Você está na página 1de 5

• Realisme secara General

Realisme, sebagai tanggapan terhadap liberalisme, pada intinya menyangkal


bahwa negara-negara berusaha untuk bekerja sama. Para realis awal seperti E.H.
Carr, Daniel Bernhard, dan Hans Morgenthau berargumen bahwa, untuk maksud
meningkatkan keamanan mereka, negara-negara adalah aktor-aktor rasional yang
berusaha mencari kekuasaan dan tertarik kepada kepentingan diri sendiri (self-
interested).1 Setiap kerja sama antara negara-negara dijelaskan sebagai benar-
benar insidental. Para realis melihat Perang Dunia II sebagai pembuktian terhadap
teori mereka Perlu diperhatikan bahwa para penulis klasik seperti Thucydides,
Machiavelli, dan Hobbes sering disebut-sebut sebagai “bapak-bapak pendiri”
realisme oleh orang-orang yang menyebut diri mereka sendiri sebagai realis
kontemporer.2 Namun, meskipun karya mereka dapat mendukung doktrin realis,
ketiga orang tersebut tampaknya tidak mungkin menggolongkan diri mereka sendiri
sebagai realis (dalam pengertian yang dipakai di sini untuk istilah tersebut).

Tidak ada teori yang sama yang secara masuk akal dapat diusulkan dalam
hubungan internasional. memang ada doktrin yang terkenal mengenai realisme
tentang geoplitik, dimana negara itu hanya ounya kepentingan dan tidak punya
prinsip. Tapi tidak ada seorang pun dapat menolak bahwa kepentingan bersama itu
3
mengungguli kepentingan nasional.

Berdasarkan kata kata yang diutarakannya dalam artikelnya yang berjudul


"peranan Global AS" (America's Global Role) yang ditulis pada tahun 1993 itu, Soros
memperlihatkan pandangannya yang prinsipil mengenai model keberhasilan
nasional AS yang dianggapnya tidak sesuai dengan realitas maupun tidak
mendukung cita cita masyarakat terbuka. Model itu pada dasarnya adalah model
"kekuatan adalah kebenaran" (Might is Right). Menurutnya model itu sangat
berbahaya.4 Jika AS tidak mempergunakan kekuasaannya secara bijaksana, maka
1
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
2
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
3
Open Society : Reforming Global Capitalism ; Editor: PRof. Drs. Umar Basalim. DES;
penerjemah : Sri Koesdiyantinah : Kata Pengantar: Dawam Rahardjo: edisi 2. Jakarta;
Yayasan Obor Indonesia 2007.
4
Ibid
kekuatan itu akan merusak dan membahayakan lingkungan hidup, bahkan
peradaban umat manusia. Walaupun tidak cocok dengan realitas, model itu
sungguh sungguh hidup.5

Selama Perang Dingin (1945-1989) kebijakan luar negeri Amerika Serikat


mempunyai fokus yang jelas. Doktrin "pengepungan" telah mengarahkan politik
luar negeri Amerika Serikat, yang bertujuan untuk mengepung dan menahan
penyebaran komunisme. Sikap anti komunis Amerika Serikat berakar pada suatu
filasafat politik yang dinamakan dengan "politik riil" (realpolitik) atau ralisme
dibidang politik.6

Teori hubungan internasional mengungkapkan bahwa realisme telah sangat


berakar dalam wawasan para pemikir seperti Sun Tzu, pakar strategi China kuno;
Thucidides, sejarawan Yunani; Niccolo Machiavelli, penasihat pangeran Italia
Renaisans; Thomas Hobbes, filsuf inggris abad ke 17; dan Karl von Clausewitz,
pakar strategi militer Jerman abad ke-19. Realisme muncul dan mendominasi
pemikiran dibidang strategi dan politik selama Perang Dingin sebagai reaksi
terhadap idealisme atau liberlisme pada masa antara dua Perang Dunia.7 Berbagai
kebijakan politik untuk menentramkan konsekuensi dari pengalaman Perang Dunia
II telah menandai kegagalan liberalisme. Para eksponen realisme abad ke-20,
antara lain Hans Morghentau (akademisi). George Kennan (akademisi), Henry
Kissinger (negarawan), dan Reinhold Niebuhr (teolog Protestan). 8 Penguatan politik
luar negeri yang dilakukan o0leh para pakar teori politik internasional, yang
menjabarkan teori menjadi kebikakan dan mengimplementasikan kebijakan ke
dalam keputusan-keputusan strategis dan penyebaran taktis, telah didominasi oleh
para praktisi realpolitik selama Perang Dingin.

• Asumsi Dasar Realisme

Para penganut paham politik realisme cenderung bersikap pesimis terhadap


hakikat manusia (human nature) dan sangat mencurigai perilaku kelompok.

5
Ibid.
6
Thomas, J Milburn. Keadilan dan Perdamaian: tanggung jawab kristiani dalam
pembangunan dunia/ oleh J. Milburn Thomeson; diterjemahkan oleh Jamilin Sirait, P.
Hutapea, dan Steve Gaspersz. Jakarta; Gunung Mulia, 2009.
7
Ibid.
8
Ibid.
kerangka kerja penganut paham ini dapat dirangkum dengan empat proposisi,
yaitu:9

1. Kedaulatan negara adalah unsur terpenting dalam urusan hubungan


internasional

2. Secara rasional negara harus mengejar kepentingan dirinya sendiri, yang


diartikan sebagai kekuatan dalam berkompetisi dengan negara negara lain.

3. Dalam suatu sistem internasional tanpa pemerintahan terpusat (anarki),


keseimbangan kekuasaan adalah suatu cara yang realistis untuk menjamin
adanya tatanan yang kuat dan stabil, serta situasi yang relatif damai.

4. Dalam suatu sistem internasional tanpa pemerintahan terpusat (anarki),


keseimbangan kekuasaan adalah suatu cara yang realistis untuk menjamin
adanya tatanan yang kuat dan stabil serta situasi yang relatif damai.

5. Menjunjung tinggi nilai-nilai keamanan nasional dan kelangsungan hidup


negara

6. Skeptisisme dasar bahwa terdapat kemajuan dalam politik internasional


seperti yang terjadi dalam kehidupan politik domestic

7. Sifat alamiah suatu negara adalah anarkiAsumsi-asumsi dasar tersebutlah


yang mendasari pemikiran kaum realis.

Kaum realis selalu beranggapan bahwa manusia selalu cemas mengenai


keamanan dan keselamatan dirinya dari pengendalian pihak lain sehingga prinsip
survival dianggap yang paling tepat dan implikasi dari prinsip tersebut adalah
konsep balance of power. Realisme beranggapan bahwa negara adalah aktor utama
dari politik internasional dan hal pokok yang dibicarakan dalam politik internasional
adalah mengenai kekuasaan seperti yang telah disampaikan oleh Morgenthau
bahwa politik adalah memperoleh kekuasaan atas manusia, dan apapun tujuan
akhirnya kekuasaan adalah tujuan terpentingnya dan cara-cara memperoleh,

9
Ibid.
memelihara, dan menunjukkan kekuasaan untuk menentukan tekhnik dan tindakan
10
politik.

Konflik dan perang adalah kemungkinan-kemungkinan yang selalu terjadi


sehingga suatu pertahanan militer yang tangguh sangat penting untuk keamanan
suatu negara. Para penganut realis berpijak pada pandangan Darwinian tentang
hukum rimba daripada aturan hukum. Dalam hukum rimba yang berlaku adalah
siapa yang terkuat dialah yang mampu bertahan hidup dan menang. Menurut
perspektif kaum realis, keamanan nasional adalah bagian utama dari setiap negara
dalam mengejar kepentingannya dan kekuasaan dalam persaingan dengan negara
negara lain. Memang banyak kritik tajam terhadap realisme selama Perang Dingin.

• Tokoh Realisme

Tokoh realis awal seperti :

Teori hubungan internasional mengungkapkan bahwa realisme telah sangat


berakar dalam wawasan para pemikir seperti Sun Tzu, pakar strategi China kuno;
Thucidides, sejarawan Yunani; Niccolo Machiavelli, penasihat pangeran Italia
Renaisans; Thomas Hobbes, filsuf inggris abad ke 17; dan Karl von Clausewitz,
pakar strategi militer Jerman abad ke-19. Realisme muncul dan mendominasi
pemikiran dibidang strategi dan politik selama Perang Dingin sebagai reaksi
terhadap idealisme atau liberlisme pada masa antara dua Perang Dunia.11 Berbagai
kebijakan politik untuk menentramkan konsekuensi dari pengalaman Perang Dunia
II telah menandai kegagalan liberalisme. Para eksponen realisme abad ke-20,
antara lain Hans Morghentau (akademisi). George Kennan (akademisi), Henry
Kissinger (negarawan), dan Reinhold Niebuhr (teolog Protestan).12

• Aktor

10
http://theglobalpolitics.com/?p=14. Diakses pada 5 Mei 2011.
11
Ibid.
12
Thomas, J Milburn. Keadilan dan Perdamaian: tanggung jawab kristiani dalam
pembangunan dunia/ oleh J. Milburn Thomeson; diterjemahkan oleh Jamilin Sirait, P.
Hutapea, dan Steve Gaspersz. Jakarta; Gunung Mulia,
Realisme beranggapan bahwa negara adalah aktor utama dari politik
internasional dan hal pokok yang dibicarakan dalam politik internasional adalah
mengenai kekuasaan seperti yang telah disampaikan oleh Morgenthau bahwa
politik adalah memperoleh kekuasaan atas manusia, dan apapun tujuan akhirnya
kekuasaan adalah tujuan terpentingnya dan cara-cara memperoleh, memelihara,
dan menunjukkan kekuasaan untuk menentukan tekhnik dan tindakan politik. Politik
dunia sendiri menurut kaum realis berkembang dalam sitem anarki yaitu sistem
yang berkembang tanpa adanya kekuasaan yang berlebihan tidak ada
13
pemerintahan dunia dan tidak ada dominasi. Negara merupakan aktor terpenting
dan aktor-aktor lain seperti organisasi internasional, LSM, individu-individu dan
yang lainnya tidak penting. Jadi dengan kata lain kepentingan nasional dan prinsip
kesamaan menjadi faktor yang penting bagi tercapainya keamanan dunia. Namun
pada kenyataannya negara-negara tidaklah sama dan memiliki hierarki
internasional dari negara-negara lain. Pencapaian terpenting dari sebuah negara
adalah great powers sebab great powers inilah yang menjadi bagian negara yang
14
mendominasi negara lain.

Seperti yang telah dikemukakan diatas tentang pendapat Machiavelli


mengenai kode etik hukum internasional dan kepentingan nasional. Dari pendapat
tersebut dapat diasumsikan bahwa setiap negara harus mengejar kepentingannya
nasionalnya dan kesepakatan internasional adalah bersifat sementara. Segala
bentuk dari perjanjian, persetujuan, konvensi, kebiasaan, hukum dan bentuk lain
dari kesepakatan hanyalah merupakan kebijaksanaan internasional yang dapat
dikesampingkan jika tidak sesuai dengan kepentingan nasional. Dalam pahamnya
teori realisme tidak memiliki kewajiban internasional mengenai pengertian moral
yakni keterikatan antara timbal balik antara negara-negara merdeka. Sehingga
dalam pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa satu-satunya tugas warga
negara adalah hanya untuk mempertahankan kepentingan nasionalnya

13
Georg Sorensen & Robert Jackson, Introduction to International Relations, Oxford
University Press, 1998.
14
H.J Morgenthau (1960). Politics among Nations: The Struggle for Power and Peace.

Você também pode gostar