Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Penggunaan tes BERA dalam bidang ilmu audiologi dan neurology sangat
besar manfaatnya dan mempunyai nilai obyektifitas yang tinggi bila dibandingkan
dengan pemeriksaan audiologi konvensional. Penggunaannya yang mudah, tidak
invasive, dan dapat dilakukan pada pasien koma sekalipun; menyebabkan
pemeriksaan BERA ini dapat digunakan secara luas.1
BRAIN Evoked Response Audiometry atau BERA merupakan alat yang bisa
digunakan untuk mendeteksi dini adanya gangguan pendengaran, bahkan sejak bayi
baru saja dilahirkan. Istilah lain yang sering digunakan yakni Brainstem Auditory
Evoked Potential (BAEP) atau Brainstem Auditory Evoked Response Audiometry
(BAER). Alat ini efektif untuk mengevaluasi saluran atau organ pendengaran mulai
dari perifer sampai batang otak.2
Tes BERA ini dapat menilai fungsi pendengaran bayi atau anak yang tidak
kooperatif. Yang tidak dapat diperiksa dengan cara konvensionil.1
Berbeda dengan audiometry, alat ini bisa digunakan pada pasien yang
kooperatif maupun non-kooperatif seperti pada anak baru lahir, anak kecil, pasien
yang sedang mengalami koma maupun stroke,tidak membutuhkan jawaban atau
respons dari pasien seperti pada audiometry karena pasien harus memencet tombol
jika mendengar stimulus suara. Alat ini juga tidak membutuhkan ruangan kedap suara
khusus.2
B.E.R.A
1
(BRAINSTEM EVOKE RESPONSE AUDIOMETRI)
Berbagai kondisi yang dianjurkan untuk pemeriksaan BERA antara lain bayi
baru lahir untuk mengantisipasi gangguan perkembangan bicara/bahasa. Jika ada
anak yang mengalami gangguan atau lambat dalam berbicara, mungkin salah satu
sebabnya karena anak tersebut tidak mampu menerima rangsangan suara karena
adanya gangguan di telinga.2
2
yang biasannya diletakkan pada bagian vertex kulit kepala dan pada lobus telinga.
Pencatatan rata-rata grafiknya diambil berdasarkan panjang gelombang/amplitudo
(microvoltage) dalam waktu (millisecond), mirip dengan EEG. Puncak dari
gelombang yang timbul ditandai dengan I-VII. Bentuk gelombang tersebut normalnya
muncul dalam periode waktu 10 millisecond setelah rangsangan suara (click) pada
intensitas tinggi (70-90 dB tingkat pendengaran normal/normal hearing level [nHL]).3
FISIOLOGI
3
gelombang puncak pada I, III, dan V. Di negara-negara lainnya, gelombangnya di
plot dengan tegangan negatif.3
4
Gelombang II: gelombang BERA II ditimbulkan oleh nervus VIII proksimal saat
memasuki batang otak.
Gelombang III: gelombang BERA III muncul dari aktivitas aktivitias saraf urutan
kedua arises from (diluar CN VIII) di dalam atau di dekat nukleus cochlearis.
Literatur menyatakan bahwa gelombang III ditimbulkan pada bagian caudal dari pons
auditori. Nukleus cochlearis mengandung hampir 100,000 neuron, kebanykan
dipersarafi oleh sembilan serabut saraf.
Gelombang IV: gelombang BERA IV, yang sering memiliki puncak yang sama
dengan gelombang V, diperkirakan muncul dari neuron urutan ketiga pontine yang
kebanyakan terletak pada kompleks olivary superior, tetapi kontribusi tambahan
untuk terbentuknya gelombang IV dapat datang dari nukleus cochlearis dan nukleus
dari lemniskus lateral.
Gelombang VI dan VII: Gelombang VI dan VII dianggap berasal dari thalamus
(medial geniculate body), tetapi tempat pembentukan sebenarnya masih diragukan.3
APLIKASI
5
Identifikasi Patologi Retrocochlear
Gejala klinis dapat meliputi yang dibawah ini, tapi tidak terbatas hanya pada gejala-
gejala tersebut saja:
Kehilangan pendengaran sensorineural asimetris atau unileteral
Kehilangan pendengaran frekuensi tinggi asimetris
Tinnitus unilateral
Tingkat mengenali kata-kata yang buruk secara unilateral atau bilateral yang
dibandingkan dengan derajat kehilangan pendengaran sensorineural
Merasakan adanya distorsi suara saat pendengaran perifer normal.3
6
Penemuan yang menandakan adanya patologi retrocochlear pathology dapat meliputi
satu atau lebih dari tanda berikut ini:
Perbedaan latensi gelombang V interaural absolut (IT5) – memanjang
Interval antar puncak gelombang I-V interaural - memanajang
Latensi absolut dari gelombang V – memanjang dibandingkan dengan data
normatif
Latensi absolut dan latensi interval antar puncak gelombang I-III, I-V, III-V –
memanjang dibandingkan dengan data normatif
Tidak adanya respon auditori batang otak pada telinga yang dilakukan
pemeriksaan.3
Secara umum, pemeriksaan BERA menujukkan sensitivitas lebih dari 90% dan
spesifisitas mendekati 70-90%.3
Sensitivitas untuk tumor kecil tidak sebesar nilai tersebut diatas. Karena
alasan tersebut, pasien-pasien yang asimptomatik dengan hasil pemeriksaan BERA
normal sebaiknya menjalani audiogram dalam 6 bulan untuk memonitor perubahan
yang terjadi terhadap sensitivitas pendengaran atau tinnitus. Pemeriksaan BERA
dapat diulangi jika terdapat indikasi. Sebagai alternatif lain, MRI yang diperkuat
dengan gadolinium, dimana telah menjadi patokan standard, dapat digunakan untuk
mengidentifikasi vestibular schwannoma yang sangat kecil (3-mm).3
Pada studi tahun 1994 yang dilakukan oleh Dornhoffer, Helms, dan
Hoehmann, sensitivitasnya adalah 93% untuk tumor yang berukuran lebih
kecil dari 1 cm.
7
Pada tahun 1997, Zappia, O'Connor, Wiet, dan Dinces melaporkan sensitivitas
sebesar 89% untuk tumor yang lebih kecil dari 1 cm, 98% untuk tumor ukuran
sedang 1.1-2 cm, dan 100% untuk tumor yang berukuran lebih dari 2 cm.
sensitivitas keseluruhannya adalah sebesar 95%.
Pada studi tahun 1995, Chandrasekhar, Brackmann, dan Devgan melaporkan
sensitivitas sebesar 83.1% untuk tumor yang lebih kecil dari 1 cm dan
sensitivitas sebesar 100% untuk tumor yang berukuran lebih dari 3 cm.
Sensitivitas keseluruhannya adalah sebesar 92%.
Pada tahun 1995, Gordon dan Cohen melaporkan sensitivitas sebagai berikut:
69% untuk tumor yang berukuran kurang dari 9 mm, 89% untuk tumor
berukuran 1-1.5 cm, 86% untuk tumor berukuran 1.6-2 cm, dan 100% untuk
tumor yang berkuran lebih dari 2 cm.
Pada tahun 2001 dilaporkan oleh Schmidt, Sataloff, Newman, Spiegel, dan
Myers, sensitivitas sebesar 58% untuk tumor berukuran kurang dari 1 cm,
94% untuk tumor berukuran 1.1-1.5 cm, dan 100% untku tumor yang
berukuran lebih dari 1.5 cm. Sensitivitas keseluruhannya adalah 90%.
Pada sebuah studi prospective besar yang membandingkan BERA dengan
MRI yang diperkuat dengan bahan kontras (patokan standard) pada 312
pasien dengan kehilangan pendengaran sensorineural asymmetris, Cueva
menemukan bahwa BERA menghasilkan sensitivitas dan spesifisitas sebesar
71% dan 74%, in dalam menemukan penyebab lesi untuk kehilangan
pendengaran oral dan pendengaran asimetris (termasuk vestibular
schwannoma, tetapi tidak terbatas pada itu saja). Hasil pemeriksaan BERA
memiliki nilai prediktif positif hanya sebesar 23%, sedangkan nilai prediktif
negatif adalah sebesar 96%. Tujuh dari 31 kasus-kasus positif memiliki lesi
lain yang tidak dapat diidentifikasi oleh BERA sebagai penyebab dari
kehilangan pendengaran.3
8
Meskipun pengukuran BERA tradisional BERA menurun sensitivitasnya
karena faktor unkuran tumor, studi yang sebelumnya dilakukan telah menunjukkan
bahwa dengan menggunakan pita BERA baru yang mengukur amplitudo, tumor yang
sangat kecil dapat dideteksi dengan lebih akurat. Teknik baru ini, dikombinasikan
dengan audiometri BERA tadisional, mungkin segera akan dapat memungkinkan
untuk mendeteksi tumor yang sangat kecil dengan tingkat akurasi mendekati 100%
dengan menggunakan audiometri BERA.3
9
Teknologi Brainstem Evoke Response Audiometri (BERA) telah digunakan
untuk menguji bayi yang baru lahir sejak 15 tahun yang lalu. Sedikitnya 1 dari setiap
1000 anak lahir tuli. Banyak lainnya yang lahir dengan derajat penurunan
pendengaran yang tidak terlalu parah, sedangkan lainnya dapat mengalami
kehilangan pendengaran selama masa kanak-kanak awal.3
Gangguan pendengaran dapat terjadi karena faktor bawaan (sejak lahir) atau
didapat (gangguan pendengaran yang terjadi setelah lahir). Gangguan pendengaran
bawaan merupakan salah satu kelainan bawaan yang angka kejadiannya cukup tinggi
di antara kelainan bawaan lainnya, yaitu sekitar 1 - 3 per 1.000 kelahiran. Angka ini
meningkat pada kelompok bayi yang mempunyai risiko, diperkirakan 80 - 90% bayi
dengan gangguan pendengaran menetap mempunyai kelainan dari sejak usia neonatal
(0-28 hari). Oleh karena itu, sebuah komite yang menangani masalah pendengaran
pada bayi, The Joint Committee on Infant Hearing (JCIH) di Amerika dan American
Academy of Pediatric merekomendasikan agar fungsi pendengaran dan ketulian pada
setiap bayi sudah dapat dipastikan saat usia 3 bulan, dan bayi yang tuli mendapat
penanganan yang sesuai mulai usia 6 bulan, sehingga diharapkan pada usia 3 tahun
mereka mempunyai pola bicara yang tidak jauh berbeda dengan anak- anak yang
pendengarannya normal.4
Berdasarakan sejarah, hanya bayi yang memiliki 1 atau lebih kriteria resiko
tinggi yang di uji. Screening pendengaran universal telah direkomendasikan karena
sekitar 50% dari bayi yang kemudian teridentifikasi mengalami kehilangan
pendengaran karena tidak dilakukan pengujian, berhubung pengujian hanya dilakukan
pada kelompok yang beresiko tinggi saja. Sebelumnya, rumah sakit di Amerika
Serikat telah mengimplikasikan program screening pendengaran pada bayi yang baru
lahir. Program teresbut dapat dijalankan karena adanya kombinasi dari kemajuan
10
teknologi dalam metode pengujian BERA dan oto acoustic emissions (OAE) dan
ketersediaan peralatannya, dimana dapat memberikan evaluasi yang akurat dan
dengan biaya yang efektif, pada bayi-bayi yang baru lahir.3
OAE dan BERA merupakan pemeriksaan yang efekitf, tidak invasif, tidak
menyakitkan, mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi serta dapat
dilakukan pada bayi berusia mulai 24 jam, sehingga dapat dilakukan di rumah sakit
sebelum bayi pulang. Bila dilakukan secara bersama, kedua pemeriksaan ini akan
memberikan informasi yang saling melengkapi tentang pendengaran. Hasil yang baik
dari pemeriksaan tersebut harus diulang pada usia 1 - 3 bulan bila bayi mempunyai
faktor risiko untuk gangguan pendengaran. Dan selama itu juga orang tua harus
mencatat setiap gangguan kesehatan yang mungkin menyebabkan ketulian seperti
campak, gondongan (parotitis), kejang demam, epilepsi, trauma kepala, keluar cairan
dari telinga, pilek yang sering berulang serta penggunaan obat-obatan.4
11
The 2000 Joint Committee on Infant Hearing telah merekomendasikan bahwa
bayi yang memiliki paling kurang 1 dari indikator resiko berikut ini untuk terjadinya
kehilangan pendengaran progresif atau yang onset tertunda yang meskipun telah
melewati screening pendengaran, sebaiknya mendapat monitor audiologik setiap 6
bulan sampai usia 3 tahun:
Adanya kekhawatiran keluarga atau pihak yang merawat mengenai
pendengaran, berbicara, bahasa, dan/atau kelambatan berkembang
Riwayat keluarga adanya kehilangan pendengaran permanen pada masa
kanak-kanak
Adanya Stigmata atau penemuan lainnya yang berkaitan dengan sindom yang
dikenal meliputi kehilangan pendengaran konduktif atau sensorineural atau
disfungsi tuba eustachius
Infeksi post natal yang berkaitan dengan kehilangan pendengaran
sensorineural, termasuk meningitis bakterial
Infeksi dalam uterus seperti cytomegalovirus, herpes, rubella, syphilis, dan
toxoplasmosis
Indikator neonatal, khususnya hyperbilirubinemia pada kadar serum yang
membutuhkan transfusi penggantian, hipertensi pulmonal persisten pada bayi
yang berubungan dengan ventilasi mekanik, kondisi-kondisi yang
membutuhkan penggunaan extracorporeal membrane oxygenation (ECMO),
displasia bronchopulmonal, infeksi cytomegalovirus, dan anatomi craniofacial
(Lieu dan Champion baru-baru ini telah mengkonfirmasi hasil-hasil ini.)
Sindroma yang berkaitan dengan kehilangan pendengaran progresif, seperti
neurofibromatosis, osteopetrosis, dan Usher syndrome
Kelainan neurodegenerative, seperti Hunter syndrome, atau neuropati motorik
sensorik, seperti Friedreich ataxia dan Charcot-Marie-Tooth syndrome
Trauma kepala
12
Otitis media dengan efusi, berulang atau persisten selama paling kurang 3
bulan
Penggunaan obat-obatan ototoksik (aminoglycosida).3,5
Monitoring Intraoperative
13
Evaluasi ABR
Interval puncak gelombang I-II dan I-III dapat memberikan informasi distal dan
proksimal selama pembedahan CN VIII.
Gelombang V dan latensi interval puncak gelombang I-V dimonitor untuk melihat
adanya perubahan pada latensi dan amplitudo. Latensi gelombang I-V memberikan
informasi mengenai integritas CN VIII terhadap batang otak auditori.3
Batasan
14
Dekompresi Vascular pada neuralgia trigeminal
Seksi nervus Vestibular untuk meredakan vertigo
Eksplorasi nervus facialis untuk dekompresi nervus facialis
Dekompresi Endolymphatic sac pada Mèniére disease.3
DAFTAR PUSTAKA
15
1. Efiaty AS, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala
Leher Ed. 5, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 2003
16