Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SISTEM RESPIRASI
DISUSUN OLEH :
Kelompok 9 , Anggota :
Nur’Aini (2010730083)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Laporan
ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Patologi Klinik yang di berikan oleh Dosen
pengajar.
Dalam pembuatan laporan ini, kami menyadari adanya berbagai kekurangan, baik dalam isi
materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang
berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan ini sangat kami harapkan.
Akhirnya kami menyampaikan terima kasih kepada Dr. dan teman-teman sekalian yang telah
membaca dan mempelajari laporan ini
Penulis
Page |3
DAFTAR ISI
Pendahuluan ............................................................................................................. 4
Patologi ............................................................................................................. 5
Tujuan ............................................................................................................. 6
Metode ............................................................................................................. 7
Hasil ............................................................................................................. 14
Page |4
I. PENDAHULUAN
Pada keadaan normal rongga pleura mengandung hanya sedikit cairan yaitu ± 1-10
cc. Cairan ini berada antara pleura visceralis dan pleura parietalis. Fungsi cairan ini
untuk membasahi tunika serosa dan keseimbangannya dijaga oleh tekanan koloid
osmotik kapiler serta tekanan hidrostatik.
Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi cairan pleura yang
abnormal dalam rongga pleura. Efusi ini dapat disebabkan oleh proses transudasi dan
eksudasi. Transudasi adalah akumulasi cairan akibat proses non inflamasi atau bukan
radang di dalam rongga pleura ditandai adanya perubahan tekanan hidrostatik dan
tekanan koloid dan proses eksudasi adalah akumulasi cairan akibat proses inflamasi di
dalam rongga serosa ditandai perubahan permeabilitas membran pada permukaan pleura.
Efusi dapat juga terjadi akibat bendungan dan hambatan aliran limfe karena tumor.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kelainan cairan pleura adalah tes
makroskopi, tes kimia, tes mikroskopi, tes mikrobiologi, dan petanda tumor.
Page |5
II. PATOLOGI
Akumulasi cairan berlebihan di dalam rongga pleura disebabkan oleh:
1. Peninggian permeabilitas kapiler karena inflamasi seperti pada pneumonia atau
pleuritis.
2. Penurunan tekanan koloid osmotik karena hipoproteinemia.
3. Peninggian tekanan hidrostatik karena meningkatnya tekanan vena misalnya pada
payah jantung kongestif dimana kadar protein sangat bervariasi tergantung pada
hambatan aliran limfe karena hipertensi vena.
4. Hambatan aliran limfe karena tumor, inflamasi, fibrosis.
5. Peningkatan tekanan negatif intrapleura seperti atelektasis.
6. Perpindahan cairan dari rongga peritoneum ke rongga pleura.
III. TUJUAN
Untuk mendiagnosis kelainan pleura dan menentukan diferensial diagnosisnya serta
mengetahui interpretasi hasil-hasil tes yang dilakukan. Prosedur punksi cairan pleura
(Torakosentesis):
a. Penderita dimasukkan dalam ruang tindakan/ruang khusus untuk tindakan punksi
pleura.
b. Penderita didudukkan dengan posisi tegak atau bahunya disandarkan ke bantal atau
memeluk bantal dalam keadaan duduk, kemudian dilakukan perkusi dinding toraks
belakang untuk menentukan ketinggian cairan pleura dalam rongga pleura.
c. Tempat melakukan punksi ialah ruang interkostal 6, 7, atau 8 (sela iga 8 biasanya
setinggi ujung skapula) pada linea aksilaris posterior.
d. Pada tempat punksi dilakukan desinfeksi dengan bahan desinfektan (alkohol 70% dan
betadine).
e. Dengan memakai sarung tangan steril, jarum (abbocath) ukuran 16 ditusukkan ke
dalam dinding toraks bagian belakang, kemudian cairan pleura diaspirasi sebanyak
50 cc dengan spoit steril, lalu dimasukkan ke dalam botol-botol yang bersih/steril dan
selanjutnya dikirim ke Laboratorium RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk
dilakukan tes analisis cairan pleura.
Page |7
IV. METODE
A. TES MAKROSKOPI
1. Warna dan kejernihan
- Pra analitik
o Persiapan pasien: tidak dibutuhkan persiapan khusus.
o Persiapan sampel: tidak ada persiapan khusus.
o Prinsip tes: setiap kelainan memberi warna dan kejernihan yang berbeda.
o Alat: tabung yang jernih.
- Analitik
o Cara kerja: lihat warna dan kejernihan sampel.
o Nilai rujukan: tidak berwarna dan jernih.
- Pasca analitik
Interpretasi:
o Warna transudat biasanya kekuning-kuningan dan jernih, sedangkan
warna eksudat dapat berbeda-beda.
o Bilirubin member warna kuning.
o Darah: warna merah atau coklat.
o Pus: warna putih-kuning dan keruh.
o Chylus: warna putih seperti susu dan keruh.
o Pyocyaneus: warna kehijauan.
2. Bekuan
- Pra analitik
o Persiapan pasien: tidak dibutuhkan persiapan khusus.
o Persiapan sampel: tidak ada persiapan khusus.
o Prinsip tes: fibrinogen menyebabkan sampel membeku.
o Alat: tabung yang jernih.
- Analitik
o Cara kerja: biarkan sampel selama 1 jam, kemudian lihat apakah ada
bekuan atau tidak.
o Nilai rujukan: tidak membeku.
Page |8
- Pasca analitik
Interpretasi:
o Bekuan (+): ada proses peradangan.
o Makin besar bekuan, makin berat peradangan.
B. TES KIMIA
1. Protein total (secara kuantitatif)
- Pra analitik
o Persiapan pasien: pasien harus berpuasa 6-8 jam sebelum pengambilan
sampel.
o Persiapan sampel: serum tidak boleh hemolisis, cairan pleura disentrifus
terlebih dahulu.
o Prinsip:
alkaline
Interpretasi:
o Bila kadar protein < 3 gr% transudat.
o Bila kadar protein > 3 gr% eksudat.
2. Rivalta
- Pra analitik
o Persiapan pasien: tidak ada persiapan khusus.
o Persiapan sampel: tidak ada persiapan khusus.
o Prinsip tes: adanya seromusin akan memberikan gambaran awan putih.
o Alat dan bahan:
Gelas ukur.
Aquades.
Asam asetat glasial.
- Analitik
o Cara kerja:
Campurkan 2 tetes asam asetat glasial ke dalam 100 ml aquades dalam
gelas ukur.
Teteskan setetes cairan pleura yang akan diperiksa ke dalam campuran
tersebut.
Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi.
o Nilai rujukan: tidak ada kekeruhan.
- Pasca analitik
Interpretasi:
o Bila terdapat kekeruhan hasil tes positif eksudat.
3. Glukosa
- Pra analitik
Pra analitik dan analitik tes glukosa pada serum dan cairan pleura adalah
sama:
o Persiapan pasien: pasien harus berpuasa 6-8 jam sebelum pengambilan
sampel.
o Persiapan sampel: serum tidak boleh hemolisis, cairan pleura disentrifus
terlebih dahulu.
P a g e | 10
o Metode: Heksokinase.
o Prinsip:
Larutan kerja (buffer/ATP/NADP/HKG-6-PDH) ditambahkan ke
dalam sampel dan akan terjadi reaksi:
HK
Glukosa + ATP G-6-P + ADP.
Heksokinase mengkatalisis fosforilase menjadi glukosa-6-fosfat oleh
ATP.
G-6-PDH
G-6-P + NADP glukonat-6-P + NADPH + H.
o Alat dan bahan:
Pipet mikro 50 µl.
Tabung mikro.
Rak tabung.
Reagen 1: Buffer/ATP/NADP.
Reagen 2: HK/G-6-PDH.
- Analitik
o Cara kerja:
Masukkan 50 µl sampel ke dalam tabung mikro, lalu letakkan sampel
sesuai nomor pemeriksaan.
Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes glukosa.
Masukkan nomor identitas penderita dan program tes.
Pengukuran dilakukan secara otomatis.
Hasil tes akan keluar pada print out.
o Nilai rujukan: glukosa darah dan glukosa cairan pleura adalah sama.
- Pasca analitik
Interpretasi:
o Kadar glukosa transudat sama dengan kadar glukosa darah.
o Kadar glukosa cairan pleura < 60 mg% sangat menyokong etiologi
tuberkulosis paru.
C. TES MIKROSKOPI
1. Jumlah lekosit
- Pra analitik
P a g e | 12
V. HASIL
1. Tes Makroskopi
a. Warna dan kejernihan cairan pleura : kuning jernih (transudat).
eksudat).
2. Tes Kimia .
a. Tes Rivalta : terdapat kekeruhan (+) .
3. Tes Mikroskopi
=
950 mm3
Nilai rujukan : Jumlah leukost < 1000m3.
b. Hitung Jenis :
PMN = 15 sel
MN = 55 sel
% PMN =
15 x 100 % = 21, 4 %
70
55 x 100 % = 78,6 %
% MN =
70