artinya ukuran rata-rata itu kita kehendaki
hanya bersifat kasar saja.
3. Dari data sedang kita teliti kita hanya ingin mengetahi ciri khasnya saja
E. Kelebihan dan Kelemahan Modus
Kebaikan modus dapat menolong diri kita dalam waktu yang paling singkat
emperoleh ukuran rata-rata yang merupakan ciri khas dari data yang kita
hadapi.
Adapun kelemahannya ialah kurang teliti karena modus terlalu mudah atau
terlalu gampang diperoleh (dicapai). Selain frekuensi data yang kira teliti lebih
dari 1 buah, maka modus yang akan kita dapatkan juga akan lebih dari stu
buah.

4. Saling hubungan antara Mean-Median –Modus


Dalam keadaan khusus yaitu dalam keadaan distribusi frekuensi data yang
kita hadapi bersifat normal (simetris)maka akan kita temui keadaan
sebagai berikut:
 Mean=median=modus
 Modus=3median=2mean

Jika M= Mo, kurva merupakan kurva normal:

M= Me = Mo
Tetapi jika M= Me = Mo,kurva mungkin positif dan mungkin negative
Hubungan empiris yang dapat diandalkan untuk ketiga besaran pusat kecenderungan itu:
Mo+2M= 3Me

5. Quartile , Decile, dan Precentile sebagai Ukuran Penentuan Letak


Nilai Selain Median.
A. Quartile
Dalam dunia statistic istilah quartile ialah titik atau skor atau nilai yang membegi
seluruh distribusi frekuensi kedalam empat bagian sama besar ¼ N. jadi disini
akan dijumpai tiga buah Quartile yaitu Quartile pertama(Q1), Quartile Ke dua
(Q2),Quartile ke tiga (Q3). Sedangkan quartile ke 4 tidak dibicarakan karena
merupakan data lengkap.

n1 , n2 , n3 n4
q1 q2 q3

untuk mencari Q1,Q2,Q3 digunakan rumus sebagai berikut:

- Untuk Data Tunggal


n

(
Qn= l + 4 N
−Fkb
fi )
- Untuk data kelompok
n
-
(
Qn= l + N
4
−Fkb
fi
x
) i

Qn= quartile yang ke-n


l= low limit
N= number of cases
Fkb= frekuensi kumulatif yang terletak dibawah skor interval yang
mengandung Qn
Fi= frekuensi aslinya
I= interval
- Contoh perhitungan Quartile untuk data tunggal:
Misalkan dari 60 orang siswa MAN Jurusan IPA diperoleh nilai hasil EBTA
bidang fisika disajikan dalam table berikut:
Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Ebta dalam Biag Studi Fisika
Dari 60 arang siswa MAN Jurusan IPA

NILAI F fkb
(X)
46 2 60=N
45 2 58
44 3 56
43 5 53
42 8 48
41 10 40
40 12 30
39 6 18
38 5 12
37 4 7
36 2 3
35 1 1
- Titik Q1 = 1/4N = ¼ X 60 = 15 (terletak pada skor 39)
Dengan demikian dapat kita ketahui : l = 38,50 ; fi=6 fkb=12
1

(
Q1= l + N
4
−Fkb
fi
= 38,50
)
15−12
6 ( )
=38,50 + 0,50 = 39

titik Q2 = 2/4N = 2/4 X 60= 30 (terletak pada skor 40). Dengan demikian
dapat kita ketahui l= 39,50; fi =12 fk=18
2
Q2= l + N
(
−Fkb
fi
=39,50+ )
30−18
12 ( )
=39,30+1,0=40,50

Titik Q3 =3/4N = ¾ X 60 = 45 (terletak pada skor 42)


Dengan demikian dapat kita ketahui : l= 41,50 ; fi = 8, fkb=40
3

(
Q3= 4 N
−Fkb
fi )
=41,50 +
45−40
8 ( )
=41,50+ 0,625=42,125

2) Contoh Perhitungan Quartil untuk data kelompokan


Misalkan dari 80 orang siswa MAN Jurusan IPS diperoleh skor hasil EBTA
dalam bidang studi tata Buku sebagaimana disajikan pada table distribusi
frekuensi berikut ini (Lihat kolom 1 dan 2). Jika kita ingin mencari Q1,Q2,Q3
maka preses perhitungannya adalah sebagai berikut:
- Titik q1= 1/4N = ¼ X 80 =20 (terletak pada interval 35-39). Dengan demikian
dapat diketahui : l =34,50; fi=7 ; fkb= 13 ; i=5
1
-
(
Q1= l + 4 N
−Fkb
fi )
x i=34,50
20−13
7 ( )
X 5=34,50+5=39,50

- Titik Q2= 2/4N = 2/4 x 80 = 40 (terletak pada interval 45-49). Dengan


demikian dapat kita ketahui : l= 44,50; fi=17 ; fkb= 35 ; sedangkan i= 5
2
-
(
Q2= l + 4 N
−Fkb
fi
xi )
= 44,50
40−35
17 ( )
x 5 =44,50 +1,47 =45,97

- Q3 = 3/4N = ¾ X 80 = 60 (terletak pada interval 55-59). Dengan demikian


dapat kita ketahui : l =54,50 ; fi=7 ; fkb: 59 sedangkan I = 5
3
-
(
Q1= l + 4 N
−Fkb
fi
xi )
= 54,50
60−59
7 ( )
x 5=54,50+ 0,71=55,21

Nilai (x) f fkb


70-74 3 80
65-69 5 77
60-64 6 72
55-59 7 66
50-54 7 59
45-49 17 52
40-44 15 35
35-39 7 20
30-34 6 13
25-29 5 7
20-24 2 2
total 80 =N -

Diantara kegunaan quartile adalah untuk mengetahui simestri (normal)


atau a simetrisnya suatu kurva. Dalam hal ini patokan yang kita gunakan
adalah sebagai berikut:
1) Jika Q3-Q2 = Q2-Q1 maka kurvanya adalah kurva Normal
2) Jika Q3-Q2> Q2-Q1 maka kurvanya adalah kurva miring/berat ke kiri
3) Jika Q3-Q2< Q2-Q1 maka kurvanya adalah kurva miring/berat ke kanan
B. Decile
Decile atau desil ialah titik atau skor atau nilai yang membagi seluruh
distribusi frekuensi dari data yang kita selidiki ke dalam 10 bagian yang sama
besar, yang masing-masing sebesar 1/10 N. jika disini kita jumpai sebanyak 9
buah titik decile, dimana kesembilan buah titik decile itu membagi seluruh
distribusi frekuensi ke dalam 10 bagian yang sama besar.
Lambang dari decile adalah D. jadi 9 buah titik decile dimaksud dimaksud
diatas adalah titik-titik : D1,D2,D3,D4,D5,D6,D7,D8 dan D9.
Untuk mencari decile adalah Decile digunakan rumus sebagai berikut:
- Untuk data tunggal
n
- Dn
¿ l+(10 N
−fkb
fi )
- untuk data kelompokan:
n
- Dn=
l+ (
10 N
−fkb
fi
Xi
)
Dn= decile yang ke-n ( di sini n dapat diisi dengan bilangan 1,2,3,4,5,6,7 atau
9
l= lower limit (batas bawah nyata dari skor atau interval yang mengandung
decil ke-n)
N= Number of cases
Fkb= frekuensi kumulatif yang terletak dibawah skor atau interval yang
mengandung decile ke-n
Fi = frekuensi dari skor atau interval yang mengandung decil ke-n atau
frekuensi aslinya.
 Contoh perhitungan decile untuk data tunggal:
Misalkan ingin mencari decile ke-1, ke-5, dan ke-9 data yang tertera pada
table 3.11, yang dihitung Q1,Q2,Q3-nya itu
Titik D1=1/10 N= 1/10 x 60 = 6 (terletak pada skor 37) dengan demikian
dapat kita ketahui : l=5,50; fi=4 dan fkb=3
1
- D1
¿ l+(10 N
−fkb
fi )
D1= 36,50( ( 6−3
4 )
=36,25

Mencari D5 :
Titik D5=5/10 N= 5/10 x 60 = 30 (terletak pada skor 40) dengan demikian
dapat kita ketahui : l=39,50; fi=12 dan fkb=18
5
D5
¿ l+(10 N
−fkb
fi )
D5= 39,50+ ( 30−18
12 )
=40,50

Mencari D9 :
Titik D9=9/10 N= 9/10 x 60 = 54 (terletak pada skor 44) dengan demikian
dapat kita ketahui : l=43,50; fi=3 dan fkb=53

9
D9
¿ l+(10 N
−fkb
fi )
D9=43,50 + ( 54−53
3 )
=43,17

TABEL 3.13.Perhitungan Decile Ke-5 dan Decile ke-9


Dari Data yang tertera Pada Tabel 3.11
NILAI F fkb
(X)
46 2 60=N
45 2 58
44 3 56
43 5 53
42 8 48
41 10 40
40 12 30
39 6 18
38 5 12
37 4 7
36 2 3
35 1 1

- Untuk mencari desile untuk data kelompokan


Table 3.14 perhitungan decile ke-3 dan decile ke-7 dari data tertera pada table
3.12
Nilai (x) f fkb
70-74 3 80
65-69 5 77
60-64 6 72
55-59 7 66
50-54 7 59
45-49 17 52
40-44 15 35
35-39 7 20
30-34 6 13
25-29 5 7
20-24 2 2
total 80 =N -

Mencari D3 :
Titik D3=3/10 N= 3/10 x 80 = 24 (terletak pada interval 40-44) dengan
demikian dapat kita ketahui : l=39,50; fi=15 dan fkb=20

3
D3
¿ l+(10 N
−fkb
fi
xi )
D3= 39,50 ( 24−20
15 )
x5

D3= 39,50 +20/15 =40,83

Mencari D7 :
Titik D7=7/10 N= 7/10 x 80 = 56 (terletak pada interval50-54) dengan
demikian dapat kita ketahui : l=49,50; fi=7 dan fkb=52

7
D3
¿ l+(10 N
−fkb
fi
xi )
D3= 49,50 ( 56−52
7 )
x5

D3= 52,36
Diantara kegunaan decile adalah untuk menggolongkan suatu distribusi data
ke dalam sepuluh bagian yang sama besar, kemudian menempatkan subjek-
subjek penelitian ke dalam sepuluh golongan tersebut

C. Presentil
Presentil atau disingkat (Pn) ialah nilai yang membagi data menjadi 100
bagian yang sama, setelah disusun dari data terkecil sampai data terbesar atau
sebaliknya. Cara mencari presentil hamper sama dengan nilai Desil, bedanya
kalau desil data dibagi 10 kalau presentil data dibagi 100 bagian sama besar.
Harga-harga presentil ada 99 bagian yaitu Ps1 sampai Ps 99.
Untuk mencari precentil digunakan rumus sebagai berikut:
- untuk data tunggal
n
Pn =
l+ (
100 N
fi
−fkb
)
- untuk data kelompokan:
n
- Pn =
l+ (
100 N
fi
−fkb
) xi

Pn= presentil yang ke-n ( di sini n dapat diisi dengan bilangan 1,2,3,4,5,6,7
sampai 99)
l= lower limit (batas bawah nyata dari skor atau interval yang mengandung
presentil ke-n)
N= Number of cases
Fkb= frekuensi kumulatif yang terletak dibawah skor atau interval yang
mengandung presentil ke-n
Fi = frekuensi dari skor atau interval yang mengandung presentil ke-n atau
frekuensi aslinya.

Tabel 3.15 perhitungan precentil ke-5 , precentil ke-20 dan precentil k-75
Dari data table 3.13
NILAI F fkb
(X)
46 2 60=N
45 2 58
44 3 56
43 5 53
42 8 48
41 10 40
40 12 30
39 6 18
38 5 12
37 4 7
36 2 3
35 1 1

1) Untuk data tunggal


- Mencari P5= Titik D5=5/100 N= 5/100 x 60 = 3(terletak pada skor 36) dengan
demikian dapat kita ketahui : l=35,50; fi=2 dan fkb=1
5
P5
¿ l+(100 N
fi
−fkb
)
D5= 35,50+ ( 3−12 )=36,50
- Mencari P20= Titik D5=20/100 N= 20/100 x 60 = 12(terletak pada skor 38)
dengan demikian dapat kita ketahui : l=37,50; fi=5 dan fkb=7
20
P5
¿ l+(100 N
fi
−fkb
)
D5= 37,50+ ( 12−7
7 )
=

- Mencari P75= Titik D5=75/100 N= 75/100 x 60 = 45(terletak pada skor 42)


dengan demikian dapat kita ketahui : l=41,50 ; fi=8 dan fkb=40
75
P5
¿ l+(100 N
fi
−fkb
)
D5= 41,50+ ( 45−40
8 )
=42,125

-
-

Você também pode gostar