Você está na página 1de 51

DEMOKRASI

SESUAI DENGAN AJARAN ISLAM ?

Penulis

Syaikh Abu Muhammad ‘Ashim Al Maqdisiy

Alih Bahasa

Abu Fauzan
Tim Kajian Kitab-kitab A’immatud Da’wah Tauhid

DAFTAR ISI

1.Pengantar Penerjemah

2.Muqoddimah Penulis 6

3. Pasal Penjelasan Tentang Inti Pokok Dan Tujuan

Utama Penciptaan, Penurunan Kitab-Kitab, Dakwah

Para Rasul, Millah Ibrahim, Dan Al 'Urwatil

Wutsqa Yang Merupakan Jalan Selamat

4. Pasal Demokrasi adalah agama kafir buatan,

dan pemeluknya ada yang berstatus sebagai tuhan

yang membuat hukum serta ada yang berstatus

sebagai pengikut yang menyembah tuhan-tuhannya

itu

5. Pasal Bantahan terhadap syubhat dan kebatilan

yang membolehkan agama demokrasi

SYUBHAT PERTAMA

Jabatan Yusuf di sisi raja Mesir


SYUBHAT KEDUA

Sesungguhnya Najasyi tidak berhukum dengan

Apa yang Allah turunkan, namun demikian dia

tetap muslim

SYUBHAT KETIGA

Labelisasi demokrasi dengan nama syuraa

demi melegalkannya

SYUBHAT KEEMPAT

Keikutsertaan Nabi shallallaahu 'alaihi wa

sallam dalam hilful fudluul

SYUBHAT KELIMA

Maslahat dakwah

6. KISAH NYATA DI PARLEMEN

Ambillah pelajaran wahai orang-2 yang berakal


PENGANTAR PENERJEMAH

Segala puji hanya milik Allah subhaanahu wa ta'aala, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasul-Nya
yang mulia, para keluarganya dan sahabatnya serta orang-orang yang berada di atas jalannya hingga hari kiamat.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata dalam kitab An Nubuwwat hal 127: "Islam adalah berserah
diri kepada Allah saja tidak kepada yang lainnya, dia beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun, dia tawakkal hanya kepada-Nya saja, dia hanya takut dan mengharap kepada-Nya, dan dia
mencintai Allah dengan kecintaan yang sempurna, dia tidak mencintai makhluk seperti kecintaan dia kepada
Allah… siapa yang enggan beribadah kepada-Nya maka dia bukan muslim dan siapa yang disamping beribadah
kepada Allah dia beribadah kepada yang lain maka dia bukan orang muslim".

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitabnya Thariqul Hijratain hal 542 dalam thabaqah yang ke tujuh belas:
Islam adalah mentauhidkan Allah, beribadah kepada-Nya saja tidak ada sekutu bagi-Nya, iman kepada Allah dan
kepada Rasul-Nya, serta mengikuti apa yang dibawanya, maka bila seorang hamba tidak membawa ini berarti dia
bukan orang muslim, bila dia bukan orang kafir mu'aanid maka dia adalah orang kafir yang jahil, dan status orang-
orang ini adalah sebagai orang-orang kafir yang jahil tidak mu'aanid (membangkang), dan ketidakmembangkangan
mereka itu tidak mengeluarkan mereka dari status sebagai orang-orang kafir."

Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam Ad Durar Assaniyyah 1/113: Bila amalan kamu
seluruhnya adalah bagi Allah maka kamu muwahhid, dan bila ada sebagian yang dipalingkan kepada makhluk maka
kamu adalah musyrik".

Beliau rahimahullah juga berkata dalam Ad Durar 1/323 dan Minhajut Ta'siis hal 61: Sekedar mengucapkan
kaliamat syahadat tanpa mengetahui maknanya dan tanpa mengamalkan tuntutannya maka itu tidak membuat
mukallaf tersebut menjadi muslim, dan justeru itu menjadi hujjah atas dia……………Siapa yang bersaksi bahwa
tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan dia itu beribadah kepada yang selain Allah (pula) maka
kesaksiannya itu tidak dianggap meskipun dia itu shalat, zakat, shaum dan melaksanakan sebagian ajaran Islam."
Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad rahimahullah berkata dalam Al Qaul Al Fashl An Nafiis hal 31:
Sesungguhnya syirik itu menafikan Islam, menghancurkannya, dan mengurai tali-talinya satu demi satu, ini
berdasarkan apa yang telah dijelaskan bahwa Islam itu adalah penyerahan wajah, hati, lisan dan seluruh anggota
badan hanya kepada Allah tidak kepada yang lainnya, orang muslim itu bukanlah orang yang taqlid kepada nenek
moyangnya, guru-gurunya yang bodoh dan berjalan di belakang mereka tanpa petunjuk dan tanpa bashirah".

Syaikh Sulaiman Ibnu Abdillah Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam Taisiir Al 'Aziz Al Hamid hal 58:
Siapa yang mengucapkan kalimat ini (Laa ilaaha Illallaah) dengan mengetahui maknanya, mengamalkan
tuntutannya berupa menafikan syirik dan menetapkan wahdaniyyah hanya bagi Allah dengan disertai keyakinan
yang pasti akan kandungan maknanya dan mengamalkannya maka dia itu adalah orang muslim yang sebenarnya.
Bila dia mengamalkannya secara dhahir tanpa meyakininya maka dia munafiq, dan bila dia mengamalkan apa yang
menyalahinya berupa syirik maka dia itu kafir meskipun mengucapkannya (Laa ilaaha Illallaah)".

Beliau mengatakan juga dalam kitab yang sama: Sesungguhnya mengucapkan Laa ilaaha Illallaah tanpa disertai
pengetahuan akan maknanya dan tidak mengamalkan tuntutannya berupa iltizaam dengan tauhid dan meninggalkan
syirik serta kufur kepada thaghut maka sesungguhnya pengucapan itu tidak bermanfaat dengan ijma para ulama."

Syaikh Hamd Ibnu 'Atieq rahimahullah berkata dalam kitab Ibthalit Tandiid hal 76: Para ulama telah ijma bahwa
sesungguhnya memalingkan satu dari dua macam doa kepada selain Allah, maka dia itu adalah musyrik meskipun
dia mengucapkan Laa ilaaha Illallaah Muhammadun Rasulullah, dia shalat, shaum dan dia mengaku muslim."

Syaikh Abdullathif Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan rahimahullah mengatakan dalam kitabnya Mishbahudh dhalaam
hal 37: Siapa yang beribadah kepada selain Allah, dan menjadikan tandingan bagi Tuhan-nya, serta menyamakan
antara Dia dengan yang lainnya maka dia itu adalah musyrik yang sesat bukan muslim meskipun dia memakmurkan
lembaga-lembaga pendidikan, mengangkat para qadli, membangun mesjid, dan adzan, karena dia tidak komitmen
dengan (tauhid)nya, sedangkan mengeluarkan harta yang banyak serta berlomba-lomba dalam menampakkan syi'ar-
syi'ar amalan, maka itu tidak menyebabkan dia memiliki predikat sebagai muslim bila dia meninggalkan hakikat
Islam itu (tauhid)".

Dan beliau berkata lagi hal 328: Islam adalah komitmen dengan tauhid berlepas diri dari syirik, bersaksi akan
kerasulan Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam dan mendatangkan rukun Islam yang empat lagi".

Inilah sebagian perkataan ulama tentang Islam dan syirik. Sebelumnya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam
telah mengisyaratkan dua macam syirik yang akan melanda umat ini secara besar-besaran yaitu syirik ibadatil
autsaan (syirkul qubuur/syirik kuburan) dan syirkulluhuuq bil musyrikiin (syirkul qushuur wad dustuur/syirik
aturan). Dan kedua macam ini telah merambah di tengah-tengah umat. Syirik yang pertama adalah syirik
mutadayyiniin (syirik orang-orang yang masih rajin beribadah), ini bisa dilihat saat berjubelnya mereka di tempat-
tempat dan kuburan-kuburan keramat. Dan syirik yang kedua adalah syirik 'ilmaaniyyiin (orang-orang sekuler) dan
Islamiyyin (orang-orang yang mengaku dari jama'ah-jama'ah dakwah Islamiyyah yang dengan dalih maslahat
dakwah mereka masuk atau menggunakan sistem syirik yang ada).

Dan di antara kemusyrikan yang nyata lagi terang yang sudah merambah dan mengakar adalah demokrasi, di mana
intinya adalah yang berhak menentukan hukum dan perundang-undangan itu adalah rakyat atau mayoritas mereka
yang diwakili oleh para wakilnya, sedangkan di dalam Islam di antara hak khusus Allah adalah hukum dan tasyri'
yang bila dipalingkan kepada selain-Nya maka itu adalah syirik.

Silahkan telaahlah buku ini mudah-mudahan syubhat yang masih ada di benak anda bisa hilang dengan penjelasan
dan bayaan, akan tetapi bila ini tidak bisa memuaskan dan anda malah terus mempertahankannya maka yang bisa
memuaskan anda adalah 'adzaabunniiraan. Wallaahul musta'aan.

Abu Fauzan

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


.. ‫ و نعوذ باهلل من شرور أنفسنا و من سيئات أعمالنا من يهد هللا فهو المهتد و من يضلل فلن تجد له وليا ورشدا‬j‫إن الحمد هلل نحمده و نستعينه و نستغفره‬
‫و أشهد أن محمدا عبده ورسوله هو قائدنا و أسوتنا صلى هللا و سلم عليه وعلى آله و‬....‫وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له هو حسبنا ونعم الوكيل‬
‫وبعد‬...‫أصحابه و أتباعه إلى يوم الدين‬:

Ini adalah lembaran-lembaran yang telah saya tulis dengan singkat sebelum menjelang tibanya masa pemilihan para
anggota parlemen (majlis/dewan perwakilan rakyat) yang syirik itu. Dan parlemen (dewan/majlis) itu ada setelah
manusia terfitnah (terpedaya) dengan fitnah demokrasi dan adanya pembelaan secara mati-matian yang dilakukan
oleh para penghusungnya dari kalangan thaghut-thaghut yang di mana mereka itu sudah lepas dari ikatan Islam, atau
bahkan dibela oleh sebagian kalangan yang katanya ahli agama dan sebagai juru dakwah1…,mereka kaburkan
kebatilan dengan kebenaran, terkadang mereka menamakan demokrasi ini sebagai kebebasan, terkadang juga
mereka menamakannya sebagai syuraa (musyawarah),2 terkadang mereka berdalih dengan jabatan Yusuf
'alaihissalam di sisi rajanya, terkadang mereka berdalih juga dengan kekuasaan Najasyi… dan terkadang berdalih
dengan dalih maslahat3 dan istihsan (anggapan baik)…dengan dalih-dalih itu mereka mengaburkan kebenaran
dengan kebatilan di hadapan orang-orang bodoh (awam), dan mencampuradukan cahaya dengan kegelapan, syirik
dengan tauhid dan Islam.4

Syubhat-syubhat itu dengan taufiq Allah telah kami bantah, dan kami juga telah menjelaskan bahwa demokrasi itu
adalah agama baru di luar agama Allah dan ajaran yang bersebrangan dengan tauhid, dan kami juga telah
menegaskan bahwa majlis-majlis perwakilannya itu tidak lain kecuali adalah lembaga kemusyrikan dan sarang bagi
paganisme yang wajib dijauhi demi merealisasikan tauhid yang merupakan kewajiban hamba terhadap Allah,
bahkan wajib berusaha untuk menghancurkan (sarang dan lembaga kemusyrikan) itu, memusuhi orang-orangnya,
membencinya, dan memeranginya. Dan hal ini semua bukanlah masalah ijtihadiyyah sebagaimana yang sering
didengungkan oleh sebagian orang yang suka mengkaburkan kebenaran5…,akan tetapi ini adalah kemusyrikan yang
jelas lagi terang dan kekafiran yang nampak lagi tidak diragukan yang telah Allah subhaanahu wa ta'aala hati-
hatikan darinya di dalam Al Qur'an, dan telah diperangi oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam selama
hidupnya.

Wahai muwahhid berusahalah engkau untuk menjadi bagian dari para pengikut Muhammad shallallaahu 'alaihi wa
sallam dan para penolong (agama)nya yang selalu memerangi kemusyrikan dan para pemeluknya. Bersegeralah
engkau pada saat keterasingan ini untuk bergabung dengan rombongan kelompok yang selalu menegakan dinullah
subhaanahu wa ta'aala yang telah bersabda Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam tentang kelompok itu: Akan
senantiasa ada sekelompok dari umatku ini mereka menegakan perintah Allah, orang-orang yang mengucilkan dan
menyelisihi mereka tidak membuat mereka gentar hingga datang ketentuan Allah," semoga Allah menjadikan saya
dan engkau termasuk kolompok itu. Dan segala puji di awal dan di akhir adalah hanya milik Allah.

Ditulis oleh:

Abu Muhammad 'Ashim Al Maqdisiy

PASAL

PENJELASAN TENTANG INTI POKOK DAN TUJUAN UTAMA PENCIPTAAN, PENURUNAN KITAB-
KITAB, DAKWAH PARA RASUL, MILLAH IBRAHIM, DAN AL 'URWATIL WUTSQA YANG
MERUPAKAN JALAN SELAMAT

Ketahuilah wahai saudaraku semoga Allah ta'alaa merahmatimu sesungguhnya kepala segala urusan, intinya, dan
tiangnya, serta sesuatu yang paling pertama kali Allah fardlukan atas anak Adam untuk mempelajarinya dan
mengamalkannya sebelum shalat, zakat, serta ibadah-ibadah lainnya adalah kafir kepada thaghut dan menjauhinya,
serta memurnikan tauhid hanya kepada Allah subhaanahu wa ta'aala saja. Karena untuk tujuan itu maka Allah
menciptakan makhluk-Nya, mengutus rasul-rasul-Nya, menurunkan kitab-kitab-Nya, serta Allah mensyari'atkan
jihad dan mati syahid (istisyhad)…… dan karenanya terjadilah pertikaian antara auliyaaurrahman dengan
auliyaausysyaithan, serta untuk mencapai hal itu berdirilah daulah Islamiyyah dan khilafah rasyidah… Allah
subhaanahu wa ta'aala berfirman:

‫و ما خلقت الجن و اإلنس إال ليعبدون‬

Dan Aku tidak menciptakan jin lagi manusia melainkan supaya mereka menyembahku. (Adzdzriyaat : 56)

Yaitu untuk supaya kalia beribadah kepada-Ku saja. Dan firman-Nya subhaanahu wa ta'aala:

َ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِ ْي ُكلِّ أُ َّم ٍة َرسُوْ الً أَ ِن ا ْعبُدُوا هللاَ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغوْ ت‬

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja),
dan jauhilah Thaghut itu,”(An Nahl : 36)

Dan hal ini adalah ikatan paling agung dari ikatan-ikatan Islam. Dakwah, jihad, shalat, shaum, zakat, dan haji tidak
mungkin diterima tanpa hal di atas itu. Orang tidak mungkin selamat dari api neraka tanpa berpegang erat
terhadapnya, karena hal itu (kufur kepada thaghut dan iman kepada Allah) adalah satu-satunya ikatan yang telah
dijamin oleh Allah bahwa itu tidak mungkin lepas…… adapun selain itu berupa ikatan-ikatan agama dan syari'at-
syari'atnya, maka itu tidak cukup dengan sendirinya untuk bisa menyelamatkan tanpa adanya al 'urwatul wutsqa……
Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman:

َ ِ‫ت َوي ُْؤ ِم ْن بِاهللِ فَقَ ِد ا ْستَ ْمسَكَ بِ ْالعُرْ َو ِة ْال ُو ْثقَى الَ ا ْنف‬
‫صا َم لَهَا َوهللاُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬ ِ ْ‫قد تبين الرشد من الغي فَ َم ْن يَ ْكفُرْ بِالطَّا ُغو‬

“Telah jelas rusydu dari ghayy, karena itu barangsiapa ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus”(Al Baqarah : 256)

Dan firman-Nya subhaanahu wa ta'aala:

‫والذين اجتنبوا الطاغوت أن يعبدوها و أنابوا إلى هللا لهم البشرى فبشر عباد‬

Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka
berita gembira, sebab itu sampaikan berita itu kepada hamba-hamba-Ku.(Az Zumar: 17)

Perhatikanlah dalam ayat-ayat itu, bagaimana Allah mendahulukan penyebutan kufur kepada thaghut dan
menjauhinya atas iman kepada Allah dan inabah kepada-Nya subhaanahu wa ta'aala…… ini sama persis dengan
pengedepanan nafyu atas itsbat dalam kalimah tauhid Laa ilaaha Illallaah…… ini dilakukan tidak lain kecuali untuk
mengingatkan terhadap rukun yang sangat agung dari al 'urwatul wutsqa, sehingga tidak sah keimanan kepada Allah
dan tidak bermanfaat kecuali bila didahului dengan kufur kepada thaghut.

Thaghut yang wajib engkau kafir kepadanya dan menjauhi dari mengibadatinya supaya engkau bisa berpegang
kepada tali penyelamat yang sangat kokoh bukanlah hanya terbatas kepada batu, patung, pohon, kuburan yang
disembah dengan sujud, rukuk, permohonan, nadzar, atau thawaf saja……akan tetapi lebih luas cakupannya dari itu
semua… sehingga mencakup:(Segala sesuatu yang disembah selain Allah subhaanahu wa ta'aala dengan bentuk
ibadah apa saja sedang dia tidak mengingkarinya).6
Thaghut itu diambil dari kosa kata thughyaan yang maknanya adalah melampaui batas makhluk yang telah Allah
batasi tujuan penciptaannya. Sedangkan ibadah itu adalah bermacam-macam, sebagaimana sujud, rukuk, doa,
nadzar, dan penyembelihan adalah ibadah, maka begitu juga taat dalam tasyri' (pembuatan hukum/aturan/undang-
undang) adalah ibadah juga…… Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman tentang orang-orang nasrani:

‫اتخذوا أحبارهم و رهبانهم أربابا من دون هللا‬

Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah.7(At-Taubah : 31)

Sedangkan orang-orang nasrani itu tidak pernah sujud atau rukuk terhadap para ulama mereka…… akan tetapi
mereka mentaati para ulama itu dalam penghalalan yang haram dan dalam pengharaman yang halal, serta sepakat
dengan mereka atas hal itu, maka Allah menjadikan perlakuan mereka itu sebagai bentuk menjadikan para ulama
dan pendeta sebagai arbaab (tuhan)…… karena taat dalam tasyri' itu adalah ibadah yang tidak boleh dipalingkan
kepada selain Allah…… sehingga bila seseorang memalingkannya kepada selain Allah subhaanahu wa ta'aala
meskipun dalam satu hukum saja maka dia itu menjadi orang musyrik…

Dan hal ini dibuktikan secara gamblang dengan munaadharah (perdebatan) yang pernah terjadi pada zaman Nabi
shallallaahu 'alaihi wa sallam antara auliyaaurrahman dengan auliyaausysyaithan tentang masalah bangkai dan
pengharamannya, dimana orang-orang musyrik berusaha meyakinkan kaum muslimin bahwa tidak ada perbedaan
antara kambing yang disembelih oleh kaum muslimin dengan kambing yang mati sendiri dengan dalih dan syubhat
bahwa bangkai itu tidak lain adalah sembelihan Allah subhaanahu wa ta'aala, maka Allah menurunkan keputusan-
Nya tentang kejadian ini dari atas langit yang ketujuh, Dia berfirman:

‫وإن أطعتموهم إنكم لمشركون‬

Dan bila kalian mentaati mereka maka sungguh kalian adalah orang-orang musyrik.8(Al-An’am : 121)

Termasuk kategori thaghut adalah setiap orang yang memposisikan dirinya sebagai musyarri' (pembuat hukum dan
perundang-undangan) bersama Allah, baik dia itu sebagai pemimpin atau rakyat, baik dia itu sebagai wakil rakyat
dalam lembaga legislatif atau orang yang diwakilinya dari kalangan orang-orang yang memilihnya (ikut pemilu)
…… karena dia dengan perbuatan itu telah melampaui batas yang telah Allah subhaanahu wa ta'aala ciptakan
baginya, sebab dia itu diciptakan sebagai hamba Allah, dan Tuhannya memerintahkan dia untuk tunduk berserah diri
kepada syari'at-Nya, namun dia enggan, menyombongkan diri, dan melampaui batas-batas Allah subhaanahu wa
ta'aala, dia justru ingin menjadikan dirinya sebagai tandingan bagi Allah dan menyekutui-Nya dalam wewenang
tasyri' (penetapan hukum dan perundang-undangan) yang padahal hal itu tidak boleh dipalingkan kepada selain
Allah subhaanahu wa ta'aala ……… dan barangsiapa melakukan hal itu maka dia telah menjadikan dirinya sebagai
ilaah musyarri' (tuhan yang membuat hukum), sedangkan orang seperti tidak diragukan lagi merupakan bagian dari
ru'uusuththawaghiit (pentolan-pentolan thaghut) yang di mana tauhid dan Islam seseorang tidak sah sehingga dia
kafir kepada thaghut itu, menjauhinya, serta bara'ah (berlepas diri) dari para penyembahnya dan dari para bala
tentaranya….

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman:

‫ت َوقَ ْد أُ ِمرُوا أَ ْن يَ ْكفُرُوا بِ ِه‬


ِ ‫ي ُِري ُدونَ أَ ْن يَت ََحا َك ُموا إِلَى الطَّا ُغو‬

Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. ." (Qs: An-
Nisaa': 60)

Mujahid berkata: Thaghut adalah setan berbentuk manusia yang di mana manusia merujuk hukum kepadanya,
sedangkan dia adalah yang memegang kendali mereka.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: Oleh sebab itu orang yang memutuskan hukum dengan selain
Kitabullah yang dimana dia itu menjadi rujukan hukum dia itu dinamakan thaghut.9
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: Thaghut adalah segala sesuatu yang dilampaui batasnya oleh si hamba, baik dia
itu yang disembah, atau yang diikuti, atau yang ditaati, sehingga thaghut setiap kaum adalah orang yang mereka
jadikan sebagai rujukan hukum selain Allah dan Rasul-Nya, atau yang mereka sembah selain Allah, atau yang
mereka ikuti tanpa ada landasan dalil dari Allah, atau orang yang mereka taati dalam hal yang tidak mereka ketahui
bahwa itu adalah bentuk ketaatan kepada Allah.

Beliau berkata lagi: Siapa yang merujuk hukum atau mengadukan perkara hukum kepada selain apa yang telah
dibawa oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam maka berarti dia itu telah merujuk hukum dan mengadukan
perkara hukum kepada thaghut.10

Dan di antara macam thaghut yang disembah selain Allah subhaanahu wa ta'aala pada zaman sekarang, dan yang
menjadi kewajiban atas setiap muwahhid untuk kafir kepadanya dan berlepas diri darinya serta dari para
pengikutnya supaya dia bisa berpegang kepada al 'urwatul wutsqa dan selamat dari api neraka adalah tuhan-tuhan
yang palsu dan arbaab yang dipertuhankan yang telah dijadikan oleh banyak manusia sebagai syurakaa musyarri'iin
(sekutu-sekutu yang membuat hukum dan perundang-undangan) selain Allah subhaanahu wa ta'aala ….

‫ِّين َما لَ ْم يَأْ َذ ْن بِ ِه هَّللا ُ ولوال كلمة الفصل لقضي بينهم‬


ِ ‫أَ ْم لَهُ ْم ُش َركَا ُء ش ََرعُوا لَهُ ْم ِمنَ الد‬

"Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak
diizinkan Allah? Sekiranya tidak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. "
(Qs: Asy-Syuura: 21)

Ini karena mereka mengikuti mereka dalam rangka menjadikan tasyri' (membuat hukum dan undang-undang)
sebagai wewenang dan hak/tugas mereka dan parlemen mereka, dan lembaga-lembaga hukum mereka, baik yang
bersifat internasional, regional, ataupun yang nasional (lokal)…dan mereka tegas-tegasan menuangkan hak
wewenang itu dalam undang-undang dan peraturan mereka, dan hal itu adalah sesuatu yang sudah dikenal lagi
masyhur di kalangan mereka11 sehingga dengan sebab itu mereka menjadi arbaab (tuhan) bagi orang-orang yang
mentaatinya, mengikutinya, dan yang sepakat bersama mereka atas kekafiran dan kemusyrikan yang terang ini,
sebagaimana yang telah Allah voniskan terhadap orang-orang nasrani tatkala mereka mengikuti para ulama dan para
pendeta mereka dalam hal seperti itu…bahkan keadaan mereka (para anggota parlemen dan yang sejalan
dengannya) lebih jahat dan lebih busuk, karena sesungguhnya para ulama nasrani melakukannya dan bersekongkol
di atas hal itu tanpa menjadikannya sebagai qanuun (undang-undang dasar), tanpa menyusunnya sedemikian rupa,
dan tanpa membukukannya menjadi kitab undang-undang hukum yang bila ada yang menyalahinya atau mencelanya
dikenakan hukuman, serta menjadikannya sebagai tandingan Kitab Allah, bahkan menjadikannya lebih tinggi dari
Kitabullah, sebagaimana halnya keadaan mereka (para anggota parlemen/ majelis/dewan perwakilan rakyat dan para
penghusungnya).

Bila engkau telah paham ini, maka ketahuilah sesungguhnya derajat teragung dalam berpegang teguh akan al
'urwatul wutsqa serta tingkatan tertinggi dalam kafir terhadap thaghut adalah jihad (yang merupakan puncak Islam)
memerangi sistem ini dan memerangi para penghusungnya dan para pengikutnya, berupaya untuk
menghancurkannya, serta berusaha mengeluarkan manusia dari penghambaan terhadapnya kepada penghambaan
terhadap Allah subhaanahu wa ta'aala saja. Dan di antara bentuk jihad ini adalah menyebarkan dengan gencar
kebenaran ini secara terang-terangan dan meneriakannya sebagaimana yang telah dilakoni dan dijalani oleh para
nabi, jalan yang telah Allah subhaanahu wa ta'aala jelaskan kepada kita dengan penjelasan yang sangat gamblang
tatkala Allah memerintahkan kita untuk mengikuti millah Ibrahim dan dakwahnya, Dia berfirman:

َ ‫َت لَ ُك ْم أُس َْوةٌ َح َسنَةٌ فِ ْي إِب َْرا ِه ْي َم َوالَّ ِذيْنَ َم َعهَ إِ ْذ قَالُوْ ا لِقَوْ ِم ِه ْم إِنَّا ب َُرآ ُء ِم ْن ُك ْم َو ِم َّما تَ ْعبُ ُدوْ نَ ِم ْن ُدوْ ِن هللاِ َكفَرْ نَا بِ ُك ْم َوبَدَا بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ ُك ُم ْال َعدَا َوةُ َو ْالبَ ْغ‬
‫ضا ُء أَبَدًا‬ ْ ‫قَ ْد كَان‬
‫َحتَّى تُ ْؤ ِمنُوْ ا بِاهللِ َوحْ دَه‬

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan
dia12; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang
kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan
kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja,”(Al Mumtahanah: 4)
Firman-Nya: Badaa artinya adalah nampak dan jelas…

Perhatikan ungkapan permusuhan yang didahulukan terhadap kebencian, karena sesungguhnya permusuhan adalah
yang paling penting, sebab terkadang ada orang yang membenci para auliyaa (penghusung) thaghut, namun dia tidak
memusuhi mereka, maka dengan demikian orang itu tidak merealisasikan kewajiban dia sehingga dia melakukan
permusuhan dan kebencian terhadap mereka.

Dan coba perhatikan, bagaimana Allah menyebutkan terlebih dahulu bara'ah (berlepas diri) mereka dari kaum
musyrikin itu sebelum penyebutan bara'ah mereka dari apa yang mereka sembah, ini dikarenakan yang pertama
lebih utama daripada yang kedua, dan ini disebabkan karena sesungguhnya banyak sekali manusia yang bara'ah
(berlepas diri) dari berhala, thaghut-thaghut, dasaatiir (peraturan-peraturan), qawaaniin (undang-undang), dan
agama-agama yang batil, namun mereka tidak berlepas diri dari para penyembahnya, para penghusungnya, serta bala
tentaranya, maka berarti dia itu tidak merealisasikan kewajiban13. Akan tetapi bila dia berlepas diri dari para
penyembahnya yang musyrik itu maka secara otomatis mengharuskan dia untuk bara'ah dari hal-hal yang
disembahnya, dan dari ajarannya yang batil.14

Adapun tingkatan kewajiban yang paling rendah yang harus direalisasikan oleh setiap mukallaf, dan dia tidak
mungkin selamat (dari siksa kekal api neraka) kecuali dengannya, hal itu adalah menjauhi thaghut dan tidak
menyembahnya, atau (tidak) mengikutinya di atas kemusyrikan dan kebatilannya. Allah subhaanahu wa ta'aala
berfirman:

َ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِ ْي ُكلِّ أُ َّم ٍة َرسُوْ الً أَ ِن ا ْعبُدُوا هللاَ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغوْ ت‬

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja),
dan jauhilah Thaghut itu,”(An Nahl : 36)

Dan firman-Nya subhaanahu wa ta'aala:

‫واجتنبوا الرجس من األوثان‬

Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu" Al Hajj: 30.

Dan firman-Nya subhaanahu wa ta'aala:

‫واجنبني وبني أن نعبد األصنام‬

Dan jauhkanlah aku berserta anak-cucuku dari menyembah berhala-berhala" Ibrahim : 35.

Dan hal ini bila tidak direalisasikan oleh seseorang di dunia ini yaitu dia menjauhi thaghut, dan menjauhi ibadah
kepadanya atau mengikutinya sekarang di dunia, maka di akhirat dia pasti berada dalam jajaran golongan yang
merugi…saat itu amalan-amalan agama yang dia amalkan tidak bermanfaat dan tidak berguna sedikitpun bila dia di
dunia menyepelekan pokok yang paling mendasar tersebut. Dia akan menyesal saat penyesalan sudah tidak berguna
lagi, dia akan berangan-angan untuk bisa dikembalikan ke dunia ini supaya bisa merealisasikan rukun yang maha
agung ini dan agar bisa memegang teguh al 'urwatul wutsqa, serta mengikuti millah yang maha agung ini. Allah
subhaanahu wa ta'aala berfirman:

‫ وقال الذين اتبعوا لو أن لنا كرة فنتبرأ منهم كما تبرءوا منا كذلك يريهم هللا‬. ‫ بهم األسباب‬j‫إذ تبرأ الذين اتبعوا من الذين اتبعوا و رأوا العذاب وتقطعت‬
‫أعمالهم حسرات عليهم وما هم بخارجبن من النار‬

(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya dan mereka melihat
siksa dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang
mengikuti" Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana
mereka berlepas diri dari kami". Demikian Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi
sesalan bagi mereka, dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. Al Baqarah: 166-167.

Akan tetapi mana mungkin itu bisa terjadi, kesempatan telah tiada, dan tidak mungkin bisa kembali ke dunia. Bila
engkau hai hamba Allah ingin selamat dan mengharap rahmat Tuhan-mu yang telah Dia tetapkan bagi hamba-
hamba-Nya yang bertaqwa, maka jauhilah thaghut-thaghut itu semuanya, dan hindari kemusyrikan mereka itu
sekarang juga, karena sesungguhnya tidak ada yang bisa menjauhi mereka di hari kiamat dan tidak bisa selamat dari
tempat kembali mereka di akhirat kecuali orang yang meninggalkan dan menjauhi mereka di dunia ini. Adapun
orang yang ridla dengan dien mereka yang bathil dan mengikutinya di atas kebatilannya maka sesungguhnya di hari
kiamat ada penyeru yang menyerukan: (Siapa yang menyembah sesuatu maka hendaklah dia mengikutinya," maka
yang dahulunya menyembah matahari diapun mengikuti matahari, orang yang dahulunya menyembah bulan diapun
mengikuti bulan, dan orang yang dahulunya menyembah thaghut maka diapun mengikuti thaghut….) hingga
perkataannya dalam hadits tentang orang-orang mukmin saat dikatakan kepada mereka: (Apa yang membuat kalian
tertahan sedangkan orang-orang sudah pergi? Maka mereka mengatakan: Faaraqnaahum wa nahnu ahwaju minnaa
ilaihi al yaum, dan sesungguhnya kami mendengar penyeru yang menyerukan: Hendaklah setiap kaum bergabung
dengan apa yang pernah mereka sembah, sedangkan kami hanyalah menunggu Rab kami."15

Perhatikan ungkapan kaum mukminin: (Faraqnaahum wa nahnu ahwaju minnaa ilaihi) yaitu kami telah
meninggalkan mereka di dunia… sedangkan kami sangat membutuhkan kepada dirham, dan dinar serta kedudukan
mereka di dunia…maka bagaimana kami tidak meninggalkan mereka itu di hari yang sangat agung ini. Di dalam
hadits ini ada penjelasan sebagian rambu-rambu perjalan…. Dan di antaranya adalah firman Allah subhaanahu wa
ta'aala:

‫احشروا الذين ظلموا وأزواجهم وما كانوا يعبدون‬

(Kepada malaikat diperintahkan):"Kumpulkanlah orang-orang yang dhalim beserta teman sejawat mereka dan
sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah.Ash Shaffat: 22

Ajwaajahum adalah sejawat mereka, teman-teman mereka, kelompok mereka, dan para pendukung mereka di atas
kebatilannya, kemudian Allah subhaanahu wa ta'aala mengatakan:

‫فإنهم يومئذ في العذاب مشتركون إنا كذلك نفعل بالمجرمين إنهم كانوا إذا قيل لهم ال إله إال هللا يستكبرون‬

Maka sesungguhnya mereka pada hari itu bersama-sama dalam adzab. Sesungguhnya demikianlah Kami berbuat
terhadap orang-orang yang berbuat jahat. Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka" Laa
ilaaha Illallaah" mereka menyombongkan diri."Ash Shaffat: 33-35.

Janganlah kamu wahai hamba Allah sekali-kali berpaling dari kalimah tauhid, dan menyepelekan dalam menetapkan
apa yang ditetapkan oleh kalimat itu serta (menyepelekan) dalam menafikan apa yang dinafikan oleh kalimat itu.
Janganlah kamu sekali-kali menyombongkan diri dari mengikuti kebenaran, serta janganlah kamu bersikeras untuk
tetap membela thaghut, maka berarti kamu pasti bakal binasa bersama orang-orang yang binasa dan kamu menyertai
ke dalam tempat kembali mereka.

Kemudian ketahuilah sesungguhnya Allah telah menjamin tauhid yang murni ini serta pokok yang paling inti ini,
yaitu dinul Islam. Allah telah memilihkannya bagi hamba-hamba-Nya yang bertauhid, siapa orang yang datang
membawa tauhid maka diterimalah semua amalannya, dan barangsiapa membawa ajaran selainnya maka Allah
menolaknya dan dia tergolong orang yang rugi…Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman:

‫ يا بني إن هللا اصطفى لكم الدين فال تموتن إال و أنتم مسلمون‬j‫ووصى بها إبراهيم بنيه ويعقوب‬

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata)"Hai
anak-anakku sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kami mati kecuali dalam
memeluk agama Islam."Al Baqarah: 132.
Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman:

‫إن الدين عند هللا اإلسالم‬

Sesungguhnya agama (yang diridlai) di sisi Allah hanyalah Islam." Ali Imran: 19.

Dan firman-Nya subhaanahu wa ta'aala:

‫ومن يبتغ غبر اإلسالم دينا فلن يقبل منه وهو في اآلخرة من الخاسرين‬

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya dan
di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi. Ali Imran 85.

Janganlah kamu membatasi kata agama itu hanya pada kristen, yahudi dan yang lainnya… sehingga kamu justeru
mengikuti agama-agama lain yang sesat, maka kamupun tersesat. (Ketahuilah) sesungguhnya kata agama (dien) itu
mencakup segala paham (millah), jalan hidup (manhaj), atau aturan hukum, atau undang-undang yang dijadikan
rujukan oleh umat manusia dan mereka merujuk kepadanya. Sesungguhnya semua itu adalah agama-agama yang
kamu wajib bara'ah darinya, menjauhinya, serta kafir terhadapnya, dan menjauhi orang-orangnya….kecuali millah
tauhid dan dinul Islam. Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman seraya memerintahkan kita untuk mengatakan kepada
seluruh orang-orang kafir dengan berbagai macam ajaran dan agamanya:

‫ لكم دينكم ولي دين‬. ‫ وال أنتم عابدون ما أعبد‬. ‫ وال أنا عابد ما عبدتم‬. ‫ وال أنتم عابدون ما أعبد‬. ‫ ال أعبد ما تعبدون‬. ‫ قل يا أيها الكافرون‬.

Katakan:"Hai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah
Tuhan Yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak
pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku. Al
Kafirun.

Setiap agama/ajaran dari agama-agama kekufuran telah menghimpun aturan dan jalan hidup yang bersebrangan lagi
bertentangan dengan dienul Islam. Aturan itu adalah agama yang mereka ridlai, sehingga mencakup di dalamnya:
Komunis, Sosialis, Sekuler, Bath dan aliran dan paham baru lainnya yang diada-adakan oleh manusia dengan
pemikirannya yang rendah serta mereka rela untuk dijadikannya sebagai jalan hidup mereka. Dan di antara paham
itu adalah apa yang dinamakan Demokrasi. Sesungguhnya demokrasi adalah satu agama di luar agama Allah
subhaanahu wa ta'aala. Berikutnya silahkan engkau baca penjelasan singkat tentang kesesatan agama baru ini yang
telah membuat banyak manusia tertipu dengannya, bahkan banyak dari kalangan yang mengaku Islam, supaya
engkau mengetahui bahwa agama baru ini adalah bukan millah tauhid dan justru merupakan salah satu jalan dari
jalan-jalan yang menyimpang yang di mana di setiap persimpangan jalan itu ada setan yang mengajak untuk masuk
ke neraka, maka seharusnya engkau menjauhinya dan mengajak orang lain untuk menjauhinya. Hal itu merupakan:

Peringatan bagi kaum mukminin.

Pengingat bagi orang-orang yang lalai

Sebagai penegakan hujjah atas orang-orang yang mu'aanid (membangkang).

Serta sebagai alasanmu di hadapan Rabbul 'Alamiin.

PASAL
Demokrasi adalah agama kafir buatan, dan pemeluknya ada yang berstatus sebagai tuhan yang membuat hukum
serta ada yang berstatus sebagai pengikut yang menyembah tuhan-tuhannya itu.

Ketahuilah sesungguhnya kata demokrasi yang busuk ini di ambil dari bahasa Yunani bukan dari bahasa Arab. Kata
ini merupakan ringkasan dari gabungan dua kata: (Demos) yang berarti rakyat dan (kratos) yang berarti hukum atau
kekuasaan atau wewenang membuat aturan (tasyrii'). Jadi terjemahan harfiyyah dari kata demokrasi adalah: Hukum
rakyat, atau kekuasaan rakyat atau tasyri' rakyat.

Dan makna itu merupakan makna demokrasi yang paling esensial menurut para penghusungnya. Karena makna
inilah mereka selalu bangga dengan memujinya, padahal makna ini (hukum, tasyri' dan kekuasaan rakyat) wahai
saudaraku muwahhid pada waktu yang bersamaan merupakan salah satu dari sekian ciri khusus kekafiran,
kemusyrikan serta kebatilan yang sangat bertentangan dan bersebrangan dengan dienul Islam dan millatuttauhid,
karena engkau telah mengetahui dari uraian sebelumnya bahwa inti dari segala inti yang karenanya Allah
menciptakan makhluk-Nya, dan menurunkan Kitab-Kitab-Nya serta mengutus Rasul-Rasul-Nya, dan yang
merupakan ikatan yang paling agung di dalam Islam ini, yaitu adalah tauhidul ibadah kepada Allah subhaanahu wa
ta'aala saja dan menjauhi ibadah kepada selain-Nya. Dan karena sesungguhnya taat dalam tasyri' merupakan bagian
dari ibadah yang wajib hanya ditujukan kepada Allah semata, dan kalau seandainya orang tidak merealisasikannya
maka dia itu menjadi orang musyrik yang digiring bersama orang-orang yang binasa.

Ciri khusus ini sama saja baik diterapkan dalam demokrasi sesuai dengan ajaran demokrasi itu yang sebenarnya,
sehingga keputusan (hukum) yang dirujuk itu adalah diserahkan kepada seluruh rakyat atau mayoritas mereka, 16
sebagaimana yang menjadi impian tertinggi para demokrat dari kalangan orang-orang sekuler atau orang-orang yang
mengaku Islam….atau hal itu (ciri khusus demokrasi) diterapkan seperti yang ada pada kenyataannya sekarang, di
mana demokrasi itu (pada prakteknya) adalah keputusan (hukum) segolongan para penguasa dan kroni-kroninya dari
kalangan keluarga dekatnya, atau para pengusaha besar dan konglomerat yang di mana mereka menguasai modal-
modal usaha dan sarana-sarana informasi yang dengan perantaraannya mereka bisa mendapatkan kursi atau
memberikan kursi parlemen (yang merupakan sarang kemusyrikan) kepada orang-orang yang mereka sukai,
sebagaimana tuhan mereka (sang raja atau amir (presiden)) bisa kapan saja dan bagaimana saja alasannya
membubarkan dan memberlangsungkan majelis (syirik) itu.

Jadi demokrasi dengan sisi mana saja dari kedua sisi (praktek) itu merupakan kekafiran terhadap Allah Yang Maha
Agung, dan syirik terhadap Rab langit dan bumi, serta bertentangan dengan millatuttauhid dan dien para Rasul,
berdasarkan alasan-alasan yang banyak, di antaranya:

1. Sesungguhnya demokrasi adalah tasyrii'ul jamaahiir (penyandaran wewenang hukum kepada rakyat/atau
mayoritasnya) atau hukum thaghut, dan bukan hukum Allah subhaanahu wa ta'aala, sedangkan Allah
subhaanahu wa ta'aala memerintahkan Nabi-Nya untuk menghukumi sesuai dengan apa yang telah Dia
turunkan kepadanya, serta Dia melarangnya dari mengikuti keinginan umat, atau mayoritas orang atau
rakyat, Dia menghati-hatikan Nabi-Nya agar jangan sampai mereka memalingkan dia dari apa yang telah
Allah turunkan kepadanya, Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman:

َ‫ْض َما أَ ْنزَ َل هَّللا ُ إِلَيْك‬


ِ ‫م ِب َما أَ ْنزَ َل هَّللا ُ َوالَ تَتَّ ِب ْع أَ ْه َوا َءهُ ْم َواحْ َذرْ هُ ْم أَ ْن يَ ْف ِتنُوكَ ع َْن بَع‬jْ ُ‫َوأَ ِن احْ ُك ْم بَ ْينَه‬

"”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.”” (Qs: Al-Maaidah:49).

Ini dalam ajaran tauhid dan dinul Islam.

Adapun dalam agama demokrasi ada ajaran syirik, maka para penyembahnya berkata: Dan hendaklah kamu
memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diinginkan rakyat, dan ikutilah keinginan mereka. Dan
berhati-hatilah kamu jangan sampai kamu dipalingkan dari apa yang mereka inginkan dan mereka tetapkan
hukumnya." Begitulah mereka katakan dan inilah yang diajarkan dan ditetapkan oleh agama demokrasi. Ini
merupakan kekafiran yang jelas dan kemusyrikan yang terang bila mereka menerapkannya, 17 namun demikian
sesungguhnya kenyataan mereka lebih busuk dari itu, sebab bila seseorang mau mengatakan tentang keadaan
praktek mereka tentu dia pasti mengatakan: Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut
apa yang diinginkan oleh para thaghut dan kroni-kroninya, dan janganlah satu hukum dan satu undang-undang
dibuat kecuali setelah ada pengesahan dan persetujuannya…!!!

Sungguh ini adalah kesesatan yang terang lagi nyata, bahkan penyekutuan (Khalik) dengan hamba secara aniaya.

2. Karena sesungguhnya itu adalah hukum rakyat atau thaghut yang sesuai dengan undang-undang dasar,
bukan yang sesuai dengan syari'at Allah subhaanahu wa ta'aala. Begitulah yang ditegaskan oleh undang-
undang dasar dan buku-buku panduan18 mereka yang mereka sakralkan dan mereka sucikan lebih dari
pensucian mereka terhadap Al Qur'an dengan bukti bahwa hukum undang-undang itu lebih didahulukan
terhadap hukum dan syari'at Al Qur'an lagi mendiktenya. Rakyat dalam agama demokrasi, hukum dan
perundang-undangan yang mereka buat tidak bisa diterima – bila memang mereka memutuskan – kecuali
bila keputusan itu berdasarkan nash-nash undang-undang dasar dan sesuai dengan materi-materinya, karena
undang-undang itu adalah bapak segala peraturan dan perundang-undangan serta kitab hukumnya yang
mereka jungjung tinggi……19. Dalam agama demokrasi ini ayat-ayat Al Qur'an atau hadits-hadits
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak begitu dianggap, dan tidak mungkin suatu hukum atau
undang-undang ditetapkan sesuai dengan ayat atau hadits kecuali bila hal itu sejalan dengan nash-nash
undang-undang dasar yang mereka jungjung tinggi… silahkan engkau tanyakan hal itu kepada para pakar
hukum dan perundang-undangan bila engkau masih ragu tentangnya!! Sedangkan Allah subhaanahu wa
ta'aala berfirman:

ً‫اآلخ ِر َذ ِلكَ خَ ْي ٌر َوأَحْ َسنُ تَأْ ِويال‬


ِ ‫ُول إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمنُونَ ِباهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم‬
ِ ‫َي ٍء فَ ُردُّوهُ إِلَى هَّللا ِ َوال َّرس‬
ْ ‫فَإِ ْن تَنَازَ ْعتُ ْم ِفي ش‬

"Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (Qs: An-Nisaa': 59)

Padahal agama demokrasi mengatakan: Bila kalian berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikan kepada
rakyat, majlis perwakilannya, dan rajanya sesuai dengan undang-undang dasar dan aturan yang berlaku di bumi
ini."

Enyahlah kalian dan enyah pula apa yang kalian sembah selain Allah, kenapa kalian tidak berpikir.20

Oleh sebab itu bila mayoritas rakyat menghendaki penerapan hukum syari'at lewat jalur agama demokrasi ini dan
lewat lembaga legislatif yang syirik ini, maka itu tidak bisa terealisasi – ini bila thaghut mempersilahkannya –
kecuali lewat jalur undang-undang serta dari arah pasal-pasal dan penegasan undang-undang tersebut, karena itu
adalah kitab suci agama demokrasi,21 atau silahkan katakan itu adalah Tauratnya dan Injilnya yang sudah dirubah
sesuai dengan hawa nafsu dan keinginan selera mereka.

3. Sesungguhnya demokrasi adalah buah dari agama sekuler yang sangat busuk, dan anaknya yang tidak sah,
karena sekulerisme adalah paham kafir yang intinya memisahkan agama dari tatanan kehidupan, atau
memisahkan agama dari Negara dan hukum.

Sedangkan demokrasi adalah hukum rakyat22atau hukum thaghut…. Namun bagaimanapun keadaannya
sesungguhnya demokrasi bukanlah hukum Allah Yang Maha Besar lagi Maha Perkasa. Demokrasi sama sekali tidak
mempertimbangkan hukum Allah yang muhkam kecuali bila sesuai dan sejalan sebelumnya dengan undang-undang
yang berlaku, dan kedua sesuai dengan keinginan rakyat, serta sebelum itu semua harus sesuai dengan selera para
thaghut dan kroni-kroninya.
Oleh sebab itu bila rakyat seluruhnya mengatakan kepada thaghut atau kepada arbaab (tuhan-tuhan) dalam
demokrasi: Kami ingin penerapan hukum Allah, dan tidak seorangpun memiliki hak tasyrii' selama-lamanya baik itu
rakyat atau para wakilnya atau penguasa….kami ingin menerapkan hukum Allah terhadap orang-orang murtad,
pezina, pencuri, peminum khamr,,,,dan,,,,kami juga ingin para wanita diwajibkan berhijab dan 'afaaf, kali melarang
tabarruj, buka-bukaan, porno, cabul, zina, liwath (homo), dan perbuatn keji lainnya" maka dengan sepontan para
thaghut dan para penghusung demokrasi itu akan mengatakan kepada mereka: Ini bertentangan dengan paham
demokrasi dan kebebasannya!!!

Jadi inilah kebebasan agama demokrasi: Melepaskan diri dari agama Allah, syari'at-Nya, dan melanggar batasan-
batasannya. Adapun hukum undang-undang bumi dan aturannya maka itu selalu dijaga, dijunjung tinggi dan
disucikan (disakralkan) serta dilindungi dalam agama demokrasi mereka yang busuk, bahkan orang yang berusaha
melanggarnya, menentangnya, atau menggugurkannya dia akan merasakan sangsinya…

Enyahlah kalian, enyahlah kalian, enyahlah kalian

Enyahlah kalian, hingga lisan ini merasa kelelahan.

Jadi demokrasi –wahai saudara setauhid- adalah agama baru di luar agama Allah subhaanahu wa ta'aala.
Sesungguhnya dia adalah hukum thaghut dan bukan hukum Allah subhaanahu wa ta'aala. Sesungguhnya dia adalah
syari'at para tuhan yang banyak lagi bertolak belakang, bukan syari'at Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Dan
siapa orangnya yang menerima (demokrasi ini), serta bersekongkol di atasnya maka dia itu pada hakikatnya telah
menerima bahwa dia itu memiliki hak tasyri' (wewenang membuat hukum) sesuai dengan materi-materi undang-
undang yang berlaku, dan berarti dia telah menerima (kesepakatan) bahwa hukum yang dia buat itu lebih
didahulukan atas syari'at Allah Yang Maha Esa lagi Maha perkasa.

Sama saja setelah itu apakah dia membuat hukum atau tidak, sama saja apakah dia (partainya) menang dalam pemilu
(pesta syirik) atau tidak, karena kesepakatan dia bersama kaum musyrikin terhadap paham demokrasi, dan
penerimaannya terhadap paham ini agar menjadi putusan dan hukum yang dirujuk serta kekuasaannya di atas
kekuasaan Allah, Kitab-Nya dan Syari'at-Nya merupakan alkufru bi 'ainihi (kekafiran dengan sendirinya), ini adalah
kesesatan yang nyata lagi terang, bahkan itu adalah kemusyrikan (penyekutuan) terhadap Allah secara membabi
buta.

Rakyat dalam agama demokrasi adalah diwakili oleh para wakilnya (para anggota Dewan), setiap kelompok
(organisasi), atau partai, atau suku memilih rabb (tuhan buatan) dari arbaab yang beragam asal usulnya untuk
menetapkan hukum dan perundang-undangan sesuai dengan selera dan keinginan mereka…namun ini sebagaimana
yang sudah diketahui sesuai dengan rambu-rambu dan batasan undang-undang yang berlaku. Di antara mereka ada
yang mengangkat (memilih) sembahan dan pembuat hukumnya sesuai dengan asas dan ideologi…baik itu rabb
(tuhan) dari partai fulan, atau tuhan dari partai itu. Dan di antara mereka ada yang memilih tuhannya sesuai dengan
ras dan kesukuan, sehingga ada tuhan dari kabilah ini dan ada tuhan berhala dari kabilah itu. Di antara mereka ada
yang memilih tuhannya yang salafi (menurut klaim mereka), pihak yang lain ada yang memilih tuhannya yang
ikhwaniy.23 Ada sembahan yang berjenggot, ada tuhan yang jenggotnya dicukur habis, dan seterusnya…

‫ِّين َما لَ ْم يَأْ َذ ْن ِب ِه هَّللا ُ ولوال كلمة الفصل لقضي بينهم و إن الظالمين لهم عذاب أليم‬
ِ ‫أَ ْم لَهُ ْم ُش َركَا ُء ش ََرعُوا لَهُ ْم ِمنَ الد‬

"Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak
diizinkan Allah? Sekiranya tidak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah)tentulah mereka telah dibinasakan.
Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu bagi mereka adzab yang sangat pedih " (Qs: Asy-Syuura: 21)

Para wakil rakyat itu pada hakikatnya mereka adalah autsaan (berhala-berhala) yang dipajang dan patung-patung
yang disembah, serta tuhan-tuhan jadi-jadian yang diangkat di tempat-tempat ibadah mereka dan sarang-sarang
paganisme mereka (parlemen), mereka dan para pengikutnya beragama demokrasi dan patuh kepada hukum undang-
undang, kepada undang-undang itu mereka merujuk hukum serta sesuai dengan materi dan point-point undang-
undang itu mereka membuat hukum dan perundang-undangan…….dan sebelum itu semua mereka dikendalikan oleh
tuhan mereka, sembahan mereka atau berhala agung mereka yang merestui dan menyetujui undang-undang mereka
atau menolaknya…. Itu tidak lain dan tidak bukan adalah emir atau raja, atau presiden..

Inilah –wahai saudara setauhid- adalah hakikat demokrasi dan ajarannya…agama thaghut….bukan agama Allah…
millatulmusyrikin…bukan millatunnabiyyiin….syari'at banyak tuhan yang selalu saling bersebrangan dan
berbantah-bantahan…bukan syari'at Allah yang Esa lagi Maha Perkasa.

‫ أنتم وآباؤكم ما أنزل هللا بها من سلطان‬j‫أأرباب متفرقون خير أم هللا الواحد القهار ما تعبدون من دونه إال أسماء سميتموها‬

Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa ?
Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya menyembah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu
membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. (Yusuf 39-40)

‫أإله مع هللا تعالى هللا عما يشركون‬

Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan
(dengan-Nya).(An Naml 63)

Hendaklah engkau memilih wahai hamba Allah…agama Allah, syari'at-Nya yang suci, dan cahaya-Nya yang
menerangi, serta jalan-Nya yang lurus….atau paham/agama demokrasi, kemusyrikannya, kekufurannya dan
jalannya yang bengkok lagi tertutup. Pilihlah!! hukum Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa atau hukum
thaghut!!

‫قد تبين الرشد من الغي فمن بكفر بالطاغوت ويؤمن باهلل فقد استمسك بالعروة الوثقى ال انفصام لها‬

Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada
thaghut dan beriman kepada Allah, maka ia sesungguhnya telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan terputus…(Al Baqarah 256)

‫وقل الحق من ربكم فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر إنا أعتدنا للظالمين نارا‬

Dan katakanlah "Kebenaran itu datang dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia
beriman dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." Sesungguhnya telah Kami sediakan bagi orang-orang
zhalim itu neraka… (Al Kahfi 29)

‫ قل آمنا باهلل وما أنزل علينا وما أنزل على إبراهيم وإسماعيل‬. ‫أفغير دين هللا يبغون وله أسلم من في السموات واألرض طوعا وكرها وإليه يرجعون‬
‫ غير اإلسالم دينا فلن يقبل منه‬j‫ واألسباط وما أوتي موسى وعيسى والنبيون من ربهم ال نفرق بين أحد منهم ونحن له مسلمون ومن يبتغ‬j‫وإسحاق ويعقوب‬
‫وهو في اآلخرة من الخاسرين‬.

Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah menyerahkan diri
segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka
dikembalikan.

Kataklanlah:"Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan
kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para
nabi dari Tuhan mereka, kami tidak membeda-bedakan seseorangpun di antara mereka, dan hanya kepada-nya lah
kami menyerahkan diri. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imran: 83-85).

FASAL

Bantahan terhadap syubhat dan kebatilan yang membolehkan agama demokrasi


Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman:

‫ هن أم الكتاب وأخر متشابهات فأما الذين في قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه ابتغاء الفتنة وابتغاء تأويله‬j‫هو الذي أنزل عليك الكتاب منه آيات محكمات‬
‫ وهب لنا من لدنك‬j‫ ربنا ال تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا‬. ‫وما يعلم تأويله إال هللا والراسخون في العلم يقولون آمنا به كل من عند ربنا وما يذكر إال أولوا األلباب‬
‫ رحمة إنك أنت الوهاب‬.

Dia-lah yang telah menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat
itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan
fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya:" Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi
Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan orang-orang yang berakal. (Mereka
berdoa):"Ya Tuhan kami janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri
petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah
Maha Pemberi karunia". Ali Imran: 7-8.

Allah subhaanahu wa ta'aala menjelaskan dalam ayat yang mulia ini bahwa manusia dalam mensikapi syari'at-Nya
ada dua kelompok:

1. Ahli ilmu dan yang mendalam ilmunya: Mereka mengambil dan beriman kepadanya secara
menyeluruh, mereka menghubungkan dalil yang umum dengan dalil yang mengkhususkannya,
yang muthlaq dengan yang membatasinya (muqayyad), yang masih global dengan yang
terperinci, dan setiap yang mereka anggap sukar memahaminya mereka kembalikan kepada
landasan pokoknya berupa ushul-ushul yang muhkam lagi terang dan kaidah-kaidah yang baku
lagi pasti yang ditunjukan oleh dalil-dalil syari'at yang sangat banyak.
2. Orang-orang yang sesat dan di dalam hatinya ada kecenderungan kepada kesesatan: Mereka
mengikuti hal-hal yang samar, mereka mengambilnya dan girang dengannya saja dalam rangka
mencari fitnah seraya berpaling dari yang muhkam, mubayyan, serta yang mufassar.

Bergitu juga di sini dalam masalah demokrasi dan majelis perwakilannya yang syirik serta majelis-majelis lainnya,
ada orang-orang yang menempuh jalan orang-orang sesat lagi cenderung kepada kesesatan, mereka sengaja mencari-
cari kejadian-kejadian tertentu serta syubuhat-syubuhat dan mengambil itu saja tanpa menghubungkannya dengan
pokok-pokok yang menjelaskannya atau memberikan batasannya atau menafsirkannya berupa kaidah-kaidah agama
ini dan landasan-landasannya yang sangat kokoh. Mereka lakukan itu dalam rangka mengkaburkan yang haq dengan
kebatilan dan cahaya dengan kegelapan.

Oleh sebab itu kami di sini akan mengetengahkan syubuhat-syubuhat mereka kemudian kami bantah dan
mematahkannya dengan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa Yang Menjalankan awan dan
Yang Menghancurkan musuh.

SYUBHAT PERTAMA

Jabatan Yusuf di sisi raja Mesir

Ketahuilah sesungguhnya syubhat ini dilontarkan oleh sebagian orang yang sudah kehabisan dalil.

Mereka mengatakan: Bukankah Yusuf pernah menjabat sebagai menteri di sisi raja kafir yang tidak berhukum
dengan apa yang Allah subhaanahu wa ta'aala turunkan? Dengan demikian bolehlah ikut serta dalam pemerintahan
kafir, bahkan bolehlah masuk menjadi anggota dalam parlemen dan majelis permusyawaratan/perwakilan rakyat dan
yang sebangsanya.

Kita jawab dengan taufiq Allah subhaanahu wa ta'aala:

Pertama: Sesungguhnya berhujjah dengan syubhat ini untuk bisa masuk dalam perlemen-parlemen pembuat hukum
dan kebolehannya adalah batil dan rusak, karena parlemen-parlemen syirik ini berdiri di atas dasar agama/paham
yang bukan agama Allah subhaanahu wa ta'aala, yaitu agama demokrasi yang dimana wewenang (uluuhiyyah)
tasyrii' (pembuatan perundangan) dan wewenang tahlil (pembolehan) serta tahrim (pelarangan) di dalam agama ini
adalah milik rakyat bukan milik Allah saja. Sedangkan Allah subhaanahu wa ta'aala mengatakan:

‫ومن يبتغ غير اإلسالم دينا فلن يقبل منه وهو في اآلخرة من الخاسرين‬.

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imran:85).

Apakah ada orang yang berani yang mengatakan bahwa Yusuf 'alaihissalam telah mengikuti agama selain agama
Islam, atau mengikuti millah selain millah bapak-bapaknya al muwahhidun….atau (apakah ada yang berani
mengatakan bahwa) Yusuf bersumpah untuk menghormati undang-undang kafir? Atau dia membuat hukum sesuai
dengan undang-undang itu?..sebagaimana keadaan orang-orang yang terpedaya dengan parlemen-parlemen
itu24…???

Bagaimana itu boleh dikatakan sedangkan Yusuf dengan terang-terangan mengumumkan pada saat dia tertindas:

‫ ملة آبائي إبراهيم وإسحاق و يعقوب ماكان لنا أن نشرك باهلل من شيئ‬j‫ واتبعت‬. ‫ إني تركت ملة قوم ال يؤمنون باهلل وهم باآلخرة هم كافرون‬.

Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedangkan mereka
ingkar kepada hari kemudian. Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan ya'qub. Tidaklah
patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yusuf: 37-38.

Dan dia juga berkata:

‫ أنتم وآباؤكم ما أنزل هللا بها من سلطان إن الحكم إال‬j‫يا صاحبي السجن أأرباب متفرقون خير أم هللا الواحد القهار ما تعبدون من دونه إال أسماء سميتموها‬
‫هلل أمر أال تعبدوا إال إياه ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس ال يعلمون‬

Hai kedua penghuni penjara manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang
Maha Esa lagi Maha Perkasa ? Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya menyembah nama-nama
yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-
nama itu. Keputusan (hukum) itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti. (Yusuf 39-40).

Apakah Yusuf mengumumkan itu dan terang-terangan menyatakannya sedangkan dia dalam masa
ketertindasan…..kemudian dia justru menyembunyikannya atau melanggarnya setelah Allah memberikan kepadanya
kekuasaan??!!

Jawablah wahai para penyeru maslahat (yang sedikit-sedikit mengatakan ini untuk masalahat)..!! 25

Kemudian apakah kalian tidak mengetahui wahai para pakar politik bahwa wizaarah (kementerian) ini adalah
kekuasaan tanfidziyyah (eksekutif) sedangkan parlemen adalah sulthah tasyrii'iyyah (kekuasaan legislatif). Dan di
antara kedua hal ini terdapat perbedaan yang sangat jauh, sehingga tidak sah melakukan qiyas di sini menurut orang-
orang yang mengatakan ada qiyas26….dari sinilah diketahui bahwa berdalih dengan kisah Yusuf 'alaihissalam atas
bolehnya (masuk) parlemen adalah tidak benar sama sekali.
Dan tidak ada salahnya bila kita lanjutkan bantahan untuk menggugurkan dalih mereka dengan kisah Yusuf atas
bolehnya menjabat sebagai menteri karena samanya dua jabatan pada zaman kita ini dengan kekafiran..

Kedua: Sesungguhnya banyak orang-orang yang tergiur dan terpedaya dengan jabatan menteri di payung negara-
negara thaghut yang di mana negara-negara itu membuat hukum bersama Allah, memerangi para auliyaaullaah serta
memberikan loyalitas kepada musuh-musuh-Nya, mereka (orang-orang yang menjabat menteri itu) mengqiyaskan
perbuatan mereka kepada perbuatan Yusuf 'alaihissalam (yang menjabat sebagai menteri bagi raja yang kafir), dan
qiyas mereka itu adalah batil lagi rusak ditinjau dari beberapa sisi:

1.Sesungguhnya orang yang menjabat jabatan menteri pada pemerintahan-pemerintahan yang berhukum dengan
selain apa yang Allah subhaanahu wa ta'aala turunkan ini wajib atas dia untuk menghormati undang-undang mereka,
dia harus loyalitas dan ikhlas bekerja untuk thaghut yang padahal itu adalah sesuatu yang paling pertama Allah
perintahkan untuk kufur kepadanya, Dia subhaanahu wa ta'aala berfirman:

‫ت َوقَ ْد أُ ِمرُوا أَ ْن يَ ْكفُرُوا ِب ِه‬


ِ ‫ي ُِري ُدونَ أَ ْن يَت ََحا َك ُموا إِلَى الطَّا ُغو‬

Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. (Qs: An-
Nisaa': 60).

Bahkan sebelum menjabat jabatan ini mereka diharuskan untuk bersumpah untuk menghormati kekufuran ini,
sebagaimana halnya yang dilakukan oleh para anggota parlemen27. Dan siapa orangnya yang mengklaim bahwa
Yusuf Ibnu Ya'qub Ibnu Ishaq Ibnu Ibrahim 'alaihissalam memang melakukan hal itu padahal Allah telah
mensucikannya dan mengatakan tentangnya:Demikianlah agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan
kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih,"(Yusuf:24) maka orang yang
mengatakan itu adalah termasuk makhluk yang paling kafir dan paling busuk, dia telah berlepas diri dari millah ini
dan keluar dari dien Islam, bahkan dia itu lebih busuk dari Iblis terlaknat yang telah mengecualikan saat
bersumpah:Demi Kukuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya kecuali hamba-hamba-Mu yang
terpilih di antara mereka,"Shad 82-83.

Sedangkan Yusuf 'alaihissalam secara pasti dan sesuai nash Firman Allah adalah termasuk hamba-hamba Allah yang
terpilih, bahkan tergolong penghulunya.

2.Sesungguhnya orang yang menjabat jabatan menteri pada paying pemerintahan ini – baik dia bersumpah dengan
sumpah dustuur itu atau tidak – dia wajib tunduk patuh kepada undang-undang kafir dan tidak boleh keluar dari
relnya atau menyalahinya. Dia itu tidak lain adalah hamba yang mukhlis (patuh/setia) kepadanya, pelayan yang taat
kepada yang mengangkatnya baik dalam yang hak atau yang batil, kefasikan, kedhaliman, dan kekafiran.

Maka apakah Yusuf Ash Shiddiiq 'alaihissalam seperti itu sehingga perbuatannya bisa dijadikan hujjah untuk
membolehkan jabatan-jabatan kafir mereka itu..??Sesungguhnya orang yang mengatakan/menuduh bahwa
Nabiyyullah Ibnu Nabiyyillah Ibnu Nabiyyillah Ibnu Khalilillah dengan sebagian tuduhan itu, maka kami tidak
meragukan kekafiran orang itu, kezindikannya, dan keluarnya dia dari Islam, karena Allah subhaanahu wa ta'aala
mengatakan:

َ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِ ْي ُكلِّ أُ َّم ٍة َرسُوْ الً أَ ِن ا ْعبُدُوا هللاَ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغوْ ت‬

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja),
dan jauhilah Thaghut itu,”(An Nahl : 36)

Ini adalah pokok segala pokok dan maslahat yang paling agung dalam kehidupan ini bagi Yusuf 'alaihissalam dan
para Rasul lainnya.

Apakah masuk akal bila Yusuf mengajak orang-orang kepada tauhid itu saat situasi lapang dan sempit saat bahaya
dan saat berkuasa, kemudian dia melanggarnya sehingga menjadi golongan orang-orang musyrik? Bagaimana itu
bisa terjadi – Demi Allah – sedangkan Allah telah menggolongkannya dalam jajaran hamba-hamba-Nya yang
terpilih?? Sebagian ahli tafsir telah menyebutkan bahwa firman Allah subhaanahu wa ta'aala:

‫ما كان ليأخذ أخاه في دين الملك‬

Tidaklah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja." Yusuf 76.

Para ahli tafsir menyebutkan bahwa ayat ini merupakan dalil bahwa Yusuf 'alaihissalam tidak pernah menerapkan
undang-undang raja, tidak pernah tunduk kepadanya, dan tidak diharuskan untuk menerapkannya.

Apakah ada dalam kementerian - kementerian thaghut -thaghut itu atau parlemen-parlemen mereka hal seperti ini??
Yaitu keadaan sang menteri di dalamnya seperti pernyataan (Negara dalam Negara)…??? Kalau tidak ada maka
janganlah melakukan qiyas di sini.

3. Sesungguhnya Yusuf 'alaihissalam telah menjabat sebagai menteri dengan tamkiin dari Allah subhaanahu wa
ta'aala, Dia berfirman:

‫وكذلك مكنا ليوسف في األرض‬

Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri mesir." Yusuf: 56.

Jadi kedudukan itu adalah tamkiin (anugrah) dari Allah subhaanahu wa ta'aala, sehingga si raja atau yang lainnya
tidak kuasa untuk mengganggunya atau mencopotnya dari kedudukan itu meskipun menyalahi perintah raja atau
undang-undang dan keputusannya.

Apakah orang-orang hina yang memiliki jabatan di sisi thaghut-thaghut pada masa sekarang memiliki sedikit bagian
dari itu (kebebasan seperti Yusuf dan tamkiin dari Allah) dalam jabatan-jabatan mereka yang kotor yang pada
hakikatnya itu adalah bola mainan di tangan thaghut itu, sehingga bisa pantas dikiaskan kepada jabatan Yusuf
'alaihissalam dan kedudukannya yang Allah berikan kepadanya?.

4.Sesungguhnya Yusuf 'alaihissalam menjabat jabatan menteri itu dengan perlindungan penuh lagi sempurna dari
sang raja, Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman:

‫فلما كلمه قال إنك اليوم لدينا مكين أمين‬

Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata:"Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi
seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada kami. Yusuf: 54

Si raja memberikan kebebasan penuh tanpa dikurangi kepada Yusuf dalam jabatannya:

‫وكذلك مكنا ليوسف في األرض يتبوأ منها حيث يشاء‬

Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke
mana saja ia kehendaki di bumi Mesir ini." Yusuf: 56.

Sehingga tidak ada orang yang protes kepadanya, tidak ada orang yang meminta pertanggung jawabannya, dan tidak
ada orang yang mengawasi segala bentuk kebijaksanaan dan perbuatannya apapun hasil dan bentuknya.

Maka apakah kebebasan seperti ini ada di kementerian thaghut-thaghut pada masa sekarang atau yang ada justeru
perlindungan yang dusta lagi palsu. Jabatan itu dicabut dan dicopot dengan cepat bila si menteri berani bermain-
main dengan ekornya, atau nampak dari dia sedikit penyimpangan atau keluar dari garis amir (presiden) atau
undang-undang raja?? Si menteri di sisi thaghut-thaghut itu tak ubahnya seorang pelayan bagi politik amir (presiden)
atau raja, dia hanya melaksanakan perintah tuannya itu dan hanya mau berhenti bila tuannya melarang, dan dia sama
sekali tidak memiliki hak untuk menyalahi sedikitpun dari perintah-perintah raja atau undang-undang buatan
meskipun itu bertentangn dengan perintah Allah dan hukum-Nya.

Barangsiapa mengklaim bahwa sesuatu dari hal ini menyerupai keadaan Yusuf 'alaihissalam dalam jabatannya,
maka sungguh dia telah melakukan kedustaan yang maha besar, kafir kepada Allah, dan telah mendustakan tazkiyah
(rekomendasi/penilaian suci) Allah subhaanahu wa ta'aala terhadap Yusuf 'alaihissalam.

Bila telah diketahui bahwa keadaan Yusuf 'alaihissalam dan kedudukannya itu tidak ada pada masa sekarang di
kementerian thaghut-thaghut, maka tidak ada tempat untuk melakukan qiyas di sini. Dan kalau masih tetap ngotot
biarkanlah orang-orang kebelinger itu terus berbicara ngawur dalam masalah ini.

Ketiga: Di antara bantahan yang mematikan akan syubhat ini adalah apa yang disebutkan oleh sebagian mufassiriin
bahwa si raja itu telah masuk Islam, dan ini diriwayatkan dari Mujahid murid Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma.
Pendapat ini menghancurkan syubhat tersebut dari pangkalnya.

Kami tunduk kepada Allah dan meyakini bahwa mengikuti keumuman atau dhahir ayat dalam Kitabullah
subhaanahu wa ta'aala adalah lebih utama daripada perkataan, penafsiran, lontaran, dan istinbath-istinbath makhluk
seluruhnya yang kosong dari dalil-dalil dan bukti. Dan di antara dalil yang menguatkan hal ini adalah firman Allah
subhaanahu wa ta'aala tentang Yusuf 'alaihissalam:

‫وكذلك مكنا ليوسف في األرض يتبوأ منها حيث يشاء‬

Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke
mana saja ia kehendaki di bumi Mesir ini." Yusuf: 56.

Ini adalah mujmal (global) yang telah Allah subhaanahu wa ta'aala jelaskan di tempat lain dalam Kitab-Nya, di
mana Dia menjelaskan ciri-ciri orang-orang yang Dia beri kedudukan di bumi ini dari kalangan kaum mukminin:

‫الذين إن مكناهم في األرض أقاموا الصالة وأتووا الزكاة وأمروا بالمعروف ونهوا عن المنكر وهلل عاقبة األمور‬

(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar dan kepada Allah-
lah kembali segala urusan.(Al Hajj:41)

Dan tidak diragukan lagi bahwa Yusuf 'alaihissalam adalah termasuk mereka itu bahkan beliau termasuk para
penghulunya, yaitu orang-orang yang jika Allah teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka
menyuruh berbuat yang ma ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar. Dan tidak diragukan lagi oleh orang
yang mengetahui ashlu dinil Islam (pokok ajaran Islam) bahwa sesungguhnya ma'ruf yang paling agung di dalamnya
adalah tauhid yang merupakan inti ajaran dalam dakwah Yusuf 'alaihissalam, sedangkan kemungkaran yang paling
besar adalah syirik yang telah dihati-hatikan oleh Yusuf, dia mengutuk, membenci, dan memusuhi para pelakunya.
Dan ini merupakan dalil yang paling jelas lagi pasti bahwa Yusuf setelah Allah meneguhkan kedudukannya dia
langsung terang-terangan mendakwahkan millah bapak-bapaknya yaitu Ya'qub, Ishaq dan Ibrahim seraya dia
memerintahkan untuk bertauhid serta melarang lagi memerangi segala sesuatu yang menyalahi dan
membatalkannya. Dia tidak menghukumi dengan selain apa yang Allah turunkan, dia tidak ikut membantu untuk
menghukumi dengan selain apa yang Allah turunkan, dia juga tidak membantu para arbaab yang membuat hukum
dan perundang-undangan dan thaghut-thaghut yang disembah selain Allah, serta dia tidak menyokong mereka atau
berloyalitas kepada mereka sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian orang-orang yang terpedaya dalam jabatan-
jabatan mereka saat ini.

Apalagi kalau dia (Yusuf) ikut serta dengan mereka dalam membuat hukum dan perundang-undangannya
sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang terpedaya itu di parlemen-parlemennya, bahkan dikatakan
dengan pasti bahwa sesungguhnya Yusuf telah mengingkari keadaan mereka, merubah kemungkarannya,
menghukumi dengan tauhid, mengajak (orang) kepadanya, meninggalkan dan menjauhkan orang yang menyalahi
dan melanggarnya, siapapun orangnya, ini dengan penegasan firman Allah subhaanahu wa ta'aala. Dan tidak ada
yang mensifati Yusuf yang jujur putra dari orang-orang yang jujur dengan selain ini kecuali orang kafir yang busuk
yang telah lepas dari ajarannya yang suci lagi bersih.

Dan di antara dalil yang menyatakan hal ini dan sekaligus menguatkannya adalah penjelasan dan penafsiran kalimat
global firman Allah subhaanahu wa ta'aala:

‫وقال الملك ائتوني به أستخلصه لنفسي فلما كلمه قال إنك اليوم لدينا مكين أمين‬

Dan raja berkata:" Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka
tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata:"Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang
yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada kami. Yusuf: 54.

Apa kiranya perkataan yang diucapkan oleh Yusuf kepada sang raja di sini, sehingga membuatnya terkagum-kagum,
memberinya kedudukan dan mempercayainya?? Apakah engkau kira Yusuf sibuk menyebutkan kisah isteri al Aziz,
padahal itu sudah selesai dan jelas siapa yang benar… atau apakah engkau mengira Yusuf berbicara kepada sang
raja tentang persatuan nasionalisme!!krisis ekonomi!!...ini…itu..atau apa yang dia katakannya???

Tidak seorangpun boleh menduga-duga dalam hal ini tanpa ada dalil, dan jika ada yang melakukannya maka dia
adalah termasuk para pendusta, akan tetapi yang menjelaskan lagi menafsirkan firman Allah subhaanahu wa
ta'aala:Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia" adalah jelas lagi terang dalam firman-Nya subhaanahu
wa ta'aala:

َ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِ ْي ُكلِّ أُ َّم ٍة َرسُوْ الً أَ ِن ا ْعبُدُوا هللاَ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغوْ ت‬

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja),
dan jauhilah Thaghut itu,”(An Nahl : 36)

Dan firman-Nya subhaanahu wa ta'aala:

‫ولقد أوحي إليك وإلى الذين من قبلك لئن أشركت ليحبطن عملك ولتكونن من الخاسرين‬

Dan sungguh telah diwahyukan kepada engkau dan kepada orang-orang sebelum engkau:"Sungguh bila kamu
berbuat syirik maka hapuslah amalanmu dan sungguh kamu pasti tergolong orang-orang yang rugi."Az Zumar: 65.

Dan firman Allah subhaanahu wa ta'aala tentang sifat inti dakwah Yusuf 'alaihissalam:

‫ ملة آبائي إبراهيم وإسحاق و يعقوب ماكان لنا أن نشرك باهلل من شيئ‬j‫ واتبعت‬. ‫ إني تركت ملة قوم ال يؤمنون باهلل وهم باآلخرة هم كافرون‬.

Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedangkan mereka
ingkar kepada hari kemudian. Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya'qub. Tidaklah
patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yusuf: 37-38.

Dan firman-Nya subhaanahu wa ta'aala tentangnya:

‫ أنتم وآباؤكم ما أنزل هللا بها من سلطان إن الحكم إال هلل أمر أال تعبدوا‬j‫أأرباب متفرقون خير أم هللا الواحد القهار ما تعبدون من دونه إال أسماء سميتموها‬
‫إال إياه ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس ال يعلمون‬

Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa ?
Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya menyembah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu
membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan (hukum) itu
hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti. (Yusuf 39-40).

Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah perkataan yang paling agung bagi Yusuf 'alaihissalam, ini adalah agama yang
lurus baginya, pokok segala pokok dakwahnya, millahnya, dan millah bapak-bapaknya. Bila dia memerintahkan
yang ma'ruf maka tauhid adalah hal ma'ruf yang paling agung yang dia ketahui. Bila dia melarang dari yang
mungkar, maka tidak ada yang lebih besar kemungkaran baginya selain apa yang membatalkan dan bertentangan
dengan pokok segala pokok ini (tauhid). Bila ini sudah jelas dan ternyata jawaban sang raja terhadapnya,"
Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada kami" maka
ini merupakan dalil yang sangat jelas yang menunjukan bahwa si raja itu telah mengikutinya dan merestuinya, serta
sesungguhnya dia telah meninggalkan ajaran kekafiran dan mengikuti millah Ibrahim, Ishaq, ya'qub dan Yusuf
'alaihimussalam.

Atau katakan bila engkau mau mengatakannya: Minimal keadaan raja itu telah mengakui Yusuf atas tauhidnya dan
millah bapak-bapaknya, dan dia memberikan kebebasan penuh tanpa batas untuk berbicara dan mendakwahkannya,
menjelek-jelekan orang yang menyalahinya, si raja tidak sedikitpun merintanginya atas hal itu, tidak memerintahkan
dia untuk melakukan hal yang membatalkannya atau menyalahinya. Cukuplah ini sebagai perbedaan yang sangat
besar antara keadaan Yusuf 'alaihissalam dengan orang-orang yang tertipu dari kalangan pembantu thaghut-thaghut
dan kaki tangannya dalam kementerian-kementerian masa sekarang, atau orang-orang yang ikut serta bersama
thaghut dalam pembuatan hukum dan perundang-undangan di parlemen-parlemen tersebut.28

Keempat: Bila engkau telah mengetahui semua yang lalu dan engkau merasa yakin bahwa jabatan Yusuf
'alaihissalam akan kementerian itu sama sekali tidak menentang tauhid dan tidak menohok millah Ibrahim,
sebagaimana penohokan dan penentangan itu terjadi pada jabatan-jabatan itu sekarang, maka seandainya si raja itu
tetap di atas kekafirannya maka jadilah masalah penjabatan Yusuf akan posisi ini sebagai satu masalah dari masalah-
masalah furuu' yang tidak ada isykaal di dalamnya dalam ashluddien berdasarkan apa yang telah pasti sebelumnya
bahwa Yusuf tidak pernah muncul darinya kekafiran atau kemusyrikan, atau tawalli (loyalitas penuh) terhadap
orang-orang kafir, atau tasyrii' bersama Allah, akan tetapi dia selalu memerintahkan akan tauhid lagi melarang akan
hal itu semua. Allah subhaanahu wa ta'aala telah mengatakan dalam masalah furuu'ul ahkaam (hukum-hukum
furuu'):

‫لكل جعلنا منكم شرعة ومنهاجا‬

Dan bagi tiap-tiap umat dari kalian, Kami berikan aturan dan jalan yang terang,"Al Maidah: 48.

Syari'at-syari'at para nabi itu sangat beragam dalam furuu'ul ahkaam, akan tetapi dalam masalah tauhid hanya satu,
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: Kami sekalian para nabi adalah saudara sebapak sedangkan
agama (tauhid) kami satu," (HR Al Bukhari dari Abu Hurairah) maksudnya saudara-saudara dari ibu-ibu yang
berbeda sedangkan ayahnya satu…ini merupakan isyarat akan kesatuan dalam pokok tauhid dan beragam dalam
furuu' syarii'ah dan hukum-hukumnya. Terkadang sesuatu dalam masalah hukum pada syarii'at sebelum kita
diharamkan kemudian dihalalkan dalam syari'at kita, dan terkadang sebaliknya. Bisa jadi dalam syari'at terdahulu
dipersulit sedangkan dalam syari'at kita dipermudah,,,dan seterusnya. Oleh sebab itu tidak setiap syari'at yang ada
pada syari'at sebelum kita menjadi syari'at bagi kita, apalagi bila bertentangn dengan dalil dalam syari'at kita.

Sedangkan telah ada dalil yang shahih dalam syari'at kita yang menyelisihi apa yang disyari'atkan bagi Yusuf
'alaihissalam, dan mengharamkannya atas kita, Ibnu Hibban telah meriwayatkan dalam Shahihnya, juga Abu Ya'Laa
dan Ath Thabraniy bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam berkata:

‫ليأتين عليكم أمراء سفهاء يقربون شرار الناس ويؤخرون الصالة عن مواقيتها فمن أدرك ذلك منكم فال يكونن عريفا وال شرطيا و ال جابيا وال خازنا‬

Sungguh akan datang kepada kalian para penguasa yang tidak baik, mereka mendekatkan orang-orang yang paling
jahat dan mengakhirkan shalat dari waktu-waktunya, maka siapa saja yang mendapatkan keadaan itu, janganlah
dia menjadi pejabat, janganlah menjadi aparat keamanan, janganlah menjadi petugas pengambil harta, dan
janganlah menjadi penyimpan perbendarahaan,".
Dan yang raajiih (yang kuat) sesungguhnya penguasa-penguasa dalam hadits itu adalah bukanlah orang-orang kafir,
akan tetapi mereka adalah orang-orang yang durjana lagi bodoh, karena biasanya orang yang menghati-hatikan bila
dia menghati-hatikan hanyalah dengan menyebutkan keburukan dan kerusakan yang paling besar, dan seandainya
mereka itu adalah orang-orang kafir tentu Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam menjelaskannya. Akan tetapi
perbuatan durjana terbesar yang beliau sebutkan di sini adalah mendekatkan orang-orang paling jahat dan
mengakhirkan shalat dari waktu-waktunya. Namun demikian Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam telah melarang
dengan larangan yang sangat dari keberadaan seseorang menjadi khaaziin (petugas logistik) bagi mereka. Bila saja
menjabat sebagai khaaziin di samping para penguasa muslim yang dhalim adalah dilarang dengan larangan yang
amat keras dalam syari'at kita, maka apa gerangan dengan jabatan kementerian logistik/keuangan di sisi para
penguasa yang kafir dan pemerintah yang syirik?

Firman Allah subhaanahu wa ta'aala:

‫قال اجعلني على خزائن األرض إني حفيظ عليم‬

Yusuf berkata:"jadikanlah aku bendaharawan Negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai
menjaga lagi berpengalaman,"Yusuf:55. merupakan dalil yang tegas dan bukti yang terang bahwa hal ini adalah
bagian dari syari'at sebelum kita, dan hal itu sudah dimansukh (dihapus) dalam syari'at kita. Wallahu A'lam.

Ini adalah cukup bagi orang yang menginginkan hidayah, akan tetapi orang yang lebih mendahulukan anggapan
baik, kepentingan (yang dia klaim sebagai maslahat), dan perkataan manusia atas dalil-dalil dan bukti-bukti itu,
maka orang seperti ini meskipun gunung-gunung meletus di hadapannya dia itu tidak bakal mendapatkan hidayah…
(Barangsiapa yang Allah kehendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun
(yang datang) daripada Allah."Al Maidah: 41.

Pada akhirnya dan sebelum saya menutup bantahan terhadap syubhat ini, saya ingin mengingatkan bahwa sebagian
orang-orang yang terpedaya yang membolehkan syirik dan kekafiran dengan anggapan baik mereka, alasan maslahat
dakwah untuk masuk di kabinet-kabinet kekafiran dan parlemen-parlemen syirik, mereka dalam dalih-dalih dan
syubhat-syubhatnya mencampurkan perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah tentang jabatan menteri
yang dipegang Yusuf 'alaihissalam….. ini sebenarnya termasuk perbuatan mencampuradukan yang hak dengan yang
batil, berdusta atas nama Syaikhul Islam, dan mengada-ada atas beliau apa yang tidak pernah beliau katakan, karena
beliau tidak berhujjah dengan kisah itu atas bolehnya ikut serta dalam tasyrii', kekafiran, atau dalam memutuskan
dengan selain apa yang Allah turunkan. Mustahil beliau melakukan hal itu, bahkan kami mensucikan beliau,
agamanya, bahkan kami mensucikan akalnya dari ucapan yang keji ini yang di mana tidak ada seorangpun berani
berkata seperti itu kecuali mereka orang-orang hina di atas pada zaman-zaman mutakhkhir ini. Kami katakan ini…
hatta meskipun kami belum membaca ungkapan beliau pada masalah ini, karena ucapan seperti ini tidak mungkin
dikatakan oleh orang yang berakal, apalagi sampai bisa bersumber dari 'aalim rabbaniy selevel Syaikhul Islam
rahimahullah. Bagiamana itu bisa terjadi sedangkan perkataan beliau dalam masalah ini sangatlah jelas lagi
gamblang…di mana perkataan beliau berkisar akan kaidah menolak kerusakan paling besar dari dua kerusakan serta
upaya mendapatkan maslahat paling tinggi dari dua maslahat saat bersebrangan, sedangkan engkau sudah
mengetahui bahwa maslahat paling besar dalam kehidupan ini adalah tauhid, sedangkan kerusakan paling besar
adalah kerusakan syirik dan menjadikan tandingan (bagi Allah). Beliau telah menyebutkan bahwa Yusuf telah
menegakan keadilan dan ihsan sesuai dengan kemampuan beliau, sebagaimana dalam Al Hisbah29 di mana beliau
berkata saat menyebutkan sifat kekuasaan beliau:Dan dia melakukan dari keadilan dan ihsan apa yang beliau
mampu, serta beliau mengajak mereka kepada keimanan sesuai dengan kesempatan/kemungkinan." Dan beliau
mengatakan lagi: Akan tetapi beliau melakukan apa yang mungkin dari keadilan dan ihsan."30

Dan beliau sama sekali tidak menyebutkan bahwa Yusuf 'alaihissalam membuat undang-undang menandingi Allah
subhaanahu wa ta'aala atau ikut serta dalam memutuskan dengan selain apa yang Allah turunkan atau mengikuti
paham demokrasi atau paham-paham lainnya yang bersebrangan dengan dienullah, sebagaimana halnya keadaan
mereka orang-orang yang terpedaya yang mencampurkan perkataan beliau rahimahullah dengan hujjah-hujjah
mereka yang kotor dan syubhat-syubhatnya yang rendahan dalam rangka menyesatkan orang-orang bodoh/umum,
dan untuk mengaburkan yang hak dengan yang batil serta cahaya dengan kegelapan.
Kemudian kita wahai saudara setauhid, panutan dan dalil kita yang di mana kita merujuk kepadanya saat terjadi
perselisihan adalah wahyu yaitu firman Allah dan sabda Rasul-Nya shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak yang lainnya,
adapun setiap orang selain Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam maka ucapannya itu bisa diterima dan bisa
ditolak. Seandainya seperti apa yang mereka klaim itu bersumber dari Syaikhul Islam – dan itu tidak mungkin
terjadi – tentu kita tidak akan menerimanya darinya dan bahkan dari ulama yang lebih agung darinya, sehingga dia
datang kepada kami dengan membawa dalil dari wahyu atas hal itu,"katakanlah (hai Muhammad): "Sesungguhnya
aku hanya memberi peringatan kepadamu sekalian dengan wahyu,"Al Anbiyaa:45.,"Katakanlah: Tunjukilah bukti
kebenaran kalian jika kalian adalah orang-orang yang benar,"Al Baqarah:111.

Perhatikanlah hal itu dan pegang eratlah tauhidmu, janganlah engkau tertipu atau peduli dengan talbiis-talbiis
(pengkaburan) dan dalih-dalih murahan para penghusung kemusyrikan dan musuh-musuh tauhid, atau janganlah
engkau merasa tidak enak dengan sebab menyalahi mereka, dan jadilah engkau dari golongan yang menegakkan
dienullah yang telah disebutkan ciri-cirinya oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam," orang-orang yang
mengucilkan dan menyelisihi mereka tidak membuat mereka gentar hingga datang ketentuan Allah sedang mereka
dalam keadaan seperti itu,"31

SYUBHAT KEDUA

Sesungguhnya Najasyi tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan, namun demikian dia tetap muslim

Ahlul ahwaa berhujjah juga dengan kisah Najasyi dalam rangka melegalitas thaghut-thaghut mereka yang membuat
hukum dan perundang-undangan, baik mereka itu sebagai penguasa, para wakil rakyat di parlemen atau yang
lainnya.

Mereka mengatakan: Sesungguhnya Najasyi tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan setelah dia masuk
Islam hingga meningal dunia, namun demikian Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam menamakannya sebagai hamba
yang shalih, beliau menshalatkan (ghaib) untuknya dan memerintahkan para sahabat untuk menshalatkannya.

Kita katakan dengan taufiq Allah subhaanahu wa ta'aala:

Pertama:Orang yang berdalih dengan syubhat yang rendahan ini sebelum apa-apa dia harus menetapkan bagi kami
dengan nash yang shahih lagi sharih qath'iyy dilalahnya bahwa Najasyiy itu tidak memutuskan dengan apa yang
Allah turunkan setelah keislamannya. Sungguh saya sudah mengamati ucapan mereka (para penebar syubhat) dari
awal sampai akhir, ternyata saya tidak mendapatkan di kantong mereka itu kecuali sekedar istinbath dan klaim-
klaim yang kosong lagi kering dari dalil shahih dan bukti benar yang menguatkannya, sedangkan Allah subhaanahu
wa ta'aala telah mengatakan: .,"Katakanlah: Tunjukilah bukti kebenaran kalian jika kalian adalah orang-orang
yang benar,"Al Baqarah:111. Dan bila ternyata mereka tidak mampu membawa bukti kuat atas klaimnya itu, maka
mereka itu bukanlah tergolong orang-orang yang jujur, akan tetapi mereka itu tergolong orang-orang yang dusta.

Kedua: Sesungguhnya termasuk sesuatu yang sudah diterima antara kami dengan musuh-musuh kami adalah bahwa
Najasyi itu telah meninggal dunia sebelum sempurnanya tasyrii', jadi beliau secara pasti meninggal sebelum
turunnya firman Allah subhaanahu wa ta'aala:

‫اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم اإلسالم دينا‬

Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridlai Islam itu sebagai agamamu,"Al Maidah:3.

Sebab ayat ini diturunkan pada hajji wadaa', sedangkan Najasyi meninggal dunia jauh sebelum penaklukan kota
Mekkah sebagaimana yang disebutkan oleh Al Hafidh Ibnu Katsir rahimahullah dan yang lainnya. 32
Berhukum dengan apa yang diturunkan Allah saat itu bagi dia adalah menghukumi, mengikuti dan mengamalkan
ajaran agama yang telah sampai kepadanya, karena nadzarah (peringatan) dalam masalah seperti ini harus adanya
buluughul Qur'an (sampainya wahyu Al Qur'an kepadanya), Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman:

‫وأوحي إلي هذا القرآن ألنذركم به ومن بلغ‬

Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya itu aku memberikan peringatan kepadamu dan kepada
orang-orang yang Al Qur'an sampai (kepadanya),"Al An'am:19.

Sarana-sarana perhubungan dan informasi saat itu keadaannya tidak seperti zaman sekarang, di mana saat itu
sebagian hukum syari'at tidak bisa sampai kepada seseorang kecuali setelah bertahun-tahun, dan bisa jadi dia tidak
mengetahuinya kecuali bila memaksakan diri datang kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam. Agama ini saat itu
masih baru, Al Qur'an masih terus turun, dan tasyrii' masih belum sempurna. Dan ini dibuktikan kuat oleh apa yang
diriwayatkan oleh Al Bukhari dan yang lainnya dari Abdullah Ibnu Mas'ud bahwa beliau berkata: ,"Kami dahulu
mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam di dalam shalat maka beliau terus menjawabnya,
dan tatkala kami pulang dari negeri Najasyi kami mengucapkan salam kepada beliau, namun ternyata beliau tidak
menjawab salam kami, dan justeru setelah itu beliau berkata: Sesungguhnya di dalam shalat itu terdapat
kesibukan," jika para sahabat yang dahulu pernah berada di negeri Najasyi Ethiopia sedang mereka itu mengerti
bahasa arab dan selalu memantau berita tentang Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, belum sampai kepada mereka
berita dinasakhnya berbicara dan salam di dalam shalat padahal shalat itu urusannya adalah nampak, sebab Nabi
shallallaahu 'alaihi wa sallam melaksanakan shalat bersama para sahabatnya sebanyak lima kali sehari semalam…
maka apa gerangan dengan ibadah-ibadah yang lain, tasyrii'-tasyrii', dan huduud yang tidak berulang-ulang seperti
diulang-ulangnya shalat??.

Maka apakah ada seorang dari kalangan yang berpaham syirik demokrasi pada masa sekarang dia mampu
mengklaim bahwa Al Qur'an, Islam, atau agama ini belum sampai kepada dia sehingga dia bisa mengqiyaskan
kebatilannya dengan keadaan Najasyi sebelum sempurnanya tasyrii'???.

Ketiga:Bila ini telah ditetapkan lagi pasti, maka wajib diketahui bahwa sesungguhnya Najasyi telah menghukumi
dengan apa yang Allah turunkan yang sampai kepada dia, dan siapa yang mengklaim selain ini maka tidak boleh
dipercayai dan diterima perkataannya kecuali dengan bukti yang terang,"Katakanlah: Tunjukilah bukti kebenaran
kalian jika kalian adalah orang-orang yang benar,"Al Baqarah:111.

Dan semua yang disebutkan oleh orang-orang yang menyebutkan kisahnya menunjukan bahwa dia itu menghukumi
dengan apa yang sampai kepadanya dari apa yang Allah turunkan saat itu…

1. Di antara yang menjadi kewajiban dia saat itu berupa mengikuti apa yang diturunkan Allah
adalah: (Merealisasikan tauhid, iman kepada kenabian Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam
dan iman bahwa Isa adalah hamba dan utusan Allah)…dan dia sudah melakukannya. lihatlah hal
itu dalam dalil-dalil yang digunakan orang-orang (untuk kepentingannya)…surat Najasyi yang
dikirimkan kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam..surat itu disebutkan oleh Umar Sulaiman
Al Asyqar dalam buku kecilnya (kutaib) yang berjudul hukmul musyarakah fil wizarah wal
majaalis anniyabiyyah.33
2. Dan begitu juga bai'atnya terhadap Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dan untuk hijrah, dalam
suratnya itu Najasyi menyebutkan:( Sesungguhnya dia telah membai'at Rasulullah shallallaahu
'alaihi wa sallam, dan anaknya yang bernama Ja'far dan teman-temannya telah membai'at pula
serta masuk Islam di tangannya lillaahi rabbil'aalamiin, dan di dalam suratnya itu dia menegaskan
bahwa ia mengirim kepada Nabi anaknya Arihaa Ibnu Ashhum Ibnu Abjur, dan ucapannya: Bila
engkau berkehendak saya datang kepadamu tentu saya melakukannya wahai Rasulullah, karena
sesungguhnya saya bersaksi bahwa apa yang engkau katakan adalah benar). Maka mungkin saja
dia meninggal dunia setelah itu langsung, atau mungkin saja Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam
tidak menginginkan hal tersebut saat itu…..semua ini tidak begitu jelas dan tidak ditegaskan
dalam kisah itu, sehingga tidak halal memastikan sesuatupun darinya dan tidak halal berdalil
dengannya, apalagi kalau dijadikan senjata untuk melawan tauhid dan ashluddien.
3. Dan begitu juga pertolongannya terhadap Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, agamanya, dan para
pengikutnya. Najasyi telah menolong kaum muhajiriin yang datang kepadanya, dia memberi
mereka tempat serta memberikan jaminan keamanan dan perlindungan, dia tidak mengecewakan
mereka dan tidak menyerahkan mereka kepada orang-orang Quraisy, dia juga tidak membiarkan
orang-orang nasrani Habasyah mengganggu mereka, padahal para muhajirin itu telah
menampakkan keyakinan mereka yang benar tentang Isa 'alaihissalam. Bahkan terdapat dalam
risalah lain yang dia kirimkan kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam (yang dituturkan oleh
Umar Al Asyqar dalam kutaibnya itu hal 73) bahwa dia mengirimkan anaknya yang disertai
enam puluh laki-laki dari penduduk Habasyah kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam. Semua
ini dilakukan sebagai bentuk dukungan, ittibaa, serta bantuan.

Meskipun ini adalah sangat jelas, namun Umar Al Asyqar telah ngawur dalam kutaibnya itu (hal:73) dengan
seenaknya dia memastikan bahwa Najasyi tidak berhukum dengan syari'at Allah. Ini sebagaimana yang engkau
ketahui adalah dusta dan mengada-ada atas nama Najasyi yang muwahhid itu, akan tetapi yang benar adalah bahwa
dia menghukumi dengan apa yang Allah turunkan yang telah sampai kepadanya saat itu. Dan siapa yang
mengatakan selain ini maka janganlah dipercayai kecuali dengan dalil yang shahih lagi qath'ii dilalahnya, dan kalau
tidak maka dia itu adalah tergolong orang-orang yang dusta,"Katakanlah: Tunjukilah bukti kebenaran kalian jika
kalian adalah orang-orang yang benar,"Al Baqarah:111. Sedangkan Umar Al Asyqar ini tidak mendatangkan dalil
yang shahih lagi sharih atas klaimnya itu, akan tetapi dia mengais-ngais dan meraba-raba dari kitab-kitab tarikh
(sejarah) hal-hal yang dia duga sebagai dalil (layaknya orang yang mencari kayu bakar di malam hari), sedangkan
sejarah itu keadaannya telah diketahui…

Al Qahthaniy Al Andalusiy berkata dalam syairnya:

Janganlah engkau menerima dari sejarah ini

Segala yang dikumpulkan dan ditulis oleh para perawinya

Riwayatkanlah hadits yang terpilih dari ahlinya

Apalagi orang yang pandai dan berpengalaman

Maka dikatakan kepada Umar Al Asyqar dan para pengikutnya: Tetapkan arasy terlebih dahulu baru kemudian
diskusikan.

Keempat: Sesungguhnya gambaran dalam kisah Najasyi adalah bagi seorang penguasa yang asalnya kafir dan baru
masuk Islam di atas jabatannya, terus dia menampakkan kejujuran Islamnya dengan cara istislaam secara sempurna
kepada perintah Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dengan cara mengutus anaknya yang disertai rombongan
kaumnya, dia mengutus mereka kepada Nabi untuk meminta izin hijrah kepadanya, dan menampakkan nushrahnya,
dan nushrah akan agama dan para pemeluknya, bahkan menampakkan baraa'ah dari segala yang menyalahi agama
barunya ini berupa keyakinan dia, keyakinan kaumnya dan nenek moyangnya. Dia berusaha mencari kebenaran dan
mempelajari agama ini, serta berusaha semaksimal mungkin untuk bertemu Allah di atas keadaan ini, dan ini terjadi
sebelum sempurnanya tasyrii' dan sebelum sampai kepadanya secara sempurna. Ini adalah gambaran sebenarnya
yang ada dalam hadits-hadits, atsar-atsar yang shahih lagi tsabit tentangnya. Kami menantang orang yang
bersebrangan dengan kami agar mereka menetapkan selain hal ini…akan tetapi dengan dalil yang sharih lagi shahih,
dan adapun sejarah-sejarah maka ini tidak bisa memuaskan dan mengenyangkan dari rasa lapar dengan sendirinya
tanpa adanya sanad.

Adapun gambaran yang hendak didalili dan hendak dikiaskan, maka ini adalah gambaran yang buruk lagi berbeda
jauh sekali, karena ini adalah gambaran sekawanan gerombolan orang-orang yang mengaku beragama Islam tanpa
berlepas diri dari hal-hal yang membatalkan keislamannya, dan justeru mereka itu dalam waktu yang bersamaan
berintisab kepada Islam dan kepada hal-hal yang membatalkannya, serta mereka merasa bangga dengannya. Mereka
tidak berlepas diri dari paham demokrasi seperti halnya Najasyi berlepas diri dari nasrani, ya mereka tidak berlepas
diri darinya, bahkan mereka tidak henti-hentinya memuji demokrasi itu, menghusungnya, membolehkannya bagi
orang-orang, mengajak orang-orang untuk ikut bergabung dalam paham demokrasi yang busuk ini, mereka
menjadikan dirinya sebagai arbaab, dan aalihah (tuhan-tuhan) yang menetapkan hukum dan perundang-undangan
bagi manusia berupa ajaran yang tidak Allah izinkan, bahkan mereka mengikut sertakan bersama mereka dalam
tasyrii' yang kafir yang terlaksana sesuai dengan materi undang-undang dasar itu orang-orang yang sepaham
bersama mereka di atas paham yang kafir itu dari kalangan para wakil rakyat, para menteri, dan rakyat lainnya,
mereka bersikeras di atas kemusyrikan ini, bergelimang dengannya, bahkan mereka mencela orang yang
memeranginya, atau menentangnya, atau mencelanya dan berusaha untuk menghancurkannya… dan mereka lakukan
ini setelah syari'at sempurna, dan setelah sampainya Al Qur'an bahkan assunnah dan atsar-atsar kepada mereka.

Dengan Nama Allah, wahai orang yang obyektif siapa saja engkau ini, apakah sah gambaran yang buruk lagi busuk
dan gelap ini yang disertai dengan perbedaan-perbedaannya yang sangat jauh dikiaskan kepada orang yang baru
masuk Islam yang mencari kebenaran dan berusaha membelanya sebelum syari'at ini sempurna dan sebelum sampai
kepadanya secara utuh. Sungguh sangat jauh sekali perbedaan antara dua gambaran ini…

Demi Allah keduanya tidak bisa kumpul dan tidak akan bersatu

Hingga bulu-bulu gagak itu beruban

Ya bisa saja keduanya bersatu dan berbarengan, akan tetapi bukan dalam timbangan al haq, namun dalam timbangan
orang-orang yang curang dari kalangan orang yang telah dibutakan bashirahnya oleh Allah subhanhuu wa ta'aalaa,
sehingga mereka berpaham demokrasi yang bersebrangan dengan tauhid dan Islam.

Kecelakaan besar bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang
lain mereka meminta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi. Tidaklah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang
sangat besar."Al Muthaffifin:1-5.

SYUBHAT KETIGA

Labelisasi demokrasi dengan nama syuraa demi melegalkannya

Orang-orang yang buta pandangannya dan para kelelawar malam telah mendalili paham mereka yang kafir lagi batil
itu (paham demokrasi) dengan firman Allah subhaanahu wa ta'aala tentang kaum mukminin muwahhidiin:

‫وأمرهم شورى بينهم‬

Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan cara musyawarah antara mereka,"Asy Syuraa:38.

Dan firman-Nya subhaanahu wa ta'aala kepada Nabi-Nya shallallaahu 'alaihi wa sallam:

‫وشاورهم في األمر‬

Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu,"Ali Imran: 159.

Mereka menamakan demokrasi yang busuk itu dengan syuraa (musyawarah) demi memberikan baju agama lagi
syar'ii bagi paham kafir ini, dan kemudian setelah itu mereka melegalitas dan membolehkannya.

Maka kita katakan dengan taufiq Allah:


Pertama: Sesungguhnya perubahan nama itu tidak ada artinya selama isi dan hakikatnya adalah itu-itu juga.
Sebagian jama'ah dakwah yang berjalan di atas paham kafir ini dan yang menjadikannya sebagai
pegangan34mengatakan: (Kami memaksudkan dengan demokrasi itu saat kami menyerukannya, menuntut
dengannya, menseponsorinya, dan berusaha untuk mencapai ke arahnya dan dengannya adalah kebebasan berkata
dan dakwah),35 dan kicauan-kicauan lainnya.

Maka kita katakan kepada mereka: Yang penting itu bukanlah yang kalian maksudkan, dan yang kalian klaim dan
kalian duga, akan tetapi yang penting adalah apakah demokrasi yang diterapkan oleh thaghut itu, yang dia serukan
kepada kalian untuk masuk ke dalamnya, pemilu-pemilupun dilangsungkan dalam rangka itu, serta tasyrii' dan
hukum yang kalian akan ikut serta di dalamnya sesuai dengan cara demokrasi? Bila kalian menertawakan manusia
dan menipu mereka, maka kalian tidak akan mampu melakukannya terhadap Allah:

‫إن المنافقين يخادعون هللا وهو خادعهم‬

Sesungguhnya orang-orang munafiq itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka,"An Nisaa:142.

‫يخادعون هللا والذين آمنوا وما يخدعون إال أنفسهم وما يشعرون‬

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri
sedang mereka tidak sadar,"Al Baqarah:9.

Jadi merubah nama sesuatu itu tidak merubah hukum-hukumnya, tidak menghalalkan yang haram dan tidak bisa
mengharamkan yang halal…Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:Akan ada sekelompok dari umatku yang
menghalalkan khamr dengan cara nama yang mereka berikan kepadanya,"36

Begitulah para ulama telah mengkafirkan orang yang mencela tauhid, atau memeranginya sedang yang mencela dan
memeranginya itu menamakan tauhid itu sebagai paham Khawarij atau Takfiiriy…para ulama juga mengkafirkan
orang yang memperindah syirik dan membolehkannya, atau melakukannya sambil menamakannya dengan selain
namanya.37Sebagaimana yang dilakukan mereka itu, mereka menamakan paham kafir dan syirik (demokrasi) dengan
nama syuraa dengan tujuan melegalkannya, memperbolehkannya, serta mengajak manusia untuk masuk ke
dalamnya….sungguh binasalah mereka itu.38

Kedua:Sesungguhnya pengkiasan demokrasi kaum musyrikin terhadap syuraa kaum muwahhidin, menyamakan
(tasybiih) majlis syuraa dengan majlis kekafiran, kefasikan, dan maksiat adalah penyamaan yang gugur dan kias
yang batil lagi luluh lantak rukun-rukunnya, karena engkau telah mengetahui bahwa majlis rakyat, atau dewan
perwakilan rakyat, atau parlemen adalah sarang dari sekian sarang paganisme dan bangunan dari bangunan-
bangunan syirik, yang di dalamnya dipasang tuhan-tuhan para demokrat, arbaab mereka yang beraneka ragam, serta
sekutu-sekutu mereka yang membuatkan bagi mereka undang-undang dari ajaran yang tidak diizinkan Allah
subhaanahu wa ta'aala sesuai dan selaras dengan undang-undang dasar dan falsafah yang digali dari bumi.39Allah
berfirman:

‫ أنتم وآباؤكم ما أنزل هللا بها من سلطان إن الحكم إال هلل أمر أال تعبدوا‬j‫أأرباب متفرقون خير أم هللا الواحد القهار ما تعبدون من دونه إال أسماء سميتموها‬
‫إال إياه ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس ال يعلمون‬

Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa ?
Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya menyembah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu
membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan (hukum) itu
hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti. (Yusuf 39-40).

Dan firman-Nya subhaanahu wa ta'aala:

ُ ‫ِّين َما لَ ْم يَأْ َذ ْن ِب ِه هَّللا‬


ِ ‫أَ ْم لَهُ ْم ُش َركَا ُء ش ََرعُوا لَهُ ْم ِمنَ الد‬
"Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak
diizinkan Allah? " (Qs: Asy-Syuura: 21)

Kias ini tak ubahnya bagaikan mengkiaskan syirik terhadap tauhid, kekafiran terhadap keimanan, dan ini tergolong
berbicara atas nama Allah tanpa dasar ilmu, mengada-ada atas agama ini, berdusta atas nama Allah, ngawur dan
ilhaad dalam ayat-ayat Allah subhaanahu wa ta'aala, serta bentuk pengkaburan yang hak dengan yang batil terhadap
manusia, dan cahaya dengan kegelapan.

Bila ini telah jelas, maka orang muslim hendaklah mengetahui bahwa perbedaan yang jelas antara syuraa yang telah
syari'atkan Allah bagi hamba-hamba-Nya dengan demokrasi yang busuk adalah seperti perbedaan antara langit
dengan bumi, bahkan perbedaan itu dalam statusnya adalah layaknya perbedaan antara Al Khaliq dengan makhluk.

 Syuraa adalah aturan dan manhaj rabbaniy, sedangkan demokrasi adalah hasil karya manusia yang serba
kekurangan yang selalu diombang-ambing oleh hawa nafsu dan emosional.
 Syuraa adalah bagian dari syari'at Allah subhaanahu wa ta'aala, dien-Nya dan hukum-Nya, sedangkan
demokrasi adalah kekafiran terhadap syari'at Allah, dan dien-Nya, serta penentangan akan hukum-Nya.
 Syuraa adalah dilakukan dalam masalah yang tidak ada nash di dalamnya, adapun dalam masalah yang
sudah ada nashnya maka tidak ada syuraa di sini, Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman:

‫ضى هَّللا ُ َو َرسُولُهُ أَ ْمرً ا أَ ْن يَ ُكونَ لَهُ ُم ْال ِخيَ َرةُ ِم ْن أَ ْم ِر ِه ْم‬
َ َ‫َو َما َكانَ لِ ُم ْؤ ِم ٍن َوالَ ُم ْؤ ِمنَ ٍة إِ َذا ق‬

"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.
Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata." (Qs: Al-
Ahzab: 36).

Adapun demokrasi maka itu adalah peremehan dan permainan dalam setiap masalah, di dalam demokrasi ini nash-
nash syari'at dan hukum-hukum Allah tidak dianggap, akan tetapi yang dianggap dan dijadikan acuan satu-satunya
di dalam demokrasi ini adalah hukum rakyat dan kedaulatannya dalam setiap permasalahan. 40Oleh sebab itu mereka
mendefinisikan demokrasi itu dalam undang-undang mereka dengan ungkapan: rakyat adalah sumber segala
kedaulatan."

 Demokrasi menganggap bahwa rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi di sini, sehingga demokrasi
adalah hukum mayoritas rakyat, tasyrii' suara terbanyak, dan paham/agama suara mayoritas. Mayoritas
adalah yang membolehkan dan mayoritas pula yang mengharamkan. Mayoritas adalah tuhan dan sembahan
dalam ajaran demokrasi.

Adapun dalam syuraa, maka keberadaan rakyat atau mayoritas mereka itulah yang diharuskan dan diperintahkan
untuk selalu taat kepada Allah, kepada Rasul-Nya, kemudian kepada pemimpin kaum muslimin. Pemimpin tidak
bisa memaksakan suara dan hukum terbanyak, bahkan justeru mayoritas itulah yang diperintahkan untuk selalu
mendengar dan taat kepada para pemimpin (kaum muslimin) meskipun mereka dzalim selama tidak memerintahkan
kepada maksiat.41…42

 Aturan main dalam demokrasi, dan tuhannya adalah suara mayoritas, dan mayoritas inilah sumber segala
kedaulatan. Adapun syuraa maka mayoritas itu tidak ada pengaruhnya sedikitpun dan bukanlah sebagai
tolak ukur, dan justeru Allah telah memvonis mayoritas dengan vonis yang jelas dalam Kitab-Nya:

‫ إال الظن وإن هم إال يخرصون‬j‫و إن تطع أكثر من في األرض يضلوك عن سبيل هللا إن يتبعون‬

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah)," Al An'am: 116.
j‫وما أكثر الناس ولو حرصت بمؤمنين‬

Dan sebahagian manusia tidak akan beriman – walaupun kamu sangat menginginkannya-,"Yusuf:103.

‫وإن كثيرا من الناس بلقاء ربهم لكافرون‬

Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhan-nya,"Ar
Ruum:8.

‫وما يؤمن أكثرهم باهلل إال وهم مشركون‬

Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah
(dengan sembahan-sembahan yang lain),"Yusuf: 106.

‫ولكن أكثر الناس ال يشكرون‬

Akan tetapi kebanyakan manusia itu tidak bersyukur,"Al Baqarah:243.

‫ولكن أكثر الناس ال يؤمنون‬

Akan tetapi kebanyakan manusia itu tidak beriman,"Al Mu'min 59.

‫ولكن أكثر الناس ال يعلمون‬

Akan tetapi kebanyakan manusia itu tidak mengetahuinya,"Yusuf:21.

‫فأبى أكثر الناس إال كفورا‬

Tetapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari(nya),"Al Israa:89.

Ini dari firman-firman Allah subhaanahu wa ta'aala, adapun dari sanda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa
sallam,"Hanyasannya manusia pilihan itu adalah bagaikan unta yang berjumlah seratus, hampir kamu tidak
mendapatkan di dalamnya unta yang layak pakai untuk tunggangan," diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim
dari hadits Abdullah Ibni Umar radliyallahu 'anhuma. Dan di dalam hadits Al Bukhari juga dari Abu Sa'id Al
Khudriy dari Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau berkata: Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman:" Hai
Adam…keluarkan utusan neraka! Maka dia berkata: Apa utusan neraka itu? Dia berfirman: "Dari setiap seribu
ada sembilan ratus sembilan puluh sembilan," maka saat itulah anak kecil beruban, setiap wanita hamil melahirkan
anaknya, engkau melihat orang-orang bagaikan yang mabuk, padahal mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah
lah yang sangat dasyat."

Ini syari'at Allah dan hukum-Nya menjelaskan kesesatan mayoritas dan penyimpangan mereka, oleh sebab itu Allah
subhaanahu wa ta'aala menetapkan hukum-Nya, Dia berfirman:

‫إن الحكم إال هلل‬

Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah,"Yusuf:40.

Akan tetapi demokrasi menolak ini, dan para penyerunya-pun menolak tunduk kepada hukum Allah, dan syari'at-
Nya, mereka terus ngotot, serta mengatakan: Keputusan itu tidak lain adalah bagi mayoritas." Maka binasalah dan
enyahlah orang yang mengikuti mereka, berjalan di atas rel mereka, dan membisikan kedemokratan mereka
meskipun jenggot dia itu panjang, atau kainnya tidak isbal (celananya setengah betis), siapa saja orangnya….kami
katakan ini kepada mereka di dunia mudah-mudahan mereka itu mau kembali dan sadar. Ini lebih baik bagi mereka
daripada mereka nanti mendengarnya di tempat yang sangat agung saat manusia berdiri menghadap Allah Rabbul
'aaalamiin, di mana mereka menuju telaga Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, akan tetapi mereka dihalangi
oleh para Malaikat, dan dikatakan kepada mereka: Sesungguhnya mereka telah mengganti dan merubah,"maka Nabi
shallallaahu 'alaihi wa sallam berkata: Enyahlah, enyahlah bagi orang yang merubah setelahku," 43

Demikianlah demokrasi itu secara asal-usul dan secara makna lahir di lahan kekafiran dan ilhaad, dan tumbuh
berkembang di ladang-ladang kemusyrikan dan kerusakan di Eropa di mana mereka memisahkan agama dari
kehidupan, sehingga tumbuhlah lafadz itu dalam suasana-suasana yang membawa setiap racunnya, dan
kerusakannya yang akar-akarnya itu tidak ada hubungan sama sekali dengan lahan keimanan atau siraman aqidah
dan ihsan. Paham ini tidak bisa menampakkan eksistansinya di dunia barat kecuali setelah berhasil memisahkan
agama dari Negara di sana, paham ini memperbolehkan bagi mereka liwath, zina, khamr, percampuran keturunan
dan perbuatan-perbuatan keji lainnya baik yang nampak atau terselubung….oleh sebab itu tidak ada orang yang
membela demokrasi, atau memujinya, dan menyamakannya dengan syuraa, kecuali dua macam orang yang
tidak ada ketiganya, bisa jadi dia itu orang demokrat kafir, atau orang dungu lagi jahil akan makna dan isi
dari demokrasi itu.

Demi Allah kamu bukan yang ketiga dari dua orang

Ya, kamu bisa jadi keledai (yang dungu) atau kamu bagian dari bantengnya.

Sekarang adalah zaman di mana istilah-istilah telah bercampur aduk, hal-hal yang kontradiksi telah berkumpul. Dan
tidak aneh kalau paham-paham kafir ini didengung-dengungkan oleh banyak wali-wali setan, akan tetapi yang
paling aneh adalah bila yang mendengungkannya, membolehkannya, dan memberikan baju syar'iinya adalah banyak
orang-orang yang mengaku Islam. Dahulu saat orang-orang terpukau dengan paham sosialis muncullah sebagian
orang dengan membawa istilah baru sosialis Islam, dan sebelumnya ada istilah nasionalisme, 'uruubah (arabisme)
dan mereka menggandengnya dengan nama Islam.44pada masa sekarang banyak orang mendengungkan undang-
undang buatan manusia dan mereka tidak malu-malunya menamakan para hamba-hamba undang-undang (para
pakar hukum dan perundang-undangannya) dengan nama fuqahaa al qaanuun bentuk penyerupaan dengan fuqahaa
syari'ah, serta mereka pula menggunakan nama-nama syar'ii yang sama, seperti musyarri', syari'ah, halal, haram, ,
jaaiz, mubaah, mahdhur, terus setelah itu mereka mengira bahwa mereka itu masih berada dalam agama Islam,
bahkan mengira bahwa mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk, fa laa haula wa laa quwwata illaa
billaahil 'aliyyil 'adzim. Ini terjadi demi Allah tidak lain karena hilangnya ilmu dan ulama, serta penyandaran urusan
bukan kepada ahlinya, juga leluasanya suasana dan zaman bagi orang-orang hina untuk berbuat sesuka hati mereka.

Suasana telah lenggang bagimu

Silahkan bertelurlah dan berbuat sesuka hatimu

Sungguh sangat disayangkan ilmu dan ulama, kasihan sekali agama dan para du'aatnya yang tulus lagi setia. Demi
Allah ini adalah keterasingan yang tidak pernah terjadi sebelumnya, saya tidak mengatakan (keterasingan itu) di
tengah-tengah orang-orang awam, bahkan justeru di antara banyak orang-orang yang mengaku Islam dari kalangan
yang tidak memahami makna Laa ilaaha Illallaah, mereka tidak memahami lawaazim, konsekuensi, dan syarat-
syaratnya, bahkan mayoritas mereka merobeknya siang dan malam, mereka mengotori diri mereka dengan syirik
modern dan jalan-jalan penghubungnya kemudian setelah itu mereka mengira bahwa dirinya itu adalah
muwahhiduun bahkan mengira bahwa mereka itu adalah bagian dari para du'aat tauhid. Hendaklah mereka menilai
dirinya sendiri, dan duduklah di halaqah-halaqah ilmu untuk belajar hakikat Laa ilaaha Illallaah, karena
sesungguhnya Laa ilaaha Illallaah adalah kewajiban pertama yang Allah fardlukan atas anak Adam untuk
mempelajarinya, hendaklah mereka mempelajari syarat-syarat dan pembatal-pembatalnya sebelum mereka
mempelajari pembatal-pembatal wudlu dan shalat, sebab wudlu dan shalat itu tidak sah bagi orang yang melakukan
pembatal Laa ilaaha Illallaah. Dan bila mereka ternyata malah berpaling dan merasa bangga diri, maka merekalah
sendiri yang akan menanggung kerugiannya.

Saya akhiri ucapan saya ini dengan ungkapan yang sangat berharga yang muncul dari Al 'Allamah Ahmad Syakir
rahimahullah saat membantah orang-orang yang melontarkan syubhat yang memalingkan firman Allah dan
berbicara dusta atas Nama Allah subhaanahu wa ta'aala dengan cara menjadikan firman-Nya:"Sedang urusan
mereka (diputuskan) dengan cara musyawarah antara mereka,"Asy Syuraa:38. sebagai dalil untuk membela dan
menerapkan demokrasi yang kafir itu, beliau berkata dalam catatan kaki 'Umdatuttafsiir 3/64-65 saat menjelaskan
firman-Nya subhaanahu wa ta'aala

‫وشاورهم في األمر‬

Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu,"Ali Imran: 159.dan firman-Nya:

‫وأمرهم شورى بينهم‬

Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan cara musyawarah antara mereka,"Asy Syuraa:38.

Beliau berkata: Orang-orang yang mempermainkan agama pada masa sekarang – dari kalangan ulama dan yang
lainnya – telah menjadikan dua ayat ini sebagai senjata mereka dalam penyesatan dengan cara menta'wil untuk
menyetujui perbuatan barat dalam aturan undang-undang mereka, yang mereka namakan aturan demokrasi dalam
rangka menipu manusia, kemudian mereka orang-orang yang mempermainkan agama itu menjadikan syi'ar dari dua
ayat ini dalam rangka menipu masyarakan Islam atau masyarakat yang mengaku Islam. Mereka mengungkapkan
ucapan haq yang mereka maksudkan kebatilan dengannya, di mana mereka mengatakan: Islam itu memerintahkan
syuraa" dan kata-kata seperti itu.

Ya, benar sesungguhnya Islam itu memerintahkan syuraa, akan tetapi syuraa macam apa yang diperintahkan Islam
itu? Sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman kepada Rasul-Nya:

‫وشاورهم في األمر فإذا عزمت فتوكل على هللا‬

Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, dan bila kamu sudah ber'azam maka bertawakkal-lah
kepada Allah"Ali Imran: 159.

Makna ayat ini sangat jelas lagi terang, tidak membutuhkan tafsiran dan tidak mengandung kemungkinan ta'wil. Itu
adalah perintah kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam kemudian kepada pemimpin sesudahnya: Untuk
meminta pendapat-pendapat para sahabatnya yang beliau anggap layak diambil pendapatnya, yang di mana mereka
itu adalah orang yang matang pengetahuan dan pemikirannya, dalam masalah-masalah yang masih menerima
pendapat-pendapat dan ijtihad dalam penerapannya, kemudian dia memilih dari pendapat-pendapat itu pendapat
yang dianggapnya sebagai kebenaran atau maslahat, terus ber'azam untuk merealisasikannya tanpa terikat dengan
pendapat kelompok tertentu, jumlah tertentu, pendapat mayoritas, atau pendapat minoritas. Bila telah ber'azam maka
tawakkallah kepada Allah, dan laksanakan 'azam itu sesuai dengan yang telah dipilih benar.

Termasuk hal yang sudah dipahami secara naluri yang tidak membutuhkan dalil: Adalah sesungguhnya orang-orang
yang di mana Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam diperintahkan untuk bermusyawarah dengan mereka – dan
orang sesudah beliau mencontohnya – adalah laki-laki yang shalih yang berpegang di atas batasan-batasan Allah
yang bertaqwa kepada Allah yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, berjihad di jalan Allah yang disabdakan
oleh beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam : Hendaklah mengiringi saya di antara kalian orang-orang yang matang
pemikirannya lagi berpengetahuan ," bukan orang-orang mulhiduun, bukan orang-orang yang memerangi agama
Allah, bukan orang-orang ahli maksiat yang tidak malu melakukan yang mungkar, bukan orang-orang yang
mengklaim bahwa mereka memiliki wewenang membuat hukum-hukum dan perundang-undangan yang
bertentangan dengan agama Allah dan menghancurkan syari'at Islam. Mereka dan orang-orang itu – yaitu orang
kafir dan orang fasiq – tempat layak bagi mereka yang benar adalah di bawah tebasan pedang dan cemeti, bukan
tempat menyandarkan pandangan dan pendapat.

Dan ayat lain -ayat dalam surat Asysyuraa- adalah seperti ayat ini jelas, terang lagi tegas:

‫والذين استجابوا لربهم وأقاموا الصالة وأمرهم شورى بينهم ومما رزقناهم ينفقون‬

Dan orang-orang yang memenuhi panggilan Tuhan mereka, mereka mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan cara musyawarah antara mereka, dan mereka menginfakkan dari apa yang telah dikaruniakan
kepada mereka,"Asy Syuraa:38.

SYUBHAT KEEMPAT

Keikutsertaan Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam hilful fudluul

Sebagian orang-orang dungu di antara mereka berdalih dengan keikutsertaan Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam
dalam hilful fudluul sebelum sebelum kenabiannya, (mereka berdalih dengan ini) untuk melegalitas keikutsertaan
dalam parlemen-parlemen tasyrii'iyyah syirkiyyah itu.

Maka kita katakan dengan pertolongan taufiq Allah:

Sesungguhnya orang yang berdalih dengan syubhat ini tidak terlepas dari keadaan-keadaan ini: Bisa jadi dia itu
tidak mengetahui apakah hilful fudluul tersebut, sehingga dia ngelantur dengan apa yang tidak dia ketahui dan
berkata dalam hal yang tidak ada pengetahuan tentangnya, atau bisa jadi orang itu adalah orang yang mengetahui
hakikat hilful fudluul tersebut, terus justeru dia membaurkan yang hak dengan yang batil di hadapan manusia untuk
mengaburkan cahaya dengan kegelapan, serta syirik dengan Islam. Ini dikarenakan bahwa hilful fudluul itu terjadi
sebagaimana apa yang dikatakan oleh Ibnu Ishaq dalam Sirahnya, Ibnu Katsir45 dan Al Qurthubiy46 dalam tafsirnya
tatkala "kabilah-kabilah Quraisy berkumpul di rumah Abdullah Ibnu Jud'aan –karena statusnya sebagai orang yang
terhormat – terus mereka saling berjanji dan saling bersumpah setia bahwa mereka tidak mendapatkan orang yang
dianiaya di kota Mekkah baik dari warganya atau dari warga lain melainkan mereka pasti bangkit membelanya
sehingga dia kembali mendapatkan haknya, kemudian pada akhirnya orang-orang Quraisy menamakan hilf tersebut
sebagai hilful fudluul atau sumpah keutamaan."

Ibnu Katsir berkata: Hilful fudluul adalah hilf yang paling mulia dan paling utama yang pernah didengar di kalangan
arab, sedangkan orang yang pertama kali memiliki ide itu dan mengajak kepadanya adalah Az Zubair Ibnu Abdil
Muthallib, dan penyebabnya adalah bahwa ada seorang laki-laki dari Zubaid datang ke kota Mekkah dengan
membawa barang dagangan, terus dibeli oleh Al 'Aash Ibnu Waa'il namun dia tidak membayarnya, maka laki-laki
itu mengadukan masalahnya kepada orang-orang terpandang di sana, akan tetapi mereka enggan menolongnya untuk
mengambil hak dari Al 'Aash Ibnu waa'il dan justeru mereka malah menghardiknya. Dan tatkala laki-laki itu telah
melihat keburukan yang makin berlipat, maka dia mendaki ke atas bukit Abu Qubais saat matahari terbit sedang
orang-orang Quraisy berada di balai pertemuannya di sekitar Ka'bah, dia menyeru dengan suara yang sangat lantang:

Wahai Alu Fihr tolonglah orang yang didlalimi dengan barang dagangannya

Di lembah Mekkah, yang jauh dari negerinya dan para penolongnya

Dan bantulah orang yang sedang ihram yang berambut kusut lagi belum menyelesaikan umrahnya

Wahai orang-orang terpandang, dan wahai orang-orang yang ada di antara Hijr (Ismail) dan Hajar (aswad)

Sesungguhnya haraam itu bagi orang yang kemuliannya sudah mati

Dan bukan haram bagi orang yang aniaya lagi kotor

Maka bangitlah Az Zubair Ibnu Abdil Muththallib, seraya berkata: Apakah ini boleh dibiarkan? Maka berkumpulah
Bani Hasyim, Zuhrah, Taim Ibnu Murrah di rumah Abdullah Ibnu Jud'aan, dia menyediakan makanan bagi mereka
dan kemudian saling berjanji pada bulan haram Dzul Qa'dah, mereka berjanji karena Allah bahwa mereka akan satu
tangan menolong orang yang didhalimi atas orang yang dhalim hingga menunaikan hak kepada yang dia dhalimi,
mereka akan tetap teguh selama laut shuufah masih basah dan selama gunung tsabiir dan Haraa masih terpancang.
Maka orang-orang Quraisy menamakan hilf ini dengan hilful fudluul, mereka mengatakan: Orang-orang itu telah
masuk kedalam hal keutamaan," maka mereka berjalan menuju Al 'Aash Ibnu Waa'il kemudian mengambil paksa
harta laki-laki itu dan kemudian menyerahkannya kepada dia.

Qasim Ibnu Tsabit menyebutkan dalam Gharibul Hadits: Bahwa seorang laki-laki dari Hats'am datang ke kota
Mekkah dengan tujuan haji dan dia disertai oleh puterinya yang dipanggil Al Qatuul yang tergolong wanita tercantik
pada masanya, terus wanita itu diculik darinya oleh Nabih Ibnu Al Hajjaj dan terus menyembunyikannya, maka si
orang tua itu berkata: Siapa orang yang bisa membantu saya untuk mengadili laki-laki itu? Maka dikatakan
kepadanya: Mintalah kamu bantuan dengan Hilful Fudluul," maka dia berdiri di samping Ka'bah dan menyeru:
Wahai orang-orang hilful fudluul tolonglah!! Maka tiba-tiba mereka berdatangan menghampirinya dari setiap
penjuru dengan menghunuskan pedang-pedangnya seraya berkata: Telah datang kepadamu pertolongan, ada apa?47
Maka dia berkata: Sesungguhnya Nabih telah menganiayaku dengan menculik puteri saya,"maka mereka berjalan
bersamanya hingga sampai di pintu rumahnya, maka dia keluar menemui mereka, mereka berkata kepadanya:
Enyahlah, cepat keluarkan wanita itu! Kamu sudah mengetahui perjanjian yang kami pegang,"maka dia berkata:
Saya akan mengelurkannya, akan tetapi izinkan saya untuk menikmatinya semalam saja,"maka mereka mengatakan:
Tidak meskipun sesaat saja," maka dia menyerahkan wanita itu kepada mereka.

Az Zubair berkata tentang hilful fudluul:

Sesungguhnya fudluul telah bersepakat dan berjanji

Akan tidak tidak adanya yang dlalim di lembah Mekkah

Itu adalah yang mereka sepakati dan mereka janjikan

Maka orang yang melindungi dan yang dalam kesusahan adalah selamat di antara mereka. 48
Dalam hilf ini dan sekitar tujuan-tujuan itu, orang-orang yang berdalih dengannya menggabungkannya dengan apa
yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi dan Al Humaidiy bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam berkata: Saya
telah menyaksikan dirumah Abdullah Ibnu Jud'aan suatu hilf yang lebih saya sukai daripada unta merah (harta
paling mahal), seandainya saya diajak kepadanya di dalam Islam tentu saya menghadirinya,"

Oleh sebab itu Al Humaidiy menambahkan:Mereka bersepakat untuk mengembalikan hak kepada pemiliknya dan
untuk tidak ada orang dlalim menganiaya yang didhalimi,"

Kami bertanya kepada mereka di sini:

 Apa wajhuddilaalah (sisi pengambilan dalil) wahai ahli fiqh dan istidlaal dari hilf ini dan
keutamaan yang dikandungnya atas bolehnya masuk majelis yang didalamnya dilakukan tasyrii'
(pembuatan hukum dan perundang-undangan yang padahal hak khusus Allah) sesuai dengan
undang-undang Iblis, dan para penghuni majelis ini memulai majlis mereka dengan sumpah untuk
menghormati hukum kafir dan undang-undangnya, dan untuk loyalitas terhadap para
penyembahnya dan thaghut-thaghutnya yang selalu memerangi dienullah dan para auliyaa-Nya
yang dimana para thaghut itu berwalaa' terhadap musuh-musuh Allah dan terhadap kekafiran-
kekafiran mereka…??
 Apakah dalam hilful fudluul itu ada kekafiran, kemusyrikan, tasyrii bersama Allah, dan
menghormati dien selain dienullah, sehingga kalian bisa berdalil dengannya..??

Bila kalian mengatakan ya ada…berarti kalian mengklaim bahwa Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam telah
ikut serta dalam kekafiran, tasyrii' dan telah mengikuti dien selain dienullah, serta bahwa beliau bila diajak di dalam
Islam terhadap hal seperti itu tentu beliau akan memenuhinya!!! Siapa yang mengklaim ini maka berarti dia telah
menjadikan manusia dan jin sebagai saksi akan kekafiran dirinya, kemurtaddannya, dan kezindiqkannya..

Bila kalian mengatakan tidak: Tidak ada, di dalamnya tidak ada kekufuran, tasyrii', dan bahkan tidak ada satupun
kemungkaran. Semua yang ada di dalamnya adalah menolong orang yang didhalimi, membantu orang yang dalam
bencana dan keutamaan-keutamaan lainnya.

Maka bagaimana kalian menghalalkan dan membolehkan untuk mengkiaskannya dengan majlis-majlis kekafiran,
fasiq, dan maksiat.

 Kemudian kami bertanya kepada mereka dengan pertanyaan yang jelas, dan kami menginginkan
dari mereka kesaksian yang terang atas Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam jawaban
pertanyaan ini {Kesaksian mereka itu akan dicatat dan mereka akan dimintakan pertanggung
jawaban}49

Seandainya yang ikut serta dalam hilful fudluul ini – bagaimanapun bentuk hilf itu – tidak bisa ikut serta di
dalamnya kecuali bila bersumpah terlebih dahulu sebelum masuk di hilf itu untuk menghormati Latta, 'Uzzaa,dan
Manat, serta untuk selalu loyalitas terhadap dien Quraisy yang kafir, terhadap berhala-berhalanya dan
kejahiliyyahannya…kemudian untuk menolong orang yang didhalimi, membantu orang yang dalam bencana serta
yang lainnya..

Saya katakana: Bila keadaannya seperti itu apakah Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam mau ikut serta di dalamnya,
atau memenuhi undangannya bila diundang untuk sepertinya di dalam Islam ini????

Jawablah wahai para penyembah maslahat dan anggapan-anggapan baik…!! Dan (jawablah) Wahai orang-orang
yang sering meramaikan perayaan-perayaan dan pameran..!!!
Bila mereka berkata: Ya, Rasulullah akan menghadirinya dan ikut serta di dalamnya…. Dan itu memang yang telah
terjadi," maka berarti umat telah berlepas diri dari mereka ini, dan mereka telah menjadikan seluruh makhluk
sebagai saksi akan kekafiran diri mereka.

Bila mereka berkata: Tidak, dan tidak mungkin itu terjadi dari Rasulullah..

Maka kami mengatakan: Kalau demikian maka tinggalkanlah igauan dan celotehan-celotehan murahan itu, dan
kalianpun tahu bagaimana dan dengan apa kalian berdalil itu.

SYUBHAT KELIMA

Maslahat dakwah

Mereka mengatakan: Sesungguhnya masuk majelis-majelis itu mengandung banyak maslahat. Bahkan sebagaian
mereka mengklaim bahwa majelis itu pada dasarnya adalah mashlahat mursalah, dan mereka menyebutkan: Bisa
dakwah kepada agama Allah, bisa menyampaikan yang hak, mereka juga menyebutkan: Merubah sebagian
kemungkaran dan meringankan sebagian tekanan terhadap dakwah dan para du'aat……mereka juga menyebutkan:
Untuk tidak membiarkan tempat-tempat dan majelis-majelis itu dipenuhi orang-orang nasrani, atau komunis atau
yang lainnya…dan sebagian mereka lebih dasyat lagi dan mengatakan: Ini adalah untuk masalahat tahkiim syarii'at
Allah (pemberlakuan hukum Islam) dan penegakkan dien-Nya (penegakkan ajaran-Nya) lewat
MPR/DPR/Parlemen…….dan maslahat-maslahat yang mereka klaim, impiannya dan keinginanya………semua itu
berkisar sekitar masalahat (dakwah).. 50

Maka kami katakan dengan taufiq Allah subhaanahu wa ta'aala:

Siapa yang berhak menentukan maslahat-maslahat dien-Nya dan hamba-hamba-Nya, serta mengetahuinya dengan
sebenar-benarnya? Allah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui?? Atau kalian dengan anggapan-anggapan baik
(istihsan) kalian dan maslahat-maslahat (ishtishlaah) yang kalian klaim??

Bila kalian mengatakan: Kami.

Maka kami katakan: Berarti bagi kalianlah agama kalian dan bagi kamilah agama kami, kami tidak akan
menyembah apa yang kalian sembah, dan kalian bukan penyembah Tuhan yang kami sembah….sebab Allah
subhaanahu wa ta'aala mengatakan:

‫ما فرطنا في الكتاب من شيء‬

Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab,"51

Dan Dia berfirman seraya mengingkari terhadap orang-orang demokrat dan yang serupa dengan mereka:

‫أيحسب اإلنسان أن يترك سدى‬

Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja,"52

Dan firman-Nya subhaanahu wa ta'aala:


‫أفحسبتم أنما خلقناكم عبثا‬

Apakah kalian mengira bahwa kami menciptakan kalian secara main-main (saja). Al Mukminuun: 115.

Ini dalam agama dan ajaran kami……adapun dalam ajaran dan agama demokrasi adalah tidak adanya tempat bagi
ayat-ayat yang muhkam ini, karena manusia menurut mereka adalah penentu hukum buat dirinya….mereka
mengatakan: Ya, manusia itu sudah ditinggalkan begitu saja, dia memiliki kebebasan penuh untuk memilih,
mengakui, meninggalkan, dan menetapkan tasyrii' dan ajaran yang dia inginkan….baginya tidak penting apakah
aturan yang dia buat-buat itu sesuai dengan apa yang ada di dalam Kitabullah atau justeru bertentangan….yang
penting pedomannya adalah jangan sampai bertentangan dengan aturan dan perundang-undangan dasar yang ada.

‫أف لكم ولما تعبدون من دون هللا أفال تعقلون‬

Ah (celakalah) kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah. Maka apakah kalian tidak berakal.Al Anbiyaa:67.

Bila mereka mengatakan: Justeru Allah subhaanahu wa ta'aala sajalah Dzat satu-satunya yang berhak menentukan
maslahat-maslahat itu dengan sebaik-baik penentuan, karena Dia-lah yang telah menciptakan makhluk-Nya sedang
Dia lebih mengetahui akan maslahat-maslahat mereka.

‫أال يعلم من خلق وهو اللطيف الخبير‬

Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan apa yang kamu rahasiakan); dan
Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui? Al Mulk:14.

Kami bertanya kepada mereka: Apakah maslahat terbesar dalam kehidupan ini yang telah Allah tetapkan, dan
karenanya Dia telah mengutus para rasul, Dia menurunkan Kitab-Kitab, Dia mensyari'atkan jihad dan istisyhaad,
serta untuk merealisasikannya daulah Islamiyyah ditegakkan…..wahai para para du'aat (yang mengaku ingin
mengembalikan) khilafah???????

Bila mereka kesana kemari ngawur kelabakkan dalam maslahat-maslahat juz'iyyah (parsial) lagi nomor dua dan
berpaling dari pokok segala pokok.

Maka kami katakan kepada mereka: Buang dari kalian ucapan ngawur dan igauan itu, dan duduklah untuk belajar
pokok dien kalian, pelajarilah makna Laa ilaaha Illallaah yang di mana dakwah, jihad, istisyhad tidak mungkin
diterima tanpa merealisasikannya dan tanpa mengetahui maknanya.

Dan bila mereka mengatakan: Maslahat terbesar dalam kehidupan ini adalah memurnikan tauhid hanya bagi Allah
subhaanahu wa ta'aala, menjauhi apa yang menyalahinya dan yang membatalkannya berupa syirik dan tandiid
(menjadikan tandingan bagi Allah).

Maka kita katakan: Apakah masuk akal wahai orang-orang yang berakal!!! Kalian menghancurkan maslahat yang
agung lagi menyeluruh dan qath'iy, kemudian kalian bersekongkol dengan thaghut-thaghut itu di atas ajaran bukan
ajaran Allah (demokrasi), kalian menerima dan menghormati hukum yang bukan hukum-Nya subhaanahu wa ta'aala
(yaitu undang-undang dasar), dan kalian mengikuti arbaab musyarri'iin(tuhan-tuhan para pembuat hukum dan
perundang-undangan) yang bermacam-macam di samping Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa…?? Kalian
dengan perbuatan ini hancurkan maslahat terbesar dalam kehidupan yaitu tauhid dan kufur terhadap
thaghut…….demi mencapai maslahat parsial yang hanya sekedar perkiraan yang tidak jelas???

Timbangan apa, akal siapa, ajaran apa, serta agama apa yang rela akan hal ini. Tidak ada yang rela kecuali agama
demokrasi kafir itu??

Dan bagaimana sebagian di antara kalian berani mengklaim bahwa majelis-majelis syirik ini adalah bagian dari
mashalih mursalah. Sesungguhnya maslahat mursalah menurut ulama yang memakainya adalah: (Maslahat yang
tidak diakui dan tidak digugurkan oleh syari'at). Maka apakah kalian mengklaim bahwa syari'at tidak menggugurkan
kekafiran dan kemusyrikan, serta tidak membathilkan setiap ajaran yang bertentangan dengan dienul Islam dan
setiap millah yang bersebrangan dengan millah tauhid…??

Kemudian dakwah apaan yang kalian klaim bisa kalian sampaikan, dan kebenaran macam apa yang kalian klaim
disuarakan di majelis-majelis syirik ini setelah kalian mengubur pokok dari segala inti dakwah Islamiyyah dan pusat
segala roda kebenaran yang jelas?? Dan apakah pokok dari segala pokok dan maslahat terbesar itu dikubur dan
ditimbun demi untuk menggolkan di atas kuburannya parsial-parsial dan cabang-cabang dari agama ini….??

Kemudian saat kalian berusaha menggolkan parsial-parsial dan far'iiy-far'iiy itu – seperti orang yang berusaha
menggolkan undang-undang haramnya khamr – kepada apa kalian menyandaran tuntutan-tuntutan kalian akan
haramnya khamr itu, dan dengan apa kalian berdalil dan memberikan alasan hukum?? Apakah kalian mengatakan:
Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda??

Kemudian bila kalian mengklaim ini, maka kalian adalah dusta, karena hal ini tidak dijadikan sandaran (tidak
dianggap) dalam agama demokrasi dan dalam syari'at undang-undang, kecuali apa yang didukung oleh undang-
undang dan diakuinya serta dikuatkannya….tidak diragukan lagi kalian pasti akan mengatakan: Sesuai dengan pasal
dua dan pasal 24… dan pasal 25….dan hal serupa berupa hukum-hukum dan perundangan kafir dan sesat
ini…….maka apakah setelah ini ada kekafiran, syirik dan ilhaad?? Dan apakah masih ada tersisa bagi orang yang
meniti jalan ini ashlu dien, millah, dan tauhidnya..?????

‫ت َوقَ ْد أُ ِمرُوا أَ ْن يَ ْكفُرُوا بِ ِه َوي ُِري ُد ال َّش ْيطَانُ أَ ْن‬


ِ ‫أَلَ ْم ت ََر إِلَى الَّ ِذينَ يَ ْز ُع ُمونَ أَنَّهُ ْم آ َمنُوا بِ َما أُ ْن ِز َل إِلَيْكَ َو َما أُ ْن ِز َل ِم ْن قَ ْبلِكَ ي ُِري ُدونَ أَ ْن يَت ََحا َك ُموا إِلَى الطَّا ُغو‬
‫ضالَالً بَ ِعيدًا‬َ ‫ُضلَّهُ ْم‬
ِ ‫ي‬

"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang
diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut,
padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan)
penyesatan yang sejauh-jauhnya." (Qs: An-Nisaa': 60)

Berilah kami jawaban….apakah mungkin membuat undang-undang atau hukum di sarang-sarang paganisme ini
selain melewati jalan-jalan (jalur-jalur) kemusyrikan dan kekufuran..???

Berilah kami jawaban wahai para pengklaim maslahat dan orang-orang yang merasa lebih paham..??

Dan termasuk berhukum dengan apa yang Allah turunkan yang kalian tangisi, apakah kalian ingin menggolkannya
lewat jalan syirik ini..???

Apakah kalian tidak mengetahui bahwa itu adalah jalan kekafiran dan sudah dibentengi…karena kalau seandainya
itu berhasil –ini hanya mengandai-andai – maka itu tidak akan menjadi hukum Allah, akan tetapi itu adalah hukum
undang-undang, hukum rakyat, dan hukum mayoritas. Dan tidak akan menjadi hukum Allah kecuali saat adanya
berserah diri dan menerima sepenuhnya akan firman Allah, dada lapang untuk menerima syari'at-Nya dan untuk
menghamba kepada-Nya subhaanahu wa ta'aala. Adapun saat menerima penuh ajaran demokrasi, syari'at undang-
undang, dan hukum rakyat serta hukum mayoritas, maka itu adalah hukum thaghut meskipun pada saat yang
bersamaan sesuai dengan hukum Allah dalam beberapa bentuknya, karena Allah subhaanahu wa ta'aala telah
berfirman:

ِ ‫إِ ِن ْال ُح ْك ُم إِالَّ هَّلِل‬

“Keputusan itu hanyalah milik Allah,.” (Qs: Yusuf: 40)

Allah tidak mengatakan: Keputusan itu hanyalah milik manusia," dan Allah subhaanahu wa ta'aala juga berfirman:

ُ ‫م بِ َما أَ ْنزَ َل هَّللا‬jْ ُ‫َوأَ ِن احْ ُك ْم بَ ْينَه‬


"”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah,”” (Qs: Al-
Maa-idah:49).

Allah tidak mengatakan: menurut seperti apa yang Allah turunkan," atau," dan hendaklah putuskan di antara mereka
menurut apa yang ditegaskan oleh hukum dan undang-undang buatan," justeru itu adalah ucapan kaum musyrikin
dari kalangan budak-budak demokrasi dan para penyembah undang-undang bumi.

Kemudian mana kalian? Apakah kalian masih dalam tidur dan kesesatan kalian yang lalu? Apakah kalian mengubur
kepala kalian dalam pasir…apakah kalian tidak menyaksikan percobaan-percobaan orang-orang yang seperti kalian
yang ada di sekitar?, lihat ini Al Jazair, itu Kuwait, di sana ada Mesir, dan yang lain-lainnya banyak. Apakah kalian
masih belum yakin bahwa ini adalah permainan kufriyyah, pertunjukan syirkiyyah yang timpang lagi tertutup
jalannya?? Apakah kalian masih belum percaya bahwa majelis-majelis ini adalah bola mainan di tangan thaghut, dia
bisa membukanya, menutupnya, mengaktifkannya, dan membubarkannya kapan saja dan saat dia suka,53 dan
sesungguhnya tidak akan ada undang-undang yang dibuat sehingga disahkan dan disetujui oleh thaghut.54 Maka
kenapa kalian masih tetap bersikukuh di atas kekufuran yang jelas ini…dan ngotot di atas kehinaan yang nampak
ini..??

Kemudian setelah ini semua jelas tetap saja engkau bisa mendapatkan orang-orang itu dengan lugasnya meneriakan
dan mengatakan: Bagaimana majelis-majelis ini kita biarkan bagi orang-orang komunis atau nasrani……..atau
orang-orang kafir lainnya….?? Enyahlah, dan enyahlah, binasalah, dan binasalah kalian. Allah subhaanahu wa
ta'aala berfirman:

‫وال يحزنك الذين يسارعون في الكفر إنهم لن يضروا هللا شيئا يريد هللا أن ال يجعل لهم حظا في اآلخرة ولهم عذاب عظيم‬

Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir; sesungguhnya mereka tidak sekali-kali
dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun. Allah berkehendak tidak akan memberi sesuatu bahagian (dari
pahala) kepada mereka di hari akhirat, dan bagi mereka adzab yang pedih,"Ali Imran 176.

Bila kalian tergolong orang-orang kafir mulhid, maka senanglah kalian dengan keikut sertaan dan ikut ambil
bagian….silahkan ikut serta bersama mereka dalam kekafiran dan kemusyrikannya bila kalian mau, akan tetapi
ketahuilah bahwa kebersamaan kalian bersama mereka dalam keadaan ini tidak hanya terbatas di kehidupan dunia,
namun sebagaimana apa yang Allah subhaanahu wa ta'aala firmankan dalam surat An Nisaa setelah menghati-
hatikan dari majelis-majelis seperti ini dan Dia memerintahkan untuk menjauhi para pelakunya serta tidak duduk
bersama mereka, karena kalau tidak mau menuruti perintah-Nya maka orang yang duduk itu adalah sama seperti
mereka, Dia berfirman seraya menghati-hatikan:

‫إن هللا جامع المنافقين والكافرين في جهنم جميعا‬

Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafiq dan orang-orang kafir di dalam
Jahannam,"An Nisaa: 140.

Apakah setelah penjelasan ini semua kalian masih belum yakin bahwa itu adalah kemusyrikan yang terang dan
kekafiran yang jelas.?? Apakah kalian tidak mengetahui bahwa itu adalah dien selain dienullah?? Apakah belum
yakin bahwa sesungguhnya itu adalah millah bukan millah tauhid?? Apa alasannya kalian bersemangat di atasnya??
Tinggalkan itu buat mereka, ya tinggalkan itu, jauhilah, dan biarkanlah buat para pemeluk ajarannya, 55 ikutilah
millah Ibrahim yang murni sedang dia bukan tergolong orang-orang musyrik, dan katakanlah sebagaimana yang
dikatakan oleh cucunya Yusuf 'alaihissalam pada saat dia dalam keadaan lemah tertindas di balik jeraji besi penjara:

‫ ملة آبائي إبراهيم وإسحاق و يعقوب ماكان لنا أن نشرك باهلل من شيئ‬j‫ واتبعت‬. ‫ إني تركت ملة قوم ال يؤمنون باهلل وهم باآلخرة هم كافرون‬.

Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedangkan mereka
ingkar kepada hari kemudian. Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan ya'qub. Tidaklah
patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yusuf: 37-38.
Wahai orang-orang…jauhilah thaghut, dan majelis-majelisnya, berlepas dirilah darinya dan kafirlah kalian
terhadapnya selama keadaan majelis-majelis seperti itu…

Ini adalah kebenaran yang nyata, cahaya yang terang benderang, akan tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya…

‫ من حقت عليه الضاللة‬j‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا ِف ْي ُكلِّ أُ َّم ٍة َرسُوْ الً أَ ِن ا ْعبُدُوا هللاَ َواجْ تَ ِنبُوا الطَّا ُغوْ تَ فمنهم من هدى هللا ومنهم‬

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja),
dan jauhilah Thaghut itu, maka di antara umat ini ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya,”(An Nahl : 36)

‫ أنتم وآباؤكم ما أنزل هللا بها من سلطان إن الحكم إال هلل أمر أال تعبدوا‬j‫أأرباب متفرقون خير أم هللا الواحد القهار ما تعبدون من دونه إال أسماء سميتموها‬
‫إال إياه ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس ال يعلمون‬

Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa ?
Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya menyembah nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu
membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan (hukum) itu
hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti. (Yusuf 39-40).

Jauhilah hal itu wahai kaum, berlepas dirilah dari orang-orangnya dan dari kemusyrikannya sebelum kesempatan
berakhir…dan sebelum datang suatu hari di mana hal itu (meninggalkan dan menjauhinya) adalah angan-angan
kalian terbesar dan tertinggi, akan tetapi kesempatan sudah tiada, pada hari itu penyesalan tidak berguna lagi bagi
kalian, tidak pula mengaduh dan mengeluh, semua tiada manfaatnya.

‫وقال الذين اتبعوا لو أن لنا كرة فنتبرأ منهم كما تبرءوا منا كذلك يريهم هللا أعمالهم حسرات عليهم وما هم بخارجبن من النار‬

Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti" Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas
diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami". Demikian Allah memperlihatkan kepada mereka
amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka, dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. Al
Baqarah: 166-167.

Jauhilah sekarang juga, dan katakanlah kepada orang-orangnya – bila memang kalian di atas millah Ibrahim dan di
atas jalan para nabi dan rasul – sebagaimana yang kami katakan di penghujung perkataan kami ini:

Wahai para penyembah undang-undang buatan…dan hukum-hukum bumi rendahan……

Wahai para penghusung agama demokrasi………

Wahai anggota-anggota dewan pembuat undang-undang………

(Ketahuilah) sesungguhnya kami berlepas diri kepada Allah dari kalian dan dari ajaran kalian….

Kami kafirkan kalian, dan kami kafir terhadap undang-undang syirik kalian, serta kami kafir akan majelis-
majelis kemusyrikan kalian.

(Ketahuilah) sesungguhnya telah tampak antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian selama-
lamanya sampai kalian beriman kepada Allah saja.

KISAH NYATA DI PARLEMEN


Ambilah pelajaran wahai orang-orang yang berakal56

(Saya tidak pernah menduga bahwa apa yang telah Allah tetapkan di dalam Kitab-Nya dan lewat lisan Rasul-Nya
shallallaahu 'alaihi wa sallam membutuhkan persetujuan hamba-hamba Allah, akan tetapi saya dikejutkan bahwa
firman Ar Rabb Yang Maha Tinggi itu senantiasa berada di dalam mushhaf – tetap memiliki kesucian di hati-hati
kami – sampai hamba-hamba Allah di parlemen menyetujui untuk menjadikan firman Allah itu sebagai undang-
undang. Bila ketetapan hamba-hamba Allah di parlemen itu berselisih tentang hukum Allah di dalam Al Qur'an
maka sesungguhnya keputusan hamba-hamba Allah itu akan menjadi undang-undang yang dijadikan acuan dalam
lembaga Yudikatif yang penerapannya mendapat jaminan dari lembaga Eksekutif, meskipun itu bertentangan
dengan Al Qur'an dan Assunnah. Dan bukti atas hal itu adalah bahwa Allah subhaanahu wa ta'aala telah
mengharamkan khamr, akan tetapi parlemen mengizinkannya, dan Allah juga telah memerintahkan penegakkan
huduud, akan tetapi parlemen menggugurkannya. Hasil yang ada sesuai dengan contoh-contoh itu adalah bahwa apa
yang ditetapkan oleh parlemen telah menjadi qanuun (undang-undang) meskipun itu bersebrangan dengan Islam).

Kalimat di atas adalah kesimpulan salah seorang ulama Islam yang pernah duduk di kursi parlemen sebagai wakil
rakyat selama delapan tahun.

Anggota dewan yang 'alim ini dahulu telah merasakan akan pentingnya ceramah di atas mimbar-mimbar, dan
pentingnya menulis di koran-koran. Setelah lama dia hidup menjalani metode-metode itu, dia semakin yakin akan
pengaruh hasil yang dicapainya, akan tetapi dia merasakan bahwa sekedar (menulis dan ceramah) saja tidak bisa
menghasilkan perubahan dalam undang-undang dan pengaruh yang berkesinambungan dalam kekuasaan Legislatif,
Yudikatif, dan Eksekutif, maka akhirnya dia mencalonkan dirinya untuk menjadi anggota parlemen dalam rangka
mencari metode baru untuk tujuan meninggikan kalimat Allah subhaanahu wa ta'aala dengan
pemberlakuan/penerapan syari'at Islamiyyah, ini untuk menyelamatkan hamba-hamba Allah dari kesesatan, dan
melepaskan mereka dari kebatilan, serta merangkulnya ke dalam haribaan Islam.

Akhiranya sang 'alim ini berhasil menjadi anggota parlemen di bawah motto (Berikan suaramu kepadaku agar kami
bisa membereskan dunia ini dengan agama), dan orang-orangpun memberikan suara mereka kepadanya karena
merasa percaya terhadapnya meskipun banyaknya cara-cara pemalsuan, dan manipulasi dalam pemilu-pemilu itu.
Maka keanggotaan sang 'alim ini terus berlangsung berturut-turut selam dua masa jabatan, kemudian setelah masa
itu dia berkata: (Sesungguhnya suara Islam itu sangatlah sulit mendapatkan gemanya di dua masa/priode ini).

Sang 'alim ini suatu hari pergi menuju salah satu kantor kamtib untuk menyelesaikan kepentingan-kepentingan
masyarakat, kemudian dia dikagetkan di kantor rehabilitas moral dengan keberadaan tiga puluh wanita yang duduk
di atas lantai, maka dia bertanya: Apa kesalahan mereka? Maka seorang petugas menjawab kepadanya:
Sesungguhnya mereka itu adalah wanita-wanita jalang (WTS/PKS),"maka si 'alim bertanya: Dan mana para laki-laki
hidung belangnya? Karena itu adalah kriminal yang tidak mungkin dilakukan kecuali antara laki-laki pezina dengan
wanita pezina,"maka si petugas memberitahukannya bahwa si laki-laki pezina bagi mereka adalah hanyalah sekedar
saksi bahwa dia telah melakukan zina dengan wanita ini dan dia telah memberinya bayaran atas hal itu, kemudian
dia (si wanita) dikenakan hukuman bukan karena dia telah berzina akan tetapi karena dia telah meminta upah.
Ternyata orang yang mengaku bahwa dirinya berzina telah berubah menjadi saksi atas si wanita, dan undang-undang
tidak menoleh kepada pengakuan dia akan zina itu.

Sang wakil yang 'alim ini berang, marah karena Allah, maka si petugas berkata kepadanya dengan santainya: (Kami
hanya melaksanakan undang-undang yang kalian tetapkan di parlemen).

Akhirnya si wakil yang 'alim ini mengetahui bahwa meskipun banyaknya orang yang menyuarakan penerapan
syari'at, dan meskipun itu didukung oleh Kitabullah dan Sunnah rasul-Nya, maka sesungguhnya harapan-harapan
akan penegakkan syari'at itu tidak mungkin terealisasi kecuali lewat jalur parlemen yang mereka namakan
(kekuasaan legislatif). Dan dikarenakan badan yudikatif itu tidak memutuskan kecuali dengan undang-undang yang
bersumber dari parlemen, serta karena kekuasaan eksekutif tidak akan bergerak untuk melindungi Al Qur'an dan
assunnah dan tidak pula bergerak melindungi Al Islam kecuali dalam batas kesucian apa yang telah diakui oleh
parlemen, maka sang 'alim ini meyakini bahwa mencapai tujuan ini adalah mungkin saja bila para anggota perlemen
mengetahui bahwa ini adalah firman Allah, sabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan hukum Islam supaya
mereka menetapkannya.

Berangkatlah sang wakil yang 'alim ini, terus dia mengajukkan program penggodokan undang-undang untuk
menegakkan huduud syar'iyyah, program penggodokan undang-undang untuk mengharamkan riba dengan
pengajuan solusi pengganti, program penggodokkan undang-undang untuk menertibkan sarana-sarana informasi
agar sesuai dengan hukum-hukum Allah, program penggodokkan undang-undang untuk menghormati kesucian
bulan Ramadlan dan tidak terang-terangan melakukan pembatal shaum di siangnya, program penggodokkan undang-
undang untuk membersihkan pantai-pantai wisata dari hal-hal porno/cabul/keji/dll, serta program-program
Islamiyyah lainnya. Program-program ini disamping ditandatangani dia, ikut menandatanganinya juga sejumlah
banyak anggota parlemen.

Wakil yang 'alim ini berangkat untuk menunaikan umrah, dan dia disertai sebagian anggota parlemen itu. Di sisi
hajar aswad mereka berjanji kepada Allah untuk selalu memperjuangkan syari'at Allah di parlemen. Kemudian
mereka naik pesawat menuju Al Madinah Al Munawwarah, dan di sana juga mereka saling berjanji setia untuk
menyuarakan suara-suara mereka demi membela syari'at Allah bukan membela partai-partainya.

Sang wakil yang 'alim ini menyalahkan ketiga lembaga itu (Eksekutif, Yudikatif, dan Eksekutif) atas pelegalan hal-
hal yang diharamkan dan penyimpangan terhadap syari'at. Dia mengancam menteri keadilan bahwa dia akan
menggunakan hak interpelasinya terhadapnya setelah beberapa bulan, karena si menteri tidak menyerahkan apa yang
telah diselesaikan berupa undang-undang pemberlakuan syari'at Islam. Dan si menteri itu tidak memenuhi apa yang
diminta oleh sang wakil tersebut, maka dia menginterpelasi sang menteri itu – Interpelasi dalam kamus parlemen
adalah mengharuskan pejabat yang diinterpelasi untuk menjawab apa yang diajukan oleh anggota parlemen selama
keanggotaan si menteri itu belum gugur atau si menteri yang diinterpelasi belum keluar dari jabatan kementerian –
dan si wakil itu terus saja menginterpelasi si menteri dan pemerintahpun justeru mendukung si menterinya dan
bersikeras berusaha untuk menggugurkan interpelasi itu. Pada saat runcingnya hak interpelasi si wakil itu, maka
pemerintah merombak kabinetnya dan tidak ada yang diberhentikan dari jabatan menteri kecuali menteri keadilan
itu, jadi dia dicopot dari jabatannya supaya hak interpelasi itu itu menjadi gugur. Dan perlakuan ini sering berulang-
ulang sehingga mejadi kaidah yang jitu saat berhadapan dengan parlemen.

Si wakil itu kembali bertanya-tanya kepada para anggota dewan seraya berkata: Sesungguhnya proyek-proyek
undang-undang Islamiyyah itu disimpan di laci-laci panitia, sedangkan kalian telah berjanji kepada Allah di Al
Haramain untuk menjadikan suara-suara kalian ini bagi Allah dan Rasul-Nya. Dan si wakil itu meminta mereka agar
menanda tangani untuk menuntut pemberlakuan secepatnya syari'at Islamiyyah, maka merekapun memenuhi
permintaannya dan menandatangani apa yang dipinta oleh sang wakil, kemudian sang wakil yang 'alim ini
menyimpan berkas ini di sekretariat parlemen. Dia meminta atas nama semua anggota dewan agar memperhatikan
undang-undang syari'at Allah. Maka ketua parlemenpun bangkit dan menuntut atas nama semua anggota agar
kembali memperhatikan undang-undang penerapan syari'at Allah, dan dia berkata: Sesungguhnya pemerintah ini
memiliki semangat yang sama dengan kalian untuk membela Islam, akan tetapi kami meminta dari anda-anda
kesempatan untuk melakukan lobi-lobi politik, maka semua anggota yang menandatangani dan yang telah berjanji di
Al Haramain untuk memberlakukan syari'at Islam bertepuk tangan dan menyetujui permintaan itu, sehingga
lenyaplah sudah tuntutan penerapan secepatnya akan syari'at Islam, dan menanglah pemerintah.

Maka keterputusasaan telah meliputi diri sang wakil yang 'alim itu, karena ketidakberhasilan usaha-usahanya dalam
rangka menegakkan syari'at bersama-sama dengan para anggota yang telah dia ajak kemudian mereka
menyetujuinya, terus setelah itu mereka justeru berpaling. Akan tetapi dia suatu hari dikejutkan dengan satu usulan
dari ketua parlemen untuk menyepakati dibentuknya panitia umum dalam rangka mengundang-undangkan syari'at
Islamiyyah, dan ternyata jelas tujuan sebenarnya, dia mendapatkan bahwa keputusan pemerintah yang tiba-tiba ini
tidak lain untuk menutupi kebobrokan maha besar yang telah mencoreng negeri, dan pemerintah ini tidak
mengambil keputusan untuk kepentingan Islam. Dan sang wakil itu tetap menyambut rencana ini meskipun dia
mengetahui tujuan sebenarnya. Panitiapun berkumpul, akan tetapi si wakil merasakan ketidak seriusan pemerintah
terhadap penerapan syari'at Allah, karena kalau seandainya pemerintah memang menginginkan ridla Allah, tentu di
sana ada hal-hal yang tidak membutuhkan proses-proses. Penutupan pabrik-pabrik khamr mungkin dilakukan
dengan satu goresan pena, dan penutupan diskotik dan bar-bar bisa dengan satu goresan pean pula.
Ada fenomena-fenomena yang menunjukan bahwa di balik itu ada tujuan sebenarnya, yang semuanya memberikan
pengaruh dalam jiwa sang wakil – yang sebenarnya merupakan salah satu kaidah dalam menghadapi parlemen –
yang isinya adalah: Bahwa syari'at Allah tidak akan terealisasi selama-lamanya lewat tangan-tangan anggota
parlemen.

Masyarakat dikejutkan dan si wakil juga dikejutkan dengan dibubarkannya parlemen padahal sebelumnya dia adalah
ketua panitia proyek-proyek penerapan syari'at Islamiyyah dan dia terus melakukan pengkajian dan penyusunan
undang-undang bersama panitia dalam tiga puluh pertemuan.

Pada saat kekosongan parlemen muncul keputusan yang sangat berbahaya dalam masalah yang menyentuh langsung
kehidupan pribadi masyarakat. Maka sang wakil yang 'alim ini berdiri menghadang keputusan ini, karena itu
bertentang dengan Islam dan undang-undang dasar, akan tetapi kaidah yang baku mengatakan: Sesungguhnya
parlemen itu bisa dibubarkan dengan dekrit bila negara hendak memaksakan suasuatu atas masyarakat, meskipun itu
bertentangan dengan Islam.

Adapun kaidah terpenting yang dijadikan landasan oleh parlemen adalah apa yang telah disimpulkan oleh sang
wakil yang 'alim dengan ucapannya:

Sesungguhnya meskipun saya diberi kemampuan menyampaikan hujjah-hujjah, dan meskipun sikap saya ini
berlandaskan Kitab dan Sunnah, maka sesungguhnya di antara aib parlemen dan tanggung jawabnya yang
jelas nista adalah bahwa demokrasi itu menjadikan keputusan itu ada ditangan mayoritas secara muthlak
dengan pasti, dan tidak ada batas serta tidak ada syarat meskipun bertentang dengan Islam.

Sang wakil mulai merasakan bahwa ada langkah dan usaha-usaha dari pemerintah, ketua parlemen dan partai-partai
mayoritas untuk mempersempit geraknya. Dan kepemimpinan parlemenpun mulai melawan usaha-usahanya, dan
menuduhnya bahwa dia menghambat pekerjaan-pekerjaan panitia, akan tetapi dia terus mengerahkan usaha dan
kemempuannya. Dia mengajukan banyak pertanyaan yang belum dicantumkan dalam jadwal-jadwal panitia, dan dia
juga bangkit menuntut banyak permintaan untuk merubah jadwal, akan tetapi dia mendapati semua itu sudah
dikubur dan tidak ada lagi wujudnya. Kemudian dia kembali menggunakan hak interpelasinya yang tidak bisa
ditolak. Dia menginterpelasi menteri-menteri pemerintahan tentang penutupan yang dilakukan negara terhadap
lembaga pengadilan syari'y dan wakaf, lembaga-lembaga pendidikan agama, pondok-pondok tahfidh Al Qur'anil
Karim, dan tentang tindakannya terhadap kurikulum-kurikulum pendidikan di universitas-universitas agama dengan
dalih pengembangannya, dan tentang tekanannya terhadap mesjid-mesjid dengan cara mengeluarkan keputusan yang
tidak membolehkan seorangpun meskipun dia itu adalah syaikh (ulama) untuk masuk tempat ibadah dan
mengatakan meskipun dalam rangka nasihat agama ungkapan yang bertentangan dengan aturan kantor/tata tertib
atau undang-undang yang baku, dan siapa melakukannya maka dia ditahan dan dikenakan denda, dan bila dia
melawan maka denda dilipatgandakan dan dipenjara.

Sang wakil yang 'alim ini menginterpelasi menteri pariwisata, karena para siswa sekolah perhotelan dipaksa karus
mencicipi khamr, mereka menolak dan terus diberhentikan dari sekolah. Dia juga menginterpelasi menteri
penerangan menuntut dibersihkannya sarana-sarana informasi dari tindakan porno yang menghancurkan tatanan
moral dan akhlak serta kesucian negeri. Interpelasi ketiga kepada menteri perhubungan tentang fenomena buruk dan
tindakan tidak maksimal akan sarana ini. Sang wakil yang 'alim ini telah merasa bahwa ia terus mengajukan
berbagai macam interpelasi akan tetapi seolah-olah itu ditujukan terhadap drum yang bolong, maka ia berdiri di
parlemen seraya meminta pertanggungjawaban ketuanya dan menuduhnya bahwa dia telah keluar dari tata-tertib
parlemen. Maka ketua parlemen memerintahkan dalam permainan yang berkesan untuk memasukan tiga interpelasi
itu dalam satu kali pertemuan padahal setiap interpelasi itu membutuhkan beberapa hari, kemudian dia memanggil
salah satu praksi parlemen dari partai mayoritas untuk menggulirkan interpelasi-interpelasi ini. Menteri pariwisata
dipanggil, terus pemerintah yang menentang pencantuman interpelasi ini dalam jadwal kerja ikut campur karena di
dalamnya ada kata-kata yang pedas yaitu (tuduhan yang dilontarkan pemilik interpelasi itu terhadap sang menteri,
bahwa dia mengingkari hakikat sebenarnya dalam menjawab pertanyaannya) kemudian situasi dilimpahkan kepada
para wakil di parlemen, maka mereka memutuskan untuk menghapuskan interplasi itu dan mereka menggugurkan
apa yang dinamakan haq dustuuriy (hak undang-undang) sang wakil itu dalam meminta pertanggung jawaban
pemerintah. Kemudian selanjutnya interplasi ke dua yang diajukan kepada menteri penerangan, sebagaimana para
wakil itu membela khamr maka mereka juga membela dansa padahal mereka itu sudah berjanji kepada Allah untuk
membela syari'at-Nya. Kemudian selanjutnya dibahas interplasi ke tiga, akan tetapi para wakil ini melihat bahwa
permintaan tanggung jawab si menteri perhubungan ini sesuai dengan selera mereka (maka mereka membela
interpelasi sang wakil itu), maka pada akhirnya sang wakil yang 'alim itu berdiri ke podium dan berkata kepada para
wakil di parlemen:

(Wahai hadirat para wakil yang terhormat, saya bukanlah penyembah jabatan, dan saya juga tidak menginginkan
kursi ini karena kedudukannya, sungguh syi'ar saya dahulu adalah (berikan suaramu kepadaku untuk kami benahi
dunia ini dengan agama), dan dahulu saya mengira bahwa cukup untuk mencapai tujuan ini dengan mengajukan
proyek-proyek undang-undang Islamiyyah, akan tetapi telah nampak jelas bagi saya bahwa majelis kita ini tidak
memandang hukum Allah kecuali lewat hawa nafsu kepartaian, dan mana mungkin hawa nafsu itu mempersilahkan
agar kalimat Allah itu adalah yang paling tinggi…

Saya telah mendapatkan bahwa jalan saya untuk menuju tujuan itu telah/dan selalu tertutup di antara kalian, oleh
sebab itu saya mengumumkan pengunduran diri saya dari parlemen ini tanpa ada penyesalan dan rasa sayang akan
hilangnya keanggotan saya ini).

Dan pulanglah sang wakil yang 'alim ini ke rumahnya pada bulan April tahun 1981, dan majelispun ditutup.

Sang wakil yang 'alim ini telah meninggalkan parlemen itu, kemudian beberapa tahun berikutnya dia pergi
meninggalkan dunia yang fana ini, dan parlemen pun selalu tetap memutuskan, menetapkan hukum, dan
melaksanakan dengan selain apa yang Allah turunkan.

Situs kami di internet

‫منبر التوحيد والجهاد‬

www.almaqdese.com

www.tawhed.ws

www.alsunnah.info

1 Seperti yang dilakukan oleh sebagian tokoh ikhwanul muslimin pada masa sekarang dan partai-partai yang menisbatkan diri kepada Islam, sedangkan
Islam itu sendiri berlepas diri dari mereka dan perbuatannya. pent

2 Sebagian ulama kaum musyrikin itu sengaja mendalili majlis syirik demokrasi itu dengan ayat-ayat dan atsar-atsar yang menganjurkan syuraa, layaknya
Dawud Ibnu Jirjis yang mendalili perbuatan syirik kubur dengan ayat-ayat tentang perintah mendekatkan diri kepada Allah subhaanahu wa ta'aala dengan
perantaraan amal shaleh, tak jauh berbeda antara ulama kaum musyrikin itu dengan Dawud Ibnu Jirjis yang sudah divonis kafir mulhid murtad oleh
Aimmatuddakwah, hanya yang menjadi perbedaan adalah bahwa Dawud Ibnu Jirjis mendalili syirkul qubur (syirik kuburan) sedangkan mereka adalah
mendalili syirkul qushur wad dustuur (syirik dewan dan aturan). pent

3 Maslahat pada masa sekarang telah menjadi thaghut yang disembah oleh sebagian kelompok yang katanya ingin memperjuangkan hukum Islam, dengan
dalih maslahat mereka ikut berkecimpung melebur dalam dunia syirik demokrasi dan parlemen, qaatalahumullah illaa an yahtaduu. Pent.

4 Shalat, shaum, zakat, haji, qiyamullail, tilawatul qur'an dan amalan ibadah lainnya bila dilakukan oleh orang yang jatuh kedalam satu macam syirik
akbar, maka itu semua tidak ada artinya, Syaikhul Islam Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam Ad Durar Assaniyyah 1/113: Bila
amalan kamu seluruhnya hanya bagi Allah maka kamu adalah muwahhid, dan bila ada sesuatu dari amalan itu dipalingkan kepada makhluk maka kamu
adalah orang musyrik". Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam Syarah Ashli Dinil Islam (lihat
dalam Majmu'atut Tauhid, atau Aqidatul Muwahhidin, atau Al Jami'ul Fariid, atau dalam Ad Durar 2/131): Sesungguhnya orang yang melakukan syirik itu
maka berarti dia telah meninggalkan tauhid, karena keduanya adalah dua hal yang saling bertentangan yang tidak bisa bersatu". Syaikh Abdullathif Ibnu
Abdurrahman Ibnu Hasan rahimahullah berkata dalam Mishbahudhdhallam 37: Siapa orangnya menyembah selain Allah, menjadikan tandingan Tuhan-
nya, dan menyamakan Allah dengan yang lainnya dalam hak khusus Allah maka dia itu layak dinamakan orang musyrik yang sesat bukan orang muslim,
meskipun dia itu banyak mengelola madrasah (pendidikan agama), mengangkat para qadli, banyak membangun mesjid, dan mengumandangkan seruan
(adzan atau dakwah), karena dia tidak konsisten dengan Islam itu, sedangkan banyaknya berderma harta dan berlomba dalam menampakkan amalan kalau
dia itu meninggalkan hakikat Islam itu (tauhid) maka itu tidak menjadikan dia berstatus sebagai orang Islam". Sedangkan rela, atau ikut gabung dalam
majelis syirik, atau mendukung demokrasi yang intinya penyandaran hukum kepada selain Allah (padahal hukum/tasyri' itu adalah hak khusus Rububiyyah
atau Uluuhiyyah Allah), atau memperindahnya di hadapan manusia, atau menegakkan syubhat untuk membolehkannya, atau bahkan melindunginya, maka
itu adalah kekufuran dan kemusyrikan, Syaikh Muhammad rahimahullah berkata dalam suratnya kepada Hamd At Tuwaijiriy (Mishbahudhdhalam 104):
Dan kami hanya mengkafirkan orang yang menyekutukan Allah dalam uluuhiyyah-Nya setelah jelas bagi dia hujjah akan batilnya syirik, dan begitu juga
kami mengkafirkan orang yang memperindah syirik itu di hadapan manusia, atau menegakkan syubhat-syubhat yang batil untuk memperbolehkannya, dan
begitu juga (kami mengkafirkan) orang yang menggunakan pedangnya (senjata/ dan kekuatannya) untuk melindungi tempat-tempat kemusyrikan yang di
sana Allah disekutukan dan dia memerangi orang yang mengingkarinya dan berusaha untuk menghancurkannya". Lihat empat macam orang dalam hal itu:
Pelakunya (pemainnya), para juru dakwahnya, para tokoh intelektualnya dan para pelindungnya dari kalangan aparat keamanan (tentara/polisi), barisan,
dan laskar yang merupakan tameng para thaghut. Pent.

5 Dari kalangan ulama suu' yang mengobok-obok masalah tauhid, di antara contoh ulama suu' ini adalah Doktor Yusuf Al Qardlawiy - semoga Allah
memberikan hidayah kepadanya - dia telah memfatwakan saat terjadi gempuran pasukan salib dan kaum murtaddin yang bersekongkol dengan mereka
terhadap kaum muslimin di Afganistan dan pemerintahan Islam Thaliban, dia memfatwakan bahwa tentara muslim Amerika !!! boleh bergabung dengan
pasukan salib Amerika untuk memerangi kaum muslimin di Afghanistan dengan dalih bahwa loyalitas nasionalisme dan kebangsaan harus di dahulukan
atas loyalitas agama dan aqidah. Al Qardlawi dengan fatwa ini telah terjatuh dalam dua pembatal keislaman: Pertama dia membolehkan dan menghalalkan
sesuatu yang sudah jelas lagi pasti keharamannya (bahkan kekufurannya), yaitu mendukung orang-orang musyrik untuk menindas kaum muslimin. Kedua
dia telah mendahulukan loyalitas nasionalisme dan kebangsaan atas agama dan aqidah Islamiyyah. Di samping dia itu bersama-sama dengan pasukan salib
memikul setiap tetes darah kaum muslimin yang tertumpah di Afghanistan. Inikah aqidah orang yang menjadi rujukan segala hukum di kalangan
islamiyyin yang menghusung parlemen. Lihat Al Hijrah Masaail wa Ahkam 50-51. pent.

6 Dengan taqyid ini keluar dari status thaghut para malaikat, para nabi dan orang-orang shalih yang disembah sedangkan mereka itu tidak ridla, mereka itu
tidak dinamakan thaghut dan tidak boleh berlepas diri dari mereka, namun harus berlepas diri dari peribadatan kepadanya dan dari orang-orang yang
menyembahnya, seperti Isa Ibnu Maryam 'alaihissalam.

7 Surat At taubah : 31.

8 Surat Al An'am: 121, dan lihat sebab turun ayat ini, ini telah diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Mustadraknya dari Ibnu Abbas dengan sanad yang
shahih.

9 Majmu Al fatawaa 28/201.

10 A'laamul Muwaqqi'iin 'An Rabbil'aalamiin 1/50.

11 Dalam undang-undang Kuwait pasal 51 dikatakan: Wewenang/kekuasaan legislatif (tasyrii') berada di tangan emir dan majlis rakyat sesuai dengan
patokan undang-undang".

Dan dalam undang-undang Yordania no: 25: Wewenang/kekuasaan legislatif dikembalikan kepada raja dan majlis rakyat".

Dan hal serupa dalam undang-undang Mesir pasal: 86: Majlis rakyat memegang kendali tasyri'".

(Dan begitu juga dalam UUD 45 di Indonesia bab I pasal I ayat 2 amandemen ketiga UUD 1945 (10-10- 2001): Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undag Dasar." bab II pasal 3 ayat 1: Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-
Undang Dasar. Pent)

12 Sebagian ahli tafsir berkata (Orang-orang yang bersama dia): adalah para pengikutnya atau para nabi yang berada di atas jalannya.

13 Sehingga jelaslah batilnya pernyataan yang mengatakan bahwa kita hanya mengkafirkan perbuatannya, namun tidak mengkafirkan pelakunya, atau
pernyataan sesat bahwa kita hanya mengkafirkan nau' tidak mu'ayyannya, atau pernyataan bahwa takfir mu'ayyan itu secara muthlaq adalah hak para ulama
saja termasuk masalah yang dhahirah ini, atau pernyataan bahwa takfir thaghut-thaghut itu tidak ada faidahnya, atau ungkapan lain yang secara sadar atau
tidak sadar dari yang mengatakannya bahwa ungkapan-ungkapan itu telah menguntungkan para thaghut dan barisannya. Subhaanallah bagaimana mereka
itu bisa merealisasikan kufur kepada thaghut secara sempurna bila thaghut-thaghut itu masih dia anggap sebagai orang muslim, Syaikh Muhammad Ibnu
Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam risalah fi makna thaghut silahkan lihat dalam Majmu'atuttauhid dan dalam Ad Durar jilid kedua serta dalam Al
Jami'ul fariid : Adapun tata cara kufur kepada thaghut adalah engkau meyakini batilnya ibadah kepada selain Allah, engkau meninggalkannya, engkau
membencinya, engkau mengkafirkan para pelakunya dan memusuhi mereka". Siapa yang akan engkau musuhi bila orang mu'ayyannya tidak ada yang
dikafirkan ?...beliau juga mengatakan dalam Ad Durar 2/78: Takutlah engkau kepada Allah, takutlah engkau kepada Allah wahai saudaraku, pegang
teguhlah ashlu dien kalian, yang paliang awal dan paling akhir darinya, induknya dan kepalanya, yaitu syahadat Laa ilaaha Illallaah, ketahuilah maknanya,
cintailah orang-orangnya, dan jadikanlah mereka sebagai saudara-saudara kalian meskipun mereka itu jauh. Dan kafirlah kalian terhadap thaghut-thaghut,
musuhilah mereka, bencilah orang yang mencintai mereka atau membela mereka atau orang yang tidak mengkafirkan mereka atau orang yang mengatakan
saya tidak ada urusan dengan mereka atau orang yang mengatakan bahwa Allah tidak memajibkan saya untuk mengomentari mereka, sungguh dia (orang
yang mengatakan itu) telah dusta terhadap Allah dan mengada-ada, justeru Allah telah mewajibkan dia untuk mengomentari mereka, Dia telah
memfardlukan dia untuk kafir terhadap mereka dan berlepas diri darinya meskipun mereka itu adalah saudara-saudaranya dan anak-anaknya." Dan beliau
juga berkata dalam kitab itu 2/79: Dan makna kafir terhadap thaghut adalah engkau berlepas diri dari segala sesuatu yang dipertuhankan selain Allah, baik
itu jin, manusia, batu, pohon atau yang lainnya, memvonisnya dengan vonis kafir dan sesat, serta membencinya meskipun dia itu adalah ayahmu atau
saudaramu. Adapun orang yang mengatakan: Saya tidak beribadah kecuali kepada Allah, akan tetapi saya tidak akan mengomentari para saadah (syaikh-
syaikh yang dipertuhankan), kubah-kubah yang ada di atas kuburan, serta yang lainnya, maka dia itu adalah dusta dalam ucapan Laa ilaaha Illallaah, dia
tidak iman kepada Allah dan tidak kafir terhadap thaghut." Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad mengatakan dalam syarah Ashli Dienil
Islam: Maka orang itu tidak dikatakan muwahhid kecuali dengan menafikan syirik, berlepas diri darinya serta mengkafirkan pelakuanya." Syaikh
Abdillathif Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam Mishbahudhdhalaam hal: 28: Dan sebagian
ulama memandang bahwa ini (takfir) serta jihad di atasnya merupakan satu dari rukun-rukun Islam yang di mana keislaman seseorang tidak sah tanpanya".
Dan pada halaman berikutnya 29 beliau mengatakan: Adapun menelantarkan jihad dan tidak mengkafirkan orang-orang murtad, orang yang menjadikan
tandingan bagi Allah serta orang yang mengangkat andaad dan aalihah (tuhan) bersama Allah, ini (tindakan) hanyalah dilalui oleh orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak mengagungkan perintah-Nya, tidak mengikuti jalan-Nya, dan tidak mengagungkan Allah dan Rasul-nya
dengan pengagungan yang seharusnya, bahkan dia itu tidak mengagungkan para imam dan ulama umat ini dengan pengagungan yang seharusnya".

Al Imam Al Barbahari rahimahullah berkata dalam Syarhusunnah nomor 49: Seorangpun dari ahli kiblat tidak boleh dikeluarkan dari Islam sehingga dia
menolak satu ayat dari Kitabullah, atau menolak sesuatu dari atsar-atsar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam atau shalat terhadap selain Allah, atau
menyembelih untuk selain Allah (tumbal/sesajen), dan bila dia melakukan satu dari hal-hal itu maka wajib atasmu untuk mengeluarkan dia dari Islam."

Syaikh Muhammad Ibnu Ibrahim Ibnu Abdillathif Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah dalam Majmu' Al
Fatawaa 1/84 dinukil dalam Aqidatul Muwahhidiin beliau berkata saat mengingkari orang yang tidak mau mentakfir mu'ayyan: Sesungguhnya nash-nash
itu tidak datang dengan menta'yin setiap orang, dia itu (orang yang tidak mau takfir mu'ayyan) belajar bab hukum orang murtad, akan tetapi dia tidak
mempraktekannya kepada seorangpun, maka ini adalah kesesatan yang buta dan kejahilan yang maha besar."

Takfir orang yang melakukan syirik akbar adalah suatu keharusan bukan fitnah sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian juhhaal yang intisab ke salaf,
dan kalau seandainya mereka berdalih bahwa mereka itu mengucapkan syahadat, mengamalkan rukun Islam dan yang lainnya sehingga saya tidak bisa
mengkafirkannya meskipun mereka itu melakukan kekafiran yang nyata atau syirik akbar, ketahuilah sesungguhnya orang-orang yang berkeyakinan seperti
ini adalah al malaa'iin almulhidiin al jahiliin adh dhaalimiin, Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam Mufidul Mustafid Fi
Kufri Tarikit Tauhid (lihat Aqidatul Muwahhidiin 70, juga Tarikh Najd 381) setelah menjelaskan bukti ijma-ijma salaf dan pengikut akan takfir mu'ayyan
orang yang mengucapkan Laa ilaaha Illallaah dan melaksanakan amalan-amalan Islam saat menampakkan kekafiran yang nyata dan syirik akbar, beliau
berkata: Seorangpun dari kalangan orang-orang terdahulu dan al aakhiriin tidak pernah mendengar bahwa ada seorang (ulama) yang mengingkari
sedikitpun dari hal itu, atau mempertanyakannya karena alasan mereka (yang dikafirkan) itu mengaku Islam atau karena alasan mereka mengucapkan Laa
ilaaha Illallaah atau karena mereka menampakkan hal-hal dari rukun-rukun Islam, kecuali apa yang kami dengar dari orang-orang terlaknat itu (al
malaa'iin) pada masa-masa sekarang, padahal mereka mengakui bahwa itu adalah syirik, akan tetapi orang yang melakukannya atau memperindahnya atau
dia telah bergabung dengan para pelakunya atau dia mencela tauhid atau memerangi muwahhidin karena tauhidnya atau membenci mereka karenanya,
bahwa orang seperti ini tidak bisa dikafirkan karena dia mengucapkan Laa ilaaha Illallaah atau karena dia itu selalu menunaikan rukun Islam yang lima.
Dan mereka berdalih bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam telah menamakan rukun-rukun itu sebagai Islam. Sungguh pernyataan ini (tidak bolehnya
mengkafirkan orang-orang seperti tadi karena alasan tersebut) tidak pernah didengar sama sekali kecuali dari mereka orang-orang al mulhidiin al jahiliin
adh dhalimiin itu. Dan bila mereka mendapatkan sepatah kata dari kalangan ulama atau salah seorang dari mereka untuk dijadikan dalil atas pendapat
mereka yang busuk lagi dungu itu silahkan sebutkan."pent.

14 Diambil dari Sabilunnajah wal Fikaak min Muwaalatil Murtaddin wa Ahlil Isyraak karya Syaikh Hamd Ibnu 'Atiq, dan lihatlah risalah kami Milah
Ibrahim wa dakwatul Anbiyaa wal Mursaliin wa Asaalibuththughaah fi Tamyii'ihaa wa Sharfiddu'aah 'anhaa cetakan An Nur lil I'lam Al Islamiy.

15 Muttafaq 'Alaih, potongan dari hadits ru'yatul mukminin lirabbihim yaumal qiyamah.

16 Di dalam UUD 45 Bab II pasal 3 ayat 3: Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara terbanyak."pent.

17 Namun demikian para ulama kaum musyrikin tetap mengatakan demokrasi adalah syuraa yang di mana kita harus ikut andil di dalamnya dan untuk
merealisasikannya, mereka mengutip ayat-ayat dan hadits untuk mengelabui masyarakat dan para pemuda yang memiliki semangat namun tak memiliki
tauhid, thaghut-thaghut pun rela dan ridla dan menghargai mereka dan mengatakan mereka adalah orang-orang Islam yang demokrat. Sesungguhnya
mereka – Demi Allah – adalah ulama kaum musyrikin, mereka ulama karena tahu banyak tentang fiqh, hadits dan tafsir, serta aliran-aliran sesat, namun
mereka tak memiliki tauhid. Namun ketahuilah sesungguhnya satu orang awam dari kalangan muwahhidin yang memiliki silaah (senjata) mampu
menaklukan seribu dari kalangan ulama kaum musyrikin, begitulah Al Imam Muhammad Ibnu Abdil Wahhab mengatakan dalam Kasyfusysyubuhatnya.
Pent.

18 Dalam undang-undang dasar Kuwait pasal VI ditegaskan: Rakyat adalah sumber kekuasaan seluruhnya".
Dan dalam pasal 51: Kekuasaan legislatif berada di tangan amir dan majlis rakyat sesuai dengan undang-undang dasar".
Dan di dalam undang-undang dasar Yordania pasal ke 24: Rakyat adalah sumber segala kekuasaan (hukum)". Dan : Rakyat menjalankan kekuasaan
legislatifnya sesuai dengan cara yang telah tertera undang-undang dasar".

19 Kalau di kita sekarang adalah seperti Pancasila dan UUD 45.pent.

20 Allah subhaanahu wa ta'aala telah mengabarkan kepada kita bahwa perkataan ini adalah yang dilontarkan oleh Ibrahim kepada kaumnya setelah dia
menjelaskan kepada mereka keburukan tuhan-tuhan mereka dan para thaghutnya.

21 Di kala hukum Allah hendak ditetapkan sebagai hukum Negara yang beragama demokrasi, maka hukum Allah itu harus disodorkan terlebih dahulu
kepada para arbaab (tuhan-tuhan buatan) yang duduk di atas kursi yang empuk itu, bila mayoritas mereka menyetujuinya, baru bisa diterapkan, dan bila
tidak maka tidak bisa diberlakukan. Subhaanallah, siapa yang lebih tinggi, Allah atau mereka, sehingga hukum Allah memerlukan persetujuan dan
pengesahan mereka terlebih dahulu. Orang-orang yang katanya ingin memperjuangkan Islam lewat parlemen mereka adalah arbaab juga, apakah Islam bisa
tegak lewat jalur syirik, ingatlah ketika hukum-hukum Islam digolkan lewat lembaga syirik itu, maka yang disahkan itu bukanlah hukum Allah tapi itu
adalah hukum parlemen. Kita bertanya kepada orang-orang yang sesat lagi menyesatkan itu, bagaimana bila para thaghut itu menawarkan kepada kalian
hukum Islam namun dengan syarat kalian harus berzina terlebih dahulu, apakah kalian mau menerimanya? Kalau kalian jawab tidak, maka kenapa kalian
menerima bergabung dengan kemusyrikan mereka, padahal zina itu lebih ringan dari syirik ? Binasalah kalian, kecuali bila Allah memberi hidayah kepada
kalian sehingga kalian masuk Islam kembali. Pent.

22 Atau dalam istilah kita dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pent.

23 Semua ini sangat disayangkan sekali terjadi dan ada di Kuwait….. dan di banyak Negara….

24 Di mana dalam nash-nash undang-undang mereka menegaskan bahwa umat atau rakyat adalah sumber segala hukum (kekuasaan), lihat pasal nomor ke
enam dari undang-undang Kuwait, dan pasal ke 24 dari undang-undang (dustuur) Yordania. Dan undang-undang mereka juga menegaskan bahwa
kekuasaan legislatif berada di tangan raja, amir, dan majlis rakyat, lihat undang-undang Kuwait nomor 51 dan undang-undang Yordania pasal 25.

25 Yaitu orang-orang yang pertainya intimaa kepada ikhwanul muslimin sekarang, yang sedikit-sedikit mengatakan untuk merekrut masa ini demi
maslahat dakwah. Enyahlah mereka bila mereka tidak taubat, tuhan atau thaghut yang mereka sembah adalah maslahat dakwah. Demi maslahat dan
kepentingan mereka juga berkoalisi dengan partai sekuler di majelis syirik parlemen. pent

26 Sebagian orang-orang yang merasa pintar memandang bahwa kementerian itu lebih berbahaya daripada parlemen, mereka mengatakan –dengan
klaimnya - bahwa parlemen itu adalah barisan oposisi terhadap pemerintah, di mana mereka (yang masuk perlemen) itu melawan (berjihad) lewat barisan
ini dengan jihad yang bersifat undang-undang, mereka melawan pemerintah dengan perlawanan hukum perundang-undangan di dalamnya, dan melakukan
jihad diplomasi lewatnya…mereka pura-pura buta bahwa tasyrii' (membuat hukum) itu lebih berbahaya daripada melaksanakannya, apalagi tasyrii' yang
mereka namakan sebagai jihad dan perlawanan itu tidak bisa dilaksanakan di parlemen kecuali sesuai dengan undang-undang dasar dan sejalan dengan
paham demokrasi. Silahkan lihat dalam pasal ke 24 ayat 2 dari undang-undang Yordania di mana sesungguhnya kekusaan legislatif rakyat atau yang
lainnya tidak dilaksanakan kecuali sesuai dengan garis-garis pedoman undang-undang yang ada. Sedangkan para anggota parlemen itu tidak lain adalah
para wakil rakyat pemilik kekuasaan undang-undang sesuai klaim mereka.

Dan lihat sejawatnya dalam undang-undang dasar Kuwait pasal ke 51: Kekuasaan legislatif adalah ditangani oleh amir dan majlis rakyat sesuai dengan
undang-undang.

27 Teks undang-undang Yordania point ke 43: Wajib atas perdana menteri dan para menteri kabinetnya sebelum mereka memulai tugasnya untuk
bersumpah di hadapan raja dengan sumpah berikut ini: Saya bersumpah dengan Nama Allah Yang Maha Agung untuk selalu setia kepada raja dan selalu
menepati undang-undang dasar…"dan hal serupa dalam pasal ke 79: Wajib atas setiap anggota majelis permusyawaratan dan majlis perwakilan sebelum
memulai menjalankan tugasnya untuk bersumpah di hadapan majelis dengan sumpah yang berbunyi: Saya bersumpah dengan Nama Allah Yang Maha
Agung untuk selalu setia kepada raja dan tanah air serta selalu menepati undang-undang dasar…" dan hal serupa dalam undang-undang Kuwait pasal 91
dan 126.

Maka apakah Yusuf 'alaihissalam melakukan hal seperti itu?????

Dan janganlah engkau terkecoh dengan talbis yang dilakukan oleh orang-orang yang terpedaya yang mengatakan: Kami bersumpah namun kami
melakukan pengecualian dalam diri kami sendiri: (Selama dalam batasan-batasan syari'at).

Dan katakanlah kepada mereka: Sumpah itu bukanlah atas dasar niat orang yang bersumpah, karena kalau demikian tentu rusaklah akad-akad dan syarat-
syarat yang dilakukan oleh manusia, serta terbukalah pintu bagi setiap orang yang mempermainkan (agama), akan tetapi masalahnya adalah sebagaimana
yang dikatakan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:" Sumpah itu atas dasar niat orang yang
meminta sumpah" jadi sumpah kalian ini tidaklah mengikuti niat-niat kalian namun mengikuti niat thaghut yang meminta sumpah kalian.
28 Perkataan yang tadi itu tidak dikeruhkan oleh ihtijaaj orang yang berhujjah dengan firman Allah subhaanahu wa ta'aala dalam surat Ghafir lewat lisan
orang mukmin keluarga Fir'aun: Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa
dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal , kamu berkata:"Allah tidak akan mengirim seorang
(rasulpun),"Ghafir: 34, ihtijaj dengan ayat ini tidak memperkeruh pernyataan tadi karena beberapa alasan:

1. Sesungguhnya ayat ini tidak jelas (shariih) penunjukannya bahwa Yusuf yang dimaksud adalah Yusuf Ibnu Ya'qub, ada kemungkinan ini
adalah Yusuf lain, sebagian ahli tafsir mengatakan hal ini mereka mengatakan: Ia adalah Yusuf Ibnu Afraaniim Ibnu Yusuf Ibnu Ya'qub yang
berstatus sebagai nabi di antara mereka selama 20 tahun, ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma, dan lihat tafsir Al Qurthubiy.
Sedangkan dalil bila mengandung banyak kemungkinan maka batallah berdalil dengannya.
2. Seandainya yang dimaksud adalah Yusuf Ibnu Ya'qub dalam ayat ini, namun ayat itu tidak shariih penunjukannya bahwa sang raja tetap di atas
kekafirannya, akan tetapi pembicaraan (dalam ayat itu) adalah tentang status keumuman bani Israil.
3. Sesungguhnya ayat tidak menyebutkan kekafiran yang terang-terangan yang jelas, namun ayat hanya menyebutkan keragu-raguan, sedangkan
keragu-raguan itu adalah di dalam hati yang terkadang disembunyikan di suatu waktu dan terkadang ditampakkan di waktu lain. Dan bila telah
jelas bahwa Yusuf telah ditetapkan kedudukannya di bumi ini, dia memerintahkan yang ma'ruf dan melarang dari yang mungkar sebagaimana
yang lalu, maka beliau 'alaihissalam tidak akan rela bila ada seseorang menampakkan kemusyrikan di depannya, bahkan tidak akan ada
seorangpun berani melakukannya karena beliau adalah penguasa lagi rasul dalam satu waktu, sedangkan kemungkaran terbesar baginya adalah
syirik. Dan mungkin saja si raja menyembunyikan hal itu di dalam hatinya, sedangkan keluarganya menampakkan keimanannya yang dhahir
karena takut kekuasaan al haq, ini adalah kemunafikkan yang pelakunya diperlakukan di dunia sesuai dengan apa yang mereka tampakkan.
Bahkan dalam firman-Nya:" hingga ketika dia meninggal, kamu berkata:"Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun)," ada dalil yang
menunjukan keimanan mereka secara dhahir akan risalahnya.

Dan perlu diperhatiakan sesungguhnya sebagian orang-orang yang terpedaya telah menyebutkan kisah orang mukmin keluarga Fir'aun juga dalam
syubhat-syubhat mereka dalam masalah ini dengan dalih bahwa dia menyembunyikan keimanannya. Maka kami katakan: Bagaimana cara
pengambilan kalian dari kisah mukmin keluarga Fir'aun dalam masalah kita ini? Sesungguhnya terdapat perbedaan yang sangat jauh antara
menyembunyikan dan merahasiakan keimanan bagi orang-orang yang tertindas dengan ikut serta dalam kekafiran, kemusyrikan dan pembuatan
hukum (tasyrii'), serta bersekongkol di atas paham selain dienullah subhaanahu wa ta'aala. Apakah kalian bisa memastikan bagi kami bahwa mukmin
keluarga Fir'aun itu telah membuat undang-undang sebagaimana kalian membuat undang-undang, atau dia itu telah ikut serta dalam memutuskan
dengan selain apa yang Allah turunkan sebagaimana keikutsertaan kalian, atau dia itu bersepakat di atas demokrasi atau paham lainnya sebagaimana
yang kalian lakukan???Tetapkan ini terlebih dahulu – dan mana mungkin bisa melakukannya – kemudian setelah itu silahkan kalian berdalil
dengannya, dan kalau tidak bisa maka tinggalkan igauan dan ucapan tidak karuan itu.

29 Majmu Al Fatawaa 28/68.

30 Majmu Al Fatawaa 20/56

31 Fathul Bari 13/295.

32 Al Bidayah Wan Nihayah 3/277.

33 Halaman 71 dalam kutaibnya itu, sedang risalah Najasyi ada dalam Zadul Ma'aad 3/60.

34 Seperti jama'ah-jama'ah yang membentuk partai yang katanya partai Islam demi masuk ke dalam parlemen dan majlis yang syirik, dan ini alangkah
banyaknya, dan jama'ah-jama'ah yang seperti itu sudah tidak menjadi musuh Amerika dan sekutunya lagi dan tidak menjadi musuh bagi thaghut-thaghut di
negaranya, karena sudah larut dalam sistim thaghut yang diinginkan oleh para thaghut dan Hubal masa sekarang (Amerika). Pent.

35 Dan meskipun kebebasan berkata atau dakwah sebagaimana yang diinginkan oleh demokrasi, maka itu adalah kebebasan yang batil lagi kafir, karena
para penghusung paham demokrasi saat mereka menyerukan kebebasan berkata dalam paham mereka ini, mereka tidak memaksudkan kebebasan
mendakwahkan agama Allah saja…akan tetapi juga kebebasan para thaghut, orang-orang kafir, orang-orang mulhid, dan orang-orang musyrik untuk
menampakkan kekafiran dan kerusakannya, juga kebebasan keyakinan, kebebasan murtad, dan kebebasan mencela segala hal yang disucikan. Dan
kekafiram macam ini bisa jadi diterapkan di demokrasi barat. Adapun demokrasi arab (dan Negara-negara berkembang lainnya yang berpenduduk
mayoritas muslim, pent) maka di dalamnya adalah kebebasan segala kekufuran, ilhaad, zandaqah, adapun Islam maka di Negara-negara itu adalah dirantai,
dipenjara, dan terusir.

Para penyeru (du'aat) itu harapan mereka tertinggi adalah merealisasikan dan menyampaikan manusia kepada demokrasi barat yang kafir, sedangkan
kekafiran adalah satu agama, dan ini bertingkat-tingkat ke bawah. Perhatikanlah.

36 HR Imam Ahmad dalam Musnadnya dari Ubadah Ibnu Ash Shaamit radliyallahu 'anhu, hadits nomor: 22704.

37 Rujuklah Adurar Assaniyyah fil Ajwibah Annajdiyyah 1/145.


38 Inilah yang dilakukan oleh ulama kaum musyrikin yang banyak di antara mereka itu bergelar Doktor atau Syaikh, atau Ustadz, atau mereka itu dosen
di Universitas-Universitas Islam. Pent.

39 Dalam undang-undang dasar Yordania pasal ke 25: Kekuasaan legislatif dipegang oleh raja dan majlis rakyat,"dan saudaranya dalam UUD Kuwait no:
51: Kekuasaan legislatif dipegang oleh emir dan majlis umat sesuai dengan undang-undang,"

40 Ini dalam demokrasi barat yang kafir adapun dalam demokrasi arab yang kafir (dan Negara-negara yang berpenduduk muslim, pent) maka yang
dijadikan acuan paling pertama dan paling akhir adalah raja, emir, atau presiden, karena tanpa pengesahannya maka peraturan rakyat atau para wakilnya
dan majles perwakilan itu adalah tidak ada nilainya. Semua itu ada di tangan penguasa tertinggi itu, dia berhak membubarkan, mengesahkan, dan
mempermainkannya sesuka hatinya.

41 Ingatlah….Ini bagi para pemimpin muslim yang menetapkan hukum dengan syari'at Allah yang memusuhi musuh-musuh Allah, bukan bagi makhluk-
makhluk terhina dari kalangan penguasa-penguasa yang kafir lagi murtad sahabat karib dan teman yahudi dan nasrani…

42 Adapun penguasa yang meninggalkan syari'at Allah dan justeru menjadikan undang-undang buatan manusia sebagai acuan dan landasan, maka tidak
diragukan lagi kekafiran dan kemurtaddan mereka kecuali bagi orang-orang yang bashirahnya sudah tertutup yang tidak bisa melihat kecuali di tengah
gelapnya syubuhat layaknya kelelawar yang hanya bisa melihat di malam hari dan tidak bisa melihat di siang bolong, mereka itulah para pengikut syubhat
irjaa'. Syaikh Muhammad Al Amin Asysyinqithiy rahimahullah berkata:

ِ ‫سالَ ُمهُ َعلَ ْي ِه ْم – أَنَّهُ الَ يَشُكُّ فِ ْي ُك ْف ِر ِه ْم َو‬


ْ‫شرْ ِك ِه ْم إِالَّ َمن‬ َ ‫صلَ َواتُ هللاِ َو‬ ِ ‫هللا َج َّل َو َعالَ َعلَى أَ ْل‬
ُ ‫سنَ ِة ُر‬
َ – ‫سلِ ِه‬ َ ‫سنَ ِة أَ ْولِيَائِ ِه ُم َخالِفَةً ِل َما‬
ُ ‫ش َر َع َها‬ ِ ‫ش ْيطَانُ َعلَى أَ ْل‬
َّ ‫ش َر َع َها ال‬ َ ‫أَنَّ الَّ ِذيْنَ يَتَّ ِبع ُْونَ ا ْلقَ َوانِيْنَ ا ْل َوضْ ِعيَّةَ الَّتِ ْي‬
‫ص ْي َرتَهُ َو أَ ْع َماهُ عَنْ نُ ْو ِر ا ْل َوحْ ِي ِم ْثلَ ُه ْم‬ ِ َ‫س هللاُ ب‬ َ ‫طَ َم‬

“”Sesungguhnya orang-orang yang mengikuti qawaaniin wadl’iyyah (undang-undang buatan) yang disyari’atkan oleh syaitan lewat lisan-lisan wali-
walinya yang bertentangan dengan apa yang telah disyari’atkan Allah  lewat lisan-lisan para Rasul-Nya – semoga shalawat dan salam tercurah kepada
mereka - , sesungguhnya tidak ada yang meragukan akan kekafiran dan kemusyrikan mereka kecuali orang yang bashirahnya telah dihapus oleh Allah
dan dia itu dibutakan dari cahaya wahyu-Nya seperti mereka.””

Dan beliau mengatakan juga: Bahwa setiap orang yang mengikuti peraturan, hukum, atau undang-undang yang bertentangan dengan apa yang disyariatkan
Allah atas lisan Rasul-Nya  maka ia musyrik (menyekutukan) Allah, kafir lagi menjadikan yang diikutinya itu sebagai tuhan,"

Pent.

43 Enyahlah diulang dua kali untuk menguatkan, ini diriwayatkan oleh Muslim 2291, dan Al Bukhari dengan lafal yang hampir sama nomor 6212.

44 Ini artinya Islam syirik, dia muslim demokrat, muslim sosialis, muslim nasionalis yang semuanya berarti muslim musyrik, akan tetapi ini tidak ada,
yang ada adalah musyrik, karena tauhid dan syirik tidak bisa bersatu pada diri seseorang pada satu waktu, sehingga bila Islam disertai syirik akbar maka
yang muncul adalah musyrik, Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan Ibnu Muhammad berkata dalam syarah Ashli dienil Islam: Sesungguhnya orang yang
melakukan syirik, maka berarti dia telah meninggalkan tauhid, karena keduanya adalah dua hal yang kontradiksi yang tidak bisa bersatu," Syaikh
Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam Ad Durar Assaniyyah 1/113: Bila amalan kamu semuanya karena Allah maka kamu adalah
muwahhid, dan bila ada salah satunya dipalingkan kepada makhluk maka kamu adalah musyrik,". Pent.

45 Al Bidayah Wan Nihayah: 2/291.

46 Al Jami Li Ahkamil Qur'an 6/33, 1/169.

47 Perhatian: Seandainya kita berdalil dengan hal ini akan bolehnya membentuk mengorganisir jam'ah atau front bersenjata untuk menolong orang yang
didhalimi, dan untuk inkar munkar bila tidak ada Negara Islam dan imam tidak ada, dengan dalil bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam telah memuji
hilful fudluul ini padahal itu terbentuk di zaman negara kafir dan tidak ada imam…saya katakan: Seandainya kita berhujjah dengan dalil mereka ini atas
masalah tersebut, tentu mereka membid'ah-bid'ahkan kami dan menyerang kami, serta mengatakan ungkapan keji terhadap kami…akan tetapi berdalil
dengannya atas bolehnya sumpah untuk menghormati kemusyrikan dan untuk ikut serta dalam tasyrii' sesuai dengan undang-undang Iblis dan untuk
kemusyrikan, kesesatan, dan penyimpangan mereka lainnya tentu itu adalah hal yang boleh-boleh saja menurut akan-akal mereka yang sudah keropos.
Enyahlah dan enyahlah mereka itu.
48 Dari Kitab Al Bidayah wan Nihayah karya Al hafidh Ibnu Katsir.

49 Az Zukhruf:19.

50 Syaikhul Islam dalam masalah ini memiliki fatwa yang menggugurkan anggapan-anggapan baik, dan klaim-klaim maslahat yang rusak seperti ini
dengan dalih maslahat dakwah….kami telah mentahqiqnya, memberikan ta'liq dan memberikan muqaddimah-muqaddimah penting yang kami beri nama:
Al qaul An Nafiis Fi Khid'ati Iblis, silahkan rujuk bagi yang mau mencari tambahan dalam masalah ini.

Saudara-saudara kami di An Nur Lil I'lam Al Islamiy di Denmark telah mencetaknya dan merekamnya dalam kaset.

51 Al An'aam: 38.

52 Al Qiyamah:36.

53 Pasal 34 dalam undang-undang Yordania ayat 2: Raja mengajak majelis rakyat untuk berkumpul, membukanya, menangguhkannya, dan
membubarkannya sesuai dengan hukum-hukum undang-undang," dan dalam ayat 3: Raja berhak membubarkan majelis perwakilan,"

54 Pasal 79 dalam undang-undang Kuwait: (Undang-undang tidak sah kecuali bila diakui oleh majelis rakyat dan diakui oleh emir," dan dalam pasal 93
ayat 1 dalam undang-undang Yordania: Setiap hukum baru yang diakui oleh majelisul a'yaan dan majelis perwakilan disodorkan ke Raja untuk disahkan,"
dan dalam ayat 3: Bila raja tidak setuju untuk mengesahkan undang-undang, maka dia selama enam bulan dari tanggal penyerahan kepadanya berhak untuk
mengembalikannya ke majelis,"

Perhatikan bahwa di Yordania juga itu harus melewati pengesahan raja juga dan pengesahan majelisul a'yaan yang di mana para anggotanya ditunjuk oleh
raja pula…..akan tetapi dengan ini semua orang-orang itu (orang yang mengaku partai Islam) tetap tidur pulas dalam kesesatannya.

55 Dan bila kalian bertanya apa solusinya, maka ketahuilah bahwa Islam telah membawa dengan solusi yang paling agung dan paling menakjubkan serta
paling ditakuti oleh musuh, yaitu Al Jihad. Realisasikan tauhid dengan benar, bersatulah dalam satu panji kemudian angkatlah pedang jihad untuk
menegakkan panji Laa ilaaha Illallaah . Saat hal ini diumumkan maka segalanya akan tampak, ketahuilah sesungguhnya Allah tidak akan mencabut
kehinaan yang meliputi umat Islam ini kecuali bila mereka kembali meneriakan dan mengangkat pedang jihad melawan thaghut-thaghut yang murtad
kemudian melawan orang-orang kafir asli. Pent.

56 Makalah Doktor Ahmad Ibrahim Khidlr yang disebar dalam edisi ke 66 dalam majallah Al Bayan yang diterbitkan oleh Al Muntadaa Al Islamiy di
London.

Você também pode gostar