Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
REPUBLIK INDONESIA
PANDUAN
PEMERIKSAAN
LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH
Tortama V Tortama VI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 atar
1.1 Belakang
Latar Belakang
REFERENSI
LAMPIRAN
BAB 2
PROSEDUR ANALITIS
Contoh harapan yang dikembangkan dengan risiko salah saji yang harus
ditelusuri tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1
Harapan yang dikembangkan dengan risiko salah saji
Data yang
Akun Harapan Risiko salah saji
digunakan
Kas Lainnya Neraca, BKU Potongan pajak yang belum disetor + Kurang saji kas
dan Setara Kas SP2D LS ke bendahara yang belum lainnya dan
diberikan kepada yang berhak + bunga setara kas
jasa giro
Aset Tetap LRA, Neraca, (Belanja Modal + penambahan dari Hibah aset tetap
hasil inventarisasi) = (So Aset Tetap yang tidak
per 31 Des 200X) – (So Aset Tetap per diungkapkan,
31 Des 200X-1) +/- mutasi penghapusan AT
masuk/keluar tidak
diungkapkan,
salah pengelom-
pokkan anggaran,
aset tetap kurang/
lebih saji
Data yang
Akun Harapan Risiko salah saji
digunakan
Utang PFK Neraca dan Utang PFK = saldo utang PFK tahun Lebih/kurang saji
LAK sebelumnya + penerimaan non utang PFK,
Anggaran PFK (diluar penerimaan selisih fisik dan
karena kesalahan rekening) – catatan SiLPA
pengeluaran non anggaran PFK (diluar
pengeluaran karena kesalahan
rekening)
pada akun laporan keuangan yang diperiksa. Di tahap ini, prosedur analitis
biasanya dilakukan dengan melakukan analisis data pendukung laporan
keuangan baik data keuangan maupun data non keuangan.
Ada tiga cara melakukan prosedur analitis dalam pemeriksaan LKPD, yaitu
analisis data, tehnik prediktif dan analisis rasio dan tren dengan uraian sebagai
berikut.
2.3.1 Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menguji ketepatan penjumlahan antar akun
dan kecukupan pengungkapannya.
Pengujian ketepatan penjumlahan antar akun dan kecukupan
pengungkapannya bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dan menilai kebenaran
angka-angka dalam laporan keuangan. Melalui analisis, dapat diketahui apakah
terdapat kesalahan jurnal ataupun kesalahan klasifikasi akun sehingga dapat
dilakukan koreksi atas laporan keuangan dimaksud.
Misalnya :
1) Penerimaan di bendahara penerimaan yang belum disetorkan ke kas daerah
pada akhir tahun anggaran harus tercermin dalam kas di bendahara
penerimaan dan pendapatan yang ditangguhkan pada Neraca per 31
Desember.
2) Penerimaan hutang pemerintah daerah, harus tercermin dalam penerimaan
pembiayaan pada LRA dan pengakuan hutang pada Neraca per 31 Desember.
3) Adanya pengakuan Utang Perhitungan Pihak Ketiga/PFK harus tercermin
dalam saldo Kas di Neraca per 31 Desember dan dijelaskan dalam CaLK.
Analisis data dilakukan dengan menguji hubungan antar akun-akun dalam Neraca
dan LRA, baik vertikal (akun-akun dalam Neraca/LRA) maupun horisontal.
Untuk lebih memudahkan prosedur analitis, dapat dilakukan dalam file excel yang ada di CD
terlampir.
Uraian Persamaan
Aset harus sama dengan total kewajiban Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana
ditambah dengan total ekuitas.
Kas di bendahara pengeluaran harus sama Kas di Bendahara Pengeluaran = Sisa Uang
dengan sisa Uang Persediaan yang belum Persediaan yang Belum Disetor + Utang
disetor ditambah dengan utang PFK di PFK di Bendahara Pengeluaran
bendahara pengeluaran.
Kewajiban jangka pendek, kecuali utang PFK, Kewajiban Jangka Pendek (kecuali Utang
harus sama dengan EDL-dana yang harus PFK) = EDL - Dana yang Harus Disediakan
disediakan untuk pembayaran utang jangka untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
pendek.
Investasi jangka panjang harus sama dengan Investasi Jangka Panjang = EDI –
EDI - diinvestasikan dalam investasi jangka Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka
panjang. Panjang
Aset tetap harus sama dengan EDI- Aset Tetap = EDI – Diinvestasikan Dalam
diinvestasikan dalam aset tetap. Aset Tetap
Uraian Persamaan
Aset lainnya harus sama dengan EDI- Aset Lainnya = EDI – Diinvestasikan Dalam
diinvestasikan dalam aset lainnya. Aset Lainnya
Dana cadangan harus sama dengan EDC- Dana Cadangan = EDC –Diinvestasikan
diinvestasikan dalam dana cadangan. dalam Dana Cadangan
Uraian Persamaan
Arus kas bersih dari aktivitas operasi harus Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi =
sama dengan arus masuk kas dari aktivitas Arus Masuk Kas dari Aktivitas Operasi -
operasi dikurangi arus keluar kas dari aktivitas Arus Keluar Kas dari Aktivitas Operasi
operasi.
Arus kas bersih dari aktivitas investasi aset Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset
nonkeuangan harus sama dengan arus masuk Non Keuangan =
kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan Arus Masuk Kas dari Aktivitas Investasi Aset
dikurangi arus keluar dari aktivitas investasi Non Keuangan - Arus Keluar Kas dari
aset nonkeuangan. Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan
Arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan harus Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan
sama dengan arus masuk kas dari aktivitas =
pembiayaan dikurangi arus keluar dari aktivitas Arus Masuk Kas dari Aktivitas Pembiayaan -
pembiayaan. Arus Keluar Kas dari Aktivitas Pembiayaan
Arus kas bersih dari aktivitas nonanggaran Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non
harus sama dengan arus masuk kas dari Anggaran = Arus Masuk Kas dari Aktivitas
aktivitas nonanggaran ditambah arus keluar kas Non Anggaran + Arus Keluar Kas dari
dari aktivitas nonanggara. Aktivitas Non Anggaran
Kenaikan/ penurunan kas harus sama dengan Kenaikan/Penurunan Kas = Arus Kas Bersih
arus kas bersih dari aktivitas operasi ditambah dari Aktivitas Operasi +
arus kas bersih dari aktivitas investasi aset Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset
nonkeuangan ditambah arus kas bersih dari Non Keuangan + Arus Kas Bersih dari
aktivitas pembiayaan ditambah arus kas bersih Aktivitas Pembiayaan + Arus Kas Bersih
dari aktivitas nonanggaran. dari Aktivitas Non Anggaran
Uraian Persamaan
Saldo akhir kas di BUD harus sama dengan Saldo Akhir Kas di BUD = Saldo Awal Kas di
saldo awal kas di BUD ditambah kenaikan/ BUD + Kenaikan/Penurunan Kas
penurunan kas.
Saldo akhir kas harus sama dengan saldo akhir Saldo Akhir Kas = Saldo Akhir di BUD +
di BUD ditambah saldo akhir kas di bendahara Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran
pengeluaran ditambah saldo akhir kas di + SaldoAkhir Kas di Bendahara Penerimaan
bendahara penerimaan.
Uraian Persamaan
SiLPA di LRA harus sama dengan EDL-SiLPA di SiLPA (LRA) = EDL – SiLPA (Neraca)
neraca.
SiLPA di LRA harus sama dengan kas di kas SiLPA (LRA) = Kas di Kas Daerah + Kas
daerah ditambah kas di bendahara pengeluaran di Bendahara Pengeluaran + Setara Kas +
ditambah setara kas ditambah investasi jangka Investasi Jangka Pendek – Utang PFK
pendek kemudian dikurangi dengan utang PFK di (Neraca)
neraca.
Uraian Persamaan
SiLPA (LRA) tahun sebelumnya harus sama SiLPA Tahun sebelumnya (LRA) =
dengan penerimaan pembiayaan-penggunaan Penerimaan Pembiayaan – Penggunaan
SiLPA (LRA) tahun berjalan dan sama dengan SiLPA Tahun berjalan (LRA) = EDL –
EDL-SiLPA di neraca tahun sebelumnya. SiLPA Tahun Sebelumnya (Neraca)
Catatan :
Persamaan ini berlaku jika Pemda
mencatat seluruh SiLPA tahun
sebelumnya sebagai penerimaan
pembiayaan di tahun berjalan.
Uraian Persamaan
Arus kas masuk dari aktivitas investasi (LAK) Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Investasi
harus sama dengan pendapatan asli daerah (LAK) = Pendapatan Asli Daerah Yang
yang berasal dari penjualan aset tetap dan Berasal Dari Penjualan Aset Tetap dan Aset
aset lainnya (di LRA). Lainnya (di LRA)
Arus kas keluar dari aktivitas investasi (LAK) Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Investasi
harus sama dengan belanja modal (di LRA). (LAK) = Belanja Modal (di LRA)
Arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Pembiayaan
(LAK) harus sama dengan penerimaan (LAK) = Penerimaan Pembiayaan Di LRA
pembiayaan di LRA (selain penggunaan (Selain Penggunaan SiLPA)
SiLPA).
Arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Pembiayaan
(LAK) harus sama dengan pengeluaran (LAK) = Pengeluaran Pembiayaan di LRA
pembiayaan di LRA.
*) Penyimpangan dari persamaan pada tabel diatas dapat diperbolehkan antara lain karena:
1) Pada LRA terdapat pengakuan pendapatan dan belanja non-cash basis sehubungan
adanya transaksi pendapatan hibah dalam bentuk barang;
2) Dalam hal terdapat pengembalian belanja (contra post), LAK mungkin menyajikan arus
kas secara bruto sedangkan LRA menyajikan belanjanya secara netto;
Uraian Persamaan
Saldo akhir kas tahun lalu (LAK) harus sama Saldo Akhir Kas Tahun Lalu (LAK) = Saldo
dengan saldo awal kas tahun berkenaan awal Kas Tahun Berkenaan (LAK) = Saldo
(LAK), saldo akhir kas di neraca tahun lalu, dan Akhir Kas Tahun lalu (Neraca) = Saldo Awal
saldo awal kas di neraca tahun berjalan. Kas Tahun Berjalan (Neraca)
Apabila terdapat selisih haru diungkapkan
dalam CaLK
Saldo akhir kas di neraca tahun berjalan harus Saldo Akhir Kas Tahun Berjalan (Neraca) =
sama dengan saldo akhir kas di LAK tahun Saldo Akhir Kas Tahun Berjalan (LAK)
berjalan. Apabila terdapat selisih harus diungkapkan
dalam CaLK
Uraian Persamaan
Utang PFK di neraca harus sama dengan Utang PFK (Neraca) = Utang PFK di BUD +
utang PFK di BUD ditambah utang PFK di Utang PFK pada Bendahara Pengeluaran
bendahara pengeluaran.
Saldo utang PFK di neraca tahun berjalan Saldo Utang PFK tahun berjalan (neraca) =
harus sama dengan saldo utang PFK di neraca Saldo Utang PFK Tahun sebelumnya
tahun sebelumnya ditambah penerimaan PFK (Neraca) + Penerimaan PFK Tahun berjalan
tahun berjalan dikurangi pengeluaran PFK – Pengeluaran PFK Tahun Berjalan (LAK)
tahun berjalan di LAK. Apabila terdapat selisih maka selisih
tersebut adalah utang PFK yang ada di
bendahara pengeluaran
Apabila terdapat selisih, pemeriksa agar menelusuri penyebab selisih tersebut, yang
antara lain dapat disebabkan oleh :
1. Kesalahan penjumlahan
2. Penambahan aset di neraca tidak sama dengan jumlah belanja modal di LRA, hal
tersebut bisa dikarenakan adanya aset yang berasal dari hibah berupa barang
ataupun adanya kapitalisasi.
Untuk tujuan analisis rumus-rumus di atas dapat dikembangkan dalam formula analisis
dalam program excel (terlampir dalam compact disk) sehingga pemeriksa hanya perlu
menginput satu kali untuk keseluruhan pengujian dalam tabel di atas.
Selain itu, teknik prediktif dapat juga dilakukan dengan menghitung jumlah
tertentu dan membandingkan dengan catatan-catatan atau rumusan lain untuk
mengetahui adanya indikasi permasalahan yang akan diuji lebih lanjut dalam
pengujian substantif. Contoh teknik ini adalah membandingkan dana transfer yang
diterima oleh daerah dengan data transfer dari Pemerintah Pusat. Contoh lain
adalah membandingkan penerimaan Pajak Hotel suatu pemda dengan Penerimaan
Pajak Hotel di Pemerintah daerah yang lain bila informasi spesifik terkait dengan
hal tersebut kita ketahui.
Selain itu, rasio yang dapat digunakan untuk menilai alokasi dana yang
dilakukan pemerintah daerah diketahui dengan rasio antara belanja langsung
dengan total belanja serta rasio antara belanja tidak langsung dengan total belanja.
Dengan rasio ini diketahui apakah dana pemda sebagian besar digunakan
sebagian besar untuk pembangunan yang akan memberi manfaat jangka panjang
bagi masyarakat atau untuk belanja habis pakai seperti belanja pegawai.
2.3.3.2 Analisis Trend
Analisis trend adalah analisis yang dilakukan dengan membandingkan akun
yang sama untuk periode lebih dari dua tahun, sehingga diperoleh gambaran
mengenai kecenderungan dari suatu akun dalam laporan keuangan pemerintah
daerah. Analisis kecenderungan ini umumnya digunakan dalam membuat prediksi
keuangan. Misalnya prediksi pencapaian pajak daerah pada tahun yang diperiksa
berdasarkan data atau informasi kecenderungan pencapaian pajak daerah
beberapa periode yang lalu.
Analisis trend tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tabel,
perhitungan matematis dalam prosentase ataupun diagram untuk mengetahui
kecenderungan dari akun-akun dalam Neraca dan LRA.
Analisis tren mengidentifikasi pola-pola dari kecenderungan (perubahan-
perubahan yang terjadi dalam beberapa periode yang telah lalu) sebagai dasar
dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di masa sekarang.
A. Analisis Vertikal
Analisis yang dilakukan dengan melihat hubungan akun dalam satu jenis laporan keuangan, yaitu analisis antar akun Neraca saja, LRA saja
9 -5+6-7+8 (hasil = 0)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Neraca (Evaluasi 1)
12-13-14
(hasil = 0)
1 2 3 4 12 13 14 15 16
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Neraca (Evaluasi 2)
1 2 3 4 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 Pemkab Siliwangi WDP WDP 108.328.148.656,00 2.268.573.176,00 - - 412.192,00 110.596.309.640,00 110.662.970.889,00 (66.661.249,00) P Terdapat kesalahan pada
pengakuan pencairan bunga
dana cadangan yang diakui
sebagai pendapatan lain-lain
PAD yang sah (LRA) dan Kas di
Bendahara Penerimaan
(Neraca). Pencairan tersebut
dijurnal pada kas di bendahara
penerimaan karena kas baru di
transfer ke kas daerah per 6
Januari 2011.
2 Pemkot Majapahit WDP WDP 942.515.578.681,00 119.965.748,00 1.500.000.000.000,00 7.047.882.716,00 - 2.449.683.427.145,00 2.449.683.347.747,0 79.398,00 selisih sebesar Rp79.398,00
0 merupakan Jasa giro di
bendahara pengeluaran
3 Pemkab WDP WDP 1.330.478.856,00 263.843.801,00 - - 441.625.785,50 1.152.696.871,50 3.530.867.793,00 (2.378.170.921,50) Selisih merupakan Kas di BLUD
Diponegoro yang dicatat sebagai kas di
bendahara penerimaan sebesar
Rp2.378.170.921,50, yang
sebesar Rp441.625.785,50
diantaranya adalah utang PFK
BLUD
4 Pemkab WDP WDP 114.577.727.590,00 490.556.019,00 - - 17.070.095,00 115.051.213.514,00 115.051.213.514,00 -
Ratulangi
5 Pemkab WDP WDP 13.663.552.328,00 75.325.432,00 5.000.000.000,00 1.210.106.431,00 - 19.948.984.191,00 19.948.530.499,00 453.692,00 selisih sebesar Rp453.692,00
Mangkurat merupakan Jasa giro di
bendahara pengeluaran
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Neraca CaLK
Opini Opini
No Entitas kas di Bendahara Pengeluaran = Reviu Keterangan (Penjelasan Selisih)
2009 2008
Sisa Uang Persediaan di Sisa UP yang belum disetor + Utang
Kas di Bendahara Utang PFK di Bendahara PFK di Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran
Pengeluaran Pengeluaran
yang belum disetor
27-28-29 (hasil = 0)
1 2 3 4 27 28 29 30 31
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud, salah satu penyebab antara lain adalah adanya jasa giro di bendahara pengeluaran
Neraca CaLK
Pendapatan di Tangguhkan =
Kas di Bendahara Penerimaan +
Opini Opini Penerimaan di Bendahara
No Entitas Pendapatan di Kas di Bendahara Penerimaan di Bendahara Reviu Keterangan (Penjelasan Selisih)
2009 2008 Pengeluaran
Tangguhkan Penerimaan Pengeluaran
32-33-34 (hasil = 0)
1 2 3 4 32 33 34 35
1 Pemkab Siliwangi WDP WDP - 66.661.249,00 - (66.661.249,00) √ Terdapat kesalahan pada pengakuan
pencairan bunga dana cadangan yang diakui
sebagai pendapatan lain-lain PAD yang sah
(LRA) dan Kas di Bendahara Penerimaan
(Neraca). Pencairan tersebut dijurnal pada
kas di bendahara penerimaan karena kas
baru di transfer ke kas daerah per 6 Januari
2011.
2 Pemkot Majapahit WDP WDP 2.439.451,00 2.360.053,00 79.398,00 - √
3 Pemkab Diponegoro WDP WDP - 1.936.545.136,00 - (1.936.545.136,00) √ merupakan kas pada RSUD, yang dicatat
sebagai bagian dari SILPA
4 Pemkab Ratulangi WDP WDP 3.350.690.690,00 3.350.690.690,00 - - √
5 Pemkab Mangkurat WDP WDP 453.692,00 - 453.692,00 - √
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Evaluasi 1 Evaluasi 2
Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar
Keterangan
Keterangan
No Entitas Reviu 7-8 Reviu (penjelasan
3-4 (Hasil=0) (penjelasan Selisih)
(hasil=0) Selisih)
Piutang Cadangan Piutang Persediaan Cadangan Persediaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Evaluasi 3 Evaluasi 4
2 11 12 13 14 15 16 17 18
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Evaluasi 5 Evaluasi 6
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Investasi
Cadangan
Keterangan Keterangan
No Entitas 19-20 Reviu Reviu
Dana Cadangan (penjelasan Selisih) Aset lainnya 23-24 (hasil=0) (penjelasan Selisih)
diinvestasikan dlm (hasil=0) diinvestasikan dlm aset
Dana Cadangan lainnya
1 2 19 20 21 22 23 24 25 26
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Evaluasi 7 Evaluasi 8
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana lancar
Investasi
Keterangan
Keterangan (penjelasan
No Entitas Jumlah Kewajiban 27-28+29 Reviu Jumlah Kewajiban Reviu (penjelasan
Utang PFK Dana yang harus Selisih) Dana yang harus 32-33 (hasil=0)
Jangka Pendek (hasil=0) Jangka Panjang Selisih)
disediakan untuk disediakan untuk
pembayaran utang pembayaran utang
jangka pendek jangka panjang
1 2 27 28 29 30 31 32 33 34 35
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Analisis Vertikal -
Laporan Arus Kas
LAK(Evaluasi 1) LAK(Evaluasi 2)
5-6-7 (hasil =
10-11-12 (hasil = 0)
0)
1 2 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
LAK(Evaluasi 3) LAK(Evaluasi 4)
Arus Kas
Arus Kas
Bersih Aktivitas
Bersih
Investasi Aset
Aktivitas
Non
Non
Keuangan= Keterangan Keterangan
Anggaran =
No Entitas Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar Arus Kas Bersih Arus Masuk Reviu (Penjelasan Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar Arus Kas Bersih Reviu (Penjelasan
Arus Masuk
dari Aktivitas dari Aktivitas Aktivitas kas - Arus Selisih) dari Aktivitas Non dari Aktivitas Non Aktivitas Non Selisih)
kas - Arus
Pembiayaan Pembiayaan Pembiayaan Keluar dari Anggaran Anggaran Anggaran
Keluar dari
aktivitas
aktivitas Non
Investasi Aset
Anggaran
Non Keuangan
15-16-17 (hasil 20-21-22
= 0) (hasil = 0)
1 2 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Analisis Horizontal
Analisis yang dilakukan dengan melihat hubungan antar akun neraca dengan LRA ataupun kesesuaian dengan nilai yang disajikan dalam LAK
1. Analisis horizontal antara Neraca – LRA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 Pemkot Majapahit 2.449.683.347.747,00 2.449.683.347.747,00 - √ 1.789.756.684.218,00 1.820.060.110.218,00 1.820.060.110.218,00 (30.303.426.000,00) (30.303.426.000,00) √ selisih disebabkan adanya
koreksi SiLPA tahun
sebelumnya sebesar
Rp30.303.426.000,00 dan
kenaikan/penurunan di BLUD
sebesar Rp1.529.076.754,00
5 Pemkab Mangkurat 19.948.530.499,00 19.948.530.499,00 - √ 92.189.528.248,00 88.985.593.242,28 97.834.709.782,07 3.203.935.005,72 (5.645.181.534,07) √ selisih sebesar
Rp3.203.935.005,72 adalah
saldo akhir tahun lalu Kas di
BLUD Gunung Jati
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Evaluasi 3
LRA Neraca Ket CaLK Selisih
1 2 11 12 13 14 15 16 17 19
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Apabila selisih
No Entitas diungkapkan dalam Reviu Apabila Reviu Reviu Keterangan
11-12-13 (hasil
3-4 CaLK atau Temuan 7-8 selisih, lihat PFK di
Saldo akhir kas tahun Utang PFK Saldo PFK = 0)
Saldo awal kas Pemeriksaan Saldo akhir kas Saldo kas penjelasan Bendahara
lalu Tahun Berjalan BUD
(ada/tidak) di CaLK Pengeluaran
(ada/tidak)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 18
1 Pemkab 135.390.207.497,00 135.390.207.497,00 - √ 110.663.383.081,00 110.663.383.081,00 - √ 412.192,00 (20.295.354,00) 412.192,00 20.295.354,00 √ Pemerintah Kabupaten
Siliwangi memasukan
Siliwangi utang PFK Bendahara
Pengeluaran tahun lalu
sebesar Rp20.707.546,00
(Neraca) ke Pengeluaran
PFK BUD (LAK/Aktivitas
Non Anggaran) dan
memasukan PFK
Bendahara Pengeluaran
tahun berjalan sebesar
Rp412.192,00 (Neraca) ke
Penerimaan PFK BUD
(LAK/Aktivitas Non
Anggaran).
LRA – LAK
Cek: kebenaran dan akurasi angka-angka
dalam LAK dibandingkan dengan LRA
1 2 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Pemkab Siliwangi 1.309.287.780.383,00 307.120.825,00 1.309.594.901.208,00 - √ 1.356.259.698.319,00 6.556.689.095,00 185.630.211.095,00 1.177.186.176.319,00 185.630.211.095,00 - -
2 Pemkot Majapahit 9.741.359.951.894,00 826.126.180,00 9.742.186.078.074,00 - √ 6.955.920.679.594,00 2.064.745.163.385,10 1.055.536.741.017,00 7.965.129.101.962,10 1.055.536.741.017,00 - -
4 Pemkab Ratulangi 1.695.066.200.909,00 - 1.695.066.200.909,00 - √ 1.689.071.148.835,00 15.000.000,00 155.205.402.443,00 1.534.354.232.316,00 155.205.402.443,00 (473.485.924,00) adanya sisa uyhd sebesar
Rp473.485.924,00 di bendahara
pengeluaran yang dimasukkan di
dalam arus kas keluar dari
aktivitas operasi
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
LRA – LAK
Cek: kebenaran dan akurasi angka-angka dalam LAK dibandingkan dengan LRA
1
LAK LRA Ket
No Entitas Reviu
arus kas masuk
Arus kas masuk aktivitas operasi pendapatan 3+4-5
aktivitas investasi
1 2 3 4 5 6
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
3
LRA LAK LAK Ket Ket
No Entitas Reviu Reviu
Realisasi Belanja (Tidak
Belanja Transfer atau Arus kas keluar dari arus kas keluar dari
termasuk belanja Belanja Modal (7+8)-10-11 Penjelasan selisih
Belanja Bagi hasil aktivitas operasi aktivitas investasi
transfer)
1 2 7 8 9 10 11 12 13
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
4
CaLK LRA LAK Ket
No Entitas Reviu Keterangan
Lain-lain PAD yg sah, arus kas masuk dari
14-15
penjualan aset aktivitas investasi
1 2 14 15 16 17
BAB 3
PEMAHAMAN DAN PENILAIAN RISIKO
Dalam pemeriksaan keuangan, kita mengenal ada empat jenis risiko yaitu
sebagai berikut.
1) Risiko Pemeriksaan yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk (AAR))
AAR = IR X CR X DR
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
pengendalian yang terkait.
Setiap saldo atau golongan transaksi memiliki risiko bawaan yang berbeda-
beda sehingga salah saji dapat terjadi pada saldo atau golongan transaksi
tertentu yang berbeda dengan saldo atau golongan transaksi yang lain.
Risiko bawaan dapat terjadi pada keseluruhan akun atau akun-akun tertentu
dalam laporan keuangan. Pemeriksa dapat mengidentifikasi risiko bawaan
tersebut pada langkah-langkah dalam tahap perencanaan pemeriksaan yaitu
pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan; pemahaman
entitas; pemantauan tindak lanjut; dan prosedur analitis awal.
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat
waktu oleh pengendalian internal entitas.
Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain dan operasi pengendalian intern
untuk mencapai tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan laporan
keuangan entitas. Risiko pengendalian akan selalu ada karena keterbatasan
bawaan dalam setiap pengendalian internal.
Agar dapat menilai risiko pengendalian dengan tepat, pemeriksa harus
memahami pengendalian internal entitas dan melaksanakan prosedur
pengujian pengendalian untuk menentukan apakah pengendalian tersebut
telah berjalan dengan efektif. Pemeriksa menilai keseluruhan tingkat risiko
pengendalian setiap asersi atas masing-masing akun atau kelompok
transaksi. Penilaian terhadap risiko pengendalian untuk asersi tertentu
membutuhkan pengalaman dan pertimbangan (judgement) khusus, terutama
jika terdapat perbedaan penilaian risiko untuk proses-proses yang mendasari
asersi tersebut.
Risiko deteksi adalah risiko bahwa pemeriksa tidak dapat mendeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan
fungsi efektivitas prosedur pemeriksaan dan penerapannya oleh pemeriksa.
Risiko ini timbul karena ketidakpastian yang ada pada saat pemeriksa tidak
memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi
karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan
transaksi tersebut diperiksa 100%.
(3) Tingkat AAR sebesar 1%, artinya tingkat keyakinan pemeriksa atas opininya
sampai 99%. Tingkat ini berlaku bagi beberapa entitas sektor publik dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
(1)) Entitas sektor publik tersebut mempunyai pengguna eksternal yang
sangat ekstensif perhatiannya terhadap laporan keuangan entitas
tersebut, dan/atau
(2)) Entitas sektor publik tersebut cukup rentan akan terjadinya salah saji
material dan secara politik sensitif dan/atau adanya harapan publik atas
kewajaran laporan keuangan entitas publik tersebut sehingga pemeriksa
membutuhkan tingkat keyakinan yang sangat tinggi.
Adapun cara penentuan berapa besar tingkat AAR adalah dengan menggunakan
pembobotan nilai terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat AAR yaitu:
Perhitungan materialitas awal dan TE ini hanya untuk setiap akun yang disajikan
pada laporan keuangan, bukan untuk akun pada ledger karena akan terlalu
banyak akun yang dihitung.
Cara perhitungan besaran materialitas awal dan TE ini dapat dilihat pada Bab IV
Materialitas dan Tolerable Error.
3) Identifikasikan dan beri penilaian IR untuk level entitas dan akun/siklus
Pemberian nilai awal atas risiko pengendalian dengan ukuran kualitatif dilakukan
dengan panduan sebagai berikut:
(1) Jika tingkat kelemahan pengendalian adalah material maka secara umum
pemeriksa dapat menyimpulkan bahwa risiko pengendalian awal adalah tinggi;
(2) Jika tingkat kelemahan pengendalian adalah signifikan maka secara umum
pemeriksa dapat menyimpulkan bahwa risiko pengendalian awal adalah
sedang; dan
(3) Risiko pengendalian disimpulkan rendah jika tidak terdapat kelemahan
pengendalian atau terdapat kelemahan pengendalian akan tetapi tingkat
kelemahan pengendaliannya adalah sangat rendah, terdapat pengendalian
pengganti (compensating controls).
Sedangkan penilaian risiko pengendalian secara kuantitatif dapat menggunakan
pedoman sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pedoman Penentuan Risiko Pengendalian
Rentang Risiko
Penilaian Subyektif Level Risiko
Pengendalian
Risiko gabungan merupakan risiko bawaan setelah dikurangi dengan bagian dari
risiko bawaan yang bisa dimitigasi oleh pengendalian intern yang efektif.
Untuk mengisi risiko gabungan, maka gunakan matriks berikut ini sebagai
panduan:
INHERENT RISK / IR
High H H M
RISK\CR
Medium H M L
Low M L L
Risiko deteksi yang ditetapkan akan dipengaruhi oleh ketiga risiko lain dalam
model yaitu risiko pemeriksaan yang diterima (AAR), risiko bawaan (IR), dan
risiko pengendalian (CR). Berubahnya salah satu unsur risiko dalam model
tersebut, akan merubah risiko deteksi yang ditetapkan.
Risiko deteksi ditetapkan untuk menentukan berapa banyak bukti substantif yang
akan dikumpulkan oleh pemeriksa. Banyaknya bukti yang akan dikumpulkan
berbanding terbalik dengan risiko deteksi yang ditetapkan pemeriksa. Jika risiko
deteksi yang ditetapkan kecil, maka bukti yang harus dikumpulkan besar/banyak.
Meningkatnya risiko pemeriksaan yang diterima, akan mengakibatkan risiko
deteksi yang direncanakan juga akan meningkat, dan bukti pemeriksaan yang
direncanakan menurun. Meningkatnya risiko bawaan dan risiko pengendalian,
akan mengakibatkan risiko deteksi yang direncanakan menurun dan bukti
pemeriksaan yang direncanakan meningkat. Demikian sebaliknya. Penjelasan
lebih lengkap mengenai hubungan masing-masing risiko dengan jumlah bukti
pemeriksaan yang direncanakan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Hubungan masing-masing risiko dengan jumlah bukti pemeriksaan
Jumlah Bukti
Kondisi AAR IR CR DR
Pemeriksaan
1 Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah
2 Rendah Rendah Rendah Moderat Moderat
3 Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
4 Moderat Moderat Moderat Moderat Moderat
5 Tinggi Rendah Moderat Moderat Moderat
Hubungan antara AR, IR, CR dan DR secara kuantitatif akan mempengaruhi lingkup
pengujian terinci. Hubungan tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Tabel 3.3 Pengaruh masing-masing risiko terhadap lingkup pengujian terinci
Lingkup
AR IR CR DR Materialitas
Pengujian
Lingkup
AR IR CR DR Materialitas
Pengujian
Range untuk DR :
L : 1–9
M : 10 – 40
H : 41 – 56
7) Identifikasi strategi pemeriksaan yang akan dilakukan, serta buat link risiko
yang teridentifikasi ke program pemeriksaan.
Strategi pemeriksaan untuk menentukan sifat, saat, dan seberapa jauh prosedur
pengujian substantif, didasarkan pada masing-masing tingkat risiko deteksi yang
berbeda, contohnya:
Strategi pemeriksaan pada tingkat DR yang rendah
Sifat: Pengujian pemeriksaan atas seluruh asersi signifikan dengan
menggunakan prosedur pemeriksaan sebagai berikut. Pemeriksaan fisik atas
saldo akhir
(1) Reviu eksternal dokumen
(2) Konfirmasi
(3) Reperfomance
Luas lingkup: Pengujian yang lebih luas (ekstensif/luas atas akun atau transaksi
yang signifikan.
INHERENT
CONTROL RISK
RISK
Saldo Signifi Siklus Risiko
No Akun
(Rp) kansi terkait Gabungan
Identi Identi
H/M/L H/M/L
fikasi fikasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kolom 3 (Saldo)
Diisi dari Laporan Keuangan Audited dari periode sebelumnya, dan nantinya harus
disesuaikan dengan kondisi Laporan Keuangan Unaudited periode yang diperiksa.
Kolom 4 (Signifikansi)
Signifikansi akun ditentukan dengan kriteria kuantitatif dan judgement professional
pemeriksa dengan pertimbangan sebagai berikut.
(1) Kriteria kuantitatif adalah planning materiality. Jika saldo akun lebih besar
daripada 50% planning materiality, maka akun tersebut signifikan. Misalnya :
saldo akun piutang Rp60miliar. Planning materiality adalah Rp100miliar,
maka akun piutang signifikan secara kuantitatif (lebih besar dari 50% x
Rp100miliar).
(2) Saldo akun mungkin berada dibawah 50% dari planned materiality, tetapi akun
tersebut dapat menjadi signifikan berdasarkan pertimbangan nilai transaksi yang
besar dan judgement professional pemeriksa. Misalnya: Akun Kas pada
Bendahara Pengeluaran yang bersaldo Rp23juta ditetapkan sebagai akun
signifikan walaupun planned materiality sebesar Rp500miliar. Penetapan ini
karena risiko Kas pada Bendahara Pengeluaran tinggi sehingga adanya
kemungkinan kesalahan yang tinggi pada akun kas ini.
Kolom 5 (Siklus Terkait)
Diisi dengan kegiatan-kegiatan/transaksi yang akan menambah atau mengurangi nilai
akun terkait. Misal:
(1) Akun Kas dipengaruhi transaksi/kegiatan penerimaan (+) dan pengeluaran (-);
(2) Akun Piutang dipengaruhi oleh penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)
yang belum dibayar (+), pelunasan SKPD (-) dan penghapusan piutang (-);
(3) Akun aktiva tetap dapat dipengaruhi oleh transaksi/kegiatan pembelian (+),
pembangunan (+), penghapusan (-), penjualan (-), revaluasi (+/-) dan
inventarisasi (+/-); dan lain-lain.
Kolom 6 (Inherent Risk : Identifikasi)
Untuk mengidentifikasi inherent risk pada kolom ini, hubungkan kegiatan-
kegiatan/transaksi yang mempengaruhi akun sesuai yang tercantum dalam kolom 5
dan sifat/karakteristik dari akun dengan kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan/transaksi tersebut sebelum mempertimbangkan
adanya pengendalian.
Misalnya :
(1) Akun Kas. Apa yang mungkin salah dalam transaksi penerimaan kas. Mungkin
dapat terjadi penerimaan kas kurang daripada seharusnya, penerimaan kas tidak
disetor ke Kas Negara dan tidak dicatat, atau salah rekening. Kemudian apa
yang mungkin salah dalam transaksi pengeluaran kas? Mungkin fiktif, dicuri,
terlalu besar, dan lain-lain.
(2) Akun aktiva tetap (tanah). Apa yang mungkin salah dalam pembelian tanah?
Mungkin tanah dalam sengketa, nilai pembelian lebih besar daripada
seharusnya, dll. Apa yang mungkin salah dalam revaluasi? Mungkin revaluasi
tidak sesuai dengan harga wajar, ada aset yang tidak direvaluasi atau hanya
menggunakan nilai historisnya, dll.
Kolom 7 (Inherent Risk : H/M/L)
Simpulan (High, Medium, Low) berdasarkan kelemahan yang ditemukan dari hasil
reviu dan test serta temuan sebelumnya.
Tingkat risiko pengendalian bisa langsung dinyatakan tinggi apabila berdasarkan hasil
reviu tidak terdapat disain pengendalian yang memadai atau terdapat temuan tahun
lalu yang belum selesai ditindaklanjuti oleh entitas.
Namun, pemeriksa tidak bisa langsung menetapkan risiko pengendalian yang rendah
tanpa melakukan pengujian atas pengendalian (test of control). Pengujian
pengendalian ini dilakukan untuk memastikan efektivitas disain pengendalian.
Kesimpulan Control Risk :
(1) Low bila pengendalian didisain dan dilaksanakan secara efektif (tidak ada
temuan SPI).
(2) Medium bila pengendalian didisain dan dilaksanakan, tapi kita tidak cukup yakin
menyatakan telah beroperasi efektif (ada temuan SPI tetapi tidak material).
(3) High bila pengendalian tidak efektif (Temuan SPI material, baik disain maupun
operasinya).
Kolom 10 (Risiko Gabungan)
Isi kolom ini dengan nilai risiko gabungan yang telah diperoleh.
Kolom 11 (Risiko Deteksi)
Risiko deteksi merupakan risiko bahwa pemeriksa tidak dapat mendeteksi salah saji
material pada saat melaksanakan prosedur substantif. Semakin tinggi risiko deteksi,
semakin rendah efektifitas pelaksanaan prosedur substantif. Sebaliknya, semakin
rendah risiko deteksi, semakin tinggi efektivitas pelaksanaan prosedur substantif.
Risiko deteksi berbanding terbalik dengan risiko gabungan. Semakin tinggi risiko
gabungan, maka semakin rendah risiko deteksi. Demikian sebaliknya.
Dengan mempertimbangkan risiko pemeriksaan yang dapat terima dan risiko
gabungan tersebut di atas maka dapat ditentukan risiko deteksi. Secara kualitatif,
hubungan antara risiko deteksi dan risiko gabungan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.5 Hubungan risiko deteksi dan risiko gabungan
High Low
Medium Medium
Low High
Sesuai risk based audit maka penentuan strategi pemeriksaan didasarkan pada
tingkat risiko deteksi pada suatu akun. Semakin rendah risiko deteksi maka semakin
tinggi efektivitas prosedur substantif yang dilaksanakan. Dengan demikian, pemeriksa
bisa mengalokasikan sebagian besar sumber daya baik dari jumlah pemeriksa,
cakupan dan kedalaman prosedur pemeriksaan substantif atas akun tersebut.
Tabel 3.6 Tabel strategi pemeriksaan umum
Risiko
Strategi Pemeriksaan Umum
Deteksi
Medium • Walaupun tidak menjadi fokus, tetapi harus ada perhatian yang cukup.
• Sebagian mengandalkan pengendalian.
• Pengujian substantif tidak terlalu mendalam. Pilih apakah
mengutamakan substantif saldo atau transaksi. Berdasarkan kondisi
yang ada, pilih juga penekanan pada asersi tertentu yang paling
berpengaruh, misalnya eksistensi, atau kepemilikan, sesuai dengan
keadaan.
• Sample menengah.
• Prioritas kedua untuk alokasi sumber daya (jumlah dan kualitas).
• Prosedur analitis dan uji akurasi tetap harus dilakukan.
Contoh pengisian Formulir Penilaian Risiko dapat dilihat pada Lampiran 3.4.
Bobot
No Faktor Kriteria Kondisi Penilaian
1 2 3
Keterjangkauan terhadap
entitas. Semakin sulit suatu
1 Geografis entitas untuk dijangkau, Sulit terjangkau 1
maka bobot penilaiannya
semakin kecil.
Besarnya nilai aset
dibandingkan dengan
entitas sejenis. Semakin
2 Nilai aset Sedang 2
besar nilai aset entitas,
maka bobot penilaiannya
semakin kecil.
Besarnya anggaran yang
dikelola dibandingkan
dengan entitas sejenis.
Anggaran yang
3 Semakin besar nilai Sedang 2
dikelola
anggaran entitas, maka
maka bobot penilaiannya
kecil.
Tingkat Semakin tinggi tingkat
ketergantungan ketergantungan pengguna
Sangat
4 pengguna terhadap atas laporan keuangan 1
tergantung
laporan keuangan entitas, maka bobot
entitas penilaiannya kecil.
Semakin banyak jumlah
satker yang dimiliki suatu
5 Jumlah satker entitas pelaporan, maka Sedikit 3
bobot penilaiannya semakin
kecil.
Semakin buruk hasil
Hasil pemeriksaan pemeriksaan tahun
6 Baik 2
tahun sebelumnya sebelumnya, maka bobot
penilaiannya semakin kecil.
Semakin rendah tingkat
kepastian going
7 Going concern Tinggi 3
concernnya, maka bobot
penilaiannya semakin kecil.
Bobot
No Faktor Kriteria Kondisi
Penilaian
Semakin rendah tingkat
Integritas integritas manajemennya,
8 Tinggi 3
manajemen maka bobot penilaiannya
semakin kecil.
Semakin buruk sistem
Sistem informasi informasi entitas, maka
9 Baik 2
yang digunakan bobot penilaiannya semakin
kecil.
Sub Total 2 8 9
TOTAL 19
Kesimpulan Tingkat AAR Sedang (3%)
Untuk setiap faktor pengukur, terdapat 3 skor sebagai ukuran nilai dari pengaruh faktor
terhadap risiko pemeriksaan yang dapat diterima. Nilai 1 (satu) mewakili nilai risiko
pemeriksaan terendah, dan nilai 3 (tiga) mewakili nilai risiko pemeriksaan tertinggi.
Skor nilai untuk masing-masing faktor pengukur diberikan dengan dasar perbandingan
kriteria dan kondisi yang ada serta menggunakan penilaian profesional. Skor nilai total
untuk keseluruhan faktor kemudian dijumlahkan. Berdasarkan jumlah nilai tersebut,
ditentukan 3 kategori tingkat risiko pemeriksaan dalam 3 rentang nilai sebagai berikut:
9 – 14 : Rendah (1%)
15 – 21 : Sedang (3%)
22 – 27 : Tinggi (5%)
Keterangan:
(1) : Diisi dengan entitas yang diperiksa.
(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP
tersebut.
Bobot Penilaian
No. Faktor-faktor Spesifik akun Kriteria Input Akun-akunnya Siklus Terkait
1 2 3
1. Sifat bisnis/industri entitas. Semakin kompleks struktur bisnis Pemahaman 1
entitas maka semakin tinggi risiko entitas.
bawaan akun-akun tertentu.
2. Hasil pemeriksaan Semakin banyak temuan pada Pemantauan Aset tetap masih ada Siklus 3
sebelumnya. tahun sebelumnya atas akun tindak lanjut permasalahan hukum; pencatatan Aset
tersebut, maka semakin tinggi risiko pemeriksaan Persediaan masih belum di Tetap dan
bawaannya. sebelumnya. stock opname Persediaan
3. Integritas personel kunci. Semakin rendah kompetensi dan Pemahaman Akun kas diketahui sangat Siklus kas. 2
pengalaman personil entitas, maka entitas. rentan karena bendaharanya
semakin tinggi risiko bawaannya. belum memiliki keahlian
akuntansi yang memadai.
4. Penugasan pertama vs Penugasan pertama pemeriksaan Pemahaman 1
penugasan berulang. atas suatu entitas akan cenderung entitas
ditetapkan risiko bawaan yang lebih Pemantauan
tinggi daripada entitas yang telah tindak lanjut
diperiksa sebelumnya. pemeriksaan
sebelumnya.
Bobot Penilaian
No. Faktor-faktor Spesifik akun Kriteria Input Akun-akunnya Siklus Terkait
1 2 3
5. Hubungan dengan pihak- Semakin entitas bertransaksi Prosedur Akun aset tetap jalan Siklus 3
pihak terkait. dengan pihak yang mempunyai analitis dan menjadi sangat rentan ketika pengadaan aset
hubungan istimewa maka semakin pemahaman rekanan yang mengerjakan
rentan transaksi dan akun terkait. SPI. proyek tersebut adalah
saudara dari pimpinan
entitas.
6. Jenis-jenis transaksi Semakin tidak sering transaksi Prosedur Akun aset lainnya yang Siklus 2
(rutin/non-rutin) dan tingkat tersebut, maka semakin tinggi analitis. berkurang menjadi rentan penghapusan
kompleksitasnya. risikonya atau semakin kompleks barangkali ada aset yang aset
transaksi, maka semakin tinggi dihapuskan dan dijual
risiko bawaannya. sehingga menimbulkan
pemasukan.
7. Dorongan dan motivasi klien. 3
8. Tingkat subyektivitas atas Semakin subjektif akun tersebut, Pemahaman Akun piutang pajak yang Siklus 3
pertimbangan-pertimbangan maka semakin tinggi risikonya. tujuan berdasarkan asumsi tertentu pendapatan
yang disyaratkan oleh pemeriksaan dari entitas. pajak.
standar akuntansi. dan harapan
penugasan.
9. Tingkat kerentanan terhadap Beberapa jenis aset mempunyai Laporan Kas, Aset tetap dan Siklus 3
pencurian / penyalahgunaan kerentanan tinggi karena mudah inspektorat dan Persediaan pencatatan Kas,
aset. dibawa/dicuri dan mempunyai nilai Laporan Aset Tetap dan
ekonomis tinggi yang internal SKPD Persediaan
mengakibatkan tingginya risiko atas kehilangan Siklus
bawaaan. pengadaan aset
tetap dan
persediaan
Bobot Penilaian
No. Faktor-faktor Spesifik akun Kriteria Input Akun-akunnya Siklus Terkait
1 2 3
10 Faktor-faktor terkait dengan Semakin rentan siklus/akun Prosedur Akun aset tak berwujud Siklus 1
salah saji dikarenakan terhadap manipulasi atau kerugian analitis. berdasar prosedur analitis penghapusan
adanya kecurangan pada saat dilakukan prosedur terjadi mutasi kurang, maka asset.
terhadap laporan keuangan. analitis, maka semakin tinggi risiko harus diteliti aset tersebut
bawaannya. apakah dihapuskan atau
ditransfer keluar entitas.
Sub Total 3 4 15
TOTAL 22
Kesimpulan Tingkat IR Sedang (70%)
Untuk setiap faktor pengukur, terdapat 3 skor sebagai ukuran nilai dari pengaruh faktor terhadap risiko pemeriksaan yang dapat diterima. Nilai 1 (satu) mewakili nilai
risiko bawaan terendah, dan nilai 3 (tiga) mewakili nilai risiko bawaan tertinggi. Skor nilai untuk masing-masing faktor pengukur diberikan dengan dasar perbandingan
kriteria dan kondisi yang ada serta menggunakan penilaian profesional. Skor nilai total untuk keseluruhan faktor kemudian dijumlahkan. Berdasarkan jumlah nilai
tersebut, ditentukan 3 kategori tingkat risiko bawaan dalam 3 rentang nilai:
10 – 16 : Rendah (30%)
17 – 23 : Sedang (70%)
24 –30 : Tinggi (100%)
Keterangan:
(1) : Diisi dengan entitas yang diperiksa.
(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP tersebut.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Keterangan:
(1) : Diisi dengan entitas yang diperiksa.
(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP tersebut.
Kolom 2 (Akun)
Diisi dengan nama akun pada laporan keuangan. Misalnya : group akun Aset Tetap terdiri dari Sub Akun Tanah, Bangunan, Jalan, Peralatan dan Mesin, serta
Konstruksi dalam Pengerjaan. Maka kolom 2 akan diisi dengan Sub Akun Tanah, Bangunan, Jalan, Peralatan dan Mesin, dan Konstruksi dalam Pengerjaan.
Pemeriksa dapat mempertimbangkan apakah menggunakan grup Aset Tetap atau masing-masing jenis aset, tergantung pada keadaan di lapangan.
Kolom 3 (Saldo)
Diisi dari Laporan Keuangan Audited tahun 2009, dan nantinya harus disesuaikan dengan kondisi Laporan Keuangan Unaudited Tahun 20xx.
Kolom 4 (Signifikansi)
Signifikansi akun ditentukan dengan kriteria kuantitatif dan judgement professional pemeriksa dengan pertimbangan sebagai berikut.
1) Kriteria kuantitatif adalah planning materiality. Jika saldo akun lebih besar daripada 50% planning materiality maka akun tersebut signifikan. Misalnya : saldo akun
piutang Rp 60 miliar. Planning materiality adalah Rp100 miliar, maka akun piutang signifikan secara kuantitatif (lebih besar dari 50% x Rp100 miliar).
2) Saldo akun mungkin berada dibawah 50% dari planned materiality, tetapi akun tersebut dapat menjadi signifikan berdasarkan pertimbangan nilai transaksi yang
besar dan judgement professional pemeriksa. Misalnya: Akun kas bendahara pengeluaran yang bersaldo Rp23 juta ditetapkan sebagai akun signifikan walaupun
planned materiality sebesar Rp500 miliar. Penetapan ini karena risiko kas di Bendahara Pengeluaran tinggi sehingga adanya kemungkinan kesalahan yang tinggi
pada akun kas ini.
Misal:
1) Akun Kas dipengaruhi transaksi/kegiatan penerimaan (+) dan pengeluaran (-);
2) Akun piutang dipengaruhi oleh Surat Ketetapan Pajak Daerah yang belum dibayar (+), pelunasan piutang pajak (-) dan penghapusan piutang (-);
3) Akun aktiva tetap dapat dipengaruhi oleh transaksi/kegiatan pembelian (+), pembangunan (+), penghapusan (-), penjualan (-), revaluasi (+/-) dan inventarisasi
(+/-); dan lain-lain.
Contoh lain, Menteri yang berafiliasi pada satu parpol, dapat mengakibatkan risiko belanja sosial cenderung tinggi, karena ada kemungkinan belanja sosial untuk
kepentingan karir politik sang menteri kepada konstituennya.
Untuk akun yang dikategorikan signifikan, dapat dipertimbangkan inheren risk cenderung medium sampai high.
Strategi diatas merupakan strategi umum. Pemeriksa dapat menambahkan strategi lain yang lebih spesifik sesuai dengan pertimbangan profesional masing-masing.
Misalnya: untuk akun aset tetap dengan risiko revaluasi tidak wajar, pemeriksa mengusulkan penggunaan tenaga ahli appraisal dari luar BPK atau dari pemeriksa BPK
yang sudah tersertifikasi penilai aset.
Pengeluaran Kas - Pengeluaran tidak dianggarkan -. Terdapat sisa UUDP yang terlambat
dalam APBD dan belum disetorkan oleh bendahara
SKPD
Kas di 720,593 Ya - Pembentukan dana UP - Penggunaan fiktif M - Bendahara terlambat dalam M M M - Tidak menjadi fokus pemeriksaan, tetapi tetap
Bendaharawan meyetorkan UUDP mendapat perhatian
Pengeluaran - Pengeluaran kas - Pengeluaran Tidak semestinya - Prosedur pengujian subtantive terbatas dengan
(Kas bon) penekanan pada asersi kelengkapan dan
eksistensi dan bukti setor UUDP di tahun 2011
- Pencatatan dan pelaporan Aset - Tidak ada pertangungjawaban sebagian pengujian mendalkan pengendalian
penggunaan
- Ketidakcukupan pengungkapan
Kas di 0,00 Tidak - Penerimaan Kas - Penggunaan langsung H Tidak ada temuan untuk akun ini L L H - Tidak menjadi fokus audit
Bendaharawan
- Pencatatan Pendapatan yang - Penggelapan
Penerimaan
Ditangguhkan
- Tidak ada pertanggungjawaban
penggunaannya
Piutang Lainnya 7881,339 Ya - Penerimaan Kas - Piutang tidak tercatat M Tidak ada temuan untuk akun ini L L H - Tidak menjadi fokus audit
- Pencatatan dan penghapusan - Penghapusan illegal - Pengujian dengan prosedur analisis dan uji
piutang akurasi merupakan prosedur utama
Persediaan 3.361,20 Ya - Penerimaan barang - Barang hilang M Beberapa SKPD tidak melakukan cek H H L - menjadi fokus audit
fisik pada 31-12-2010
- Pendistribusian - Salah catat dan pengungkapan Bendahara Barang tidak tertib membuat - Pengujian substantif secara mendalam dengan
laporan mutasi barang prosedur analisis dan uji akurasi dengan
penekanan pada asersi eksistensi dan penilaian
- Pelaporan SKPD tidak tertib melaporkan Tidak mengandalkan pengendalian yang ada
persediaan 31-12-2010 ke Bagian
Keuangan
- Penerimaan Kas - Tidak ada pertanggungjawaban - Pengujian subtantif secara mendalam atas
penggunaannya saldo dan transaksi dengan penekanan pada
asersi kelengkapan, penilaian, keterjadian dan
pengungkapan
ASET TETAP
6.681,72 Ya - Pengeluaran Kas - Pembelian dengan harga tidak H - Prosedur rekonsiliasi antara Bidang H H L - Menjadi fokus audit dan tidak mengandalkan
wajar Perlengkapan dan Bidang Keuangan cq pengendalian
Akuntansi tidak optimal dan sampai
dengan audit interim berakhir, bagian
perlengkapan belum membuat Buku
Inventaris Pemda
Tanah - Pencatatan dan penghapusan - Inventarisasi tidak lengkap - Belum dilakukan sertifikasi atas tanah - Pengujian substantif baik untuk transaksi
Aset Tetap yang dimiliki Pemda maupun saldo, dengan menekankan pada
eksistensi, valuasi,dan kepemilikan
pengungkapan
- Tanah tidak tercatat dan tidak - Apprisal baru dilakukan 4 dari 7 - Jumlah sampel banyak
dilaporkan kecamatan atas aset hibah dari
Lampung Selatan, dan atas hasil
apprisal ini belum dicacat pada Neraca
83.750,47
Jalan. Irigasi dan
Jaringan
9.862,60
Aset Tetap lainnya
Tagihan Tuntutan 8.677,50 Tidak Penerimaan kas dan Tidak tercatat dan dilaporkan L Tidak ada temuan untuk akun ini L L H Tidak menjadi Fokus audit
Ganti Kerugian pencatatan/penghapusan aset
Daerah
Aset Lain-Lain 0,00 Tidak Penerimaan kas dan Tidak tercatat dan dilaporkan L Tidak ada temuan untuk akun ini L L H Tidak menjadi Fokus audit
pencatatan/penghapusan aset
KEWAJIBAN
Utang Perhitungan 24,21 Tidak Pengeluaran Kas Tidak tercatat dan dilaporkan L Terdapat setoran pajak atas SP2D yang L L H Tidak menjadi Fokus audit
Pihak Ketiga batal
Utang Jangka 9.313,74 Ya Pengeluaran Kas - Pembayaran utang retensi sesuai M Tidak ada temuan untuk akun ini M M M - Tidak menjadi fokus pemeriksaan, tetapi tetap
Pendek Lainnya dengan prestasi fisik mendapat perhatian
PENDAPATAN
Pendapatan Asli 13.229,97 Ya Penerimaan Kas - PAD tidak ditagih dan tidak disetor H - untuk Retribusi tidak melalui H H L - menjadi fokus audit
Daerah ke Kasda/rekening penerimaan penetapan SKRD tetapi hanya melalui
kuitansi/tanda terima
Pencatatan dan pelaporan piutang - PAD tidak disetor ke rekening - PAD yang dipungut oleh SKPD disetor - pengujian subtantive untuk saldo dan transaksi
kasda kepada Dispenda, tidak langsung ke dengan menekankan pada asersi kelengkapan
Rekening Kas Daerah, dan kemudian dan keterjadian.
Dispenda yg menyetorkan ke Kas
Daerah. Atas penyetoran SKPD kepada
Dispenda tidak dilakukan rekonsiliasi
penerimaan
- Perhitungan tarif tidak sesuai - Sample luas dengan jumlah yang banyak
dengan ketentuan
- Perbedaan pencatatan antara - Terdapat penggunaan langsung atas
SKPD Pengelola dengan BUD retribusi pelayanan umum dan retribusi
calon pengantin pada Dinas Kesehatan
Pencatatan dan pelaporan piutang - Perhitungan tarif tidak sesuai - Bagian Keuangan kurang melakukan - pengujian subtantive untuk saldo dan transaksi
dengan ketentuan koordinasi dengan BUD Provinsi untuk dengan menekankan pada asersi kelengkapan
mengetahui hak Kab. Pesawaran atas dan keterjadian.
pendapatan transfer dari Provinsi
Lain-lain 8.000,00 Tidak Pencatatan dan pelaporan Tidak tercatat dan dilaporkan L Tidak pernah ada temuan mengenai hal L L H - Tidak menjadi fokus audit dan mengandalkan
Pendapatan yang ini pengendalian
sah
- Pengujian subtantif dilakukan dengan prosedur
analitis dan uji akurasi.
BELANJA
Belanja Pegawai 299.162,15 Ya - Pengeluaran Kas - Pembayaran gaji kepada pegawai M Tidak pernah ada temuan mengenai hal L L H - Tidak menjadi fokus audit dan mengandalkan
yang tidak aktif ini pengendalian
- Pencatatan dan Pelaporan - Perhitungan gaji salah - Pengujian subtantif dilakukan dengan prosedur
Kewajiban analitis dan uji akurasi.
Belanja Barang 79.479,38 Ya - Pengeluaran kas - SPJ fiktif H Pekerjaan Jasa Konsultan tidak M H L - Menjadi fokus audit
dikapitalisasi ke aset
Akun terkait: - Pencatatan dan pelaporan Aset - Pembebanan mata anggaran tidak Pekerjaan Rehab bangunan tidak - Pengujian subtantive untuk saldo dan transaksi
Tetap tepat dikapitalisasi ke aset dengan menekankan pada asersi kelengkapan
dan keterjadian. Lihat pula strategi audit untuk
persediaan dan aktiva tetap (jika ada).
Akun terkait: - Pencatatan dan pelaporan Aset -Terdapat pengadaan belanja modal yg - Pengujian subtantive untuk saldo dan transaksi
Tetap realisasinya diberikan kepada kelompok dengan menekankan pada asersi kelengkapan
masyarakat dan masih tercatat pada dan keterjadian. Lihat pula strategi audit untuk
aset Neraca Pemda aset tetap dan aktiva tidak berwujud (jika ada)
Aset Tetap - Pembebanan mata anggaran tidak Pekerjaan Lapen pada Dinas PU batal - Sample luas dan jumlahnya banyak
tepat direalisasikan karena ketidakmampuan
kontraktor. Atas kejadian ini jaminan
pelaksanaan belum dicairkan oleh PPTK
Pengungkapan - - Proses Penyusunan laporan Pengungkapan yang tidak memadai, H - Pengungkapan kebijakan akuntansi H H L - Menjadi fokus audit.
keuangan konsolidasian mencukupi atau berlebihan tidak lengkap
- penggunaan Dana Dana Bantuan Prosedur analitis dan uji akurasi menjadi fokus
Bencana Alam yang diterima dari Badan utama
Nasional Penanggulangan Bencana
pada Dinas PU tidak melalui mekanisme
APBD sehingga tidak dicatat dan
diungkapkan dalam Laporan Keuangan
BAB 4
MATERIALITAS DAN TOLERABLE ERROR
Penerapan materialitas pada bab ini lebih ditujukan untuk perencanaan pemeriksaan
yang meliputi kedalaman dan cakupan pemeriksaan. Sedangkan penerapan
materialitas untuk tujuan penentuan opini dapat dilihat pada Bab 9 Panduan
Penyusunan Opini.
Pemerintah Kabupaten ABC, tahun sebelumnya memperoleh opini WTP, maka tingkat
materialitas yang dapat ditetapkan s.d. 5%. Berdasarkan penilaian risiko pada waktu
pemeriksaan pendahuluan, pemeriksa menyimpulkan bahwa risiko bawaan adalah “sedang”.
Dengan demikian, tingkat materialitas yang dapat ditetapkan untuk pemeriksaan saat ini yakni:
Pemerintah Kabupaten ABCD dengan tingkat materialitas yang sudah ditetapkan sebesar
3,60%. Total realisasi belanja (nilai sebelum audit) sebesar Rp466.160.251.000,00.
Perhitungan nilai PM untuk pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD
sebagai berikut.
Tabel 4.3 Contoh Perhitungan PM
PM : 3,6% X Rp466.160.251.000,00 =
Rp16.781.769.036,00
N
TE = PM *
T
Keterangan:
TE = batas minimal salah saji pada akun yang bersangkutan
PM = nilai PM hasil perhitungan
N = nilai saldo akun yang bersangkutan (akun-akun neraca atau LRA)
T = jumlah nilai saldo seluruh akun neraca atau LRA yang akan diberikan alokasi PM
Worksheet Perhitungan Batas Kesalahan yang Dapat Ditolerir (Tolerable Error /TE)
Perhitungan PM
Jumlah yang Mendasari (Total Realisasi 466.160.251.000,00
Belanja)
Tingkat Materialitas 3,60%
Planning Materiality (PM) 16.781.769.036,00
1 2 3 4 5 6
NERACA
ASET
ASET LANCAR
Kas dan Bank
Kas di Kas Daerah 48.609.629.944,00 48.609.629.944,00 8.390.884.518,00 48.609.629.944,00 500.000,00
Kas di Bendahara Pengeluaran 692.605.027,00 692.605.027,00 8.390.884.518,00 692.605.027,00 500.000,00
Kas di Bendahara Penerimaan 55.550.274,00 55.550.274,00 8.390.884.518,00 55.550.274,00 500.000,00
Kas di Bendahara BLU - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Investasi Jangka Pendek - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang Pajak Daerah 618.161.790,00 618.161.790,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang Retribusi Daerah 31.034.862,00 31.034.862,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang PAD Lainnya - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang Dana Bagi Hasil dari Pusat - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
ASET TETAP
Tanah 184.417.773.886,00 184.417.773.886,00 8.390.884.518,00 184.417.773.886,00 2.610.983.701,74
Peralatan dan Mesin 137.774.484.240,00 137.774.484.240,00 8.390.884.518,00 137.774.484.240,00 1.950.608.801,34
Gedung dan Bangunan 302.018.438.363,00 302.018.438.363,00 8.390.884.518,00 302.018.438.363,00 4.275.971.906,47
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 464.275.829.690,00 464.275.829.690,00 8.390.884.518,00 464.275.829.690,00 6.573.209.289,37
Aset Tetap Lainnya 20.999.810.200,00 20.999.810.200,00 8.390.884.518,00 20.999.810.200,00 297.314.955,15
Konstruksi dalam Pengerjaan 4.812.634.600,00 4.812.634.600,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Akumulasi Penyusutan - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH ASET TETAP 1.114.298.970.979,00
DANA CADANGAN
Dana Cadangan - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH DANA CADANGAN -
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Tuntutan Perbendaharaan - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Tagihan Tuntutan Ganti Rugi - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Aset Tak Berwujud - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Aset Lain-Lain 11.209.540.700,00 11.209.540.700,00 8.390.884.518,00 11.209.540.700,00 158.704.486,31
JUMLAH ASET LAINNYA 11.209.540.700,00
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 292.873.088,00 292.873.088,00 8.390.884.518,00 292.873.088,00 4.146.492,19
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 48.316.756.856,00
(SiLPA)
Pendapatan yang Ditangguhkan 55.550.274,00
Cadangan Piutang 6.340.580.607,11
Cadangan Persediaan 1.506.989.802,00
Cadangan Belanja Dibayar Dimuka -
Dana yang Harus Disediakan utk
Pembayaran Utang Jangka Pendek
-
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 56.219.877.539,11
Cara Pengisian:
Kolom 1: Diisi sesuai nama akun sesuai dengan LK Unaudited
Kolom 2: Diisi sesuai saldo akun dalam LK Unaudited
Kolom 3: Diisi sesuai dengan akun-akun yang akan diperiksa (selain ekuitas dana)
Kolom 4: Diisi sesuai dengan nilai batas akun signifikan, yakni 50% dari PM
Kolom 5: Diisi sesuai dengan nilai saldo akun yang dianggap signifikan dalam LK Unaudited. Di dalam perhitungan
akun signifikan di atas memasukkan juga diantaranya akun Kas di Bendahara Pengeluaran dan Kas di Bendahara
Penerimaan serta akun lainnya yang signifikan "by nature"
Kolom 6: Diisi alokasi PM dalam perhitungan TE masing-masing akun berdasarkan proporsinya, dengan
pertimbangan profesional lainnya. Misalnya, TE untuk akun Kas dibatasi sampai dengan jumlah yang sangat minimal
(sebesar nilai pembukaan rekening di bank) dikarenakan sifatnya yang sangat berisiko "by nature"
Worksheet Perhitungan Batas Kesalahan yang Dapat Ditolerir (Tolerable Error /TE)
Perhitungan PM
Jumlah yang Mendasari (Total 466.160.251.000,00
Realisasi Belanja)
Tingkat Materialitas 3,6%
Planning Materiality (PM) 16.781.769.036,00
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT -
DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak 21.283.985.583,00 21.283.985.583,00 8.390.884.518,00 21.283.985.583,00 500.000,00
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 2.689.291.952,00 2.689.291.952,00 8.390.884.518,00 2.689.291.952,00 500.000,00
Dana Alokasi Umum 330.359.350.000,00 330.359.350.000,00 8.390.884.518,00 330.359.350.000,00 500.000,00
Dana Alokasi Khusus 64.583.000.000,00 64.583.000.000,00 8.390.884.518,00 64.583.000.000,00 500.000,00
JUMLAH TRANSFER DANA 418.915.627.535,00
PERIMBANGAN
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai 255.282.419.185,00 255.282.419.185,00 8.390.884.518,00 255.282.419.185,00 4.445.433.645,32
Belanja Barang dan Jasa 76.248.838.487,00 76.248.838.487,00 8.390.884.518,00 76.248.838.487,00 1.327.781.024,28
Belanja Bunga 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Belanja Subsidi 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Belanja Hibah 1.576.100.000,00 1.576.100.000,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Bantuan Sosial 13.664.887.166,00 13.664.887.166,00 8.390.884.518,00 13.664.887.166,00 237.957.433,03
JUMLAH BELANJA OPERASI 346.772.244.838,00
BELANJA MODAL
Belanja Tanah 1.093.396.870,00 1.093.396.870,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Belanja Peralatan dan Mesin 20.892.525.730,00 20.892.525.730,00 8.390.884.518,00 20.892.525.730,00 363.817.990,73
Belanja Gedung dan Bangunan 51.535.504.396,00 51.535.504.396,00 8.390.884.518,00 51.535.504.396,00 897.428.291,00
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 41.246.831.166,00 41.246.831.166,00 8.390.884.518,00 41.246.831.166,00 718.263.527,95
Belanja Aset Tetap Lainnya 4.607.148.000,00 4.607.148.000,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Belanja Aset Lainnya 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH BELANJA MODAL 119.375.406.162,00
TRANSFER
TRANSFER/BAGI HASIL
PENDAPATAN KE DESA
Bagi Hasil Pajak ke Desa 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Bagi Hasil Retribusi ke Desa 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Desa 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan SiLPA 61.996.939.938,00 61.996.939.938,00 8.390.884.518,00 61.996.939.938,00 500.000,00
Pencairan Dana Cadangan 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Perusahaan Negara
Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Perusahaan Daerah
Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Pemerintah Daerah Lainnya
Penerimaan Kembali Pinjaman angsuran 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Berjangka
Penerimaan Kembali Dana Bergulir 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Utang Perhitungan Pihak Ketiga 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
(PPK)/Utang Belanja
Penerimaan Piutang Daerah 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Penerimaan Selisih Pihak Ketiga 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 61.996.939.938,00
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pembentukan Dana Cadangan 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Penyertaan Modal Pemerintah 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Daerah
Cara Pengisian:
Kolom 1: Diisi sesuai nama akun sesuai dengan LK Unaudited
Kolom 2: Diisi sesuai saldo akun dalam LK Unaudited
Kolom 3: Diisi sesuai dengan akun-akun yang akan diperiksa
Kolom 4: Diisi sesuai dengan nilai batas akun signifikan, yakni 50% dari PM
Kolom 5: Diisi sesuai dengan nilai saldo akun yang dianggap signifikan dalam LK Unaudited. Di dalam
perhitungan akun signifikan di atas memasukkan juga diantaranya akun Pendapatan Pajak Daerah,
Pendapatan Retribusi Daerah, serta akun lainnya yang signifikan "by nature"
Kolom 6: Diisi alokasi PM dalam perhitungan TE masing-masing akun berdasarkan proporsinya, dengan
pertimbangan profesional lainnya. Misalnya, TE untuk akun Pendapatan Transfer dan Silpa dibatasi
sampai dengan jumlah yang sangat minimal (sebesar nilai pembukaan rekening di bank) dikarenakan
sifatnya yang sangat berisiko "by nature"
Penetapan PM/TE secara : [nilai PM/TE disertai dengan rujukan pada KKP penetapan
kuantitatif PM atau TE secara kuantitatif]
Jumlah salah saji yang : [nilai salah saji yang ditemukan pada LK atau akun]
ditemukan pada LK/Akun