Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penguapan
(Evaporasi)”. Adapun penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas KLIMATOLOGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA, FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN 2011.
Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan ini. Kami juga berharap dengan
adanya makalah ini dapat menjadi salah satu sumber literatur atau
sumber informasi pengetahuan tentang kelembaban udara.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..……………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………… ii
1. BAB I PENDAHULUAN.…………………………………… 1
1.1 Latar Belakang.............................................................1
1.2 Rumusan Masalah…………….…………………….......2
1.3 Tujuan Penulisan………………………………...….......2
1.4 Manfaat Penulisan………………………………………..3
2. BAB II PEMBAHASAN4
2.1 Definisi Evaporasi....................................................... 4
2.2 Proses yang terjadi saat Pristiwa Evaporasi............... 4
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pristiwa Evaporasi......... 7
2.4 Konsep Penting Tentang Pristiwa Evaporasi.............. 9
2.5 Perbedaan Evaporasi dengan Destilasi....................... 10
2.6 Evaporasi sebagai pembentuk dan pengendali
Cuaca......................................................................... 12
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
ii
evaporasi dalam pembuatan gula merah secara tradisional dengan
menguapkan sejumlah air dalam nira sehingga terbentuk kristal gula.
Sedangkan evaporasi vakum dengan menggunakan alat avaporator
vakum seperti dalam pembuatan susu kental manis dengan suhu yang
rendah dan diberi tekanan sehingga nutrisi dalam bahan tetap terjaga.
ii
1.4 Manfaat Penulisan
Dengan adanya penulisan makalah ini, kita dapat mengetahui tentang
peristiwa evaporasi dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi proses
terjadinya evaporasi. Dan juga kaitannya yang terjadi di kehidupan dan
khususnya di bidang klimatologi itu sendiri.
ii
BAB II
PEMBAHASAN
ii
(atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap
air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun
(precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
Berikut adalah gambar siklus hidrologi dan evaporasi sebagai bagian dari
siklus tersebut.
• Tekanan atmosfir
• Kualitas air ( laju evaporasi untuk air asin adalah kurang dari
pada untuk air tawar dan berkurang kalau berat jenisnya
meningkat )
ii
• Kelembapan , semakin kelembapan udara semakin kecil
Evaporasi
Air, baik itu yang terdapat dalam tanah maupun di laut atau yang
bersumber dari manapun dapat menguap karena adanya radiasi energi
yang bersumber dari :
• Matahari
ii
Radiasi matahari dapat memanasi udara secara intensif yang
menyebabkan udara mengembang dan naik keatas sambil membawa
molekul – moleku air. Molekul air tersebut terbawa angin dan keatas
kemudian berkumpul disuatu daerah yang dingin hingga ahirnya
terkondensasi dan terbentuklah hujan.
ii
Berbagai faktor yang menghambat dan mempercepat kecepatan
dan jumlah penguapan (Hasan, 1970), adalah:
a. Suhu Kecepatan penguapan berubah-ubah langsung terhadap
suhu air. Dengan kenaikan suhu air dan tekanan uap air,
kemampuan titik-titik air untuk menguap ke udara mengalami
kenaikan dengan cepat. Hal ini identik dengan kenyataan bahwa air
panas akan mengalami penguapan lebih cepat daripada air dingin.
ii
dari cair menjadi uap. Oleh karena panas ini hanya dipakai untuk
mempengaruhi peralihan dari cair menjadi uap, dan tidak mempunyai efek
terhadap suhu cairan maupun uapnya, maka dinamakan panas laten.
Pada waktu pengukuran evaporasi, maka kondisi atau keadaan ketika itu
harus diperhatikan, mengingat faktor itu sangat dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan. Kondisi-kondisi ini tidak merata untuk seluruh
daerah. Umpamanya, di bagian yang satu disinari matahari, di bagian
yang lain berawan. Oleh karena itu, pengukuran evaporasi harus
dilakukan untuk keseluruhan daerah tersebut, sehingga harga evaporasi
yang diperoleh tidak menyimpang (Sosrodarsono dan Takeda, 1976).
Pengukuran evaporasi biasanya menggunakan panci evaporasi yang
berdiameter 120 cm (panci klas A). Biasanya alat ini dilengkapi dengan
termometer air, cup counter anemometer, hook gauge (alat pengukur
tinggi air), still well, (tempat menempatkan hook gauge pada waktu
pengamatan) (BMG, 2006).
Banyaknya evaporasi diketahui dari air yang dituangkan hari ini ditambah
dengan curah hujan jika ada dan dikurangkan dengan air sisa keesokan
harinya. Satuan penguapan (E) adalah mm (Sosrodarsono dan
Takeda,1976).
Laju evaporasi bergantung masukan energi matahari yang diterima.
Semakin besar jumlah energi matahari yang diterima, maka semakin
banyak molekul air yang diuapkan. Secara umum, total air yang diuapkan
melalui proses evaporasi dari permukaan laut adalah sebesar 3,8 x 1020
gram, sedangkan yang diuapkan oleh evapotranpirasi dari daratan
(termasuk danau, waduk, sungai) adalah sebesar 0,6 x 1020 gram
(Lakitan, 1997).
ii
2. Evapotranspirasi, yaitu penguapan yang terajdi pad permukaan air,
tanah, maupun tumbuhan air pada suatu DAS
ii
Biasanya, dalam proses evaporasi, zat cair pekat yang dihasilkan adalah
produk dari proses evaporasi dan uapnya dikondensasi untuk kemudian
dibuang. Tetapi bisa pula sebaliknya, air yang mengandung mineral
seringkali di-evaporasi untuk mendapatkan air yang bebas zat padat
terlarut, misalnya untuk air umpan boiler, air proses atau untuk dikonsumsi
manusia. Cara seperti ini disebut destilasi air (water distillation), tetapi dari
segi teknik proses ini adalah evaporasi.
Penyelesaian terhadap masalah evaporator sangat ditentukan oleh
karakteristik cairan yang akan di-evaporasi. Berikut ini adalah beberapa
hal penting mengenai zat cair yang akan di-evaporasi.
1. Konsentras
Cairan encer yang diumpankan ke dalam evaporator mungkin cukup
encer sehingga sifat fisiknya sama dengan zat pelarutnya, misalnya air.
Akan tetapi, semakin lama konsentrasi cairan yang di-evaporasi akan
meningkat sehingga memiliki sifat tersendiri. Konsentrasi, densitas dan
viskositasnya akan meningkat dan mungkin dapat mencapai titik jenuh.
Jika cairan jenuh dipanaskan terus menerus, maka akan terjadi
pembentukan kristal dan kristal-kristal ini akan menyumbat tabung
evaporator. Titik didih cairan akan jauh meningkat bila konsentrasi zat
padat didalamnya bertambah sehingga suhu didih larutan jenuh mungkin
jauh lebih tinggi dari larutan tidak jenuh pada tekanan yang sama.
2. Pembentukan busa (foaming)
Beberapa bahan tertentu, lebih-lebih zat organik, akan membusa ketika
diuapkan. Busa yang stabil akan ikut keluar evaporator bersama uap dan
menyebabkan banyaknya bahan yang ikut terbawa dan terbuang.
ii
3. Kepekaan bahan terhadap suhu
Beberapa bahan, seperti bahan kimia farmasi dan makanan dapat rusak
bila dipanaskan walaupun dalam waktu yang singkat sehingga diperlukan
teknik khusus untuk meng-evaporasi bahan tersebut
4. Kerak
Beberapa larutan tertentu dapat menyebabkan pembentukan kerak pada
permukaan pemanasan. Hal ini menyebabkan terganggunya perpindahan
panas ke larutan. Jika kerak sudah terlalu tebal maka operasi evaporator
yang kontinyu harus dihentikan dan pembersihannya dapat memakan
biaya.
5. Bahan konstruksi
Bahan konstruksi yang digunakan untuk evaporator harus memiliki daya
hantar yang tinggi terhadap panas dan tahan terhadap bahan yang akan
di-evaporasi sehingga tidak merusak konstruksi atau mengkontaminasi
bahan yang sedang di-evaporasi.
Selain itu, banyak pula karakteristik lain yang perlu diperhatikan, antara
lain kalor spesifik, kalor konsentrasi, titik didih, titik beku, sifat racun,
bahaya ledak, radioaktivitas dan persyratan operasi steril. Oleh karena
adanya perbedaan karakteristik zat cair, maka dikembangkanlah berbagai
jenis rancang evaporator. Jenis evaporator yang dipilih utamanya
tergantung dari karakteristik zat cair yang akan diproses.
ii
sumber yang kami dapatkan iklim adalah keberaturan keadaan udara
untuk periode yang lama.
Salah satu bentuk dari cuaca adalah hujan dimana hujan terjadi
karena penguapan air (evaporasi ) , terutama air dari permukaan laut yang
merupakan sumber evaporasi terbesar pembentuk cuaca. Air tersebut
dalam bentuk molekul naik ke atmosfir dan mendingin kemudian
menyuling dan jatuh sebagian diatas laut dan sebagian diatas daratan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ii
Evaporasi merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap,
hal ini terjadi apabila air cair berhubungan dengan atmosfer yang tidak
jenuh, baik secara internal pada daun (transpirasi) maupun secara
eksternal pada permukaan-permukaan yang basah. Suatu tajuk hutan
yang lebat menaungi permukaan di bawahnya dari pengaruh radiasi
matahari dan angin yang secara drastis akan mengurangi evaporasi pada
tingkat yang lebih rendah.
3.2 Saran
ii