Você está na página 1de 95

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN
PEMERIKSAAN
LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH

AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V


AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA VI

Jakarta, Mei 2011


NOTA DINAS BERSAMA
No.144/ND/ XVIII/05/2011
No.168/ND/XIX/05/2011

Jakarta,3 Mei 2011


Kepada Yth : Para Kepala Perwakilan
Dari : Tortama V dan Tortama VI
Lampiran : satu buku
Perihal : Penyampaian Buku Panduan Pemeriksaan LKPD

Bersama ini kami sampaikan Buku Panduan Pemeriksaan Laporan Keuangan


Pemerintah Daerah (LKPD) untuk dimanfaatkan oleh para pemeriksa di lingkungan
perwakilan BPK RI dalam pelaksanaan pemeriksaan LKPD. Sesuai Undang-Undang
No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara memberikan kewenangan kepada BPK untuk melakukan
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara dalam bentuk
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu
di dalamnya termasuk pemeriksaan atas LKPD. Pemeriksaan atas LKPD wajib
dilakukan oleh BPK sejak tahun 2006 sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara.
Buku Panduan Pemeriksaan LKPD disusun dalam rangka untuk menjamin
bahwa pemeriksaan LKPD dapat berjalan lebih efektif dan efisien serta memenuhi
standar pemeriksaan, yaitu melalui :
1. Keseragaman metodologi pemeriksaan LKPD;
2. Pemeriksaan yang lebih terstruktur dan terdokumentasi;
3. Perencanaan yang lebih matang;
4. Keseragaman dalam penanganan suatu masalah;
5. Koordinasi dan pengendalian yang lebih efektif;
6. Pemenuhan quality control dan quality assurance; dan
7. Pelaksanaan dan pelaporan tepat waktu
Sistimatika Buku Panduan Pemeriksaan LKPD terdiri dari :
BAB 1 Pendahuluan
BAB 2 Prosedur Analisa
BAB 3 Pemahaman dan Penilaian Resiko
BAB 4 Materialitas & Tolerable Error
BAB 5 Uji Petik Pemeriksaan (Audit Sampling)
BAB 6 Kertas Kerja Pemeriksaan
BAB 7 Formulasi Temuan Pemeriksaan LKPD
BAB 8 Penyusunan LHP SPI dan Kepatuhan
BAB 9 Panduan Penyusunan Opini
BAB 10 Pengendalian dan Penjaminan Mutu
BAB 11 Perencanaan Pemeriksaan (Pemeriksaan Interim & Pemeriksaan
Pendahuluan)
BAB 12 Pemeriksaan atas BLUD
BAB 13 Frequently Asked Questions (FAQ)
Panduan ini bukan merupakan pengganti dari Petunjuk Pelaksanaan (Juklak)
dan Petunjuk Teknis (Juknis) pemeriksaan yang telah diterbitkan oleh BPK, akan
tetapi merupakan operasionalisasi dari juklak dan juknis terkait, dengan tujuan untuk
mempermudah pengaplikasiannya dalam pemeriksaan LKPD. Buku ini juga dapat
dijadikan rujukan sementara atas hal-hal yang belum diatur atau belum ditetapkan
dalam juklak dan juknis pemeriksaan. Buku panduan ini pada dasarnya hanya memuat
hal-hal praktis yang diperlukan dalam pemeriksaan LKPD, sehingga tidak memuat
semua hal yang berkaitan dengan pemeriksaan. Oleh karena itu perlu diingatkan
kepada setiap pemeriksa untuk tetap memahami seluruh perangkat lunak yang telah
ditetapkan oleh BPK berkaitan dengan pemeriksaan keuangan.
Panduan ini akan terus dikembangkan seiring dengan penerbitan juklak dan
juknis oleh BPK, adanya permasalahan yang dihadapi pemeriksa di lapangan,
perkembangan dalam pengelolaan dan pemeriksaan keuangan daerah, serta
perkembangan ilmu akuntansi dan auditing pada umumnya. Para pemeriksa
diharapkan dapat berperan aktif dalam penyempurnaan panduan ini.
Demikan Buku Panduan ini disusun untuk dapat dipergunakan dengan sebaik-
baiknya.

Tortama V Tortama VI

Sutrisno Abdul Latief


NIP 195201071978031001 195811301979011001

Tembusan (sebagai laporan):


1. Yth Anggota V;
2. Yth. Anggota VI.
Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 1 Pendahuluan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 atar
1.1 Belakang
Latar Belakang

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)


merupakan salah satu tugas pokok BPK sebagai pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keungan. LKPD merupakan pertanggungjawaban kepala daerah, yaitu
gubernur/bupati/walikota atas pelaksanaan APBD tahun anggaran tertentu. LKPD
tersebut disusun dengan menggunakan suatu sistem akuntansi keuangan daerah
dan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Pemeriksaan atas LKPD merupakan jenis pemeriksaan keuangan yang
dilakukan oleh BPK dengan tujuan memberikan pernyataan opini tentang tingkat
kewajaran informasi yang disajikan dalam LKPD. Sesuai dengan penjelasan Pasal
16 ayat (1) UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, opini merupakan pernyataan profesional
pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan
keuangan yang didasarkan pada kriteria (i) kesesuaian dengan standar akuntansi
pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), (iii)
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (iv) efektivitas sistem
pengendalian intern. Oleh karena itu, pemeriksa diharapkan untuk fokus
mengarahkan prosedur pemeriksaannya terhadap tujuan pemeriksaan tersebut.
Untuk membantu pencapaian kualitas pemeriksaan sebagaimana
dipersyaratkan dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), Panduan
Pemeriksaan LKPD ini disusun sebagai pelengkap petunjuk pelaksanaan (juklak)
dan petunjuk teknis (juknis) pemeriksaan yang telah ada di BPK. Panduan
Pemeriksaan LKPD ini merupakan pengembangan dari kebijakan umum
pemeriksaan LKPD yang dikeluarkan setiap tahun dan mengadopsi sumber
literatur lainnya yang relevan dengan kondisi pemeriksaan LKPD, diantaranya
Panduan Pemeriksaan LKPP/LKKL (Buku Merah). Dengan adanya Panduan
Pemeriksaan LKPD ini, para pemeriksa diharapkan dapat:

1) Melaksanakan prosedur pemeriksaan yang diperlukan dalam pemeriksaan


LKPD dengan menggunakan pendekatan pemeriksaan berbasis risiko (Risk
Based Audit Approach) secara memadai.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 1 Pendahuluan

2) Memiliki persamaaan cara pandang dan persepsi terkait permasalahan yang


ditemukan dalam pemeriksaan LKPD, yang pada akhirnya akan meningkatkan
kualitas pemeriksaan atas LKPD.

1.2 Tahapan Pemeriksaan LKPD

Pemeriksaan atas LKPD merupakan jenis pemeriksaan keuangan yang


bertujuan untuk memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan tersebut
dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP. Dalam proses pemeriksaan
tersebut, patokan yang digunakan adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) yang memberlakukan juga Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP),
serta tujuan dan harapan penugasan. Selain itu, proses pemeriksaan berpedoman
juga pada Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP).
Berdasarkan metodologi pemeriksaan LKPD sebagaimana diatur dalam
Petunjuk Teknis Pemeriksaan atas LKPD sesuai Keputusan BPK Nomor 56a/K/I-
XX.2/9/2007, tahapan pemeriksaan LKPD meliputi tahapan perencanaan
pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan lapangan, dan pelaporan hasil
pemeriksaan yang secara ringkas meliputi 24 langkah, yaitu:
Perencanaan Pemeriksaan
1) Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan
2) Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa
3) Pemahaman atas Entitas
4) Pemantauan Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan Sebelumnya
5) Pemahaman Sistem Pengendalian Intern
6) Pemahaman dan Penilaian Risiko
7) Penetapan Materialitas Awal dan Kesalahan Tertolerir
8) Penentuan Metode Uji Petik

9) Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal


10) Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kerja Perorangan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 1 Pendahuluan

Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan


11) Pelaksanaan Pengujian Analitis Terinci

12) Pengujian Sistem Pengendalian Intern


13) Pengujian Substantif atas Transaksi dan Saldo Akun
14) Penyelesaian Penugasan: Reviu Kewajiban Kontinjensi, Reviu Kontrak Jangka
Panjang, Identifikasi Kejadian Setelah Tanggal Neraca
15) Penyusunan Ikhtisar Koreksi
16) Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan
17) Pembahasan dengan Pejabat Entitas yang Berwenang
18) Perolehan Tanggapan Resmi dan Tertulis
19) Penyampaian Temuan Pemeriksaan

Pelaporan Hasil Pemeriksaan


20) Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan
21) Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan dengan Penanggung Jawab
Pemeriksaan
22) Penyampaian dan Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan dengan
Pejabat Entitas yang Berwenang
23) Perolehan Surat Representasi
24) Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan

Seluruh tahapan Pemeriksaan LKPD tersebut telah diuraikan dalam


Petunjuk Teknis Pemeriksaan atas LKPD. Panduan Pemeriksaan LKPD ini
memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap tahapan dan permasalahan penting
yang sering muncul dalam Pemeriksaan LKPD.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 1 Pendahuluan

1.3 Sistematika Panduan Pemeriksaan LKPD

Panduan Pemeriksaan LKPD ini dimaksudkan sebagai acuan dalam


melaksanakan pemeriksaan atas LKPD oleh Perwakilan BPK di seluruh Indonesia.
Panduan Pemeriksaan LKPD ini terdiri dari 13 bab, yakni 1 bab tentang
pendahuluan, 11 bab yang menguraikan metodologi pemeriksaan LKPD beserta
konsep dan teori auditing yang mendasarinya, dan 1 bab yang menguraikan solusi
dan kebijakan atas permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam
pemeriksaan LKPD Frequently Asked Question (FAQ). Panduan Pemeriksaan
LKPD ini juga dilengkapi dengan lampiran yang berisi formulir dan contoh format
yang terkait dengan pembahasan masing-masing bab. Lampiran ini merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Panduan Pemeriksaan LKPD .
Seperti dijelaskan sebelumnya hal-hal yang dibahas dalam Panduan
Pemeriksaan LKPD hanyalah hal-hal penting atau prosedur yang sering muncul
dalam Pemeriksaan LKPD dan pemeriksa biasanya menemukan kesulitan dalam
melaksanakannya. Oleh karena itu, urutan antar bab dalam Panduan Pemeriksaan
LKPD ini tidak dapat dibaca sebagai urutan pemeriksaan. Pemeriksa diharapkan
membaca dan memahami bab yang relevan dengan pelaksanaan prosedur
pemeriksaan terkait. Sebagai contoh: Saat pemeriksaan, dalam Program
Pemeriksaan (P2) pemeriksa diminta untuk melakukan analisis risiko. Untuk itu,
pemeriksa dapat langsung membaca Bab III mengenai Pemahaman dan Penilaian
Risiko. Demikian juga, apabila pemeriksa mendapatkan kesulitan untuk
memutuskan perlakuan terhadap suatu kasus yang ditemui dalam pemeriksaan di
lapangan, pemeriksa dapat langsung mencarinya di Bab XIII yang memuat FAQ.
Panduan Pemeriksaan LKPD ini disusun dengan sistematika sebagai berikut.
Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang
dikeluarkannya Panduan Pemeriksaan LKPD, tahapan pemeriksa
dan LKPD dan sistematika Panduan Pemeriksaan LKPD.
Bab 2 : Prosedur Analitis
Bab ini memberikan panduan bagi pemeriksa dalam melakukan
prosedur analitis (analytical procedures) dalam setiap tahapan
pemeriksaan, mencakup gambaran umum prosedur analitis dan
pelaksanaan prosedur analitis.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 1 Pendahuluan

Bab 3 : Pemahaman dan Penilaian Risiko


Bab ini memberikan panduan kepada pemeriksa tentang
pemahaman dan penilaian risiko, mencakup gambaran umum
risiko dan cara pengisian tabel penilaian risiko.
Bab 4 : Materialitas dan Tolerable Error

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum materialitas,


hubungan materialitas dan risiko, dan konsep materialitas.
Bab 5 : Uji Petik Pemeriksaan (Audit Sampling)

Bab ini memaparkan tentang gambaran umum uji petik, penentuan


cakupan (coverage) pemeriksaan dan satker yang akan diperiksa,
dan uji petik pemeriksaan.
Bab 6 : Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP)
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum, fungsi dan manfaat
dokumentasi pemeriksaan, lingkup dokumentasi pemeriksaan,
syarat dan unsur-unsur dokumentasi pemeriksaan, dan tahapan
pendokumentasian pemeriksaan LKPD.
Bab 7 : Formulasi Temuan Pemeriksaan LKPD
Untuk mempermudah penulisan temuan dan pengklasifikasiannya,
para pemeriksa dapat membaca bab ini, yang memuat tentang
gambaran umum, panduan umum penulisan TP LKPD, temuan
sistem pengendalian intern, temuan kepatuhan, panduan penulisan
temuan berulang atau temuan hasil pemeriksaan sebelumnya, dan
dilengkapi dengan contoh temuan yang sering muncul dalam
pemeriksaan LKPD.
Bab 8 : Penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan atas SPI dan Kepatuhan
Bab ini berhubungan erat dengan Bab VII dan menjelaskan
mengenai penyusunan LHP SPI dan LHP Kepatuhan terhadap
Peraturan Perundang-undangan, yang mencakup uraian tentang
laporan hasil pemeriksaan keuangan, laporan hasil pemeriksaan
atas sistem pengendalian intern, laporan hasil pemeriksaan atas
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan
pengungkapann unsur temuan pemeriksaan.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 1 Pendahuluan

Bab 9 : Panduan Penyusunan Opini


Salah satu tahap penting dalam Pemeriksaan LKPD adalah
“menetapkan opini” Bab ini akan memberikan panduan sistematis
bagi Penanggung Jawab dan Tim Reviu dalam menetapkan opini
pemeriksaan. Bab ini memuat penjelasan tentang gambaran
umum, dasar pertimbangan pemberian opini, jenis opini,
mekanisme dan matriks perumusan opini, pertimbangan temuan
dalam menentukan opini, mengukur salah saji atau potensi
kesalahan yang terjadi, dan format dan contoh opini.
Bab 10 : Pengendalian dan Penjaminan Mutu
Untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan, Quality Assurance
terhadap pemeriksaan mutlak dilakukan. Bab ini akan memberikan
panduan terhadap hal tersebut.
Bab 11 : Perencanaan Pemeriksaan LKPD: Pemeriksaan Interim dan
Pemeriksaan Pendahuluan
Bab ini memberikan penjelasan tentang pemeriksaan interim dan
pemeriksaan pendahuluan atas LKPD, mencakup gambaran
umum, tahapan pemeriksaan interim dan pendahuluan, dan
penyusunan program pemeriksaan rinci.
Bab 12 : Pemeriksaan atas BLUD
Bab ini memberikan panduan dalam melakukan pemeriksaan
BLUD dan pengaruhnya terhadap LKPD, mencakup gambaran
umum BLUD, tujuan pemeriksaan satuan kerja BLUD pada LKPD,
pengelolaan dan pelaporan keuangan BLUD, dan prosedur
pemeriksaan tambahan atas satuan kerja BLUD sebagai entitas
akuntansi.
Bab 13 : Frequently Asked Questions (FAQ)
Bab ini menjelaskan tentang berbagai macam permasalahan yang
ditemukan dalam pemeriksaan LKPD dan solusi/kebijakan atas
permasalahan tersebut.

REFERENSI
LAMPIRAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis

BAB 2
PROSEDUR ANALITIS

2.1 Gambaran Umum

Prosedur analitis merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang


dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang
satu dengan data keuangan lainnya atau antara data keuangan dengan data non
keuangan.
Asumsi dasar penerapan prosedur analitis adalah bahwa hubungan yang
masuk akal di antara data dapat diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali jika
timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang dapat menimbulkan
penyimpangan dalam hubungan ini mencakup antara lain, peristiwa atau transaksi
yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau
salah saji.
Secara umum, pelaksanaan prosedur analitis dilakukan dengan tahapan-
tahapan sebagai berikut.
1) Pemeriksa terlebih dahulu melakukan pemahaman hubungan keuangan yang
bisa diperoleh dengan dimilikinya pemahaman tentang auditee dan proses
bisnis utama dari auditee.
2) Mengembangkan harapan atas data yang tercatat atau perbandingan yang
seharusnya terjadi antar data terkait. Pengembangan harapan ini berdasarkan
hasil pemahaman hubungan keuangan yang masuk akal. Dalam
mengembangkan harapan, pemeriksa harus secara hati-hati
mempertimbangkan faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi data
maupun perbandingan yang akan diukur.

3) Membandingkan data atau perbandingan data yang tercatat dengan harapan


yang dikembangkan, serta menelusuri penyebab penyimpangan signifikan
yang terjadi.

Contoh harapan yang dikembangkan dengan risiko salah saji yang harus
ditelusuri tersebut adalah sebagai berikut.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis

Tabel 2.1
Harapan yang dikembangkan dengan risiko salah saji

Data yang
Akun Harapan Risiko salah saji
digunakan

Realisasi LRA, BKU Realisasi Penerimaan = Total nilai Kurang/lebih saji


Penerimaan dan kredit Rekening Kasda – penerimaan
Rekening pengembalian belanja pada tahun
Kas Daerah berjalan

Realisasi LRA, BKU Realisasi belanja = (Total SP2D) + Kurang/lebih saji


Belanja (Total SP3) – SP2D UP – SP2D TUP – belanja
(total pengembalian sisa belanja)

Kas di Neraca, BKU Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran Kurang/lebih saji


Bendahara = saldo UP + jumlah pinjaman yang Kas di Bendahara
Pengeluaran belum di SP2D kan Pengeluaran

Kas Lainnya Neraca, BKU Potongan pajak yang belum disetor + Kurang saji kas
dan Setara Kas SP2D LS ke bendahara yang belum lainnya dan
diberikan kepada yang berhak + bunga setara kas
jasa giro

Kas di Neraca, Kas di Bendahara Penerimaan = Saldo Kurang/lebih saji


Bendahara BKU, SBS kas di BKU Kas di Bendahara
Penerimaan Penerimaan

Aset Tetap LRA, Neraca, (Belanja Modal + penambahan dari Hibah aset tetap
hasil inventarisasi) = (So Aset Tetap yang tidak
per 31 Des 200X) – (So Aset Tetap per diungkapkan,
31 Des 200X-1) +/- mutasi penghapusan AT
masuk/keluar tidak
diungkapkan,
salah pengelom-
pokkan anggaran,
aset tetap kurang/
lebih saji

Neraca, Total aset tetap menurut Daftar Aset yang


Daftar Inventaris Barang Daerah dilaporkan tidak
Inventaris intrakomptabel = total aset tetap di ada, aset tetap
Barang Neraca diperoleh dari
Daerah hibah belum
dicatat di neraca
Kesalahan
kompilasi

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis

Data yang
Akun Harapan Risiko salah saji
digunakan

Utang Jangka LRA dan Penambahan/penurunan Utang Lebih/kurang saji


Panjang dan Neraca Jangka Panjang dan Bagian Lancar akun utang atau
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang = akun
Utang Jangka Penambahan/penurunan Pembiayaan pembiayaan,
Panjang kekurangan
pengungkapan
atas selisih yang
mungkin terjadi

Utang PFK Neraca dan Utang PFK = saldo utang PFK tahun Lebih/kurang saji
LAK sebelumnya + penerimaan non utang PFK,
Anggaran PFK (diluar penerimaan selisih fisik dan
karena kesalahan rekening) – catatan SiLPA
pengeluaran non anggaran PFK (diluar
pengeluaran karena kesalahan
rekening)

2.2 Tujuan Prosedur Analitis

Tujuan prosedur analitis terkait erat dengan waktu pelaksanaannya.


Prosedur analitis bisa digunakan pada saat perencanaan pemeriksaan,
pelaksanaan pemeriksaan lapangan, dan pada saat pelaporan. Berikut tujuan dan
proses yang dilaksanakan di masing-masing tahapan tersebut.
1) Pada tahap perencanaan pemeriksaan, prosedur analitis membantu pemeriksa
dalam memahami entitas termasuk transaksi dan kejadian pada tahun
berjalan. Selain itu, prosedur analitis membantu perencanaan sifat, saat, dan
lingkup prosedur audit dalam menentukan rencana, desain, dan pengujian
materialitas sehingga saldo-saldo akun atau transaksi yang memberikan sinyal
adanya risiko inheren dan risiko pengendalian dapat teridentifikasi.
Penyimpangan yang terjadi menunjukkan risiko terjadinya salah saji. Untuk itu,
pemeriksa diharuskan melakukan evaluasi atas penyimpangan tersebut untuk
melihat apakah dibutuhkan perluasan prosedur pemeriksaan terkait siklus atau
akun tertentu.
2) Pada tahap pelaksanaan pemeriksaan lapangan, prosedur analitis ditujukan
untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan
saldo akun atau jenis transaksi. Selain itu, hasil prosedur analitis di tahapan ini
bisa digunakan untuk menilai kecukupan pengungkapan atas setiap perubahan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis

pada akun laporan keuangan yang diperiksa. Di tahap ini, prosedur analitis
biasanya dilakukan dengan melakukan analisis data pendukung laporan
keuangan baik data keuangan maupun data non keuangan.

3) Pada tahap pelaporan, prosedur analitis dilakukan sebagai reviu menyeluruh


informasi keuangan. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun
dalam Laporan Keuangan yang berkaitan baik secara vertikal maupun
horizontal sudah sinkron dan tidak diperlukan lagi bukti tambahan untuk
memastikan kewajaran laporan keuangan.

2.3 Pelaksanaan Prosedur Analitis

Ada tiga cara melakukan prosedur analitis dalam pemeriksaan LKPD, yaitu
analisis data, tehnik prediktif dan analisis rasio dan tren dengan uraian sebagai
berikut.
2.3.1 Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menguji ketepatan penjumlahan antar akun
dan kecukupan pengungkapannya.
Pengujian ketepatan penjumlahan antar akun dan kecukupan
pengungkapannya bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dan menilai kebenaran
angka-angka dalam laporan keuangan. Melalui analisis, dapat diketahui apakah
terdapat kesalahan jurnal ataupun kesalahan klasifikasi akun sehingga dapat
dilakukan koreksi atas laporan keuangan dimaksud.

Setelah BPK menerima laporan keuangan secara resmi dari Pemerintah


Daerah, pemeriksa harus terlebih dahulu melakukan pengujian mengenai
ketepatan penjumlahan akun-akun dalam laporan keuangan maupun penjumlahan
rinciannya di catatan atas laporan keuangan (CaLK). Penjumlahan rincian di CaLK
juga harus dipastikan sesuai dengan jumlah yang dicantumkan di laporan
keuangan. Pengujian juga meliputi analisis vertikal dan analisis horizontal untuk
mengetahui apakah terdapat kesalahan atau ketidaksinkronan dalam laporan
keuangan sehingga dapat diperoleh pertimbangan untuk dilanjutkan dengan
pengujian substantif.
Perlu diingat bahwa pada saat melakukan prosedur analitis, harus diperoleh keyakinan
bahwa seluruh transaksi yang terjadi pada satu tahun anggaran tercermin dalam
laporan keuangan pemerintah daerah tahun anggaran tersebut. Hal tersebut harus
tercermin dalam LRA, Neraca, LAK dan/atau Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis

Misalnya :
1) Penerimaan di bendahara penerimaan yang belum disetorkan ke kas daerah
pada akhir tahun anggaran harus tercermin dalam kas di bendahara
penerimaan dan pendapatan yang ditangguhkan pada Neraca per 31
Desember.
2) Penerimaan hutang pemerintah daerah, harus tercermin dalam penerimaan
pembiayaan pada LRA dan pengakuan hutang pada Neraca per 31 Desember.
3) Adanya pengakuan Utang Perhitungan Pihak Ketiga/PFK harus tercermin
dalam saldo Kas di Neraca per 31 Desember dan dijelaskan dalam CaLK.

Analisis data dilakukan dengan menguji hubungan antar akun-akun dalam Neraca
dan LRA, baik vertikal (akun-akun dalam Neraca/LRA) maupun horisontal.
Untuk lebih memudahkan prosedur analitis, dapat dilakukan dalam file excel yang ada di CD
terlampir.

2.3.1.1 Analisis Vertikal


Analisis dilakukan dengan melihat hubungan akun dalam satu jenis laporan
keuangan saja yaitu analisis antar akun Neraca saja atau antar akun LRA saja.
Tujuannya yaitu untuk menentukan keseimbangan dan kebenaran saldo tiap akun
dalam LRA dan dalam Neraca. Analisis ini dilakukan dengan menjaga
keseimbangan antar jurnal kolorali dalam satu laporan, sehingga dapat dipastikan
bahwa tiap akun dalam laporan keuangan telah disajikan dengan angka yang benar
dan seimbang.
2.3.1.1.1 Analisis vertikal dalam LRA

Analisis vertikal dalam LRA diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun


dalam LRA telah disajikan dengan angka yang benar sesuai dengan persamaan
dibawah ini:
Tabel 2.2
Analisis vertikal dalam LRA
Uraian Persamaan

SiLPA tahun berjalan harus sama dengan total


SiLPA = Total Pendapatan – Total Belanja
pendapatan dikurangi total belanja ditambah
+ Total Penerimaan Pembiayaan – Total
total penerimaan pembiayaan kemudian
Pengeluaran Pembiayaan
dikurangi dengan total pengeluaran pembiayaan.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis

2.3.1.1.2 Analisis vertikal dalam Neraca


Analisis vertikal dalam neraca diperlukan untuk memastikan bahwa akun-
akun dalam Neraca telah disajikan dengan angka yang benar dan disajikan secara
seimbang untuk akun-akun yang saling berhubungan.
Tabel 2.3
Analisis vertikal dalam Neraca

Uraian Persamaan

Aset harus sama dengan total kewajiban Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana
ditambah dengan total ekuitas.

SiLPA di neraca harus sama dengan kas di kas SiLPA di Neraca =


daerah ditambah kas di bendahara pengeluaran
Kas di Kas Daerah + Kas di Bendahara
ditambah setara kas ditambah investasi jangka Pengeluaran + Setara Kas + Investasi
pendek kemudian dikurangi utang PFK. Jangka Pendek – Utang PFK

Kas di bendahara pengeluaran harus sama Kas di Bendahara Pengeluaran = Sisa Uang
dengan sisa Uang Persediaan yang belum Persediaan yang Belum Disetor + Utang
disetor ditambah dengan utang PFK di PFK di Bendahara Pengeluaran
bendahara pengeluaran.

Pendapatan yang ditangguhkan harus sama Pendapatan Ditangguhkan = Kas di


dengan kas di bendahara penerimaan ditambah Bendahara Penerimaan + Penerimaan di
dengan penerimaan di bendahara pengeluaran. Bendahara Pengeluaran
*) Penerimaan di Bendahara pengeluaran
harus diungkapkan dalam CaLK

Piutang harus sama dengan EDL-cadangan Piutang = EDL - Cadangan Piutang


piutang.

Persediaan harus sama dengan EDL- Persediaan = EDL – Cadangan Persediaan


cadangan persediaan

Kewajiban jangka pendek, kecuali utang PFK, Kewajiban Jangka Pendek (kecuali Utang
harus sama dengan EDL-dana yang harus PFK) = EDL - Dana yang Harus Disediakan
disediakan untuk pembayaran utang jangka untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
pendek.

Investasi jangka panjang harus sama dengan Investasi Jangka Panjang = EDI –
EDI - diinvestasikan dalam investasi jangka Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka
panjang. Panjang

Aset tetap harus sama dengan EDI- Aset Tetap = EDI – Diinvestasikan Dalam
diinvestasikan dalam aset tetap. Aset Tetap

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis

Uraian Persamaan

Aset lainnya harus sama dengan EDI- Aset Lainnya = EDI – Diinvestasikan Dalam
diinvestasikan dalam aset lainnya. Aset Lainnya

Dana cadangan harus sama dengan EDC- Dana Cadangan = EDC –Diinvestasikan
diinvestasikan dalam dana cadangan. dalam Dana Cadangan

Kewajiban jangka panjang harus sama dengan Kewajiban Jangka Panjang =


dana yang harus disediakan untuk pembayaran
Dana yang Harus Disediakan untuk
utang jangka panjang. Pembayaran Utang Jangka Panjang

2.3.1.1.3 Analisis vertikal dalam LAK


Tabel 2.4
Analisis vertikal dalam LAK

Uraian Persamaan

Arus kas bersih dari aktivitas operasi harus Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi =
sama dengan arus masuk kas dari aktivitas Arus Masuk Kas dari Aktivitas Operasi -
operasi dikurangi arus keluar kas dari aktivitas Arus Keluar Kas dari Aktivitas Operasi
operasi.

Arus kas bersih dari aktivitas investasi aset Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset
nonkeuangan harus sama dengan arus masuk Non Keuangan =
kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan Arus Masuk Kas dari Aktivitas Investasi Aset
dikurangi arus keluar dari aktivitas investasi Non Keuangan - Arus Keluar Kas dari
aset nonkeuangan. Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan

Arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan harus Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan
sama dengan arus masuk kas dari aktivitas =
pembiayaan dikurangi arus keluar dari aktivitas Arus Masuk Kas dari Aktivitas Pembiayaan -
pembiayaan. Arus Keluar Kas dari Aktivitas Pembiayaan

Arus kas bersih dari aktivitas nonanggaran Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non
harus sama dengan arus masuk kas dari Anggaran = Arus Masuk Kas dari Aktivitas
aktivitas nonanggaran ditambah arus keluar kas Non Anggaran + Arus Keluar Kas dari
dari aktivitas nonanggara. Aktivitas Non Anggaran
Kenaikan/ penurunan kas harus sama dengan Kenaikan/Penurunan Kas = Arus Kas Bersih
arus kas bersih dari aktivitas operasi ditambah dari Aktivitas Operasi +
arus kas bersih dari aktivitas investasi aset Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset
nonkeuangan ditambah arus kas bersih dari Non Keuangan + Arus Kas Bersih dari
aktivitas pembiayaan ditambah arus kas bersih Aktivitas Pembiayaan + Arus Kas Bersih
dari aktivitas nonanggaran. dari Aktivitas Non Anggaran

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis

Uraian Persamaan

Saldo akhir kas di BUD harus sama dengan Saldo Akhir Kas di BUD = Saldo Awal Kas di
saldo awal kas di BUD ditambah kenaikan/ BUD + Kenaikan/Penurunan Kas
penurunan kas.

Saldo akhir kas harus sama dengan saldo akhir Saldo Akhir Kas = Saldo Akhir di BUD +
di BUD ditambah saldo akhir kas di bendahara Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran
pengeluaran ditambah saldo akhir kas di + SaldoAkhir Kas di Bendahara Penerimaan
bendahara penerimaan.

2.3.1.2 Analisis Horizontal

Analisis Horizontal dilakukan dengan melihat hubungan antar akun Neraca


dengan akun LRA ataupun kesesuaian dengan nilai yang disajikan dalam Laporan
Arus Kas (LAK) dan apakah sudah cukup diungkapkan dalam CaLK. Tujuan
dilakukan analisis horizontal adalah untuk menentukan keseimbangan dan
kebenaran saldo tiap akun dalam Neraca, LRA, dan Laporan Arus Kas serta
kecukupan pengungkapan dalam CaLK.
2.3.1.2.1 Analisis horizontal antara LRA dan Neraca
Analisis horizontal antara LRA dan Neraca diperlukan untuk memastikan
bahwa akun-akun yang ada di LRA yang berhubungan dengan akun-akun di
Neraca telah disajikan secara benar dan sesuai.
Tabel 2.5
Analisis horizontal antara LRA dan Neraca

Uraian Persamaan

SiLPA di LRA harus sama dengan EDL-SiLPA di SiLPA (LRA) = EDL – SiLPA (Neraca)
neraca.

SiLPA di LRA harus sama dengan kas di kas SiLPA (LRA) = Kas di Kas Daerah + Kas
daerah ditambah kas di bendahara pengeluaran di Bendahara Pengeluaran + Setara Kas +
ditambah setara kas ditambah investasi jangka Investasi Jangka Pendek – Utang PFK
pendek kemudian dikurangi dengan utang PFK di (Neraca)
neraca.

Pengeluaran Pembiayaan untuk Penyertaan Pengeluaran pembiayaan untuk


Modal Daerah (LRA) harus tercermin dalam Penyertaan Modal Daerah (LRA) =
penambahan Nilai Penyertaan Modal Daerah penambahan nilai penyertaan modal
(Neraca) pemerintah daerah (Neraca).

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 8


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis

Uraian Persamaan

Penerimaan pembiayaan pinjaman jangka Penerimaan Pembiayaan Pinjaman


panjang harus sama dengan utang jangka Jangka Panjang (LRA) = Utang Jangka
panjang ditambah bagian lancar utang jangka Panjang + Bagian Lancar Utang Jangka
panjang tahun berkenaan dikurangi utang jangka Panjang Tahun berkenaan – Utang Jangka
panjang tahun sebelumnya. Panjang Tahun sebelumnya (Neraca)

SiLPA (LRA) tahun sebelumnya harus sama SiLPA Tahun sebelumnya (LRA) =
dengan penerimaan pembiayaan-penggunaan Penerimaan Pembiayaan – Penggunaan
SiLPA (LRA) tahun berjalan dan sama dengan SiLPA Tahun berjalan (LRA) = EDL –
EDL-SiLPA di neraca tahun sebelumnya. SiLPA Tahun Sebelumnya (Neraca)
Catatan :
Persamaan ini berlaku jika Pemda
mencatat seluruh SiLPA tahun
sebelumnya sebagai penerimaan
pembiayaan di tahun berjalan.

Selisih antara Realisasi Belanja Modal


(LRA) – Perubahan Aset Tetap dalam
Neraca (Aset Tetap Tahun Berkenaan –
Aset Tetap Tahun lalu) harus dijelaskan
dalam CaLK
Teliti apakah pengungkapan selisih dalam
CaLK sudah cukup memadai.

2.3.1.2.2 Analisis horizontal antara LRA dan LAK


Analisis horizontal antara LRA dan LAK diperlukan untuk memastikan
bahwa akun-akun yang ada di LRA yang berhubungan dengan akun-akun di LAK
telah disajikan secara benar dan sesuai.
Tabel 2.6
Analisis horizontal antara LRA dan LAK
Uraian Persamaan
Arus kas masuk dari aktivitas operasi (LAK) Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Operasi
harus sama dengan total pendapatan daerah (LAK) = Total Pendapatan Daerah (LRA) –
(LRA) dikurangi pendapatan asli daerah Pendapatan Asli Daerah Lainnya yang
lainnya yang berasal dari penjualan aset tetap Berasal dari Penjualan Aset Tetap dan Aset
dan aset lainnya. Lainnya (LRA) *)
Arus kas keluar dari aktivitas operasi harus Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Operasi =
sama dengan belanja operasi ditambah belanja Belanja Operasi + Belanja Tak Terduga (di
tak terduga (di LRA). LRA) *)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 9


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis

Uraian Persamaan
Arus kas masuk dari aktivitas investasi (LAK) Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Investasi
harus sama dengan pendapatan asli daerah (LAK) = Pendapatan Asli Daerah Yang
yang berasal dari penjualan aset tetap dan Berasal Dari Penjualan Aset Tetap dan Aset
aset lainnya (di LRA). Lainnya (di LRA)
Arus kas keluar dari aktivitas investasi (LAK) Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Investasi
harus sama dengan belanja modal (di LRA). (LAK) = Belanja Modal (di LRA)
Arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Pembiayaan
(LAK) harus sama dengan penerimaan (LAK) = Penerimaan Pembiayaan Di LRA
pembiayaan di LRA (selain penggunaan (Selain Penggunaan SiLPA)
SiLPA).
Arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Pembiayaan
(LAK) harus sama dengan pengeluaran (LAK) = Pengeluaran Pembiayaan di LRA
pembiayaan di LRA.

*) Penyimpangan dari persamaan pada tabel diatas dapat diperbolehkan antara lain karena:
1) Pada LRA terdapat pengakuan pendapatan dan belanja non-cash basis sehubungan
adanya transaksi pendapatan hibah dalam bentuk barang;
2) Dalam hal terdapat pengembalian belanja (contra post), LAK mungkin menyajikan arus
kas secara bruto sedangkan LRA menyajikan belanjanya secara netto;

2.3.1.2.3 Analisis horizontal antara Neraca dan LAK


Analisis horizontal antara LRA dan Neraca diperlukan untuk memastikan
bahwa akun-akun yang ada di LRA yang berhubungan dengan akun-akun di
Neraca telah disajikan secara benar dan sesuai.
Tabel 2.7
Analisis horizontal antara Neraca dan LAK

Uraian Persamaan

Saldo akhir kas tahun lalu (LAK) harus sama Saldo Akhir Kas Tahun Lalu (LAK) = Saldo
dengan saldo awal kas tahun berkenaan awal Kas Tahun Berkenaan (LAK) = Saldo
(LAK), saldo akhir kas di neraca tahun lalu, dan Akhir Kas Tahun lalu (Neraca) = Saldo Awal
saldo awal kas di neraca tahun berjalan. Kas Tahun Berjalan (Neraca)
Apabila terdapat selisih haru diungkapkan
dalam CaLK

Saldo akhir kas di neraca tahun berjalan harus Saldo Akhir Kas Tahun Berjalan (Neraca) =
sama dengan saldo akhir kas di LAK tahun Saldo Akhir Kas Tahun Berjalan (LAK)
berjalan. Apabila terdapat selisih harus diungkapkan
dalam CaLK

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 10


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis

Uraian Persamaan

Utang PFK di neraca harus sama dengan Utang PFK (Neraca) = Utang PFK di BUD +
utang PFK di BUD ditambah utang PFK di Utang PFK pada Bendahara Pengeluaran
bendahara pengeluaran.

Saldo utang PFK di neraca tahun berjalan Saldo Utang PFK tahun berjalan (neraca) =
harus sama dengan saldo utang PFK di neraca Saldo Utang PFK Tahun sebelumnya
tahun sebelumnya ditambah penerimaan PFK (Neraca) + Penerimaan PFK Tahun berjalan
tahun berjalan dikurangi pengeluaran PFK – Pengeluaran PFK Tahun Berjalan (LAK)
tahun berjalan di LAK. Apabila terdapat selisih maka selisih
tersebut adalah utang PFK yang ada di
bendahara pengeluaran

Apabila terdapat selisih, pemeriksa agar menelusuri penyebab selisih tersebut, yang
antara lain dapat disebabkan oleh :
1. Kesalahan penjumlahan
2. Penambahan aset di neraca tidak sama dengan jumlah belanja modal di LRA, hal
tersebut bisa dikarenakan adanya aset yang berasal dari hibah berupa barang
ataupun adanya kapitalisasi.

Untuk tujuan analisis rumus-rumus di atas dapat dikembangkan dalam formula analisis
dalam program excel (terlampir dalam compact disk) sehingga pemeriksa hanya perlu
menginput satu kali untuk keseluruhan pengujian dalam tabel di atas.

2.3.2 Teknik prediktif


Teknik prediktif bisa dilakukan dengan membandingkan realisasi dan
anggaran akun-akun di laporan realisasi anggaran. Perbedaan signifikan yang
terjadi bisa menjadi indikasi permasalahan yang seharusnya diungkapkan pada
catatan atas laporan keuangan.

Selain itu, teknik prediktif dapat juga dilakukan dengan menghitung jumlah
tertentu dan membandingkan dengan catatan-catatan atau rumusan lain untuk
mengetahui adanya indikasi permasalahan yang akan diuji lebih lanjut dalam
pengujian substantif. Contoh teknik ini adalah membandingkan dana transfer yang
diterima oleh daerah dengan data transfer dari Pemerintah Pusat. Contoh lain
adalah membandingkan penerimaan Pajak Hotel suatu pemda dengan Penerimaan
Pajak Hotel di Pemerintah daerah yang lain bila informasi spesifik terkait dengan
hal tersebut kita ketahui.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 11


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis

2.3.3 Analisis rasio dan trend


Analisa rasio dan trend merupakan kegiatan untuk menganalisa data
keuangan dan atau non keuangan dalam periode tertentu untuk mengetahui
perubahan signifikan dalam realisasi anggaran dan posisi keuangan. Contoh
analisa rasio dan trend adalah membandingkan belanja tertentu dengan belanja
lain atau belanja tertentu tahun sebelumnya.
2.3.3.1 Analisis Rasio
Analisis rasio dilakukan dengan menguji hubungan antar akun di dalam
laporan keuangan. Beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan untuk
mengukur akuntabilitas pemerintah daerah yaitu.
1) Rasio Kemandirian Keuangan
Rasio ini menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai
sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada
masyarakat, yang diformulasikan sebagai berikut.

Pendapatan Asli Daerah


RKK = X 100%
Bantuan Keuangan dari Pemerintah Pusat/Provinsi dan Pinjaman

Berdasarkan formula di atas dapat diketahui sejauh mana ketergantungan


pemerintah daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio ini
berarti tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern (terutama
pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah, demikian pula sebaliknya.
Rasio ini juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi partisipasi
masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan
komponen dari PAD.
2) Rasio efisiensi
Rasio ini menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan asli daerah dengan realisasi
pendapatan asli daerah yang diterima, yang diformulasikan sebagai berikut.

Realisasi Biaya dikeluarkan untuk memperoleh PAD


Rasio Efisiensi = X 100%
Realisasi Penerimaan PAD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 12


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis

Dengan rasio tersebut diketahui kesesuaian nilai realisasi biaya pemungutan


PAD dengan ketentuan serta apakah terdapat indikasi pemborosan dalam
pengeluaran biaya pemungutan PAD.

Selain itu, rasio yang dapat digunakan untuk menilai alokasi dana yang
dilakukan pemerintah daerah diketahui dengan rasio antara belanja langsung
dengan total belanja serta rasio antara belanja tidak langsung dengan total belanja.
Dengan rasio ini diketahui apakah dana pemda sebagian besar digunakan
sebagian besar untuk pembangunan yang akan memberi manfaat jangka panjang
bagi masyarakat atau untuk belanja habis pakai seperti belanja pegawai.
2.3.3.2 Analisis Trend
Analisis trend adalah analisis yang dilakukan dengan membandingkan akun
yang sama untuk periode lebih dari dua tahun, sehingga diperoleh gambaran
mengenai kecenderungan dari suatu akun dalam laporan keuangan pemerintah
daerah. Analisis kecenderungan ini umumnya digunakan dalam membuat prediksi
keuangan. Misalnya prediksi pencapaian pajak daerah pada tahun yang diperiksa
berdasarkan data atau informasi kecenderungan pencapaian pajak daerah
beberapa periode yang lalu.
Analisis trend tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tabel,
perhitungan matematis dalam prosentase ataupun diagram untuk mengetahui
kecenderungan dari akun-akun dalam Neraca dan LRA.
Analisis tren mengidentifikasi pola-pola dari kecenderungan (perubahan-
perubahan yang terjadi dalam beberapa periode yang telah lalu) sebagai dasar
dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di masa sekarang.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 13


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

A. Analisis Vertikal

Analisis yang dilakukan dengan melihat hubungan akun dalam satu jenis laporan keuangan, yaitu analisis antar akun Neraca saja, LRA saja

1. Analisis vertikal dalam LRA


LRA
SiLPA = Total
Pendapatan -Total
Belanja + Total
Opini Opini Penerimaan Keterangan (Penjelasan
No Entitas Penerimaan Pengeluaran Pembiayaan - Total
2009 2008 Total Pendapatan Total Belanja SiLPA Reviu Selisih)
Pembiayaan Pembiayaan Pengeluaran
Pembiayaan

9 -5+6-7+8 (hasil = 0)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Pemkab Siliwangi WDP WDP 1.309.594.901.208,00 1.362.816.387.414,00 165.893.046.295,00 2.008.589.200,00 110.662.970.889,00 √


-
2 Pemkot Majapahit WDP WDP 9.742.186.078.074,00 9.020.665.842.979,10 1.789.756.684.218,00 61.593.571.565,90 2.449.683.347.747,00 √
-
3 Pemkab Diponegoro WDP WDP 1.184.628.289.469,00 1.239.355.076.029,00 150.257.654.353,00 92.000.000.000,00 3.530.867.793,00 √
-
4 Pemkab Ratulangi WDP WDP 1.695.066.200.909,00 1.689.086.148.835,00 121.121.145.154,00 12.049.983.714,00 115.051.213.514,00 √
-
5 Pemkab Mangkurat WDP WDP 677.762.145.685,00 749.800.935.181,00 92.189.528.248,00 202.208.253,00 19.948.530.499,00 √
-

*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

2. Analisis vertikal dalam Neraca

Neraca (Evaluasi 1)

Opini Opini Aset = Kewajiban + Ekuitas


No Entitas Reviu Keterangan (Penjelasan Selisih)
2009 2008 Aset Kewajiban Ekuitas

12-13-14
(hasil = 0)

1 2 3 4 12 13 14 15 16

1 Pemkab Siliwangi WDP WDP 2.233.021.999.504,46 15.724.772.402,00 2.217.297.227.102,46 - √

2 Pemkot Majapahit WDP WDP 18.706.718.206.627,80 461.305.532.335,00 18.245.412.674.292,80 - √


3 Pemkab Diponegoro WDP WDP 2.871.265.699.006,43 1.812.359.644,50 2.869.453.339.361,93 - √
4 Pemkab Ratulangi WDP WDP 1.796.682.484.928,86 7.726.082.149,00 1.788.956.402.779,86 - √
5 Pemkab Mangkurat WDP WDP 2.266.138.283.843,38 13.775.899.073,49 2.252.362.384.769,89 - √

*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

Neraca (Evaluasi 2)

Kas di Kasda + Kas di


Opini Opini Aset Lancar Kewajiban Bend Pengeluaran + setara Ekuitas Dana Lancar Revi Keterangan (Penjelasan
No Entitas
2009 2008 Kas + Investasi Jangka 23 - 24 u Selisih)
Pendek + Kas di BLUD - (hasil = 0)
Utang PFK
Investasi (17+18+19+20+21)-22
Kas di Bend Setara Kas (Deposito 0 -
Kas di Kasda jangka Kas di BLU Utang PFK Silpa
Pengeluaran 3 bln)
Pendek

1 2 3 4 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

1 Pemkab Siliwangi WDP WDP 108.328.148.656,00 2.268.573.176,00 - - 412.192,00 110.596.309.640,00 110.662.970.889,00 (66.661.249,00) P Terdapat kesalahan pada
pengakuan pencairan bunga
dana cadangan yang diakui
sebagai pendapatan lain-lain
PAD yang sah (LRA) dan Kas di
Bendahara Penerimaan
(Neraca). Pencairan tersebut
dijurnal pada kas di bendahara
penerimaan karena kas baru di
transfer ke kas daerah per 6
Januari 2011.
2 Pemkot Majapahit WDP WDP 942.515.578.681,00 119.965.748,00 1.500.000.000.000,00 7.047.882.716,00 - 2.449.683.427.145,00 2.449.683.347.747,0 79.398,00 selisih sebesar Rp79.398,00
0 merupakan Jasa giro di
bendahara pengeluaran
3 Pemkab WDP WDP 1.330.478.856,00 263.843.801,00 - - 441.625.785,50 1.152.696.871,50 3.530.867.793,00 (2.378.170.921,50) Selisih merupakan Kas di BLUD
Diponegoro yang dicatat sebagai kas di
bendahara penerimaan sebesar
Rp2.378.170.921,50, yang
sebesar Rp441.625.785,50
diantaranya adalah utang PFK
BLUD
4 Pemkab WDP WDP 114.577.727.590,00 490.556.019,00 - - 17.070.095,00 115.051.213.514,00 115.051.213.514,00 -
Ratulangi
5 Pemkab WDP WDP 13.663.552.328,00 75.325.432,00 5.000.000.000,00 1.210.106.431,00 - 19.948.984.191,00 19.948.530.499,00 453.692,00 selisih sebesar Rp453.692,00
Mangkurat merupakan Jasa giro di
bendahara pengeluaran

*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

Neraca CaLK

Opini Opini
No Entitas kas di Bendahara Pengeluaran = Reviu Keterangan (Penjelasan Selisih)
2009 2008
Sisa Uang Persediaan di Sisa UP yang belum disetor + Utang
Kas di Bendahara Utang PFK di Bendahara PFK di Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran
Pengeluaran Pengeluaran
yang belum disetor

27-28-29 (hasil = 0)

1 2 3 4 27 28 29 30 31

1 Pemkab Siliwangi WDP WDP 2.268.573.176,00 2.268.160.984,00 412.192,00 - √


2 Pemkot Majapahit WDP WDP 119.965.748,00 - - 79.398,00 √ Jasa Giro di Bendahara Pengeluaran
yang belum disetor ke Kas daerah
per 31 desember 2010
3 Pemkab Diponegoro WDP WDP 263.843.801,00 263.843.801,00 - - √
4 Pemkab Ratulangi WDP WDP 490.556.019,00 - - - √
5 Pemkab Mangkurat WDP WDP 75.325.432,00 74.871.740,00 - 453.692,00 √ Jasa Giro di Bendahara Pengeluaran
yang belum disetor ke Kas daerah
per 31 desember 2010

*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud, salah satu penyebab antara lain adalah adanya jasa giro di bendahara pengeluaran

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

Neraca CaLK

Pendapatan di Tangguhkan =
Kas di Bendahara Penerimaan +
Opini Opini Penerimaan di Bendahara
No Entitas Pendapatan di Kas di Bendahara Penerimaan di Bendahara Reviu Keterangan (Penjelasan Selisih)
2009 2008 Pengeluaran
Tangguhkan Penerimaan Pengeluaran

32-33-34 (hasil = 0)

1 2 3 4 32 33 34 35

1 Pemkab Siliwangi WDP WDP - 66.661.249,00 - (66.661.249,00) √ Terdapat kesalahan pada pengakuan
pencairan bunga dana cadangan yang diakui
sebagai pendapatan lain-lain PAD yang sah
(LRA) dan Kas di Bendahara Penerimaan
(Neraca). Pencairan tersebut dijurnal pada
kas di bendahara penerimaan karena kas
baru di transfer ke kas daerah per 6 Januari
2011.
2 Pemkot Majapahit WDP WDP 2.439.451,00 2.360.053,00 79.398,00 - √
3 Pemkab Diponegoro WDP WDP - 1.936.545.136,00 - (1.936.545.136,00) √ merupakan kas pada RSUD, yang dicatat
sebagai bagian dari SILPA
4 Pemkab Ratulangi WDP WDP 3.350.690.690,00 3.350.690.690,00 - - √
5 Pemkab Mangkurat WDP WDP 453.692,00 - 453.692,00 - √

*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

Analisis Vertikal - Pasangan di Neraca

Evaluasi 1 Evaluasi 2

Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar
Keterangan
Keterangan
No Entitas Reviu 7-8 Reviu (penjelasan
3-4 (Hasil=0) (penjelasan Selisih)
(hasil=0) Selisih)
Piutang Cadangan Piutang Persediaan Cadangan Persediaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Pemkab Siliwangi - - - √ 9.909.629.484,00 9.909.629.484,00 - √


2 Pemkot Majapahit 22.273.103.286,07 22.273.103.286,07 - √ 100.549.715.836,84 100.549.715.836,84 - √
Pemkab Diponegoro 14.511.060.394,08 14.511.060.394,08 - √ 5.096.028.711,33 5.096.028.711,33 - √
3
4 Pemkab Ratulangi 22.316.363.898,00 22.316.363.898,00 - √ 16.438.836.843,00 16.438.836.843,00 - √

5 Pemkab Mangkurat 3.510.029.259,00 3.510.029.259,00 - √ 10.254.972.681,10 10.254.972.681,10 - √

*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

Evaluasi 3 Evaluasi 4

Investasi Ekuitas Dana Investasi Ekuitas Dana Investasi


Keterangan Keterangan
Entitas 11-12 Reviu (penjelasan Reviu (penjelasan
Selisih) Aset Tetap 15-16 (hasil=0) Selisih)
diinvestasikan dlm (hasil=0) diinvestasikan dlm aset
investasi jk pjg
investasi jk pjg tetap

2 11 12 13 14 15 16 17 18

Pemkab Siliwangi 82.329.058.832,14 82.329.058.832,14 - √ 2.030.056.927.557,32 2.030.056.927.557,32 - √

Pemkot Majapahit 2.140.868.423.191,51 2.140.868.423.191,51 - √ 13.296.132.694.126,30 13.296.132.694.126,30 - √


Pemkab Diponegoro 40.013.069.889,25 40.013.069.889,25 - √ 2.087.072.927.745,77 2.087.072.927.745,77 - √

Pemkab Ratulangi 41.532.164.112,86 41.532.164.112,86 - √ 1.595.689.526.051,00 1.595.689.526.051,00 - √


Pemkab Mangkurat 50.499.933.214,59 50.499.933.214,59 - √ 2.179.667.043.803,69 2.179.667.043.803,69 - √

*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

Evaluasi 5 Evaluasi 6
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Investasi
Cadangan
Keterangan Keterangan
No Entitas 19-20 Reviu Reviu
Dana Cadangan (penjelasan Selisih) Aset lainnya 23-24 (hasil=0) (penjelasan Selisih)
diinvestasikan dlm (hasil=0) diinvestasikan dlm aset
Dana Cadangan lainnya

1 2 19 20 21 22 23 24 25 26

1 Pemkab Siliwangi - - - √ 63.000.550,00 63.000.550,00 - √

2 Pemkot Majapahit - - - √ 697.208.482.989,11 697.208.482.989,11 - √


3 Pemkab Diponegoro - - - √ 1.226.516.561,00 1.226.516.561,00 - √

4 Pemkab Ratulangi - - - √ 2.286.619.725,00 2.286.619.725,00 - √


5 Pemkab Mangkurat - - - √ 2.257.320.694,00 2.257.320.694,00 - √

*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 8


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

Evaluasi 7 Evaluasi 8
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana lancar
Investasi
Keterangan
Keterangan (penjelasan
No Entitas Jumlah Kewajiban 27-28+29 Reviu Jumlah Kewajiban Reviu (penjelasan
Utang PFK Dana yang harus Selisih) Dana yang harus 32-33 (hasil=0)
Jangka Pendek (hasil=0) Jangka Panjang Selisih)
disediakan untuk disediakan untuk
pembayaran utang pembayaran utang
jangka pendek jangka panjang

1 2 27 28 29 30 31 32 33 34 35

1 Pemkab Siliwangi 15.724.772.402,00 412.192,00 (15.724.360.210,00) - - - - √

2 Pemkot Majapahit 460.803.289.495,00 - (460.803.289.495,00) - 502.242.840,00 (502.242.840,00) - √


3 Pemkab Diponegoro 1.812.359.644,50 441.625.785,50 (1.812.359.644,50) (441.625.785,50) Dana yang harus - - - √
disediakan untuk
pembayaran utang jangka
pendek masih
memperhitungkan Utang
PFK di RSUD sebesar
Rp441.625.785,00
(Lakukan koreksi)
4 Pemkab Ratulangi 6.461.338.288,00 17.070.095,00 (6.444.268.193,00) - 1.264.743.861,00 (1.264.743.861,00) - √
5 Pemkab Mangkurat 10.501.092.574,00 - (10.501.092.574,00) - 3.274.806.499,49 (3.274.806.499,49) - √

*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 9


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

Analisis Vertikal -
Laporan Arus Kas

LAK(Evaluasi 1) LAK(Evaluasi 2)

Arus Kas Arus Kas Bersih


Bersih Aktivitas Investasi
Aktivitas Aset Non
Operasi = Arus Keterangan Arus Kas Masuk Keuangan= Arus Keterangan
No Entitas Reviu (Penjelasan Arus Kas Keluar dari Arus Kas Bersih Reviu (Penjelasan
Arus Kas Masuk dari Arus Kas Keluar dari Arus Kas Bersih Masuk kas - dari Aktivitas Masuk kas - Arus
Selisih) Aktivitas Investasi Aset Aktivitas Investasi Aset Selisih)
Aktivitas Operasi Aktivitas Operasi Aktivitas Operasi Arus Keluar Investasi Aset Keluar dari aktivitas
Non Keuangan Non Keuangan
dari aktivitas Non Keuangan Investasi Aset Non
Operasi Keuangan

5-6-7 (hasil =
10-11-12 (hasil = 0)
0)
1 2 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 Pemkab Siliwangi 1.309.287.780.383,00 1.177.186.176.319,00 132.101.604.064,00 - 307.120.825,00 185.630.211.095,00 (185.323.090.270,00) -


2 Pemkot Majapahit 9.741.359.951.894,00 7.965.129.101.962,10 1.776.230.849.931,90 - 826.126.180,00 1.055.536.741.017,00 (1.054.710.614.837,00) -
3 Pemkab Diponegoro 1.184.628.289.469,00 1.091.105.658.217,00 93.522.631.252,00 - - 148.249.417.812,00 (148.249.417.812,00) -
4 Pemkab Ratulangi 1.695.066.200.909,00 1.534.354.232.316,00 160.711.968.593,00 - - 155.205.402.443,00 (155.205.402.443,00) -
5 Pemkab Mangkurat 677.359.865.155,00 609.435.224.044,00 67.924.641.111,00 - 402.280.530,00 140.365.711.137,00 (139.963.430.607,00) -

*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 10


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

LAK(Evaluasi 3) LAK(Evaluasi 4)
Arus Kas
Arus Kas
Bersih Aktivitas
Bersih
Investasi Aset
Aktivitas
Non
Non
Keuangan= Keterangan Keterangan
Anggaran =
No Entitas Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar Arus Kas Bersih Arus Masuk Reviu (Penjelasan Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar Arus Kas Bersih Reviu (Penjelasan
Arus Masuk
dari Aktivitas dari Aktivitas Aktivitas kas - Arus Selisih) dari Aktivitas Non dari Aktivitas Non Aktivitas Non Selisih)
kas - Arus
Pembiayaan Pembiayaan Pembiayaan Keluar dari Anggaran Anggaran Anggaran
Keluar dari
aktivitas
aktivitas Non
Investasi Aset
Anggaran
Non Keuangan
15-16-17 (hasil 20-21-22
= 0) (hasil = 0)
1 2 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1 Pemkab Siliwangi 30.523.546.344,00 2.008.589.200,00 28.514.957.144,00 - 105.478.087.474,00 105.498.382.828,00 (20.295.354,00) -


2 Pemkot Majapahit - 61.593.571.565,90 (61.593.571.565,90) - 52.178.732.372,00 52.178.732.372,00 - -
3 Pemkab Diponegoro 92.650.000.000,00 92.000.000.000,00 650.000.000,00 - 50.722.287.171,03 50.722.287.171,03 - -
4 Pemkab Ratulangi - 12.049.983.714,00 (12.049.983.714,00) - 117.792.126.167,00 117.792.126.167,00 - -
5 Pemkab Mangkurat - 202.208.253,00 (202.208.253,00) - 60.748.022.067,00 60.755.155.589,00 (7.133.522,00) -
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 11


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

LAK(Evaluasi 5) Neraca (Evaluasi 2)


Kenaikan/Penuru
nan Kas = Arus
Kas Bersih dari
Aktivitas
Operasi+Arus
Kas Bersih dari Saldo Akhir Kas di Keteran
Aktivitas Keterangan BUD = Saldo Awal gan
Arus Kas Re Re
No Entitas Arus Kas bersih dari Arus Kas bersih dari Investasi Non (Penjelasan Kas di BUD + (Penjela
Arus Kas bersih dari bersih dari Kenaikan/Penurunan viu Saldo akhir kas di Saldo awal kas di Kenaikan/Penuruna viu
Aktivitas Investasi Non Aktivitas Anggaran +Arus Selisih) Kenaikan/penurun san
Aktivitas Operasi Aktivitas Non kas BUD BUD n Kas
Keuangan Pembiayaan Kas Bersih dari an kas Selisih)
Anggaran
Aktivitas
Pembiayaan +
Arus Kas Bersih
dari Aktivitas Non
Anggaran
29-25-26-27-28
31-32-33(hasil = 0)
(hasil = 0)
1 2 25 26 27 28 29 30 30 31 32 33 34
1 Pemkab 132.101.604.064,00 (185.323.090.270,00) 28.514.957.144,00 (20.295.354,00) (24.726.824.416,00) - 110.663.383.081,00 135.390.207.497,00 (24.726.824.416,00) -
Siliwangi
2 Pemkot 1.776.230.849.931,90 (1.054.710.614.837,00) (61.593.571.565,90) - 661.455.740.284,00 (1.529.076.755,00) kenaikan/pen 2.449.683.347.748,00 1.820.060.110.218,00 661.455.740.284,00 (31.832.502.754,00)
Majapahit urunan kas di
BLUD
3 Pemkab 93.522.631.252,00 (148.249.417.812,00) 650.000.000,00 - (54.076.786.560,00) - 3.530.867.793,00 57.607.654.353,00 (54.076.786.560,00) -
Diponegoro
4 Pemkab 160.711.968.593,00 (155.205.402.443,00) (12.049.983.714,00) - (6.543.417.564,00) - 114.577.727.590,00 121.121.145.154,00 (6.543.417.564,00) -
Ratulangi
5 Pemkab 67.924.641.111,00 (139.963.430.607,00) (202.208.253,00) (7.133.522,00) (72.248.131.271,00) - 19.948.530.499,00 92.196.661.770,00 (72.248.131.271,00) -
Mangkurat

*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 12


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

Analisis Horizontal

Analisis yang dilakukan dengan melihat hubungan antar akun neraca dengan LRA ataupun kesesuaian dengan nilai yang disajikan dalam LAK
1. Analisis horizontal antara Neraca – LRA

Hubungan akun di Neraca dan LRA


Evaluasi 1 Evaluasi 2
LRA Neraca Ket LRA LRA Neraca Ket
Keterangan (penjelasan
No Entitas Reviu Penerimaan Reviu
selisih)
Pembiayaan EDL silpa tahun
Silpa EDL - Silpa 3-4 Silpa tahun lalu 6-7 6-8
(Penggunaan silpa Lalu
tahun berjalan)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Pemkab Siliwangi 110.662.970.889,00 110.662.970.889,00 - √ 135.369.499.951,00 135.369.499.951,00 135.369.499.951,00 - - √

2 Pemkot Majapahit 2.449.683.347.747,00 2.449.683.347.747,00 - √ 1.789.756.684.218,00 1.820.060.110.218,00 1.820.060.110.218,00 (30.303.426.000,00) (30.303.426.000,00) √ selisih disebabkan adanya
koreksi SiLPA tahun
sebelumnya sebesar
Rp30.303.426.000,00 dan
kenaikan/penurunan di BLUD
sebesar Rp1.529.076.754,00

3 Pemkab Diponegoro 3.530.867.793,00 3.530.867.793,00 - √ 57.607.654.353,00 57.607.654.353,00 57.607.654.353,00 - - √

4 Pemkab Ratulangi 115.051.213.514,00 115.051.213.514,00 - √ 121.121.145.154,00 121.121.145.154,00 121.121.145.154,00 - - √

5 Pemkab Mangkurat 19.948.530.499,00 19.948.530.499,00 - √ 92.189.528.248,00 88.985.593.242,28 97.834.709.782,07 3.203.935.005,72 (5.645.181.534,07) √ selisih sebesar
Rp3.203.935.005,72 adalah
saldo akhir tahun lalu Kas di
BLUD Gunung Jati

*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 13


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

Evaluasi 3
LRA Neraca Ket CaLK Selisih

No Entitas Reviu Keterangan


blj modal - D Aset Menjelaskan
D Aset tetap (12-
Realisasi Blj Modal Aset tetap Aset tetap tahun lalu tetap selisih kolom 15-16
13)
(11-14) 15

1 2 11 12 13 14 15 16 17 19

1 Pemkab Siliwangi 185.630.211.095,00 2.030.056.927.557,32 1.844.426.716.462,32 185.630.211.095,00 - - - 


2 Pemkot Majapahit 1.055.536.741.017,00 13.296.132.694.126,30 12.425.512.317.861,30 870.620.376.265,00 184.916.364.752,00 - 184.916.364.752,00 
3 Pemkab Diponegoro 148.249.417.812,00 2.087.072.927.745,77 1.995.821.150.833,77 91.251.776.912,00 56.997.640.900,00 - 56.997.640.900,00 
4 Pemkab Ratulangi 155.205.402.443,00 1.595.689.526.051,00 1.410.252.498.640,00 185.437.027.411,00 (30.231.624.968,00) - (30.231.624.968,00) 
5 Pemkab Mangkurat 140.365.711.137,00 2.179.667.043.803,69 2.056.052.157.833,69 123.614.885.970,00 16.750.825.167,00 - 16.750.825.167,00 

*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 14


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

2. Analisis horizontal antara LAK – NERACA


Cek kebenaran saldo awal dan saldo akhir di LAK
Cek Kebenaran saldo kas di LAK dan di neraca
Evaluasi 1 Evaluasi 2 Evaluasi 3
LAK (Non
LAK LAK Neraca CaLK Neraca CALK
Anggaran)

Apabila selisih
No Entitas diungkapkan dalam Reviu Apabila Reviu Reviu Keterangan
11-12-13 (hasil
3-4 CaLK atau Temuan 7-8 selisih, lihat PFK di
Saldo akhir kas tahun Utang PFK Saldo PFK = 0)
Saldo awal kas Pemeriksaan Saldo akhir kas Saldo kas penjelasan Bendahara
lalu Tahun Berjalan BUD
(ada/tidak) di CaLK Pengeluaran
(ada/tidak)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 18

1 Pemkab 135.390.207.497,00 135.390.207.497,00 - √ 110.663.383.081,00 110.663.383.081,00 - √ 412.192,00 (20.295.354,00) 412.192,00 20.295.354,00 √ Pemerintah Kabupaten
Siliwangi memasukan
Siliwangi utang PFK Bendahara
Pengeluaran tahun lalu
sebesar Rp20.707.546,00
(Neraca) ke Pengeluaran
PFK BUD (LAK/Aktivitas
Non Anggaran) dan
memasukan PFK
Bendahara Pengeluaran
tahun berjalan sebesar
Rp412.192,00 (Neraca) ke
Penerimaan PFK BUD
(LAK/Aktivitas Non
Anggaran).

Pemkot 1.820.060.110.218,00 1.820.060.110.218,00 - √ 2.449.683.347.748,00 949.685.787.198,00 1.499.997.560.550,00 √ - - - - √


2 Majapahit
Pemkab 57.607.654.353,00 57.607.654.353,00 - √ 3.530.867.793,00 3.530.867.793,00 - √ 441.625.785,50 - - 441.625.785,50 √
3 Diponegoro
Pemkab 120.711.791.351,00 121.121.145.154,00 (409.353.803,00) √ 114.577.727.590,00 118.418.974.299,00 (3.841.246.709,00) √ 17.070.095,00 - - 17.070.095,00 √
4 Ratulangi
Pemkab 88.992.726.764,28 92.196.661.770,00 (3.203.935.005,72) selisih sebesar √ 19.948.530.499,00 14.948.984.191,00 4.999.546.308,00 √ - (7.133.522,00) - 7.133.522,00 √
Rp3.203.935.005,72
Mangkurat adalah akhir tahun lalu
Kas di BLUD Gunung
5 Jati
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 15


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

LRA – LAK
Cek: kebenaran dan akurasi angka-angka
dalam LAK dibandingkan dengan LRA

1 2 3

LAK LRA Ket LRA LAK LAK Ket Ket

No Entitas Reviu Reviu


arus kas Realisasi Belanja
Arus kas masuk Belanja Transfer atau Arus kas keluar dari arus kas keluar dari
masuk aktivitas pendapatan 3+4-5 (Tidak termasuk Belanja Modal (7+8)-10-11 Penjelasan selisih
aktivitas operasi Belanja Bagi hasil aktivitas operasi aktivitas investasi
investasi belanja transfer)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 Pemkab Siliwangi 1.309.287.780.383,00 307.120.825,00 1.309.594.901.208,00 - √ 1.356.259.698.319,00 6.556.689.095,00 185.630.211.095,00 1.177.186.176.319,00 185.630.211.095,00 -  -

2 Pemkot Majapahit 9.741.359.951.894,00 826.126.180,00 9.742.186.078.074,00 - √ 6.955.920.679.594,00 2.064.745.163.385,10 1.055.536.741.017,00 7.965.129.101.962,10 1.055.536.741.017,00 -  -

3 Pemkab Diponegoro 1.184.628.289.469,00 - 1.184.628.289.469,00 - √ 1.239.355.076.029,00 - 148.249.417.812,00 1.091.105.658.217,00 148.249.417.812,00 -  -

4 Pemkab Ratulangi 1.695.066.200.909,00 - 1.695.066.200.909,00 - √ 1.689.071.148.835,00 15.000.000,00 155.205.402.443,00 1.534.354.232.316,00 155.205.402.443,00 (473.485.924,00)  adanya sisa uyhd sebesar
Rp473.485.924,00 di bendahara
pengeluaran yang dimasukkan di
dalam arus kas keluar dari
aktivitas operasi

5 Pemkab Mangkurat 677.359.865.155,00 402.280.530,00 677.762.145.685,00 - √ 749.800.935.181,00 - 140.365.711.137,00 609.435.224.044,00 140.365.711.137,00 - 

*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 16


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

LRA – LAK
Cek: kebenaran dan akurasi angka-angka dalam LAK dibandingkan dengan LRA

1
LAK LRA Ket
No Entitas Reviu
arus kas masuk
Arus kas masuk aktivitas operasi pendapatan 3+4-5
aktivitas investasi

1 2 3 4 5 6

1 Pemkab Siliwangi 1.309.287.780.383,00 307.120.825,00 1.309.594.901.208,00 - √


2 Pemkot Majapahit 9.741.359.951.894,00 826.126.180,00 9.742.186.078.074,00 - √
3 Pemkab Diponegoro 1.184.628.289.469,00 - 1.184.628.289.469,00 - √
4 Pemkab Ratulangi 1.695.066.200.909,00 - 1.695.066.200.909,00 - √

5 Pemkab Mangkurat 677.359.865.155,00 402.280.530,00 677.762.145.685,00 - √

*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 17


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

3
LRA LAK LAK Ket Ket
No Entitas Reviu Reviu
Realisasi Belanja (Tidak
Belanja Transfer atau Arus kas keluar dari arus kas keluar dari
termasuk belanja Belanja Modal (7+8)-10-11 Penjelasan selisih
Belanja Bagi hasil aktivitas operasi aktivitas investasi
transfer)

1 2 7 8 9 10 11 12 13

1 Pemkab Siliwangi 1.356.259.698.319,00 6.556.689.095,00 185.630.211.095,00 1.177.186.176.319,00 185.630.211.095,00 - - √


2 Pemkot Majapahit 6.955.920.679.594,00 2.064.745.163.385,10 1.055.536.741.017,00 7.965.129.101.962,10 1.055.536.741.017,00 - - √
3 Pemkab Diponegoro 1.239.355.076.029,00 - 148.249.417.812,00 1.091.105.658.217,00 148.249.417.812,00 - - √
4 Pemkab Ratulangi 1.689.071.148.835,00 15.000.000,00 155.205.402.443,00 1.534.354.232.316,00 155.205.402.443,00 (473.485.924,00) adanya sisa uyhd sebesar
Rp473.485.924,00 di bendahara
pengeluaran yang dimasukkan di
dalam arus kas keluar dari
aktivitas operasi
5 Pemkab Mangkurat 749.800.935.181,00 - 140.365.711.137,00 609.435.224.044,00 140.365.711.137,00 -

*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 18


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2

4
CaLK LRA LAK Ket
No Entitas Reviu Keterangan
Lain-lain PAD yg sah, arus kas masuk dari
14-15
penjualan aset aktivitas investasi

1 2 14 15 16 17

1 Pemkab Siliwangi 307.120.825,00 307.120.825,00 - ^^


2 Pemkot Majapahit 826.126.180,00 826.126.180,00 - ^^
3 Pemkab Diponegoro - - - ^^
4 Pemkab Ratulangi - - - ^^
5 Pemkab Mangkurat 402.280.530,00 402.280.530,00 - ^^
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 19


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko

BAB 3
PEMAHAMAN DAN PENILAIAN RISIKO

3.1 Gambaran Umum


Pendekatan Pemeriksaan Berbasis Risiko (Risk Based Audit Approach -
RBAA) digunakan di BPK dalam pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan termasuk
Pemeriksaan LKPD.

Penggunaan pendekatan ini sangat penting di BPK di antaranya mengingat


keterbatasan waktu pemeriksaan sesuai ketentuan perundang-undangan dan
jumlah auditor di beberapa Perwakilan terkait dengan pesatnya penambahan
entitas pemeriksaan. Dengan RBAA, Perwakilan dapat lebih memaksimalkan
sumber daya yang ada dalam Pemeriksaan LKPD dengan tetap mematuhi
ketentuan perundang-undangan. Tim Pemeriksa nantinya dapat memfokuskan
prosedur pemeriksaan yang lebih lengkap terhadap suatu area berisiko tinggi,
sementara itu untuk area berisiko rendah hanya digunakan prosedur pemeriksaan
sederhana seperti ”memeriksa kebenaran mutasi”.
Dalam pelaksanaannya, Pemeriksa akan mendokumendasikan penilaian risiko seperti formulir
yang disajikan pada Lampiran 3.3. Formulir Penilaian Risiko ini digunakan untuk menetapkan
akun-akun berisiko tinggi, medium dan rendah. Adapun akhir dari aktifitas penilaian risiko
adalah suatu program pemeriksaan yang telah memiliki strategi pemeriksaan berdasarkan
risiko akun atau siklus akun.
Walaupun dalam formulir tersebut banyak kolom yang harus di isi, tetapi praktik RBAA dalam
menentukan area berisiko tinggi secara sederhana dilakukan dengan menganalisis: 1) apakah
akun tersebut signifikan (melebihi TE)? dan 2) apakah kesalahan penyajian besar
kemungkinan akan terjadi (ditunjukkan dari hasil pengujian internal control)?. Apabila salah
satu dari kedua hal ini diindikasikan memiliki nilai High (risiko tinggi), maka akun dan siklus
akunnya dikategorikan berisiko tinggi dan akan menjadi perhatian dalam pemeriksaan.
Sementara itu penjelasan penilaian risiko secara teori dapat di baca pada
penjelasan berikut ini.

Pemeriksa selalu menghadapi ketidakpastian (risiko) dalam melaksanakan


pemeriksaan. Misalnya, ketidakpastian terhadap ketepatan bukti, efektivitas
pengendalian internal auditee, dan ketidakpastian apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar setelah pemeriksaan selesai dilaksanakan. Pemeriksa yang
dapat memperhitungkan risiko tersebut dengan tepat dalam pelaksanaan
pemeriksaannya merupakan kunci untuk mencapai hasil pemeriksaan yang
bermutu.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko

Dalam pemeriksaan keuangan, kita mengenal ada empat jenis risiko yaitu
sebagai berikut.
1) Risiko Pemeriksaan yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk (AAR))

Risiko pemeriksaan adalah risiko yang timbul karena pemeriksa, tanpa


disadari, tidak memodifikasi opininya sebagaimana mestinya atas suatu
laporan keuangan yang mengandung salah saji material.

Dalam mempertimbangkan risiko pemeriksaan untuk laporan keuangan secara


keseluruhan, pemeriksa harus mempertimbangkan risiko salah saji material
yang terkait dengan laporan keuangan dan berpotensi mempengaruhi asersi.
Pemeriksa juga harus mempertimbangkan risiko pada level yang lebih rinci
melalui serangkaian pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan atas saldo akun,
kelas transaksi, ataupun atas kecukupan pengungkapan (disclosure).

Risiko pemeriksaan pada tingkat saldo akun, kelas transaksi, dan


pengungkapan (disclosure), meliputi:
(1) Risiko bahwa asersi terkait saldo, kelas transaksi, atau pengungkapan
mengandung salah saji yang mungkin material terhadap laporan
keuangan ketika digabungkan dengan salah saji pada saldo, kelas
transaksi, atau pengungkapan yang lain (risiko bawaan dan risiko
pengendalian).
(2) Risiko bahwa pemeriksa tidak mampu mendeteksi salah saji (risiko
deteksi).
Model risiko pemeriksaan dapat diformulasikan seperti berikut.

AAR = IR X CR X DR

Ket: AAR : Risiko Pemeriksaan yang Dapat Diterima


IR : Risiko Bawaan
CR : Risiko Pengendalian
DR : Risiko Deteksi

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko

2) Risiko Bawaan (Inherent Risk (IR))

Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
pengendalian yang terkait.
Setiap saldo atau golongan transaksi memiliki risiko bawaan yang berbeda-
beda sehingga salah saji dapat terjadi pada saldo atau golongan transaksi
tertentu yang berbeda dengan saldo atau golongan transaksi yang lain.
Risiko bawaan dapat terjadi pada keseluruhan akun atau akun-akun tertentu
dalam laporan keuangan. Pemeriksa dapat mengidentifikasi risiko bawaan
tersebut pada langkah-langkah dalam tahap perencanaan pemeriksaan yaitu
pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan; pemahaman
entitas; pemantauan tindak lanjut; dan prosedur analitis awal.

Penilaian terhadap risiko bawaan oleh pemeriksa biasanya tidak berubah


selama tidak ditemukan fakta-fakta baru selama proses pemeriksaan. Namun
jika selama proses pemeriksaan ditemukan fakta-fakta baru yang
mempengaruhi penilaian risiko bawaan, maka pemeriksa harus merevisi
Risiko Bawaan yang telah ditetapkan dengan melakukan penyesuaian
berdasarkan kecukupan bukti-bukti pemeriksaan.
3) Risiko Pengendalian (Control Risk (CR))

Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat
waktu oleh pengendalian internal entitas.
Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain dan operasi pengendalian intern
untuk mencapai tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan laporan
keuangan entitas. Risiko pengendalian akan selalu ada karena keterbatasan
bawaan dalam setiap pengendalian internal.
Agar dapat menilai risiko pengendalian dengan tepat, pemeriksa harus
memahami pengendalian internal entitas dan melaksanakan prosedur
pengujian pengendalian untuk menentukan apakah pengendalian tersebut
telah berjalan dengan efektif. Pemeriksa menilai keseluruhan tingkat risiko
pengendalian setiap asersi atas masing-masing akun atau kelompok
transaksi. Penilaian terhadap risiko pengendalian untuk asersi tertentu
membutuhkan pengalaman dan pertimbangan (judgement) khusus, terutama
jika terdapat perbedaan penilaian risiko untuk proses-proses yang mendasari
asersi tersebut.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko

4) Risiko Deteksi (Detection Risk (DR))

Risiko deteksi adalah risiko bahwa pemeriksa tidak dapat mendeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan
fungsi efektivitas prosedur pemeriksaan dan penerapannya oleh pemeriksa.
Risiko ini timbul karena ketidakpastian yang ada pada saat pemeriksa tidak
memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi
karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan
transaksi tersebut diperiksa 100%.

3.2 Cara Pengisian Formulir Penilaian Risiko


Penilaian risiko merupakan prosedur terakhir dari tahap perencanaan sebelum
penyusunan program pemeriksaan terinci. Namun hasil dari penilaian risiko ini akan
terus disesuaikan dengan kondisi yang ditemui Tim Pemeriksa di lapangan. Besaran
risiko ini juga akan dipertimbangkan pada saat pengambilan opini atas laporan
keuangan.
Tahapan penilaian risiko sebagai berikut.
1) Tentukan AAR

Pemeriksa dapat menetapkan AAR melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif.


Pendekatan kualitatif dengan menetapkan AAR dengan tiga kategori yaitu:

(1) Tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima rendah.

(2) Tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima sedang.

(3) Tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima tinggi.

Sedangkan penilaian AAR dengan pendekatan kuantitatif dilakukan dengan


merujuk pada pedoman penilaian risiko ASOSAI khususnya untuk entitas sektor
publik. Pedoman tersebut mengklasifikasikan AAR dalam tiga tingkat risiko
berdasarkan ciri-ciri entitas yang diperiksa yaitu:
(1) Tingkat AAR sebesar 5%, artinya tingkat keyakinan pemeriksa atas opininya
sebesar 95% (AAR = 1 - tingkat keyakinan). Tingkat ini berlaku untuk entitas
pada umumnya atau sebagian besar entitas yang diperiksa.
(2) Tingkat AAR sebesar 3%, artinya tingkat keyakinan pemeriksa atas opininya
sebesar 97%. Tingkat ini dinilai cukup memadai untuk beberapa entitas sektor
publik yang sangat sensitif atau berisiko tinggi.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko

(3) Tingkat AAR sebesar 1%, artinya tingkat keyakinan pemeriksa atas opininya
sampai 99%. Tingkat ini berlaku bagi beberapa entitas sektor publik dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
(1)) Entitas sektor publik tersebut mempunyai pengguna eksternal yang
sangat ekstensif perhatiannya terhadap laporan keuangan entitas
tersebut, dan/atau

(2)) Entitas sektor publik tersebut cukup rentan akan terjadinya salah saji
material dan secara politik sensitif dan/atau adanya harapan publik atas
kewajaran laporan keuangan entitas publik tersebut sehingga pemeriksa
membutuhkan tingkat keyakinan yang sangat tinggi.
Adapun cara penentuan berapa besar tingkat AAR adalah dengan menggunakan
pembobotan nilai terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat AAR yaitu:

(1) Nilai 9-14 : tingkat AAR = rendah (1%)

(2) Nilai 15-21 : tingkat AAR = menengah (3%)

(3) Nilai 22-27 : tingkat AAR = tinggi (5%)

Cara menetapkan AAR dengan menilai faktor-faktor yang mempengaruhinya


diilustrasikan pada Lampiran 3.1.
Pemeriksa harus menentukan AAR berdasarkan identifikasi kondisi entitas yang
diperiksa dan juga informasi penting lainnya yang berkaitan. Pemeriksa juga perlu
mempertimbangkan harapan penugasan atas entitas yang diperiksa apalagi jika
entitas tersebut mempunyai stakeholders yang luas. Hasil penetapan AAR ini
digunakan untuk penghitungan tingkat materialitas awal dan TE pada tahap
berikutnya.
2) Menghitung materialitas awal dan menghitung tolerable error (TE)

Perhitungan materialitas awal dan TE ini hanya untuk setiap akun yang disajikan
pada laporan keuangan, bukan untuk akun pada ledger karena akan terlalu
banyak akun yang dihitung.

Cara perhitungan besaran materialitas awal dan TE ini dapat dilihat pada Bab IV
Materialitas dan Tolerable Error.
3) Identifikasikan dan beri penilaian IR untuk level entitas dan akun/siklus

Pemeriksa menilai IR yang terkait dengan entitas, akun/kelompok akun tertentu


dengan asersi laporan keuangan terkait. Analisis atas IR pada level entitas

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko

dilakukan melalui Matriks Risiko Bisnis (Business Risk Matrix (BRM))


sebagaimana yang diatur pada Konsep Juknis Penilaian Risiko. Sedangkan
analisis IR pada level akun/kelompok akun dilakukan melalui Matriks Penilaian
Risiko.
IR yang ditetapkan dalam Matriks Penilaian Risiko ini merupakan hasil dari analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi akun/kelompok akun tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi akun-akun tertentu dalam rangka penilaian IR


tersebut merupakan hasil pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan
penugasan, pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya, dan
prosedur analitis awal. Faktor-faktor tersebut meliputi:
(1) Sifat bisnis/industri klien

(2) Hasil pemeriksaan sebelumnya

(3) Integritas personel kunci

(4) Penugasan pertama vs penugasan berulang

(5) Hubungan dengan pihak-pihak terkait

(6) Jenis-jenis transaksi (rutin/non rutin) dan tingkat kompleksitasnya

(7) Dorongan dan motivasi klien

(8) Tingkat subyektivitas atas pertimbangan-pertimbangan yang disyaratkan oleh


standar akuntansi
(9) Tingkat kerentanan terhadap pencurian/penyalahgunaan aset

(10) Faktor-faktor terkait dengan salah saji dikarenakan adanya kecurangan


terhadap laporan keuangan
Cara menetapkan tingkat risiko bawaan dengan menilai faktor-faktor yang
mempengaruhinya diilustrasikan pada Lampiran 3.2.

4) Identifikasikan dan beri penilaian CR untuk masing-masing akun dan Siklus


terkait
Pada pemeriksaan pertama kali, pemeriksa dapat melakukan dokumentasi sistem
pengendalian untuk mengidentifikasi pengendalian-pengendalian yang diterapkan
entitas dalam rangka memitigasi risiko bawaaan yang telah diidentifikasi diatas.
Berdasarkan dokumentasi tersebut, pemeriksa melakukan analisis mengenai
disain sistem yang ada dan menguji efektivitas pelaksanaannya.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko

Pemberian nilai awal atas risiko pengendalian dengan ukuran kualitatif dilakukan
dengan panduan sebagai berikut:
(1) Jika tingkat kelemahan pengendalian adalah material maka secara umum
pemeriksa dapat menyimpulkan bahwa risiko pengendalian awal adalah tinggi;
(2) Jika tingkat kelemahan pengendalian adalah signifikan maka secara umum
pemeriksa dapat menyimpulkan bahwa risiko pengendalian awal adalah
sedang; dan
(3) Risiko pengendalian disimpulkan rendah jika tidak terdapat kelemahan
pengendalian atau terdapat kelemahan pengendalian akan tetapi tingkat
kelemahan pengendaliannya adalah sangat rendah, terdapat pengendalian
pengganti (compensating controls).
Sedangkan penilaian risiko pengendalian secara kuantitatif dapat menggunakan
pedoman sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pedoman Penentuan Risiko Pengendalian

Pedoman Penentuan Risiko Pengendalian

Rentang Risiko
Penilaian Subyektif Level Risiko
Pengendalian

Keyakinan auditor sangat terjamin Rendah 30%

Keyakinan auditor cukup terjamin Sedang 70%

Keyakinan auditor tidak terjamin Tinggi 100%

Sumber: Dimodifikasi dari AICPA Statistical Sampling Sub Committe (1983)

Pemeriksa menilai bahwa pengendalian intern adalah efektif, maka penilaian


risiko pengendalian sebesar 30%. Apabila pemeriksa menilai risiko pengendalian
adalah “rendah”, pemeriksa perlu melaksanakan test of controls untuk
mengkonfirmasikan bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif
sepanjang periode. Pemeriksa mengevaluasi kecukupan dari bukti yang sudah
diperoleh serta apakah bukti ini mendukung penilaian "rendah". Jika pemeriksa
menyimpulkan bahwa bukti-bukti pemeriksaan tidak mendukung penilaian ini,
pemeriksa mempertimbangkan kembali evaluasinya atas efektivitas
pengendalian. Jika pengendalian ditemukan ternyata tidak efektif, pemeriksa
menilai risiko pengendalian sebagai "tinggi".

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko

Penilaian “Sedang” menunjukkan bahwa keyakinan pemeriksa cukup terjamin


atas efektivitas pengendalian intern dengan risiko pengendalian sebesar 70%.
Pemeriksa menyimpulkan bahwa desain dari pengendalian adalah efektif, tetapi
pemeriksa tidak melakukan test of controls untuk mengkonfirmasikan efektifitas
pelaksanaannya sepanjang periode. Pemeriksa juga mempertimbangkan apakah
pelaksanaan walkthrough yang dilakukan oleh pemeriksa terhadap pengendalian
memberikan bukti yang cukup untuk menilai risiko sebagai "sedang". Jika
pemeriksa menyimpulkan bahwa bukti tidak mendukung penilaian ini, pemeriksa
mempertimbangkan untuk mendapatkan bukti-bukti tambahan untuk mendukung
penilaian “sedang”, atau menilai risiko pengendalian sebagai "tinggi". Penilaian
risiko pengendalian ini tidak berlaku untuk akun-akun atau asersi-asersi yang
dipengaruhi oleh transaksi-transaksi yang bersifat estimasi, seperti penyusutan,
penyisihan piutang ragu-ragu.
Penilaian “Tinggi” menunjukkan bahwa keyakinan pemeriksa tidak terjamin atas
efektivitas pengendalian intern dengan rentang risiko pengendalian sebesar
100%. Pemeriksa menilai risiko pengendalian sebagai tinggi ketika (1) bukti
pemeriksaan mengindikasikan bahwa pengendalian tidak efektif, atau (2) setelah
memperoleh pemahaman yang memadai mengenai proses entitas yang
diperiksa:
(1) Pemeriksa meyakini bahwa pengendalian tidak efektif, atau

(2) Pemeriksa sudah mengidentifikasi prosedur-prosedur uji substantif yang


efisien dan efektif yang diyakini penting untuk mendukung saldo akun terkait.
5) Buat simpulan risiko gabungan

Risiko gabungan merupakan risiko bawaan setelah dikurangi dengan bagian dari
risiko bawaan yang bisa dimitigasi oleh pengendalian intern yang efektif.
Untuk mengisi risiko gabungan, maka gunakan matriks berikut ini sebagai
panduan:

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 8


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko

Gambar 3.1 Matriks Risiko Gabungan


RISIKO GABUNGAN/RESIDUAL RISK

INHERENT RISK / IR

High Medium Low


CONTROL

High H H M
RISK\CR

Medium H M L

Low M L L

6) Tetapkan besaran risiko deteksi

Risiko deteksi yang ditetapkan akan dipengaruhi oleh ketiga risiko lain dalam
model yaitu risiko pemeriksaan yang diterima (AAR), risiko bawaan (IR), dan
risiko pengendalian (CR). Berubahnya salah satu unsur risiko dalam model
tersebut, akan merubah risiko deteksi yang ditetapkan.
Risiko deteksi ditetapkan untuk menentukan berapa banyak bukti substantif yang
akan dikumpulkan oleh pemeriksa. Banyaknya bukti yang akan dikumpulkan
berbanding terbalik dengan risiko deteksi yang ditetapkan pemeriksa. Jika risiko
deteksi yang ditetapkan kecil, maka bukti yang harus dikumpulkan besar/banyak.
Meningkatnya risiko pemeriksaan yang diterima, akan mengakibatkan risiko
deteksi yang direncanakan juga akan meningkat, dan bukti pemeriksaan yang
direncanakan menurun. Meningkatnya risiko bawaan dan risiko pengendalian,
akan mengakibatkan risiko deteksi yang direncanakan menurun dan bukti
pemeriksaan yang direncanakan meningkat. Demikian sebaliknya. Penjelasan
lebih lengkap mengenai hubungan masing-masing risiko dengan jumlah bukti
pemeriksaan yang direncanakan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Hubungan masing-masing risiko dengan jumlah bukti pemeriksaan
Jumlah Bukti
Kondisi AAR IR CR DR
Pemeriksaan
1 Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah
2 Rendah Rendah Rendah Moderat Moderat
3 Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
4 Moderat Moderat Moderat Moderat Moderat
5 Tinggi Rendah Moderat Moderat Moderat

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 9


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko

Hubungan antara AR, IR, CR dan DR secara kuantitatif akan mempengaruhi lingkup
pengujian terinci. Hubungan tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Tabel 3.3 Pengaruh masing-masing risiko terhadap lingkup pengujian terinci

Lingkup
AR IR CR DR Materialitas
Pengujian

5% 30% L 30% L 56% H Terbatas Tinggi

5% 30% L 70% M 24% M Moderate Moderate

5% 30% L 100% H 17% M Moderate Moderate

5% 70% M 30% L 24% M Moderate Moderate

5% 70% M 70% M 10% M Moderate Moderate

5% 70% M 100% H 7% L Mendalam Rendah

5% 100A% H 30% L 17% M Moderate Moderate

5% 100% H 70% M 7% L Mendalam Rendah

5% 100% H 100% H 5% L Mendalam Rendah

3% 30% L 30% L 33% M Moderate Moderate

3% 30% L 70% M 14% M Moderate Moderate

3% 30% L 100% H 10% M Moderate Moderate

3% 70% M 30% L 14% M Moderate Moderate

3% 70% M 70% M 6% L Mendalam Rendah

3% 70% M 100% H 4% L Mendalam Rendah

3% 100% H 30% L 10% M Moderate Moderate

3% 100% H 70% M 4% L Mendalam Rendah

3% 100% H 100% H 3% L Mendalam Rendah

1% 30% L 30% L 11% M Moderate Moderate

1% 30% L 70% M 5% L Mendalam Rendah

1% 30% L 100% H 3% L Mendalam Rendah

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 10


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko

Lingkup
AR IR CR DR Materialitas
Pengujian

1% 70% M 30% L 5% L Mendalam Rendah

1% 70% M 70% M 2% L Mendalam Rendah

1% 70% M 100% H 1% L Mendalam Rendah

1% 100% H 30% L 3% L Mendalam Rendah

1% 100% H 70% M 1% L Mendalam Rendah

1% 100% H 100% H 1% L Mendalam Rendah

Range untuk DR :
L : 1–9
M : 10 – 40
H : 41 – 56

7) Identifikasi strategi pemeriksaan yang akan dilakukan, serta buat link risiko
yang teridentifikasi ke program pemeriksaan.
Strategi pemeriksaan untuk menentukan sifat, saat, dan seberapa jauh prosedur
pengujian substantif, didasarkan pada masing-masing tingkat risiko deteksi yang
berbeda, contohnya:
Strategi pemeriksaan pada tingkat DR yang rendah
Sifat: Pengujian pemeriksaan atas seluruh asersi signifikan dengan
menggunakan prosedur pemeriksaan sebagai berikut. Pemeriksaan fisik atas
saldo akhir
(1) Reviu eksternal dokumen

(2) Konfirmasi

(3) Reperfomance

Saat: Seluruh pekerjaan yang signifikan dilaksanakan pada akhir tahun.

Luas lingkup: Pengujian yang lebih luas (ekstensif/luas atas akun atau transaksi
yang signifikan.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 11


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko

Strategi pemeriksaan pada tingkat risiko deteksi yang tinggi


Sifat: Pengujian pemeriksaan dengan menggunakan prosedur pemeriksaan
sebagai berikut.

Pemeriksaan fisik (dilakukan pada tahap interim date)


(1) Prosedur analitis

(2) Pengujian substantif atas transaksi dan saldo

Saat: dilaksanakan pada interim dan akhir tahun


Luas lingkup: Pengujian yang lebih terbatas atas akun atau transaksi.
Penilaian risiko ini didokumentasikan dalam Formulir Penilaian Risiko pada tahap
perencanaan, yaitu:
Tabel 3.4 Formulir penilaian resiko

INHERENT
CONTROL RISK
RISK
Saldo Signifi Siklus Risiko
No Akun
(Rp) kansi terkait Gabungan
Identi Identi
H/M/L H/M/L
fikasi fikasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Berikut petunjuk pengisian masing-masing kolom formulir penilaian risiko.


Kolom 1 (Nomor)
Diisi dengan nomor urut.
Kolom 2 (Akun)
Diisi dengan nama akun pada laporan keuangan. Misalnya : group akun Aset Tetap
terdiri dari Sub Akun Tanah, Bangunan, Jalan, Peralatan dan Mesin, serta Konstruksi
dalam Pengerjaan. Maka kolom 2 akan diisi dengan Sub Akun Tanah, Bangunan,
Jalan, Peralatan dan Mesin, dan Konstruksi dalam Pengerjaan.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 12


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko

Kolom 3 (Saldo)
Diisi dari Laporan Keuangan Audited dari periode sebelumnya, dan nantinya harus
disesuaikan dengan kondisi Laporan Keuangan Unaudited periode yang diperiksa.

Kolom 4 (Signifikansi)
Signifikansi akun ditentukan dengan kriteria kuantitatif dan judgement professional
pemeriksa dengan pertimbangan sebagai berikut.
(1) Kriteria kuantitatif adalah planning materiality. Jika saldo akun lebih besar
daripada 50% planning materiality, maka akun tersebut signifikan. Misalnya :
saldo akun piutang Rp60miliar. Planning materiality adalah Rp100miliar,
maka akun piutang signifikan secara kuantitatif (lebih besar dari 50% x
Rp100miliar).
(2) Saldo akun mungkin berada dibawah 50% dari planned materiality, tetapi akun
tersebut dapat menjadi signifikan berdasarkan pertimbangan nilai transaksi yang
besar dan judgement professional pemeriksa. Misalnya: Akun Kas pada
Bendahara Pengeluaran yang bersaldo Rp23juta ditetapkan sebagai akun
signifikan walaupun planned materiality sebesar Rp500miliar. Penetapan ini
karena risiko Kas pada Bendahara Pengeluaran tinggi sehingga adanya
kemungkinan kesalahan yang tinggi pada akun kas ini.
Kolom 5 (Siklus Terkait)
Diisi dengan kegiatan-kegiatan/transaksi yang akan menambah atau mengurangi nilai
akun terkait. Misal:
(1) Akun Kas dipengaruhi transaksi/kegiatan penerimaan (+) dan pengeluaran (-);

(2) Akun Piutang dipengaruhi oleh penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)
yang belum dibayar (+), pelunasan SKPD (-) dan penghapusan piutang (-);
(3) Akun aktiva tetap dapat dipengaruhi oleh transaksi/kegiatan pembelian (+),
pembangunan (+), penghapusan (-), penjualan (-), revaluasi (+/-) dan
inventarisasi (+/-); dan lain-lain.
Kolom 6 (Inherent Risk : Identifikasi)
Untuk mengidentifikasi inherent risk pada kolom ini, hubungkan kegiatan-
kegiatan/transaksi yang mempengaruhi akun sesuai yang tercantum dalam kolom 5
dan sifat/karakteristik dari akun dengan kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan/transaksi tersebut sebelum mempertimbangkan
adanya pengendalian.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 13


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko

Misalnya :
(1) Akun Kas. Apa yang mungkin salah dalam transaksi penerimaan kas. Mungkin
dapat terjadi penerimaan kas kurang daripada seharusnya, penerimaan kas tidak
disetor ke Kas Negara dan tidak dicatat, atau salah rekening. Kemudian apa
yang mungkin salah dalam transaksi pengeluaran kas? Mungkin fiktif, dicuri,
terlalu besar, dan lain-lain.
(2) Akun aktiva tetap (tanah). Apa yang mungkin salah dalam pembelian tanah?
Mungkin tanah dalam sengketa, nilai pembelian lebih besar daripada
seharusnya, dll. Apa yang mungkin salah dalam revaluasi? Mungkin revaluasi
tidak sesuai dengan harga wajar, ada aset yang tidak direvaluasi atau hanya
menggunakan nilai historisnya, dll.
Kolom 7 (Inherent Risk : H/M/L)

Simpulan (High, Medium, Low) berdasarkan pertimbangan pengaruhnya akun dan


siklus terkait ke LK, signifikansi, dan kemungkinan keterjadiannya. Selain itu risiko
bawaan pada akun-akun dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sifat bisnis entitas
(semakin banyak satker maka semakin tinggi risiko bawaan), jenis transaksi rutin/non
rutin, hubungan dengan pihak tertentu dan faktor kecurangan serta penyalahgunaan
aset. Dengan menggunakan pendekatan COSO maka lingkungan pengendalian
yang buruk akan mengakibatkan inherent risk cenderung tinggi.
Untuk akun yang dikategorikan signifikan, dapat dipertimbangkan inherent risk
cenderung medium sampai high.
Kolom 8 (Control Risk : Identifikasi)
Kelemahan yang diidentifikasi bisa berupa ketiadaan sistem yang memadai ataupun
ketidakefektifan pelaksanaan pengendalian. Untuk pemeriksaan selanjutnya, cara
paling sederhana mengidentifikasikan control risk adalah dengan melihat temuan
hasil pemeriksaan sebelumnya.
Kolom 9 (Control Risk : H/M/L)

Simpulan (High, Medium, Low) berdasarkan kelemahan yang ditemukan dari hasil
reviu dan test serta temuan sebelumnya.
Tingkat risiko pengendalian bisa langsung dinyatakan tinggi apabila berdasarkan hasil
reviu tidak terdapat disain pengendalian yang memadai atau terdapat temuan tahun
lalu yang belum selesai ditindaklanjuti oleh entitas.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 14


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko

Namun, pemeriksa tidak bisa langsung menetapkan risiko pengendalian yang rendah
tanpa melakukan pengujian atas pengendalian (test of control). Pengujian
pengendalian ini dilakukan untuk memastikan efektivitas disain pengendalian.
Kesimpulan Control Risk :
(1) Low bila pengendalian didisain dan dilaksanakan secara efektif (tidak ada
temuan SPI).
(2) Medium bila pengendalian didisain dan dilaksanakan, tapi kita tidak cukup yakin
menyatakan telah beroperasi efektif (ada temuan SPI tetapi tidak material).
(3) High bila pengendalian tidak efektif (Temuan SPI material, baik disain maupun
operasinya).
Kolom 10 (Risiko Gabungan)
Isi kolom ini dengan nilai risiko gabungan yang telah diperoleh.
Kolom 11 (Risiko Deteksi)
Risiko deteksi merupakan risiko bahwa pemeriksa tidak dapat mendeteksi salah saji
material pada saat melaksanakan prosedur substantif. Semakin tinggi risiko deteksi,
semakin rendah efektifitas pelaksanaan prosedur substantif. Sebaliknya, semakin
rendah risiko deteksi, semakin tinggi efektivitas pelaksanaan prosedur substantif.
Risiko deteksi berbanding terbalik dengan risiko gabungan. Semakin tinggi risiko
gabungan, maka semakin rendah risiko deteksi. Demikian sebaliknya.
Dengan mempertimbangkan risiko pemeriksaan yang dapat terima dan risiko
gabungan tersebut di atas maka dapat ditentukan risiko deteksi. Secara kualitatif,
hubungan antara risiko deteksi dan risiko gabungan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.5 Hubungan risiko deteksi dan risiko gabungan

Risiko Gabungan Risiko Deteksi

High Low

Medium Medium

Low High

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 15


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko

Kolom 12 (Strategi Pemeriksaan)

Sesuai risk based audit maka penentuan strategi pemeriksaan didasarkan pada
tingkat risiko deteksi pada suatu akun. Semakin rendah risiko deteksi maka semakin
tinggi efektivitas prosedur substantif yang dilaksanakan. Dengan demikian, pemeriksa
bisa mengalokasikan sebagian besar sumber daya baik dari jumlah pemeriksa,
cakupan dan kedalaman prosedur pemeriksaan substantif atas akun tersebut.
Tabel 3.6 Tabel strategi pemeriksaan umum

Risiko
Strategi Pemeriksaan Umum
Deteksi

Rendah • Menjadi fokus pemeriksaan.


• Tidak atau sedikit mengandalkan pengendalian.
• Pengujian Substantif mendalam. Pilih apakah mengutamakan substantif
saldo atau transaksi, atau dua-duanya dengan intensitas yang sama.
Berdasarkan kondisi yang ada, pilih juga penekanan pada asersi
tertentu yang paling berpengaruh, misalnya eksistensi, atau kepemilikan,
sesuai dengan keadaan.
• Prioritas pertama untuk alokasi sumber daya (jumlah dan kualitas)
• Prosedur analitis dan uji akurasi tetap harus dilakukan.

Medium • Walaupun tidak menjadi fokus, tetapi harus ada perhatian yang cukup.
• Sebagian mengandalkan pengendalian.
• Pengujian substantif tidak terlalu mendalam. Pilih apakah
mengutamakan substantif saldo atau transaksi. Berdasarkan kondisi
yang ada, pilih juga penekanan pada asersi tertentu yang paling
berpengaruh, misalnya eksistensi, atau kepemilikan, sesuai dengan
keadaan.
• Sample menengah.
• Prioritas kedua untuk alokasi sumber daya (jumlah dan kualitas).
• Prosedur analitis dan uji akurasi tetap harus dilakukan.

Tinggi • Tidak menjadi fokus pemeriksaan.


• Dapat mengandalkan pengendalian.
• Pengujian substantif terbatas atau tidak dilakukan. Bila dilakukan dapat
hanya substantif saldo saja.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 16


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko

• Sampel kecil atau tidak diuji.


• Prioritas ketiga atau tidak diuji.
• Prosedur analitis dan uji akurasi merupakan prosedur utama.

Strategi diatas merupakan strategi umum. Pemeriksa dapat menambahkan strategi


lain yang lebih spesifik sesuai dengan pertimbangan profesional masing-masing.
Misalnya: untuk akun aset tetap dengan risiko revaluasi tidak wajar, pemeriksa
mengusulkan penggunaan tenaga ahli appraisal dari luar BPK atau dari pemeriksa
BPK yang sudah tersertifikasi penilai aset.
Kolom 13 (Reff Program Pemeriksaan / P2)
Diisi dengan refference pada program pemeriksaan. Misalnya reff pada program
langkah 1.a.1, sesuai dengan indeks di program.

Contoh pengisian Formulir Penilaian Risiko dapat dilihat pada Lampiran 3.4.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 17


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.1

No. Indeks : (3)


Dibuat oleh : (4)
Pemeriksaan atas LKPD..............(1)
Direviu oleh : (5)
Tahun…..(2)
Disetujui oleh : (6)
BPK RI

Penetapan Nilai Risiko Pemeriksaan yang Dapat Diterima

Bobot
No Faktor Kriteria Kondisi Penilaian
1 2 3
Keterjangkauan terhadap
entitas. Semakin sulit suatu
1 Geografis entitas untuk dijangkau, Sulit terjangkau 1
maka bobot penilaiannya
semakin kecil.
Besarnya nilai aset
dibandingkan dengan
entitas sejenis. Semakin
2 Nilai aset Sedang 2
besar nilai aset entitas,
maka bobot penilaiannya
semakin kecil.
Besarnya anggaran yang
dikelola dibandingkan
dengan entitas sejenis.
Anggaran yang
3 Semakin besar nilai Sedang 2
dikelola
anggaran entitas, maka
maka bobot penilaiannya
kecil.
Tingkat Semakin tinggi tingkat
ketergantungan ketergantungan pengguna
Sangat
4 pengguna terhadap atas laporan keuangan 1
tergantung
laporan keuangan entitas, maka bobot
entitas penilaiannya kecil.
Semakin banyak jumlah
satker yang dimiliki suatu
5 Jumlah satker entitas pelaporan, maka Sedikit 3
bobot penilaiannya semakin
kecil.
Semakin buruk hasil
Hasil pemeriksaan pemeriksaan tahun
6 Baik 2
tahun sebelumnya sebelumnya, maka bobot
penilaiannya semakin kecil.
Semakin rendah tingkat
kepastian going
7 Going concern Tinggi 3
concernnya, maka bobot
penilaiannya semakin kecil.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.1

Bobot
No Faktor Kriteria Kondisi
Penilaian
Semakin rendah tingkat
Integritas integritas manajemennya,
8 Tinggi 3
manajemen maka bobot penilaiannya
semakin kecil.
Semakin buruk sistem
Sistem informasi informasi entitas, maka
9 Baik 2
yang digunakan bobot penilaiannya semakin
kecil.
Sub Total 2 8 9
TOTAL 19
Kesimpulan Tingkat AAR Sedang (3%)

Untuk setiap faktor pengukur, terdapat 3 skor sebagai ukuran nilai dari pengaruh faktor
terhadap risiko pemeriksaan yang dapat diterima. Nilai 1 (satu) mewakili nilai risiko
pemeriksaan terendah, dan nilai 3 (tiga) mewakili nilai risiko pemeriksaan tertinggi.
Skor nilai untuk masing-masing faktor pengukur diberikan dengan dasar perbandingan
kriteria dan kondisi yang ada serta menggunakan penilaian profesional. Skor nilai total
untuk keseluruhan faktor kemudian dijumlahkan. Berdasarkan jumlah nilai tersebut,
ditentukan 3 kategori tingkat risiko pemeriksaan dalam 3 rentang nilai sebagai berikut:
9 – 14 : Rendah (1%)
15 – 21 : Sedang (3%)
22 – 27 : Tinggi (5%)

Keterangan:
(1) : Diisi dengan entitas yang diperiksa.
(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP
tersebut.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.2

No. Indeks : (3)


Pemeriksaan atas LKPD..............(1) Dibuat oleh : (4)
Tahun…..(2) Direviu oleh : (5)
BPK RI Disetujui oleh : (6)

Penetapan Nilai Risiko Bawaan

Bobot Penilaian
No. Faktor-faktor Spesifik akun Kriteria Input Akun-akunnya Siklus Terkait
1 2 3
1. Sifat bisnis/industri entitas. Semakin kompleks struktur bisnis Pemahaman 1
entitas maka semakin tinggi risiko entitas.
bawaan akun-akun tertentu.
2. Hasil pemeriksaan Semakin banyak temuan pada Pemantauan Aset tetap masih ada Siklus 3
sebelumnya. tahun sebelumnya atas akun tindak lanjut permasalahan hukum; pencatatan Aset
tersebut, maka semakin tinggi risiko pemeriksaan Persediaan masih belum di Tetap dan
bawaannya. sebelumnya. stock opname Persediaan
3. Integritas personel kunci. Semakin rendah kompetensi dan Pemahaman Akun kas diketahui sangat Siklus kas. 2
pengalaman personil entitas, maka entitas. rentan karena bendaharanya
semakin tinggi risiko bawaannya. belum memiliki keahlian
akuntansi yang memadai.
4. Penugasan pertama vs Penugasan pertama pemeriksaan Pemahaman 1
penugasan berulang. atas suatu entitas akan cenderung entitas
ditetapkan risiko bawaan yang lebih Pemantauan
tinggi daripada entitas yang telah tindak lanjut
diperiksa sebelumnya. pemeriksaan
sebelumnya.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.2

Bobot Penilaian
No. Faktor-faktor Spesifik akun Kriteria Input Akun-akunnya Siklus Terkait
1 2 3
5. Hubungan dengan pihak- Semakin entitas bertransaksi Prosedur Akun aset tetap jalan Siklus 3
pihak terkait. dengan pihak yang mempunyai analitis dan menjadi sangat rentan ketika pengadaan aset
hubungan istimewa maka semakin pemahaman rekanan yang mengerjakan
rentan transaksi dan akun terkait. SPI. proyek tersebut adalah
saudara dari pimpinan
entitas.
6. Jenis-jenis transaksi Semakin tidak sering transaksi Prosedur Akun aset lainnya yang Siklus 2
(rutin/non-rutin) dan tingkat tersebut, maka semakin tinggi analitis. berkurang menjadi rentan penghapusan
kompleksitasnya. risikonya atau semakin kompleks barangkali ada aset yang aset
transaksi, maka semakin tinggi dihapuskan dan dijual
risiko bawaannya. sehingga menimbulkan
pemasukan.
7. Dorongan dan motivasi klien. 3
8. Tingkat subyektivitas atas Semakin subjektif akun tersebut, Pemahaman Akun piutang pajak yang Siklus 3
pertimbangan-pertimbangan maka semakin tinggi risikonya. tujuan berdasarkan asumsi tertentu pendapatan
yang disyaratkan oleh pemeriksaan dari entitas. pajak.
standar akuntansi. dan harapan
penugasan.
9. Tingkat kerentanan terhadap Beberapa jenis aset mempunyai Laporan Kas, Aset tetap dan Siklus 3
pencurian / penyalahgunaan kerentanan tinggi karena mudah inspektorat dan Persediaan pencatatan Kas,
aset. dibawa/dicuri dan mempunyai nilai Laporan Aset Tetap dan
ekonomis tinggi yang internal SKPD Persediaan
mengakibatkan tingginya risiko atas kehilangan Siklus
bawaaan. pengadaan aset
tetap dan
persediaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.2

Bobot Penilaian
No. Faktor-faktor Spesifik akun Kriteria Input Akun-akunnya Siklus Terkait
1 2 3
10 Faktor-faktor terkait dengan Semakin rentan siklus/akun Prosedur Akun aset tak berwujud Siklus 1
salah saji dikarenakan terhadap manipulasi atau kerugian analitis. berdasar prosedur analitis penghapusan
adanya kecurangan pada saat dilakukan prosedur terjadi mutasi kurang, maka asset.
terhadap laporan keuangan. analitis, maka semakin tinggi risiko harus diteliti aset tersebut
bawaannya. apakah dihapuskan atau
ditransfer keluar entitas.
Sub Total 3 4 15
TOTAL 22
Kesimpulan Tingkat IR Sedang (70%)

Untuk setiap faktor pengukur, terdapat 3 skor sebagai ukuran nilai dari pengaruh faktor terhadap risiko pemeriksaan yang dapat diterima. Nilai 1 (satu) mewakili nilai
risiko bawaan terendah, dan nilai 3 (tiga) mewakili nilai risiko bawaan tertinggi. Skor nilai untuk masing-masing faktor pengukur diberikan dengan dasar perbandingan
kriteria dan kondisi yang ada serta menggunakan penilaian profesional. Skor nilai total untuk keseluruhan faktor kemudian dijumlahkan. Berdasarkan jumlah nilai
tersebut, ditentukan 3 kategori tingkat risiko bawaan dalam 3 rentang nilai:
10 – 16 : Rendah (30%)
17 – 23 : Sedang (70%)
24 –30 : Tinggi (100%)
Keterangan:
(1) : Diisi dengan entitas yang diperiksa.
(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP tersebut.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.3

No. Indeks : (3)

Pemeriksaan atas LKPD..............(1) Dibuat oleh : (4)

Tahun…..(2) Direviu oleh : (5)

BPK RI Disetujui oleh : (6)

Dokumentasi Strategi Pemeriksaan Terinci Berdasarkan Risiko

Saldo Siklus IR CR Risiko Risiko Strategi Reff


No Akun Signifikansi Akun
(Rp) terkait Identifikasi H/M/L Identifikasi H/M/L Gabungan Deteksi Pemeriksaan P2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Keterangan:
(1) : Diisi dengan entitas yang diperiksa.
(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP tersebut.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.3

Petunjuk Pengisian Formulir Penilaian Risiko

Berikut petunjuk pengisian masing-masing kolom formulir penilaian risiko.


Kolom 1 (Nomor)
Diisi dengan nomor urut.

Kolom 2 (Akun)
Diisi dengan nama akun pada laporan keuangan. Misalnya : group akun Aset Tetap terdiri dari Sub Akun Tanah, Bangunan, Jalan, Peralatan dan Mesin, serta
Konstruksi dalam Pengerjaan. Maka kolom 2 akan diisi dengan Sub Akun Tanah, Bangunan, Jalan, Peralatan dan Mesin, dan Konstruksi dalam Pengerjaan.
Pemeriksa dapat mempertimbangkan apakah menggunakan grup Aset Tetap atau masing-masing jenis aset, tergantung pada keadaan di lapangan.

Kolom 3 (Saldo)
Diisi dari Laporan Keuangan Audited tahun 2009, dan nantinya harus disesuaikan dengan kondisi Laporan Keuangan Unaudited Tahun 20xx.

Kolom 4 (Signifikansi)
Signifikansi akun ditentukan dengan kriteria kuantitatif dan judgement professional pemeriksa dengan pertimbangan sebagai berikut.
1) Kriteria kuantitatif adalah planning materiality. Jika saldo akun lebih besar daripada 50% planning materiality maka akun tersebut signifikan. Misalnya : saldo akun
piutang Rp 60 miliar. Planning materiality adalah Rp100 miliar, maka akun piutang signifikan secara kuantitatif (lebih besar dari 50% x Rp100 miliar).
2) Saldo akun mungkin berada dibawah 50% dari planned materiality, tetapi akun tersebut dapat menjadi signifikan berdasarkan pertimbangan nilai transaksi yang
besar dan judgement professional pemeriksa. Misalnya: Akun kas bendahara pengeluaran yang bersaldo Rp23 juta ditetapkan sebagai akun signifikan walaupun
planned materiality sebesar Rp500 miliar. Penetapan ini karena risiko kas di Bendahara Pengeluaran tinggi sehingga adanya kemungkinan kesalahan yang tinggi
pada akun kas ini.

Kolom 5 (Siklus Terkait)


Diisi dengan kegiatan-kegiatan/transaksi yang akan menambah atau mengurangi nilai akun terkait.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.3

Misal:
1) Akun Kas dipengaruhi transaksi/kegiatan penerimaan (+) dan pengeluaran (-);
2) Akun piutang dipengaruhi oleh Surat Ketetapan Pajak Daerah yang belum dibayar (+), pelunasan piutang pajak (-) dan penghapusan piutang (-);
3) Akun aktiva tetap dapat dipengaruhi oleh transaksi/kegiatan pembelian (+), pembangunan (+), penghapusan (-), penjualan (-), revaluasi (+/-) dan inventarisasi
(+/-); dan lain-lain.

Kolom 6 (Inherent Risk : Identifikasi)


Untuk mengidentifikasi inherent risk, hubungkan kegiatan-kegiatan/transaksi yang mempengaruhi akun sesuai yang tercantum dalam kolom 5 dan sifat/karakteristik dari
akun dengan kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan/transaksi tersebut sebelum mempertimbangkan adanya pengendalian.
Misalnya :
1) Akun Kas. Pikirkan apa yang mungkin salah dalam transaksi penerimaan kas. Mungkin dapat terjadi penerimaan kas kurang daripada seharusnya, penerimaan kas
tidak disetor ke Kas Negara dan tidak dicatat, atau salah rekening. Kemudian pikirkan apa yang mungkin salah dalam transaksi pengeluaran kas? Mungkin fiktif,
dicuri, terlalu besar, dan lain-lain.
2) Akun aktiva tetap (tanah). Apa yang mungkin salah dalam pembelian tanah? Mungkin tanah dalam sengketa, nilai pembelian lebih besar daripada seharusnya, dll.
Apa yang mungkin salah dalam revaluasi? Mungkin revaluasi tidak sesuai dengan harga wajar, ada asset yang tidak direvaluasi atau hanya menggunakan nilai
historisnya, dll.

Kolom 7 (Inherent Risk : H/M/L)


Simpulan (High, Medium, Low) berdasarkan pertimbangan pengaruhnya akun dan siklus terkait ke LK, signifikansi, dan kemungkinan keterjadiannya. Selain itu risiko
bawaan pada akun-akun dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sifat bisnis entitas (semakin banyak satker maka semakin tinggi risiko bawaan), jenis transaksi rutin/non
rutin, hubungan dengan pihak tertentu dan faktor kecurangan serta penyalahgunaan aset.
Dengan menggunakan pendekatan COSO maka lingkungan pengendalian yang buruk akan mengakibatkan inheren risk cenderung tinggi.
Contoh : Akun aktiva tetap (Konstruksi dalam Pengerjaan/KDP). Inherent Risk misalnya pembayaran KDP tidak sesuai dengan kemajuan fisik pekerjaan. Pengaruh ke
L/K adalah nilai KDP terlalu tinggi, nilai TE signifikan, dan kemungkian keterjadian tinggi. Dengan pertimbangan tersebut, pemeriksa menetapkan IR High.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.3

Contoh lain, Menteri yang berafiliasi pada satu parpol, dapat mengakibatkan risiko belanja sosial cenderung tinggi, karena ada kemungkinan belanja sosial untuk
kepentingan karir politik sang menteri kepada konstituennya.
Untuk akun yang dikategorikan signifikan, dapat dipertimbangkan inheren risk cenderung medium sampai high.

Kolom 8 (Control Risk : Identifikasi)


Pada pemeriksaan pertama kali, pemeriksa dapat melakukan dokumentasi sistem pengendalian untuk mengidentifikasi pengendalian-pengendalian yang diterapkan
entitas dalam rangka memitigasi risiko bawaaan yang telah diidentifikasi diatas. Berdasarkan dokumentasi tersebut, pemeriksa melakukan analisis mengenai disain
sistem yang ada dan menguji efektivitas pelaksanaannya. Kelemahan yang diidentifikasi bisa berupa ketiadaan sistem yang memadai ataupun ketidakefektifan
pelaksanaan pengendalian.
Untuk pemeriksaan selanjutnya, cara paling sederhana mengidentifikasikan control risk adalah dengan melihat temuan hasil pemeriksaan sebelumnya.
Contoh : Persediaan.
Dalam pemeriksaan pertama kali, berdasarkan reviu prosedur, wawancara, dan hasil walkthrough, entitas tidak melakukan stock opname pada akhir tahun. Catatan
persediaan di gudang pun tidak tersedia secara lengkap.

Kolom 9 (Control Risk : H/M/L)


Simpulan (High, Medium, Low) berdasarkan kelemahan yang ditemukan dari hasil reviu dan test serta temuan sebelumnya.
Tingkat risiko pengendalian bisa langsung dinyatakan tinggi apabila berdasarkan hasil reviu tidak terdapat disain pengendalian yang memadai atau terdapat temuan
tahun lalu yang belum selesai ditindaklanjuti oleh entitas.
Namun, pemeriksa tidak bisa langsung menetapkan risiko pengendalian yang rendah tanpa melakukan pengujian atas pengendalian (test of control). Pengujian
pengendalian ini dilakukan untuk memastikan efektivitas disain pengendalian.
Kesimpulan Control Risk :
1) Low bila pengendalian didisain dan dilaksanakan secara efektif (tidak ada temuan SPI)
2) Medium bila pengendalian didisain dan dilaksanakan, tapi kita tidak cukup yakin menyatakan telah beroperasi efektif (ada temuan SPI tetapi tidak material)
3) High bila pengendalian tidak efektif (Temuan SPI material, baik disain maupun operasinya).

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.3

Kolom 10 (Risiko Gabungan)


Isi dengan risiko gabungan yang telah ditetapkan

Kolom 11 (Risiko Deteksi)


Risiko deteksi berbanding terbalik dengan risiko gabungan. Semakin tinggi risiko gabungan, maka semakin rendah risiko deteksi. Demikian sebaliknya. Dengan
mempertimbangkan risiko pemeriksaan yang dapat terima dan risiko gabungan tersebut di atas maka dapat ditentukan risiko deteksi. Secara kualitatif, hubungan antara
risiko deteksi dan risiko gabungan adalah sebagai berikut:
Risiko Gabungan Risiko Deteksi
High Low
Medium Medium
Low High

Kolom 12 (Strategi Pemeriksaan)


Sesuai risk based audit maka penentuan strategi pemeriksaan didasarkan pada tingkat risiko deteksi pada suatu akun. Semakin rendah risiko deteksi maka semakin
tinggi efektivitas prosedur substantif yang dilaksanakan. Dengan demikian, pemeriksa bisa mengalokasikan sebagian besar sumber daya baik dari jumlah pemeriksa,
cakupan dan kedalaman prosedur pemeriksaan substantif atas akun tersebut.
Risiko Deteksi Strategy Pemeriksaan Umum
Rendah • Menjadi fokus pemeriksaan
• Tidak atau sedikit mengandalkan pengendalian.
• Pengujian Substantif mendalam. Pilih apakah mengutamakan substantif saldo atau transaksi, atau dua-duanya dengan intensitas yang
sama. Berdasarkan kondisi yang ada, pilih juga penekanan pada asersi tertentu yang paling berpengaruh, misa4lnya eksistensi, atau
kepemilikan, sesuai dengan keadaan.
• Prioritas pertama untuk alokasi Sumber daya (jumlah dan kualitas)
• Prosedur analitis dan uji akurasi tetap harus dilakukan.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.3

Risiko Deteksi Strategy Pemeriksaan Umum


Medium • Walaupun tidak menjadi fokus, tetapi harus ada perhatian yang cukup.
• Sebagian mengandalkan pengendalian.
• Pengujian substantif tidak terlalu mendalam. Pilih apakah mengutamakan substantif saldo atau transaksi. Berdasarkan kondisi yang ada,
pilih juga penekanan pada asersi tertentu yang paling berpengaruh, misalnya eksistensi, atau kepemilikan, sesuai dengan keadaan.
• Sample menengah
• Prioritas kedua untuk alokasi sumber daya (jumlah dan kualitas)
• Prosedur analitis dan uji akurasi tetap harus dilakukan.
Tinggi • Tidak menjadi fokus pemeriksaan.
• Dapat mengandalkan pengendalian.
• Pengujian substantif terbatas atau tidak dilakukan. Bila dilakukan dapat hanya substantive saldo saja.
• Sampel kecil atau tidak diuji.
• Prioritas ketiga atau tidak diuji.
• Prosedur analitis dan uji akurasi merupakan prosedur utama.

Strategi diatas merupakan strategi umum. Pemeriksa dapat menambahkan strategi lain yang lebih spesifik sesuai dengan pertimbangan profesional masing-masing.
Misalnya: untuk akun aset tetap dengan risiko revaluasi tidak wajar, pemeriksa mengusulkan penggunaan tenaga ahli appraisal dari luar BPK atau dari pemeriksa BPK
yang sudah tersertifikasi penilai aset.

Kolom 13 (Reff Program Pemeriksaan/P2)


Diisi dengan reference pada program pemeriksaan. Misalnya reff pada program langkah 1.a.1, sesuai dengan indeks di program.
Contoh penilaian risiko beserta P2 dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2.
Contoh Dokumentasi Strategi Pemeriksaan Terinci Berdasarkan Risiko untuk Kabupaten A TA 2010 dapat dilihat pada contoh berikut (di halaman selanjutnya):

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.3

FORMULIR PENILAIAN RISIKO


Entitas : Kabupaten ABCD Indeks A.09
Tahun Buku : 2010 Dibuat oleh :
Direviu oleh :
Disetujui oleh :

INHERENT RISK CONTROL RISK Risiko Risiko Strategi


No Akun Saldo (Juta Rp) Signifikan Siklus terkait Ref P2
Identifikasi H/M/L Identifikasi / Kelemahan H/M/L Gabungan Deteksi Pemeriksaan
1 2 3 4 5 6 7 10 9 11 12
 ASET LANCAR
Kas di Kasda 98.291,93 Ya Penerimaan Kas - Pengeluaran kas daerah tidak H - Terdapat penerimaan dana H H L - Menjadi fokus pemeriksaan
menggunakan SP2D dan BG Jamkesmas dan retribusi pelayanan
kesehatan yang tidak masuk rekening
kas daerah (penggunaan langsung)

Pengeluaran Kas - Pengeluaran tidak dianggarkan -. Terdapat sisa UUDP yang terlambat
dalam APBD dan belum disetorkan oleh bendahara
SKPD

- Penerimaan daerah tidak masuk - penggunaan Dana Dana Bantuan


rekening kas daerah Bencana Alam yang diterima dari Badan
Nasional Penanggulangan Bencana
pada Dinas PU tidak melalui mekanisme
APBD sehingga tidak dicatat dan
diungkapkan dalam Laporan Keuangan

- Penggunaan langsung penerimaan


dan pengeluaran sehingga tidak
tercatat di Kas Daerah

-Adanya rekening di luar rekening


kas daerah yang tidak dilaporkan
(rekening liar)

- Perbedaan jumlah kas di Neraca


dengan versi bank (konfirmasi Bank)

- Penggelapan uang kas di


bendahara.
- Saldo kas yang dilaporkan dalam
laporan keuangan dikuasai oleh
pihak lain secara tidak sah.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.3

INHERENT RISK CONTROL RISK Risiko Risiko Strategi


No Akun Saldo (Juta Rp) Signifikan Siklus terkait Ref P2
Identifikasi H/M/L Identifikasi / Kelemahan H/M/L Gabungan Deteksi Pemeriksaan
1 2 3 4 5 6 7 10 9 11 12
  - Kas milik pemda yang dikuasai
pihak lain tidak dicatat

- Penerimaan dan pengeluaran kas


di Kas Daerah direalisasikan dan
dicatat tidak berdasarkan bukti yang
memadai, dintaranya dokumen
pendukung dalam bentuk bukti
penerimaan dan pengeluaran yang
belum diotorisasi oleh pejabat yang
berwenang

-Pemalsuan dokumen transaksi


penerimaan dan pengeluaran kas

- Salah penghitungan (overstated


dan understated)

Kas di 720,593 Ya - Pembentukan dana UP - Penggunaan fiktif M - Bendahara terlambat dalam M M M - Tidak menjadi fokus pemeriksaan, tetapi tetap
Bendaharawan meyetorkan UUDP mendapat perhatian
Pengeluaran - Pengeluaran kas - Pengeluaran Tidak semestinya - Prosedur pengujian subtantive terbatas dengan
(Kas bon) penekanan pada asersi kelengkapan dan
eksistensi dan bukti setor UUDP di tahun 2011

- Pencatatan dan pelaporan Aset - Tidak ada pertangungjawaban sebagian pengujian mendalkan pengendalian
penggunaan

- Sisa UP tidak disetor atau salah sampel dalam jumlah menengah


rekening penyetoran
- Kas di brankas hilang prosedur analitis dan uji akurasi tetap dilakukan

- Pengeluaran tidak bisa ditagihkan

- Ketidakcukupan pengungkapan

Kas di 0,00 Tidak - Penerimaan Kas - Penggunaan langsung H Tidak ada temuan untuk akun ini L L H - Tidak menjadi fokus audit
Bendaharawan
- Pencatatan Pendapatan yang - Penggelapan
Penerimaan
Ditangguhkan
- Tidak ada pertanggungjawaban
penggunaannya

- Tidak dicatat atau menunda


pencatatan (lapping)
- Ditunda atau salah rekening saat
penyetoran

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.3

INHERENT RISK CONTROL RISK Risiko Risiko Strategi


No Akun Saldo (Juta Rp) Signifikan Siklus terkait Ref P2
Identifikasi H/M/L Identifikasi / Kelemahan H/M/L Gabungan Deteksi Pemeriksaan
1 2 3 4 5 6 7 10 9 11 12
  Piutang Pajak 536,30 Ya - Penagihan Pajak - Piutang tidak didukung bukti yang H - Dispenda tidak melakukan Konfirmasi H H L - Menjadi fokus audit
valid penerimaan PPJ dari PLN tiap bulannya
.

- Pencatatan dan pelaporan - Penghapusan ilegal - Pengujian dengan prosedur analitis


piutang atau estimasi piutang
- Penghapusan piutang - Pengungkapan tidak memadai. - Pengujian subtantif atas saldo dan transaksi
dengan penekanan pada asersi kelengkapan,
penilaian, keterjadian dan pengungkapan

Piutang Lainnya 7881,339 Ya - Penerimaan Kas - Piutang tidak tercatat M Tidak ada temuan untuk akun ini L L H - Tidak menjadi fokus audit
- Pencatatan dan penghapusan - Penghapusan illegal - Pengujian dengan prosedur analisis dan uji
piutang akurasi merupakan prosedur utama

Pengujian substantif terbatas hanya pada saldo


saja

Persediaan 3.361,20 Ya - Penerimaan barang - Barang hilang M Beberapa SKPD tidak melakukan cek H H L - menjadi fokus audit
fisik pada 31-12-2010

- Pendistribusian - Salah catat dan pengungkapan Bendahara Barang tidak tertib membuat - Pengujian substantif secara mendalam dengan
laporan mutasi barang prosedur analisis dan uji akurasi dengan
penekanan pada asersi eksistensi dan penilaian

- Pelaporan SKPD tidak tertib melaporkan Tidak mengandalkan pengendalian yang ada
persediaan 31-12-2010 ke Bagian
Keuangan

- Inventarisasi Jumlah sampel yang banyak

INVESTASI JANGKA PANJANG


Investasi Non 400,00 Ya - Pengeluaran Kas - Pengelolaan Dana Investasi tidak H - Terdapat penerimaan dana H H L - Menjadi fokus audit
Permanen tertib Jamkesmas dan retribusi pelayanan
kesehatan yang tidak masuk rekening
kas daerah (penggunaan langsung)

- Penerimaan Kas - Tidak ada pertanggungjawaban - Pengujian subtantif secara mendalam atas
penggunaannya saldo dan transaksi dengan penekanan pada
asersi kelengkapan, penilaian, keterjadian dan
pengungkapan

- Tidak dicatat atau menunda pengujian tdk mengandalkan pengendalian


pencatatan (lapping)
- Ditunda atau salah rekening saat
penyetoran
- Persetujuan pengeluaran dana
untuk investasi

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.3

INHERENT RISK CONTROL RISK Risiko Risiko Strategi


No Akun Saldo (Juta Rp) Signifikan Siklus terkait Ref P2
Identifikasi H/M/L Identifikasi / Kelemahan H/M/L Gabungan Deteksi Pemeriksaan
1 2 3 4 5 6 7 10 9 11 12
  Investasi Permanen 403,00 Ya - Pengeluaran Kas - Pengelolaan Dana Investasi tidak H Tidak ada temuan untuk akun ini L L H - Tidak menjadi fokus audit
tertib
- Tidak dicatat atau menunda
pencatatan (lapping)
- Ditunda atau salah rekening saat
penyetoran

ASET TETAP
6.681,72 Ya - Pengeluaran Kas - Pembelian dengan harga tidak H - Prosedur rekonsiliasi antara Bidang H H L - Menjadi fokus audit dan tidak mengandalkan
wajar Perlengkapan dan Bidang Keuangan cq pengendalian
Akuntansi tidak optimal dan sampai
dengan audit interim berakhir, bagian
perlengkapan belum membuat Buku
Inventaris Pemda

Tanah - Pencatatan dan penghapusan - Inventarisasi tidak lengkap - Belum dilakukan sertifikasi atas tanah - Pengujian substantif baik untuk transaksi
Aset Tetap yang dimiliki Pemda maupun saldo, dengan menekankan pada
eksistensi, valuasi,dan kepemilikan
pengungkapan

- Tanah tidak tercatat dan tidak - Apprisal baru dilakukan 4 dari 7 - Jumlah sampel banyak
dilaporkan kecamatan atas aset hibah dari
Lampung Selatan, dan atas hasil
apprisal ini belum dicacat pada Neraca

- Kapitalisasi tidak dibukukan


- Valuasi tidak terlalu rendah/tinggi

41.680,84 - Penghapusan ilegal


Peralatan dan Mesin - Tidak didukung bukti kepemilikan

- Dikuasai pihak lain


27.186,89
Gedung dan
Bangunan

83.750,47
Jalan. Irigasi dan
Jaringan

9.862,60
Aset Tetap lainnya

Konstruksi Dalam 10.677.685,00 Terdapat pekerjaan Kantor Bupati yg


Pengerjaan belum selesai tetapi tidak tercatat pada
penambahan KDP di neraca

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.3

INHERENT RISK CONTROL RISK Risiko Risiko Strategi


No Akun Saldo (Juta Rp) Signifikan Siklus terkait Ref P2
Identifikasi H/M/L Identifikasi / Kelemahan H/M/L Gabungan Deteksi Pemeriksaan
1 2 3 4 5 6 7 10 9 11 12
 
 ASET LAINNYA   
Tagihan Piutang 0,00 Tidak Penerimaan kas dan Tidak tercatat dan dilaporkan L Tidak ada temuan untuk akun ini L L H Tidak Menjadi Fokus Audit
Penjualan Angsuran pencatatan/penghapusan aset

Tagihan Tuntutan 8.677,50 Tidak Penerimaan kas dan Tidak tercatat dan dilaporkan L Tidak ada temuan untuk akun ini L L H Tidak menjadi Fokus audit
Ganti Kerugian pencatatan/penghapusan aset
Daerah

Aset Lain-Lain 0,00 Tidak Penerimaan kas dan Tidak tercatat dan dilaporkan L Tidak ada temuan untuk akun ini L L H Tidak menjadi Fokus audit
pencatatan/penghapusan aset

 KEWAJIBAN   
Utang Perhitungan 24,21 Tidak Pengeluaran Kas Tidak tercatat dan dilaporkan L Terdapat setoran pajak atas SP2D yang L L H Tidak menjadi Fokus audit
Pihak Ketiga batal

Utang Jangka 9.313,74 Ya Pengeluaran Kas - Pembayaran utang retensi sesuai M Tidak ada temuan untuk akun ini M M M - Tidak menjadi fokus pemeriksaan, tetapi tetap
Pendek Lainnya dengan prestasi fisik mendapat perhatian

PENDAPATAN  
Pendapatan Asli 13.229,97 Ya Penerimaan Kas - PAD tidak ditagih dan tidak disetor H - untuk Retribusi tidak melalui H H L - menjadi fokus audit
Daerah ke Kasda/rekening penerimaan penetapan SKRD tetapi hanya melalui
kuitansi/tanda terima

Pencatatan dan pelaporan piutang - PAD tidak disetor ke rekening - PAD yang dipungut oleh SKPD disetor - pengujian subtantive untuk saldo dan transaksi
kasda kepada Dispenda, tidak langsung ke dengan menekankan pada asersi kelengkapan
Rekening Kas Daerah, dan kemudian dan keterjadian.
Dispenda yg menyetorkan ke Kas
Daerah. Atas penyetoran SKPD kepada
Dispenda tidak dilakukan rekonsiliasi
penerimaan

- Perhitungan tarif tidak sesuai - Sample luas dengan jumlah yang banyak
dengan ketentuan
- Perbedaan pencatatan antara - Terdapat penggunaan langsung atas
SKPD Pengelola dengan BUD retribusi pelayanan umum dan retribusi
calon pengantin pada Dinas Kesehatan

- SKP-D digunakan hanya untuk


kelengkapan administrasi, bukan
menjadi dasar pemungutan pajak
daerah.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.3

INHERENT RISK CONTROL RISK Risiko Risiko Strategi


No Akun Saldo (Juta Rp) Signifikan Siklus terkait Ref P2
Identifikasi H/M/L Identifikasi / Kelemahan H/M/L Gabungan Deteksi Pemeriksaan
1 2 3 4 5 6 7 10 9 11 12
 
Pendapatan Transfer 492.339,20 Ya Penerimaan Kas - DBH, DAU, dan DAK tidak disetor H - DBH 2010 belum disetor sepenuhnya H H L - Menjadi fokus audit dan tidak dapat
ke rekening kasda oleh provinsi mengandalkan pengendalian

Pencatatan dan pelaporan piutang - Perhitungan tarif tidak sesuai - Bagian Keuangan kurang melakukan - pengujian subtantive untuk saldo dan transaksi
dengan ketentuan koordinasi dengan BUD Provinsi untuk dengan menekankan pada asersi kelengkapan
mengetahui hak Kab. Pesawaran atas dan keterjadian.
pendapatan transfer dari Provinsi

- Perbedaan pencatatan antara BKU


BUD dengan R/K Kasda

Lain-lain 8.000,00 Tidak Pencatatan dan pelaporan Tidak tercatat dan dilaporkan L Tidak pernah ada temuan mengenai hal L L H - Tidak menjadi fokus audit dan mengandalkan
Pendapatan yang ini pengendalian
sah
- Pengujian subtantif dilakukan dengan prosedur
analitis dan uji akurasi.
 BELANJA
Belanja Pegawai 299.162,15 Ya - Pengeluaran Kas - Pembayaran gaji kepada pegawai M Tidak pernah ada temuan mengenai hal L L H - Tidak menjadi fokus audit dan mengandalkan
yang tidak aktif ini pengendalian
- Pencatatan dan Pelaporan - Perhitungan gaji salah - Pengujian subtantif dilakukan dengan prosedur
Kewajiban analitis dan uji akurasi.

Belanja Barang 79.479,38 Ya - Pengeluaran kas - SPJ fiktif H Pekerjaan Jasa Konsultan tidak M H L - Menjadi fokus audit
dikapitalisasi ke aset
Akun terkait: - Pencatatan dan pelaporan Aset - Pembebanan mata anggaran tidak Pekerjaan Rehab bangunan tidak - Pengujian subtantive untuk saldo dan transaksi
Tetap tepat dikapitalisasi ke aset dengan menekankan pada asersi kelengkapan
dan keterjadian. Lihat pula strategi audit untuk
persediaan dan aktiva tetap (jika ada).

Persediaan - Barang tidak tepat jumlah, waktu - Jumlah sampel banyak


dan mutu
Kas di Bendahara
Pengeluaran

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.3

INHERENT RISK CONTROL RISK Risiko Risiko Strategi


No Akun Saldo (Juta Rp) Signifikan Siklus terkait Ref P2
Identifikasi H/M/L Identifikasi / Kelemahan H/M/L Gabungan Deteksi Pemeriksaan
1 2 3 4 5 6 7 10 9 11 12
  Belanja Modal 99.478,95 Ya - Pengeluaran kas - Belanja Modal Fiktif H - Prosedur Rekonsiliasi antara Bidang H H L - Menjadi fokus audit dan tidak dapat
Perlengkapan dan Bidang Akuntansi mengandalkan pengendalian
tidak optimal dan sampai dengan audit
interim berakhir Bagian Perlengkapan
Belum dapat menyusun daftar inventaris
Pemda

Akun terkait: - Pencatatan dan pelaporan Aset -Terdapat pengadaan belanja modal yg - Pengujian subtantive untuk saldo dan transaksi
Tetap realisasinya diberikan kepada kelompok dengan menekankan pada asersi kelengkapan
masyarakat dan masih tercatat pada dan keterjadian. Lihat pula strategi audit untuk
aset Neraca Pemda aset tetap dan aktiva tidak berwujud (jika ada)

Aset Tetap - Pembebanan mata anggaran tidak Pekerjaan Lapen pada Dinas PU batal - Sample luas dan jumlahnya banyak
tepat direalisasikan karena ketidakmampuan
kontraktor. Atas kejadian ini jaminan
pelaksanaan belum dicairkan oleh PPTK

Aset Tidak Berwujud - Tidak mengandalkan pengendalian

- Pencatatan dan pelaporan

- Aset yang diterima tidak tepat


jumlah, waktu dan mutu

 Untuk Semua Akun dan non Akun 


Risiko Konsolidasi - - - Konsolidasi laporan dari SKPD - Data yang disampaikan tidak H Laporan Keuangan SKPD tidak M H L - Menjadi fokus audit.
sampai dengan BUD lengkap/salah/valid. digunakan oleh Bagian Keuangan
dikarenakan tidak sesuai dengan SAP

- Penyusunan laporan keuangan - Uji kelengkapan pengiriman ADK dan laporan


secara berjenjang. keuangan untuk setiap sakter.
- Bila dimungkinkan, dilakukan analisis
menggunakan TABK

Pengungkapan - - Proses Penyusunan laporan Pengungkapan yang tidak memadai, H - Pengungkapan kebijakan akuntansi H H L - Menjadi fokus audit.
keuangan konsolidasian mencukupi atau berlebihan tidak lengkap

- penggunaan Dana Dana Bantuan Prosedur analitis dan uji akurasi menjadi fokus
Bencana Alam yang diterima dari Badan utama
Nasional Penanggulangan Bencana
pada Dinas PU tidak melalui mekanisme
APBD sehingga tidak dicatat dan
diungkapkan dalam Laporan Keuangan

- penggunaan Dana Jamkesmas pada - Mengevaluasi LK & CALK dan mengidentifikasi


Puskesmas tidak melalui mekanisme hal2 relevan yang perlu diungkapkan tetapi belum
APBD sehingga tidak dicatat dan diungkapkan
iungkapkan dalam Laporan Keuangan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 4 Materialitas dan Tolerable Error

BAB 4
MATERIALITAS DAN TOLERABLE ERROR

4.1 Gambaran Umum

Standar Pemeriksan Keuangan Negara (SPKN) mensyaratkan pemeriksa


untuk merencanakan pemeriksaan sebaik-baiknya, menguji pengendalian intern,
dan memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk dapat menyatakan suatu
pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa. Dalam pelaksanaan pemeriksaan
tersebut, biasanya pemeriksa selalu dihadapkan dengan berbagai keterbatasan
seperti waktu, sumber daya manusia, dan biaya sehingga pemeriksa tidak mungkin
melakukan pengujian atas seluruh transaksi dalam suatu entitas yang diperiksa.
Keterbatasan tersebut menimbulkan kebutuhan bagi pemeriksa untuk
mempertimbangkan “materialitas” dalam pemeriksaan.

Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi


penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin
dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan atas informasi tersebut. Dalam penetapan materialitas pada
pemeriksaan atas laporan keuangan, BPK telah menetapkan Petunjuk Teknis
(juknis) Nomor 100.003/2008 dengan Keputusan BPK Nomor 05/K/I-VIII.2/5/2008
tanggal 30 Mei 2008. Hal yang diatur dalam juknis meliputi penetapan dasar
materialitas, tingkat materialitas, penentuan materialitas awal (planning
materiality/PM) dan kesalahan yang dapat ditoleransi (tolerable error/TE).
Sesuai dengan juknis tersebut, konsep materialitas juga dapat
dikelompokkan menjadi:
1) Materialitas kuantitatif; materialitas yang menggunakan ukuran kuantitatif
tertentu seperti nilai uang, jumlah waktu, frekuensi maupun jumlah unit.
2) Materialitas kualitatif; materialitas yang menggunakan ukuran kualitatif yang
lebih ditentukan pada pertimbangan profesional. Pertimbangan profesional
tersebut didasarkan pada cara pandang, pengetahuan, dan pengalaman pada
situasi dan kondisi tertentu.

Penerapan materialitas pada bab ini lebih ditujukan untuk perencanaan pemeriksaan
yang meliputi kedalaman dan cakupan pemeriksaan. Sedangkan penerapan
materialitas untuk tujuan penentuan opini dapat dilihat pada Bab 9 Panduan
Penyusunan Opini.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 4 Materialitas dan Tolerable Error

Perlu dipahami bahwa dalam konsep pemeriksaan berbasis risiko, ada


hubungan kait mengait antara penentuan materialitas dengan tingkat risiko,
cakupan pemeriksaan, dan uji petik (sampling) pemeriksaan. Penentuan tingkat
risiko diharapkan dapat diselesaikan pada pemeriksaan pendahuluan atas LKPD,
sehingga informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk penyusunan (pemutakhiran)
program pemeriksaan terinci atas LKPD yang dilaksanakan kemudian.
Penilaian risiko yang memadai pada tahap perencanaan pemeriksaan
diharapkan dapat membantu auditor untuk merancang prosedur pemeriksaan yang
dapat mendeteksi adanya risiko salah saji material dalam laporan keuangan.
Prosedur pemeriksaan dengan pendekatan risk based auditing yang memfokuskan
pemeriksaan pada area-area yang berisiko tinggi akan semakin meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pemeriksaan dan permasalahan keterbatasan sumber daya
akan dapat teratasi.

4.2 Konsep Materialitas

4.3.1 Materialitas Kuantitatif

Dalam konsep materialitas secara kuantitatif, pemeriksa melakukan


langkah-langkah yaitu penentuan dasar penetapan materialitas, penentuan
tingkat materialitas, penetapan nilai materialitas awal dan penetapan kesalahan
yang dapat ditoleransi.
4.3.1.1 Dasar Penetapan Materialitas
Juknis memberikan panduan bahwa penentuan dasar penetapan
materialitas dapat menggunakan nilai laba bersih sebelum pajak, total aset,
ekuitas, total penerimaan, atau total belanja/biaya. Dalam memutuskan nilai yang
akan dijadikan dasar, pemeriksa sebaiknya mempertimbangkan:
1) Karakteristik (sifat, besar dan tugas pokok) dan lingkungan entitas yang
diperiksa;
2) Area dalam laporan keuangan yang akan lebih diperhatikan oleh pengguna
laporan keuangan;
3) Kestabilan atau keandalan nilai yang akan dijadikan dasar.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 4 Materialitas dan Tolerable Error

Bervariasinya acuan dasar penetapan materialitas sebagaimana


dikemukakan di atas, perlu diseragamkan dengan memilih dasar yang paling
sesuai dengan karakteristik pemeriksaan LKPD. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, dalam pemeriksaan LKPD pemeriksa dapat menggunakan total realisasi
belanja sebagai dasar penetapan materialitas dengan pertimbangan:
1) Secara karakteristik berdasarkan sifat, besar dan tugas pokok entitas yang
diperiksa (pemerintah daerah) realisasi belanja merupakan nilai yang cukup
tinggi disajikan dalam laporan keuangan;
2) Penggunaan dana/pengalokasian belanja lebih diperhatikan oleh pengguna
laporan keuangan (pemerintah daerah, DPRD, masyarakat); dan
3) Nilai realisasi belanja merupakan nilai yang relative andal.

4.3.1.2 Penentuan Tingkat Materialitas yang Direncanakan (Planning


Materiality (PM))
Berdasarkan juknis, jika mengambil dasar penetapan materialitas adalah
total realisasi belanja maka tingkat materialitas untuk pemeriksaan LKPD berkisar
antara 0,5% s.d. 5% dari total realisasi belanja tersebut. Juknis secara lebih lanjut
tidak memberikan panduan dalam penentuan besaran tingkat materialitas dalam
kisaran tersebut. Juknis hanya memberikan panduan bahwa dalam penentuan
tingkat materialitas mempertimbangkan risiko pemeriksaan dan kondisi sistem
pengendalian intern pada entitas.
Sesuai juknis tersebut, pemeriksa LKPD dapat menentukan tingkat
materialitas awal berdasarkan pada dua pertimbangan, yakni opini yang diperoleh
pada waktu pemeriksaan sebelumnya dan hasil penilaian risiko pada saat
pemeriksaan pendahuluan. Secara rumus, perhitungan tingkat materialitas yakni
sebagai berikut:
PM = rate x total realisasi belanja

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 4 Materialitas dan Tolerable Error

Pertimbangan opini terhadap penetapan tingkat materialitas (rate) dapat


dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Pertimbangan Opini Terhadap Tingkat Materialitas

Perkembangan terakhir dari


Opini Tahun pemeriksaan pendahuluan
%
Sebelumnya (penilaian risiko tingkat
entitas)

Adverse / Disclaimer 0,5% s.d. 1% s.d. 0,5%


Akan mempengaruhi % PM 1%
yang akan digunakan Tim
WDP 1% s.d. 3% 3% s.d. 1%
Pemeriksa
WTP 3% s.d. 5% 5% s.d. 3%

Opini tahun sebelumnya mencerminkan memadai tidaknya kondisi sistem


pengendalian intern entitas serta risiko pemeriksaan pada waktu pemeriksaan
sebelumnya. Kondisi pengendalian dan risiko pemeriksaan pada periode
sebelumnya sebagai dasar awal penetapan tingkat materialitas. Semakin lemah
pengendalian dan berisiko pemeriksaan maka tingkat materialitas juga lebih
rendah.
Selain opini tahun sebelumnya, pemeriksa perlu mempertimbangkan hasil
penilaian risiko pada saat pemeriksaan pendahuluan. Hasil penilaian risiko pada
saat pemeriksaan pendahuluan tersebut merupakan pemutakhiran
perkembangan terakhir kondisi sistem pengendalian intern dan risiko
pemeriksaan pada entitas yang dapat berubah. Berdasarkan hasil penilaian
tersebut, tingkat materialitas yang ditetapkan dapat ditetapkan pada tingkat
tertinggi atau diturunkan menjadi tingkat tertentu.
Hasil penilaian risiko bawaan (inherent risk, IR) saat pemeriksaan
pendahuluan memuat kesimpulan akhir tingkat risiko yang disimpulkan dalam
kategori risiko rendah, sedang dan tinggi. Penilaian tingkat risiko bawaan tersebut
sebagaimana dijelaskan pada Bab 3. Kesimpulan akhir atas risiko pemeriksaan
tersebut memiliki kontribusi terhadap tingkat penentuan materialitas, yang dapat
ditetapkan sebagaimana pada tabel berikut:

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 4 Materialitas dan Tolerable Error

Tabel 4.2 Persentase Kontribusi Risiko Entitas

Risiko pada Tingkat Entitas*) Persentase Kontribusi

Rendah 91% s.d 100%

Sedang 66% s.d. 90%

Tinggi 50% s.d 65%


*) kesimpulan risiko bawaan pada saat pemeriksaan pendahuluan
Untuk mendapatkan tingkat materialitas, persentase berdasarkan
penilaian risiko tersebut kemudian dikalikan dengan tingkat materialitas tertinggi
yang dapat ditetapkan berdasarkan opini tahun sebelumnya. Untuk lebih jelasnya
penetapan tingkat materialitas dapat dilihat pada contoh sebagai berikut:

Pemerintah Kabupaten ABC, tahun sebelumnya memperoleh opini WTP, maka tingkat
materialitas yang dapat ditetapkan s.d. 5%. Berdasarkan penilaian risiko pada waktu
pemeriksaan pendahuluan, pemeriksa menyimpulkan bahwa risiko bawaan adalah “sedang”.
Dengan demikian, tingkat materialitas yang dapat ditetapkan untuk pemeriksaan saat ini yakni:

Tingkat materialitas (opini WTP) : 3% s.d. 5%

Risiko bawaan “sedang” : 66% s.d 90%

Tingkat Materialitas Pemeriksaan : 5% x 72% = 3,60%

Juknis juga memberikan panduan agar pemeriksa menggunakan tingkat


materialitas yang paling rendah (paling konservatif) pada pemeriksaan atas
laporan keuangan entitas yang baru kali pertama diperiksa. Karenanya, tingkat
materialitas untuk pemerintah daerah yang belum pernah dilakukan pemeriksaan
menggunakan tingkat materialitas yang paling rendah yakni sebesar 0,5%.
4.3.1.2.1 Penetapan Nilai Materialitas Awal / Planning Materiality (PM)

Tahap selanjutnya dalam penetapan materialitas secara kuantitatif adalah


menetapkan nilai materialitas awal (PM) yang merupakan nilai materialitas untuk
tingkat laporan keuangan secara keseluruhan. Nilai PM yang diperoleh
merupakan besarnya kesalahan yang mempengaruhi pertimbangan Pengguna
Laporan Keuangan. Nilai PM tersebut merupakan perkalian antara persentase
tingkat materialitas yang telah ditentukan dengan dasar penetapan materialitas.
Untuk memperoleh nilai PM dengan perhitungan persentase tingkat materialitas
dikalikan dengan dasar penetapan materialitas. Perhitungan nilai PM lebih
jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut:

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 4 Materialitas dan Tolerable Error

Pemerintah Kabupaten ABCD dengan tingkat materialitas yang sudah ditetapkan sebesar
3,60%. Total realisasi belanja (nilai sebelum audit) sebesar Rp466.160.251.000,00.
Perhitungan nilai PM untuk pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD
sebagai berikut.
Tabel 4.3 Contoh Perhitungan PM

Dasar penetapan materialitas : Total Belanja

Tingkat Materialitas : 3,6%

Nilai Total Belanja pada LK : Rp466.160.251.000,00

PM : 3,6% X Rp466.160.251.000,00 =
Rp16.781.769.036,00

KKP penentuan PM awal dapat dilihat pada Lampiran 4.1.


4.3.1.2.2 Penetapan Tingkat Kesalahan yang Dapat Ditoleransi/Tolerable
Error (TE)
Setelah nilai PM ditetapkan, pemeriksa pada tahap selanjutnya
menetapkan tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi atau disebut tolerable error
(TE). TE merupakan alokasi materialitas awal (PM) pada setiap akun atau
kelompok akun. Materialitas pada tingkat akun (TE) merupakan salah saji
minimum pada saldo akun yang dapat menyebabkan akun tersebut dianggap
mengandung salah saji material. Alokasi materialitas pada setiap akun dilakukan
dengan tujuan untuk menentukan akun/kelompok akun dalam laporan keuangan
yang memerlukan tambahan prosedur pemeriksaan, memastikan adanya
kemungkinan salah saji yang material yang berasal dari penggabungan salah
saji yang jumlahnya lebih kecil daripada materialitas awal, dan
mempertimbangkan risiko deteksi.
Pedoman pengalokasian PM dalam perhitungan TE adalah sebagai
berikut.
1) Perhitungan TE hanya dilakukan terhadap akun-akun yang dilakukan
pengujian. Akun-akun seperti ekuitas dana tidak mendapatkan alokasi PM
(tidak dihitung TE-nya) karena hanya merupakan akun penyeimbang dari akun
terkait.
2) Perhitungan alokasi nilai PM hanya dilakukan pada akun-akun utama (akun
signifikan). Sebagai acuan, akun dianggap signifikan jika jumlah saldonya
(unaudited) minimal 50% dari nilai PM.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 4 Materialitas dan Tolerable Error

3) Namun demikian, pemeriksa dapat juga mempertimbangkan akun lain yang


saldonya (unaudited) di bawah 50% dari PM untuk tetap diberikan alokasi PM
dengan pertimbangan kualitatif bahwa akun tersebut secara “nature” berisiko
tinggi (seperti kas) atau berdasarkan pertimbangan professional lainnya.
4) Alokasi nilai PM dilakukan secara masing-masing, yakni untuk akun-akun
neraca atau akun-akun laporan realisasi anggaran (LRA).
5) Alokasi nilai PM pada akun-akun dengan menggunakan rumus:

N
TE = PM *
T

Keterangan:
TE = batas minimal salah saji pada akun yang bersangkutan
PM = nilai PM hasil perhitungan
N = nilai saldo akun yang bersangkutan (akun-akun neraca atau LRA)
T = jumlah nilai saldo seluruh akun neraca atau LRA yang akan diberikan alokasi PM

Jumlah dari seluruh TE tidak lebih dari dua kali nilai PM

Contoh perhitungan TE dapat dilihat pada Lampiran 4.2

4.3.2 Materialitas Kualitatif


Pemeriksa dapat memodifikasi nilai PM dan TE yang telah ditentukan
sebelumnya jika pada saat pelaksanaan pemeriksaan ditemukan kesalahan yang
dapat mempengaruhi penyajian banyak hal dalam laporan keuangan atau
kesalahan tersebut berdampak keseluruhan terhadap laporan keuangan yang
diperiksa. Selain penetapan materialitas secara kuantitatif, pemeriksa dapat
menggunakan penetapan materialitas secara kualitatif.
Faktor kualitatif tersebut dipertimbangkan oleh pemeriksa dalam
menentukan tingkat materialitas pada tingkat akun (TE)/materialitas keseluruhan
(PM) dengan melihat pengaruhnya apakah hanya pada tingkat akun tertentu atau
sudah berdampak terhadap keseluruhan laporan keuangan.
Sebagai contoh pertimbangan kualitatif adalah kecurangan yang
dilakukan oleh manajemen pada penyajian laporan keuangan, walaupun nilainya

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7


Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 4 Materialitas dan Tolerable Error

di bawah materialitas. Hal tersebut secara kualitatif menjadi material jika


manajemen dengan sengaja melakukan suatu manipulasi terhadap laporan
keuangan untuk suatu tujuan tertentu. Atas kondisi ini pemeriksa perlu
menyesuaikan tingkat materialitasnya pada tingkat kesalahan yang ditemukan
tersebut. KKP perubahan materialitas dapat dilihat pada Lampiran 4.3.

4.3 Hubungan Materialitas dan Risiko

Tujuan pemeriksaan atas laporan keuangan adalah untuk memberikan


keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Bertitik
tolak dari tujuan tersebut, pada dasarnya penentuan tingkat materialitas
memegang peranan yang sangat penting dalam mengevaluasi hasil-hasil
pelaksanaan seluruh prosedur pemeriksaan.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 8


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 4.1

Indeks KKP No. :

Pemeriksaan atas Laporan Disusun/Tgl :


Keuangan Pemerintah
Prov/Kab/Kota……. Direview/Tgl :
Tahun 20XX
Disetujui/Tgl :
Badan Pemeriksa
Keuangan
Republik Indonesia

Perhitungan Materialitas Awal (Planning Materiality/PM)

Dasar Penetapan Materialitas : Total Belanja ( tidak termasuk Pengeluaran Pembiayaan


TA 20XX ) Unaudited

Nilai dalam Laporan Keuangan : Rp466.160.251.000,00

Rate (%) : 3,60%

Alasan penetapan rate tersebut:


a. Opini tahun lalu Wajar Tanpa Pengecualian
b. Kesimpulan atas risiko bawaan moderate (sedang)

PM : [3,60% x Rp466.160.251.000,00] = Rp16.781.769.036,00

Ketua Tim Pengendali Teknis Penanggung Jawab

(......................................) (......................................) (..............................................)

NIP. NIP. NIP.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 4.2

Indeks KKP No. :

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan


Pemerintah Prov/Kab/Kota…….
Tahun 20XX Disusun/Tgl :
Badan Pemeriksa Keuangan Direview/Tgl :
Republik Indonesia Disetujui/Tgl :

Worksheet Perhitungan Batas Kesalahan yang Dapat Ditolerir (Tolerable Error /TE)

Perhitungan PM
Jumlah yang Mendasari (Total Realisasi 466.160.251.000,00
Belanja)
Tingkat Materialitas 3,60%
Planning Materiality (PM) 16.781.769.036,00

Pengujian Akun Signifikan (> 50% dari PM)


Alokasi TE
dan Pertimbangan Lain
Nilai dalam Laporan Akun-akun yang
Uraian (akun)
Keuangan diaudit Batas Akun (dengan rumus) dan
Nilai Akun Signifikan
Signifikan (50% PM) pertimbangan lain

1 2 3 4 5 6
NERACA
ASET
ASET LANCAR
Kas dan Bank
Kas di Kas Daerah 48.609.629.944,00 48.609.629.944,00 8.390.884.518,00 48.609.629.944,00 500.000,00
Kas di Bendahara Pengeluaran 692.605.027,00 692.605.027,00 8.390.884.518,00 692.605.027,00 500.000,00
Kas di Bendahara Penerimaan 55.550.274,00 55.550.274,00 8.390.884.518,00 55.550.274,00 500.000,00
Kas di Bendahara BLU - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Investasi Jangka Pendek - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang Pajak Daerah 618.161.790,00 618.161.790,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang Retribusi Daerah 31.034.862,00 31.034.862,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang PAD Lainnya - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang Dana Bagi Hasil dari Pusat - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00

Piutang Dana Alokasi Umum - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00


Piutang Dana Alokasi Khusus - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang Trasfer Lainnya dari Pusat - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00

Piutang Pendapatan Bagi Hasil dari - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00


Propinsi
Piutang Transfer Antar Daerah - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang Kelebihan Transfer - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Bagian Lancar Dana Bergulir - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Bagian Lancar Tagihan Penj. Angs. 364.186.991,44 364.186.991,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00

Bagian Lancar Tuntutan - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00


Perbendaharaan
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi 4.634.591.936,67 4.634.591.937,00 8.390.884.518,00 4.634.591.937,00 65.616.473,71

Piutang DPRD - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00


Piutang Bunga - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang Lainnya - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Penyisihan Piutang Tak Tertagih - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Persediaan 1.506.989.802,00 1.506.989.802,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Belanja Dibayar Dimuka - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH ASET LANCAR 56.512.750.627,11

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1


Pengujian Akun Signifikan (> 50% dari PM)
Alokasi TE
dan Pertimbangan Lain
Nilai dalam Laporan Akun-akun yang
Uraian (akun)
Keuangan diaudit Batas Akun (dengan rumus) dan
Nilai Akun Signifikan
Signifikan (50% PM) pertimbangan lain

INVESTASI JANGKA PANJANG


Investasi Non Permanen
Pinjaman Kepada Perush. Negara - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00

Pinjaman Kepada Perush. Daerah - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00

Pinjaman Kepada Pemda Lainnya - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00

SUN dan SBI - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00


Proyek Pembangunan - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Pinjaman angsuran Berjangka - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Dana Bergulir - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Investasi Non Permanen Lainnya 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemda 10.340.897.230,00 10.340.897.230,00 8.390.884.518,00 10.340.897.230,00 146.406.246,86
Investasi Permanen Lainnya - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH INVESTASI JGK PANJANG 15.340.897.230,00

ASET TETAP
Tanah 184.417.773.886,00 184.417.773.886,00 8.390.884.518,00 184.417.773.886,00 2.610.983.701,74
Peralatan dan Mesin 137.774.484.240,00 137.774.484.240,00 8.390.884.518,00 137.774.484.240,00 1.950.608.801,34
Gedung dan Bangunan 302.018.438.363,00 302.018.438.363,00 8.390.884.518,00 302.018.438.363,00 4.275.971.906,47
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 464.275.829.690,00 464.275.829.690,00 8.390.884.518,00 464.275.829.690,00 6.573.209.289,37
Aset Tetap Lainnya 20.999.810.200,00 20.999.810.200,00 8.390.884.518,00 20.999.810.200,00 297.314.955,15
Konstruksi dalam Pengerjaan 4.812.634.600,00 4.812.634.600,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Akumulasi Penyusutan - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH ASET TETAP 1.114.298.970.979,00

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2


Pengujian Akun Signifikan (> 50% dari PM)
Alokasi TE
dan Pertimbangan Lain
Nilai dalam Laporan Akun-akun yang
Uraian (akun)
Keuangan diaudit Batas Akun (dengan rumus) dan
Nilai Akun Signifikan
Signifikan (50% PM) pertimbangan lain

DANA CADANGAN
Dana Cadangan - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH DANA CADANGAN -

ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Tuntutan Perbendaharaan - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Tagihan Tuntutan Ganti Rugi - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Aset Tak Berwujud - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Aset Lain-Lain 11.209.540.700,00 11.209.540.700,00 8.390.884.518,00 11.209.540.700,00 158.704.486,31
JUMLAH ASET LAINNYA 11.209.540.700,00

TOTAL ASET 1.197.362.159.536,11

KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 292.873.088,00 292.873.088,00 8.390.884.518,00 292.873.088,00 4.146.492,19

Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PPK) - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00


/Utang Belanja
Utang Bagi Hasil Pjk & Ret. Ke Desa - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Utang Bunga - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Bagian Lancar Utang Jgk Pjg Lainnya - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00

Utang Jangka Pendek Lainnya - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00


JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 292.873.088,00

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG


Utang Dalam Negeri - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Utang Jangka Panjang Lainnya - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG -

TOTAL KEWAJIBAN 292.873.088,00

EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 48.316.756.856,00
(SiLPA)
Pendapatan yang Ditangguhkan 55.550.274,00
Cadangan Piutang 6.340.580.607,11
Cadangan Persediaan 1.506.989.802,00
Cadangan Belanja Dibayar Dimuka -
Dana yang Harus Disediakan utk
Pembayaran Utang Jangka Pendek
-
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 56.219.877.539,11

EKUITAS DANA INVESTASI


Diinvestasikan dlm Investasi Jgk Panjang 15.340.897.230,00
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 1.114.298.970.979,00
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 11.209.540.700,00
Dana yang Harus Disediakan untuk
Pembayaran
Utang Jangka Pendek -

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3


Pengujian Akun Signifikan (> 50% dari PM)
Alokasi TE
dan Pertimbangan Lain
Nilai dalam Laporan Akun-akun yang
Uraian (akun)
Keuangan diaudit Batas Akun (dengan rumus) dan
Nilai Akun Signifikan
Signifikan (50% PM) pertimbangan lain

JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI 1.140.849.408.909,00

EKUITAS DANA CADANGAN


Diinvestasikan dalam Dana Cadangan -

JULAH EKUITAS DANA -


CADANGAN

TOTAL EKUITAS 1.197.069.286.448,11

TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS 1.197.362.159.536,11

Jumlah 1.197.655.032.624,00 1.185.322.024.579,00 16.084.462.353,15

Cara Pengisian:
Kolom 1: Diisi sesuai nama akun sesuai dengan LK Unaudited
Kolom 2: Diisi sesuai saldo akun dalam LK Unaudited
Kolom 3: Diisi sesuai dengan akun-akun yang akan diperiksa (selain ekuitas dana)
Kolom 4: Diisi sesuai dengan nilai batas akun signifikan, yakni 50% dari PM
Kolom 5: Diisi sesuai dengan nilai saldo akun yang dianggap signifikan dalam LK Unaudited. Di dalam perhitungan
akun signifikan di atas memasukkan juga diantaranya akun Kas di Bendahara Pengeluaran dan Kas di Bendahara
Penerimaan serta akun lainnya yang signifikan "by nature"
Kolom 6: Diisi alokasi PM dalam perhitungan TE masing-masing akun berdasarkan proporsinya, dengan
pertimbangan profesional lainnya. Misalnya, TE untuk akun Kas dibatasi sampai dengan jumlah yang sangat minimal
(sebesar nilai pembukaan rekening di bank) dikarenakan sifatnya yang sangat berisiko "by nature"

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 4.2

Indeks KKP No. :

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan


Pemerintah Prov/Kab/Kota…….
Tahun 20XX Disusun/Tgl :
Badan Pemeriksa Keuangan Direview/Tgl :
Republik Indonesia Disetujui/Tgl :

Worksheet Perhitungan Batas Kesalahan yang Dapat Ditolerir (Tolerable Error /TE)

Perhitungan PM
Jumlah yang Mendasari (Total 466.160.251.000,00
Realisasi Belanja)
Tingkat Materialitas 3,6%
Planning Materiality (PM) 16.781.769.036,00

Pengujian Akun Signifikan (> 50% dari


Alokasi TE
PM) dan Pertimbangan Lain
Nilai dalam Laporan Akun-akun yang (dengan rumus)
Uraian (akun) Batas Akun
Keuangan diaudit dan
Signifikan (50% Nilai Akun Signifikan
pertimbangan
PM)
lain
1 2 3 4 5 6

LAPORAN REALISASI ANGGARAN


PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah 1.710.279.019,00 1.710.279.019,00 8.390.884.518,00 1.710.279.019,00 29.782.434,37
Pendapatan Retribusi Daerah 4.545.147.701,00 4.545.147.701,00 8.390.884.518,00 4.545.147.701,00 79.148.233,46
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan 980.492.636,00 980.492.636,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah 6.464.234.102,00 6.464.234.102,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH PENDAPATAN ASLI 13.700.153.458,00
DAERAH

PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT -
DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak 21.283.985.583,00 21.283.985.583,00 8.390.884.518,00 21.283.985.583,00 500.000,00
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 2.689.291.952,00 2.689.291.952,00 8.390.884.518,00 2.689.291.952,00 500.000,00
Dana Alokasi Umum 330.359.350.000,00 330.359.350.000,00 8.390.884.518,00 330.359.350.000,00 500.000,00
Dana Alokasi Khusus 64.583.000.000,00 64.583.000.000,00 8.390.884.518,00 64.583.000.000,00 500.000,00
JUMLAH TRANSFER DANA 418.915.627.535,00
PERIMBANGAN

TRANSFER PEMERINTAH PUSAT -


LAINNYA
Dana Otonomi Khusus 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 500.000,00
Dana Penyesuaian 13.544.327.400,00 13.544.327.400,00 8.390.884.518,00 13.544.327.400,00 500.000,00
JUMLAH TRANSFER PUSAT - 13.544.327.400,00
LAINNYA

TRANSFER PEMERINTAH PROPINSI -


BAGI HASIL PENDAPATAN
Pendapatan Bagi Hasil Pajak Daerah 4.122.564.552,00 4.122.564.552,00 8.390.884.518,00 4.122.564.552,00 71.789.460,56
Pendapatan Bagi Hasil Retribusi Daerah 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH TRANSFER BAGI HASIL 4.122.564.552,00
PENDAPATAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1


Pengujian Akun Signifikan (> 50% dari
Alokasi TE
PM) dan Pertimbangan Lain
Nilai dalam Laporan Akun-akun yang (dengan rumus)
Uraian (akun) Batas Akun
Keuangan diaudit dan
Signifikan (50% Nilai Akun Signifikan
pertimbangan
PM)
lain
TRANSFER PEMERINTAH PROPINSI
- LAINNYA
Bantuan Keuangan dari Propinsi 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Bantuan Dana Pemekaran dari Propinsi 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Bantuan Keuangan Lainnya dari Propinsi 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00

JUMLAH TRANSFER PROPINSI - 0,00 0,00


LAINNYA
JUMLAH PENDAPATAN TRANSFER 436.582.519.487,00

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Pendapatan Dana Darurat 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Pendapatan Lainnya 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Bantuan Keuangan Provinsi 2.890.000.000,00 2.890.000.000,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH LAIN-LAIN PENDAPATAN 2.890.000.000,00
YANG SAH

TOTAL PENDAPATAN 453.172.672.945,00

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2


Pengujian Akun Signifikan (> 50% dari
Alokasi TE
PM) dan Pertimbangan Lain
Nilai dalam Laporan Akun-akun yang (dengan rumus)
Uraian (akun) Batas Akun
Keuangan diaudit dan
Signifikan (50% Nilai Akun Signifikan
pertimbangan
PM)
lain

BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai 255.282.419.185,00 255.282.419.185,00 8.390.884.518,00 255.282.419.185,00 4.445.433.645,32
Belanja Barang dan Jasa 76.248.838.487,00 76.248.838.487,00 8.390.884.518,00 76.248.838.487,00 1.327.781.024,28
Belanja Bunga 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Belanja Subsidi 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Belanja Hibah 1.576.100.000,00 1.576.100.000,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Bantuan Sosial 13.664.887.166,00 13.664.887.166,00 8.390.884.518,00 13.664.887.166,00 237.957.433,03
JUMLAH BELANJA OPERASI 346.772.244.838,00

BELANJA MODAL
Belanja Tanah 1.093.396.870,00 1.093.396.870,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Belanja Peralatan dan Mesin 20.892.525.730,00 20.892.525.730,00 8.390.884.518,00 20.892.525.730,00 363.817.990,73
Belanja Gedung dan Bangunan 51.535.504.396,00 51.535.504.396,00 8.390.884.518,00 51.535.504.396,00 897.428.291,00
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 41.246.831.166,00 41.246.831.166,00 8.390.884.518,00 41.246.831.166,00 718.263.527,95
Belanja Aset Tetap Lainnya 4.607.148.000,00 4.607.148.000,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Belanja Aset Lainnya 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH BELANJA MODAL 119.375.406.162,00

BELANJA TAK TERDUGA


Belanja Tak Terduga 12.600.000,00 12.600.000,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH BELANJA TAK TERDUGA 12.600.000,00

TRANSFER
TRANSFER/BAGI HASIL
PENDAPATAN KE DESA
Bagi Hasil Pajak ke Desa 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Bagi Hasil Retribusi ke Desa 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Desa 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00

Bantuan Keuangan ke Desa (ADD) 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00


JUMLAH TRANSFER 0,00

TOTAL BELANJA 466.160.251.000,00

SURPLUS/DEFISIT (Total Pendapatan- (12.987.578.055,00)


Total Belanja)

PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan SiLPA 61.996.939.938,00 61.996.939.938,00 8.390.884.518,00 61.996.939.938,00 500.000,00
Pencairan Dana Cadangan 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Perusahaan Negara
Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Perusahaan Daerah
Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Pemerintah Daerah Lainnya
Penerimaan Kembali Pinjaman angsuran 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Berjangka
Penerimaan Kembali Dana Bergulir 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Utang Perhitungan Pihak Ketiga 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
(PPK)/Utang Belanja
Penerimaan Piutang Daerah 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Penerimaan Selisih Pihak Ketiga 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 61.996.939.938,00

PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pembentukan Dana Cadangan 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Penyertaan Modal Pemerintah 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Daerah

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3


Pengujian Akun Signifikan (> 50% dari
Alokasi TE
PM) dan Pertimbangan Lain
Nilai dalam Laporan Akun-akun yang (dengan rumus)
Uraian (akun) Batas Akun
Keuangan diaudit dan
Signifikan (50% Nilai Akun Signifikan
pertimbangan
PM)
lain
Pembayaran Pokok Utang Pinjaman 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Dalam Negeri
Pemberian Pinjaman Kepada Perusahaan 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Negara
Pemberian Pinjaman Kepada Perusahaan 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Daerah

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4


Pengujian Akun Signifikan (> 50% dari
Alokasi TE
PM) dan Pertimbangan Lain
Nilai dalam Laporan Akun-akun yang (dengan rumus)
Uraian (akun) Batas Akun
Keuangan diaudit dan
Signifikan (50% Nilai Akun Signifikan
pertimbangan
PM)
lain
Pemberian Pinjaman Kepada Pemerintah 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Daerah Lainnya
Investasi SUN dan SBI 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Investasi Proyek Pembangunan 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Pinjaman angsuran Berjangka 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Penyaluran Dana Bergulir 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Utang Perhitungan Pihak Ketiga 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
(PPK)/Utang Belanja
JUMLAH PENERIMAAN 0,00
PEMBIAYAAN
PEMBIAYAAN BERSIH 61.996.939.938,00

SISA LEBIH PEMBIAYAAN 49.009.361.883,00


ANGGARAN (SiLPA)

Jumlah 981.329.863.883,00 963.705.892.275,00 8.174.902.040,70

Cara Pengisian:
Kolom 1: Diisi sesuai nama akun sesuai dengan LK Unaudited
Kolom 2: Diisi sesuai saldo akun dalam LK Unaudited
Kolom 3: Diisi sesuai dengan akun-akun yang akan diperiksa
Kolom 4: Diisi sesuai dengan nilai batas akun signifikan, yakni 50% dari PM
Kolom 5: Diisi sesuai dengan nilai saldo akun yang dianggap signifikan dalam LK Unaudited. Di dalam
perhitungan akun signifikan di atas memasukkan juga diantaranya akun Pendapatan Pajak Daerah,
Pendapatan Retribusi Daerah, serta akun lainnya yang signifikan "by nature"
Kolom 6: Diisi alokasi PM dalam perhitungan TE masing-masing akun berdasarkan proporsinya, dengan
pertimbangan profesional lainnya. Misalnya, TE untuk akun Pendapatan Transfer dan Silpa dibatasi
sampai dengan jumlah yang sangat minimal (sebesar nilai pembukaan rekening di bank) dikarenakan
sifatnya yang sangat berisiko "by nature"

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5


Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 4.3

Indeks KKP No. :

Pemeriksaan atas Laporan Disusun/Tgl :


Keuangan Pemerintah
Prov/Kab/Kota……. Direview/Tgl :
Tahun 20XX
Disetujui/Tgl :
Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia

Pertimbangan Kualitatif atas PM/TE

Penetapan PM/TE secara : [nilai PM/TE disertai dengan rujukan pada KKP penetapan
kuantitatif PM atau TE secara kuantitatif]

Jumlah salah saji yang : [nilai salah saji yang ditemukan pada LK atau akun]
ditemukan pada LK/Akun

Pertimbangan-pertimbangan : [alasan-alasan kualitatif yang menjadi bahan pertimbangan


kualitatif untuk mengubah batas materialitas pada LK atau akun
sehingga salah saji yang ditemukan dapat dianggap material]

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Você também pode gostar