Você está na página 1de 16

Jamur Lichenes-Indikator Pencemaran 

Udara
Posted: November 5, 2008 by Gigih Wahyu in Tak Berkategori
7
 
4 Votes

Jamur Lichenes merupakan jamur yang sering disebut sebagai jamur kerak, karena jamur ini
merupakan simbiosis antara fungi dan alga yang membentuk lumut kerak atau lichenes.
Jamur lichenes mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan, salah satunya ada lah sebagai
indikator pencema ran udara . Hal ini diakibatkan zat -zat berbahaya seperti logam berat ,
fluorida , pestisida, radioaktif, dan zat berbahaya lainnya dapa t mempenga ruhi per
tumbuhan koloni Lichenes (Dr s. Sudjino, M.S.,dkk., 2005). Kenapa bisa koloni lichenes
dapat tumbuh dangan adanya zat-zat berbahaya seperti itu?

Morfologi dalam (anatomi) dari Jamur Lichenes sebagai berikut:


Struktur morfologi dalam diwakili oleh jenis foliose, karena jenis ini mempunyai empat
bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu.
- Korteks atas, berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel
ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin.
Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan.
- Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di
bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar.
Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc,
Rivularia dan Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut
lapisan gonidial sebagai organ reproduksi.
- Medulla, terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian
tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke
segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian
yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian
atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi
membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
- Korteks bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan
membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar
dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar
(rhizines). Ada beberapa jenis lichenes tidak mempunyai korteks bawah.
Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus
yang fungsinya sebagai proteksi.
Manfaa t Lichenes dia t a s merupakan manfaa t yang sangat ba ik apabila
set iap or ang mau mengama t i lingkungan khususnya tumbuhan Lichenes ter sebut .
Dengan begitu ma sya raka t akan t ahu bahwa da erah yang mereka tempat i ter sebut
keada an uda ranya ba ik a t au buruk dengan ca r a meliha t jamur lichenes tumbuh
a t au t idak dan bia sanya jamur t er sebut tumbuh pada ba t ang sua tu tumbuhan
dikotil.
Jamur Lichenes membuat saya tertarik dan bertanya -tanya senyawa apakah
yang terkandung dida lam jamur ter sebut . Sebagai mahasiswa jurusan kimia , saya
ingin t ahu senyawa apakah itu dan mengapa senyawa itu bisa bereaksi dengan
udara/zat yang ganas sehingga t erbentuklah koloni dari jamur lichenes. Mungkin
dariana tomi jamur Lichenes yang t er tulis diatas itu dapat kita teliti lebih lanjut
apakah za t -za t penyusunnya dan mengapa za t itu bisa menanggapi rangsang
berupa udara /zat berbahaya? Dari rasa penasaran inilah terbesit dalam pikiran
saya apakah bisa senyawa dida lam jamur lichenes ter sebut kita ekstrak atau
membuat sendiri senyawa yang sama untuk dibuat sebuah objek/benda indikator
dari senyawa -senyawa tersebut sehingga benda tersebut dapat kita gunakan
sebagai alternatif untuk mengetahui tingkat polusi udara disuatu daerah.
Alangkah bahagianya jika semua orang bisa tahu dengan keadaan udara didaerah
mereka , sehingga mereka dapat mawas diri dan berhati-hati agar tidak terlalu
sering menghirup udara-udara berbahaya seperti itu. Dengan begitu tingkat
kesehatan masyarakat Indonesia bisa bertingkat . Perlu diingat bahwa penyebab
utama timbulnya suatu penyakit adalah makanan yang tidak sehat dan
lingkungan khususnya keadaan udara yang sudah banyak terkontaminasi oleh
adanya zat-zat berbahaya.

http://gigihkurnia.wordpress.com/2008/11/05/jamur-lichenes-indikator-pencemaran-udara/

« Biologi

Sklereid »

lichenes
May 23, 2010 by cahyobiologi

LICHENES SEBAGAI INDIKATOR

PENCEMARAN UDARA

(Makalah Pengetahuan Lingkungan)

Oleh:

Ermayanti Sutiyo                    (0913024035)

Fatmala Ajeng Perkerti         (0913024039)

PENDIDIKAN  BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG
2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah untuk mata kuliah Pengetahuan Lingkungan ini tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih kami haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tak langsung.

Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari makalah yang berjudul “Lichenes
Sebagai Indikator Pencemaran Udara” ini. Atas dasar itu, dengan tangan terbuka kami
menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung,        Mei 2010,

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata
Pengantar……………………………………………………
…………………………….. i
1. Pendahuluan

Latar Belakang………………………………………………………………………………. 1

Tujuan…………………………………………………………………………………………
…1

1. Pembahasan

2.1 Gambaran Umum Tentang


Lichenes………………………………….. 2
2.1.1. Pengertian
Lichenes………………………………………………….. 2
…….           2.1.2. Struktur Morfologi
Lichenes……………………………………… 4
2.1.3 Ciri-ciri Lichenes
………………………………………………………. 6
2.1.4 Klasifikasi Lichenes………………………………………………………7

2.2 Pencemaran Udara…………………………………………………………………9

2.3 Pengaruh Lichenes Terhadap pencemaran Udara………………………15

III.      
Kesimpulan……………………………………………………………………………… 17

Daftar
Pustaka…………………………………………………………………………………….. 18

Lampiran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Lichenes atau lumut kerak sering disebut sebagai tumbuhan perintis. Lichenes hidup sebagai
epifit pada pohon-pohonan tetapi dapat juga di atas tanah, terutama di daerah tundra disekitar
kutub utara. Lichenes tergolong ke dalam tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam
pembuatan tanah. Lichenes dapat kita temukan di tepi pantai sampai di atas gunung-gunung
yang tinggi.

Lichenes tidak memerlukan syarat-syarat hidup yang tinggi dan tahan kekurangan air dalam
hangka waktu yang lama, karena panas yang terik Lichenes yang hidup pada batu-batu dapat
menjadi kering tetapi tidak mati dan jika kemudian turun hujan lichenes dapat hidup subur
kembali namun pertumbuhannya sangat lambat. Lichenes dapat hidup pada kayu-kayu,
batang,pohon, dan batu-batuan.Tetapi banyak orang yang tidak mengetahui manfaat dari
lichenes ternyata lichenes dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran udara. Untuk lebih
memahami tentang hal itu, maka penyusun menyusun makalah ini.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah sebagai berikut:

1. Untuk menyelesaikan tugas dalam matakuliah pengetahuan lingkungan yang ditugaskan


oleh dosen pembimbing
2. Mengetahui dan memahami tentang Ciri dan peranan Lichenes sebagai indikator
pencemaran udara.

BAB II

ISI
2.1 Gambaran Umum Tentang Lichenes

2.1.1. Pengertian Lichenes

Organisme ini sebenarnya kumpulan antara Fungi dan Algae, tetapi sedemikian rupa, hingga
dari segi morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan.

Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat jiga di atas tanah, terutama di
daerah tundra di sekitar kutub utara. Di daerah ini areal dengan luas ribuan km2 tertutup oleh
lichenes. Baik di atas cadas maupun di dalam batu, tidak terikat tingginya tempat di atas
permukaan air laut. Lichenes dapat kita temukan dari tepi pantai sampai di atas gunung-
gunung yang tinggi. Tumbuhan ini tergolong dalam tumbuhan perintis yang ikut berperan
dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada bagian pinggir batu-batu, oleh
karenanya disebut bersifat endolitik.

Lichenes tidak memerlukan syarat-syarat hidup yang tinggi, dan tahan kekurangan air dalam
jangka waktu yang lama. Karena panas yang terik lichenes yang hidup pada batu-batu dapat
menjadi kering, tetapi tidak mati, dan jika kemudian turun hujan, Lichenes dapat hidup
kembali. Pertumbuhan thalusnya sangat lambat, dalam satu tahun jarang lebih dari 1 cm.
tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan pertumbuhan vegetatif bertahun-tahun.

Algae yang ikut menyusun tubuh Lichenes disebut gonidium, dapat bersel tunggal atau
berkoloni. Kebanyakan gonidium adalah ganggang biru (Cyanophyceae) antara lain
Chroococcus dab Nostoc, kadang-kadang juga ganggang hijau 9chlorophyceae) misalnya
Cystococcus dan Trentepohlia.

Kebanyakan cendawan yang ikut menyusun Lichenes tergolong ke dalam Ascomycetes


terutama Discomycetales, hanya kadang-kadang Pyrenomycetales. Mungkin juga
Basidiomycetes mengambil bagian dalam pembentukan Lichenes. Kebanyakan cendawan-
cendawan tertentu bersimbiosis dengan ganggang tertentru pula. Untuk memelihara Lichenes
pada medium buatan dijimpai bamnyak kesukaran. Tetapi jika cendawan dan ganggangnya
dipisahkan, masing-masing dapat dipiara dengan mudah pada medium buatan. Pada
umumnya Lichenes pada medium buatan tidak memperlihatkan pertumbuhan yang kuat. Jadi
daya untuk hidup sendiri telah hilang, sehingga cendawan itu dalam jarang sekali ditemukan
dalam keadaan hidup bebas. Dalam kultur murni cendawan itu memperlihatkan  susunan
morfologi menurut jenisnya, tetapi bentuk thalus seperti Lichenes baru terjadi, jika bertemu
dengan jenis ganggang yang tepat. Lain ganggang akan menghasilkan lain Lichenes. Jadi
bentuk lichenes bergantung pada macam cara hidup bersama antara kedua macam organisme
yang menyusunnya.

Hidup bersama antara dua organisme yang berlainan jenis umumnya disebut simbiosis.
Masing-masing organisme itu sendiri disebut simbion. Dalam pembicaraan sehari-hari
simbiosis itui sering diartikan sebagai hidup bersama dengan keuntungan bagi kedua simbion,
yang seharusnya dinamakan mutualisme.

Pada lichenes simbiosis antara fungi dan algae diberikan tafsiran yang berbeda-beda. Ada
yang menafsirkan sebagai mutualisme, karena dipandang kedua-duanya dapat memperoleh
keuntungan dari hidup bersama itu. Ganggang memberikan hasil-hasil fotosintesis terutama
yang berupa karbohidrat kepada cendawan, dan sebaliknya cendawan memberikan air dan
garam-garam kepada ganggang.
Dapat juga hubuingan antara ganggang dan jamur itu dianggap sebagai suatu helotisme.
Keuntungan yang timbal balik itu hanya sementara, yaitu pada permulaan saja, tetapi
akhirnya ganggan diperalat oleh cendawan, hubungan mana menyerupai hunbungan seorang
majikan dengan budaknya (heloot). Dalam hal ini hidup bersama natara cendawan dan
ganggang pada Lichenes dinamakan helotisme. . Mengenai hal tersebut memang masih
belum tercapai persesuaian paham.

Pada penampang melintang talus lichenes tampak hifa cendawan sering kali membalut sel-sel
ganggang, bahkan ada yang memasukkan haustorium ke dalam sel-sel ganggang. Ganggang
tetap hidup, tetapi tidak dapat membiak dengan sel-sel lembaganya sendiri. Adapula yang
miselium cendawan hanya msuk kedalam selaput lender sel-sel ganggang. Dalam hal tersebut
bentuk ganggang menentukan bentuk Lichenes. Pada umumnya miselium cendawan jauh
lebih banyak bagian dalam takus terdiri atas anyaman hiva yang renggang dan merupakan
lapisan teras(lapisan empulur). Dalam lapisan ini dekat dengan permukaan sel-sel ganggang,
bergerombol yang merupakan lapisan yang dinamakan  lapisan gonidium. Kulit luarnya
terdiri atas mislelium cendawan lagi yang teranyam sebagai plektenkim dengan rapat.

Menurut habitusnya kita membedakan Lichenes yang talusnya menyerupai lembaran-


lembaran, dan seperti semak. Yang pertama biasanya melekat dengan benang-benang
menyerupai rizoid pada substratnya dengan seluruh sisi bawah talus, sedang yang kedua
mempunyai ujung talus yang bebas dalam udara. Pembagian ini sama sekali tidak
menunjukkan hubungan filogenetik antara anggota-anggota yang tergolong di dalamnya.
Kebanyakan Lichexnes berkembang biak vegetatif, karena  bila sebagian talus terpisah lalu
tumbuh menjadi individu baru. Pada bebarapa jenis Lichenes,pembiakan berlangsung dengan
perantaraan soredium, yaitu kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan
diselubungi benang-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari
indukknya. Dengan robeknya dinding talus soredium tersebar seperti debu yang ditiup angin.
Benda-benda tersebut pada tempat lain dapat tumbuh menjadi Lichenes baru. Seringkali
soredium itu tetjadi dalam talus pada tempat-tempat yang mempunyai batas yang jelas yang
dinamakan soralum. Pada talus Lichenes, cendawan akhirnya dapat membentuk tubuh buah
yang menurut jenis cendawan dapat berupa apotesium atau peritesium. Spora yang dilepaskan
, di tempat yang baru jika menjumpai jenis ganggang yang tepat, yang sama dengan jenis
ganggang pada talus indukknya.

2.1.2. Struktur Morfologi Lichenes

A. Morfologi Luar

Tubuh lichenes dinamakan thallus yang secara vegetatif mempunyai kemiripan dengan alga
dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. Beberapa spesies ada yang
berwarna kuning, oranye, coklat atau merah dengan habitat yang bervariasi. Bagian tubuh
yang memanjang secara selluler dinamakan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus
atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichenes. Alga selalu
berada pada bagian permukaan dari thallus. Berdasarkan bentuknya lichenes dibedakan atas
empat bentuk .

a.Crustose
Lichenes yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan selalu melekat ke
permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak
substratnya.
Contoh : Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium.

Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang
berada di permukaan disebut endolitik, dan yang tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan
disebut endoploidik atau endoploidal. Lichenes yang longgar dan bertepung yang tidak
memiliki struktur berlapis, disebut leprose.

b. Foliose
Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobuslobus.Lichen ini relatif
lebih longgar melekat pada substratnya. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun
yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini melekat
pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk
mengabsorbsi makanan.
Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera, Parmelia dll.

c. Fruticose
Thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Thallus
tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat
perbedaan antara permukaan atas dan bawah.

Contoh : Usnea, Ramalina dan Cladonia.


d. Squamulose
Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya
berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut
podetia.

B. Morfologi dalam (Anatomi)


Struktur morfologi dalam diwakili oleh jenis foliose, karena jenis ini mempunyai empat
bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu:

Korteks atas

Berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling
mengisi dengan material yang berupa gelatin. Bagian ini tebal dan berguna untuk
perlindungan.Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah
korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat
sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc,Rivularia dan Chrorella. Lapisan thallus untuk  tempat
fotosintesa disebutlapisan gonidial sebagai organ reproduksi.

Medulla

Terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian


tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala arah dan
biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di
sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan
demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.

Korteks bawah
Lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara
vertikalterhadap permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini
sering berupa sebuah akar (rhizines).

Ada beberapa jenis lichenes tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh
lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi. Dari potongan
melintang Physcia sp. terlihat lapisan hijau sel-sel alga dan rhizines coklat bercabang pada
bagian bawah. Bagian tengah yang berwarna putih terdiri dari sel-sel jaringan jamur yang
disebut medulla. Struktur pipih pada bagian atas dan kanan disebut apothecia dan
lapisancoklat di atasnya disusun oleh asci, yaitu bagian dari ascomycete yang megandung
spora jamur.
C. Struktur Vegetatif

Struktur tubuh lichenes secara vegetatif terdiri dari:

Soredia

Soredia terdapat pada bagian medulla yang keluar melalui celah kulit sehingga soredia dapat
dengan mudah. Diameternya sekitar 25 – 100 m diterbangkan angin dan akan tumbuh pada
kondisi yang sesuai menjadi tumbuhan licenes yang baru. Jadi pembiakan berlangsung
dengan perantaraan soredia. Soredia itu sendiri merupakan kelompok kecil sel-sel gangang
yang sedang membelah dan diselubungi benang-benang miselium menjadi satu badan yang
dapat terlepas dari induknya. Soredia
ini terdapat di dalam soralum. Potongan Lobaria pulmonaria. Bagian hitam yang
membengkak disebut cephalodium dan struktur bentuk mahkota adalah soralium dengan
bentuk bola kecil soredia di atasnya. Lapisan hijau adalah koloni alga.

Isidia

Isidia berbentuk silinder, bercabang seperti jari tangan dan terdapat pada dan tingginya antara
0,5 – 3 m ìkulit luar. Diamaternya 0,01 – 0,03 m. Berdasarkan kemampuannya bergabung
dengan thallus, maka dalam media perkembangbiakan, isidia akan menambah luas
permukaan luarnya. Sebanyak 25 – 30 % dari spesies foliose dan fructicose mempunyai
isidia. Proses pembentukan isidia belum diketahui, tetapi dianggap sebagai faktor genetika.

Lobula
Lobula merupakan pertumbuhan lanjutan dari tahllus lichenes yang sering dihasilkan di
sepanjang batas sisi kulit luar. Lobula ini dapat berkembang dengan baik pada jenis foliose,
Genus Anaptycia, Neproma, Parmelia dan Peltigera. Lobula sangat sukar dibedakan dengan
isidia.
Rhizines
Rhizines merupakan untaian yang menyatu dari hifa yang berwarna kehitam-hitaman yang
muncul dari kulit bagian bawah (korteks bawah) dang mengikat thallus ke bagian dalam. Ada
dua jenis rhizines yaitu bercabang seperti pada Ctraria, Physcia dan Parmelia dan yang tidak
bercanag terdapat pada Anaptycis dan beberapa Parmelia.
Tomentum
Tomentum memiliki kepadatan yang kurang dari rhizines dan merupakan lembaran serat dari
rangkaian akar atau untaian yang renggang. Biasanya muncul pada lapisan bawah seperti
pada Collemataceae, Peltigeraceae dan Stictaceae.
Cilia
Cilia berbentuk seperti rambut, menyerupai untaian karbon dari hifa yang muncul di
sepanjang sisi kulit. Cilia berhubungan dengan rhizines dan hanya berbeda pada cara
tumbuhsaja.

Cyphellae dan Pseudocyphellae


Cypellae berbentuk rongga bulat yang agak besar serta terdapat pada korteks bawah dan
hanya dijumpai pada genus Sticta. Pseudocyphellae dan mempunyai ukuran yang lebih kecil
dari cyphellae yaitu sekittar 1 m terdapat pada korteks bawah spesies Cetraria, Cetralia,
Parmelia dan Pasudocyphellaria. Rongga ini berfungsi sebagai alat pernafasan atau
pertukaran udara.
Cephalodia.
Cephalodia merupakan pertumbuhan lanjutan dari thallus yang terdiri dari alga-alga yangg
berbedadari inangnya. Pada jenis peltigera aphthosa, cephalodia mulai muncul ketika Nostoc
jatuh pada permukaan thallus dan terjaring oleh hifa cephalodia yang berisikan Nostoc biru
kehijauan. Jenis ini mampu menyediakan nitrogen thallus seperti Peltigera,
Lecanora,Stereocaulon, Lecidea dan beberapa jenis crustose lain.

2.1.3. Ciri-ciri Lichenes

LICHENES, Organisme ini sebenarnya kumpulan antara fungi dan algae, tetapi sedemikian
rupa, hingga dari segi morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan.

Lichenes memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Pada Penampang  melintang talus Lichenes,  kelihatan hifa cendawan membalut sel-sel
algae, bahkan ada yang memasukkan haustorium ke dalam sel-sel algae. Algae tetap hidup
tetapi tidak dapat membiak dengan sel-sel lembaganya sendiri.
 Ada pula yang miselium cendawannya hanya masuk ke dalam selaput lander sel-sel algae,
sehingga bentuk algae menentukan bentuk Lichenesnya.
 Bagian dalam talus terdiri dari anyaman hifa yang renggang dan merupakan lapisan teras /
empulus. Dalam lapisan ini sel-sel algae bergerombol membentuk lapisan gonidium. Kulit
luarnya terdiri atas miselium cendawan yang teranyam sebagai plektenkim yang rapat.
 Bagi lichenes yang talusnya menyerupai lembaran, biasanya melekat dengan benang-benang
yang menyerupai rizoid. Sedangkan ujung semak menyerupai ujung talus yang bebas dalam
udara.
 Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga di atas tanah,
terutama di daerah tundra, digolongkan sebagai tumbuhan perintis yang ikut berperan
dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada pinggir batuan, disebut
endolitik.
 Syarat hidupnya tidak sulit dan taha terhadap kekurangan air dalam waktu yang lama.Dapat
menjadi kering akibat terik matahari tetapi tidak mati, dan jika kemudian turun hujan,
Lichenes dapat hidup kembali
 Pertumbuhaan talus sangat lambat. Tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan
pertumbuhan vegetative bertahun-tahun.
 Kebanykan Lichenes bereproduksi dengan perantaan soredium.
 Komponen cendawannya sering dapat membentuk spora dan hanya membentuk lichenes
jika jatuh dekat algae yang merupakan simbionnya.
 Menurut cendawan penyusunnya, Lichenes dibagi menjadi 2 kelas, yaitu Ascomychenes dan
Basidiolichenes.

2.1.4 Klasifikasi Lichenes


Lichenes sangat sulit untuk diklasifikasikan karena merupakan gabungan
dari alga dan fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda. Para ahli seperti
Bessey (1950), Martin (1950) dan Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa
lichenes dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam kelompok jamur
sebenarnya. Bessey meletakkannya dalam ordo Leocanorales dari Ascomycetes.
Smith (1955) menganjurkan agar lichenes dikelompokkan dalam kelompok yang
terpisah yang berbeda dari alga dan fungi.
Lichenes diklasifikasikan menurut cendawan yang menyusunnya. Berdasarkan itu Lichenes
dibedakan dalam dua kelas yakni Ascolichenes dan Basidiolichenes.

1. Kelas Ascolichenes

Jika cendawan penyusunnya berupa:

1. Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium, contohnya


Dermatocarpon dan Verrucaria.
2. Discomycetales, maka tubuhnya berupa apotesium, contohnya:

Usnea barbata dan U. dasypoga, mempunyai khasiat obat yang dibuat sebagai ramuan dalam
jamu-jamu tradisional. Usnea menghasilkan antibiotic asam usnin yang berguna untuk
melawan tuberculosis.Rocella tinctoria, untuk pembuatan lakmus.

Gambar Parmelia acetubulum                                 Cladonia rangivera

Cetralia islandica

1. Kelas Basidiolichenes
1. Talus berbentuk lembaran-lembaran
2. Pada tubuh buah terbentuk lapisan himenium yang mengandung basidium,
menyerupai tubuh buah Hymenomycetales
3. Berguna untuk bahan pembuatan obat-obatan, pembuatan zat warna, ada yang
dapatimakan, ada pula yang beracun
4. Contoh: Cora pavonia, Rocella tinctoria untuk pembuatan lakmus.

2.2. Pencemaran Udara

Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan pencemar sekunder.
Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber
pencemaran udara. [Karbon monoksida]adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer
karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar
yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan
[ozon]dalam [smog fotokimia]adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.

Belakangan ini pertumbuhan keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks
global dan hubungannya dengan [pemanasan global yg mempengaruhi;

Kegiatan manusia

 Transportasi
 Industri
 Pembangkit listrik
 Pembakaran (perapian, kompor, furnace,[insinerator]dengan berbagai jenis bahan bakar
 Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)

Sumber alami

 Gunung berapi
 Kebakaran hutan dan rawa-rawa
 Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi

Sumber-sumber lain

 Transportasi amonia
 Kebocoran tangkim klor
 Timbulan gas metana dari lahan uruk (tempat pembuangan akhir)
 Uap pelarut organik

Jenis-jenis pencemar
 Karbon monoksida
 Oksida nitrogen
 Oksida sulfur
 CFC
 Hidrokarbon
 Ozon
 Volatile Organic Compounds
 Partikulat

Dampak
1. Dampak kesehatan

Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem
pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis
pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas,
sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat
pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan
akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa
zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.

memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian


prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISPA pada tahun 1998
senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun
2015.
2. Dampak terhadap tanaman

Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu
pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam.
Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.

3. Hujan asam

pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2
dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak
dari hujan asam ini antara lain:

 Mempengaruhi kualitas air permukaan


 Merusak tanaman
 Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas
air tanah dan air permukaan
 Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan

4. Efek rumah kaca

Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan
troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi.
Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena
pemanasan global.

Dampak dari pemanasan global adalah:

 Pencairan es di kutub
 Perubahan iklim regional dan global
 Perubahan siklus hidup flora dan fauna

5. Kerusakan lapisan ozon

Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami
bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan
penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang
mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul
ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.
Dampak == Adanya gas-gas dan partikulat-partikulat tersebut, baik yang diperoleh secara
alami dari gunung berapi, pelapukan tumbuh-tumbuhan, ledakan gunung berapi dan
kebakaran hutan, maupun yang diperoleh dari kegiatan manusia ini akan mengganggu siklus
yang ada di udara dan dengan sendirinya akan mengganggu sistem keseimbangan dinamik di
udara, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara.

Gas-gas CO, SO2, H2S, partikulat padat dan partikulat cair yang dapat mencemari udara
secara alami ini disebut bahan pencemar udara alami, sedangkan yang dihasilkan karena
kegiatan manusia disebut bahan pencemar buatan.
Untuk kepentingan kesejahteraan makhluk hidup di alam semesta ini telah terjadi sistem
keseimbangan dinamik melalui berbagai macam siklus yang telah diatur oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Salah satu contoh adalah siklus nitrogen dan siklus karbon.

Gambar 1 Siklus nitrogen

Sumber: “Environmental Science”, third edition, 1984, Jonathan Turk & Amos Turk, hal. 52

Bahan pencemar yang dihasilkan oleh kegiatan manusia ini konsentrasinya relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan yang sudah ada di udara, terjadi secara alami, sehingga dapat
mengganggu sistem kesetimbangan dinamik di udara dan dengan demikian dapat
mengganggu kesejahteraan manusia dan lingkungannya.

Gambar 2 Siklus karbon

Sumber: “Environmental Science”, third edition, 1983, hal. 50

Sumber bahan pencemar udara ada lima macam yang merupakan penyebab utama (sekitar
90%) terjadinya pencemaran udara global di seluruh dunia yaitu:

1. Gas karbon monoksida, CO


2. Gas-gas nitrogen oksida, NOx
3. Gas hidrokarbon, CH
4. Gas belerang oksida, SOx
5. Partikulat-partikulat (padat dan cair)

Gas karbon monoksida merupakan bahan pencemar yang paling banyak terdapat di udara,
sedangkan bahan pencemar berupa partikulat (padat maupun cair) merupakan bahan
pencemar yang sangat berbahaya (sifat racunnya sekitar 107 kali dari sifat racunnya gas
karbon monoksida).

a. Gas karbon monoksida, CO

Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa, titik
didih -192º C, tidak larut dalam air dan beratnya 96,5% dari berat udara. Reaksi-reaksi yang
menghasilkan gas karbon monoksida antara lain:

 Pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar atau senyawa senyawa karbon lainnya:

2 C + O 2 ? 2 CO

 Reaksi antara gas karbon dioksida dengan karbon dalam proses industri yang terjadi dalam
tanur:

CO2 + C ? 2 CO

 Penguraian gas karbon dioksida pada suhu tinggi:

2 CO2 ? 2 CO + O 2
 Gas karbon monoksida yang dihasilkan secara alami yang masuk ke atmosfer lebih sedikit
bila dibandingkan dengan yang dihasilkan dari kegiatan manusia.

b. Gas-gas Nitrogen oksida, NOx

Gas-gas Nitrogen oksida yang ada di udara adalah Nitrogen monoksida NO, dan Nitrogen
dioksida NO2 termasuk bahan pencemar udara. Gas Nitrogen monoksida tidak berwarna,
tidak berbau, tetapi gas nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam dan
menyebabkan orang menjadi lemas. Reaksi-reaksi yang menghasilkan gas NO dan NO2
antara lain:

(1210 – 1765)ºC

2 N + O2  ? 2 NO

2 NO + O2 ? 2 NO

c. Hidrokarbon CH

Sumber terbesar senyawa hidrokarbon adalah tumbuhtumbuhan. Gas metana CH4 adalah
senyawa hidrokarbon yang banyak dihasilkan dari penguraian senyawa organik oleh bakteri
anaerob yang terjadi dalam air, dalam tanah dan dalam sedimen yang masuk ke dalam lapisan
atmosfer:

2 (CH2O)n ? CO2 + CH4

d. Gas-gas belerang oksida SOx

Gas belerang dioksida SO2 tidak berwarna, dan berbau sangat tajam. Gas belerang dioksida
dihasilkan dari pembakaran senyawasenyawa yang mengandung unsur belerang. Gas
belerang dioksida SO2 terdapat di udara biasanya bercampur dengan gas belerang trioksida
SO3 dan campuran ini diberi simbol sebagai SOx.

S + O2 ? SO2

2 SO2 + O 2 ? 2 SO3

e. Partikulat

Yang dimaksud dengan partikulat adalah berupa butiran-butiran kecil zat padat dan tetes-tetes
air. Partikulat-partikulat ini banyak terdapat dalam lapisan atmosfer dan merupakan bahan
pencemar udara yang sangat berbahaya.

2.3. Pengaruh Lichenes Terhadap Pencemaran Udara

Lumut kerak (Lichenes) ini merupakan gabungan miselium jamur yang di dalamnya terjalin
sel-sel alga dan keduanya saling bersimbiosis mutualisme. Jamurnya adalah golongan
Ascomycota atau Basidiomycota dengan alga hijau/Chlorophyta atau alga biru/Cyanophyta
yang uniseluler.
Meskipun keduanya hidup sendiri-sendiri, tetapi dengan hidup pada lumut kerak lebih
menguntungkan bagi keduanya, karena mereka mampu hidup pada substrat atau tempat yang
organisme lain tidak dapat hidup, misalnya batu. Karena mampu hidup pada batu-batuan,
Lichenes ini dikatakan sebagai organisme perintis yang mampu hidup di atas batu. Lichenes
tersebut memulai pembentukan tanah dengan melapukkan permukaan batuan dan
menambahkan kandungan zat-zat yang dimiliknya. Lichenes dapat juga digunakan sebagai
indikator pencemaran udara, karena dia tidak mampu hidup pada udara yang sudah tercemar.
Jadi, apabila di suatu daerah tidak ada Lichenes, ini menunjukkan bahwa udara di daerah
tersebut sudah tercemar. Selain itu, Lichenes dapat dimanfaatkan pula sebagai obat,
digunakan sebagai penambah rasa dan aroma, serta pigmen yang dihasilkan dapat dibuat
kertas lakmus celup untuk menentukan indikator pH.

Dari sejumlah laporan diketahui bahwa talus Lichenes dapat mengakumulasi Pb yang berasal
dari hasil emisi gas buang kendaraan bermotor. Hasil penelitian Bargagli et al (1987) dalam
Nursal, dkk (2005) menunjukkan bahwa Lichenes merupakan indikator yang baik terhadap
pencemaran udara. Di daerah Tuscany-Italia, konsentrasi Pb pada talus Lichenes terdapat
13,2 μgg-1 berat kering. Konsentrasi Pb terbanyak ditemukan di daerah yang dekat dengan
area parkir kendaraan dan di dekat jalan raya. Akumulasi Pb pada Parmelia physodes
menurun secara proporsional pada jarak yang semakin jauh dari jalan raya (Deruelle dan
Kovacs, 1992 dalam Nursal, dkk, 2005). Hasil penelitian Deruelle (1981) dalam Nursal, dkk
(2005) juga menunjukkan bahwa pada jarak 15 m dari jalan raya akumulasi Pb ditemukan
sebanyak 1002 μgg-1 berat kering, sedangkan pada jarak 600 m dari jalan raya akumulasi Pb
hanya 65 μgg-1 berat kering. Lichenes juga dapat digunakan sebagai indikator terhadap
berbagai polutan diantaranya SO2, NO2, HF, Chlorida, O3, peroksi asetat, logam berat,
isotop radioaltif, pupuk, pestisida, dan herbisida (Kovacs, 1992 dalam Nursal, dkk, 2005).
Jenis-jenis Lichenes mempunyai tingkat sensitifitas yang berbeda terhadap bahan pencemar.
Ada yang bersifat sensitif dan ada pula yang bersifat toleran. Kisaran toleransi Lichenes
terhadap SO2 ternyata cukup tinggi. Lecanora conizoides masih dapat hidup pada konsentrasi
SO2 150μgm-3. Pada konsentrasi SO2 lebih dari 170 μgm-3 tidak ada lagi jenis Lichenes
yang bisa hidup. Lecanora conizaeoides ditemukan pada kulit batang pohon yang dikoloni
oleh alga apabila konsentrasi SO2 125 μgm-3. Usnea ceratina dapat ditemui pada pohon yang
sama apabila konsentrasi SO2 35 μgm-3 dan Usnea florida dapat ditemukan apabila
konsentrasi SO2 30 μgm-3

Pb yang terdapat di udara dapat terakumulasi pada jaringan tubuh makhluk hidup terutama
pada talus Lichenes (Lumut kerak). Dari sejumlah laporan diketahui bahwa talus Lichenes
dapat mengakumulasi Pb yang berasal dari hasil emisi gas buang kendaraan bermotor. Hasil
penelitian Bargagli et al (1987) menunjukkan bahwa Lihenes merupakan indikator yang baik
terhadap pencemaran udara. Di daerah Tuscany-Italia, konsentrasi Pb pada talus Lichenes
terdapat 13,2 μgg-1 berat kering. Konsentrasi Pb terbanyak ditemukan di daerah yang dekat
dengan area parkir kendaraan dan di dekat jalan raya. Akumulasi Pb pada Parmelia physodes
menurun secara proporsional pada jarak yang semakin jauh dari jalan raya (Deruelle dalam
Kovacs, 1992). Hasil penelitian Deruelle (1981) juga menunjukkan bahwa pada jarak 15 m
dari jalan raya akumulasi Pb ditemukan sebanyak 1002 μgg-1 berat kering,sedangkan pada
jarak 600 m dari jalan raya akumulasi Pb hanya 65 μgg-1 berat kering Lichenes juga dapat
digunakan sebagai indikator terhadap berbagai polutan diantaranya SO2, NO2, HF, Chlorida,
O3, Peroksi asetat, Logam berat, Isotop radioaltif, pupuk, pestisida, dan   (Kovacs, 1992).
Jenis-jenis Lichenes mempunyai tingkat sensitifitas yang berbeda terhadap bahan pencemar.
Ada yang bersifat sensitif dan ada pula yang bersifat toleran. Kisaran toleransi Lichenes
terhadap SO2 ternyata cukup tinggi. Lecanora conizoides masih dapat hidup pada konsentrasi
SO2 150μgm-3. Pada konsentrasi SO2 lebih dari 170 μgm-3 tidak ada lagi jenis Lichenes
yang bisa hidup. Lecanoraonizaeoides ditemukan pada kulit batang pohon yang dikoloniet
oleh alga apabila konsentrasi SO2 125 μgm-3. Usnea ceratina dapat ditemui pada pohon
yang sama apabila konsentrasi SO2 35 μgm-3 dan Usneaflorida dapat ditemukan apabila
konsentrasi SO2 30 μgm-3 (Galun and Ronen dalam Galun, 2000). Untuk dapat memprediksi
lebih  awal kemungkinan dampak yang dapat ditimbulkan oleh polutan Pb di masa yang akan
datang terhadap kehidupan, perlu dilakukan monitoring terhadap keberadaannya sebagai
bahan pencemar (polutan) di udara. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui akumulasi
Timbal (Pb) pada talus Lichenes yang tumbuh pada permukaan batang pohon di jalur hijau
Kota Pekanbaru. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi awal tentang
kualitas lingkungan udara di Kota Pekanbaru. Selain itu juga diharapkan dapat berguna bagi
keperluan penelitian lebih lanjut.

III

KESIMPULAN

Dari data-data yang terdapat di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. lichenes tidak dapat hidup di suatu tempat yang udaranya tercemar


2. Lichenes dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran udara artinya jika

disuatu tempat masih terdapat lichenes maka dapat diketahui bahwa udara di

tempat tersebut masih tergolong bersih.

1. Jika di suatu tempat tidak terdapat Lichenes maka dapat diketahui udara di

tempat tesebut sudah tercemar.

DAFTAR PUSTAKA

Hasnunidah, Neni.2009.Botani Tumbuhan Rendah. Bandarlampung:Unila

Tjitrosupomo, Gembong.2004.Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta:UGM

http//:www.google.com/Lichenes sebagai indikator pencemaran udara/

http//:www.google.com/Pencemaran udara/.

http//:www.google.com/ Pengaruh lichenes terhadap pencemaran udara/.

www.wikipwdia.org

http://cahyobiologi.wordpress.com/2010/05/23/lichenes/

Você também pode gostar