Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Udara
Posted: November 5, 2008 by Gigih Wahyu in Tak Berkategori
7
4 Votes
Jamur Lichenes merupakan jamur yang sering disebut sebagai jamur kerak, karena jamur ini
merupakan simbiosis antara fungi dan alga yang membentuk lumut kerak atau lichenes.
Jamur lichenes mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan, salah satunya ada lah sebagai
indikator pencema ran udara . Hal ini diakibatkan zat -zat berbahaya seperti logam berat ,
fluorida , pestisida, radioaktif, dan zat berbahaya lainnya dapa t mempenga ruhi per
tumbuhan koloni Lichenes (Dr s. Sudjino, M.S.,dkk., 2005). Kenapa bisa koloni lichenes
dapat tumbuh dangan adanya zat-zat berbahaya seperti itu?
http://gigihkurnia.wordpress.com/2008/11/05/jamur-lichenes-indikator-pencemaran-udara/
« Biologi
Sklereid »
lichenes
May 23, 2010 by cahyobiologi
PENCEMARAN UDARA
Oleh:
PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah untuk mata kuliah Pengetahuan Lingkungan ini tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tak langsung.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari makalah yang berjudul “Lichenes
Sebagai Indikator Pencemaran Udara” ini. Atas dasar itu, dengan tangan terbuka kami
menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar……………………………………………………
…………………………….. i
1. Pendahuluan
Latar Belakang………………………………………………………………………………. 1
Tujuan…………………………………………………………………………………………
…1
1. Pembahasan
III.
Kesimpulan……………………………………………………………………………… 17
Daftar
Pustaka…………………………………………………………………………………….. 18
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
Lichenes atau lumut kerak sering disebut sebagai tumbuhan perintis. Lichenes hidup sebagai
epifit pada pohon-pohonan tetapi dapat juga di atas tanah, terutama di daerah tundra disekitar
kutub utara. Lichenes tergolong ke dalam tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam
pembuatan tanah. Lichenes dapat kita temukan di tepi pantai sampai di atas gunung-gunung
yang tinggi.
Lichenes tidak memerlukan syarat-syarat hidup yang tinggi dan tahan kekurangan air dalam
hangka waktu yang lama, karena panas yang terik Lichenes yang hidup pada batu-batu dapat
menjadi kering tetapi tidak mati dan jika kemudian turun hujan lichenes dapat hidup subur
kembali namun pertumbuhannya sangat lambat. Lichenes dapat hidup pada kayu-kayu,
batang,pohon, dan batu-batuan.Tetapi banyak orang yang tidak mengetahui manfaat dari
lichenes ternyata lichenes dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran udara. Untuk lebih
memahami tentang hal itu, maka penyusun menyusun makalah ini.
1.2. Tujuan
BAB II
ISI
2.1 Gambaran Umum Tentang Lichenes
Organisme ini sebenarnya kumpulan antara Fungi dan Algae, tetapi sedemikian rupa, hingga
dari segi morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan.
Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat jiga di atas tanah, terutama di
daerah tundra di sekitar kutub utara. Di daerah ini areal dengan luas ribuan km2 tertutup oleh
lichenes. Baik di atas cadas maupun di dalam batu, tidak terikat tingginya tempat di atas
permukaan air laut. Lichenes dapat kita temukan dari tepi pantai sampai di atas gunung-
gunung yang tinggi. Tumbuhan ini tergolong dalam tumbuhan perintis yang ikut berperan
dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada bagian pinggir batu-batu, oleh
karenanya disebut bersifat endolitik.
Lichenes tidak memerlukan syarat-syarat hidup yang tinggi, dan tahan kekurangan air dalam
jangka waktu yang lama. Karena panas yang terik lichenes yang hidup pada batu-batu dapat
menjadi kering, tetapi tidak mati, dan jika kemudian turun hujan, Lichenes dapat hidup
kembali. Pertumbuhan thalusnya sangat lambat, dalam satu tahun jarang lebih dari 1 cm.
tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan pertumbuhan vegetatif bertahun-tahun.
Algae yang ikut menyusun tubuh Lichenes disebut gonidium, dapat bersel tunggal atau
berkoloni. Kebanyakan gonidium adalah ganggang biru (Cyanophyceae) antara lain
Chroococcus dab Nostoc, kadang-kadang juga ganggang hijau 9chlorophyceae) misalnya
Cystococcus dan Trentepohlia.
Hidup bersama antara dua organisme yang berlainan jenis umumnya disebut simbiosis.
Masing-masing organisme itu sendiri disebut simbion. Dalam pembicaraan sehari-hari
simbiosis itui sering diartikan sebagai hidup bersama dengan keuntungan bagi kedua simbion,
yang seharusnya dinamakan mutualisme.
Pada lichenes simbiosis antara fungi dan algae diberikan tafsiran yang berbeda-beda. Ada
yang menafsirkan sebagai mutualisme, karena dipandang kedua-duanya dapat memperoleh
keuntungan dari hidup bersama itu. Ganggang memberikan hasil-hasil fotosintesis terutama
yang berupa karbohidrat kepada cendawan, dan sebaliknya cendawan memberikan air dan
garam-garam kepada ganggang.
Dapat juga hubuingan antara ganggang dan jamur itu dianggap sebagai suatu helotisme.
Keuntungan yang timbal balik itu hanya sementara, yaitu pada permulaan saja, tetapi
akhirnya ganggan diperalat oleh cendawan, hubungan mana menyerupai hunbungan seorang
majikan dengan budaknya (heloot). Dalam hal ini hidup bersama natara cendawan dan
ganggang pada Lichenes dinamakan helotisme. . Mengenai hal tersebut memang masih
belum tercapai persesuaian paham.
Pada penampang melintang talus lichenes tampak hifa cendawan sering kali membalut sel-sel
ganggang, bahkan ada yang memasukkan haustorium ke dalam sel-sel ganggang. Ganggang
tetap hidup, tetapi tidak dapat membiak dengan sel-sel lembaganya sendiri. Adapula yang
miselium cendawan hanya msuk kedalam selaput lender sel-sel ganggang. Dalam hal tersebut
bentuk ganggang menentukan bentuk Lichenes. Pada umumnya miselium cendawan jauh
lebih banyak bagian dalam takus terdiri atas anyaman hiva yang renggang dan merupakan
lapisan teras(lapisan empulur). Dalam lapisan ini dekat dengan permukaan sel-sel ganggang,
bergerombol yang merupakan lapisan yang dinamakan lapisan gonidium. Kulit luarnya
terdiri atas mislelium cendawan lagi yang teranyam sebagai plektenkim dengan rapat.
A. Morfologi Luar
Tubuh lichenes dinamakan thallus yang secara vegetatif mempunyai kemiripan dengan alga
dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. Beberapa spesies ada yang
berwarna kuning, oranye, coklat atau merah dengan habitat yang bervariasi. Bagian tubuh
yang memanjang secara selluler dinamakan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus
atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichenes. Alga selalu
berada pada bagian permukaan dari thallus. Berdasarkan bentuknya lichenes dibedakan atas
empat bentuk .
a.Crustose
Lichenes yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan selalu melekat ke
permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak
substratnya.
Contoh : Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium.
Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang
berada di permukaan disebut endolitik, dan yang tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan
disebut endoploidik atau endoploidal. Lichenes yang longgar dan bertepung yang tidak
memiliki struktur berlapis, disebut leprose.
b. Foliose
Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobuslobus.Lichen ini relatif
lebih longgar melekat pada substratnya. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun
yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini melekat
pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk
mengabsorbsi makanan.
Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera, Parmelia dll.
c. Fruticose
Thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Thallus
tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat
perbedaan antara permukaan atas dan bawah.
Korteks atas
Berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling
mengisi dengan material yang berupa gelatin. Bagian ini tebal dan berguna untuk
perlindungan.Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah
korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat
sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc,Rivularia dan Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat
fotosintesa disebutlapisan gonidial sebagai organ reproduksi.
Medulla
Korteks bawah
Lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara
vertikalterhadap permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini
sering berupa sebuah akar (rhizines).
Ada beberapa jenis lichenes tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh
lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi. Dari potongan
melintang Physcia sp. terlihat lapisan hijau sel-sel alga dan rhizines coklat bercabang pada
bagian bawah. Bagian tengah yang berwarna putih terdiri dari sel-sel jaringan jamur yang
disebut medulla. Struktur pipih pada bagian atas dan kanan disebut apothecia dan
lapisancoklat di atasnya disusun oleh asci, yaitu bagian dari ascomycete yang megandung
spora jamur.
C. Struktur Vegetatif
Soredia
Soredia terdapat pada bagian medulla yang keluar melalui celah kulit sehingga soredia dapat
dengan mudah. Diameternya sekitar 25 – 100 m diterbangkan angin dan akan tumbuh pada
kondisi yang sesuai menjadi tumbuhan licenes yang baru. Jadi pembiakan berlangsung
dengan perantaraan soredia. Soredia itu sendiri merupakan kelompok kecil sel-sel gangang
yang sedang membelah dan diselubungi benang-benang miselium menjadi satu badan yang
dapat terlepas dari induknya. Soredia
ini terdapat di dalam soralum. Potongan Lobaria pulmonaria. Bagian hitam yang
membengkak disebut cephalodium dan struktur bentuk mahkota adalah soralium dengan
bentuk bola kecil soredia di atasnya. Lapisan hijau adalah koloni alga.
Isidia
Isidia berbentuk silinder, bercabang seperti jari tangan dan terdapat pada dan tingginya antara
0,5 – 3 m ìkulit luar. Diamaternya 0,01 – 0,03 m. Berdasarkan kemampuannya bergabung
dengan thallus, maka dalam media perkembangbiakan, isidia akan menambah luas
permukaan luarnya. Sebanyak 25 – 30 % dari spesies foliose dan fructicose mempunyai
isidia. Proses pembentukan isidia belum diketahui, tetapi dianggap sebagai faktor genetika.
Lobula
Lobula merupakan pertumbuhan lanjutan dari tahllus lichenes yang sering dihasilkan di
sepanjang batas sisi kulit luar. Lobula ini dapat berkembang dengan baik pada jenis foliose,
Genus Anaptycia, Neproma, Parmelia dan Peltigera. Lobula sangat sukar dibedakan dengan
isidia.
Rhizines
Rhizines merupakan untaian yang menyatu dari hifa yang berwarna kehitam-hitaman yang
muncul dari kulit bagian bawah (korteks bawah) dang mengikat thallus ke bagian dalam. Ada
dua jenis rhizines yaitu bercabang seperti pada Ctraria, Physcia dan Parmelia dan yang tidak
bercanag terdapat pada Anaptycis dan beberapa Parmelia.
Tomentum
Tomentum memiliki kepadatan yang kurang dari rhizines dan merupakan lembaran serat dari
rangkaian akar atau untaian yang renggang. Biasanya muncul pada lapisan bawah seperti
pada Collemataceae, Peltigeraceae dan Stictaceae.
Cilia
Cilia berbentuk seperti rambut, menyerupai untaian karbon dari hifa yang muncul di
sepanjang sisi kulit. Cilia berhubungan dengan rhizines dan hanya berbeda pada cara
tumbuhsaja.
LICHENES, Organisme ini sebenarnya kumpulan antara fungi dan algae, tetapi sedemikian
rupa, hingga dari segi morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan.
Pada Penampang melintang talus Lichenes, kelihatan hifa cendawan membalut sel-sel
algae, bahkan ada yang memasukkan haustorium ke dalam sel-sel algae. Algae tetap hidup
tetapi tidak dapat membiak dengan sel-sel lembaganya sendiri.
Ada pula yang miselium cendawannya hanya masuk ke dalam selaput lander sel-sel algae,
sehingga bentuk algae menentukan bentuk Lichenesnya.
Bagian dalam talus terdiri dari anyaman hifa yang renggang dan merupakan lapisan teras /
empulus. Dalam lapisan ini sel-sel algae bergerombol membentuk lapisan gonidium. Kulit
luarnya terdiri atas miselium cendawan yang teranyam sebagai plektenkim yang rapat.
Bagi lichenes yang talusnya menyerupai lembaran, biasanya melekat dengan benang-benang
yang menyerupai rizoid. Sedangkan ujung semak menyerupai ujung talus yang bebas dalam
udara.
Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga di atas tanah,
terutama di daerah tundra, digolongkan sebagai tumbuhan perintis yang ikut berperan
dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada pinggir batuan, disebut
endolitik.
Syarat hidupnya tidak sulit dan taha terhadap kekurangan air dalam waktu yang lama.Dapat
menjadi kering akibat terik matahari tetapi tidak mati, dan jika kemudian turun hujan,
Lichenes dapat hidup kembali
Pertumbuhaan talus sangat lambat. Tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan
pertumbuhan vegetative bertahun-tahun.
Kebanykan Lichenes bereproduksi dengan perantaan soredium.
Komponen cendawannya sering dapat membentuk spora dan hanya membentuk lichenes
jika jatuh dekat algae yang merupakan simbionnya.
Menurut cendawan penyusunnya, Lichenes dibagi menjadi 2 kelas, yaitu Ascomychenes dan
Basidiolichenes.
1. Kelas Ascolichenes
Usnea barbata dan U. dasypoga, mempunyai khasiat obat yang dibuat sebagai ramuan dalam
jamu-jamu tradisional. Usnea menghasilkan antibiotic asam usnin yang berguna untuk
melawan tuberculosis.Rocella tinctoria, untuk pembuatan lakmus.
Cetralia islandica
1. Kelas Basidiolichenes
1. Talus berbentuk lembaran-lembaran
2. Pada tubuh buah terbentuk lapisan himenium yang mengandung basidium,
menyerupai tubuh buah Hymenomycetales
3. Berguna untuk bahan pembuatan obat-obatan, pembuatan zat warna, ada yang
dapatimakan, ada pula yang beracun
4. Contoh: Cora pavonia, Rocella tinctoria untuk pembuatan lakmus.
Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan pencemar sekunder.
Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber
pencemaran udara. [Karbon monoksida]adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer
karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar
yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan
[ozon]dalam [smog fotokimia]adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.
Belakangan ini pertumbuhan keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks
global dan hubungannya dengan [pemanasan global yg mempengaruhi;
Kegiatan manusia
Transportasi
Industri
Pembangkit listrik
Pembakaran (perapian, kompor, furnace,[insinerator]dengan berbagai jenis bahan bakar
Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)
Sumber alami
Gunung berapi
Kebakaran hutan dan rawa-rawa
Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi
Sumber-sumber lain
Transportasi amonia
Kebocoran tangkim klor
Timbulan gas metana dari lahan uruk (tempat pembuangan akhir)
Uap pelarut organik
Jenis-jenis pencemar
Karbon monoksida
Oksida nitrogen
Oksida sulfur
CFC
Hidrokarbon
Ozon
Volatile Organic Compounds
Partikulat
Dampak
1. Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem
pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis
pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas,
sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat
pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan
akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa
zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu
pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam.
Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
3. Hujan asam
pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2
dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak
dari hujan asam ini antara lain:
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan
troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi.
Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena
pemanasan global.
Pencairan es di kutub
Perubahan iklim regional dan global
Perubahan siklus hidup flora dan fauna
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami
bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan
penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang
mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul
ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.
Dampak == Adanya gas-gas dan partikulat-partikulat tersebut, baik yang diperoleh secara
alami dari gunung berapi, pelapukan tumbuh-tumbuhan, ledakan gunung berapi dan
kebakaran hutan, maupun yang diperoleh dari kegiatan manusia ini akan mengganggu siklus
yang ada di udara dan dengan sendirinya akan mengganggu sistem keseimbangan dinamik di
udara, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara.
Gas-gas CO, SO2, H2S, partikulat padat dan partikulat cair yang dapat mencemari udara
secara alami ini disebut bahan pencemar udara alami, sedangkan yang dihasilkan karena
kegiatan manusia disebut bahan pencemar buatan.
Untuk kepentingan kesejahteraan makhluk hidup di alam semesta ini telah terjadi sistem
keseimbangan dinamik melalui berbagai macam siklus yang telah diatur oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Salah satu contoh adalah siklus nitrogen dan siklus karbon.
Sumber: “Environmental Science”, third edition, 1984, Jonathan Turk & Amos Turk, hal. 52
Bahan pencemar yang dihasilkan oleh kegiatan manusia ini konsentrasinya relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan yang sudah ada di udara, terjadi secara alami, sehingga dapat
mengganggu sistem kesetimbangan dinamik di udara dan dengan demikian dapat
mengganggu kesejahteraan manusia dan lingkungannya.
Sumber bahan pencemar udara ada lima macam yang merupakan penyebab utama (sekitar
90%) terjadinya pencemaran udara global di seluruh dunia yaitu:
Gas karbon monoksida merupakan bahan pencemar yang paling banyak terdapat di udara,
sedangkan bahan pencemar berupa partikulat (padat maupun cair) merupakan bahan
pencemar yang sangat berbahaya (sifat racunnya sekitar 107 kali dari sifat racunnya gas
karbon monoksida).
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa, titik
didih -192º C, tidak larut dalam air dan beratnya 96,5% dari berat udara. Reaksi-reaksi yang
menghasilkan gas karbon monoksida antara lain:
Pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar atau senyawa senyawa karbon lainnya:
2 C + O 2 ? 2 CO
Reaksi antara gas karbon dioksida dengan karbon dalam proses industri yang terjadi dalam
tanur:
CO2 + C ? 2 CO
2 CO2 ? 2 CO + O 2
Gas karbon monoksida yang dihasilkan secara alami yang masuk ke atmosfer lebih sedikit
bila dibandingkan dengan yang dihasilkan dari kegiatan manusia.
Gas-gas Nitrogen oksida yang ada di udara adalah Nitrogen monoksida NO, dan Nitrogen
dioksida NO2 termasuk bahan pencemar udara. Gas Nitrogen monoksida tidak berwarna,
tidak berbau, tetapi gas nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam dan
menyebabkan orang menjadi lemas. Reaksi-reaksi yang menghasilkan gas NO dan NO2
antara lain:
(1210 – 1765)ºC
2 N + O2 ? 2 NO
2 NO + O2 ? 2 NO
c. Hidrokarbon CH
Sumber terbesar senyawa hidrokarbon adalah tumbuhtumbuhan. Gas metana CH4 adalah
senyawa hidrokarbon yang banyak dihasilkan dari penguraian senyawa organik oleh bakteri
anaerob yang terjadi dalam air, dalam tanah dan dalam sedimen yang masuk ke dalam lapisan
atmosfer:
Gas belerang dioksida SO2 tidak berwarna, dan berbau sangat tajam. Gas belerang dioksida
dihasilkan dari pembakaran senyawasenyawa yang mengandung unsur belerang. Gas
belerang dioksida SO2 terdapat di udara biasanya bercampur dengan gas belerang trioksida
SO3 dan campuran ini diberi simbol sebagai SOx.
S + O2 ? SO2
2 SO2 + O 2 ? 2 SO3
e. Partikulat
Yang dimaksud dengan partikulat adalah berupa butiran-butiran kecil zat padat dan tetes-tetes
air. Partikulat-partikulat ini banyak terdapat dalam lapisan atmosfer dan merupakan bahan
pencemar udara yang sangat berbahaya.
Lumut kerak (Lichenes) ini merupakan gabungan miselium jamur yang di dalamnya terjalin
sel-sel alga dan keduanya saling bersimbiosis mutualisme. Jamurnya adalah golongan
Ascomycota atau Basidiomycota dengan alga hijau/Chlorophyta atau alga biru/Cyanophyta
yang uniseluler.
Meskipun keduanya hidup sendiri-sendiri, tetapi dengan hidup pada lumut kerak lebih
menguntungkan bagi keduanya, karena mereka mampu hidup pada substrat atau tempat yang
organisme lain tidak dapat hidup, misalnya batu. Karena mampu hidup pada batu-batuan,
Lichenes ini dikatakan sebagai organisme perintis yang mampu hidup di atas batu. Lichenes
tersebut memulai pembentukan tanah dengan melapukkan permukaan batuan dan
menambahkan kandungan zat-zat yang dimiliknya. Lichenes dapat juga digunakan sebagai
indikator pencemaran udara, karena dia tidak mampu hidup pada udara yang sudah tercemar.
Jadi, apabila di suatu daerah tidak ada Lichenes, ini menunjukkan bahwa udara di daerah
tersebut sudah tercemar. Selain itu, Lichenes dapat dimanfaatkan pula sebagai obat,
digunakan sebagai penambah rasa dan aroma, serta pigmen yang dihasilkan dapat dibuat
kertas lakmus celup untuk menentukan indikator pH.
Dari sejumlah laporan diketahui bahwa talus Lichenes dapat mengakumulasi Pb yang berasal
dari hasil emisi gas buang kendaraan bermotor. Hasil penelitian Bargagli et al (1987) dalam
Nursal, dkk (2005) menunjukkan bahwa Lichenes merupakan indikator yang baik terhadap
pencemaran udara. Di daerah Tuscany-Italia, konsentrasi Pb pada talus Lichenes terdapat
13,2 μgg-1 berat kering. Konsentrasi Pb terbanyak ditemukan di daerah yang dekat dengan
area parkir kendaraan dan di dekat jalan raya. Akumulasi Pb pada Parmelia physodes
menurun secara proporsional pada jarak yang semakin jauh dari jalan raya (Deruelle dan
Kovacs, 1992 dalam Nursal, dkk, 2005). Hasil penelitian Deruelle (1981) dalam Nursal, dkk
(2005) juga menunjukkan bahwa pada jarak 15 m dari jalan raya akumulasi Pb ditemukan
sebanyak 1002 μgg-1 berat kering, sedangkan pada jarak 600 m dari jalan raya akumulasi Pb
hanya 65 μgg-1 berat kering. Lichenes juga dapat digunakan sebagai indikator terhadap
berbagai polutan diantaranya SO2, NO2, HF, Chlorida, O3, peroksi asetat, logam berat,
isotop radioaltif, pupuk, pestisida, dan herbisida (Kovacs, 1992 dalam Nursal, dkk, 2005).
Jenis-jenis Lichenes mempunyai tingkat sensitifitas yang berbeda terhadap bahan pencemar.
Ada yang bersifat sensitif dan ada pula yang bersifat toleran. Kisaran toleransi Lichenes
terhadap SO2 ternyata cukup tinggi. Lecanora conizoides masih dapat hidup pada konsentrasi
SO2 150μgm-3. Pada konsentrasi SO2 lebih dari 170 μgm-3 tidak ada lagi jenis Lichenes
yang bisa hidup. Lecanora conizaeoides ditemukan pada kulit batang pohon yang dikoloni
oleh alga apabila konsentrasi SO2 125 μgm-3. Usnea ceratina dapat ditemui pada pohon yang
sama apabila konsentrasi SO2 35 μgm-3 dan Usnea florida dapat ditemukan apabila
konsentrasi SO2 30 μgm-3
Pb yang terdapat di udara dapat terakumulasi pada jaringan tubuh makhluk hidup terutama
pada talus Lichenes (Lumut kerak). Dari sejumlah laporan diketahui bahwa talus Lichenes
dapat mengakumulasi Pb yang berasal dari hasil emisi gas buang kendaraan bermotor. Hasil
penelitian Bargagli et al (1987) menunjukkan bahwa Lihenes merupakan indikator yang baik
terhadap pencemaran udara. Di daerah Tuscany-Italia, konsentrasi Pb pada talus Lichenes
terdapat 13,2 μgg-1 berat kering. Konsentrasi Pb terbanyak ditemukan di daerah yang dekat
dengan area parkir kendaraan dan di dekat jalan raya. Akumulasi Pb pada Parmelia physodes
menurun secara proporsional pada jarak yang semakin jauh dari jalan raya (Deruelle dalam
Kovacs, 1992). Hasil penelitian Deruelle (1981) juga menunjukkan bahwa pada jarak 15 m
dari jalan raya akumulasi Pb ditemukan sebanyak 1002 μgg-1 berat kering,sedangkan pada
jarak 600 m dari jalan raya akumulasi Pb hanya 65 μgg-1 berat kering Lichenes juga dapat
digunakan sebagai indikator terhadap berbagai polutan diantaranya SO2, NO2, HF, Chlorida,
O3, Peroksi asetat, Logam berat, Isotop radioaltif, pupuk, pestisida, dan (Kovacs, 1992).
Jenis-jenis Lichenes mempunyai tingkat sensitifitas yang berbeda terhadap bahan pencemar.
Ada yang bersifat sensitif dan ada pula yang bersifat toleran. Kisaran toleransi Lichenes
terhadap SO2 ternyata cukup tinggi. Lecanora conizoides masih dapat hidup pada konsentrasi
SO2 150μgm-3. Pada konsentrasi SO2 lebih dari 170 μgm-3 tidak ada lagi jenis Lichenes
yang bisa hidup. Lecanoraonizaeoides ditemukan pada kulit batang pohon yang dikoloniet
oleh alga apabila konsentrasi SO2 125 μgm-3. Usnea ceratina dapat ditemui pada pohon
yang sama apabila konsentrasi SO2 35 μgm-3 dan Usneaflorida dapat ditemukan apabila
konsentrasi SO2 30 μgm-3 (Galun and Ronen dalam Galun, 2000). Untuk dapat memprediksi
lebih awal kemungkinan dampak yang dapat ditimbulkan oleh polutan Pb di masa yang akan
datang terhadap kehidupan, perlu dilakukan monitoring terhadap keberadaannya sebagai
bahan pencemar (polutan) di udara. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui akumulasi
Timbal (Pb) pada talus Lichenes yang tumbuh pada permukaan batang pohon di jalur hijau
Kota Pekanbaru. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi awal tentang
kualitas lingkungan udara di Kota Pekanbaru. Selain itu juga diharapkan dapat berguna bagi
keperluan penelitian lebih lanjut.
III
KESIMPULAN
disuatu tempat masih terdapat lichenes maka dapat diketahui bahwa udara di
1. Jika di suatu tempat tidak terdapat Lichenes maka dapat diketahui udara di
DAFTAR PUSTAKA
http//:www.google.com/Pencemaran udara/.
www.wikipwdia.org
http://cahyobiologi.wordpress.com/2010/05/23/lichenes/